repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas...

140
SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN IMPOR DI INDONESIA PERIODE 1992-2009 OLEH: Endang Suswati A 111 07 108 FAKULTAS EKONOMI JURUSAN ILMU EKONOMI UNIVERSITAS HASANUDDIN Makassar i

Transcript of repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas...

Page 1: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN IMPOR DI INDONESIAPERIODE 1992-2009

OLEH:

Endang Suswati

A 111 07 108

FAKULTAS EKONOMIJURUSAN ILMU EKONOMI

UNIVERSITAS HASANUDDINMakassar

2011

HALAMAN PENGESAHAN

i

Page 2: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR INDONESIA

PERIODE 1995-2009

Skripsi

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

OLEH:

Endang Suswati

A 111 07 108

Mengetahui :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Abd. Hamid Paddu, M.A DR. Indraswati Tri Abdirevianne, M.A

NIP. 19590361 198503 1 002 NIP. 19651012 199903 2 001

KATAMPENGANTAR

ii

Page 3: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Mahakuasa karena atas berkat dan

rahmat-Nyalah maka skripsi ini terselesaikan sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi.

Judul skripsi yang penulis tulis yaitu “Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan

Impor Di Indonesia Periode 1992-2009”. Dalam penulisan ini ada banyak kendala dan

kesulitan yang penulis hadapi mulai dari studi pustaka sampai pada penyusunan skripsi ini. Hal

ini disebabkan karena terbatasnya pengetahuan penulis mengenai masalah yang diteliti, cara

mengumpulkan dan menganalisis data, cara menyusun hasil penelitian, kurangnya literature

acuan yang ditemukan dan terbatasnya waktu penulis dalam mengumpulkan dan mengolah data.

Tetapi itu semua tidak membuat penulis putus asa malah penulis lebih bekerja keras, penuh

ketabahan dan kesungguhan serta berdoa kepada Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan bantuan serta

bimbinngan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah penulis menyampaikan

ucapan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tuaku, Darawiah dan Lazim yang telah membuatku hadir di dunia ini.

Memberikan dukungan baik materil maupun non materil, membuat penulis dapat

menyelesaikan pendidikan sejak kecil hingga mencapai gelar sarjana.

2. Kedua mertuaku H. Hamzah Demmatadju dan Hj. A. Kurniati yang telah banyak membantu

dan memberikan dorongan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini sehingga

penulis dapat meraih gelar kesarjanaan.

3. Ibu Prof. Dr. Hj. Rahmatia, MA selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi, Ibu DR. Indraswati Tri

Abdi Revianne, MA selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan Drs. Agung Mangilep, SE,

iii

Page 4: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

M.Si. selaku Penasehat Akademik, terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan

hingga penulis dapat menyelesaikan studi di Jurusan Ilmu Ekonomi.

4. Dr. H. Hamid Paddu, MA dan Dra. Hj, Indraswati Tri Abdi Revianne, MA selaku

pembimbing I dan II atas bantuan dan bimbingannya selama penulisan skripsi ini tanpa

bantuan dan bimbingan anda berdua tulisan ini tidak akan ada.

5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi yang telah mendidik dan membagikan

ilmunya kepada penulis. Pak Hidayat Ely yang sudah memberikan les khusus pada awal

penulisan skripsi ini ketika penulis tidak tahu harus memulai dari mana, Pak Anas selaku

dosen yang selalu menjadi musuh buatku terima kasih dukungannya. Bagi semua dosen yang

tidak sempat penulis sebutkan namanya penulis juga menghaturkan banyak terima kasih atas

pembelajaran selama tahun kuliah penulis.

6. Kakak-kakakku yang telah banyak membantu selama penulis menyelesaikan studi.

7. Seseorang yang menemaniku selama hampir 4 tahun ini, memberikan segala bantuannya

kepadaku dan memberikanku hadiah paling berharga di dunia ini yang membuatku

bersemangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Pak Parman, pak Masse, Pak Marsus, Pak Safar, Ibu Ros, Ibu Sari Bulan dan seluruh

karyawan dan staf Fakultas Ekonomi Unhas yang senantiasa memberi bantuan kepada

penulis selama ini.

9. Semua teman-teman angkatanku Excelsior dan juga buat temanku Alm. Rifky yang telah

mendahului kembali ke sisi-Nya, sketsa yang kau berikan masih ku simpan dan menjadi

kenangan-kenangan

10. Teman-temanku sakaligus angkatan seniorku Vier Spiritum yang telah memberikan

pertemanan di kampus selama ini.

iv

Page 5: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

11. Teman-temanku Signum Crues dengan pertemanannya selama ini walaupun kita beda

angkatan tapi kita tetap seumur.

12. Senir-senior angkatan 2002-2004 dan juga junior 2008-2009 yang mungkin pernah penulis

membuat susah kepada kalian.

13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Atas segala

bantuan, kerja sama, uluran tangan yang telah diberikan dengan ikhlas hati kepada penulis

selama menyelesaikan studi hingga rampungnya skripsi ini, tak ada kata yang dapat

terucapkan selain terima kasih. Begitu banyak bantuan yang telah diberikan bagi penulis,

sehingga tak ada yang dapat dilakukan. Namun melalui doa dan harapan dari penulis semoga

amal kebajikan yang telah disumbangkan dapat diterima dan memperoleh balasan yang lebih

baik dari Sang Maha Sempurna Pemilik Segalanya, Allah SWT. Amin.

Mohon maaf, penulis terlalu lemah dan tidak sempurna untuk menyelesaikan skripsi ini

sebagaimana mestinya. Sehingga lagi-lagi penulis, meminta dan mengharapkan masukan dan

saran dari semua pihak agar dapat menutupi keterbatasan yang ada, semoga dapat menjadi

lebih baik dari pada sebelumnya.

Makassar, Juli 2011

Penulis

DAFTAR ISI

v

Page 6: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Halaman

Halaman Judul....................................................................................................i

Halaman Pengesahan……………………………………………………………ii

Abtraksi ………………………………………………………………………...iii

Kata Pengantar………………………………………………………………….iv

Daftar Isi………………………………………………………………………viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................9

1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................9

1.4 Manfaat Penelitian................................................................................10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 Landasan Teori................................................................................................11

2.1 Pengertian Impor.....................................................................................11

2.2 Efek Inflasi Terhadap Impor...................................................................12

2.3 Efek Nilai Tukar Terhadap Impor...........................................................16

2.4 Efek Produk Domestik Bruto Terhadap Impor.......................................21

2.5 Efek Suku Bunga Terhadap Impor ..........................................................24

2.6 Hasil Penelitian Sebelumnya....................................................................26

2.7 Kerangka Pemikiran.................................................................................27

2.8 Hipotesis...................................................................................................30

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup.................................................................……………..32

vi

Page 7: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

3.2 Jenis Dan Sumber Data...........................................................................32

3.3 Variabel Penelitian..................................................................................32

3.4 Metode Analaisis Data............................................................................33

3.5 Defenisi Operasional...............................................................................40

3.5.1 Inflasi.................................................................................................40

3.5.2 Nilai Tukar riil...................................................................................40

3.5.3 PDB riil..............................................................................................40

3.5.4 Suku Bunga riil..................................................................................41

3.5.5 Impor..................................................................................................41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum...……………………………………………………..……42

4.1.1 Perekonomian Indonesia……………………………………………….42

4.1.2 Perkembangan Impor Indonesia tahun 1992-2009……………………50

4.1.3 Perekembangan Inflasi, suku bunga, nilai tukar di Indonesia tahun 1992-

2009……………………………………………………………..60

4.2 Hasil dan Pembahasan………………………………………………………..64

4.2.1 Hasil dan Analisis Pembahasan terhadap Total Impor di Indonesia…...65

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan...……………………………………………………..………….80

5.2 Saran…....………………………………….…………………..…………......81

Daftar Pustaka…………………...……………………………………………...83

LAMPIRAN

Hasil Analisis Regresi…………...……………………………………………….

vii

Page 8: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Gambar :

Gambar 2.1..........................................................................................................30

Gambar 3.1..........................................................................................................37

Gambar 4.3..........................................................................................................66

Table :

Table 1.0 Impor Indonesia 1995-2009..................................................................5

Tabel 4.1.5.1 Perkembangan Produk Domesti Bruto (PDB)…………………………..46

Tabel 4.1.5.2 Perkembangan Produk Domesti Bruto (PDB) sector industry……49

Tabel 4.1.2.1 Perkembangan Impor Indonesia Tahun 1993 – 2007……………..52

Tabel 4.1.2.3 Persentase Kontribusi Impor Golongan...........................................59

Tabel 4.1.3Perkembangan Inflasi, suku bunga dan nilai tukar Indonesia Tahun 1990 – 2007

60

Table 4.2.1 Hasil Analisis Regresi……………………………………………....67

Tabel 4.2.2 Total dari direct dan indirect hubungan variabel independen terhadap impor

indonesia (total impor (Y4), impor bahan baku dan penolong (Y5) dan impor barang penolong

(Y6))...............................................................................68

viii

Page 9: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

ABSTRAKSI

Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor di

Indonesia. Dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi impor Indonesia adalah suku

bunga dan inflasi secara langsung dan tidak langsung, nilai tukar, PDB total dan PDB sector

industry secara langsung. Analisis impor yang digunakan mencakup total impor dan impor

menurut golongan (impor bahan baku dan penolong dan impor). Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya pengaruh suku bunga dan iflasi terhadap impor secara langsung dan

tidak langsung melalui nilai tukar dan produk domestic bruto. Metode pengumpulan data

yaitu dengan metode pengumpulan data sekunder dengan kurun waktu selama 18 tahun. Adapun

alat analisis yang digunakan adalah TSLS (Two Stage Least Square) dengan menggunakan Amos

18. Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap total impor dan impor barang modal

secara langsung dan berpengaruh tidak signifikan terhadap impor bahan baku dan penolong.

Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan secara tidak langsung terhadap total impor dan bahan

baku dan penolong. Sedangkan inflasi tidak berpengaruh terhadap barang modal. Suku bunga riil

bepengaruh negatif dan signifikan secra langsung terhadap total impor dan impor barang modal

serta bahan baku dan penolong. Suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan secra tidak

langsung terhadap total impor dan impor bahan baku. Sedangkan suku bunga rill tidak

berpengaruh signifikan secara tidak langsung terhadap impor barang modal.

Key word : suku bunga, inflasi, nilai tukar, PDB, dan impor

ix

Page 10: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Perekonomian global merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan

perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang

semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas territorial negara. Globalisasi

perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus

modal, barang dan jasa.

Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur

dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan

semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar

produk dalam negeri ke pasar international secara kompetitif, sebaliknya juga akan

membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik. Dengan

kata lain, globalisasi bisa dikatan sebagai adanya satu era baru di dalam perdagangan

internasional. Dengan adanya perdagangan internasional, maka akan berpengaruh

terhadap komponen-komponen neraca pembayaran.

Defisit neraca pembayaran akan berakibat sistemik terhadap perekonomian dalam

suatu negara. Defisit sebagai akibat impor lebih besar daripada ekspor, maka bisa

berakibat pada menurunnya kegiatan ekonomi dalam negeri karena konsumen membeli

barang bukan buatan dalam negeri, melainkan barang impor. Harga valuta asing yang

naik akan berakibat pada barang impor yang menjadi mahal. Hal ini akan berdampak

x

Page 11: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

pada kegiatan ekonomi dalam negeri akan terhambat karena kegairahan pegusaha untuk

menanamkan modal ke dalam negeri akan menurun.

Dengan demikian, sama halnya dengan masalah pengangguran dan inflasi,

masalah difisit dalam neraca pembayaran juga memiliki efek yang buruk bagi

perekonomian baik jangka pendek ataupun jangka panjang. Oleh karena itu setiap negara

harus menghindari adanya defisit dalam neraca pembayaran. (Sadono Sukirno, 2002 :

17-18).

Salah satu faktor yang sudah dijelaskan di atas adalah defisit dalam neraca

pembayaran. Hal ini berarti antara impor lebih besar dari pada ekspor. Komponen dari

neraca pardagangan adalah ekspor dan impor. Pencatatan dalam neraca ini bisa defisit

atau surplus. Defisit berarti impor lebih besar dari ekspor. Surplus berarti impor lebih

kecil dari ekspor. Sedangkan jika antara impor dan ekspor sama, keadaan ini dinamakan

balance trade (Dumairy, 1996: 91).

Fluktuasi nilai impor selama kurun waktu 1995– 2009, telah ikut berpengaruh

besar terhadap perekonomian. Dalam kondisi tertentu, impor cenderung berpengaruh

positif. Begitu pula ketika terjadi penurunan nilai impor berimplikasi pada terjadinya

kelesuan pada perekonomian, khususnya pada sektor produksi.

Untuk keperluan konsumsi barang impor cukup berperan, mengingat negara-

negara berkembang termasuk Indonesia belum mampu memenuhi sendiri segala

kebutuhannya. Di samping itu impor terkadang jauh lebih efisien daripada memproduksi

sendiri. Namun setiap negara berusaha untuk mengurangi impor barang konsumsi

mereka.

xi

Page 12: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Untuk keperluan produksi, maka impor yang dimaksud adalah impor bahan

baku dan barang modal. Kedua jenis barang tersebut berhubungan langsung dengan

proses produksi, dimana proses produksi akan berkaitan erat dengan pertumbuhan

ekonomi. Pertumbuhan negatif impor bahan baku dan barang modal berimplikasi pada

proses produksi. Produksi barang dalam negeri menurun drastis sehingga menyebabkan

inflasi dan pengangguran. Oleh karena itu, dengan perdagangan luar negeri

memungkinkan untuk mengimpor mesin-mesin atau alat-alat modern untuk memproduksi

kebutuhan dalam negeri. Dari proses ini diharapkan akan meningkatkan produktivitas

dan menghasilkan atau memproduksi sendiri barang-barang yang sebelumnya harus

diimpor.

Nilai impor Indonesia Desember 2009 mencapai US$10,33 miliar atau meningkat

17,15 persen dibanding November 2009 yang besarnya US$8,81 miliar, sedangkan

selama Januari-Desember 2009 nilai impor mencapai US$96,86 miliar atau turun 25,03

persen dibanding periode yang sama tahun 2008. Impor nonmigas Desember 2009

mencapai US$8,22 miliar atau meningkat 17,75 persen dibanding impor November 2009,

sedangkan selama Januari-Desember 2009 mencapai US$77,87 miliar atau turun 21,06

persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Impor migas Desember 2009

mencapai US$2,10 miliar atau meningkat 14,88 persen disbanding impor November

2009, sedangkan selama Januari-Desember 2009 mencapai US$18,99 miliar atau turun

37,85 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Nilai impor nonmigas

terbesar Desember 2009 masih sama seperti November 2009 yaitu golongan barang

mesin/pesawat mekanik dengan nilai US$1,42 miliar, walaupun mengalami peningkatan

sebesar 12,13 persen dibanding bulan sebelumnya. Negara pemasok barang impor

xii

Page 13: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

nonmigas terbesar selama Januari-Desember 2009 masih ditempati oleh Cina dengan

nilai US$13,50 miliar dengan pangsa 17,33 persen, diikuti Jepang US$9,82 miliar (12,61

persen) dan Singapura US$9,24 miliar (11,86 persen). Sementara impor nonmigas dari

ASEAN mencapai 23,18 persen dan Uni Eropa sebesar 11,11 persen. Impor menurut

golongan penggunaan

barang selama Januari-

Desember 2009 dibanding

periode yang sama tahun

sebelumnya

mengalami

penurunan untuk semua

golongan, yaitu impor

barang konsumsi sebesar

18,63 persen, bahan

baku/penolong

sebesar 29,99 persen, dan

barang modal sebesar

4,47 persen(Badan

Pusat Statistik 2010).

Table 1.0

Impor Indonesia 1995-2009 (Juta US$)

xiii

Tahun

Volume

(Ribu Ton)

Nilai

(Juta $)

2000 67.388,9 33.514,8

2001 65.566,8 30.962,1

2002 72.741,2 31.288,9

2003 69.705,1 32.550,7

2004 81.320,6 46.524,5

2005 83.664,5 57.700,9

2006 83.808,9 61.065,5

2007 89.935,6 74.473,4

2008 129.197,3 98.664,3

2009 91.354,4 96.829,2

Page 14: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Sumber : Badan Pusat Statistik

Dari data statistik impor Indonesia terlihat bahwa dari tahun 2000 – 2009 secara

umum meningkat. Walaupun pada tahun 2001 mengalami penurunan menjadi 30.962,1

juta dollar, begitupun antara tahun 2008-2009 mengalami penurunan menjadi 96.829,2

juta Dollar. Sedangkan, dari tahun 2002 sampai 2008 terus mengalami peningkatan.

Fluktuasi nilai impor selama kurun waktu 2000 – 2009, telah ikut berpengaruh

besar terhadap perekonomian. Dalam kondisi tertentu, impor cenderung berpengaruh

positif. Begitu pula ketika terjadi penurunan nilai impor berimplikasi pada terjadinya

kelesuan pada perekonomian, khususnya pada sektor produksi.

Untuk keperluan konsumsi barang impor cukup berperan, mengingat negara-

negara berkembang termasuk Indonesia belum mampu memenuhi sendiri segala

kebutuhannya. Di samping itu impor terkadang jauh lebih efisien daripada memproduksi

sendiri. Namun setiap negara berusaha untuk mengurangi impor barang konsumsi

mereka.

Untuk keperluan produksi, maka impor yang dimaksud adalah impor bahan

baku dan barang modal. Kedua jenis barang tersebut berhubungan langsung dengan

proses produksi, dimana proses produksi akan berkaitan erat dengan pertumbuhan

xiv

Page 15: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

ekonomi. Pertumbuhan negatif impor bahan baku dan barang modal berimplikasi pada

proses produksi. Produksi barang dalam negeri menurun drastis sehingga menyebabkan

inflasi dan pengangguran. Oleh karena itu, dengan perdagangan luar negeri

memungkinkan untuk mengimpor mesin-mesin atau alat-alat modern untuk memproduksi

kebutuhan dalam negeri. Dari proses ini diharapkan akan meningkatkan produktivitas dan

menghasilkan atau memproduksi sendiri barang-barang yang sebelumnya harus diimpor.

Bukan rahasia umum lagi bahwa masayarakat Indonesia adalah masyarakat yang

sangat konsumtif, maka untuk memenuhi kebutuhan penduduk, kita haruh mengimpor

barang dari luar negeri sebab sebagian besar industri dalam negeri tidak mampu untuk

memenuhi kebutuhan dalam negeri. Selain itu prouksi dalam negeri masih mengimpor

bahan baku dari luar negeri untuk menghasilkan produk untuk di konsumsi maupun untuk

di ekspor sebahagiannya.

Impor dalam kaitannya terhadap pertumbuhan ekonomi, ketika pertumbuhan

ekonomi meningkat maka permintaan dalam negeri meningkat sehingga untuk memenuhi

kebutuhan dalam negeri maka dilakukan impor dari negara lain, makin besar

kemungkinan impor maka makin besar pula permintaan akan valuta asing yang

menyebabkan kurs valuta asing cenderung meningkat harganya sehingga mata uang

domestic melemah terhadap mata uang asing. Karena pembelian barang impor meningkat

maka cadangan devisapun berkurang sebab cadangan devisa berfungsi untuk membiayai

transaksi luar negeri dan untuk berjaga-jaga, termasuk impor (Nopirin 1995:148).

Realisasi impor juga ditentukan oleh kemampuan negara tersebut membiayai

impornya. Keynes mengemukakan bahwa besar kecilnya impor lebih dipengaruhi oleh

pendapatan negara tersebut. Analisis makro ekonomi menganggap bahwa makin besar

xv

Page 16: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

pendapatan nasional suatu negara maka semakin besar pula impornya (Herlambang,

2001).

Impor juga sebagai akibat dari meningkatnya inflasi dalam negeri sehingga untuk

mengstabilkan harga dalam negeri kita harus mengimpor barang, kebijakan ini dilakukan

melalui kebijakan pemerintah bukan melalui mekanisme pasar. Inflasi juga dapat

bersumber dari kenaikan harga barang-barang yang diimpor. Inflasi ini akan wujud

apabila barang-barang yang diimpor mengalami kenaikan harga mempunyai peranan

yang penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan-perusahaan. Inflasi sebagai akibat

dari impor juga dapat menumbulkan stagflasi seperti yang terjadi pasca krisis ekonomi,

stagflasi menggambarkan dimana kegiatan ekonomi semakin menurun, pengangguran

semakin tinggi dan pada waktu yang sama proses kenaikan harga-harga semakin tinggi

(Sadono Sukirno 2004).

Bagi negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia, maka impor

dimaksudkan untuk mendukung proses industrialisasi. Oleh karena itu, impor akan lebih

banyak berupa bahan baku untuk industri, mesin-mesin atau barang-barang modal

lainnya untuk memproduksi barang-barang tertentu untuk keperluan dalam negeri atau

untuk kebutuhan ekspor.

Berdasarkan latar belakang dan kondisi di atas, maka ingin diteliti mengenai

keadaan tersebut dengan judul “Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan

Impor di Indonesia Tahun 1992- 2009”.

1.2Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat diambil beberapa rumusan masalah

bersangkutan dengan permintaan impor Indonesia, yaitu :

xvi

Page 17: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

1. Bagaimanakah pengaruh inflasi dan tingkat suku bunga terhadap permintaan impor

Indonesia secara langsung?

2. Bagaimanakah pengaruh tingkat inflasi dan tingkat suku bunga terhadap permintaan

impor di Indonesia secara tidak langsung, melalui nilai tukar dan PDB?

1.3Tinjauan Penelitian

Dengan rumusan masalah di atas yang telah di paparkan maka tujuan di buatnya

skripsi ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh inflasi dan tingkat suku bunga secara langsung

terhadap permintaan impor Indonesia.

2. Untuk menganalisis pengaruh inflasi dan tingkat suku bunga secara tidak langsung

terhadap permintaan impor Indonesia melalui PDB dan nilai tukar.

1.4Manfaat Penelitian

Dengan melaksanakn penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

pihak-pihak terkait antaranya:

1. Dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai

ekonomi internasional

2. Bagi peneliti berguna untuk menambah pengetahuan dalam bidang perdagangan

internasional.

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya mengenai msalah faktor-faktor yang

mempengaruhi impor Indonesia.

xvii

Page 18: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. Landasan Teori

2.1 Pengertian Impor

Impor dapat diartikan sebagai pembelian barang dan jasa dari luar negeri ke

dalam negeri dengan perjanjian kerjasama antara 2 negara atau lebih. Impor juga bisa

dikatakan sebagai perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke

xviii

Page 19: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

wilayah Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Hutabarat, 1996 :

403).

Impor ditentukan oleh kesanggupan atau kemampuan dalam menghasilkan

barang-barang yang bersaing dengan buatan luar negeri. Yang berarti nilai impor

tergantung dari nilai tingkat pendapatan nasional negara tersebut. Makin tinggi

pendapatan nasional, semakin rendah menghasilkan barang-barang tersebut, maka

impor pun semakin tinggi. Sebagai akibatnya banyak kebocoran dalam pendapatan

nasonal.

Perubahan nilai impor di Indonesia sangat dipengaruhi oleh situasi dan

kondisi sosial politik, pertahanan dan keamanan, inflasi, kurs valuta asing serta

tingkat pendapatan dalam negeri yang diperoleh dari sektor-sektor yang mampu

memberikan pemasukan selain perdagangan internasional. Besarnya nilai impor

Indonesia antara lain ditentukan oleh kemampuan Indonesia dalam mengolah dan

memanfaatkan sumber yang ada dan juga tingginya permintaan impor dalam negeri.

2.2 Efek Inflasi Terhadap Impor

inflasi merupakan suatu keadaan di mana terjadi kenaikan harga-harga secara

tajam (absolute) yang berlangsung terus-menerus dalam jangka waktu cukup lama.

Seirama dengan kenaikan harga-harga tersebut, nilai uang turun secara tajam pula

sebanding dengan kenaikan harga-harga tersebut. Sedangkan menurut Keynes inflasi

adalah kenaikan dalam tingkat harga rata-rata, harga adalah dimana mempertukarkan

uang dengan barang atau jasa (Mankiw 2003).

Inflasi yang terus berlanjut apalagi sampai melampaui angka dua digit dapat

berpengaruh pada distribusi pendapatan dan alokasi faktor produksi nasional. Selai

xix

Page 20: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

itu prospek pembangunan jangka panjang merupakan bagian penting dari kegiatan

ekonpmi suatu negara. Inflasi akan terus bertambah cepat apabila tidak diatasi.

Inflasi yang bertambah serius akan mengurangi investasi yang produktif,

mengurangi ekspor dan mengurangi impor. Kecenderungan ini akan memperlambat

pertumbuhan perekonomian (Sadono Sukirno, 2002 : 16).

Inflasi juga menyebabkan harga barang impor menjadi lebih murah daripada

barang yang dihasilkan dalam negeri. Maka pada umumnya inflasi akan

menyebabkan impor berkembang lebih cepat dibandingkan dengan ekspor. (Sadono

Sukirno, 2002).

Penyebab terjadinya inflasi yaitu. Pertama, Inflasi tarikan permintaan

(demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan

dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi

permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya

volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan

jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi

tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian

menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu

kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam

situasi full employment dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan

volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga

disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral

dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai

dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan. Kedua, Inflasi

xx

Page 21: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

desakan biaya ( cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi

dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara

umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-

lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata

permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum

permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang

baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru.

Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya

masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca,

atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi

(penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di

pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal

ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.

Inflasi juga dapat bersumber dari kenaikan harga barang-barang yang

diimpor. Inflasi ini akan wujud apabila barang-barang yang diimpor mengalami

kenaikan harga mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran

perusahaan-perusahaan. Inflasi sebagai akibat dari impor juga dapat menumbulkan

stagflasi seperti yang terjadi pasca krisis ekonomi, stagflasi menggambarkan dimana

kegiatan ekonomi semakin menurun, pengangguran semakin tinggi dan pada waktu

yang sama proses kenaikan harga-harga semakin tinggi (Sadono Sukirno 2004).

Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap

harga. Jika kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang

tertentu, inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila

xxi

Page 22: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut

sebagai inflasi terbuka (Open Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi

demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat

sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus

merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).

Bank sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank

sentral suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada

tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang

independen dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di

luar bank sentral -termasuk pemerintah. Hal ini disebabkan karena sejumlah studi

menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang independen, salah satunya disebabkan

intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk

mendorong perekonomian, akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi.

Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat

suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral

juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini

disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh

tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs). Saat ini pola inflation targeting banyak

diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk oleh Bank Indonesia.

2.3 Efek Nilai Tukar atau Kurs Terhadap Impor

Nilai tukar atau kurs didefinisikan sebagai harga mata uang domestik

(Salvatore,,1997). Sedangkan (Mankiw, 2003) membedakan nilai tukar menjadi

xxii

Page 23: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

dua yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal (nominal

exchange rate) adalah nilai di mana seseorang dapat memperdagangkan mata uang

dari suatu negara ke negara lain. Sedangkan nilai tukar riil (real exchange raet)

adalah nilai di mana seseorang dapat memperdagangkan barang dan jasa dari suatu

negara dengan barang dan jasa dari negara lain.

Kurs merupakan salah satu harga yang lebih penting dalam perekonomian

terbuka, karena ditentukan oleh adanya kseimbangan antara permintaan dan

penawaran yang terjadi di pasar, mengingat pengaruhnya yang besar bagi neraca

transaksi berjalan maupun bagi variabelvariabel makro ekonomi lainnya. Kurs dapat

dijadikan alat untuk mengukur kondisi perekonomian suatu negara. Pertumbuhan

nilai mata uang yang stabil menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi

ekonomi yang relatif baik atau stabil (Salvator, 1997). Ketidakstabilan nilai tukar ini

mempengaruhi arus modal atau investasi dan pedagangan Internasional. Indonesia

sebagai negara yang banyak mengimpor bahan baku industri mengalami dampak dan

ketidakstabilan kurs ini, yang dapat dilihat dari rnelonjaknya biaya produksi sehingga

menyebabkan harga barangbarang milik Indonesia mengalami peningkatan. Dengan

melemahnya rupiah menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi goyah dan

dilanda krisis ekonomi dan kepercayaan terhadap mata uang dalam negeri.

Pada dasarnya jenis sistem nilai tukar yang utama meliputi, pertama, nilai

tukar mengambang (floating exchange rate) yang terdiri dari : mengambang bebas

(clean floating rates) ditentukan oleh mekanisme pasar tanpa campur tangan

pemerintah dan mengambang terkendali (dirty floating rates), ada campur tangan

pemerintah. Kedua, sistem nilai tukar tertambat (pegged exchange rates) yaitu

xxiii

Page 24: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

menambatkan nilai mata uangnya dengan mata uang lain atau sekelompok mata uang.

Ketiga, sistem tertambat merangkak (crawling pegs) yaitu melakukan sedikit

perubahan dalam nilai mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak

menuju suatu nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keempat, sekeranjang mata

uang (basket of currencies), menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan sekeranjang

mata uang. Kelima, nilai tukar tetap (fixed exchange rates) yaitu negara

mengumumkan suatu nilai tukar tertentu atas mata uangnya dan menjaga nilai tukar

ini dengan menyetujui untuk membeli atau menjual valas dalam jumlah tak terbatas

pada nilai tukar tersebut (Kuncoro, 1996 : 27). Fluktuasi yang dialami oleh nilai tukar

rupiah akan berpengaruh pada aktifitas ekspor dan impor dan sebaliknya perubahan

pada aktifitas tersebut juga bisa mempengaruhi nilai tukar rupiah. Maka, melalui

sektor luar negeri tersebut akan dimulai proses kontaminasi perekonomian domestik

oleh perekonomian luar negeri.

Perubahan nilai tukar dibedakan menjadi apresiasi dan depresiasi. Apresiasi

adalah suatu peningkatan nilai tukar mata uang yang dihitung oleh jumlah mata uang

yang dihitung oleh asing yang dibelinya. Sedangkan depresiasi adalah suatu

penurunan nilai mata uang asing yang dihitung oleh jumlah mata uang asing yang

dapat dibelinya. Jika nilai tukar berubah sehingga 1 yen dapat membeli lebih banyak

mata uang , perubahan ini disebut apresiasi yen. Jika nilai tukar berubah sedemikian

rupa sehingga 1 yen hanya bisa membeli lebih sedikit mata uang mengalami

apresiasi, dikatakan bahwa mata uang itu menguat karena dapat membeli labih

banyak uang asing. Demikian pula ketika suatu mata uang mengalami depresiasi

dikatakan bahwa mata uang tersebut melemah (Mankiw, 2003: 220-221).

xxiv

Page 25: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Purchasing power parity adalah hubungan antara harga barang dan jasa

dengan nilai tukar mata uang asing (Ir. Burhanuddin Abdullah,terjemahan Lindert and

Kindleberger,1995: 356). Purchasing power Parity merupakan suatu model yang

menerangkan bagaimana tingkat Pertukaran saat ini cenderung untuk menyesuaikan

terhadap perbedaan tingkat inflasi. PPP yang diperkenalkan oleh ahli ekonomi

Swedia, Gustav Cassel pada 1918 (dalam Versi relatifnya) mengatakan bahwa

ekspektasi perubahan kurs adalah karena perbedaan dalam ekspektasi tingkat inflasi

pada Negara-negara tersebut (kurs suatu mata uang dengan mata uang lainnya

ditentukan oleh Purchasing power dari masing-masing mata uang yang

diperbandingkan dan karenanya nilai tukar/kurs tersebut akan bergerak pada arah

yang ditentukan oleh perbedaan tingkay inflasi dari Negara-negara tersebut). Atau

nilai tukar satu mata uag terhadap yang lainnya akan bersesuaikan untuk

merefleksikan perubahan dalam tingkat harga dari dua Negara tersebut. Purchasing

Power Parity yang didasarkan pada Hukum Satu Harga. Ini menyatakan bahwa nilai

tukar akan menyesuaikan sehingga komoditi akan sama tanpa biaya di negara yang

dibeli masuk. Hukum Satu Harga menyatakan bahwa dalam pasar yang efisien

dimana terdapat aliran bebas barang, jasa dan modal suatu komoditi hanya memiliki

satu harga berapapun jumlah negara yang dibeli. Ide di balik Hukum Satu Harga ini

adalah jika biaya komoditas yang lebih di satu negara dari yang lain, arbitrasi akan

dimungkinkan dengan menggerakkan komoditas dari negara dengan harga lebih

rendah kepada orang dengan harga yang lebih tinggi.

Sifat kurs valuta asing sangat tergantung dari sifat pasar. Apabila transaksi

jual beli valuta asing dapat dilakukan secara bebas di pasar, maka kurs valas akan

xxv

Page 26: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

berubah- ubah sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran. Apabila

pemerintah menjalankan kebijakan stabilitas kurs, tetapi tidak mempengaruhi

transaksi swasta, maka kurs ini hanya akan berubah- ubah di dalam batas yang kecil,

meskipun batas- batas ini dapat di ubah dari waktu ke waktu. Macam- macam kurs

sendiri dibedakan menjadi: System Kurs Yang Berubah-ubah, Dalam pasar bebas,

perubahan kurs terganutng pada beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran dan

permintaan. Faktor valuta asing merupakan debit dalam neraca pembayaran

internasional. Faktorfaktor yang berasal baik dalam atau luar negeri termasuk

pendapatan impor periode lalu, tingkat bunga dan harga akan mempengaruhi

penawaran dan permintaan kurs valas. Kurs valas akan cenderung naik (harga mata

uang sendiri turun). Inflasi akan menyebabkan kurs valas naik, kenaikan tingkat

bunga dalam negeri cenderung menarik modal masuk dalam negeri. Kurs valas akan

turun (harga mata uang sendiri naik). Semua kegiatan ekonomi dan pemerintah (fiscal

dan moneter) yang mempengaruhi pendapatan, hadga dan tingkat bunga juga akan

berpengaruh terhadap valuta asing. Kebijakan permerintah (kenaikan pengeluaran

misalnya) akan menaikkan pendapatan dan harga, kenaikan pendapatan dan harga ini

akan menyebabkan impor naik dan berarti akan meningkatkan permintaan valuta

asing. Akibatnya kurs valuta asing akan naik (terdepresiasi mata uang sendiri). Di

samping faktr ekonomi yang dapat menpengarui perubahan kurs valas aka naik.

Faktor psikologi juga dapat mempengaruhi pergeseran permintaan dan penawaran.

System Kurs Stabil, System kurs bebas sering menimbulkan adanya tindakan

spekulasi sebagai akibat dari ketridaktentuan di dalam kurs baluta asing karena itu

banyak negara yang kemudian menjalankan politik untuk menstabilan kurs. Pada

xxvi

Page 27: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

dasarnya kurs yang stabil bisa timbul karena pemerintah menyediakan dana untuk

stabilisasi kurs (stabilization funds) dan suatu negara menggunakan system standar

emas. Pengawasan Devisa, dalam system ini pemerintah memonopoli seluruh system

transaksi valuta asing tujuannya adalah untuk mencegah adanya aliran modal keluar

dan melindungi pengaruh depresiasi dari negara lain, terutama dalam hal negara

tersebut menghadapi keterbatasan cadangan valuta asing dibanding dengan

permintannya. Untuk itu pemerintah perlu mengalokasikan di dalam penggunannya,

yaitu digunakan untuk tujuan- tujuan sesuai dengan program pemerintah. Alokasi

biasanya digunakan dengan lisensi impor.

2.4 Produk Domestik Bruto Terhadap Impor

Menurut Mankiw, Produk Domestik Bruto (gross domestic product/ GDP)

adalah nilai dari semua barang dan jasa yang di produksi di suatu negara selama

kurun waktu tertentu. Menurut Sadono Sukirno, PDB(gross domestic product/ GDP)

adalah nilai barang dan jasa suatu Negara yang di produksikan oleh factor-faktor

preoduksi milik warga Negara dan Negara asing. Sedangkan PNB (gross national

produc/GNP) adalah nilai barang dan jasa yang dihitung dalam pendapatan nasional

adalah barang dan jasa yang diproduksikan oleh factor-faktor produksi yang dimiliki

oleh warga Negara tersebut baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Menurut Samuelson (1992), PDB adalah jumlah output total yang

dihasilkan dalam batas wilayah suatu negara dalam satu tahun. PDB mengukur nilai

barang dan jasa yang di produksi di wilayah suatu negara tanpa membedakan

kewarganegaraan pada suatu periode waktu tertentu. Dengan demikian warga negara

yang bekerja di negara lain, pendapatannya tidak dimasukan ke dalam PDB. Sebagai

xxvii

Page 28: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

gambaran PDB Indonesia baik oleh warga negara Indonesia (WNI) maupun warga

negara asing (WNA) yang ada di Indonesia tetapi tidak diikuti sertakan produk WNI

di luar negeri (Herlambang, 2001).

Sukirno (1994) mendefinisikan PDB sebagai nilai barang dan jasa dalam

suatu negara yang diproduksi oleh faktor-faktor produksi milik warga negara

tersebut dan warga negara asing. Sedangkan Wijaya (1997) menyatakan bahwa

PDB adalah nilai uang berdasarkan harga pasar dari semua barang-barang dan jasa-

jasa yang diproduksi oleh suatu perekonomian dalam suatu periode waktu tertentu

biasanya satu tahun. Secara umum PDB dapat diartikan sebagai nilai akhir barang-

barang dan jasa yang diproduksi di dalam suatu negara selama periode tertentu

(biasanya satu tahun).

Jika harga barang dan jasa di pasar internasinal lebih murah dan memiliki

kualitas yang lebih baik daripada barang dalam negeri maka Negara tersebut akan

cenderung menimpor barang tersebut. Namun imporpun dapat terjadi dikarenakan

pendapatan dalam negeri meningkat sehingga kemampuan penduduk untuk

membeli barang-barang imporpun meningkat (Sadono Sukirno 2004).

Hubungan pendapatan nasional dan impor dapat tercernin dalam

persamaan :

Y = C + I + G + X – M

Dari rumus diatas kita dapat melihat bahwa impor merupakan variabel dari PDB,

yang meerupakan varibel kebocoran dari pendapatan nasional.

xxviii

Page 29: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

PDB mencerminkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu negara, PDB

yang meningkat menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat meningkat. Ketika

pendapatan mengalami peningkatan berarti daya beli masyarakat menigkat , namun

ketika pasar dalam negeri supply barang lebih kecil daripada demand, maka untuk

memenuhi kebutuhan dalam negeri pemerintah akan mengekspor barang baik

barang konsumsi maupun bahan baku untuk meningkatkan produksi dalam negeri.

Biasanya kebutuhan impor barang konsumsi melalui kebijakan pemerintah

sedangkan bahan produksi melalui mekanisme pasar.

2.5 Efek Suku Bunga Terhadap Impor

Bunga adalah imbal jasa atas pinjaman uang. Imbal jasa ini merupakan

suatu kompensasi kepada pemberi pinjaman atas manfaat kedepan dari uang

pinjaman tersebut apabila diinvestasikan. Jumlah pinjaman tersbut disebut "pokok

utang" (principal). Persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal

jasa ( bunga ) dalam suatu periode tertentu disebut "suku bunga. Sedangkan

menurut Samuelson dan Nordhaus (1998) suku bunga adalah pembayaran yang

dilakukan atas penggunaan sejumlah uang.

Menurut Nopirin (1992:176) fungsi tingkat bunga dalam perekonomian

yaitu alokasi faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang dipakai

sekarang dan di kemudian hari. ada dua jenis faktor yang menentukan nilai suku

bunga, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi pendapatan

nasional, jumlah uang beredar, dan inflasi. Sedang faktor eksternal merupakan

suku bunga luar negeri dan tingkat perubahan nilai valuta asing yang diduga.

xxix

Page 30: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Beberapa aspek yang dapat menjelaskan fenomena tingginya suku bunga

di Indonesia adalah tingginya suku bunga terkait dengan kinerja sektor perbankan

yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi (perantara), kebiasaan masyarakat

untuk bergaul dan memanfaatkan berbagai jasa bank secara relatif masih belum

cukup tinggi, dan sulit untuk menurunkan suku bunga perbankan bila laju inflasi

selau tinggi.

Tipe-tipe Suku Bunga

Ada 2 tipe suku bunga, yaitu :

1. Real Interest Rate

Koreksi atas tingkat inflsi dan didefinisikan sebagai nominal interest rate

dikurangi Real rate = Nominal rate – Rate of inflation

2. Nominal Interest Rate.

Tingkat suku bunga yang biasanya tertera di rekening koran dimana mereka

memberikan tingkat pengembalian untuk setiap investasi yang dilakukan.

Kaita antara tingkat suku bunga dengan nilai tukar dapat dilihat dalam teori

interest rate parity. Sebuah teori yang menyatakan bahwa perbedaan suku bunga antara

kedua negara adalah sama dengan perbedaan antara nilai tukar maju dan kurs spot Paritas

tingkat bunga memainkan peran penting dalam pasar valuta asing, menghubungkan suku

bunga, nilai tukar spot dan kurs valuta asing.

Hubungan langsung antara tingkat suku bunga terhadapa impor, dapat kita lihat

dari dua kondisi melalui sisi importir. Pertama, ketika importir tidak memiliki modal

usaha maka importer harus meminjam kepada bank sedangkan ketika tingkat suku bunga

tinggi maka importir akan menunda niatnya sebab jika dia meminjam uang maka return

xxx

Page 31: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

yang harus di bayar cukup besar. Kedua, ketika importir memiliki modal untuk

melakukan impor tetapi pada saat bersamaan tingkat suku bunga meningkat maka

importir akan menunda impor dan lebih memilih untuk menyimpan uangnya di bank

2.6 Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian Sigit Yuniyanto (2003) yang menganalisis pengaruh Produk Domestik

Bruto (PDB), nilai kurs rupiah, penanaman modal asing (PMA), Penanaman modal dalam

negeri (PMDN) dan cadangan devisa terhadap permintaan impor jangka pendek dan

jangka panjang di Indonesia. Alat analisis yagn digunakan adalah OLS- PAM Double log.

Hasil yang didapat dari penelitian tersebut adalah ada pengaruh positif antara PDB,

terhadap permintaan impor Indonesia dalam jangka pendek dan jangka panjang. Kurs

rupiah memiliki pengaruh yang negative terhadap permintaan impor Indonesia, dalam

jangka pendek. Sedangkan cadangan devisa memiliki pengeruh yang positif terhadap

permintaan impor dalam jangka pendek dan jangka panjang. Selain itu PMA dan PMDN

juga memiliki pengaruh yang positif terhadap permintaan impor Indonesia.

Penelitian Dani Rustyaningsih tahun 2003 yaitu mengenai Analisa Faktor-Faktor

yang mempengeruhi permintaan impor barang konsumsi di Indonesia tahun 1990.1-

2003.4 Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa PDB tidak signifikan, sedangkan impor

periode sebelumnya dan kurs berpengaruh signifikan terhadap impor barang konsumsi di

Indonesia.

Penelitian Hadi Cahyono 2008 yaitu factor-faktor yang mempengaruhi

permintaan impor Indonesia dari Amerika Serikat 1985-2008. Hasil dari prnrlitian tersebut

menyatakan bahwa nilai tukar berpengaruh negatif daan signifikan terhadap impor, PDB

xxxi

Page 32: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor, dan inflasi berpengaruh positif dan

tidak signifikan terhadap impor.

2.7 Kerangka Pemikiran

Kemajuan perekonomian suatu negara dapat dilihat dari kemampuan negara

tersebut dalam meningkatkan pendapatan nasionalnya dari tahun ke tahun. Bagi

kebanyakan negara berkembang seperti Indonesia, kemajuan tersebut ditandai dengan

proses transformasi dari perekonomian yang di dominasi oleh sektor primer menjadi

perekonomian yang didominasi sektor industri. Dengan adanya proses transformasi

tersebut, maka industrialisasi dari negara-negara tersebut mulai bangkit sehingga

meningkatkan pula kebutuhan akan barang modal berupa mesin-mesin, peralatan

produksi, dan lain-lain. Tetapi karena kemampuan dalam negeri relatif terbatas, maka

harus didapatkan dari luar negeri. Untuk itu dibutuhkan devisa yang besar dalam

mengimpor perlengkapan-perlengkapan industri.

Dalam teori ekonomi dijelaskan bahwa peningkatan pendapatan merupakan

faktor yang sangat penting dalam menentukan corak permintaan atas barang dan jasa.

Oleh karena itu, jika pendapatan nasional meningkat maka peluang untuk mengimpor

barang-barang yang dibutuhkan di dalam negeri juga cenderung meningkat. Sementara

bagi negara yang pendapatan nasionalnya rendah kemungkinan akan mengurangi barang-

barang impor.

Selain pendapatan, nilai tukar, tingkat suku bunga dan inflasi juga sangat

berpengaruh terhadap impor. Terjadinya depresiasi nilai tukar mendorong harga (Rp)

yang harus dibayar oleh masyarakat untuk memperoleh barang impor meningkat.

xxxii

Page 33: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Sehingga akan mendorong masyarakat mengurangi pembelian terhadap barang-barang

impor. Bagi industri, hal ini berpengaruh langsung kepada kemampuan membeli barang-

barang modal seperti mesin-mesin dan alat-alat industri lainnya, yang akhirnya dapat

menurunkan kapasitas produksi dalam negeri.

Inflasi mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi perdagangan

internasional antar negara. Bila tingkat inflasi dalam negeri terlalu tinggi, maka akan

mengakibatkan turunnya daya saing barang dan jasa dalam negeri. Bahkan pada kondisi

yang serius, harga barang dan jasa dalam negeri bisa lebih tinggi dibandingkan dengan

barang dan jasa produksi luar negeri. Kondisi ini, secara teoritis akan mengundang

meningkatnya pembelian terhadap barang dan jasa luar negeri. Dengan kata lain,

aktivitas impor akan meningkat untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam

negeri.

Suku bunga juga sangat berperan penting dalam perdagangan internasional sebab

dengan meningkatnya suku bunga akan berpengaruh terhadap nilai tukar dimana capital

inflow akan masuk ke dalam negeri sehingga nilai tukar akan menurun yang kemudian

akan menyebabkan nilai impor meningkat sebab harga barang luar negeri akan menjadi

murah.

Hubungan antara Produk Domestik Bruto (PDB), nilai tukar, tingkat sukun bunga

dan inflasi terhadap impor di Indonesia baik impor barang konsumsi maupun impor

bahan baku/barang penolong dan barang modal dapat dilihat pada skema berikut :

xxxiii

Page 34: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Gambar 2.1

2.8 Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap pertanyaan yang

diajukan. Dari permasalahan di atas dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut,:

xxxiv

-+

+

+

+

-

-

-

-

-

-

-

-

-

+

+

+

-

-

-

INFLASI(X1)

SUKU BUNGA (X2)

NILAI TUKAR (Y1)

PDB INDONESIA

(Y2)

PDB SEKTOR INDUSTRI

(Y3)

IMPOR BARANG

MODAL (Y6)

IMPOR INDONESIA

(Y4)

+

+

-

-

+-

IMPOR BAHAN BAKU

DAN PENOLONG

(Y5)

IMPOR INDONESIA

(Y4)

Page 35: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

1. Diduga bahwa tingkat inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor

Indonesia (total impor, impor bahan baku dan penolong dan impor barang modal)

secara langsung, sedangkan tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap impor Indonesia total impor, impor bahan baku dan penolong dan impor

barang modal) secara langsung.

2. Diduga bahwa tingkat inflasi dan suku bunga berpengaruh positif dan signifikan

terhadap permintaan impor Indonesia (total impor, impor bahan baku dan penolong

dan impor barang modal)secara tidak langsung melalui nilai tukar. Sedangkan, inflasi

dan suku bunga berpengaruh berpengaruh negatif terhadap impor Indonesia (total

impor, impor bahan baku dan penolong dan impor barang modal) secara tidak

langsung melalui PDB (total PDB dan PDB sektor Industri).

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Ruang Lingkup

Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan dijadikan objek

penelitian, maka penelitian ini membahas mengenai permintaan barang-barang impor

Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya ialah inflasi, kurs, PDB dan suku

bunga.

xxxv

Page 36: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

3.2 Jenis Dan Sumber Data

1. Jenis data

Data yang digunakan adalah data time serie selama 18 tahun mulai dari tahun 1992-

2009 dimana data tersebut berkaitan dengan impor, inflasi, kurs, PDB dan suku

bunga.

2. Sumber Data

Sumber data berasal dari Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS)Kota

Makassar,dari buku-buku, jurnal-jurnal ataupun melalui internet.

3.3 Variabel Penelitian

1. Variable Independent yang digunakan yaitu :

a. Inflasi

b. Suku bunga

2. Variable dependent yaitu :

a. Nilai Tukar

b. Produk Domestik Bruto (PDB)

c. Impor Indonesia. (total impor, impor bahan baku dan penolong dan impor barang

modal)

3.4 Metode Analisis Data

Alat analisis yang digunakan adalah dengan regresi linier berganda. Untuk

melihat apakah ada pengaruh variabel independen (inflasi dan suku bunga) terhadap

variabel dependen (nilai tukar, PDB dan impor indonesia (total impor, impor bahan baku

dan penolong dan impor barang modal)) dengan menggunakan regresi linier berganda.

Pengelolaan data mggunakan Amos 18.

xxxvi

Page 37: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Analisis di atas dapat di tuliskan dalam persamaan sebagai berikut :

Y1 = f(X1,X2)………………………………………………………………..(1)

Y2 = f(X1,X2)………………………………………………………………..(2)

Y3 = f(X1,X2)………………………..……………………………………..(3)

Y4 = f(X1,X2,Y1,Y2)………………………………………………………..(4)

Y5 = f(X1,X2,Y1,Y3)………………………………………………………..(5)

Y6 = f(X1,X2,Y1,Y3)………………………………………………………..(6)

Y1 = α0 + α1X1 + α2X2 + e1 (7)

Y2 = β0 + β1X1 + β2X2 + e2 (8)

Y3 = π0 + π1X1 + π2X2 + e3 (9)

Y4 = δ0 + δ1X1 + δ2X2 + δ3Ŷ1 + δ4Ŷ2 + e4

Y4 = δ0 + δ1X1 + δ2X2 + δ3(α0 + α1X1 + α2X2 + e1) + δ4(β0 + β1X1 + β2X2 + e2) + e4

Y4 = δ0 + δ1X1 + δ2X2 + δ3α0 + δ3α1X1 + δ3α2X2 + δ3e1 + δ4β0 + δ4β1X1 + δ4β2X2 + δ4e2 +

e4

= γ0 + γ1X1 + γ2X2 + μ4 (10)

Y5 = θ0 + θ1X1 + θ2X2 + θ3Ŷ1 + θ4Ŷ3 + e3

Y5 = θ0 + θ1X1 + θ2X2 + θ3(α0 + α1X1 + α2X2 + e1) + θ4(π0 + π1X1 + π2X2 + e3) + e5

xxxvii

Page 38: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Y5 = θ0 + θ1X1 + θ2X2 + θ3α0 + θ3α1X1 + θ3α2X2 + θ3e1 + θ4π0 + θ4π1X1 + θ4π2X2 + θ4e3 +

e5

= Ω0 + Ω1X1 + Ω2X2 + μ5 (11)

Y6 = σ0 + σ1X1 + σ2X2 + σ3Ŷ1 + σ4Ŷ3 + e6

Y6 = σ0 + σ1X1 + σ2X2 + σ3(α0 + α1X1 + α2X2 + e1) + δ4(π0 + π1X1 + π2X2 + e3) + e6

Y6 = σ0 + σ1X1 + σ2X2 + σ3α0 + σ3α1X1 + σ3α2X2 + σ3e1 + σ4π0 + σ4π1X1 + σ4π2X2 +

σ4e3 + e6

= φ0 + φ1X1 + φ2X2 + μ6 (12)

Dimana :

γ0 = δo + δ2α0 + δ4β0

γ1 = δ1 + δ3α1 + δ4β1

γ2 = δ2 + δ3α2 + δ4β2

μ4 = e4 + δ3e1 + δ4e2

Ω0 = θo + θ2α0 + θ4π0

Ω1 = θ1 + θ3α1 + θ4π1

Ω2 = θ2 + θ3α2 + θ4π2

μ5 = e5 + θ3e1 + θ4e3

φ0 = σo + σ2α0 + σ4π0

φ1 = σ1 + σ3α1 + σ4π1

φ2 = σ2 + σ3α2 + σ4π2

μ6 = e4 + σ3e1 + σ4e3

β0 = Konstanta

xxxviii

Page 39: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

β1 ,β2 ,α1,α2,π1,π2,θ1,θ2,θ3,θ4,σ1,σ2σ3,σ4,δ1,δ2,δ3,δ4, = Parameter

X1 = Inflasi Indonesia

X2 = suku Bunga riil Indonesia

Y1 = Nilai Tukar Indonesia

Y2 = PDB Indonesia

Y3 = PDB sektor Industri

Y4 = Impor Indonesia

Y5 = Impor Bahan Baku Dan Penolong

Y6 = Impor Barang Modal

e1, e2, e3, e4,e5,e6 = Varibel Pengganggu

xxxix

Page 40: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

σ3

σ4

θ4

θ3

δ3

δ3

σ2σ1

δ2 δ1

θ1

θ2

π1

π2

β2α2

α1

+

-

-

-

-

-

-

-

+

+

-

-

INFLASI(X1)

SUKU BUNGA (X2)

NILAI TUKAR (Y1)

PDB INDONESIA(Y2)

PDB SEKTOR INDUSTRI(Y3)

IMPOR BARANG MODAL (Y6)

+

+

-

-

+

IMPOR BAHAN BAKU DAN PENOLONG (Y5)

IMPOR INDONESIA (Y4)

Gambar 3.1

No. Arah Pengaruh

Antar Simbol Koefisien Estimasi Untuk Pengaruh VariabelLangsung Tidak langsung Total pengaruh

xl

Β1

--

Page 41: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Variabel/Hipotesis 1 Hipotesis 1      

  a)x1→Y4  δ1      Melalui y1    δ3α1    Melalui Y2    δ4β1    b)X1→ Y1  α1    

X1→ Y2 β1

2 Hipotesis 2        a)x2→ Y4  δ2      Melalui Y1    δ3α2    Melalui Y2    δ4β2    b)x2→ Y1  α2      x2→ Y2  β2    

3 Hipotesis 3        a)x1→Y5  θ1      Melalui Y1    θ3α1    Melalui Y3    θ4π1    b)x1→Y1  α1      x1→Y3  π1    

4 Hipotesis 4        a)x2→ Y5   θ2      Melalui Y1   θ3α2    Melalui Y3    θ4π2    b)x2→ Y1  α2      x2→ Y3  π2    

5 Hipotesis 5        a)x1→Y6  σ1      Melalui Y1    σ3α1    Melalui Y3    σ4π1    b)x1→ Y1  α1    

X1→ Y3 π1

6 Hipotesis 6        a)x2→ Y6  σ2      Melalui Y1    σ3α2    Melalui Y3    σ3π2    b)x2→ Y1  α2      x2→ Y3  π2    

Dimana :

xli

Page 42: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

γ1 = δ1+  δ3α1 + δ4β1 adalah pengaruh total x1 terhadap y4 yang terdiri dari pengaruh langsung x1

terhadap y4 sebesar δ1 ditambah pengaruh tidak langsung melalui y4 sebesar δ3α1 + δ4β1.

γ2 = δ2+ δ3α2+ δ4β2 adalah pengaruh total x2 terhadap y4 yang terdiri dari pengaruh langsung x2

terhadap y4 sebesar δ2 ditambah pengaruh tidak langsung melalui y4 sebesar δ3α2+ δ4β2.

Ω1 = θ1+ θ3α1 +  θ4π1 adalah pengaruh total x1 terhadap y5 yang terdiri dari pengaruh langsung x1

terhadap y5 sebesar θ1 ditambah pengaruh tidak langsung melalui y5 sebesar θ3α1 +  θ4π1.

Ω2 = θ2+ θ3α2 + θ4π2 adalah pengaruh total x2 terhadap y5 yang terdiri dari pengaruh langsung x1

terhadap y5 sebesar θ2 ditambah pengaruh tidak langsung melalui y5 sebesar θ3α2 + θ4π2 .

φ1 = σ1+ σ3α1+ σ4π1 adalah pengaruh total x1 terhadap y6 yang terdiri dari pengaruh langsung x1

terhadap y6 sebesar σ1 ditambah pengaruh tidak langsung melalui y6 sebesar σ3α1+ σ4π1 .

φ2 = σ2+ σ3α2+ σ3π2 adalah pengaruh total x2 terhadap y6 yang terdiri dari pengaruh langsung x2

terhadap y6 sebesar σ2 ditambah pengaruh tidak langsung melalui y6 sebesar σ3α2+ σ3π2.

Untuk mengestimasi parameter-parameter di atas adalah dengan menggunakan

metode kuadran terkecil dua tahap (two stage least square (TSLS))..

3.5 Definisi Operasional

3.5.1 Inflasi

Inflasi diukur dengan persentase perubahan Indeks harga konsumen (IHK) atau

consumer price index (CPI) Indonesia, dalam persen (%) dari tahun 1992-2009.

3.5.2 Nilai Tukar

Nilai tukar yang akan digunakan dalam analisis adalah Nilai Tukar riil dalam Rupiah

per Dollar US (Rp/US $), dari tahun 1992-2009. Nilai Tukar adalah nilai di mana seseorang

dapat memperdagangkan barang dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari

negara lain di Indonesia.

xlii

Page 43: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

3.5.3 PDB

PDB atas dasar harga konstan adalah PDB yang mengoreksi PDB harga

berlaku dengan memasukkan pengaruh harga. PDB ini menggambarkan nilai tambah

barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga berlaku pada tahun dasar. Tahun

dasar yang digunakan adalah tahun dasar 2000. PDB yang Akan digunakan untuk di

analisis adalah Total PDB dan PDB menurut lapangan usaha yaitu pada sektor indistri

di Indonesia dari tahun 1992-2009.

3.5.4 Suku Bunga riil

Suku bunga adalah harga dari penggunaan uang dalam jangka waktu tertentu.

Pengertian tingkat suku bunga sebagai harga dapat juga dinyatakan sebagai harga yang

harus dibayar apabila terjadi pertukaran antara satu Rupiah sekarang dengan satu Rupiah di

waktu mendatang. Suku bunga yang digunakan adalah suku bunga riil, yaitu suku bunga

yang telah dikurangi dengan inflasi.suku bunga riil yang digunkan yaitu suku bunga riil

Indonesia, yang dinyatakan dalam persen (%) dari tahun 1992-2009.

3.5.5 Impor

Impor adalah pembelian barang dan jasa dari luar negeri ke dalam negeri dengan

perjanjian antar dua negara. Yang akan digunakan dalam analisis ini yaitu total nilai

Impor dan Impor menurut jenis penggunaannya, yaitu impor bahan baku dan barang

modal di Indonesia dari tahun 1992-2009.

xliii

Page 44: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

BAB IV

Hasil dan pembahasan

4.1 GAMBARAN UMUM

4.1.1 Perekonomian Indonesia

Sewaktu Indonesia merilis jalan untuk terus berkembang, gejolak ekonomi muncul

pada tahun 1997-1998 dengan adanya krisis moneter. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun

1997 telah membawa perekonomian Indonesia pada kondisi yang sangat sulit karena

beberapa indikator ekonomi mengalami gejolak yang tajam. Gejolak ekonomi tersebut

membuat perekonomian Indonesia menjadi tidak stabil. Inflasi naik sangat tajam dari 11,05

xliv

Page 45: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

% pada tahun 1997 menjadi 77,63 % pada akhir tahun 1998 atau naik 602,53 %. Belum lagi

ilai tukar rupiah terhadap US$ yang melemah dari Rp 4.650,00 menjadi Rp 8. 025,00 di akhir

tahun 1998. Sedangkan pendapatan nasional yang didasarkan dengan PDB riil Indonesia juga

mengalami penurunan dari 343409.4 Milyar Rupiah menjadi 343409,4.

Setelah mengalami kontraksi yang besar pada tahun 1998, sejak tahun 1999

perekonomian Indonesia mengalami peningkatan tiap tahun. Pada tahun 1999 ekonomi

bertumbuh sekitar 0,79%, tahun 2000 sekitar 4,92%, tahun 2001 3,4%, dan 2002 sebesar

3,66%. Peningkatan pertumbuhan ini memberikan harapan bagi bangsa Indonesia untuk

segerakeluar dari krisis ekonomi, walaupun pertumbuhan masih di bawah target yang

diinginkan yaitu sebesar 4%. Hal ini memperlihatkan pemulihan perekonomian telah berjalan

ke arah yang lebih baik.

Setelah terjadinya krisis ekonomi Indonesia tahun 1998, gejolak ekonomi kembali

menghampiri Indonesia pada tahun 2008. Perekonomian global mengalami krisis financial

yang disebabkan oleh krisis yang dialami Amerika Serikat yang secara tidak langsung juga

berdampak kepada perekonomian Indonesia.

Sepanjang tahun 2008, terutama sampai triwulan ke III, ekonomi Indonesia masih

menunjukkan pertumbuhan yang baik, sehingga ketika pada tiga bulan terakhir tahun 2008

pertumbuhan ekonomi mulai melambat, maka secara keseluruan pertumbuhan ekonomi

Indonesia pada tahun 2008 masih mencapai 6,1 %. Keadaan ini lebih baik dibandingkan

negara tetangga seperti Singapura yang diperkirakan hanya tumbuh 2,2%.

Pada awalnya krisis finansial global mulai merebak, sector keuangan di Indonesia

belum terkena dampak yang berarti, karena tidak ada perbankan Indonesia yang secara

langsung terkena dampak dari krisis subprime mortgages di Amerika Serikat yang telah

xlv

Page 46: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

merugikan banyak lembaga keuangan raksasa di dunia. Selama tahun 2008, masyarakat

masih bisa menikmati bunga rendah, ketika BI menurunkan BI rate sampai 8%. Baru setelah

harga minyak bumi terus melesat BI rate naik, dan sektor konsumsi mulai melambat

pertumbuhannya.

Pertumbuhan ekonomi mengalami titik balik, ketika harga berbagai komoditas ekspor

menurun menyusul anjloknya harga minyak dunia. Ketakutan masyarakat dunia akan

terjadinya resesi telah menyebabkan menurunya permintaan terhadap berbagai produk

tersebut sehingga harga terus menurun. Akibatnya Indonesia yang semula mengandalkan

ekspor sebagai ujung tombak pertumbuhan ekonomi mulai memasuki masa sulit. Berbagai

industri manufaktur terutama yang berorientasi ekspor seperti tekstil, sepatu dan elektronik,

mulai mengurangi kegiatannya termasuk mengurangi tenaga kerja karena permintaan pasar

ekspor yang menurun.

Memasuki tahun 2009, ekonomi Indonesia akan menghadapi tantangan yang berat.

Selama tahun 2008 ekonomi Indonesia relatif baik apabila melihat berbagai indikator

ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tahun 2008 mecapai 6.1%, inflasi bisa ditekan menjadi

11,4%. Hal ini dikarenakan deflasi dalam dua bulan terakhir di kuartal akhir 2008.

Sedangkan pada tahun 2009 sendiri, pertumbuhan ekonomi masih posotif dan tingkat inflasi

sebesar 2,8 % atau terendah selama 10 tahun terkhir.

Secara keseluruhan hasil-hasil pembangunan, tercermin pada tingkat pertumbuhan

ekonomi nasional yang diukur dari Produk Domestik Bruto (PDB), baik yang dihitung atas

dasar harga berlaku, maupun atas dasar harga konstan. Untuk melihat perkembangan PDB

dalam penulisan ini dihitung berdasar atas dasar harga konstan 2000.

xlvi

Page 47: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Pada tahun 2008, meskipun ekonomi dunia dilanda krisis financial global, pada

kenyataannya pendapatan nasional Indonesia masih cukup stabil bahkan pertumbuhannya

masih tinggi. Hal ini karena tingkat konsumsi masyarakat juga sangat besar sehingga

mendorong PDB untuk terus naik. PDB tertinggi masih dihasilkan oleh sektor industri

pengolahan yaitu sebesar 27.87% dari total PDB tahun 2008. Sedangkan PDB terendah

dihasilkan oleh sektor listrik, gas, dan air bersih yaitu hanya sebesar 0.82% dari total PDB

(www.bps.go.id).

xlvii

Page 48: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Tabel 4.1.5.1

Perkembangan Produk Domesti Bruto (PDB)

Tahun 1992 – 2009

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Milyar Rp)

Tahun PDB Pertumbuhan (%)

1992 984.115.9 5,91

1993 1.156.448,61 6,56

1994 1.242.833,09 7,47

1995 1.344.994,06 8,22

1996 1.450.148,22 7,82

1997 1.518.303,78 4,70

1998 1.318.999,90 -13,13

1999 1.329.434,86 0,79

2000 1.394.843,95 4,92

2001 1.442.984,00 3,45

2002 1.505.216,40 4,31

2003 1.577.171,30 4,78

2004 1.656.516,80 5,03

2005 1.750.815,20 5,69

2006 1.847.292,90 5,51

2007 1.963.974,30 6,32

2008 2.082.456,10 6,01

2009 2.177.741,70 4,58

Sumber : Badan Pusat Statistik

xlviii

Page 49: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Pada tabel 4.1.5.1, terlihat pertumbuhan PDB mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun selama periode 1992– 2009. Pada tahun 1992 perkembangan PDB menjadi sebesar

Rp 984.115.9 milyar . Pada tahun 1993 perkembangan PDB menjadi sebesar Rp

1.156.448,61 milyar dan pada tahun 1994 sebesar Rp 1.242.833,09 milyar, hal ini berarti

terjadi kenaikan 7,47%. Disamping karena adanya peningkatan produksi secara fisik, juga

karena dipengaruhi oleh kenaikan tingkat harga / inflasi. Pada pertengahan tahun 1997,

indonesia seperti negara-negara lainnya di kawasan asia tenggara yang di hantam oleh krisis

ekonomi yang sangat parah, sehingga pada tahun 1998 terjadi penurunan menjadi

1.318.999,90 milliar, perkembangan ekonomi seperti penurunan PDB sebesar dibanding

tahun sebelumnya. Pada tahun 1999, dampak krisis ekonomi tersebut mulai bisa

dikendalikan dan PDB ada tahun tersebut tumbuh sebesar 0,79 %. Tahun 2000,

pertumbuhan ekonomi terus membaik sehingga mencapai 4,92 %. Selama tahun 2001

sampai 2004, pertumbuhan ekonomi tumbuh rata – rata sebesar 4, 39 %.

Krisis yang terjadi di Indonesia tidak saja telah memaksa rupiah terdepresiasi sangat

tajam tetapi juga menimbulkan kontraksi ekonomi yang sangat dalam. Penurunan nilai tukar

rupiah yang tajam disertai dengan terputusnya akses ke sumber dana luar negeri

menyebabkan turunnya kegiatan produksi secara drastis dan berkurangnya kesempatan kerja

sebagai akibat tingginya ketergantungan produsen domestik pada barang dan jasa impor.

Pada saat yang sama, kenaikan laju inflasi yang tinggi dan penurunan penghasilan

masyarakat telah mengakibatkan merosotnya daya beli sehingga kesejahteraan masyarakat

menurun drastis dan kantong-kantong kemiskinan domestik semakin meluas.

Selama tahun 2000 perekonomian Indonesia menunjukkan pemulihan ekonomi yang

semakin kuat dengan pola pertumbuhan ekonomi yang semakin seimbang. Pertumbuhan

xlix

Page 50: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

produk domestik bruto (PDB) tahun 2000 mencapai 4,92%, lebih tinggi dari prakiraan awal

tahun Bank Indonesia sebesar 3,0%–4,0%. Sejumlah kemajuan juga dicapai dalam proses

penyelesaian utang luar negeri pemerintah, telah selesainya program rekapitalisasi

perbankan, serta telah dicapainya kesepakatan dalam penyelesaian masalah BLBI antara

Pemerintah dan Bank Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus membaik hingga mencapai 6,32%. Akselerasi

pertumbuhan ekonom, terutama berasal dari konsumsi rumah tangga dan investasi yang

mencatat pertumbuhan tinggi. Sementara dari sisi penawaran, penyumbang utama

pertumbuhan ekonomi adalah sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, dan sektor

pertanian. Pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi disertai dengan membaiknya

indicator kesejahteraan masyarakat. Persentase penduduk yang hidup di bawah garis

kemiskinan menurun menjadi 16,6% hingga pada tahun 2007. Selain meningkatnya

pertumbuhan ekonomi dan stabilnya inflasi, membaiknya indikator kemiskinan juga terkait

dengan berbagai program sosial yang diluncurkan untuk membantu masyarakat miskin,

termasuk bantuan yang terkait dengan bencana alam. Pada tahun 2008 pertumbuhan

mencapai 6,01% dengan PDB sebesar 2.082.456,10 miliar. Pada tahun 2009 pertumbuhan

ekonomi mencapai 4,58 dengan PDB sebesar 2.177.741,70 miliar.

Tabel 4.1.5.2

Perkembangan Produk Domesti Bruto (PDB)

Tahun 1992 – 2009

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Milyar Rp)

TAHUN PDB Industri1992 75419.71993 82558.6

l

Page 51: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

1994 826491995 91637.11996 102259.71997 107629.71998 95320.61999 99058.52000 104986.92001 398323.92002 419387.82003 441754.92004 469952.42005 491561.42006 514100.32007 538084.62008 557764.42009 569550.8

Sumber : Badan Pusat Statistik

Berdasarkan table di atas dapat kita lihat bahwa PDB sector industri sejak tahun 1992

hingga 1997 terus mengalami peningkatan hingga pada tahun 1998 PDB sektor industri

mengalami penurunan yang disebabkan oleh krisis ekonomi pada saat itu, namun pada tahun

1999 kembali meningkat secara terus menerus hingga 2009.

4.1.2 Perkembangan Impor Indonesia

Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, maka impor memiliki peranan yang

sangat penting terutama dalam rangka pengembangan sector industri. Walaupun

perkembangan impor berfluktuasi, Namur impor tetap mengalami pertumbuhan. Fluktuasi

impor tidak terlepas dari berbagai peristiwa resesi ekonomi, krisis ekonomi, serta beberapa

kebijakan di bidang impor.

Impor dalam hal ini terdiri atas impor barang konsumsi, bahan baku dan barang-

barang penolong serta barang modal yang pada umumnya berasal dari negara maju, di

li

Page 52: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

samping karena negara-negara berkembang masih kekurangan modal, juga untuk

mempercepat proses alih teknologi dari negara maju sehingga negara-negara berkembang

akan mampu memacu pertumbuhan ekonominya

Impor Indonesia meningkat sejalan dengan peningkatan pembangunan.

pengembangan kapasitas produksi dalam negeri memerlukan impor barang-barang modal

yang belum dapat diproduksi di dalam negeri perlu diimpor. Di samping itu pembangunan

proyek-proyek prasarana yang di perlukan untuk mendukung kapasitas produksi dalam

negeri yang semakin berkembang juga memerlukan impor.

Impor Indonesia sejak 1988 berasal dari 55 negara di seluruh dunia. Secara ratarata

ada delapan negara asal impor yang memilliki kontribusi (rata-rata) impor yang paling besar

yaitu Jepang, Amerika Serikat, Singapura, Jerman, Korea Selatan, Australia, Cina, Taiwan.

Namun demikian, kontribusi mereka tidaklah stabil. Telah terjadi perubahan struktur yang

cukup signifikan sejak lima tahun terakhir. Perubahan paling radikal adalah kontribusi Cina

yang berubah drastis sejak 1998 yaitu dari 7,19% menjadi 28,91 di tahun 2003. Perubahan

lainnya adalah kontribusi negara Singapura dari 20,17% di tahun 1998 menjadi 44,98% di

tahun 2003. Akibatnya urutan contributor terbesar menjadi berubah di tahun 2003 yaitu

Jepang, Singapura, Cina, Amerika Serikat, Australia, Korea Selatan, Jerman, dan Taiwan.

(Eko Atmaji dalam jurnal Analisa Impor Indonesia, 2004).

Impor berdasarkan golongan barang terdiri dari barang modal, barang konsumsi, dan

bahan baku/penolong. Impor yang khususnya bahan modal, barang konsumsi, dan bahan

baku akan mendorong peningkatan ekspor non migas Indonesia. Beberapa produk ekspor

masih memiliki kandungan impor yang cukup tinggi. Perkembangan impor mencerminkan

struktur produksi dalam negeri yang berkembang pesat.

lii

Page 53: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Tabel 4.1.2.1

Perkembangan Impor Indonesia Tahun 1993 – 2007

Sumber : Badan Pusat Statistik

Dalam tabel 4.2 terlihat bahwa nilai impor Indonesia pada tahun 1992 sebesar

27.279,6 Juta US $ dan impor Indonesia pada tahun 1993 meningkat menjadi sebesar

28.327,80 Juta US $. Pada tahun 1994 nilai impor sebesar 31.983,50 Juta US $ kemudian

pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 1995 nilai impor Indonesia meningkat menjadi

40.628,70 Juta US $ dengan volume sebesar 55.360,2 ribu ton, dari data tersebut terlihat

terjadi peningkatan sebesar 20,01% pada volume impor dan 27,3% pada nilai impor.

Peningkatan dalam hal impor terus terjadi seiring dengan semakn besarnya kebutuhan

liii

TahunVolume

(Ribu Ton)

Nilai

(Juta US $)

2000 67.388,9 33.514,8

2001 65.566,8 30.962,1

2002 72.741,2 31.288,9

2003 69.705,1 32.550,7

2004 81.320,6 46.524,5

2005 83.664,5 57.700,9

2006 83.808,9 61.065,5

2007 89.935,6 74.473,4

2008 129.197,3 98.664,3

2009 91.354,4 96.829,2

Page 54: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

barang-barang impor itu sendiri guna terjadinya peningkatan di bidang produksi. Hingga

pada tahun 1996 nilai impor sebesar 42.928,5 Juta US $ dengan volume sebesar 58.819,4

ribu ton mengalami penurunan nilai pada tahun 1997 sebesar 2,91% menjadi 41.679,8 juta

US $ dengan volume tetap meningkat sebesar 0,56% menjadi 59.148,4 ribu ton. Hal ini

dipengaruhi oleh terjadinya krisis nilai tukar yang dialami oleh banyak negara. Dimana

menyebabkan harga barang-barang impor meningkat dan hal ini terus berlanjut dimana pada

tahun 1998, sehingga volume impor menurun drastis menjadi 51.261,2 ribu ton dengan nilai

sebesar 27.336,9 juta US $. Pada tahun 1999 nilai impor terus menurun menjadi 24.003,32

juta US $ dengan peningkatan volume impor sebesar 21,42% menjadi 62.240,8 ribu ton.

Volume impor yang meningkat ini dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan impor

terhadap barang konsumsi khususnya beras.

Pada tahun 2000, nilai impor Indonesia mencapai 33.514,80 juta US $ atau meningkat

sekitar 39,10%. Namun pada tahun 2001 nilai impor Indonesia turun menjadi 30.962,1 juta

US $ dengan volume sebesar 65.566,8 ribu ton, dari data tersebut terlihat terjadi penurunan

sebesar 2,70% pada volume impor dan 7,62% pada nilai impor. Selanjutnya pada tahun 2002

volume impor Indonesia terus meningkat menjadi 72.741,2 ribu ton dengan nilai impor

sebesar 31.288,9 juta US $. Tahun 2003 – 2006 impor Indonesia terus mengalami

peningkatan. Tahun 2007 nilai impor Indonesia menjadi 74.473,4 juta US $ atau meningkat

sebesar 7,31% dan volumenya menjadi 89.935,6 ribu ton atau meningkat sebesar 21,96%.

Pada tahun 2008 nilai impor meningkat menjadi 98.664,3 US$ dan volume impor meningkat

menjadi 129.197,3 sedangkan pada tahun 2008 ke 2009 mengalami penurunan dari sisi nilai

maupun volume impor, pada tahun 2009 nilai impor menurun menjadi 96.829,2 dan volume

impor menurun menjadi 91.354,4.

liv

Page 55: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Dari tabel 4.1.2.2 (dilampirkan) tersebut dapat dilihat bahwa nilai impor barang

konsumsi pada tahun 1992 sebesar 1.212,8 juta US $ dengan volume impor barang konsumsi

sebesar 1.255,2 ribu ton.Nilai impor barang konsumsi pada tahun 1993 mengalami

peningkatan menjadi sebesar 1.146,1 juta US $., tetapi volume impor barang konsumsi

menurun menjadi sebesar 799,5 ribu ton.Pada tahun 1994 volume impor barang konsumsi

mengalami peningkatan menjadi 1.899,8 ribu ton dengan nilai impor sebesar 1.430,2 juta US

$ dan peningkatan ini berlanjut hingga tahun 1996.

Pada tahun 1997 volume impor barang konsumsi mengalami penurunan yang cukup

drastis, dimana pada tahun sebelumnya volume impor barang konsumsi sebesar 4.322 ribu

ton turun menjadi 2.338,3 ribu ton dan nilai impor barang konsumsi yang pada tahun

sebelumnya 2.805,9 juta US $ turun menjadi 2.166,3 juta US $. Penurunan pada nilai impor

barang konsumsi ini terus terjadi hingga 1998 meskipun dilain pihak volume impor barang

konsumsi meningkat menjadi 4.158,6 ribu ton. Hal ini sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan

produksi yang negatif yang terjadi pada tahun 1997. Padi yang merupakan komponen utama

dalam sub sektor tanaman pangan mencatat pertumbuhan yang negatif sebesar 3,9% sebagai

akibat dari musim kering dan menurunnya luas areal panen. Berlanjutnya musim kering

hingga pertengahan tahun 1998 dikhawatirkan dapat mengganggu program swasembada

beras. Guna mengantisipasi permintaan yang masih kuat serta berbagai upaya untuk

cadangan pangan nasional maka pemerintah pun mengimpor beras dalam jumlah yang cukup

tinggi.

Pada tahun 1999 terjadi peningkatan, baik dari segi volume maupun nilainya. Nilai

impor barang konsumsi pada tahun tersebut meningkat 28,72 % dengan nilai sebesar 2.468,3

juta US $ dengan peningkatan volume sebesar 76,13% dengan jumlah volume sebesar

lv

Page 56: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

7.324,5 ribu ton. Pada tahun 2000 terjadi penurunan pada volume barang konsumsi menjadi

sebesar 5.241,2 ribu ton walaupun pada nilai impornya meningkat menjadi sebesar 2.718,7

juta US $.

Pada tahun 2001 terjadi penurunan impor barang konsumsi baik dari segi nilai

maupun dari segi volumenya. Pada tahun tersebut nilai impor barang konsumsi turun menjadi

2.251,2 juta US $ dengan jumlah volume menjadi sebesar 4.071,2 ribu ton. Pada tahun 2002

nilai impor barang konsumsi terjadi peningkatan sebesar 17,74% dengan nilai sebesar

2.650,5 juta US $ dan peningkatan volume sebesar 38,62% dengan jumlah volume sebesar

5.643,4 ribu ton. Pada tahun 2003 volume impor barang konsumsi mengalami penurunan

menjadi 4.903,4 ribu ton walaupun dilain pihak nilai impor barang konsumsi tetap

mengalami peningkatan sebesar 8,01% menjadi 2.862,8 juta US $. Sama halnya tahun 2003,

pada tahun 2004 terjadi penurunan pada volume impor barang konsumsi menjadi 4.749,9

ribu ton yang diikuti dengan peningkatan pada nilai impor barang konsumsi menjadi 3.786,5

juta US $. Tahun 2005 terjadi peningkatan baik dari volume impor barang konsumsi sebesar

5.562,1 ribu ton maupun pada nilai impor barang konsumsi menjadi 4.620,5 juta US $.

Tahun 2006 terjadi penurunan pada volume impor barang konsumsi sebesar 15,38%

dengan jumlah volume sebesar 4.706,6 ribu ton walaupun pada nilainya terjadi peningkatan

sebesar 2,55% dengan nilai sebesar 4.738,2 juta US $. Pada tahun 2007 volume impor barang

konsumsi meningkat menjadi 6.714,4 ribu ton begitu pula dengan nilai impor barang

konsumsi menjadi sebesar 6.539,1 juta US $. Pada tahun 2008 impor konsumsi menjadi

8.303,7 juta US $, namun volumenya menurun menjadi 5368,1 ribu ton. Pada tahun 2009

sembilan impor konsumsi menurun menjadi 6.752,6 dengan volume seberat 4056,6 ribu ton.

Meskipun peningkatan impor barang konsumsi terus terjadi namun tetap diharapkan

lvi

Page 57: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

kecenderungan untuk mengimpor barang konsumsi akan turun seperti yang mulai terlihat

pada tahun 2008-2009, guna mengurangi ketergantungan impor serta melindungi industri

dalam negeri sehingga sektor produksi dalam negeri dapat berkembang.

Sementara itu impor bahan baku/penolong cenderung mengalami peningkatan baik

dari segi nilai, volume maupun peranannya terhadap total impor. Pada tabel 4.2.2 jelas

terlihat pada periode 1992 – 2009 impor bahan baku/penolong merupakan bagian yang

terbesar dibanding jenis-jenis impor lainnya yitu dengan rata-rata share impor sebesar

74,70%. Impor bahan baku terdiri atas makanan & minuman untuk industri, bahan baku

untuk industri, bahan bakar & pelumas serta suku cadang & perlengkapan. Seperti yang

terlihat pada tabel impor bahan baku/ penolong memiliki bagian yang terbesar dibanding

jenis-jenis impor lainnya walaupun dilain pihak laju pertumbuhannya itu sendiri cukup

berfluktuasi bahkan pada tahun-tahun tertentu laju pertumbuhannya bernilai minus.

Untuk barang modaal cukup berkontribusi terhadap impor dengan rata-rata share

impor sebesar 18,27%. Impor brang modl cukup berfluktutif di bandingkan bahan baku.

Pada tahun 1992 volume impor sebsar 797,0 ribu ton dengn nilai sebsar 7.366,8 juta US $.

Pada tahun 1993 volume impor mengalami penurunan , volume impor menjadi sebsar 723,3

ribu ton dengn nilai sebsar 7.146,9 juta US $. Dari tahun 1994-1997 baik nilai maupun

volume impor bahan baku terus mengalami peningkatan. Pada tahun 1998 mengalami

penurunan, volume impor menjadi sebsar 646,9 ribu ton dengn nilai sebsar 5.807,5 juta US

$. Pada tahun 1999 penurunan masih terjadi pada sisi nilai menjadi 3.060,0 juta US $,

sedangkan pada sisi volume impor meningkat menjadi sebsar 740,9 ribu ton. Pada tahun

2000 volume impor meningkat menjadi 1.070,9 ribu ton dan nilai impor meningkat menjadi

4.777,4 juta US $. Pada tahun 2001 volume impor meningkat menjadi 1.250,5 ribu ton dan

lvii

Page 58: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

nilai impor meningkat menjadi 4.831,5 juta US $. Pada tahun 2002 mengalami penurunan,

volume impor menjadi sebsar 1.108,5 ribu ton dengn nilai sebsar 4.410,9 juta US $. Pada

tahun 2003 mengalami penurunan, volume impor menjadi sebsar 849,0 ribu ton dengn nilai

sebsar 4.191,69 juta US $. Pada tahun 2004 volume impor meningkat menjadi 1.213,2 ribu

ton dan nilai impor meningkat menjadi 6.533,8 juta US $. Pada tahun 2005 volume impor

meningkat menjadi 1.519,5 ribu ton dan nilai impor meningkat menjadi 8.288,4 juta US $.

Pada tahun 2006 volume impor meningkat menjadi 1.748,6 ribu ton dan nilai impor

meningkat menjadi 9.155,9 juta US $. Pada tahun 2007 penurunan terjadi pada sisi volume

impor bahan baku menjadi 1.480,2 ribu ton, sedangkan pada sisi nilai impor meningkat

menjadi sebsar 11.449,6 US $. Pada tahun 2008 volume impor meningkat cukup signifikan

menjadi 2.610,0 ribu ton dan nilai impor meningkat menjadi 21.400,9 juta US $. Pada tahun

2009 kembali penurunan terjadi pada sisi volume impor bahan baku menjadi 2.577,8 ribu

ton, sedangkan pada sisi nilai impor juga mengalami penurunan menjadi sebsar 20.438,5

juta US $.

Tabel 4.1.2.3

Persentase Kontribusi Impor Golongan

lviii

Page 59: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Sumber : Badan

Pusat Statistik

(data diolah)

Dari tabel dia

atas dapat kita lihat

bahwa ipor bahan baku sangat dominan terhadap impor indonesia menurut golongan dengan

share sebesar 74,70%, yang mana ini menunjukkan bahwa kegiatan produksi dalam negeri

masih banyak bergantung dari luar nnegeri, di urutan berikutnya adalan impor barang modal

dengan share sebsar 18,27%, sedangkan urutan berikutnya adalah impor barang konsumsi

sebesar 7,03%, tren dari impor barang konsumsi cukup baik dengan melihat tren yang

semakin menurun, namun walaupun demikian kita harus tetap menekan laju impor barang

konsumsi untuk melindungi barang dalam negeri.

4.1.3 Perkembangan Inflasi, suku bunga dan nilai tukar Indonesia Tahun 1992 – 2007

Tabel 4.1.3

Perkembangan Inflasi, suku bunga dan nilai tukar Indonesia

Tahun 1990 – 2007

lix

TahunBarang konsumsi(%)

Bahan baku/ bahan penolong(%)

Barang modal(%)

2000 8.11 77.63 14.252001 7.27 77.12 15.602002 8.47 77.43 14.102003 8.79 78.33 12.882004 8.14 77.82 14.042005 8.01 77.63 14.362006 7.76 77.25 14.992007 8.78 75.85 15.372008 6.43 77.01 16.562009 6.97 71.92 21.11Rata-rata share 7,03 74,70 18,27

Page 60: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Tahun Tingkat Inflasi (%) nilai tukar nilai tukar Suku Bunga

Indonesia

2000 9.35 8421.78 11586.85 14.14

2001 12.55 10260.85 13018.44 17.6

2002 10.03 9311.19 10726.73 12.93

2003 5.06 8577.13 9480.99 8.31

2004 6.4 8938.85 9549.16 7.43

2005 17.11 9704.74 9704.74 12.75

2006 6.6 9159.32 8358.90 9.75

2007 6.59 9141 8070.09 8

2008 11.4 9698.96 8075.91 9.25

2009 2.8 10389.94 8103.40 6.5Sumber : berbagai sumber

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 20090

5

10

15

20

25

30

35

40

PERKEMBANGAN INFLASI, SUKU BUNGA DAN SUKU BUNGA RIIL INDONESIA

Suku Bunga RiilSuku Bunga IndonesiaTingkat Inflasi (%)

Gambar 4.1

lx

Page 61: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

20002001

20022003

20042005

20062007

20082009

0

5000

10000

15000

20000

25000

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR RIIL DAN NILAI TUKAR NOMINAL INDONESIA

nilai tukar riilnilai tukar nominal

Gambar 4.2

Dalam ekonomi, inflasi adalah meningkatnya harga- harga secara terus menerus.

Tingkat inflasi diukur dengan perubahan dalam indeks harga konsumen. Di Indonesia inflasi

yang timbul dikarena kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi akan menyebabkan

produksi turun dan penawaran total (aggregate supply) berkurang yang pada akhirnya akan

menyebabkan kenaikan harga. Kenaikan biaya produksi dapat berasal dari kenaikan bahan

baku industri, perjuangan serikat buruh yang berhasil menuntut kenaikan upah dan lain-lain.

Kenaikan biaya produksi pada gilirannya akan menaikkan harga dan turunnya produksi.

Inflasi di Indonesia sendiri juga mengalami fluktuasi. Inflasi tertinggi terjadi pada

tahun 1998 karena pada masa itu perekonomian Indonesia sedang mengalami goncangan

ekonomi dengan adanya krisis ekonomi. Inflasi tahun 1998 mencapai 77,63 %. Seiring

dengan membaiknya kinerja ekonomi nasional, maka tingkat inflasi mulai turun dan

pertumbuhan inflasi dapat dikendalikan

Dari tabel 4.1.3.1 di atas dapat kita lihat bahwa setelah adanya krisis ekonomi tahun

1998, tingkat inflasi perlahan mulai menurun. Pada tahun 1999 pertumbuhan inflasi bahkan

lxi

Page 62: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

mencapai – 3762,19% dari 77,63% ke 2,01 %. Tingkat inflasi pada tahun- tahun selajtnya

relative stabil. Hanya pada tahun 2005 inflasi kembali naik dari 6,4% ke 17,2% pada tahun

2005. Kenaikan inflasi ini dikarenakan naiknya harga minyak mentah dunia yang berdampak

ke naiknya harga barang- barang secara umum. Pada tahun 2009, inflasi kembali turun dan

bahkan inflasi pada tahun 2009 ini merupakan inflasi terendah selama 10 tahun terakhir.

Inflasi pada tahun 2009 sebesar 2,8% atau turun -307,14% dari tahun sebelumnya.

Inflasi ini dikarenakan adanya krisis finansial global yang berdampak kepada perekonomian

Indonesia yang menyebabkan permintaan dunia menurun. Ini mengakibatkan terjadi

penurunan harga komoditas di pasaran internasional. Selain itu faktor lainnya karena

pemerintah tidak membuat kebijakan yang menyebabkan pricing shock seperti menaikkan

Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM) sepanjang tahun 2009.

Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar Amerika setelah

diterapkannya kebijakan sistem nilai tukar mengambang bebas di Indonesia pada tanggal 14

Agustus 1998 telah membawa dampak dalam perkembangan perekonomian nasional baik

dalam sektor moneter maupun sektor riil. Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar

Amerika menjadi sangat besar pada awal penerapan sistem tersebut. Hal ini membuat

meningkatnya derajat ketidakpastian pada aktivitas bisnis dan ekonomi di Indonesia. Banyak

faktor baik yang bersifat non ekonomi maupun ekonomi, yang dituduh menjadi penyebab

dari bergejolaknya nilai tukar tersebut.

Faktor non ekonomi lebih sering dianggap sebagai penyebab gejolak nilai tukar

rupiah terhadap dolar. Untuk membuktikan, bahkan mengukur seberapa besar pengaruh non

ekonomi tersebut akan sangat sulit dilakukan. Keadaan tersebut berbeda dengan keberadaan

faktor ekonomi, yang antara lain seperti inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar,

lxii

Page 63: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

pendapatan nasional, dan posisi neraca pembayaran internasional, yang umumnya relatif

dapat lebih terukur.

Tahun 2001 nilai tukar rupiah terhadap dolar US meningkat menjadi Rp 10.260,85

per US $. Pningkatanl ini terjadi akibat peningkatan suku bunga AS dan penguatan mata

uang $ US terhadap berbagai mata uang dunia. Tahun 2002 – 2003 nilai rupiah kembali

menguat masing-masing sebesar 9,6% menjadi Rp 9.311,19 per US $ tahun 2002 dan

7,88% menjadi Rp 8.577,13 per US $ tahun 2003. Tahun 2004 dan 2005 nilai rupiah

kembali melemah menjadi Rp 8938,85 per US $ tahun 2004 dan Rp 9704,74 per $ US pada

tahun 2005. Tahun 2006 nilai rupiah menguat sebesar 5,62% yaitu 9.159,32 per US $ dan

tahun 2007 nilai rupiah kembali menguat menjadi Rp 9.141,00 per $ US. Pada tahun 2008

nilai rupiah kembali melemah menjadi Rp9.898,96 per US $ dan pada tahun 2009 Rp

10.389,94 per US $.

Secara umum perkembangan suku bunga SBI, sebelumnya dipengaruhi oleh inflasi

di Indonesia. Apabila inflasi naik maka maka pemerintah menaikan suku bunga SBI karena

secara otomatis akan mempengaruhi jumlah uang beredar. Pada tahun 2000, suku bunga SBI

mencapai 14,14%. Pada perkembangan selanjutnya, suku bunga SBI pada tahun 2001

meningkat menjadi 17,6% dikarenakan adanya peningkatan inflasi. Setelah itu suku bunag

SBI relative mengalami penurunan walaupun terjadi peningkatan pada tahun 2005 dan 2008.

4.2 Hasil dan pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan amos 18, mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi permintaan impor di Indonesia, baik analisis terhadap total

impor maupun terhadap impor golongan, maka dapat dipaparkan sebagai berikut :

lxiii

Page 64: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

4.2.1 Hasil dan Analisis Pembahasan Terhadap Impor Di Indonesia

Pada table 4.2.1 merupakan hasil analisis regresi untuk analisa terhadap impor

Indonesia (total impor, impor bahan baku danpenolong dan impor barang modal)dengan

menggunakan amos18.

HASIL ANALISIS REGRESI

lxiv

-+

-

+-

INFLASI(X1)

NILAI TUKAR (Y1)

IMPOR INDONESIA

(Y4)

-3,512

-13,082

-690,149 IMPOR INDONESIA

(Y4)

Page 65: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Gambar 4.3

Table 4.2.1HASIL ANALISIS REGRESI

variabel independen Variabel dependen Estimasi S.E C.R P

inflasi (X1) Nilai Tukar (Y1) 62,787 27,557 2,278 0,023

PDB (Y2) -25068,895 3,024,467 -8.289 0,000

PDB industri (Y3) -10576,942 2,513,757 -4,208 0,000Nilai total impor (Y4)

-13,082 219,390 -0,060 0,952

Impor bahan baku 270,312 356,816 0,758 0,449

lxv

-3,437

0,060

0,004

-19330,637

-47,534,401

-101,358

62,787

-25068,895

-10576,942

270,312

-179,826

-396,102

-2,854,349

IMPOR BARANG

MODAL (Y6)

0,063

-1,656

IMPOR BAHAN BAKU

DAN PENOLONG

(Y5)

Page 66: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

(Y5)Impor barang modal (Y6)

-179,826 75,362 -2,386 0,017

suku bunga (X2) Nilai Tukar (Y1) -101,358 50,235 -2,018 0,044

PDB (Y2) -47,534,401 5,513,463 -8,622 0,000

PDB industr (Y3) -19330,637 4,582,462 -4,218 0,000Nilai total impor (Y4)

-690,149 409,734 -1,684 0,092

Impor bahan baku (Y5)

-2,854,349 469,316 -6,082 0,000

Impor barang modal (Y6)

-396,102 137,352 -2,884 0,004

nilai tukar (Y1) Nilai total impor (Y4)

-3,512 0,835 -4,206 0,000

Impor bahan baku (Y5)

-3,437 2,058 -1,670 0.095

Impor barang modal (Y6)

-1,656 0,434 -3,817 0,000

Total PDB (Y2) Nilai total impor (Y4)

0,060 0,008 7,827 0,000

PDB sektor industri (Y3)

Impor bahan baku (Y5)

0,063 0,018 3,577 0,000

Impor barang modal (Y6)

0,004 0,004 1,097 0,273

Tabel 4.2.2Total dari direct dan indirect hubungan variabel independen terhadap impor indonesia

(total impor (Y4), impor bahan baku dan penolong (Y5) dan impor barang penolong (Y6))

No.

Arah Pengaruh Antar

Variabel/Hipotesis Penelitian

Simbol Koefisien Estimasi Untuk Pengaruh Variabel

Langsung Tidak langsung Total pengaruh

1 Hipotesis 1        a)x1→Y4  -13.082    -1737.723  Melalui y1    -220.50794*    Melalui Y2    -1504.1337*    b)X1→ Y1  62.787*    

X1→ Y2 -25068.895*2 Hipotesis 2      

  a)x2→ Y4  -690.149    2517.884  Melalui Y1   355.969  

lxvi

Page 67: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

  Melalui Y2    2852.064    b)x2→ Y1  -101.358      x2→ Y2  -47534.401    

3 Hipotesis 3        a)x1→Y5  270.312    -611.834  Melalui Y1    -215.7989*    Melalui Y3    -666.34735*    b)x1→Y1  62.787*      x1→Y3  -10576.942*    

4 Hipotesis 4        a)x2→ Y5   -2854.349*    285238.927*  Melalui Y1   289311.106*    Melalui Y3    -1217.8301*    b)x2→ Y1  -101.358      x2→ Y3  -19330.637    

5 Hipotesis 5        a)x1→Y6  -179.826*    -326.109  Melalui Y1   -103.975    Melalui Y3    -42.3078    b)x1→ Y1  62.787    

X1→ Y3 -10576.9426 Hipotesis 6      

  a)x2→ Y6  -396,102*    -623.050  Melalui Y1    -158.62527*    Melalui Y3    -77.323    b)x2→ Y1 -101,358      x2→ Y3  -19330,637    

Sumber : olah data amos(signifikan 5% dan 10%)

Berikut ini adalah pembahasan dari hasil di atas

Pengaruh inflasi (X1) terhadap :

1. Nilai Tukar (Y1)

Besarnya pengaruh langsung inflasi atau X1 terhadap nilai tukar atau Y1 adalah sebesar

62.787 yang berarti bahwa ketika terjadi peningkatan inlasi sebesar 1%, maka nilai tikar

riil meningkat sebesar Rp 62.787 per US $. Tingkat probabilitas sebesar 0.023, yang

berarti inflasi berpengaruh nyata terhadap nilai tukar.

lxvii

Page 68: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan fungsional yang tidak sesuai dengan

hipotesis yang mana hubungan inflasi dan nilai tukar adalah negatif dan signifikan.

Kondisi ini disebabkan oleh kenaikan tingkat inflasi akan menyebabkan harga barang

dalam negeri akan lebih mahal dengan asumsi citeris paribus, maka orang akan lebih

memilih membeli barang dari luar negeri sehingga mendorong apresiasi Dollar terhadap

Rupiah.

2. Produk Domestik Bruto (Y2)

Besarnya pengaruh langsung inflasi atau X1 terhadap Produk Domestik Bruto atau Y2

adalah sebesar -25068.895 yang berarti bahwa ketika terjadi peningkatan inlasi sebesar

1%, maka Produk Domestik Bruto menurun sebesar Rp 25.068,895 M. Dengan tingkat

probabilitas 0,000. Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan fungsional yang sesuai

dengan hipotesis yaitu inflasi berpengaruh negatif terhadap PDB riil dan signifikan. Hal

ini disebabkan karena kenaikan inflasi akan menyebabkan kemampuan daya beli

masyarakat menurun.

3. Produk Domestik Bruto sector Industri (Y3)

Besarnya pengaruh langsung inflasi atau X1 terhadap Produk Domestik Bruto riil sektor

industri atau Y3 adalah sebesar -10576.942 yang berarti bahwa ketika terjadi peningkatan

inlfasi sebesar 1%, maka Produk Domestik Bruto riil sectir industri menurun sebesar Rp

10576,94 milliar . Probabilitasnya yaitu 0,000

Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan fungsional yang sesuai dengan hipotesis dan

signifikan. Hal ini disebabkan karena dengan kenaikan inflasi akan membuat daya beli

lxviii

Page 69: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

masyarakat menurun sehingga produsen akan melakukan adjustment dengan

pengurangan produksi.

4. Total Impor (Y4)

Besarnya pengaruh langsung dari inflasi atau X1 terhadap impor atau Y4 adalah

sebesar -13.082 yang berarti bahwa ketika terjadi peningkatan inlasi sebesar 1%, maka

impor sebesar 13,082 juta US $, dengan probabilitas 0.952. Hasil penelitian ini

seharusnya menunjukkan hubungan fungsional yang tidak sesuai dengan hipotesis bahwa

inflasi berpengaruh positif secara langsung terhadap impor dan signifikan. Namun dalam

analisis ini menunjukkan bahwa untuk jangka panjang inflasi tidak signifikan

mempengaruhi impor kita.

Ini disebabkan karena walaupun inflasi bergerak di dalm negeri, tidak akan

mempengaruhi impor sebab Impor kita lebih di dominasi oleh impor barang modal dan

bahan baku untuk sektor industry.

5. Impor bahan baku dan penolong (Y5)

Besarnya pengaruh langsung dari inflasi atau X1 terhadap impor bahan baku atau Y5

adalah sebesar 270.312 yang berarti bahwa ketika terjadi peningkatan inlfasi sebesar

1%, maka impor bahan baku dan penolong meningkat sebesar 270.312 juta US $. Hasil

penelitian ini menunjukkan hubungan fungsional yang tidak sesuai dengan hipotesis dan

tidak signifikan dengan probabilitas sebesar 0,449.

Temuan empirik yang menunjukkan bahwa inflasi dalam negeri tidak berpengaruh

terhadap impor Indonesia dari luar negeri karena sebagian masih memiliki kadungan

ekspor yang berasal dari Indonesia sendiri. Selain itu, impor dari luar negeri sebagian

besar adalah bahan penyangga konsumsi dan faktor produksi yang industry dalam negeri

lxix

Page 70: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

tidak mampu menyediakan barang- barang tersebut. Sehingga pada saat inflasi rendah

permintaan impor dari luar negeri masih cukup tinggi.

6. Impor barang modal (Y6)

Besarnya pengaruh langsung dari inflasi atau X1 terhadap impor barang modal atau Y6

adalah sebesar -179.826 yang berarti bahwa ketika terjadi peningkatan inlfasi sebesar

1%, maka impor barang modal menurun sebesar 179.826 juta US $. Hasil penelitian ini

menunjukkan hubungan fungsional yang tidak sesuai dengan hipotesis dan signifikan

pada 0,017. Hal Ini disebabkan karena kenaikan inflasi, maka pemerintah akan lebih

memilih untuk mengimpor barang penyangga konsumsi untuk melakukan adjustmen

terhadap harga dalam negeri, dibandingkan untuk membeli barang modal.

Pengaruh Suku Bunga (X2) Terhadap :

1. Nilai Tukar (Y1)

Besarnya pengaruh langsung suku bunga atau X2 terhadap nilai tukar atau Y1 adalah

sebesar -101.358 yang berarti bahwa ketika terjadi peningkatan suku bunga sebesar 1%,

maka nilai tikar riil menurun sebesar Rp 101,36 per US$. Hasil penelitian ini

menunjukkan hubungan fungsional yang sesuai dengan hipotesis dan signifikan.

Kondisi ini dikarenakan ketika terjadi kenaikan suku bunga di Indonesia maka capital

inflow kita semakin besar sehingga permintaan terhadap Rupiah naik, yang kemudian

akan mendorong Rupiah terapresiaai tehadap Dollar(US$).

2. Produk Domestik Bruto (Y2)

Besarnya pengaruh langsung suku bunga atau X2 terhadap Produk Domestik Bruto riil

atau Y2 adalah sebesar -47534.401 yang berarti bahwa ketika terjadi peningkatan suku

bunga sebesar 1%, maka Produk Domestik Bruto menurun sebesar Rp 47.534,4 Milliar.

lxx

Page 71: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan fungsional yang sesuai dengan hipotesis dan

signifikan dengan tingkat probabilitas 0,000. Ini dikarenakan ketika suku bunga

meningkat maka akan membuat masyarakat melihat opportunity costnya, dengan

menabung uangnya di bank, masyarakat akan mendapatkan return yang lebih besar tanpa

harus menanggung resiko, dibandingkan harus berinvestasi yang memiliki resiko.

3. Produk Domestik Bruto sector Industri (Y3)

Besarnya pengaruh langsung suku bunga atau X2 terhadap Produk Domestik Bruto riil

sektor industri atau Y3 adalah sebesar -19330.637 yang berarti bahwa ketika terjadi

peningkatan suku bunga sebesar 1%, maka Produk Domestik Bruto riil sektor industri

menurun sebesar Rp 19330,637 M. Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan

fungsional yang sesuai dengan hipotesis dan signifikan dengan probabilitas sebesar

0,000.

Hal ini dikarenakan ketika suku bunga meningkat maka akan membuat masyarakat

melihat opportunity costnya, dengan menabung uangnya di bank, masyarakat akan

mendapatkan return yang lebih besar tanpa harus menanggung resiko, dibandingkan

harus berinvestasi yang memiliki resiko.

4. Total Impor (Y4)

Besarnya pengaruh langsung dari suku bunga atau X2 terhadap impor atau Y4 adalah

sebesar -690.149 yang berarti bahwa ketika terjadi peningkatan suku bunga sebesar 1%,

maka impor menurun sebesar 690,149 juta US $ . Hasil penelitian ini menunjukkan

hubungan fungsional yang sesuai dengan hipotesis dan signifikan pada tingkat

probabilitas0,092.

lxxi

Page 72: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Hal ini dapat disebabkan dalam dua kondisi. Pertama, dengan kenaikan suku bunga maka

importir akan cenderung menyimpan uangnya di bank dibandingkan harus mengimpor.

Kedua, importir tidak dapat meminjam uang dari bank karena kenaikan suku bunga

sehingga menunda keinginannya untuk mengimpor.

5. Impor bahan baku dan penolong (Y5)

Besarnya pengaruh langsung dari suku bunga atau X2 terhadap impor bahan baku atau

Y5 adalah sebesar -2854.349 yang berarti bahwa ketika terjadi peningkatan suku bunga

sebesar 1%, maka impor bahan baku dan penolong menurun sebesar 2854,349 juta US

$. Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan fungsional yang sesuai dengan hipotesis

dan signifikan dengan probabilitas sebesar 0,000.

6. Impor barang modal (Y6)

Besarnya pengaruh langsung dari suku bunga atau X2 terhadap impor barang modal

atau Y6 adalah sebesar -396.102 yang berarti bahwa ketika terjadi peningkatan suku

bunga sebesar 1%, maka impor barang modal menurun sebesar 396.102 juta US $.

Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan fungsional yang tidak sesuai dengan

hipotesis dan signifikan dengan probabilitas sebesar 0,004.

Kondisi yang terjadi pada impor barang modal dan bahan baku dan penolong, sama pada

kondisi nalisis pada total impor yaitu : . Pertama, dengan kenaikan suku bunga maka

importir akan cenderung menyimpan uangnya di bank dibandingkan harus mengimpor.

Kedua, importir tidak dapat meminjam uang dari bank karena kenaikan suku bunga

sehingga menunda keinginannya untuk mengimpor.

Pengaruh Nilai tukar (Y1) terhadap :

1. total Impor Indonesia (Y4)

lxxii

Page 73: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Besarnya pengaruh langsung dari nilai tukar atau Y1 terhadap impor atau Y4 adalah

sebesar -3.512 yang berarti bahwa ketika terjadi peningkatan nilai tukar sebesar Rp

1/US$, maka impor menurun sebesar 3,512 juta US $ . Hasil penelitian ini menunjukkan

hubungan fungsional yang sesuai dengan hipotesis dan signifikan. Hal ini sesuai hipotesa

bahwa kurs dan impor memiliki hubungan yang berbalikan (Nopirin, 1997).

Semakin tinggi nilai kurs (nilai mata uang sendiri turun relatif terhadap valuta asing)

maka menyebabkan harga produk ekspor menjadi semakin murah di mata buyer luar

negeri (importir). Dari sisi eksportir, naiknya nilai kurs (nilai mata sendiri turun relatif

terhadap valuta asing) akan meningkatkan produksi akibat keuntungan yang semakin

meningkat karena rupiah yang diperoleh lebih besar sehingga mendorong peningkatan

ekspor. Intinya depresiasi menyebabkan ekspor naik dan impor akan turun dan

sebaliknya.

2. Impor bahan baku dan penolong (Y5)

Besarnya pengaruh langsung dari nilai tukar atau Y1 terhadap impor bahan baku dan

penolong atau Y5 adalah sebesar -3.437 yang berarti bahwa ketika terjadi peningkatan

nilai tukar sebesar Rp 1, maka impor menurun sebesar 3,437 juta US $ . Hasil penelitian

ini menunjukkan hubungan fungsional yang sesuai dengan hipotesis dan signifikan

dengan probabilitas sebesar 0,095.

3. Impor barang modal (Y6)

Besarnya pengaruh langsung dari nilai tukar atau Y1 terhadap impor barang modal atau

Y6 adalah sebesar -1.656 yang berarti bahwa ketika terjadi peningkatan nilai tukar

sebesar Rp 1, maka impor menurun sebesar 1,656 juta US $ . Hasil penelitian ini

lxxiii

Page 74: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

menunjukkan hubungan fungsional yang sesuai dengan hipotesis dan signifikan dengan

probabilitas sebesar 0,000.

Kondis yang terjadi pada pengaruh nilai tukar terhadap bahan baku dan penolong serta

barang modal disebabkan kerana ketika terjadi apresiasi nilai tukar maka akan

menyebabkan penurunan impor sebab harga barang-barang yang akan di impor menjadi

lebih mahal.

Pengaruh Produk Domestik Bruto (Y2) terhadap total Impor (Y4) yaitu :

Besarnya pengaruh langsung dari PDB riil atau Y2 terhadap impor atau Y4 adalah

sebesar 0.060 yang berarti bahwa ketika terjadi peningkatan PDB riil sebesar Rp 1

milliar, maka impor meningkat sebesar 0.060 juta US$ atau 60.000 US $ . Hasil

penelitian ini menunjukkan hubungan fungsional yang sesuai dengan hipotesis dan

signifikan.

Pengaruh Produk Domestik Bruto sector Industri (Y3) terhadap :

1. Impor bahan baku dan penolong (Y3)

Besarnya pengaruh langsung dari PDB riil sektor industri atau Y3 terhadap impor

bahan baku dan penolong atau Y5 adalah sebesar 0.063 yang berarti bahwa ketika terjadi

peningkatan PDB RIIL sebesar Rp 1 milliar, maka impor meningkat sebesar 63.000 US

$ . Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan fungsional yang sesuai dengan hipotesis

dan signifikan dengan probabilitas sebesar 0,000.

2. Impor barang modal (Y3)

lxxiv

Page 75: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Besarnya pengaruh langsung dari PDB riil sektor industri atau Y3 terhadap impor

barang modal atau Y6 adalah sebesar 0.004 yang berarti bahwa ketika terjadi

peningkatan PDB riil sebesar Rp 1 milliar, maka impor meningkat sebesar 4.000 US $ .

Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan fungsional yang sesuai dengan hipotesis

tetapi tidak signifikan dengan probabilitas sebesar 0,973.. Walaupun Produk Domestik

Bruto sektor industri memiliki pengaruh terhadap peningkatan impor barang modal

namun belum cukup besar pengaruhnya terhadap impor barang modal.

Kondis yang terjadi pada pengaruh PDB riil sektor industri terhadap bahan baku dan

penolong serta barang modal disebabkan karena ketika terjadi ketika PDB sektor Industri

meningkat maka untuk menunjangg peningkatan industry tersebut para produsen harus

mengimpor barang sebab barang yang kita impor adalah barang-barang yang digunakan

sebagai barang penyangga industry baik industry makanan, tekstil, otomotif,

minyak,kendaraan-kendaraan berat,dll.

Total dari hasil analisis langsung dan tidak langsung, hubungan antara suku bunga

terhadap total impor dan impor bahan baku dan penolong adalah signifikan. Hal ini

terjadi karena ketika suku bunga naik maka para importir tidak akan melakukan invetasi

tetapi akan menyimpan uangnya di bank atau akan menunda pinjaman ke bank karena

bunga yang tinggi untuk melakukan impor, begitupun sebaliknya ketika suku bunga turun

maka importir akan mengalokasikan uangnya untuk melakukan impor karena dengan

suku bunga yang rendah maka ketika menyimpan uang di bank maka return yang

diterima tidak begitu besar dibandingkan harus mengimpor atau dengan suku bunga yang

turun maka return dari pinjaman yang dilakukan importr tidak begitu besar. Sedangkan

total hasil analisis langsung dan tidak langsung hubungan antara suku bunga terhadap

lxxv

Page 76: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

impor barang modal adalah tidak signifikan sebab walaupun suku bunga terapresiasi

ataupun depresiasi impor barang modal dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam negeri

sebab impor barang modal mencakup alat-alat berat,kendaraan seperti BUS,dll.

Total dari hasil analisis langsung dan tidak langsung, hubungan antara inflasi

terhada total impor, impor bahan baku dan penolong serta im[or barang midal adalah

tidak signifikan sebab barang yang kita impor adalah barang penyangga sector industri

yang sangat di butuhkan untuk proses industri dalam negeri.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan dari hasil

pengolahan data di atas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

lxxvi

Page 77: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

1. Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap total impor dan impor barang modal

secara langsung dan berpengaruh tidak signifikan terhadap impor bahan baku dan

penolong. Karena barang yang kita impor merupakan barang modal yang dapat di tunda

pembeliannya sehingga inflasi berpengaruh negatif terhadap impor kita. Sedangkan

impor bahan baku merupakan penyangga industri dalam negeri sehingga inflasi tidak

dapat mempengaruhi impor bahan baku.

2. Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan secara tidak langsung terhadap total impor dan

bahan baku dan penolong. Sedangkan inflasi tidak berpengaruh terhadap barang modal.

Inflasi menyebabkan penurunan daya beli masyarakat sehingga sector industri akan

melakukan adjustmen.

3. Suku bunga riil bepengaruh negatif dan signifikan secra langsung terhadap total impor

dan impor barang modal serta bahan baku dan penolong. Ini diakibatkan karena importer

lebih cenderung untuk melakukan saving atau menunda impornya

4. Suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan secra tidak langsung terhadap total impor

dan impor bahan baku. Sedangkan suku bunga rill tidak berpengaruh signifikan secara

tidak langsung terhadap impor barang modal. Kondisi ini disebabkan karena barang luar

negeri yang menjadi mahal dan investor yang menunda investasinya sehingga industri

dalam negeri menurun.

5.2 Saran

Pemerintah sebaiknya mampu memaksimalkan potensi alam Indonesia untuk

memenuhi kegiatan produksi industri dalam negeri serta mampu memanfaatkan kelebihan

labor inidonesia, namun untuk mencapai hal ini di butuhkan perbaikan pada kesejahteraan

masyarakat khususnya sektor kesehatan dan pendidikan yang baik, agar mampu

lxxvii

Page 78: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Sehingga kita mampu melakukan

inovasi-inovasi yang efsien untuk industri kita.

Kemempuan dalam negeri adalah hal yang pokok, walaupun kita harus menjaga

variabel-variabel yang mempengaruhi impor Indonesia tetapi ketika kebutuhan penyangga

industri tidak di dapatkan di Indonesia, maka tetaplah impor menjadi alternatif pengusaha

dalam negeri.

Pemerintah harus mampu melindungi industri dalam negeri terkait dengan

kerjasama ACFTA. Saat ini barang-barang dari Cina sudah menguasai pasar-pasar di

Indonesia dan menggeser barang-barang dari dalam negeri maupun dari negara lain, hal

ini disebabkan oleh karena harga barang dari Cina yang lebih murah. Sebaiknya Indonesia

harus melakukan perbaikan industri dalam negeri, baik itu industri barang konsumsi,

bahan baku dan penolong, sebelum melakukan jalinan kerjasama dengan Cina sehingga

mampu melindungi industri-industri dalam negeri.

HASIL ANALISIS REGRESI

Number of variables in your model: 14

Number of observed variables: 8Number of unobserved variables: 6Number of exogenous variables: 8Number of endogenous variables: 6

lxxviii

Page 79: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Weights Covariances Variances Means Intercepts TotalFixed 0 0 6 0 0 6

Labeled 0 0 0 0 0 0Unlabele

d 24 0 2 0 0 26

Total 24 0 8 0 0 32Number of distinct sample moments: 36

Number of distinct parameters to be estimated: 26Degrees of freedom (36 - 26): 10

Estimates (Group number 1 - Default model)

Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)

Maximum Likelihood Estimates

Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label

Y1 <--- X1 62.787 27.557 2.278 .023 par_1

Y2 <--- X1 -25068.895 3024.468 -8.289 *** par_2Y3 <--- X1 -13328.704 2411.590 -5.527 *** par_3Y3 <--- X2 -23280.557 4396.215 -5.296 *** par_4Y2 <--- X2 -47534.401 5513.463 -8.622 *** par_5

Y1 <--- X2 -101.358 50.235 -2.018 .044 par_6

Y3 <--- e3 114484.369 19633.907 5.831 *** par_19Y2 <--- e2 143579.244 24623.637 5.831 *** par_20Y1 <--- e1 1308.201 224.355 5.831 *** par_21

Y4 <--- X1 -13.082 219.390 -.060 .952 par_7

Y5 <--- X1 -580.710 236.865 -2.452 .014 par_8

Y6 <--- X1 -35.329 76.055 -.465 .642 par_9

Y6 <--- X2 -419.762 133.797 -3.137 .002 par_10

Y5 <--- X2 -2213.770 416.693 -5.313 *** par_11

Y4 <--- X2 -690.149 409.734 -1.684 .092 par_12

Y4 <--- Y1 -3.512 .835 -4.206 *** par_13Y5 <--- Y1 -4.636 1.184 -3.917 *** par_14Y6 <--- Y1 -1.582 .380 -4.164 *** par_15

lxxix

Page 80: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Estimate S.E. C.R. P LabelY4 <--- Y2 .060 .008 7.827 *** par_16

Y6 <--- Y3 .010 .004 2.303 .021 par_17

Y5 <--- Y3 .054 .014 4.026 *** par_18Y4 <--- e4 4504.182 772.461 5.831 *** par_22Y5 <--- e5 6384.166 1094.875 5.831 *** par_23Y6 <--- e6 2049.906 351.556 5.831 *** par_24

Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

EstimateY1 <--- X1 .445Y2 <--- X1 -.655Y3 <--- X1 -.636Y3 <--- X2 -.609Y2 <--- X2 -.682Y1 <--- X2 -.394Y3 <--- e3 .474Y2 <--- e2 .326Y1 <--- e1 .805Y4 <--- X1 -.005Y5 <--- X1 -.234Y6 <--- X1 -.076Y6 <--- X2 -.492Y5 <--- X2 -.489Y4 <--- X2 -.145Y4 <--- Y1 -.189Y5 <--- Y1 -.264Y6 <--- Y1 -.478Y4 <--- Y2 .870Y6 <--- Y3 .448Y5 <--- Y3 .460Y4 <--- e4 .149Y5 <--- e5 .223Y6 <--- e6 .381

Variances: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Labele3 2.000e2 2.000e1 2.000

lxxx

Page 81: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Estimate S.E. C.R. P Labele6 2.000e5 2.000e4 2.000

X1 265.135 90.940 2.915 .004 par_25

X2 79.784 27.366 2.915 .004 par_26

Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)

EstimateY3 .775Y2 .894Y1 .353Y6 .855Y5 .950Y4 .978

Matrices (Group number 1 - Default model)

Factor Score Weights (Group number 1 - Default model)

Total Effects (Group number 1 - Default model)

X2 X1 Y3 Y2 Y1

Y3 -23280.557 -13328.704 .00

0 .000 .000

Y2 -47534.401 -25068.895 .00

0 .000 .000

Y1 -101.358 62.787 .000 .000 .000

Y6 -492.188 -267.969 .010 .000 -1.582

Y5 -3011.510 -1597.590 .054 .000 -4.636

Y4 -3164.927 -1726.475 .000 .060 -3.512

Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model)

X2 X1 Y3 Y2 Y1Y3 -.609 -.636 .00 .000 .000

lxxxi

Page 82: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

X2 X1 Y3 Y2 Y10

Y2 -.682 -.655 .000 .000 .000

Y1 -.394 .445 .000 .000 .000

Y6 -.577 -.573 .448 .000 -.478

Y5 -.666 -.644 .460 .000 -.264

Y4 -.663 -.659 .000 .870 -.189

Direct Effects (Group number 1 - Default model)

X2 X1 Y3 Y2 Y1

Y3 -23280.557 -13328.704 .00

0 .000 .000

Y2 -47534.401 -25068.895 .00

0 .000 .000

Y1 -101.358 62.787 .000 .000 .000

Y6 -419.762 -35.329 .010 .000 -1.582

Y5 -2213.770 -580.710 .054 .000 -4.636

Y4 -690.149 -13.082 .000 .060 -3.512

Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)

X2 X1 Y3 Y2 Y1

Y3 -.609 -.636 .000 .000 .000

Y2 -.682 -.655 .000 .000 .000

Y1 -.394 .445 .000 .000 .000

Y6 -.492 -.076 .448 .000 -.478

Y5 -.489 -.234 .460 .000 -.264

Y4 -.145 -.005 .000 .870 -.189

lxxxii

Page 83: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Indirect Effects (Group number 1 - Default model)

X2 X1 Y3 Y2 Y1

Y3 .000 .000 .000 .000 .000

Y2 .000 .000 .000 .000 .000

Y1 .000 .000 .000 .000 .000

Y6 -72.426 -232.640 .000 .000 .000

Y5 -797.740 -1016.880 .000 .000 .000

Y4 -2474.777 -1713.393 .000 .000 .000

Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)

X2 X1 Y3 Y2 Y1Y3 .000 .000 .000 .000 .000Y2 .000 .000 .000 .000 .000Y1 .000 .000 .000 .000 .000

Y6 -.085 -.498 .000 .000 .000

Y5 -.176 -.410 .000 .000 .000

Y4 -.518 -.654 .000 .000 .000

Iteration

Negativeeigenvalue

s

Condition #

Smallesteigenvalu

e

Diameter F NTrie

s Ratio

0 e 2 -11.286 9999.000

4990.189 0 9999.00

0

1 e 0 10444.467 .941 2109.87

9 11 1.098

2 e 0 15260.151 1.311 1592.63

4 3 .000

3 e 0 5112.303 1.173 768.865 1 1.2554 e 0 1644.379 .316 406.733 1 1.2975 e 0 579.473 .220 230.291 1 1.2906 e 0 214.057 .186 150.885 1 1.2757 e 0 138.720 .167 120.782 1 1.2458 e 0 163.251 .131 112.704 1 1.1909 e 0 188.236 .069 111.646 1 1.104

lxxxiii

Page 84: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Iteration

Negativeeigenvalue

s

Condition #

Smallesteigenvalu

e

Diameter F NTrie

s Ratio

10 e 0 198.153 .016 111.613 1 1.02711 e 0 199.131 .001 111.613 1 1.00212 e 0 197.627 .000 111.613 1 1.000

par_1

par_2

par_3

par_4

par_5

par_6

par_7

par_8

par_9

par_10

par_11

par_12

par_13

par_14

par_15

par_16

par_17

par_18

par_19

par_20

par_21

par_22

par_23

par_24

par_25

par_26

par_1

759.388

par_2

.000

9147403.813

par_3

.000

.000

5815765.849

par_

.000

.000

.000

1932

lxxxiv

Page 85: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

par_1

par_2

par_3

par_4

par_5

par_6

par_7

par_8

par_9

par_10

par_11

par_12

par_13

par_14

par_15

par_16

par_17

par_18

par_19

par_20

par_21

par_22

par_23

par_24

par_25

par_26

4

6709.819

par_5

.000

.000

.000

.000

30398269.754

par_6

.000

.000

.000

.000

.000

2523.566

par_7

.000

.000

.000

.000

.000

.000

48131.779

par

.00

.00

.00

.00

.00

.00

.00

561

lxxxv

Page 86: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

par_1

par_2

par_3

par_4

par_5

par_6

par_7

par_8

par_9

par_10

par_11

par_12

par_13

par_14

par_15

par_16

par_17

par_18

par_19

par_20

par_21

par_22

par_23

par_24

par_25

par_26

_8 0 0 0 0 0 0 0

04.863

par_9

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

5784.425

par_10

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

4932.875

17901.612

par_11

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

47845.426

.000

.000

173633.074

par_12

.000

.000

.000

.000

.000

.000

64545.3

.000

.000

.000

.000

167881.

lxxxvi

Page 87: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

par_1

par_2

par_3

par_4

par_5

par_6

par_7

par_8

par_9

par_10

par_11

par_12

par_13

par_14

par_15

par_16

par_17

par_18

par_19

par_20

par_21

par_22

par_23

par_24

par_25

par_26

87

832

par_13

.000

.000

.000

.000

.000

.000

-43.783

.000

.000

.000

.000

70.679

.697

par_14

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

-87.959

.000

.000

141.993

.000

.000

1.401

par_15

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

-9.069

14.640

.000

.000

.000

.000

.144

par_16

.000

.000

.000

.000

.000

.000

1.451

.000

.000

.000

.000

2.752

.000

.000

.000

.000

par_17

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.251

.439

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

par_

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

2.43

.000

.000

4.25

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

lxxxvii

Page 88: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

par_1

par_2

par_3

par_4

par_5

par_6

par_7

par_8

par_9

par_10

par_11

par_12

par_13

par_14

par_15

par_16

par_17

par_18

par_19

par_20

par_21

par_22

par_23

par_24

par_25

par_26

18 8 9

par_19

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

385490315.457

par_20

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

606323513.218

par_21

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

50335.008

par

.00

.00

.00

.00

.00

.00

.00

.00

.00

.00

.00

.00

.00

.00

.00

.00

.00

.00

.00

.00

.00

596

lxxxviii

Page 89: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

par_1

par_2

par_3

par_4

par_5

par_6

par_7

par_8

par_9

par_10

par_11

par_12

par_13

par_14

par_15

par_16

par_17

par_18

par_19

par_20

par_21

par_22

par_23

par_24

par_25

par_26

_22

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

695.793

par_23

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

1198752.066

par_24

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

123591.630

par_25

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

8270.165

par_

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

748.

lxxxix

Page 90: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

par_1

par_2

par_3

par_4

par_5

par_6

par_7

par_8

par_9

par_10

par_11

par_12

par_13

par_14

par_15

par_16

par_17

par_18

par_19

par_20

par_21

par_22

par_23

par_24

par_25

par_26

26

880

par_1

par_2

par_3

par_4

par_5

par_6

par_7

par_8

par_9

par_10

par_11

par_12

par_13

par_14

par_15

par_16

par_17

par_18

par_19

par_20

par_21

par_22

par_23

par_24

par_25

par_26

par_1

1.000

par_2

.000

1.000

par_3

.000

.000

1.000

par_4

.000

.000

.000

1.000

par_5

.000

.000

.000

.000

1.000

par_6

.000

.000

.000

.000

.000

1.000

xc

Page 91: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

par_1

par_2

par_3

par_4

par_5

par_6

par_7

par_8

par_9

par_10

par_11

par_12

par_13

par_14

par_15

par_16

par_17

par_18

par_19

par_20

par_21

par_22

par_23

par_24

par_25

par_26

par_7

.000

.000

.000

.000

.000

.000

1.000

par_8

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

1.000

par_9

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

1.000

par_10

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.485

1.000

par_11

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.485

.000

.000

1.000

par_12

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.718

.000

.000

.000

.000

1.000

par_13

.000

.000

.000

.000

.000

.000

-.239

.000

.000

.000

.000

.207

1.000

xci

Page 92: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

par_1

par_2

par_3

par_4

par_5

par_6

par_7

par_8

par_9

par_10

par_11

par_12

par_13

par_14

par_15

par_16

par_17

par_18

par_19

par_20

par_21

par_22

par_23

par_24

par_25

par_26

par_14

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

-.314

.000

.000

.288

.000

.000

1.000

par_15

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

-.314

.288

.000

.000

.000

.000

1.000

par_16

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.869

.000

.000

.000

.000

.883

.000

.000

.000

1.000

par_17

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.761

.756

.000

.000

.000

.000

.000

.000

1.000

par_18

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.761

.000

.000

.756

.000

.000

.000

.000

.000

.000

1.000

par_19

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

1.000

par

.00

.00

.00

.00

.00

.00

.00

.00

.00

.00

.00

.00

.00

.00

.00

.00

.00

.00

.00

1.0

xcii

Page 93: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

par_1

par_2

par_3

par_4

par_5

par_6

par_7

par_8

par_9

par_10

par_11

par_12

par_13

par_14

par_15

par_16

par_17

par_18

par_19

par_20

par_21

par_22

par_23

par_24

par_25

par_26

_20

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 00

par_21

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

1.000

par_22

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

1.000

par_23

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

1.000

par_24

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

1.000

par_25

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

1.000

par_26

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000

1.000

xciii

Page 94: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF

Default model 26 111.613 10 .000 11.161Saturated model 36 .000 0Independence model 8 234.109 28 .000 8.361Model RMR GFI AGFI PGFIDefault model 54302123546.836 .537 -.666 .149Saturated model .000 1.000Independence model 9231399292.150 .309 .111 .240

Model NFIDelta1

RFIrho1

IFIDelta2

TLIrho2 CFI

Default model .523 -.335 .547 -.380 .507

Saturated model 1.000 1.000 1.000Independence model .000 .000 .000 .000 .000

Model PRATIO PNFI PCFI

Default model .357 .187 .181Saturated model .000 .000 .000Independence model 1.000 .000 .000Model NCP LO 90 HI 90Default model 101.613 71.296 139.387Saturated model .000 .000 .000Independence model 206.109 160.986 258.709

Model FMIN F0 LO 90 HI 90Default model 6.565 5.977 4.194 8.199Saturated model .000 .000 .000 .000

Independence model 13.771 12.124 9.470 15.218

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE

Default model .773 .648 .905 .000Independence model .658 .582 .737 .000Model AIC BCC BIC CAIC

Default model 163.613 222.113 186.76

2 212.762

Saturated model 72.000 153.000 104.053 140.053

Independence model 250.109 268.109 257.23

2 265.232

xciv

Page 95: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

Model ECVI LO 90 HI 90 MECVIDefault model 9.624 7.841 11.846 13.065Saturated model 4.235 4.235 4.235 9.000

Independence model 14.712 12.058 17.806 15.771

Model HOELTER.05

HOELTER.01

Default model 3 4Independence model 4 4Minimization: .156Miscellaneous: 2.985Bootstrap: .000Total: 3.141

Tabel 4.1.2.2

Perkembangan Nilai & Volume Impor

xcv

Page 96: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

menurut Golongan Penggunaan Barang Tahun 1992 – 2007

Tahun

Nilai (Juta US $) Volume (Ribu Ton)

Barang Konsumsi

Bahan Baku & Penolong

Barang Modal

Barang Konsumsi

Bahan Baku & Penolong

Barang Modal

1992 1.212,8 18.700,0 7.366,8 1.255,2 33.964,1 797,0

1993 1.146,1 20.034,8 7.146,9 799,5 36.438,4 723,3

1994 1.430,2 23.133,6 7.419,7 1.899,8 43.329,0 899,7

1995 2.350,4 29.586,6 8.691,7 3.396,3 51.033,0 930,9

1996 2.805,9 30.469,7 9.652,9 4.322,0 53.344,3 1.153,1

1997 2.166,3 30.229,5 9.284,0 2.338,3 55.410,6 1.399,5

1998 1.917,6 19.611,8 5.807,5 4.158,6 46.455,7 646,9

1999 2.468,3 18.475,0 3.060,0 7.324,5 54.175,4 740,9

2000 2.718,7 26.018,7 4.777,4 5.241,2 61.076,8 1.070,9

2001 2.251,2 23.879,4 4.831,5 4.071,2 60.245,1 1.250,5

2002 2.650,5 24.227,5 4.410,9 5.643,4 65.989,3 1.108,5

2003 2.862,8 25.496,3 4.191,6 4.903,4 63.952,7 849,0

2004 3.786,5 36.204,2 6.533,8 4.749,9 75.357,5 1.213,2

2005 4.620,5 44.792,0 8.288,4 5.562,1 76.582,9 1.519,5

2006 4.738,2 47.171,4 9.155,9 4.706,6 77.353,7 1.748,6

2007 6.539,1 56.484,7 11.449,6 6.714,4 81.741,0 1.480,2

2008 8.303,7 187.226,50 21400,9 5368,1 90686,2 2610,0

2009 6.752,6 `69.638,1 20.438,5 4056,6 84720,0 2577,8

Sumber : Badan Pusat Statistik

xcvi

Page 97: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view BAB I - Universitas Hasanuddinseperti menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) atau Bahan Bakar Minyak (BBM)

xcvii