A Review Journal Bioavailabilitas dan Bioekivalen In Vitro
-
Upload
boi-bolang -
Category
Documents
-
view
264 -
download
29
description
Transcript of A Review Journal Bioavailabilitas dan Bioekivalen In Vitro
1
IN VITRO PREDICTION OF IN VIVO BIOAVAILABILITY AND BIOEQUIVALENCE
OF BRANDS OF METRONIDAZOLE TABLETS IN EASTERN NIGERIAN DRUG MARKET
Biofarmasetika Terapan & Farmakokinetik Klinik
A review Journal FromScientific Research and Essay Vol.3 (11), pp. 552-558, November 2008
Program Studi Profesi ApotekerFakultas Farmasi
Universitas Padjadjajaran
Presented by Dianti Nofriani, I Md. Bayu A., Syahid Warisman,
Reggya, Andi Ardiana, Juwariyah S
Journal 1
2
Latar Belakang
Bahan dan Metode
Hasil - Pembahasan
Kesimpulan
Conttent
3Metronidazole ialah merupakan salah satu obat dengan aspek biofarmasetik yang tergantung pada disolusi dan aspek fisikokimianya
UJI BA-BE in vitro
Latar Belakang
4
Untuk memprediksi bioavailabilitas dan bioekivalensi dari 10 merk tablet
Metronidazole yang disampling dari beberapa toko obat di Nigeria timur,
dengan uji in vitro
Tujuan Penelitian
5
Bahan HCl (M&B, England) Serbuk metronidazol (kind gift from
rajrab nig ltd) Sodium hidroksida (Merck, USA) Metronidazol tab (Lacure Nig Ltd, Eurogem
Lab, Emzor Nig Ltd, M and B plc, Michelle Lab., Adson harm, krka, Maxheal Pharm, Emmjay Lab, and Juhel Nig-Ltd), 10 jenis produk dagang tablet metronidazol dipilih secara acak dan diberi kode dari A – J.
Bahan dan Metode
6
Uji Keseragaman Bogot
Uji Kekerasan
Uji Friabilitas
Uji Waktu Hancur
Absolut drug content
Uji Disolusi
Efisiensi Disolusi
METODE
7
Metode
Uji Keseragaman bobotMenggunakan metode sesuai British Pharmacopoeia (1998). 20 tablet dipilih secara acak dari masing-masing batch yang akan diuji
Uji KekerasanKekerasan dari 5 tablet dipilih secara acak dari masing-masing batch yang diuji secara otomatis dengan tablet hardness tester (Erweka, TBH, 28 Heusenstamn)
Uji Friabilitas5 tablet sebelumnya dibersihkan dari debu dan ditimbang bersama sebelum dimasukan kedalam frabilator (Erweka-TAR) diatur untuk bekerja selama 4 menit dengan kecepatam 25 rpm. Dihitung persen friabilitasnya adalah
%Friability = [(Wi – Wf)/ Wi] x 100Wi – berat awal, Wf – Berat akhir
8
Absolute drug content
5 tablet dari masing-masing batch dihancurkan, lalu ditimbang masing-masing sama banyak, dan dilarutkan dalam 100 ml HCl 0.1 N flask volumetric dan difilter. Absorbansinya diukur dengan menggunakan spektrofotometer (Pye Unicam, Model SP6-450 UV/Vis) pada λ 277 nm
Uji Waktu Hancur (Disintegration time test)
Digunakan metode untuk penentuan waktu hancur tablet tidak bersalut dari BP (1998) menggunakan disentegration apparatus (Gruoka, Model T.D 88 T175) medium yang digunakan adalah HCl 0.1 N HCl suhu 37oC ± 1oC yang digunakan 6 tablet.
9
Uji Disolusidigunakan metode magnetik stirrer/ beaker. Dengan medium 250 ml HCl 0.1 N yang diatur suhunya dengan hot plate sebesar 37oC ± 1oC (Fischer scientific co, model 14). Tablet di letakkan dalam basket dengan magnetik stirrer dengan kecepatan 100 rpm. Pada interval waktu yang telah ditentukan 1 ml medium diambil, segera diganti dengan 0,1 N HCl segar, dan diencerkan dengan tepat dan disaring sebelum uji spektrofotometri.
10
Disolution EffisiencyDissolution efficiencies (DE) (Ana et al., 2005; FDA Guidance for Industry, 1995) dari 10 batch dikalkulasi dengan metode kalkulus untuk mengetahui area dibawah kurva waktu disolusi
Beer Lambert Plot
Serbuk metronidazol murni ditimbang sebanyak 100 mg dan dilarutkan dalam 60 ml HCl 0.1 N dan ditambahkan sampai 100 ml dalam beaker. Dari stok tersebut dibuat deret standar yaitu 1,2,3,4,5,6,7, dan 8 mg % (b/v). Dibuat plot Absorbansi dan Konsentrasi untuk mencari slope K.
11
Hasil dan Pembahasan
12
HASIL UJI KEKERASAN TABLET
Kekerasan tertinggi : Batch B (13.10 kgf) Kekerasan terendah : Batch C (2.08 kgf) Kekerasan yang tinggi ini berhubungan
dengan tekanan yang tinggi, konsentrasi terikat yang tinggi atau volume yang besar saat proses granulasi ataupun pencetakan
13
HASIL UJI KEKERASAN DAN FRIABILITAS
14
HASIL UJI FRIABILITAS Friabilitas tertinggi : Batch C (5.96 %) Friabilitas terendah :Batch B (0.18%) CSFR tertinggi : Batch B (72,78) CSFR terendah : Batch C (0,34) The British Pharmacopoeia menyatakan jumlah
kehilangan massa maksimum untuk uji friabilitas adalah 1%.
Jadi, Batch C, E, G dan I tidak memenuhi persyaratan. Penyebabnya adalah kurangnya zat pengikat, kurangnya pembasah pada proses granulasi, kurangnya kekuatan adesif atau kekerasan yang rendah.
Crushing Strength to Friability Ratio (CSFR) merupakan indeks mengukur tablet secara mekanis, semakin tinggi CSFR, tablet semakin kuat.
15
HASIL UJI KESERAGAMAN BOBOT DAN UJI WAKTU DISINTEGRASI
16
HASIL UJI KESERAGAMAN BOBOT Berat tertinggi : Batch H (0.701 + 0.009
g) Berat terendah : Batch D (0.374 + 0.006
g). The Bitish Pharmacopoeia menyatakan
tidak ada lebih dari 2 tablet yang beratnya lebih dari 5 % dan tidak ada satupun tablet yang menyimpang dari 10%.
Jadi, semua batch memenuhi persyaratan.
17
HASIL UJI WAKTU DISINTEGRASI Waktu disintegrasi terlama : Batch B (18
menit) Waktu disintegrasi tercepat : Batch J (0.4
menit) USP memperbolehkan waktu disintegrasi
tablet tak bersalut masuk dalam rentang 15 menit, artinya batch B tidak memenihi persyaratan.
Meskipun kekerasannya baik, disintegrasi atau fribilitas profil konten optimal metronidazole mungkin tidak pernah mencapai plasma terapeutik atau konsentrasi efektif atau penghambatan selular minimum.
18
Batch D mempunyai jumalh konten absolut obat yang paling kecil = 58.3 mg
Sedangkan H jumlah konten paling besar = 199.8 mg
British Pharmacopoeia menyebutkan jumlah zat aktif dalam suatu sediaan adalah ± 5% dari jumlah yang tertera dalam kemasan.
Masing-masing batch menyebutkan mengandung 200 mg metronidazole, jadi yang boleh terkandung adalah antara 190 – 210 mg.
Hanya batch B, H, I yang memenuhi syarat Ini menandakan bahwa batch yang memiliki kekerasan, friabilitas atau
waktu hancur yang baik, tetapi kandungan kurang, maka tidak mencapai efek terapinya/ konsentrasi inhibisinya.
Hasil Absolute Drug Content
Hasil Uji Disolusi
19
British Pharmacopoeia menyebutkan bahwa tidak kurang dari 70% obat terkandung dalam waktu 45 menit
Jadi dari grafik batch A, B, J tidak memenuhi persyaratan
Batch C,D,E,F,G,H, dan I melepaskan 75% obat dalam 45 menit
Batch D mengandung konten absolut yg kecil 58.2 mg tapi % rilis obat mencapai 82.2% dalam 45 menit.biovailabiliti rendah shg berpengaruk ke efek terapinya.
20Hasil Uji Efisiensi Disolusi
Efisiensi disolusi (Dissolution effisiancy/ DE) menunjukan efisiensi perilisan bahan aktif obat kedalam plasma/ sirkulasi darah. Semakin besar nilai DE semakin baik.
Tabel 3 menunjukkan nilai DE dalam 30 menit
Batch F nilai DE tertinggi = 81.4% Batch B nilai DE terkecil = 18.2% Batch C,D,E,G nilai DE diatas 50% cukup baik
untuk antisipasi efisiensi bioavailabilitas Batch A,H,I nilai DE dibawah 50%
21
Batch D dengan nilai DE 84.5% mungkin tidak akan mencapai efek terapi optimum karena konten absolut dari obat ini hanya 58.3 mg. Bioavailabilitas baik, tidak cukup untuk mencapai konsentrasi jaringan minimum untuk melawan mikroorganisme.
Batch B diindikasikan memiliki konten absolut obat yang sangat baik (190.1 mg) tapi disolusi rilisnya hanya mencapai 26.2%, dan nilai DE yang rendah yaitu 18.2%
Banker dan Rodhes (1979) menyatakan ada beberapa obat yang mempunyai CFSR sangat baik, kehancuran yang baik, tapi tidak memiliki DE yg baik,
Perlu dilakukan corelasi antara BA-BE in vitro dan in vivo
Lanjutan..
22
Dilihat dari hasil uji disolusi brand A,B,D,E,F,G,H,I memiliki ekivalensi dalam kadar plasma yang mencapai lebih dari 75% dalam 45 menit
Batch C dan I tidak mencapai 70% dalam waktu pengujian yang ditentukan
Batch B dan J tidak menunjukan bukti prediksi yang memuaskan dari BA-BE in vitro karena memiliki nilai DE hanya 18.2 dan 24.2%.
Hal ini mungkin dikarena karena eksipien yg digunakan atau karena pada batch B nilai CSFR, kekerasan dan waktu yang tinggi, sehingga obat akan terabsorbsi lebih lama.
Perlu dilakukan korelasi dengan pengujian in vivo untuk diperoleh hasil yang lebih akurat
Kesimpulan
23
Ibezim, E. C., Attama, A. A., Obitte, N. C., Onyishi, V. I. and Brown, S. A. 2008. In vitro prediction of in vivo bioavailability and bioequivalence of brands of metronidazole tablets in Eastern Nigerian drug market. Scientific Research and Essay Vol.3 (11), pp. 552-558.
Pustaka
Biofarmasetika terapan dan Farmakokinetik Klinik
Program Studi Profesi ApotekerFakultas Farmasi
Universitas Padjadjaran
Journal 2
Pendahuluan
- •Atorvastatin merupakan BCS kelas II
- •Ketersediaan sistemiknya rendah dikaitkan dengan disolusinya yang rendah
- •Uji disintegrasi dan uji disolusi dari sampel uji
- •Memprediksi bioavailabilitas obat serta kualitas produk.
Tujuan
Untuk menilai bioekivalensi dari sepuluh tablet atorvastatin generik dari produsen yang berbeda menggunakan disolusi in vitro dan membran permeabilitas.
Bahan
•atorvastatin standar (Incepta Pharmaceutical Ltd, Bangladesh)
Bahan
•Sepuluh tablet atorvastatin (10 mg) didapat dari apotek lokal kota Dhaka
Bentuk Sediaan
•Asetonitril dan metanol sebagai HPLC grade. Reagen analisis, yaitu Amonium asetat, asam asetat. Air yang telah diionkan dan destilasi ganda.
Pelarut dan Reagen
Metode
Keseragaman Bobot
Uji KerapuhanAssay (metode RP-HPLC)Uji Disintegrasi
Uji Disolusi
Uji Difusi In vitro
Metode
Result Assay Using RP-HPLC
HASIL DAN PEMBAHASAN
•Uji Keseragaman bobot Dari 10 merek ada 8 merek yang sesuai dengan spesifikasi kompendial. Merek C tidak memenuhi keseragaman uji keseragaman bobot karena 4 tablet melewati batas 7,5%. Merek E tidak memenuhi persyaratan karena 1 tablet melewati batas 15%.
31
Lanjutan...
• Kekerasan termasuk tes non-kompendial. Kekerasan tablet 56,3-127,1 N. Syarat minimum kekerasan tablet sekitar 40 N.
• Uji kerapuhan sebagai tes kompendial. Spesifikasi kompendial untuk kerapuhan adalah 1%. Kerapuhan untuk semua merek di bawah 1%.
• Waktu hancur untuk semua merek memiliki batas berbeda. Semua tablet atorvastatin adalah tablet yang berlapis dengan waktu maximum untuk disintegrasi 17.00 min untuk merek C.
• Seluruh merek memiliki potensi 98,24% - 109.45%.
Lanjutan...
Hasil disolusi pada Gambar 2 dan 3. Merek A, E, F dan G terlepas kurang dari 40% obat dalam waktu 15 menit. Merek C dan J sekitar 60% atorvastatin dalam waktu 15 menit. Merek H, B, D dan I terlepas lebih dari 60% obat dalam waktu 15 menit. Dari data tersebutdidapat potensi dan DT sama dalam merek yang berbeda, tetapi berbeda dalam hal pelepasan obat.
Hasil Uji Disolusi
Hasil penelitian in vitro difusi obat (gambar 4) menunjukkan bahwa penyerapan atorvastatin termasuk laju disolusi terbatas dan obat terdispersi dalam air.
Hasil Uji Difusi In Vitro
• Perbandingan data disolusi : Faktor perbedaan (F1), faktor kesamaan (f2) dan efisiensi disolusi (% DE) dihitung untuk membandingkan profil disolusi.
• Faktor perbedaan (f1) adalah persentase perbedaan antara dua kurva di setiap titik dan pengukuran kesalahan relatif antara dua kurva.
• Faktor kesamaan (F2) adalah timbal balik transformasi akar kuadrat logaritmik dari jumlah kuadrat kesalahan dan merupakan pengukuran kesamaan dalam persen (%) disolusi antara dua kurva.
• Dua profil disolusi dianggap sama dan bioekuivalen, jika F1 antara 0 dan 15 dan F2 antara 50 dan 100
Analisis Data
Cont’..
Tabel 2 menunjukkan nilai F1, F2 dengan merek berbedadan merek D sebagai merek referensi. Untuk merek B, H, dan I nilai F2 lebih dari 50 dan kurang dari F1. Jadi merek B, H, dan I mirip dengan merek D dan dapat dikatakan ekivalen.
Dissolusi Effisiency (DE)/ Efisiensi Disolusi
• Efisiensi disolusi (DE) digunakan untuk membandingkan pelepasan obat dari berbagai merek. Efisiensi disolusi adalah area di bawah kurva disolusi dalam rentang waktu (t1 - t2).
Cont’..
• Tabel 3 menunjukkan perbedaan DE merek D dengan merek lain.
• Referensi dan hasil uji dapat dikatakan setara jika perbedaan antar DE dalam batas yang sesuai (± 10%).
• Merek D dengan DE tinggi• Nilai DE merek B,C,H, dan I lebih dari 70% dan
dianggap sebagai produk berkualitas. • Merek B,H, dan I setara dengan merek Ddengan
perbedaan %DF (hasil uji – hasil referensi) kurang dari 10. Namun, jauh dari batas (± 10%). Jadi, mereka tidak sama dengan merek D dan tidak dapat digunakan secara bergantian.
• Atorvastatin memiliki bioavailabilitas rendah
• Kesetaraan kimia tidak menunjukkan bioekuivalensi dan pergantian merek satu dengan lainnya tidak memberikan onset dan efektivitas terapi yang diinginkan.
• Perlu dilakukan uji disolusi in vitro dengan 3 tingkatan pH dan uji in vivo untuk mengevaluasi atorvastatin yang dipasarkan.
Kesimpulan
40
THANK YOU