A DECISION SUPPORT SYSTEM FOR PROCUREMENT...

II - 1

INTERNATIONAL SEMINAR & NATIONAL SYMPOSIUM Global Competitiveness through Research Supporting Commercial Industry

Universitas Teknologi Yogyakarta - 23 June 2012

A DECISION SUPPORT SYSTEM FOR PROCUREMENT PLANNING IN DISTRIBUTION CENTER

Miftakhul ‘Arfah Hadiani

Department of Industrial Engineering, PGRI Adi Buana University, Surabaya, Indonesia

[email protected]

ABSTRACT

PT K33 Distribusi is one of the consumer goods distribution centers in Surakarta. They distribute products from principal to retailer including of hypermart, supermart, minimart, markets, and stores. Stock outs which are frequently happened in the controling of product inventory can cause lost sale and profit reduction of PT K33 Distribusi. These losses occured due to PT K33 has no safety stock policy. In order to solve stock out issue, a Decision Support System (DSS) is designed to be able to propose an order quantity and order time. The method used to design the database is the entity relationship diagram. This research is using the mathematic model base called the reorder point system. This system is using demand data generated by random number suits with the distribution pattern. The purpose of this DSS is to search the best combination of order quantity (Q) and reorder point (ROP) which are able to minimize stock out and reduce the inventory cost. The user interface is designed using programming language of Borland Delphi 7 and MySQL. Simulation runs result show that the DSS can provide an optimum suggestion of order quantity and order time. The DSS can also reduce the stock out and inventory cost up to 26.5 % and 45%, respectively. By using cross validation with the level of significance of 95 %, it is concluded that for 120 products, the comparison of DSS output with actual demand results in sum square error of 472.23±1788. Meanwhile the output of moving average method compared with actual demand, results in sum square error of 560.24±2081. Keywords : distribution center, decision support system, entity relationship diagram, reorder point, cross validation

1. Introduction

The ability of the distribution center (DC) to distribute the product is a key success factor of a DC. The distribution activities started from order processing, order receiving, document making, product saving, taking the product appropriated with the order, and product distribution. The demand uncertainties make the owner of the DC must be careful and wise in planning and controlling the inventory. The stock out can hamper the smoothness of distribution process, and it can cause lost sales. It is also supported with the agreement of the DC and principal that the DC can not sell the same product from several principals. If the DC break the agreement, the principal deserve to fire the DC automatically. Therefore if the product ordered by retailer can not be provided, the profit of the DC will reduce because the product can not be displayed and be chosen by the end customer. Another effect of stock out is DC will loose the opportunity to introduce a new product from principal. Based on above problem, a tool to control the inventory is needed. This tools shall be able to propose an order quantity, order time, and to give a real time information of inventory status. In order to solve stock out issue, a Decision Support System (DSS) is designed to be able to propose an order quantity and order time. The method used to design the database is the entity relationship diagram. This research is using the mathematic model base called the reorder point system. This system is using demand data generated by random number suits with the distribution pattern. The purpose of this DSS is to search the best combination of order quantity (Q) and reorder point (ROP) which are able to minimize stock out and reduce the inventory cost. The user interface is designed using programming language of Borland Delphi 7 and MySQL.

II - 2

INTERNATIONAL SEMINAR & NATIONAL SYMPOSIUM Global Competitiveness through Research Supporting Commercial Industry Universitas Teknologi Yogyakarta - 23 June 2012

PERANCANGAN ULANG MESIN PEMOTONG DOP SHUTTLECOCK

BERDASARKAN ANALISIS RULA Studi Kasus : Home Industri Shuttlecock “ABC” di Solo

Rahmaniyah Dwi Astuti, Taufiq Rochman, Dian Krisnawati

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta

[email protected],

ABSTRAK

Industri dop shuttlecock “ABC” merupakan pemasok dop di perusahaan-perusahaan shuttlecock di Solo dan sekitarnya. Untuk memenuhi pesanan, maka diperlukan mesin yang mendukung. Operator menggunakan mesin pemotong dop untuk proses pemotongan dop. Operator dibagian pemotongan dop mengeluhkan timbulnya rasa nyeri pada saat menggunakan mesin pemotong dop dikarenakan bentuk fisik dan mekanisme kerja mesin pemotong dop yang belum ergonomis. Hal ini diperkuat dengan diketahui adanya postur kerja operator yang memiliki level resiko tinggi jika dihitung berdasarkan RULA. Oleh sebab itu, diperlukan perancangan ulang mesin pemotong dop yang ergonomis berdasarkan analisis RULA. Perancangan ulang menggunakan data anthropometri operator dan memperhatikan kebutuhan operator. Daftar kebutuhan operator diperoleh dari interpretasi keluhan operator berdasarkan hasil wawancara serta hasil kuesioner Nordic Body Map yang diisi oleh operator. Hasil pengolahan data memberikan informasi tentang kebutuhan operator terhadap alat pemotong dop yang digunakan. Kemudian dilakukan penghitungan dimensi mesin pemotong dop. Setelah merancang alat pemotong dop kemudian dilakukan validasi dengan menggunakan Nordic Body Map, analisis RULA, dan perhitungan kecepatan operator. Hasilnya, mesin pemotong dop hasil rancangan lebih ergonomis. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan level resiko pada analisis RULA. Potur kerja operator pada saat menggunakan alat hasil rancangan memiliki level resiko yang rendah dan tergolong aman. Oleh sebab itu penggunaan mesin pemotong dop hasil rancangan mampu meningkatkan kenyamanan dan kecepatan operator saat melakukan proses pemotongan dop. Kata Kunci : Alat pemotong dop, Shuttlecock, Rapid Upper Limb Assessment.

1. Pendahuluan

Dop merupakan bagian ujung dari shuttlecock yang berbentuk setengah bola dan merupakan tempat menempelkan bulu. Dop yang diproduksi oleh home industri “ABC”disebut dengan ‘bogem’. Adapun spesifikasi ukuran dop yang diproduksi memiliki diameter 26 mm, panjang 23 mm dan berat 2,3 gram. Home industri dop diharapkan mampu memproduksi dop mencapai 5000 dosin tiap minggu. Untuk memenuhi spesifikasi tersebut digunakan alat maupun mesin yang mendukung, salah satunya adalah alat pemotong dop. Alat pemotong dop ini digunakan untuk memotong dop setelah proses pengepresan sehingga didapatkan hasil pemotongan yang rapi dengan panjang dop sebesar 23 cm.

Proses pemotongan dop sebelumnya dilakukan secara manual dengan menggunakan pisau. Seiring dengan peningkatan kebutuhan dop maka muncul mesin pemotong dop. Operator menggunakan mesin pemotong dop yang ada dan pemotongan dilakukan dengan arah vertikal dan cara memasukkan dop dari arah samping. Dalam proses pemotongan dop, ada beberapa keluhan dari operator pemotongan mengenai mekanisme dan bentuk fisik mesin tersebut. Pertama, mesin memiliki posisi tempat dop yang berada di samping sehingga menyebabkan operator tidak dapat melihat tempat dop dengan baik. Hal ini menyebabkan operator harus mencondongkan badan ke samping pada saat memasukkan dop ke dalam tempat dop. Kedua, mesin awal memiliki posisi tempat dop horisontal. Bila dibandingkan dengan posisi tempat dop yang vertikal, maka posisi horisontal menyebabkan operator mengeluarkan energi yang cukup besar saat proses memasukkan dop. Hal ini disebabkan, dengan posisi tempat dop yang vertikal, proses pemasukkan dop akan dibantu dengan adanya gaya gravitasi yang arahnya selalu ke bawah. Ketiga, tempat dop yang terbuat dari silinder besi sangat riskan karena besi dapat berkarat sehingga kain

II - 3



UJI PEMASANGAN VELOCITY STACK TERHADAP PERFORMA KENDARAAN SEPEDA MOTOR

Sunaryo

Program Studi Teknik Mesin, Universitas Sains Al-quran, Jawa Tengah

[email protected]

ABSTRAK

Berbagai modifikasi dan penambahan komponen dari kondisi mesin standar banyak dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan performa kendaraan bermotor. Perbaikan performa mesin baik daya maupun torsinya, dapat dilakukan dengan cara memperbaiki tingkat efisiensi volumetrik campuran bahan bakar dan udara (Air Fuel Ratio/ AFR) yang masuk ke dalam silinder motor. Salah satu yang mempengaruhi efisiensi volumetrik diantaranya adalah kecepatan aliran udara yang akan melewati intake manifold, untuk itu perlunya penulis mengkaji seberapa besar pengaruh penggunaan corong terompet (velocity stack) terhadap daya, torsi dan kecepatan akselerasi kendaraan terutama sepeda motor. Metode penelitian yang digunakan dengan metode eksperimen, dimana sepeda motor jenis Honda Astrea Prima yang menjadi obyek penelitian di ujicoba dengan dan tanpa velocity stack. Kemudian dianalisis perbandingan daya, torsi dan kecepatan akselerasinya. Hasil penelitian menemukan bahwa dengan menggunakan velocity stack terjadi penambahan daya, t Torsi dan kecepatan akselerasi dari kondisi standar (tanpa velocity stack). Dimana peningkatan mencapai 0,4 hp, torsi sebesar 0,38 Nm, sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk putaran mesin sampai 7000 rpm lebih cepat 0,85 detik dari kondisi standar. Kata Kunci: Velocity Stack, Daya Motor, Torsi, Kecepatan Akselerasi.

1. Pendahuluan

Pada saat ini telah banyak dilakukan usaha untuk mengurangi kerugian dari mesin konversi energi. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dari mesin tersebut. Penggunaan sumber energi selaian bahan bakar minyak merupakan hal yang sudah banyak dilakukan di berbagai negara sehubungan dengan berkurangnya sumber minyak bumi sebagai bahan tambang.

Penemuan awal motor bakar dari rancangannya memang masih sederhana dan tingkat efisiensinya pun rendah. Namun pada saat ini,motor sudah dikembangkan rancangannya dengan baik dan bertujuan untuk meningkatkan efisiensinya. Seperti ditemukannya sistem ciclone pada tahun 1970-an yang memanfaatkan kembali sisa gas buang dan digunakan untuk menggerakkan kompresor sehingga tekanan dan jumlah udara yang masuk kedalam silinder akan meningkat. Dengan demikian jumlah bahan bakar yang diisap kedalam silinder dapat bercampur dengan udara secara homogen sehingga daya motor akan naik.

Pada saat ini, sektor tranportasi yang menyedot besarnya konsumsi akan bahan bakar minyak. Di sisi lain seiring dengan meningkatnya sarana transportasi yang telah memberikan bermacam-macam kemudahan serta kelebihan, akan memberikan dampak yang negatif atau kurang menguntungkan. Dampak-dampak tersebut diantaranya juga dapat diperhatikan pada segi penyediaan sumber daya alam maupun segi kesehatan lingkungan.

Dengan semakin meningkatnya konsumsi bahan bakar, akan berdampak pada produksi gas sisa-sisa hasil pembakaran yang semakin besar pula. Ini berarti semakin meningkatnya polusi udara. Salah satu cara yang dapat dilakukan guna mengefisienkan pemakaian bahan bakar dalam menghemat pemakaian minyak bumi adalah dengan mengusahakan proses pembakaran di dalam ruang bakar sebaik mungkin.

Alasan inilah yang juga dilakukan oleh para mekanik dalam proses menghasilkan performa kendaraan yang maksimal pada mesin. Ada beberapa hal yang biasa dilakukan yaitu dengan cara memperbesar perbandingan kompresi yang akan meningkatkan angka kompresi dan tekanan pembakaran, pencampuran atau penggunaan bahan bakar yang tepat, merubah sistim pengapian, dan memperbaiki efisiensi volumetriknya. Dalam memperbaiki efisiensi volumetrik dapat dilakukan pemendekan dan pembesaran saluran intake manifold, mempercepat aliran udara masuk melalui intake manifold, memperbaiki pembukaan mekanisme katup dan juga perubahan sudut squish pada ruang

II - 4


COORDINATING A TWO LEVEL SUPPLY CHAIN SYSTEM WITH STOCHASTIC DEMAND AND

RAW MATERIAL PROCUREMENT DECISIONS

Wakhid Ahmad Jauhari

Department of Industrial Engineering, Sebelas Maret University, Surakarta

[email protected]

ABSTRACT

This study investigates integrated production-inventory problem for supply chain system consisting of single vendor and single buyer. We develop a model for coordinating the replenishment decisions for raw material procurement, production, and shipment under stochastic environment. For attaining the model objective, we develop an algorithm to determine the optimal shipment-sized, safety factor, number of shipment and number of raw material replenishment based on minimum expected total cost. Furthermore, numerical examples are given to illustrate the effect of primary parameters on the lot size, safety factor, number of batches and expected total cost. The results from numerical examples shows that making production-inventory decisions jointly can reduces expected total cost significantly comparing with making decisions individually.

Keywords : production-inventory problem; stochastic; raw material procurement; safety factor, expected total cost.

1. Introduction

In today’s competitive market conditions, the coordination and collaboration of all parties in supply chain system is prerequisite (Tarantilis, 2008). Recently, managing inventories jointly across the entire supply chain system was one of the best strategies to improve the supply chain performance, especially in reducing total cost. In modern inventory management, all parties in supply chain will agree to determine the optimal production and shipment policies jointly. Many researches proved that moving from managing inventory independently to jointly will always results in a significant cost saving.

In inventory literature, the integrated vendor-buyer model was known as joint economic lot size (JELS). Goyal (1976) was the first researchers introduced JELS model where the vendor produced a product in an infinite production rate and used lot-for-lot policy to deliver a product to the buyer. Then, the model was extended by many researchers, for example Banerjee (1986), Goyal (1988), Hill (1997) and Pujawan and Kingsman (2002). The comprehensive literature review on integrated vendor-buyer problem was presented by Ben-Daya et al. (2008).

In recent years, integrated vendor-buyer model under stochastic environments has received significant research attention. Sajadieh et al (2009) developed a coordinated vendor-buyer model with stochastic lead time. The vendor produces the product in batches at a finite production rate and delivers the equal-sized batches to the buyer. However, the demand in buyer side was assumed to be deterministic. Furthermore Ben-Daya and Hariga (2004) investigated vendor-buyer model under stochastic demand and variable lead time. They relaxed the assumption of deterministic lead time and assumed that the lead time consists of time to produce a batch, transportation time and non-productive time. Hsiao (2008) extended Ben-Daya and Hariga’s (2004) model and proposed a modified model under assumption of using two different reorder points and service level. Glock (2009) developed previous model and considered unequal-sized shipments. He proposed shipment-sized is determined by an increasing fixed factor.

Another extensions of integrated vendor-buyer problem under stochastic demand was done by Ouyang et al (2004). He presented a model with stochastic lead time demand and contollable lead time. Furthermore, Lin (2009) developed single-vendor-single-buyer integrated production inventory system with backorder price discount and variable lead time. He investigated the effect of investing in reducing ordering cost on the model. Pujawan and Kingsman (2002) developed production-inventory model for single-vendor-single buyer model that relatively different with previous models. They gave flexibility to both parties to determine the order quantity and production batch based on the optimal equal delivery lot

II - 5



EFISIENSI ALUR INFORMASI MANUFAKTUR MELALUI PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PRODUKSI

Siti Nandiroh, Munajat Tri Nugroho, Arrie Prasetyo

Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta

[email protected].

ABSTRAK

Perkembangan teknologi informasi yang pesat memungkinkan untuk melakukan perancangan dan pembuatan sistem informasi produksi berbasis komputer, sehingga dapat memberikan kemudahan bagi perusahaan dalam mengelola data produksi. Data produksi merupakan salah satu faktor yang memiliki peran sangat penting dalam membangun dan mengembangkan sistem informasi produksi. Penelitian dilaksanakan di perusahaan Penerbit dan Percetakan CV. Harapan Baru, Surakarta. Objek penelitian ini adalah sistem informasi pada proses produksi. Tahap pembuatan program aplikasi ini meliputi perancangan sistem database, pengembangan program aplikasi, pengujian program dan implementasi program serta dilengkapi dengan petunjuk penggunaan aplikasi. Pengembangan sistem informasi produksi pada tulisan ini sebagai alat bantu dalam berbagai transaksi kebutuhan informasi dalam kegiatan proses produksi. Kata kunci : efisiensi, produksi, sistem informasi.

1. Pendahuluan

Produksi merupakan bidang yang terus berkembang selaras dengan perkembangan teknologi, di mana produksi memiliki suatu jalinan hubungan timbal-balik (dua arah) yang sangat erat dengan teknologi. Produksi dan teknologi saling membutuhkan. Kebutuhan produksi untuk beroperasi dengan biaya yang lebih rendah, meningkatkan kualitas dan produktivitas, dan menciptakan produk baru telah menjadi kekuatan yang mendorong teknologi untuk melakukan berbagai terobosan dan penemuan baru. Produksi dalam sebuah organisasi pabrik merupakan inti yang paling dalam, spesifik serta berbeda dengan bidang fungsional lain seperti keuangan, personalia, dan lain-lain.

CV. HARAPAN BARU sebagai salah satu perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang industri penerbit dan percetakan yang menghasilkan produk seperti buku materi maupun buku LKS (Lembar Keja Siswa) untuk SD sampai dengan SMA. Dalam pengolahan data produksinya masih manual dan dalam transaksinya menggunakan program aplikasi bahasa pemrograman Delphi yang sampai sekarang belum diperbaharui lagi. Jika mengalami kerusakan (error) dalam program aplikasi maka program yang ada tidak bisa digunakan lagi karena tidak ada bagian khusus yang merawat dan menangani program tersebut.

Hingga saat ini belum ada pembaharuan sistem lagi guna menunjang berbagai informasi proses produksi yang diperlukan. Hal ini juga menjadi hal yang sangat menentukan dalam pembuatan berbagai bentuk laporan produksi, yang pada akhirnya akan menjadi ukuran untuk menilai proses produksi yang terjadi di suatu industri manufaktur. Selain itu juga tidak mampu menjamin akurasi penghitungan, pengontrolan proses produksi yang berlangsung, rekapitulasi dan sistem laporan yang dihasilkan. Sistem yang digunakan saat ini belum memenuhi semua kebutuhan tersebut, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan solusinya. 1.1 Sistem Informasi Produksi Berbasis Komputer

Salah satu sumber daya yang tersedia bagi seorang manager adalah informasi, dimana informasi ini dapat dikelola seperti sumber daya yang lain yang membentuk suatu sistem informasi sesuai dengan konsep dasar informasi. Agar suatu sistem dapat dikenal dengan baik, maka sistem tersebut harus harus dipelajari. Sistem didefinisikan sebagai kumpulan dari beberapa elemen yang berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu sistem mempunyai susunan dasar, antara lain: input, output, transformasi, mekanisme pengendalian, dan tujuan.

II - 6


PRESERVING SUGAR INDUSTRIES SAVING OUR HERITAGE OF INDUSTRIAL ENGINEERING

Krisprantono

Soegijapranata Chatolic University, Semarang

[email protected]

ABSTRACT

Industrial engineering has an important role in the lifetime of Indonesian history in the sense of economic development. This technical tools of development of industrial engineering science have to saved. Industrial heritage resources may present themselves as self evidence and unchanging but perceiving that self evident stability depends on sharing a set of assumptions values and orders of significance its general and the historical associations of the particular objects. Sugar mills in Java are assets of industrial culture and assets of their future viability. It generated a rich heritage of built structures and of artifacts and records ranging from steam engines, steam locomotives, industrial buildings, colonial architecture, structural engineering and other social and cultural industy. But this heritage is at risk due to pressures resulting from growth and modernization of the Indonesian economy in the last 35 years. The conservation industrial heritage is important to assist Indonesian society to understand how the development process began and the social and economic effects of these industries on people and ways of living. The conservation project needs a development program that will extend its potential to become a more relevant, accessible and energetic facilities. The aim of the project are to develop a stronger sense of pride within rural communities for their heritage, to increase employment opportunities and financial benefits to the region conversion the old industries to the relevant new industry that possible to use old materials.

Key words: industry, engineering, heritage, conservation

1. Historical Background

Two British pioneers as inventors of steam power were James Watt and John Smeaton in early 18 century. James Watt in late 1770 made significant improvements building his first engines. Hereafter, James Watt between 1763–75 inventing an improved version of previous engine, with a separate condenser. The new Watt's engine used 75% less coal than the old ones, and therefore the new engine thus much cheaper to run as well as more saving coal. Watt continuing his research to develop his engine by modifying it to provide a rotary motion that suitable for driving factory machinery. The continuous research drive to the Industrial revolution. The Watt's early engines were "atmospheric". They were powered by air pressure pushing a piston into the partial vacuum generated by condensing steam, instead of the pressure of expanding steam. The engine Cylinders had to be large because the only usable force acting on them was due to atmospheric pressure. Around 1800, Richard Trevithick and separately Oliver Evans (1801) introduced engines using high-pressure steam. These were much more powerful for a given cylinder size than previous engines and could be made small enough for transport applications. Thereafter, technological developments and improvements in manufacturing techniques (partly brought about by the adoption of the steam engine as a power source) resulted in the design of more efficient engines that could be smaller, faster, or more powerful, depending on the intended application (Hunter 1985, 13).

Since the early 18th century, steam power has been applied to a variety of practical uses. At first it was applied to reciprocating pumps, but from the 1780s rotative engines (i.e. those converting reciprocating motion into rotary motion) began to appear, driving factory machinery such as spinning mules and power looms. At the turn of the 19th century, steam-powered transport on both sea and land began to make its appearance becoming ever more dominant as the century progressed. Steam engines can be said to have been the moving force behind the Industrial Revolution and saw widespread commercial use driving machinery in factories, mills and mines; powering pumping stations; and propelling transport appliances such as railway locomotives, ships and road vehicles. Their use in agriculture led to an increase in the land available for cultivation. Very low power engines are used to power models and toys, and special applications such as the steam clock. The presence of

http://en.wikipedia.org/wiki/John_Smeaton�

http://en.wikipedia.org/wiki/James_Watt_(inventor)�

http://en.wikipedia.org/wiki/Watt_steam_engine�

http://en.wikipedia.org/wiki/Vacuum�

http://en.wikipedia.org/wiki/Condensation�

http://en.wikipedia.org/wiki/Pressure�

http://en.wikipedia.org/wiki/Cylinder_(engine)�

http://en.wikipedia.org/wiki/Atmospheric_pressure�

http://en.wikipedia.org/wiki/Richard_Trevithick�



http://en.wikipedia.org/wiki/Oliver_Evans�

http://en.wikipedia.org/wiki/Steam_power�

http://en.wikipedia.org/wiki/Reciprocating_motion�

http://en.wikipedia.org/wiki/Spinning_mule�

http://en.wikipedia.org/wiki/Power_loom�

http://en.wikipedia.org/wiki/Industrial_Revolution�

http://en.wikipedia.org/wiki/Pumping_station�



http://en.wikipedia.org/wiki/Steam_clock�

II - 7



SOLVING DOUBLE SIDED ASSEMBLY LINE BALANCING PROBLEM USING GENETIC ALGORITHM

Muhammad Ridwan Andi Purnomo

Department of Industrial Engineering-International Program, Faculty of Industrial Technology,

Universitas Islam Indonesia, INDONESIA

ABSTRACT

This paper presents the use of Genetic Algorithm (GA) to solve double sided assembly line balancing (DSALB) problem. Conceptually, DSALB is the extension of conventional assembly line balancing (ALB) problem which consider the assignment of work elements to the left or right side of a material handling system, which is usually a conveyor. The objective functions to be considered in this research are maximising line efficiency and minimising the gap between assembly time between each work station. Modelling process to develop GA, start from chromosome representation, fitness and evolution operators definition will be explained in detail will be explained in detail and a numerical example is also presented in order to test the performance of proposed GA. Based on the numerical example, it shows that the proposed GA is able to provide feasible solution with very high stability. Keywords: DSALB, GA, multi objectives.

1. Introduction

Conceptually, double sided assembly line balancing (DSALB) is the extension of conventional assembly line balancing (ALB) problem. In DSALB, work elements will be assigned to work stations which placed at left and right of a material handling system, which is usually a conveyor. DSALB usually being applied to assemble large size of product such as car, bus or ship. The product flows on the material handling and operators work to assembly components at the left and right side. Work elements assignment to work stations must consider that factor so that the work elements could be assigned to the correct side.

Similar with ALB problem, in DSALB problem, analysis is started with constructing an assembly precedence diagram. In the precedence diagram, beside assembly time data, there are 3 kind of symbols need to be placed as well to each work element, which are E: work element is free to be assigned to a work station at the left or right side of the material handling, L(R): work element must be assigned to a work station at the left(right) side of the material handling. Another additional information for each work element is the required tool to execute the work element. This information could be used in problem analysis so that the number of required tools could be minimised.

In this paper, a Genetic Algorithm (GA) is proposed to solve DSALB problem. The objectives to be achieved are to maximise assembly line efficiency and minimise the assembly time gap between each work station. Several previous researches which are related with this research and modelling process to develop GA, start from chromosome representation, fitness and evolution operators definition will be explained in detail in the following sub sections. A numerical example which is taken from previous researchers is also presented in order to test the performance of proposed GA

2. Related Works

The use of GA to solve ALB problem has been investigated by Levitin et al. (2006). The assembly line to be optimised is handled by robots, further, it called as Robotic Assembly Line Balancing (RALB) problem. In that study, GA is used to assign robots to line station and also balancing distribution of work between each station. A chromosome in GA represents the sequence of work elements to be assigned to work stations. In that study, two different procedures for adapting the GA to the RALB problem and assigning robots to stations are introduced: a recursive and a consecutive procedure. The recursive procedure aims to assign activities to stations by considering equality of total processing times for all stations without changing the sequence of work elements which represented by the chromosome in GA. The consecutive procedure works similar with recursive procedure but more on robot assignment.

II - 8


Program Pemetaan Dan Analisis Pemetaan Dari Sisi Permintaan Berdasarkan Dimensi Kuantitas, Kualitas, Lokasi Dan Waktu

Studi Kasus : Sub Sektor Perhotelan Di Kota Surabaya

Yunia Dwie Nurcahyanie, Rusdiyantoro, Prihono

Program Studi Teknik Industri Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

ABSTRAK

Pemetaan kebutuhan industri di Indonesia selama ini belum dilakukan dengan baik, sehingga selalu ada gap antara kualifikasi Sumber Daya Manusia yang dibutuhkan oleh industri, dengan ketersediaan atau produk dari pendidikan, baik pendidikan menengah atas maupun pendidikan tinggi. Hal ini terjadi karena lambatnya informasi dari industri kepada lembaga pendidikan tentang kualifikasi standar yang mereka butuhkan, atau justru karena industri ingin menekan pengeluaran dalam penggajian, sehingga mereka mempekerjakan SDM yang tidak sesuai dengan kompetensi dan lokasinya. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan dunia kerja di bidang jasa sub sektor perhotel, restoran, agen perjalanan, klinik kecantikan dan spa, dan health care. Peneltitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Dengan teknik purposif random sampling, kami memilih 40 perusahaan yang terdiri dari 7 hotel besar dan kecil, dengan jumlah pekerja total 1346 pekerja. Hasil dari penelitian ini ternyata, proporsi dari sub sektor ini didominasi oleh lulusan SMA dan SMK, dan banyak posisi yang seharusnya diisi oleh S1 atau minimal D3 pun diisi oleh SMA atau SMK. Jumlah tenaga yang disertifikasi masih kurang dari 30%, hal ini jauh dari harapan tahun 2015 Indonesia harus usai mensertifikasi seluruh SDM di bidang perhotelan, restoran dan jasa wisata melalui BNSP, jika tidak terkena imbas dari aturan keanggotaan MRA Asean tentang kualifikasi standar SDM bidang pariwisata dan perhotelan.

Kata Kunci : Pemetaan SDM, Perhotelan, Kota Surabaya

1. Latar Belakang

Pemetaan antara kebutuhan (demand) oleh industri di Indonesia, baik itu dalam sektor industri manufaktur, pertanian, perdagangan dan jasa harus ditopang kemajuan dan keberlanjutannya dengan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, sesuai dengan jumlah yang diharapkan, tepat alokasi pemanfaatan SDM, ketepatan waktu pemenuhan SDM yang dibutuhkan, dan ketepatan lokasi penempatan SDM dengan ketersediaan SDM.

Sebagaimana diketahui bersama pemenuhan kebutuhan SDM yang sesuai kualifikasi yang dibutuhkan oleh industri belum bisa dipetakan dengan pasti. Permasalahannya adalah selama ini tidak ada keselarasan yang manis antara penyelenggara pendidikan dengan kalangan industri. Banyak faktor yang menyebabkan ketidakharmonisan ini terjadi diantaranya:

- Ketidak percayaan dunia industri dengan kualitas lulusan yang dihasilkan oleh penyelenggara pendidikan baik pendidikan tinggi (S1) maupun pendidikan menengah atas (SMK dan sejenisnya).

- Ketidakberdayaan pihak pemasok (sekolah maupun perguruan tinggi) untuk memenuhi dan mencari kebutuhan sebenarnya di industri. Karena pihak industri seringkali mengalami ‘ ketidaksesuaian antara teori atau praktek yang diselenggarakan di sekolah ataupun perguruan tinggi dengan apa yang dilaksanakan di industri.

- Pihak industri seringkali menutup diri dari siswa atau mahasiswa yang ingin melaksanakan program magang kerja karena seringkali dianggap “tidak siap kerja” dan selalu “merepotkan” pihak industri.

Berbagai persolan diatas sebenarnya bisa ditarik satu kesimpulan. Yaitu adanya ketidaksesuaian supply dari sekolah atau perguruan tinggi dengan demand yang diharapkan dan dibutuhkan oleh perusahaan ataupun industri. Dalam pelaksanaan pemetaan akan dilakukan dalam beberapa tahapan sebagai berikut :

a. Tahapan Persiapan, meliputi identifikasi dan perencanaan program dan sosialisasi atau pembekalan kepada para surveyor,

II - 9



ANALISIS PERSAINGAN MASKAPAI PENERBANGAN RUTE SOLO-JAKARTA BERDASARKAN PERSEPSI KONSUMEN

SEBAGAI DASAR PERANCANGAN STRATEGI PENETAPAN HARGA

Fakhrina Fahma, Murman Budijanto, Melissa Wulandari

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

[email protected]

ABSTRAK

Banyaknya maskapai penerbangan yang melayani pada rute-rute yang sama mengakibatkan persaingan yang kompetitif pada industri jasa penerbangan, tidak terkecuali untuk rute Solo-Jakarta. Setiap maskapai penerbangan dituntut untuk selalu berinovasi dalam memenuhi kebutuhan konsumennya. Dalam memenuhi kebutuhan konsumen diperlukan persepsi konsumen untuk menilai kinerja masing-masing maskapai penerbangan yang ada. Oleh sebab itu, diperlukan suatu analisis persaingan maskapai penerbangan rute Solo-Jakarta agar masing-masing maskapai penerbangan dapat mengetahui maskapai penerbangan mana yang menjadi pesaingnya. Analisis persaingan pada penelitian ini digunakan sebagai dasar dalam menetukan strategi penetapan harga. Dengan strategi harga yang tepat diharapkan setiap maskapai penerbangan dapat menarik konsumen untuk menggunakan jasa maskapai penerbangan. Penelitian ini terdiri dari lima tahap, tahap pertama adalah penentuan atribut penelitian. Atribut dalam penelitian ini didapat dari penelitian yang dilakukan oleh Puspasari (2008), Natalisa (2005), dan Budi (2009). Dari ketiga sumber tersebut didapat 20 atribut penelitian berdasarkan variabel bauran pemasaran. Tahap kedua adalah penyusunan dan penyebaran kuesioner kepada penumpang maskapai penerbangan rute Solo-Jakarta. Selanjutnya adalah uji validitas dan reliabilitas, pada uji validitas terdapat satu atribut yang tidak valid sehingga dieliminasi dan 19 atribut lainnya diolah dengan analisis Multidimensional Scaling (MDS). MDS menghasilkan peta persepsi yang menggambarkan posisi relatif maskapai penerbangan terhadap pesaingnya yang dapat digunakan untuk menentukan strategi penetapan harga. Hasil penelitian ini adalah peta posisi persaingan maskapai penerbangan rute Solo-Jakarta berdasarkan persepsi konsumen. Berdasarkan peta persepsi, posisi Batavia Air, Lion Air, dan Sriwijaya Air berada pada satu kuadran yang sama, dengan jarak terkecil terjadi antara posisi Batavia Air dan Lion Air (0,33). Hal ini menandakan bahwa terjadi persaingan pada ketiga maskapai tersebut, terutama antara Batavia Air dan Lion Air. Batavia Air, Lion Air, dan Sriwijaya Air dapat menggunakan relative pricing untuk strategi penetapan harga. Sedangkan untuk Garuda Indonesia Airlines terletak di kuadran yang berbeda pada peta persepsi. Hal ini menandakan bahwa Garuda Indonesia Airlines bukan merupakan pesaing dari maskapai penerbangan lainnya. Garuda Indonesia Airlines dapat menggunakan prestige pricing untuk strategi penetapan harga. Kata kunci : Industri Jasa Penerbangan,Multidimensional Scalling (MDS), Positioning, Strategi Harga

1. Pendahuluan

Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat yang menginginkan kecepatan dalam menjangkau suatu daerah, maka jasa penerbangan menjadi salah satu alternatif yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Komponen utama jasa penerbangan adalah maskapai penerbangan atau airlines. Maskapai penerbangan adalah sebuah organisasi yang menyediakan jasa penerbangan bagi penumpang atau barang. Perusahaan maskapai tersebut menyewa atau memiliki pesawat terbang untuk menyediakan jasa transportasi.

Banyaknya maskapai penerbangan yang melayani pada rute-rute yang sama mengakibatkan persaingan kompetitif pada industri jasa penerbangan, tidak terkecuali untuk rute Solo-Jakarta. Awalnya hanya terdapat tiga maskapai penerbangan yang melayani rute Solo-Jakarta. Ketiga maskapai tersebut adalah Garuda Indonesia Airlines, Lion Air, dan Sriwijaya Air. Namun pada bulan Maret 2010, maskapai penerbangan Batavia Air membuka rute penerbangan Solo-Jakarta. Dengan semakin bertambahnya jumlah maskapai penerbangan yang ada, menyebabkan pelanggan (penumpang) semakin selektif dalam memilih maskapai penerbangan yang akan melayaninya.Setiap maskapai penerbangan dituntut untuk selalu berinovasi dalam memenuhi kebutuhan konsumennya, baik dari segi harga, mutu, nilai maupun

II - 10


PENGARUH BERAT BADAN DAN BERAT BEBAN TERHADAP DENYUT JANTUNG PEKERJA PADA PEKERJAAN

MANUAL MATERIAL HANDLING (MMH)

Etika Muslimah

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta

[email protected]

ABSTRAK

Manual Material Handling (MMH) adalah aktivitas penanganan material secara manual atau tanpa bantuan alat, merupakan sumber terbesar dari cedera otot. MMH meliputi mengangkat, menurunkan, menarik atau mendorong beban. Aktivitas MMH apabila tidak dilakukan dengan baik akan menyebabkan over exertion yang beresiko menimbulkan cedera otot. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berat badan pekerja dan berat beban yang diangkat oleh pekerja terhadap denyut jantung pekerja ketika melakukan aktivitas MMH. Penelitian dilakukan di laboratorium dengan menggunakan 30 orang sebagai partisipan. Hasil yang diperoleh adalah bahwa berat badan dan berat beban berpengaruh secara signifikan terhadap denyut jantung pekerja. Denyut jantung merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengevaluasi beban kerja seseorang dari aspek fisiologis. Dengan denyut jantung maka diketahui apakah pekerjaan seseorang ringan, sedang atau berat. Kata kunci: beban, berat badan, denyut jantung

1. Pendahuluan

Aktivitas MMH seperti mengangkat (lifting), menurunkan (lowering), mendorong (pushing) dan menarik (pulling) adalah kegiatan yang sering dilakukan di industri. Aktivitas tersebut berpotensi menimbulkan permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja para pekerja. Cedera tulang belakang atau yang disebut sebagai low back pain (LBP) adalah akibat yang sering terjadi.

Analisis terhadap resiko pekerjaan MMH dapat dianalisis dengan beberapa metode seperti NIOSH, Biomekanika dan Fisiologi. Aspek fisiologi merupakan salah satu aspek yang sering digunakan, karena faktor kemudahan dalam penerapannya. Denyut jantung merupakan salah satu aspek fisiologis yang dapat menganalisis beban kerja MMH.

Aktivitas angkat angkut sangat tergantung pada beban yang diangkat. Setiap orang tidak memiliki kemampuan yang sama dalam melakukan aktivitas tersebut, karena faktor antropometri yang berbeda. Berat badan merupakan salah satu faktor yang dimiliki oleh setiap orang yang dapat mempengaruhi kemampuannya dalam bekerja. Penelitian ini akan mecari pengaruh berat beban yang diangkat dan berat badan pekerja terhadap denyut jantung pekerja tersebut. 2. Landasan Teori 2.1 Kemampuan Kerja Fisik

Kemampuan kerja fisik adalah kemampuan fungsional seseorang untuk mampu melakukan pekerjaan tertentu. Lamanya waktu aktivitas dapat bervariasi antar beberapa detik (untuk pekerjaan yang memerlukan kekuatan) sampai beberapa jam (untuk pekerjaan yang memerlukan ketahanan). Menurut Hairy dan Genaidy dalam Tarwaka et al., (2004) bahwa komponen kemampuan kerja fisik dan kesegaran jasmani seseorang ditentukan oleh kekuatan otot, ketahanan otot dan ketahanan kardiovaskuler.

mailto:[email protected]�

II - 11



PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PEMINJAMAN ALAT DI KAMAR ALAT INTERCAMP ATMI SURAKARTA

Gregorius Adinugroho, Yusuf Priyandari, Irwan Iftadi

Alumni Jurusan Teknik Industri, Universitas Sebelas Maret Staff Laboratorium Optimasi dan Perancangan Sistem Informasi,

Jurusan Teknik Industri, Universitas Sebelas Maret Staff Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi,

Jurusan Teknik Industri, Universitas Sebelas Maret

[email protected]

ABSTRACT

Akademi Tehnik Mesin Industri (ATMI) Surakarta is a higher education institution which focuses the lectures on practical workshop and has complete tools and machines. The tools are stored centrally in anarea called Kamar Alat and there are three Kamar Alat in the campus. Kamar Alat has some problems related to information of tools storage and tool circulation. Therefore, this research design acomputer-based information system in order to manageKamar Alat’s activities.The stages of this research consist of identifying problems in Kamar Alat, design of new procedures, and design of database and application. The first and second stage are presented in flowcahart. The database design uses Entity-Relationship Diagram (ERD) and Visual Basic is used for the application development.The research shows that the new procedure designed is better in managing tool carculation. Besides, the application can be used in all Kamar Alat in the campus over local area network. Keywords : information system, tools circulation, flowchart, Entity Relationship Diagram (ERD), ATMI Surakarta.

1. Pendahuluan

Informasi dapat dikelola dengan baik, sebagaimana sumber daya lainnya, informasi dapat membantu mengembangkan dan memperbaiki kinerja institusi tersebut(Jogiyanto, 2005). Kualitas yang baik dari sekumpulan informasi dapat dilihat dari kecepatan penyampaian, kemudahan akses, akurat dan relevan (Jogiyanto, 2003). Oleh karena informasi merupakan sumber daya yang penting, maka perancangan sistem informasi yang tepat dan adanya dukungan manajemen dapat menghasilkan perbaikan dan kemajuan bagi institusi tersebut.

Akademi Tehnik Mesin Industri (ATMI) Surakarta merupakan institusi pendidikan yang memfokuskan diri dalam mencetak ahli madya yang mahir di bidang proses manufaktur.Oleh karena itu, ATMI Surakarta menitikberatkan perkuliahan pada kerja praktek bengkel dan ditunjang dengan sarana dan prasarana yang lengkap. Pada kerja praktek bengkel, setiap mahasiswa difasilitasi dengan satu mesin dan kelengkapan kerja lainnya. Mesin–mesin tersebut ditata pada stasiun kerja seperti stasiun kerja milling, stasiun kerja bubut dan stasiun kerja gerinda. Adapun kelengkapan kerja lainnya disimpan secara terpusat di suatu bagian yang disebut dengan Kamar Alat.

Kamar Alat merupakan tempat penyimpanan dan peminjaman alat kerja. Proses penyimpanan dan administrasi peminjaman alat kerja ini dilayani oleh satu hingga dua orang petugas yang disebut dengan Toolman. Kadangkala proses peminjaman alat di Kamar Alat Intercamp juga dibantu oleh mahasiswa Teaching and Learning Exercise (TLE). Proses peminjaman alat di Kamar Alat memiliki suatu prosedur yang unik atau khas, yaitu menggunakan koin sebagai tanda jaminan peminjaman. Koin ini akan diletakkan pada tempat alat yang dipinjam oleh mahasiswa sebagai tanda jaminan. Proses peminjaman ini dilayani oleh Toolman.

Hasil dari observasi awal di lapangan melalui penyebaran angket memberikan informasi mengenai kesulitan yang dialami oleh mahasiswa dalam proses peminjaman alat kerja. Kesulitan-kesulitan yang disebabkan oleh faktor teknis, yaitu faktor-faktor yang berkaitan erat dengan kondisi, persediaan dan keterbatasan alat kerja yang ada saat ini adalah sebanyak 37%. Sedangkan 62% lainnya didominasi oleh faktor administratif, yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan kegiatan administasi dan kualitas pelayanan dalam proses peminjaman.

II - 12


PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PADA MANAJEMEN KUALITAS TERPADU

Mila Faila Sufa

Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta

[email protected]

ABSTRAK

Keuntungan suatu perusahaan didapatkan dari pendapatan penjualan yang tinggi dan pengeluaran yang rendah, dalam jangka panjang kombinasi kedua hal ini menghasilkan profitabilitas dan pertumbuhan. Hal ini dapat dicapai hanya jika perusahaan memproduksi produk/jasa yang berkualitas baik untuk pelanggannya. Karenanya kualitas dipengaruhi oleh pelanggan yang berupa peningkatan pendapatan dan pengaruh dari efisiensi internal yang berkontribusi pada penurunan biaya. Pengaruh internal dan eksternal ini membuat pihak manajemen harus membuat keputusan strategis yang tepat untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan begitu banyaknya informasi maka diperlukan suatu sistem informasi yang terintegrasi yang dapat mendukung penerapan manajemen kualitas terpadu sehingga dapat mendukung keberlangsungan hidup perusahaan. Keyword : profit, sistem informasi, manajemen kualitas, biaya, pelanggan

1. Pendahuluan

Manajemen kualitas terpadu atau Total Quality Management (TQM) adalah kualitas didefinisikan oleh pelanggan dan dicapai oeh perusahaan dan merupakan tanggung jawab seluruh elemen perusahaan. Filosofi yang terdapat dalam TQM adalah pencapaian keunggulan perusahaan secara menyeluruh dalam dimensi produk dan dimensi jasa dengan mencegah timbulnya kualitas buruk. Kerugian yang diakibatkan karena kualitas buruk adalah kehilangan usaha karena pelanggan pindah ke pesaing, adanya tuntutan hukum dari pelanggan yang mendapat kualitas buruk, kehilangan produktivitas serta tingginya biaya (biaya kegagalan, biaya penilaian dan biaya pencegahan). Sedangkan keuntungan kualitas yang baik adalah dapat meningkatkan penjualan dan menurunkan biaya, sehingga gabungan keduanya dapat menghasilkan profitabilitas dan pertumbuhan. Suatu definisi kualitas yang paling sederhana adalah kesesuaian dengan spesifikasi pelanggan,yang mengacu pada pemenuhan kriteria yang ditetapkan pelanggan bukan kriteria yang diterapkan perusahaan. Kunci untuk mencapai kualitas jenis ini adalah mengetahui siapa pelanggan kita dan apa yang mereka inginkan.

Sistem Informasi Manajemen merupakan jaringan prosedur pengolahan data yang dikembangkan dalam suatu sistem terintegrasi dengan maksud memberikan informasi yang bersifat internal dan eksternal kepada manajemen sebagai dasar pengambilan keputusan. Berdasarkan definisinya, Sistem Informasi Manajemen adalah jaringan prosedur pengolahan data yang dikembangkan dalam suatu sistem yang terintegrasi dengan maksud memberikan informasi yang bersifat internal maupun eksternal kepada manajemen sebagai dasar pengambilan keputusan. Dari tahun ke tahun dalam perkembangannya sistem informasi berbasis komputer mengalami evolusi mulai dari bagaimana memperoleh data (fokus awal pada data), berkembang menjadi cara mengolah data (fokus baru pada informasi), fokus revisi pada pendukung keputusan (Decision Support System - DSS), fokus pada komunikasi (otomatisasi kantor) hingga fokus potensial pada konsultasi (expert system) 2.Tinjauan Pustaka

Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional samapai yang lebih strategik.Definisi konvensional dari kualitas biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk. Berdasarkan pengertian dasar tentang kualitas, tampak bahwa kualitas selalu berfokus pada pelanggan (costomer focused quality).Dengan demikian produk didesain dan diproduksi serta pelayanan diberikan untuk memenuhi keinginan pelanggan. Karena kualitas mengacu pada segala sesuatu yang menentukan kepuasan pelanggan, suatu produk yang dihasilkan dikatakan berkualitas jika sesuai dengan keinginan pelanggan dan dapat dimanfaatkan dengan baik, serta diproduksi dengan benar.


II - 13



ANALISA PENETAPAN PRIORITAS PENGGUNAAN SARANA TRANSPORTASI DENGAN MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY

PROCESS (AHP) DAN FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (FAHP)

Marni Astuti

Jurusan Teknik Industri, Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto,Yogyakarta

[email protected]

ABSTRAK

Sarana transportasi merupakan salah satu aspek pembangunan yang menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu kota atau wilayah. Konsumen atau penumpang sebagai pengguna sarana transportasi mengharapkan peningkatan kualitas sarana transportasi juga. Tetapi hal ini masih belum sempurna tersedia oleh penyedia jasa transportasi. Tujuan penelitian ini adalah menggali kriteria kualitas pelayanan berdasarkan preferensi konsumen, kemudian membandingkan pemilihan transportasi terbaik dengan metode AHP dan FAHP.. Dalam penelitian ini, obyek penelitian difokuskan pada dua jenis angkutan umum dalam kota Jogjakarta, yaitu Bis Kota dan Trans Jogja. Langkah pertama yang dilakukan adalah menyebarkan kuesioner pendahuluan untuk mendapatkan kriteria-kriteria kualitas yang diinginkan oleh konsumen terhadap sarana transportasi. Setelah didapatkan kriteria-kriteria, selanjutnya menyebarkan kuesioner lanjutan untuk mendapatkan perbandingan berpasangan dari konsumen terhadap tingkat kepentingan masing-masing kriteria. Kemudian data perbandingan berpasangan, diolah dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Fuzzy AHP guna mendapatkan preferensi konsumen terhadap pemilihan fasilitas transportasi di jogjakarta. Hasil pengumpulan dan pengolahan data, kriteria-kriteria kualitas yang dihasilkan adalah biaya, kenyamanan, keselamatan, waktu menunggu, dan jarak halte ke tujuan. Dari pengolahan data dengan menggunakan Analytichal Hierarchy Process (AHP) dihasilkan bobot bis kota sebesar 0,0530 dan trans jogja sebesar 0,2609. Dengan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP) menghasilkan bobot bis kota sebesar 0,0419 dan trans jogja sebesar 0,0471. Hasil analisis menggunakan AHP tradisional dan FAHP bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua metode tersebut. Kedua metode menghasilkan alternatif bis pilihan konsumen yang sama yaitu pada bis trans jogja. Kata kunci : Preferensi, Analytichal Hierarchy Process, Fuzzy Analytichal Hierarchy Process

1. Pendahuluan

Sarana transportasi merupakan salah satu aspek pembangunan yang menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu kota atau wilayah. Pentingnya peningkatan kualitas sarana transportasi memasukkan sistem evaluasi kinerja transportasi dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dan Anggaran Pendapatan Belanja Negara.

Konsumen dapat menentukan pilihannya dalam menggunakan jasa transportasi antara lain dari segi kenyamanan selama perjalanan, waktu tempuh, biaya transportasi, dan keselamatan. Banyak masyarakat yang menginginkan kenyamanan bertransportasi. Tetapi hal ini masih belum sempurna tersedia oleh penyedia jasa transportasi.

Di Jogjakarta terdapat dua jenis bis transportasi kota. Pertama, Bis Kota, yaitu bis transportasi umum yang dikelola oleh organda, seperti KOBUTRI, ASPADA, DAMRI, dan lain-lain. Bis kota dengan sistem setoran kepada pengelola, menuntut sopir dan kondektur bekerja untuk mengejar setoran dan terkadang melupakan kualitas pelayanan dan keselamatan penumpang. Naik turunnya penumpang tidak di halte bis, sehingga penumpang dapat turun tepat pada tempat yang dituju. Akan tetapi hal ini mengakibatkan kekacauan lalu lintas.

Kedua, Trans Jogja yaitu bis transportasi umum yang dikelola oleh pemerintah kota. Bis trans Jogja dengan sistem tertutup yaitu penumpang harus melewati pemeriksaan tiket pada halte tertentu, memperhatikan kualitas dan keselamatan penumpang. Ketersediaan halte bis yang belum banyak,

II - 14


HUMAN FACTOR DALAM KERIS JAWA SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN KARAKTER

Ketut Ima Ismara

Department of educational of electrical enginereering, State University of Yogyakarta

[email protected]

ABSTRAK

Keris di Jawa, dewasa ini masih dianggap sebagai barang keramat, sakral, pusaka suci, aji-aji, jimat, memiliki daya majis, memiliki kekuatan yang luar biasa, sehingga diyakini akan mampu mempengaruhi karier, kesehatan dan karakter seseorang. Banyak orang yang mencari, mengharapkan, memuja, dan memanfaatkan kekuatannya. Sebagian lagi menganggap sebagai syirik, musyriq, mubadzir, dan hanya membawa kejelekan, dosa karena ingkar terhadap Allah SWT, Ingkang Murbeng Dumadi (Yang Menguasai kejadian dunia). Sebagian asumsi-asumsi tersebut akan dikupas dari aspek transpersonalitas, psikologi pendidikan, metafisis, dan budaya. Terkait dengan perannya dalam pendidikan karakter bangsa di masa lalu, dan sebagai warisan budaya adi luhung (unggul) yang diakui UNESCO. Harapan dari tulisan ini adalah menempatkan keris sesuai proporsinya, sebagai kaca benggala (kaca untuk mawas diri) penggunaan media pembelajaran modern saat ini dalam pendidikan karakter, yang tentu saja harus lebih baik. Keris memiliki karakter tersendiri, manusia juga mempunyai karakter bawaan. adakah keduanya dapat saling mempengaruhi? Artikel ini bukan commonsense, tetapi suatu inferensi dari observasi partisipan cukup lama serta mendalam di lingkungan yang relevan, dan sebagian besar dipaparkan atas dasar pengalaman nyata penulis melalui proses meditasi yang panjang. Semoga kelak anak cucu kita tidak hanya melihat gambarnya saja -seperti halnya harimau Jawa-, atau harus mencarinya di museum negeri jiran. Kata kunci: keris, karakter, psikologi pendidikan, transpersonalitas

1. Pendahuluan

Terdapat beberapa golongan asumsi masyarakat. Keris Jawa layaknya sebagai tertuduh yang divonis bersalah dan harus dimusnahkan atau dilarung (dibuang ke sungai atau laut), karena dianggap sumber malapetaka bagi pemegangnya yang merasa tidak kuat. Di sisi lain, keris juga diburu dicari melalui berbagai metode dan cara, dengan harga mas kawin yang relatif sangat mahal. Posisinya persis seperti barang haram yang disingkirkan sekaligus dicari untuk dinikmati.

Sebagian besar masyarakat Jawa beranggapan keris itu memiliki tuah (pengaruh), atau tenaga supranatural yang dilebih-lebihkan, bahkan dihuni oleh jin atau mahkluk ghaib. Mempunyai keris diperlukan persyaratan yang luar biasa sulit, sehingga bagi yang tak mampu merawat atau tidak kuat, maka dianggap akan dapat menimbulkan berbagai bala penyakit dan banyak kesialan dalam hidupnya. Banyak simtom yang ditimbulkan menurut asumsi mereka, misalnya seret (sulit) rejeki, sakit-sakitan, selalu berseteru, hidup tidak tenang, banyak utang, keluarga berantakan dan sebagainya. Semua itu memang sulit untuk dinalar atau dikorelasikan dengan keris sebagai pusaka warisan leluhurnya. Sebaliknya, ada sebagian (dan cukup banyak) para pemuka masyarakat yang mengandalkan keris sebagai pusaka piyandel (yang di andalkan) atau pemotivasi, pembawa rasa percaya diri untuk menyelesaikan semua urusan dalam kariernya, misalnya pemimpin, tentara, pedagang, bahkan pemuka agama, termasuk yang berada di negeri seberang. Mereka mencari, memburunya melalui berbagai ritual yang unik dan kadang menyakitkan, ditambah dengan nilai uang yang sangat banyak sebagai mas kawinnya (Bambang.2004; Haryoguritno.2005). Keadaan itu membuat sekelompok masyarakat yang berwawasan bisnis, dapat memanfaatkan peluang yang sangat menguntungkan tersebut, membeli dengan harga murah lalu menjualnya dengan harga mahal, dibumbui sedikit cerita yang menyesatkan serta berbau penipuan halus.

Hanya sedikit masyarakat yang menyadari nilai luhur artefak warisan budaya yang sangat luar biasa ini, mereka berusaha mempelajari, melindungi, melestarikan, dan menyebarkan informasi yang benar, serta memanfaatkannya sebagai media pembelajaran dalam membentuk karakter manusia. Seperti yang telah dilakukan leluhur bangsa ini sejak berabad yang lalu. Kelompok kecil ini mengerti dengan


II - 15



PENGEMBANGAN RUANG LABORATORIUM PENDIDIKAN TEKNOLOGI MEKATRONIKA

BERDASARKAN ASPEK HUMAN FACTOR

Ketut Ima Ismara

Department of Educational of Electrical Engineering State University of Yogyakarta

[email protected]

ABSTRAK

Hasil akhir dari pengembangan ini adalah simulasi berupa animasi 3D yang mengambarkan tentang konsep ruangan laboratorium pendidikan teknologi mekatronika berdasarkan aspek psikologi teknologi (Engineering Psychology). Psikologi teknologi merupakan aspek yang memberikan upaya keselamatan dan kesehatan kerja dalam proses belajar mengajar praktek di laboratorium. Aspek psikologi teknologi meliputi 5S / 5R, ergonomi dan tata letak yang berkaitan dengan teori human error dan Human factor. Aspek psikologi teknologi bertujuan untuk memberikan kenyamanan, kebersihan dan kerapian ruangan tersebut sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pendekatan yang digunakan adalah rancang bangun (R&D) yang meliputi tahap Analisis Kebutuhan, Perancangan dan Pembuatan Konsep. Pembuatan simulasi untuk menggambarkan hasil rancang bangun menggunakan aplikasi Google SketchUp, dan Windows Movie Maker. Kelayakan rancang bangun didapat dari uji validasi oleh ahli / pakar sarana pembelajaran. Rangkuman menunjukkan bahwa rancang bangun telah dapat dijadikan rekomendasi dalam pengembangan ruang laboratorium pendidikan teknologi mekatronika di lingkungan UNY. Kata Kunci : ruang laboratorium, psikologi teknologi, human error, Human factor

1. Pendahuluan

Laboratorium Pendidikan Teknologi Mekatronika merupakan tempat bagi mahasiswa melatih diri untuk mengembangkan kompetensi dasar di bidang pembelajaran sistem otomasi dan robotika. Laboratorium Pendidikan Teknologi Mekatronika di lingkungan FT UNY sebenarnya sudah memenuhi syarat sebagai ruang belajar mengajar yang efektif dalam penggunaan dan kemanfaatannya. Berdasarkan survey awal yang dilakukan, terdapat beberapa aspek psikologi teknologi (Engineering Psychology) yang meliputi 5S / 5R, ergonomi dan tata letak yang berkaitan dengan teori human error dan Human factor yang belum diterapkan secara optimal.

Aspek-aspek yang sebaiknya diperhitungkan dalam rancang bangun adalah 5S / 5R (ringkas, rapi, resik, rawat dan rajin), ergonomi dan tata letak ruangan akan dapat menunjang keberhasilan proses belajar-mengajar dan kenyamanan di lingkungan laboratorium itu sendiri. Melihat kondisi tersebut perlu dibuat simulasi rancang bangun laboratorium pendidikan teknologi mekatronika. Pembuatan simulasi ruang laboratorium menggunakan aplikasi pemrograman Google SketchUp. Aplikasi ini selain digunakan untuk mengembangkan konsep, juga memungkinkan kita untuk dapat membuat presentasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat dijelaskan secara visual dalam bentuk 3 dimensi.

Tujuan pengembangan ruang laboratorium pendidikan teknologi mekatronika antara lain adalah membuat rancang bangun yang mampu menunjang keberhasilan dan kenyamanan proses belajar mengajar calon guru di bidang teknologi mekatronika, menambahkan aspek-aspek 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke), K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja), dan psikologi teknologi yang dalam hal ini ergonomi, tata letak, human error, Human factor sehingga layak untuk digunakan sebagai standar ruang laboratorium. 2. Konsep Perancangan Simulasi Ruang Laboratorium

Isu sentral yang diangkat untuk perancangan ini adalah 5S / 5R, K3, dan psikologi teknologi yang meliputi aspek ergonomi, tata letak, human error, Human factor. Materi-materi tersebut menjadi konsep


II - 16


QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DALAM DFM&A

Widya Setiafindari

Jurusan Teknik Industri Fakultas Sains & Teknologi Universitas Teknologi Yogyakarta

[email protected]

ABSTRAK

Dalam perencanaan dan pengembangan produk kita akan melalui proses desain produk yang terkadang harus menghadapi kendala dari kinerja yang buruk sebagai akibat dari ketidak efisienan waktu proses dan biaya yang harus dikeluarkan. Quality Function Deployment (QFD) memberikan manfaat yang sangat besar dalam menterjemahkan voice of customer ke dalam voice of engineering, sehingga terjadi keselarasan dalam proses desain produk dan design for manufacture&assembly (DFM&A). QFD juga mengurangi permasalahan-permasalahan mendasar dari proses desain produk dan DFM&A. Sehingga peningkatkan kualitas produk baik dalam proses desain maupun manufaktur dapat tercapai dengan baik.

Keywords : Design For Manufacture and Assembly (DFM&A), Quality Function Deployment (QFD)

1. Pendahuluan

Produk merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh usaha manusia atau usaha mekanis atau dihasilkan oleh proses alam. Produk adalah keluaran (output) yang diperoleh dari sebuah proses produksi (transformasi) dan merupakan pertambahan nilai dari bahan baku (material input) dan merupakan komoditi yang dijual perusahaan kepada konsumen (Widodo, 2003).

Konsep produk adalah deskripsi singkat tentang bagaimana produk dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Sejauh mana produk dapat memuaskan pelanggan dan dapat dikomersialisasikan tergantung pada kualitas konsep desain yang mendasarinya. Untuk produk baru, keputusan yang dibuat pada tahap desain awal memiliki dampak signifikan pada biaya dan kualitas produk. Sebuah konsep produk yang buruk dapat mengakibatkan tingginya biaya dan desain ulang keterlambatan dalam realisasi produk, serta membahayakan kemungkinan suksesnya komersialisasi. Sudah diakui bahwa hampir 75% dari siklus hidup biaya suatu produk biasanya dilakukan pada akhir dari fase desain konseptual. Oleh karena itu, desain konseptual telah menjadi salah satu kegiatan terpenting dalam pengembangan produk baru (Fung et al., 2007).

Gambar 1. Tinjauan dari pendekatan kualitas-teknik berbasis model desain konseptual.


II - 17



PERANCANGAN ULANG WEBSITE PT.POS INDONESIA BERDASARKAN PRINSIP USER CENTERED DESIGN

Kristiana Asih Damayanti, Chandra Gunawan

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

[email protected]

ABSTRAK

PT.Pos Indonesia telah memiliki sebuah website yang bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan mengenai produk dan profil dari PT.Pos kepada masyarakat, calon konsumen, dan pihak-pihak yang berkepentingan. Namun masih terdapat beberapa kendala mengenai tampilan website PT.Pos sehingga informasi yang ingin disampaikan oleh pihak PT.Pos kepada para pengunjung (terutama para pelanggannya) tidak dapat tersampaikan dengan baik. Maka untuk meningkatkan kenyamanan penggunaan website PT.Pos Indonesia sebaiknya dilakukan perbaikan pada tampilan website PT.Pos berdasarkan prinsip user-centered design. Tujuan dilakukannya studi ini adalah untuk mengetahui performansi website PT.Pos yang telah ada sekarang ini berdasarkan user centered design, serta melakukan perancangan ulang tampilan website PT.Pos berdasarkan prinsip user centered design. Website perancangan ulang dibuat dengan melakukan pemecahan pada masalah-masalah yang diperoleh setelah melakukan usability testing yaitu tidak mengetahui letak informasi yang dicari berada di link yang mana atau menemukan informasi secara tidak sengaja, Legenda pada tabel diletakkan di posisi yang tidak tepat, tidak mengetahui informasi mengenai suatu produk/ layanan berada di kategori yang mana karena menu yang kurang informatif. Perancangan juga dibuat berdasarkan prinsip-prinsip perancangan website berdasarkan user centered design Seperti prinsip “Make things obvious”, “Aim for a simple, clean design”, “Be consistent”, dan “Use existing standards”. Website hasil perancangan ulang yang diperoleh diuji kembali dengan menggunakan usability testing, dan berdasarkan hasil usability testing diperoleh kesimpulan bahwa website hasil perancangan ulang lebih mudah dan nyaman digunakan dan lebih baik dalam transfer informasi dengan tingkat usability Berdasarkan tingkat penyelesaian tugas dengan baik tingkat sebesar 100% dan berdasarkan hasil kuesioner akhir sebesar 62%. Hasil dari studi ini adalah sebuah rancangan website PT.Pos Indonesia yang lebih baik dan nyaman digunakan, serta lebih mudah dalam transfer informasi. Kata kunci : usability testing, user centered design, website

1. Pendahuluan

Perkembangan dunia teknologi informasi yang sangat pesat telah memberikan perubahan yang besar di dunia bisnis dan industri saat ini. Perkembangan ini memberikan dunia sebuah cara interaksi baru, market place baru, dan sebuah jaringan bisnis dunia yang tanpa batas. salah satu perkembangan teknologi informasi yang sangat penting adalah internet. Internet telah membawa peluang baru kepada pemerintah,bisnis, dan pendidikan. Sebagai tambahan dari menawarkan barang dan jasa secara online kepada konsumen, bisnis-bisnis menggunakan internet untuk berinteraksi dengan bisnis yang lain. Kepemilikan sebuah website bagi sebuah perusahaan saat ini seperti sebuah keharusan. Semakin banyak perusahaan yang menyadari arti pentingnya mempunyai website. Sebuah website bisa mewakili keberadaan perusahaan itu sendiri, karena website bisa menampilkan gambaran mengenai perusahaan secara detail yang dapat diakses oleh masyarakat global secara nonstop 24 jam sehari, bisa diupdate kapan saja dan bersifat interaktif karena adanya ruang untuk kontak secara online. (Balixplore, 2006).

Efek dari kepemilikan website bisa meningkatkan penjualan bagi perusahaan-perusahaan yang menyediakan produk atau jasa yang dicari oleh masyarakat global. Dalam kasus ini website bisa dijadikan sebagai toko online dimana semua orang dari seluruh penjuru dunia bisa berkunjung kapan saja tanpa harus meninggalkan tempat. User-centered design adalah prinsip atau pendekatan dalam perancangan suatu produk yang menempatkan pengguna sebagai pusat dari proses perancangan. User centered memiliki 5 aspek yaitu: Learnability, Efficiency, Memorability, Errors, dan Satisfaction.


II - 18


APLIKASI FUZZY LOGIC DALAM PEMILIHAN SUPPLIER (STUDI KASUS DI PT. TONGGAK AMPUH UNIT III YOGYAKARTA)

Wawan Priyadi, Yohanes Anton Nugroho

Jurusan Teknik Industri Universitas Teknologi Yogyakarta

[email protected]

ABSTRACT

Supplier selection is a very important phase in the process of buying a raw material. Necessary considerations to be able to choose a quality supplier. While the company PT. Tonggak Ampuh Unit III Yogyakarta less selective in choosing suppliers. Fuzzy Multy-attribute Decision Making (FMADM) is a supplier selection method that alternatives are known and predetermined. Decision makers must determine the priority or ranking based on criteria given stage - stage method FMADM namely: determining the criteria, determine the criteria indicators, determination of the weight value and supplier selection. Indicator weighting of criteria or attributes based on eigenvector method of Saaty. The weight values obtained from these methods are as follows: for the 4 mm sieve size value was 1.146; to sieve size of 1 mm the value was 0.764; for the 0.25 mm sieve size value was 0.573; to 0.063 mm sieve size or levels of silt is 2.293 ; for the time of delivery value was 0.764, and for the capacity of the raw materials of sand value is 0.459. While the results obtained from the method FMADM is UD Wulan Putri = 0.728; UD Mandiri = 0.803; Kahar = 0.728; Istaji = 0.530. The results above show that the UD Mandiri is the most potential suppliers for PT. Tonggak Ampuh Unit III Yogyakarta. Keywords: Supplier Selection, Fuzzy Multi-Attribute Decision Making, FMADM

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Kompetisi antar industri yang semakin ketat dan kondisi ekonomi yang tidak menentu membuat perusahaan harus menerapkan strategi bersaing guna tetap menjaga pasar dan eksistensinya. Strategi tersebut diimplementasikan dengan melakukan tindakan perencanaan bahan baku hingga pemasaran produk jadi. Harapannya melalui penerapan strategi tersebut, keunggulan suatu produk dapat ditingkatkan, namun biaya produksi dapat diminimalkan.

Bahan baku merupakan faktor yang penting bagi kelangsungan hidup suatu industri, sehingga harus direncanakan dengan cermat. Pemilihan supplier merupakan salah satu isu penting, karena pemilihan suplier akan mempangaruhi rantai pasok bahan baku (supply c hain). Hal tersebut membuat keputusan memilih supplier harus dilakukan dengan penuh pertimbangan, karena harus benar-benar didapatkan supplier yang qualified dari faktor harga, biaya, dan pengiriman.

PT. Tonggak Ampuh Unit III Yogyakarta merupakan suatu perusahaan manufaktur yang bergerak dalam produksi tiang beton. Pemilihan dalam memilih supplier kurang selektif sehingga perlu adanya metode pemilihan supplier yang tepat, efektif dan selektif. Perusahaan menyadari akan pentingnya pemilihan supplier untuk menunjang proses produksi dan menjaga kualitas produksi.

Berbagai pendekatan metode heuristik dapat dilakukan untuk menetapkan supplier dengan kualifikasi yang baik. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan dalam pemilihan supplier adalah menggunakan pendekatan logika Fuzzy Multy-Criteria Decision Making (FMCDM). FMCDM dapat diklasifikasikan dalam 2 model yaitu: Fuzzy Multy-Objective decision Making (FMODM) dan Fuzzy Multy-Atribute Decision Making (FMADM). Pada FMODM berisi sejumlah tujuan yang berbeda dan sulit diselesaikan secara simultan, alternatif-alternatif tidak didefinisikan sebelumnya, dan sumber–sumber, tujuan dan koefisien juga bisa bernilai fuzzy. Sebaliknya pada FMADM, alternatif sudah diketahui sebelumnya, memiliki tujuan tertentu, yang dapat diklasifikasikan dalam 2 tipe, yaitu menyeleksi alternatif dengan atribut (kriteria) terbaik dan mengklasifikasi alternatif berdasarkan peran tertentu.

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis pengambilan keputusan guna menentukan supplier dengan kriteria pemilihan terbaik. Penggunaan logika Fuzzy dalam pemilihan supplier


II - 19



MINIMASI WAKTU ANTRIAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SIMULASI STOKASTIK

(STUDI KASUS DI SPBU 44.55502)

Kelik Bintoro, Yohanes Anton Nugroho

Jurusan Teknik Industri Universitas Teknologi Yogyakarta

[email protected]

ABSTRACT

This paper discusses about how to minimize the time and the number of queues that occur every morning between the hours of 7:00 p.m. to 9:00 pm at the fueling station pump for motorcycle in SPBU 44.55502. Observation used to looking time between arrival and processing time, then this times used to stochastic simulation process. Output simulation shown queue characteristics that can use to conducted problem of queuing systems that occur. Simulation results obtained from the average number of queued vehicles is 27 unit, average waiting time 817.62 seconds, and level of utility operator is 99.5%. Under this conditions, try to increase one operator allocation. This condition make reduced to the number of queues 2 unit, long queue of vehicles 78%, and the utilization rate of 78%.

Keyword : queque, number of queque, simulation, SPBU

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) merupakan suatu usaha yang bergerak dalam bidang pendistribusian bahan bakar minyak, seperti Premium, Pertamax, Pertamax Plus dan Solar. SPBU memiliki peran penting bagi masyarakat, mengingat saat ini kebutuhan bahan bakar minyak, khususnya untuk kendaraan bermotor sangatlah tinggi.

SPBU 44.55502 terletak di Jalan Magelang Km 11,5 memiliki 3 stasiun pengisian, dimana 2 stasiun digunakan untuk pelayanan kendaraan roda empat (premium, pertamax dan solar), sedangkan 1 stasiun dikhususkan melayani penjualan premium bagi kendaraan roda dua. Keberadaan SPBU yang terletak di tepi jalan negara, yang menghubungkan wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah, maka jumlah pembeli sangatlah fluktuatif. Bahkan untuk saat tertentu terjadi overload, sehingga menimbulkan antrian yang cukup panjang.

Antrian terjadi bila kebutuhan akan suatu pelayanan melebihi kapasitas pelayanan tersebut. Antrian yang terjadi di SPBU 44.55502 pada umumnya berfluktuasi sehingga memiliki pendekatan terhadap sistem stokastik. Pendekatan stokastik digunakan mengingat kedatangan pembeli tidaklah tetap, sehingga pola kedatangan dan pelayanan dapat didekati menggunakan distribusi probabilistik tertentu.

Dalam hal ini jika resource terlalu banyak, maka akan memerlukan ongkos yang besar, sebaliknya jika kapasitas pelayanan kurang, maka akan menyebabkan antrian dalam waktu yang cukup lama yang akan menimbulkan kerugian bagi pengelola SPBU, baik berupa risiko turunnya jumlah pelanggan akibat antrian yang terlalu padat. Untuk mengambil keputusan apakah harus menambahkan jumlah pekerja ataukah menerapkan strategi lain tentunya diperlukan suatu pertimbangan yang merupakan hasil analisis karakteristik sistem tersebut. Pendekatan simulasi digunakan menentukan tingkat antrian dan utilitas dari masing-masing operator, sehingga dapat diketahui stasiun pengisian yang memiliki tingkat antrian dan utilitas tinggi atau rendah.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang hendak diselesaikan dalam penelitian ini adalah bagaimana meminimalkan waktu antrian di stasiun pengisian bahan bakar sepeda motor SPBU 44.55502, dimana untuk menentukan elemen yang perlu diperbaiki digunakan pendekatan simulasi.


II - 20


AREA MEASUREMENT OF IRREGULAR SHAPED OBJECT

USING MULTIVARIATE IMAGE ANALYSIS

Ardiyanto, Widya Setiafindari , Theofilus Bayu Dwinugroho , Hilya Mudrika Arini

Master Student of Mechanical and Industrial Engineering Department, Faculty of Engineering, Gadjah Mada University, Yogyakarta

Lecturer of Industrial Engineering Department, Faculty of Science and Technology, Yogyakarta University of Technology

[email protected], [email protected]

ABSTRACT

Measuring area of irregular shaped objects is essential for many applications in geomatics engineering, civil engineering, agricultural sciences, and medical sciences. Several researchers used trapezoidal rule, simpson's rule, or hough transformation to measure the area of an irregular shape. In the development of computer, utilizations of a digital image become so popular. Processing the digital image can give much information which can be used for research. However, one of the problems when dealing with digital image processing is the size of the digital image data that was so large and sometimes multivariate. Because of that, one of approaches which can be used to extract information from an image is using multivariate image analysis. The advantages of multivariate image analysis when used for extracting the information from an image is the ability to process the multivariate data to be uncorrelated data with a lower dimension without losing important information from the original data. From this background, in this research it will use multivariate image analysis approach for measuring the irregular shaped objects. This research consists of several steps, image acquisition, multivariate image analysis computation, and validation. From this research, it can be concluded that the multivariate image analysis can be used to determine the area of the irregular shaped object. Furthermore, the use of principal component 1 to 3 in multivariate image analysis is very depended on the eigenvalues. If principal components 2-3 do not significantly contribute to the sum of eigenvalues, it will be not significantly affected to the results of measurement. In addition, there is a tradeoff when using multivariate image analysis, the accuracy will increase when using a larger image but the processing time will increase in a big amount in this condition.

keywords: Irregular Shape, Multivariate Image analysis, Principal Component

1. Introduction

Area can be defined as the extent or measurement of a surface or piece of land (Oxford

Dictionaries, 2012). To measure the area of shapes such as a rectangle, a triangle, or a circle, it just needs to find the wide, the length, or the diameter of the shapes, and calculate it using a standard equation to get the area of these shapes. However, there is not a standard equation which can be used to measure the area of an irregular shape. There are several approaches for measuring the area of irregular shapes, such as trapezoidal rule (Hazida and Said, 2011), simpson’s rule (Rossen and Harry, 1990), hough transformation (Igathinathane et al, 2005) and image rasterfication (Hassabo, 2012).

Furthermore, measuring area of irregular shapes is essential for many applications in geomatics engineering, civil engineering, agricultural sciences, and medical sciences (Hassabo, 2012). Hamzah and Said (2012), using Trapezoidal rule for measuring the irregular shape and volume of coal stockpile. Rossen and Harry (1990) are using Trapezoidal and Simpson's rule for measuring the irregular shape of the brain. Igathinathane et al (2005) using hough transformation to measure the irregular shape area of leaf.

In the development of the computer, utilizations of an image is become so popular (Subagyo, 2005). Processing an image can give us much information that can be used as an object of analysis. Within



II - 21



APLIKASI FUZZY TOPSIS PADA PEMILIHAN PERUSAHAAN JASA PERAWATAN AC

Dutho Suh Utomo

Teknik Industri

[email protected]

ABSTRAK

Dalam kehidupan ini tidak lepas dari yang namanya pengambilan keputusan. Pengambil keputusan terkadang menghadapi suatu kondisi yang bersifat fuzzy dan mempunyai banyak kriteria. Pada penelitian ini mengaplikasikan metode fuzzy TOPSIS pada pemilihan perusahaan jasa perawatan AC. Kriteria pada penelitian ini adalah kualitas, kecepatan,pelayanan,harga dan pembayaran. Sedangkan alternatif yang akan dipilih adalah tiga perusahaan jasa perawatan AC. Kriteria dan alternative tersebut kemudian dinilai dengan variable fuzzy dan kemudian dioleh dengan metode fuzzy TOPSIS. Hasil yang didapat adalah perusahaan 1 merupakan perusahaan yang terbaik berdasarkan kriteria dan instansi yang melakukan penilaian tersebut. Kata Kunci : Fuzzy,TOPSIS ,Pemilihan,Kriteria,Alternatif,

1. Pendahuluan

Suatu instansi dalam operasionalnya pasti melakukan pengambilan keputusan. Pemodelan

keputusan diperlukan karena terdapat berbagai criteria dan alternative dalam melakukan pengambilan keputusan. Oleh karena itu perlu suatu metode analisa keputusan yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Karena terdapat banyak criteria maka dapat menggunakan metode multikriteria yang salah satunya yaitu metode TOPSIS. Pada saat melakukan pengambilan keputusan pembobotan kriteria terkadang mengalami situasi yang bersifat fuzzy, dimana tidak terdapat suatu ketegasan sehingga adanya range toleransi terhadap suatu penilaian kriteria. Logika Fuzzy diperkenalkan oleh Zadeh (1965) dimana memungkinkan nilai suatu keanggotaan antara 0 dan 1. Untuk itu diperlukan suatu metode multikriteria yang mengakomodasi adanya fuzzy.

Saat ini terdapat banyak penelitian yang menerapkan fuzzy TOPSIS dalam pengambilan keputusan. Chen-Tung Chen(2000) pada penelitiannya mengusulkan pengembangan TOPSIS pada pengambil keputusan berkelompok dan pada lingkungan yang bersifat fuzzy. Metode yang diusulkan tersebut kemudian di aplikasikan pada pemilihan system analysis engineer. Metode fuzzy TOPSIS yang dikembangkan tersebut kemudian banyak diaplikasikan oleh peneliti lain untuk pengambilan keputusan dibidang lainnya. Safari,Fathi,faghih (2011) melakukan penelitian mengaplikasikan fuzzy AHP dan Fuzzy TOPSIS untuk pemilihan mesin. Chia-Chi Sun , Grace T.R. Lin(2009) melakukan penelitian dengan menggunakan metode fuzzy TOPSIS untuk mengevaluasi keunggulan kometitif dari beberapa website belanja.

Jasa perawatan AC tentunya banyak dipakai pada setiap instansi yang mempunyai AC dan tidak mempunyai teknisi AC sendiri. Perawatan perlu dilakukan untuk memperbaiki Ac dan menjaga agar AC dapat beroperasi dengan baik. Banyaknya penawaran jasa perawatan AC memerlukan pemilihan agar mendapatkan perusahaan jasa perbaikan yang sesuai dengan criteria yang diinginkan. Dari Latar belakang diatas tadi maka penelitian ini bertujuan mengaplikasikan Fuzzy TOPSIS pada pemilihan perusahaan jasa perawatan AC

2. Batasan Permasalahan

Untuk mendapatkan langkah pemecahan yang tepat dan menjaga supaya analisis yang dilakukan

terarah , maka penelitian ini akan diterapkan beberapa batasan sebagai berikut : a. Hasil penelitian tergantung dari kemampuan dan pengalaman penilai untuk melakukan

pembobotan setiap kriteria. b. Kriteria yang dipilih dikembangkan dari instansi c. Fungsi keanggotaan dari bilangan fuzzy menggunakan fungsi segitiga

II - 22


PERANCANGAN PROTOTIPE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB

UNTUK FASILITAS KESEHATAN DI KOTA SURAKARTA

Agung Dwi Prasetyo, Yusuf Priyandari, Cucuk Nur Rosyidi

Alumni Jurusan Teknik Industri, Universitas Sebelas Maret

Staff Laboratorium Optimasi dan Perancangan Sistem Informasi, Jurusan Teknik Industri, Universitas Sebelas Maret Staff Laboratorium Sistem Produksi, Jurusan Teknik Industri, Universitas Sebelas Maret

ABSTRACT

The aim of this research is to design a web-based geographic information system (web-GIS) prototype of health facilities in Surakarta. The web-GIS is important because Surakarta has many health facilities which is visited by people inside and outside Surakarta. Therefore, information of health facilities such as map location, address, phone number, and others is important them. The prototyping method and pMapper framework are used for design the web-GIS prototype. The prototype use a database that can store spatial and non spatial data of health facilities in Surakarta. The web-GIS prototype has some functions e.g. it can display a map of health facilities location and their appropriate information, search health facilities, search and give information about route toward health facilities, and search health facilities in certain radius. In addition, the prototype can zoom in and out, measure distance, export a map, show and hide a layer, update spatial and non spatial data, manage the user and the route data. Keywords: geographical information system (gis), prototyping method, health facilities, web-gis.

1. Pendahuluan

Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah dengan jumlah penduduk sebanyak 500.642 jiwa berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 (Badan Pusat Statistik, 2010). Terdapat banyak fasilitas kesehatan di Kota Surakarta yang digunakan oleh masyarakat baik dari dalam maupun luar Kota Surakarta seperti rumah sakit, laboratorium kesehatan, rumah bersalin, dan lain sebagainya. Menurut Argon dan Moor dalam Pudjiantoro (2008) mengartikan fasilitas kesehatan sebagai suatu organisasi yang mengkhususkan pada pemberian pelayanan kesehatan meliputi pemeriksaan (diagnosis), perawatan dan pengobatan dalam suatu program atau kurun waktu yang telah ditentukan. Dengan kata lain Kota Surakarta telah menjadi trend setter bagi kota lain di sekitarnya dalam rujukan fasilitas kesehatan.

Sebagai pusat fasilitas kesehatan, informasi mengenai fasilitas kesehatan yang ada di Kota Surakarta menjadi sangat penting. Saat ini, informasi tersebut disajikan oleh masing-masing penyedia fasilitas kesehatan dalam berbagai bentuk seperti website, call center, advertising board, atau media lainnya. Idealnya informasi tersebut disajikan dalam satu media informasi yang terintegrasi, sehingga memudahkan masyarakat mencari informasi fasilitas kesehatan yang dibutuhkan. Selain itu, konten informasi yang disediakan oleh masing-masing penyedia fasilitakus kesehatan masih berupa informasi umum seperti nama, alamat, telepon, layanan, fasilitas, dan lain sebagainya. Idealnya perlu diinformasikan juga mengenai peta lokasi fasilitas kesehatan tersebut di wilayah Kota Surakarta.

Sistem informasi geografis (SIG) bisa menjadi solusi dalam penyajian informasi lokasi fasilitas kesehatan karena SIG selain menyajikan peta (data spasial), SIG juga dapat memuat informasi-informasi yang berkaitan dengan peta yang disajikan (data nonspasial). Penelitian tentang SIG fasilitas kesehatan telah dikembangkan oleh beberapa peneliti diantaranya Nugraha dan Agushinta (2010), Dharmaputeri dan Prihandoko (2009), dan Babu dkk (2008). Dharmaputeri dan Prihandoko (2009) dan Nugraha dan Agushinta (2010) merancang sebuah SIG berbasis website. Nugraha dan Agushinta (2010) hanya menyajikan informasi fasilitas kesehatan berupa rumah sakit saja, sedangkan Dharmaputeri dan Prihandoko (2009) menyajikan informasi fasilitas kesehatan berupa puskesmas, rumah sakit, klinik umum, dan Dinas Kesehatan Kota Depok. SIG fasilitas kesehatan berbasis website lebih relevan digunakan karena dapat memberikan akses yang luas kepada masyarakat terhadap informasi fasilitas kesehatan.

Berbeda dengan Dharmaputeri dan Prihandoko (2009) dan Nugraha dan Agushinta (2010), Babu dkk (2008) mengembangkan SIG fasilitas kesehatan berbasis desktop. SIG yang dikembangkan Babu dkk

II - 23



THE QUALITY DESIGN OF CHICKEN FEATHER BASED COMPOSITE ROOF BY TAGUCHI METHOD

Ali Parkhan, Imam Djati Widodo, Dian Janari

Department of Industrial Engineering, Islamic University of Indonesia, Yogyakarta

ABSTRACT

There are a lot of chicken feather wastes produced by chicken based industries. However, just few of them are used so that they can harm environment. A proposed alternative is to use the waste as component of roof (“Genteng”). The composite of chicken feather and soil can give color and beauty of the roof. This research tries to get best combination of components and processes for getting the best quality of the product. The quality characteristic analyzed is flexural strength of the product. Taguchi method is applied to get best composition factor level of polyester matrix (A), chicken feather (B), Mekpo catalyst (C), strength of pressing process (D), duration of pressing process (E), duration of the mixing process (F), and first layer molding standing time (G). A case study is performed.

Keywords: Taguchi method, factor, level factor

1. Introduction

A lot of waste are produced by chicken based industries. Chicken feathers are the waste most

produced and very difficult to be disposed. They can potentially harm environent. One way to overcome this problem is by using it to be something useful and valuable (Sutrisno, 2005).

The use of chicken feather fibers as composite reinforcement is a good step to save the environment, because it can replace the use of synthetic fibers which can cause environmental pollution. Another benefit of chicken feather composite tile is to reduce the environmental damage caused by large areas of land used for the manufacture of clay tiles. This chicken feathers can reduce the use of land in tile industries.

There are some anvantages of the use of chicken feathers composite. Besides having light weight, the chicken feather composite has a unique color, resembling the look of “batik” patterns. This can improve the beauty of the building.

The quality of chicken feather composite tile can be measured from some indicators such as flexural strength, leaking rate, and water absorbed level. There are many factors that influences the quality namely levels of polyester matrix, feather fiber content, MEKPO catalyst content, pressure molding, suppression duration, mixing matrix duration and the catalyst, and the first layer of standing time mold.

Some experiments related to chicken feather composite tile have been performed, especially on the influence of chicken feather fiber content to the quality performance. Janari (2010) developed some chicken feather composite tile prototypes. Nur (2011) examined visibility of chicken feather composite tile. He underlined that chicken feather fiber volume faction has important impact on flexural strength, leaking rate, and water absorbed level. Priyono (2011) indicated that 20 % chicken feather fiber volume faction give best performance on the three indicators. Based on the the findings, this research is run to answer the question related to the influence of others factors; such as level polyester matrix, MEKPO catalyst content, molding pressure, long suppression, long mixing matrix and the catalyst, and the first layer of standing time mold; to the composite tile performance. To do so, this work is going to explore the best composition of all parameters in order to get best quality, namely flexural strength. In order to obtain a high flexural strength, Taguchi based experiments design will be performed

2. Literature Review

2.1 Chicken Feather Based Composite Roof

Roofing tiles or “Genteng” basically serve as a protection from rain or extreme hot weather. In hot conditions, it can reduce heat and in the rain, it can hold water. A good tile is a tile that can withstand high

A DECISION SUPPORT SYSTEM FOR PROCUREMENT...

Documents

Transcript of A DECISION SUPPORT SYSTEM FOR PROCUREMENT...