repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 67861 › Chapter...
Transcript of repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 67861 › Chapter...
BAB II
Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Narkotika di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIA Binjai Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika
A. Gambaran umum tentang Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai
1. Sejarah singkat Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai
Lembaga Pemasyarakatan atau biasa disingkat menjadi Lapas adalah
tempat untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana dan anak didik
pemasyarakatan diIndonesia.Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai
beralamat di Jalan Jend. Gatot Subroto No 72 kodepos 20717 merupakan
bangunan peninggalan Pemerintah Kolonial Belanda yang berdiri pada
tahun 1918, dengan luas + 10.755.20 m2 dan sisa tanah dipergunakan
untuk perkebunan kelapa sawit dan perumahan pegawai. Secara geografis
Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai mempunyai batasan-batasan
sebagai berikut :
a) Sebelah selatan berbatasan dengan perkebunan Tanjung Jati
b) Sebelah utara berbatasan dengan Jalan Jend. Gatot Subroto
c) Sebelah barat berbatasan dengan SD Inpres 02
d) Sebelah timur berbatasan dengan Pemukiman Penduduk
2. Bangunan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kota Binjai
Bangunan Lapas Klas IIA Binjai berbentuk persegi panjang yang
dikelilingi tembok dengan ukuran + 4 meter terdapat beberapa pos jaga
Universitas Sumatera Utara
di setiap sudutnya. Berikut bangunan yang terdapat di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIA Binjai yaitu :
1) Perkantoran
2) Blok hunian yang terdiri dari 6 blok, yaitu :
a) Blok A (Tahanan) d) Blok D
b) Blok B (Narapidana) e) Blok E
c) Blok C (Tahanan Wanita) f) Blok F
3) Masjid 7) Perpustakaan
4) Gereja 8) Kantin
5) Poliklinik 9) Ruang Kunjungan
6) Aula 10) Dapur
11) Gudang
12) Ruang Kegiatan Kerja
13) Kamar Mandi dan WC
3. Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai
Efektifitas sistem mekanisme kerja yang terdapat di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIA Kota Binjai masing-masing telah
mempunyai tugas dan kewajiban atau wewenang yang telah
ditentukan. Berikut struktur organisasi Lembaga Pemasyarakatan
Kelas IIA Kota Binjai :23
23Ka.sub.bag. TU Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai, tanggal 31 Juli
2017
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2 :
STRUKTUR ORGANISASI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA KOTA BINJAI
Kepala Lapas Mhd Jahari Sitepu, SH.Msi NIP : 196410081993031001
Kepala sub bagian TU Syamsinar Simatupang, SH.MH
NIP : 197103271993032001
Kepala urusan kepegawaian dan keuangan Sefendi, SH
NIP : 197311081994031001
Kepala urusan umum John Tarigan, SH.MH
NIP : 196606061994031002
Kepala seksi admin keamanan dan ketertiban
Simson Bangun, SH NIP : 196909161991031004
Kepala seksi kegiatan kerja Indra Gunawan, Amd.IP.SH NIP : 197505201998031001
Kepala seksi bimbingan napi/anak didik
Dekki Susanto, Amd.IP.SH NIP : 198105232000121001
Kepala sub seksi pelaporan dan tata tertib
Andi Gultom, SH NIP : 197902152000031001
Kepala sub seksi keamanan Riama Sihite, SH
NIP : 196311121987032001
Kepala sub seksi sarana kerja Ahmad Kholil Siregar, SH
NIP : 197208131993031001
Kepala sub seksi bimbingan kerja dan pengelolaan hasil
kerja Supian Natalis, SH
NIP : 19810403200003101
Kepala sub seksi bimbingan kemasyarakatan dan
perawatan Muslim Surbakti, Amd.IP.SH NIP : 196910031995031001
Kepala sub seksi registrasi Rinaldo Adeta N.Tarigan,
Amd.IP NIP : 198706152008011001
Kepala satuan pengamanan lembaga kemasyarakatan
Drs Imanuel Ginting NIP : 196112311991031002
Universitas Sumatera Utara
4. Petugas Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kota Binjai
Keberhasilan suatu pembinaan tidak terlepas dari peran dan
pertisipasi petugas. Dalam hal ini jumlah petugas yang ada di Lapas
kelas IIA Kota Binjai + 82orang, yakni :24
No
Tabel 3.Rekapitulasi Data Pegawai Berdasarkan Golongan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai, Tahun 2017
Golongan Jumlah
1 I -
2 II 46 orang
3 III 35 orang
4 IV 1 orang
Sumber data : Ka. Sub Bag TU Lapas Klas IIA Binjai, 31 Juli 2017
Berdasarkan data tabel diatas, diketahui bahwa sebagian besar pegawai masih
berada di golongan II dan III yang dilihat berdasarkan masa kerja.Sedangkan
tingkat pendidikan pegawai relatif lebih banyak ditingkat SMA, hal ini dapat
diketahui berdasarkan tabel 4 dibawah ini :
Tabel 4. Rekapitulasi Data Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai
No Tingkat Pendidikan Jumlah 1 Sarjana Lengkap 18 orang
2 Sarjana Muda 1 orang
3 SMA/Sederajat 60 orang
4 SMP/Sederajat 3 orang
Sumber data : Ka.Sub Bag TU Lapas Klas IIA Binjai, 31 Juli 2017
24Sumber data : Ka. Sub bag TU. berdasarkan data Tahun 2017 di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIA Binjai
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Rekapitulasi Data Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai
No Jenis Kelamin Jumlah 1 Laki-Laki 71 orang 2 Perempuan 11 orang
Sumber data : Ka.Sub Bag TU Lapas Klas IIA Binjai, 31 Juli 2017
Tabel 6 . Rekapitulasi Data Pegawai Berdasarkan Jabatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai
No Jabatan Jumlah 1 Pejabat Struktural 14 orang
2 Staf Umum 3 orang
3 Staf Kepegawaian 6 orang
4 Staf Bimkemas 4 orang
5 Staf Kegiatan kerja 2 orang
6 Staf Kamtib 3 orang
7 Staf KPLP 12 orang
8 Staf Registrasi 4 orang
9 Petugas Jaga 34 orang
Jumlah 82 orang
Sumber data : Ka.Sub Bag TU Lapas Klas IIA Binjai, 31 Juli 2017
Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kota Binjai dan uraian
tugasnya masing-masing, sebagai berikut :
a. Kepala Lembaga Pemasyarakatan
Bertugas menetapkan rencana kerja Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA
Binjai, mengusulkan remisi umum dan khusus untuk narapidana,
Universitas Sumatera Utara
mengkoordinasikan penyusun Daftar Urut Kepangkatan (DUK) pegawai
lingkungan Lapas, mengusulkan kenaikan pangkat, mengusulkan kenaikan
gaji berkala, mengusulkan pembebasan bersyarat Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP). Mengusulkan cuti menjelang bebas dan cuti
bersyarat Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), menetapkan surat lepas
Warga Binaan Masyarakat (WBP), menetapkan surat kerja panitia lelang,
menetapkan pemenang lelang bahan makanan Warga Binaan
Pemasyarakatan.
b. Kepala Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan
Bertugas mengawasi pelaksanaan tugas pengamanan terhadap warga
binaan, mengkoordinasikan pemeliharaan keamanan Lapas, melakukan
pemeriksaan pelanggaran keamanan.
c. Bagian Tata Usaha
Bertugas melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIA Binjai. Bagian tata usaha terdiri atas :
1) Sub bagian umum
Bertugas melakukan urusan surat menyurat, inventaris, pemeliharaan
gedung, mengatur rumah tangga kantor.
2) Sub bagian kepegawaian
Bertugas melakukan urusan kepegawaian
3) Sub bagian keuangan
Bertugas melakukan urusan keuangan
4) Bidang Bimbingan dan Kegiatan Kerja
Universitas Sumatera Utara
Bertugas melakukan menyusun rencana kerja seksi binadik, melakukan
program pembinaan bagi warga binaan pemasyarakatan, koordinasi
pelaksanaan perawatan kesehatan dengan instansi lain, melakukan
ketatausahaan seksi bimbingan dan kegiatan kerja, melakukan
penilaian pelaksanaan pekerjaan bawahan, menyusun dan menyiapkan
laporan seksi binadik, melakukan penilaian pelaksanaan perwalian
warga binaan pemasyarakatan.
Bidang bimbingan dan kegiatan kerja terdiri dari :
• Seksi Registrasi
Bertugas membuat remisi umum dan khusus untuk narapidana,
membuat registrasi narapidana dan tahanan, membuat surat
bebas bagi narapidana, melakukan pengambilan foto/identitas
warga binaan pemasyarakatan, membuat statistik dan
dokumentasi sidik jari, mengusulkan pembebasan bersyarat dan
cuti bersyarat bagi warga binaan.
• Seksi Perawatan
Bertugas membuat buku gudang beras, melakukan pengawasan
melekat, memberikan peralatan perlengkapan narapidana.
• Seksi Kegiatan Kerja
Bertugas memberikan petunjuk kerja kepada warga binaan
pemasyarakatan, menyiapkan bahan produksi dan peralatan,
bertugas memberikan petunjuk kerja kepada warga binaan
pemasyarakatan, menyiapkan bahan produksi dan peralatan,
Universitas Sumatera Utara
menyiapkan tempat bimbingan kerja, menyediakan guru
pendidik atau guru pembimbing.
5) Bidang Administrasi Keamanan dan Tata Tertib
Bertugas melakukan pemeriksaan dan pembuatan BAP terhadap warga
binaan yang melanggar peraturan Lapas, menerima laporan dan
memeriksa laporan pengamanan, melakukan koordinasi dengan Kepala
Pengamanan Lapas dalam hal keamanan Lapas, melakukan penilaian
pelaksanaan pekerjaan bawahan.
Bidang Administrasi Keamanan terdiri dari :
1) Seksi Keamanan
Bertugas mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan
dan pembagian tugas pengamanan
2) Seksi Pelaporan dan Tata Tertib
Bertugas menerima laporan harian dan berita acara dari satuan
pengamanan yang bertugas serta mempersiapkan laporan
berkala di bidang keamanan.
5. Klasifikasi Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai
Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai berkapasitas 858orang,
saat ini dihuni hampir 1448orang (Agustus 2017) yang terdiri dari
tahanan dan narapidana dewasa dan anak laki-laki serta
Universitas Sumatera Utara
perempuan.Berdasarkan uraian tersebut, berikut data jumlah penghuni
Lapas Klas IIA Binjai :25
25http://smslap.ditjenpas.go.id/public/grl/detail/monthly/upt/db7272d0-6bd1-
1bd1-c774-313134333039, diakses pada tanggal 6 Agustus 2017
Universitas Sumatera Utara
Tabel 7 : Data jumlah penghuni lapas kelas IIa Kota Binjai
Keterangan :
No Periode Tahanan Total Napi Total Tahanan &
Napi
Kapasitas % % Over
Kapasitas DL DP TD AL AP TA DL DP TD AL AP TA 1 Januari 222 8 230 0 0 0 230 894 17 911 2 0 2 913 1143 498 230 130
2 Februari 213 8 221 2 0 2 223 950 16 966 2 0 2 968 1191 498 239 139
3 Maret 237 6 243 0 0 0 243 990 9 999 4 0 4 1003 1246 498 250 150
4 April 236 14 250 1 0 1 251 1001 8 1009 2 0 2 1011 1262 498 253 153
5 Mei 273 17 290 1 0 1 291 1041 7 1048 2 0 2 1050 1341 498 269 169
6 Juni 227 15 242 2 0 2 244 1148 9 1157 2 0 2 1159 1403 498 282 182
7 Juli 199 15 214 2 0 2 216 1134 12 1146 2 0 2 1148 1364 498 274 174
8 Agustus 190 12 202 2 0 2 204 1227 15 1242 2 0 2 1244 1448 498 291 191
TDL : Tahanan Dewasa Laki-Laki TDP : Tahanan Dewasa Perempuan
TAL : Tahanan Anak Laki-Laki TAP : Tahanan Anak Perempuan
NDL : Napi Dewasa Laki-Laki NDP : Napi Dewasa Perempuan
NAL : Anak Laki-laki NAP : Anak Perempuan
Universitas Sumatera Utara
B. Peran Petugas Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai dalam
Pembinaan Narapidana Narkotika
Departemen Hukum dan HAM sebagai payung sistem
pemasyarakatan Indonesia, menyelenggarakan sistem pemasyarakatan
agar narapidana dapat memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak
pidana, sehingga narapidana dapat diterima kembali dalam lingkungan
masyarakatnya, kembali aktif berperan dalam pembangunan serta hidup
secara wajar sebagai seorang warga negara.Saat seorang narapidana
menjalani vonis yang dijatuhkan oleh pengadilan, maka hak-haknya
sebagai warga negara akan dibatasi.
Sesuai UU No.12 Tahun 1995, narapidana adalah terpidana yang
menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga
Pemasyarakatan.Walaupun terpidana kehilangan kemerdekaannya, tapi
ada hak-hak narapidana yang tetap dilindungi dalam sistem
pemasyarakatan Indonesia.
Hasil wawancara dengan Bapak Muslim Surbakti, Amd.IP.SH selaku Kasubsi Bimkemaswat Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kota Binjai menyatakan bahwa ruang lingkup petugas dalam membina narapidana narkotika didalam Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kota Binjai hanya sebatas dalam lingkungan lapas saja, dan menurut beliau selama beliau menjabat sebagai Kasubsi Bimkemaswat belum pernah ada napi yang dibina di luar lapas, dikarenakan proses yang cukup sulit dan harus adanya kerjasama antara pihak lapas dengan pihak ketiga.26
26Hasil wawancara dengan Bapak Muslim Surbakti, Amd.IP.SH selaku Kasubsi
Bimkemaswat di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Kota Binjai pada tanggal 31 Juli 2017
Universitas Sumatera Utara
Pembinaan narapidana tidak dapat hanya dilakukan oleh petugas
pemasyarakatan saja, tetapi sangat diperlukan bantuan dari berbagai pihak
yang terlibat dalam pembinaan narapidana.Harus disadari bahwa dalam
pembinaan narapidana prinsi-prinsip dasar pembinaan harus berjalan
seiring, searah dan selaras untuk mencapai tujuan.
Prinsip itu adalah kemauan atau hasrat narapidana untuk membina
sendiri, keterlibatan keluarga dalam membina anggota keluarganya yang
menjadi narapidana dan keterlibatan masyarakat untuk ikut serta membina
narapidana dan peran kelompok masyarakat serta pemerintah dalam
membina narapidana. Hanya dengan peran serta semua pihak, pembinaan
narapidana dapai dicapai dengan baik, sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai.
Peran dari lembaga pemasyarakatan yang bertugas membina
narapidana bahwa narapidana tersebut harus dibekali pengertian norma-
norma kehidupan serta melibatkan mereka dalam kegiatan-kegiatan sosial
yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dalam kehidupan
bermasyarakat, agar narapidana itu sanggup hidup mandiri.Narapidana itu
harus mempunyai daya tahan, dalam arti bahwa narapidana itu harus
mampu hidup bersaing dengan masyarakat tanpa melakukan kejahatan
lagi.Berdasarkan Undang-Undang No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
Pasal 60 ayat (1) “Pemerintah melakukan pembinaan terhadap segala
kegiatan yang berhubungan dengan narkotika”27
27 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Pasal 60 ayat (1)
Universitas Sumatera Utara
Menurut Pasal 5 Undang-Undang No. 12 tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan, sistem pembinaan pemasyarakatan dilaksanakan
berdasarkan asas :28
1. “Pengayoman“ adalah perlakuan terhadap warga binaan
pemasyarakatan dalam rangka melindungi masyarakat dari
kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh warga binaan
pemasyarakatan, juga memberikan bekal 49 hidupnya kepada
Warga Binaan Pemasyarakatan agar menjadi warga yang
berguna di dalam masyrakat.
2. “Persamaan perlakuan dan pelayanan” adalah pemberian
perlakuan dari pelayanan yang sama kepada Warga Binaan
Pemasyarakatan tanpa membeda-bedakan orang.
3. “Pendidikan” adalah bahwa penyalenggaraan pendidikan dan
bimbingan dilaksanakan berdasarkan pancasila, antara lain
penanaman jiwa kekeluargaan, keterampilan , pendidikan
kerohanian, dan kesempatan untuk menunaikan ibadah.
4. “Penghormatan harkat dan martabat manusia” adalah bahwa
sebagai orang yang tersesat Warga Binaan Pemasyarakatan
harus tetap diperlukan sebagai manusia.
5. “Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya
penderitaan” adalah Warga Binaan Pemasyarakatan harus
berada dalam LAPAS untuk jangka waktu tertentu, sehingga
28Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, Pasal 5
Universitas Sumatera Utara
mempunyai kesempatan penuh untuk memperbaikinya. Selama
LAPAS, (Warga Binaan Pemasyarakatan tetap memperoleh
hak-haknya yang lain seperti layaknya manusia, dengan kata
lain hak perdatanya tetap dilindungi seperti hak memperoleh
perawatan kesehatan, makan, minum, pakaian, tempat tidur,
latihan, keterampilan, olahraga, atau rekreasi).
6. “Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga
dan orangorang tertentu” adalah walaupun Warga Binaan
Pemasyarakatan berada di 50 LAPAS, tetap harus didekatkan
dengan masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat,
antara lain berhubungan dengan masyarakat dalam
kunjungan.29
Seluruh proses pembinaan narapidana dengan sistem
pemasyarakatan merupakan suatu kesaturan yang integral untuk
mengembalikan narapidana kepada masyarakatan dengan bekal
kemampuan (mental, phisik, keahlian, keterpaduan, sedapat mungkin pula
financial dan material) yang dibutuhkan untuk menjadi warga yang baik
dan berguna.
30
1. Ayomi dan berikan bekal hidup agar mereka dapat menjalankan
peranannya sebagai warga masyarakat yang baik dan berguna.
Terdapat 10 prinsip pemasyarakatan, yaitu :
2. Penjatuhan pidana bukan tindakan balas dendam dari negara.
29Dwidja Priyatno, 2006, opcit, hlm 106 30Djisman Samosir, Fungsi Pidana Penjara dalam Sistem Pembinaan
Narapidana di Indonesia, (Jakarta,Pradnya Paramita,1982), hlm 13
Universitas Sumatera Utara
3. Berikan bimbingan bukan penyiksaan supaya mereka bertobat.
4. Negara tidak berhak membuat seseorang lebih buruk/lebih jahat
daripada sebelum dijatuhi pidana.
5. Selama kehilangan kemerdekaan bergerak, para narapidana dan
anak didik harus dikenalkan dengan masyarakat dan tidak boleh
diasingkan dari masyarakat
6. Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana dan anak didik
tidak boleh bersifat sekedar mengisi waktu, atau kepentingan
negara sewaktu saja. Pekerjaan yang diberikan harus satu
dengan pekerjaan dan yang menunjang usaha peningkatan
produksi.
7. Bimbingan dan didikan yang diberikan kepada narapidana dan
anak didik harus berdasarkan Pancasila.
8. Narapidana dan anak didik sebagai orang-orang yang tersesat
adalah manusia, dan mereka harus diperlakukan sebagai
manusia.
9. Narapidana dan anak didik hanya dijatuhi pidana kehilangan
kemerdekaan sebagai satu-satunya derita yang dialami.
10. Disediakan dan dipupuk sarana-sarana yang dapat mendukung
fungsi rehabilitatif, korektif, dan edukatif dalam sistem
pemasyarakatan.
Peran serta masyarakat harus dipandang sebagai aspek integral dari upaya
pembinaan, sehingga dukungan masyarakat sangat diperlukan dalam mencapai
Universitas Sumatera Utara
tujuan yang diinginkan dalam pembinaan WBP.Salah satu bentuk peran serta
masyarakat ini diwujudkan melalui program kemitraan dalam bentuk berbagai
kerjasama antara lapas/bapas dengan masyarakat, baik perorangan maupun
kelompok.
C. Proses Pembinaan kepada Narapidana Narkotika yang dilakukan
Petugas Lapas Klas IIA Binjai
1. Landasan Hukum Pelaksanaan Pembinaan Narapidana
Hukum tidak terlepas dari kehidupan manusia, maka kalau membahas
mengenai hukum tidak terlepas membicarakan tentang kehiudpan
manusia.Hukum itu pada hakikatnya adalah kekuasaan.Hukum itu mengatur,
mengusahakan ketertiban dan yang dapat membatasi ruang gerak
individu.Tidak mungkin hukum menjalankan fungsinya itu kalau tidak
merupakan kekuasaan.Hukum adalah kekuasaan-kekuasaan yang
mengusahakan ketertiban, sekalipun hukum itu kekuasaan, mempunyai hak
untuk memaksa dan berlaku sebagai sanksi, namun hendaknya di hindarkan,
jangan sampai menjadi hukum kekuasaan, hukum bagi yang berkuasa.Karena
ada penguasa yang menyalahgunakan hukum, maka muncullah istilah “Rule
of law”. Rule of law berarti pengaturan oleh hukum. Jadi yang mengatur
adalah hukum, hukumlah yang memerintah atau yang berkuasa.Demikian ini
berarti supremasi hukum. Perlu diingat bahwa hukum adalah perlindungan
Universitas Sumatera Utara
kepentingan manusia, sehingga tidak boleh diartikan bahwa manusia pasif
sama sekali dan menjadi budak hukum.31
1. Pancasila sila ke lima (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab)
Bangsa Indonesia sebagai Negara yang berdasarkan hukum, maka
segala produk atau kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah harus
berlandasakn pada hukum. Dalam kaitannya dengan peranan dan fungsi
lembaga pemasyarakatan dalam penerapan pembinaan bagi narapidana
narkotika sesuai dengan apa yang diinginkan masyarakat. Landasan hukum
yang dipakai adalah :
2. UUD 1945 (Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar)
3. KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana)
4. KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana)
5. UU No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
6. PP No 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Perkembangan Warga
Binaan Pemasyarakatan
7. PP No 57 Tahun 1999 tentang syarat dan tata kerja sama
penyelenggaraan pembinaan dan pembimbingan warga binaan
pemasyarakatan.
8. Per. Men Hukum dan Hak Azasi Manusia RI No M.09.PR.07.10
tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Hukum
dan HAM RI
31Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum dan Pembinaan di Indonesia,
(Yogyakarta,Mandar Maju,1999), hlm 20-21
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang No 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan merupakan
tonggak sejarah baru bagi pemasyarakatan.Dengan Undang-Undang ini maka
diakhiri segala atribut hukum kolonial yang mengatur mengenai kepenjaraan yang
dalam kenyataan telah lama ditinggal dan diganti dengan sistem pemasyarakatan.
Untuk itu selanjutnya berbagi konsepsi dan sistem pemasyarakatan yang selama
30 tahun lebih dilaksanakan berdasarkan kebijakan-kebijakan yang bersifat “ad-
hoc” dengan undang-undang ini diberi landasan hukum yang kuat baik ditinjau
dari segi formal maupun material penyelenggaraan sistem pemasyarakatan dalam
rangka mewujudkan politik kriminal modern, yaitu mempersiapkan warga binaan
kembali menjadi warga masyarakat yang bertanggung jawab, berguna bagi
keluarga dan masyarakat pada umumnya. Untuk mencapai hal-hal tersebut,
Undang-Undang No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan memuat konsepsi
sebagai berikut :
1. Sistem Pemasyarakatan sebagai pengganti Sistem Kepenjaraan.
2. Petugas Pemasyarakatan sebagai Aparat Penegak Hukum.
3. Petugas Pemasyarakatan sebagai Pejabat Fungsional.
4. Pengaturan secara tegas mengenai hal-hal warga binaan
pemasyarakatan.
2. Pola Pembinaan Narapidana Narkotika
Pembinaan narapidana merupakan salah satu upaya yang bersifat
Ultimum Remidium (upaya terakhir) yang lebih tertuju kepada alat agar
narapidana sadar akan perbuatannya sehingga pada saat kembali ke dalam
masyarakat ia akan menjadi lebih baik, baik dari segi keagaman, sosial
Universitas Sumatera Utara
budaya,maupun moral sehingga akan tercipta keserasian dan
keseimbangan di tengah-tengah masyarakat. Upaya pembinaan atau
bimbingan menjadi inti dari kegiatan sistem pemasyarakatan, merupakan
sarana perlakuan cara baru terhadap narapidana untuk mendukung pola
upaya baru pelaksanaan pidana penjara agar mencapai keberhasilan
peranan Negara mengeluarkan kembali menjadi anggota masyarakat.
Menurut Ketentuan Keputusan Menteri Kehakiman Nomor : M.02-
PK.04.10 Tahun 1990 Tentang Pola Pembinaan Narapidana/ Tahanan,
pembinaan adalah ; “Pembinaan meliputi tahanan, pelayanan tahanan,
sistem pembinaan narapidana dan bimbingan klien.”32
1. Bimbingan mental, yang diselenggarakan dengan pendidikan
agama, kepribadian dan budi pekerti, dan pendidikan umum yang
diarahkan untuk membangkitkan sikap mental baru sesudah
menyadari akan kesalahan masa lalu
Kegiatan pembinaan dapat disajikan berupa pembimbingan dan kegiatan
lainnya Wujud bimbingan dan kegiatan lainnya akan disesuaikan dengan
kemampuan para pembimbing dan kebutuhan bagi para narapidana.
Pembinaan dengan bimbingan dan kegiatan lainnya yang diprogramkan
terhadap narapidana narkotika.
2. Bimbingan sosial, yang dapat diselenggarakan dengan memberikan
pengertian akan arti pentingnya hidup bermasyarakat, dan pada
32Keputusan Menteri Kehakiman Nomor : M.02-PK.04.10 Tahun 1990 Tentang
Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan,
Universitas Sumatera Utara
masa-masa tertentu diberikan kesempatan untuk assimilasi serta
integrasi dengan masyarakat luar;
3. Bimbingan keterampilan, yang dapat diselenggarakan dengan
kursus, latihan kecakapan tertentu sesuai dengan bakatnya, yang
nantinya menjadi bekal hidup untuk mencari nafkah dikemudian
hari;
4. Bimbingan untuk memelihara rasa aman dan damai, untuk hidup
dengan teratur dan belajar mentaati peraturan;
5. Bimbingan-bimbingan lainnya yang menyangkut perawatan
kesehatan, seni budaya dan sedapatnya diperkenalkan kepada
segala aspek kehidupan bermasyarakat yang dalam bentuk tiruan
masyarakat kecil selaras dengan lingkungan sosial yang terjadi di
luarnya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembinaan merupakan inti
kegiatan dari sistem pemasyarakatan, dan pembinaan merupakan bentuk
corak model kegiatan yang dilakukan dengan cara efektif dan efisien guna
memperoleh hasil yang maksimal.
Sistem pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan yang baru
berorientasi bottom up approach yaitu pembinaan Warga Binaan
Pemasyarakatan yang berdasarkan kebutuhan belajar Warga Binaan
Pemasyarakatan sesuai dengan hasil pre test sebelum dilakukan
pembinaan, akan dilakukan mid test untuk mengetahui tingkat
keberhasilan pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan dan setelah
Universitas Sumatera Utara
pembinaan selesai dilakukan akan diberikan post test untuk mengevaluasi
pembinaan yang diberikan.33
Tinjauan tentang pidana penjara dengan sistem pemasyarakatan
berdasarkan ideologi Pancasila dan konstitusional Undang-Undang Dasar
1945 sebagai dukungan terhadap alasan pemilihan landasan tiga dimensi
teori pidana terpadu, yaitu tujuan hukum pidana yang klasik dan modern,
upaya baru pelaksanaan pidana penjara dan perlakuan cara baru terhadap
narapidana. Ternyata hal ini sesuai dengan pendekatan secara sosiologis,
ideologis dan filosofis budaya bangsa Indonesia.
34
Sejalan dengan hal tersebut, Koesnoen menyatakan, bahwa agar
usaha bangsa dan negara Indonesia untuk mencapai tujuan negara
sebagaimana yang diamanatkan dalam Alinea ke IV Pembukaan UUD
NRI Tahun 1945 harus berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila. Berdasarkan hal tersebut, maka politik penjara nasional menilai
narapidana sebagai seorang manusia yang mempunyai unsur-unsur
kemanusiaan berupa jiwa, badan, kedudukan sebagai individu dan anggota
masyarakat dan berkebangsaan Indonesia.
35
33 Ady Suyatno, Himpunan Perundang-Undangan tentang Pemasyarakatan,
(Jakarta : Dirjen Pemasyarakatan Departemen Kehakiman dan Hak Azasi Manusia : 2003), hlm 20
34Bambang Poernomo, Pelaksanaan Pidana Penjara Dengan Sistem Pemasyarakatan, (Yogyakarta: Liberty, 1986), hlm. 98-99
35Ibid hlm 100
Dalam hal program pembinaan narapidana yang dilakukan oleh petugas
Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai terhadap narapidana narkotika
ada beberapa tahap yakni :
Universitas Sumatera Utara
1. Pembinaan Keagamaan
Pembinaan keagamaan bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pembinaan keagamaan ini meliputi :
a. Kegiatan Pembinaan Keagamaan Islam, yaitu : Pengajian,
Zikir, Sholat berjamaah, Ceramah, dan Sholat Jumat. Kegiatan
Kerohanian Islam ini dilakukan atas kerjasama antara Lembaga
Pemasyarakatan dengan Yayasan Pendidikan Intensif Agama
Islam.
Tabel 8. Daftar Pembinaan Keagamaan Islam di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai No. Jadwal Peserta Pemateri 1 Senin, Minggu Pertama 20 s/d 30 orang PIAI 2 Jumat, Minggu Pertama 3 Senin, Minggu Ketiga 4 Jumat, Minggu Ketiga 5 Senin, Minggu Keempat
Sumber data : Wawancara dengan Kasubsi Bimkemaswat, pada 31 Juli 2017 di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai Keberadaan masjid di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai sangat
membantu narapidana dalam membina keagamaannya dengan kondisi masjid
yang cukup nyaman untuk beribadah dengan adanya sajadah sejumlah 15 (lima
belas) buah dengan daya tamping 130 (seratus tiga puluh) orang.
b. Kegiatan Pembinaan Keagamaan Nasrani, disediakan gereja
dengan kondisi yang sangat layak pakai dengan bangunan yang
baru di renovasi.
Tabel 9.Daftar Pembinaan Keagamaan Nasrani di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai
NO Jadwal Pemateri 1 Senin pertama Yayasan Rumah Doa
Universitas Sumatera Utara
2 Senin kedua dan keempat Yasindo 3 Senin ketiga GJAI 4 Selasa I, II, III, dan IV GPI 5 Rabu I, II, III, dan IV Gibkin 6 Kamis pertama Methodist Wisly 7 Kamis kedua Onisius 8 Kamis ketiga dan keempat GBKP Kuala 9 Jumat I, II, III, dan IV GPDI 10 Sabtu I, II, III, dan IV JKI 11 Minggu I, II, III, IV, dan V Selodio (I), Onisius (II), GBKP
Kuala (III), HKBP (IV), dan GBKP Batang Serangan (V)
Sumber data : Wawancara dengan Narapidana (Pemuka Agama Nasrani) Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai, tanggal 31 Juli 2017
2. Pembinaan Keterampilan dan Kegiatan Kerja
Pembinaan Keterampilan dan Kegiatan Kerja bertujuan membina
narapidana untuk meningkatkan kemampuan narapidana dalam
mengembangkan bakat masing-masing narapidana. Bimbingan
keterampilan sedapat mungkin diarahkan kepada jenis-jenis
keterampilan yang bermanfaat di masyarakat dan dapat dikembangkan
lebih lanjut di Lapas apabila kelak telah diputus menjadi narapidana,
seperti keperluan industry kecil (pertukangan), pertanian, perkebunan,
dan sebagainya, kegiatan yang dilakukan antara lain :
Tabel 10. Bimbingan Keterampilan dan Kegiatan Kerja Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai No Jenis Bimbingan Hasil Produksi Peserta Keterangan 1 Kerajinan Tangan Lampu Hias 5 orang Pelatihan 2 Pertukangan Meubel, Rak Baju,
Batako/Pot Bunga 8 oramg Pelatihan
3 Pertanian Budidaya Jamur 2 orang Pelatihan 4 Perbengkelan Bengkel/Listrik 2 orang Pelatihan 5 Kewirausahaan Berbagai macam
Keripik 5 orang Pelatihan
Sumber data : Kasubsi Bimkemaswat Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai, tanggal 31 Juli 2017
Universitas Sumatera Utara
Hasil produksi dari bimbingan keterampilan dan kegiatan kerja merupakan
bagian dari pembinaan dalm prinsip-prinsip ekonomi, dimana hasil produksi
mendapat perhatian khusus untuk dipasarkan dengan mempertimbangkan :
1. Pemasaran dan selera konsumen secara umum
2. Keterkaitan produksi hasil karya narapidana dengan hasil karya
yang sama di masyarakat umum
3. Kemungkinan pengembangan produksi
4. Pekerjaan berarti kerja keras yang akan mendorong kebiasaan
narapidana untuk berpikir serta berbuat produktif serta ekonomis
5. Faktor daya guna, hasil guna, dan tepat guna36
3. Pembinaan Olahraga dan Kesenian
a. Kegiatan olahraga dilakukan pada pagi hari dan sore hari sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan, yaitu :
Pagi hari : Pukul 07.45 s/d 08.30 WIB
Siang hari : Pukul 15.30 s/d 16.30 WIB
Kegiatan yang dilaksanakan antara lain :
Pagi hari : Senam
Sore hari : Sepak Bola, Bola Voli, Tenis Lapangan,
Tenis Meja, Bulu Tangkis, dan Catur
b. Kegiatan kesenian merupakan upaya penyaluran bakat para
narapidana untuk menumbuhkan rasa memiliki untuk melestarikan
nilai-nilai seni budaya serta menyalurkan kemapuan bakat seni,
36Dwidja,Priyatno, Materi Diklat, (Jakarta,Departemen Hukum dan Ham,2000),
hlm 68
Universitas Sumatera Utara
diantaranya : grup band, vokal group, perkusi/rampak gendang,
teater, angklung, karinding/celempung, marawis, seni rupa.
Kegiatan kesenian dilakukan pada pagi hari dan sore hari.
4. Pembinaan Lainnya
a. Penyuluhan Narkoba dan obat berbahaya
Merupakan suatu kegiatan pembinaan yang bertujuan untuk
membimbing narapidana mengembangkan sikap kemasyarakat dan
menanamkan sikap prososial, sehingga mereka nantinya dapat kembali
kemasyarakat dan tidak mengulangi tindak kejahatan narkoba setelah
bebas. Kegiatan ini dilakukan langsung oleh tim medis Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIA Binjai yang bekerja sama dengan Badan
Narkotika Nasional (BNN) Kota Binjai. Kegiatan ini dilakukan dengan
cara pemeriksaan rutin, pemeriksaan berkata, serta seminar kesehatan.
b. Rehabilitasi Medis
Perawatan medis warga binaan pemasyarakatan (WBP) berfungsi
untuk menjaga mereka selalu dalam keadaan sehat jasmani maupun
rohani. Oleh karena itu selalu diusahakan agar mereka tetap
memperoleh kebutuhan dasar yang cukup (misalnya : makanan, air
bersih untuk minum, wudhu, dan sebagainya).
Rehbilitasi medis dilaksanakan oleh dokter dan perawat yang
bertugas di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai, bentuk
kegiatannya antara lain :
1. Pemeriksaan kondisi kesehatan dan status narapidana baru
Universitas Sumatera Utara
2. Identifikasi penyakit yang diderita
3. Detoksifikasi
4. Pemeriksaan urine bagi pegawai dan narapidana
5. Kontrol Dokter ke blok-blok penghuni
6. Kegiatan rawat inap dan rawat jalan.
Menurut hasil penelitian yang penulis lakukan, bahwa pembinaan terhadap
narapidana khususnya kasus narkoba pada dasarnya pembinaannya baik mental,
kemandirian, sosial, keterampilan lebih ditingkatkan, mengingat narkoba
merupakan tindak pidana khusus, oleh karena itu maka ancaman pidana
penjaranya pun cukup lama yaitu maksimal bisa hukuman mati.
Menurut penulis, bahwa dalam penanganan kasus narkoba ini bersifat
mengakar dan mempengaruhi, baik psikologis, maupun kondisi
lingkungan Lembaga Pemasyarakatan juga mempengaruhi, oleh sebab itu
pembinaan narapidana tidak hanya melalui pendekatan secara kejeraan, namun
perlu juga proses secara kekeluargaan, karena menurut penulis hampir seluruh
pengguna narkoba disebabkan oleh kurangnya perhatian orang-orang sekitar para
pengguna dan kurangnya penanaman nilai-nilai agama.
D. Manfaat hasil Pembinaan yang diperoleh Narapidana Narkotika di Lapas
Kelas IIA Kota Binjai
Dalam kehidupan narapidana, Pembina harus mampu menciptakan
grup, kelompok, atau usaha bersama, dimana setiap anggota dapat belajar
untuk mempraktekkan saling ketergantungan. Kelompok-kelompok
narapidana dalam suatu Lembaga Pemasyarakatan akan tumbuh subur, secara
Universitas Sumatera Utara
positif, terarah dan mempunyai tujuan yang pasti, untuk saling bersaing, dan
terobsesi untuk maju bersama. Banyak cara untuk meningkatkan semangat
pembinaan narapidana, dengan mengembangkan sumber daya manusia,
sumber daya pribadi, dengan mempraktekkan kehidupan dari ketergantungan
menjadi mandiri dan saling ketergantungan. Proses perkembangan
kedewasaan akan memacu narapidana untuk mengembangkan diri,
mengembangkan sumber daya pribadi, dan untuk dijalankan kelak setelah
keluar dari Lembaga Pemasyarakatan. Praktek-praktek psikologis, sangat
diperlukan dalam perkembangan pribadi narapidana, untuk menjadi mandiri,
dewasa, dan mengerti arti saling ketergantungan.37
Lembaga Pemasyarakatan sebagai Lembaga Pembinaan posisinya
sangat strategis dalam merealisasikan tujuan akhir dari sistem peradilan
pidana, yaitu rehabilitas dan resosialisai pelanggar hukum, bahkan sampai
pada penanggulangan kejahatan.
38
37Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek,(Jakarta,Sinar
Grafika,1996), hlm 20 38Petrus Iwan Panjaitan dan Pandapotan Simorangkir, Lembaga Pemasyarakatan
dalam Prespektif Sistem Peradilan Pidana,(Jakarta,Sinar Harapan, 1995), hlm 65
Berbicara masalah proses peradilan pidana
tidak terlepas dari dalam sistem peradilan pidana itu sendiri, karena sistem
tersebut dibangun dan diproses di dalam masyarakat. Hal ini berarti output
dari pemasyarakatan dipakai untuk mengindikasikan, apakah seseorang
pelanggar hukum benar-benar telah mengalami rehilitas di Lembaga
Pemasyarakatan butuh faktor pendukung. Pada Tahun 1963, dr. Sahardjo
dalam pidato pengukuhan gelar Honoris causa di Universitas Indonesia
Universitas Sumatera Utara
membuat suatu sejarah baru dalam sistem kepenjaraan Indonesia
mengemukakan
“Bahwa Narapidana itu adalah orang yang tersesat yang mempunyai waktu dan kesempatan untuk berotobat, yang dalam keberadaannya perlu mendapat pembinaan.Selanjutnya dikatakan tobat tidak dapat dicapai dengan hukuman dan penyiksaan, tetapi dengan bimbingan agar kelak berbahagia didunia dan akhirat”.39
Memahami fungsi lembaga pemasyarakatan yang dilontarkan
Sahardjo sejak itu dipakai sistem pemasyarakatan sebagai proses. Dengan
dipakainya sistem pemasyarakatan sebagai metode pembinaan jelas terjadi
perubahan fungsi Lembaga Pemasyarakatan yang tadinya sebagai tempat
pembalasan berganti sebagai tempat pembinaan. Didalam perjalanannya,
bentuk pembinaan yang diterapkan bagi Narapidana (Pola Pembinaan
Narapidana/Tahanan 1990, Departemen Kehakiman) meliputi:
40
1. Pembinaan berupa interaksi langsung, bersifat kekeluargaan antara
Pembina dan yang dibina.
2. Pembinaan yang bersifat persuasif yaitu berusaha merubah tingkah
laku melalui keteladanan.
3. Pembinaan berencana, terus menerus dan sistematika.
4. Pembinaan kepribadian yang meliputi kesadaran beragama, berbangsa
dan bernagara, intelektual, kecerdasan, kesadaran hukum,
keterampilan, mental spiritual.
39Barda Nawawi Arief, opcit, hlm 68 40Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan (Departemen Kehakiman,1990)
Universitas Sumatera Utara
Tujuan pembinaan Narapidana selanjutnya dikatakan untuk memperbaiki dan
meningkatkan akhlak (budi pekerti) para Narapidana dan anak didik yang berada
di dalam LAPAS atau RUTAN.
Pada dasarnya perkembangan proses pembinaan narapidana narkotika di
Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai memiliki tujuan agar para narapidana
narkotika setelah habis masa pidananya dapat menjadi pribadi yang lebih baik
lagi, dimana tujuan tersebut meliputi :
1. Membentuk Warga Binaan Pemasyarakatan agar menjadi manusia
seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi
tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan
masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup
secara wajar sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab.
2. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan yang ditahan di
Rumah Tahanan Negara dan Cabang Rumah Tahanan Negara dalam
rangka memperlancar proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di
sidang pengadilan
3. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan / para pihak
berperkara serta keselamatan dan keamanan benda-benda yang disita
untuk keperluan barang bukti pada tingkat penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di sidang pengadilan serta benda-benda yang dinyatakan
dirampas untuk negara berdasarkan putusan pengadilan.
Jadi berhasil atau tidaknya pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan bukan hal
mutlak untuk menyatakan bahwa sistem peradilan pidana telah dijalankan secara
Universitas Sumatera Utara
terpadu dan efektif.Mengingat banyak faktor yang mempengaruhi sistem
peradilan pidana itu sendiri seperti telah disebutkan diatas.Namun tidak dapat
disangkal bahwa Lembaga Pemasyarakatan ikut berpengaruh secara langsung
terhadap tercapai atau tidaknya dari sistem peradilan pidana.Sasaran pembinaan
dan Pembimbingan agar Warga Binaan Pemasyarakatan adalah meningkatkan
kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan yang pada awalnya sebagian atau
seluruhnya dalam kondisi kurang, yaitu ;
1. Kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Kualitas intelektual
3. Kualitas sikap dan perilaku
4. Kualitas profesionalisme / ketrampilan ; dan
5. Kualitas kesehatan jasmani dan rohani
Besarnya manfaat yang diperoleh para narapidana narkotika di Lembaga
Pemasyarakatan setelah dibina oleh petugas Lapas, menjadikan para narapidana
dapat menjadi pribadi yang lebih baik, bisa dilihat dari keahlian para napi dalam
memperbaiki bangunan lapas yang rusak, memasang keramik lantai ruangan
lapas, membuat pagar besi, jerjak besi, dan lain sebagainya.41
41Hasil wawancara dengan Bapak Muslim Surbakti,Amd.IP.SH selaku Kasubsi
Bimkemaswat Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai, pada tanggal 31 Juli 2017
Universitas Sumatera Utara