8-3-1s.pdf

download 8-3-1s.pdf

of 6

Transcript of 8-3-1s.pdf

  • 8/17/2019 8-3-1s.pdf

    1/6

    2

    Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3 (Suplemen), Januari 2007Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3 (Suplemen), Januari 2007: 2 - 7

    Karakteristik Kasus AkutKarakteristik Kasus AkutKarakteristik Kasus AkutKarakteristik Kasus AkutKarakteristik Kasus Akut Flaccid Paralysis Flaccid Paralysis Flaccid Paralysis Flaccid Paralysis Flaccid Paralysis  (AFP (AFP (AFP (AFP (AFP )))))Di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001 - 2005Di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001 - 2005Di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001 - 2005Di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001 - 2005Di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001 - 2005

    Hadia Angriani, Jusli 

    Latar belakang.Latar belakang.Latar belakang.Latar belakang.Latar belakang. Kejadian Luar Biasa (KLB) kasus polio di Indonesia menunjukkan jumlahkasus polio tahun 2005 sebanyak 303 kasus dan pada tahun 2006 sebanyak 2 kasus. Halini menjadi sorotan publik yang menimbulkan kecemasan dan ketakutan terhadappenularan kepada masyarakat. Polio merupakan salah satu penyakit infeksi yang sangatditakuti karena dapat mengakibatkan kematian sel motorneuron di medulla spinalis danbatang otak dan dapat mengakibatkan kelumpuhan permanen. Oleh karena itu perlu

    dicermati secara detail dan disusun suatu rencana pencegahan untuk memutuskan rantaipenularan dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit polio.Tujuan.Tujuan.Tujuan.Tujuan.Tujuan. Memberikan informasi tentang karakteristik kasus AFP dan hasil pelaksanaanputaran Pekan Imunisasi Nasional (PIN) di Propinsi Sulawesi Selatan.Metoda.Metoda.Metoda.Metoda.Metoda. Penelitian ini merupakan studi deskriptif retrospektif. Data diperoleh dariDinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2001 sampai 2005 mengenai penderita  AFP, umur, jenis kelamin, kabupaten / kota, status imunisasi polio rutin dan imunisasitambahan (PIN), pemeriksaan spesimen, paralisis residual. Dari Dinas Kesehatan juga dikumpukan data pencapaian target pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) diSulawesi Selatan selama 5 putaran dan jumlah populasi penduduk di bawah 15 tahun.Hasil.Hasil.Hasil.Hasil.Hasi l. Selama kurun waktu tahun 2001 hingga 2005 telah dikumpulkan kasus AFP diSulawesi Selatan sebanyak 204 anak dengan jumlah terbesar pada tahun 2005 sebanyak 

    66 kasus. Berdasarkan diagnosis, didapatkan diagnosis terbanyak adalah GBS 88 (43,1 %).Entero virus pada spesimen di dapatkan 1 kasus dengan virus polio P3 Sabin positif pada kedua spesimen di Kabupaten Sidrap dan 1 kasus dengan virus polio Sabin positif tapi negatif pada spesimen II di kabupaten Wajo. Jumlah persentase pencapaian targetPIN yang melampaui target 100 % adalah PIN putaran III.Kesimpulan.Kesimpulan.Kesimpulan.Kesimpulan.Ke simpul an . Jumlah kasus AFP di Sulawesi Selatan selama kurun waktu tahun 2001hingga 2005 sebanyak 204 anak. Berdasarkan jumlah populasi penduduk

  • 8/17/2019 8-3-1s.pdf

    2/6

    3

    Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3 (Suplemen), Januari 2007

    diturunkan dari 20 menjadi 10 negara. Diakhir tahun2002, virus polio hanya terdapat pada 7 negara; diantaranya adalah Afganistan, India, Mesir, Nigeria,Pakistan, dan Somalia. Di negara – negara tersebut,virus polio diisolasi di daerah yang terbatas.1

    Pada tahun 2003, terjadi penyebaran yang cepatdari Áfrika ke Asia, dan selanjutnya pada tanggal 13Maret 2005 ditemukan pertama kali virus polio liardi Indonesia yaitu di Cihadu, Sukabumi, Jawa Barat.Kejadian ini kemudian menjadi sorotan publik yang menimbulkan kecemasan kepada masyarakat terhadappenularan dan timbulnya kejadian luar biasa diIndonesia. Pada akhir tahun 2005 dilaporkan 303kasus dan 2 kasus pada tahun 2006.1,2

     

    Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit polio,pemerintah telah melaksanakan Program EradikasiPolio (ERAPO) yang terdiri dari pemberian imunisasi

    polio secara rutin, imunisasi polio suplemen, surveilans AFP Acute Flaccid Parálisis  atau lumpuh layu akut, danmopping up.3-5

    Lumpuh layuh akut merupakan kelumpuhan lower motor neuron  (LMN) yang timbul akut

  • 8/17/2019 8-3-1s.pdf

    3/6

    4

    Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3 (Suplemen), Januari 2007

    8. Kelumpuhan secara akut (mendadak) adalahperkembangan kelumpuhan yang berlangsung cepat antara 1 – 14 hari sejak gejala awal lumpuhsampai lumpuhnya maksimal.

    9. Sasaran utama surveilans AFP adalah kelompok 

    yang rentan terhadap penyakit poliomielitis, yaituanak di bawah usia 15 tahun.

    10. Berdasarkan kriteria klasifikasi-klinis, kasus AFPdidiagnosis sebagai kasus polio apabila memenuhisalah satu dari kriteria sebagai berikut,• Didapatkan virus-polio liar (virus polio yang 

    bukan berasal dari vaksin polio) pada pemeriksaan spesimen

    • Tidak didapatkan virus-polio liar pada pemeriksaan spesimen karena spesimen tidak adekuat tetapi terdapat paralisis residual pada kunjungan ulang 60 hari, setelah terjadinya 

    kelumpuhan meninggal sebelum dilakukankunjungan ulang 60 hari, residual paralisis atautidak jelas keadaan kelumpuhannya, tidak dapat diketahui keadaan kelumpuhannya 60hari setelah kelumpuhan (misalnya tidak dapatdi- follow up karena pindah dan alamat tak diketahui).

    11. Kriteria klasifikasi-virologis, kasus AFP didiagnosissebagai kasus polio apabila didapatkan virus-polioliar pada pemeriksaan spesimen.

    Hasil

    Selama kurun waktu tahun 2001-2005 telahdikumpulkan kasus AFP di Sulawesi Selatan sebanyak 204 anak, terdiri dari 128 anak laki-laki (62,7 %) dan

    76 anak perempuan (37,3%) dengan jumlah terbesar(66 kasus) pada tahun 2005.8 Sebaran kelompok umuradalah 131 anak (64,2%) umur 1-5 tahun, 45 anak (22%) umur >5-10 tahun dan 28 anak (13,6%) umur>10-14 tahun, tertera pada Tabel 2. Enterovirus pada spesimen didapatkan pada 1 kasus dengan virus polioP3 Sabin positif pada kedua spesimen di KabupatenSidrap dan 1 kasus dengan virus polio Sabin positif tapi negatif pada spesimen kedua di kabupaten Wajo.

    Pada Tabel 1 tampak bahwa umur terbanyak kasus AFP berumur 1 tahun (19.6%), 2 tahun (18,1%), dankelompok umur paling rendah adalah umur 14 tahun

    (2,9%).

    Tabel 2. Proporsi kasus AFP berdasarkan Kabupaten/kota di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001 – 2005

    No. Kabupaten / Kota Frekuensi(n) ( % )

    1 Bantaeng 6 2,9

    2 Barru 5 2,5

    3 Bone 9 4,4

    4 Bulukumba 11 5,4

    5 Enrekang 4 2,06 Gowa 19 9,3

    7 Jeneponto 9 4,48 Luwu 18 8,8

    9 Makassar 21 10,3

    10 Mamuju 3 1,5

    11 Parepare 2 1,0

    12 Luwu Utara 7 3,4

    13 Majene 8 3,9

    14 Maros 8 3,915 Pangkep 6 2,9

    16 Pinrang 10 4,9

    17 Polmas 5 2,5

    18 Selayar 2 1,019 Sidrap 14 6,9

    20 Sinjai 4 2,0

    21 Soppeng 5 2,5

    22 Takalar 6 2,9

    23 Tator 14 6,924 Wajo 14 6,9

     T o t a l  204 100,0 

    Tabel 1. Data karakteristik kasus AFP berdasarkan umurdi Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2001 – 2005

    Umur (Tahun) Proporsi

    (n) ( % )

    1 40 19,62 37 18,1

    3 20 9,8

    4 23 11,3

    5 11 5,4

    6 10 4,9

    7 9 4,4

    8 8 3,99 9 4,410 9 4,4

    11 8 3,9

    12 7 3,4

    13 7 3,4

    14 6 2,9

    Total 204 100,0

  • 8/17/2019 8-3-1s.pdf

    4/6

    5

    Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3 (Suplemen), Januari 2007

    Berdasarkan kabupaten/kota ditemukan kasus AFPdi Makassar 21 (10,3 %), Gowa 19 (9,3 %), Luwu 18(8,8 %), Bulukumba 11 (5,4 %), Sidrap, Tator, dan

     Wajo : 14 (6,0 %).Berdasarkan diagnosis terbanyak adalah GBS 88

    (43,1%), diikuti berturut–turut AFP 44 (23,1%),hemiparese 16 (7,9%), paraparese 13 (6,4%),tetraparese 10 (5,0%), dan tidak ada diagnosissebanyak 3 (1,5%).

    Berdasarkan jumlah imunisasi rutin 94 (46,0%)mempunyai status imunisasi lengkap, yang tidak pernah di imunisasi 37 (18,1%) dan tidak jelas statusimunisasi 14 (6,9 %).

    Berdasarkan imunisasi tambahan PIN 78 (36,3%)anak tidak pernah mendapatkan 1 kali PIN 28(13,7%), 2 kali 39 (19,1%), 4 kali 6 (2,9%), 6 kali 7(3,4%) dan tidak jelas mendapat imunisasi tambahan39 (19,1 %) (Tabel 5).

    Berdasarkan hasil kunjungan setelah 60 harikelumpuhan (residual paralysis) didapatkan 189(92,6%) sembuh, GBS 6 (2,9%), paraparese 2 (1,0%),dan 1 (0,5%) masing masing mengalami ensefalopati,hemiplegia, mielitis, neuropati, plegia, AFP dantetraparese.

    Berdasarkan hasil pemeriksaan spesimen Ididapatkan 170 (83,3%) negatif, P3-Sabin 1 (0,5 %),Sabin 1 (0,5%) dan spesimen dengan NPEV 32(15,7%). Sedangkan pada spesimen kedua didapatkan171 (83,8%) negatif, P3-Sabin 1 (0,5%), dan spesimendengan NPEV 32 (15,7%).

    Pada Tabel 8, tampak PIN III, PIN IV, dan V mencapai target untuk anak

  • 8/17/2019 8-3-1s.pdf

    5/6

    6

    Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3 (Suplemen), Januari 2007

    Diskusi

    Kasus AFP (tersangka polio – suspected polio case ) adalahsemua anak berusia kurang dari 15 tahun dengan

    kelumpuhan yang bersifat  flaccid   (layuh), akut(mendadak) dan bukan disebabkan oleh ruda paksa.Di Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2001 – 2005didapatkan 204 kasus AFP yang terdiri atas laki-laki128 anak (62,7%) dan perempuan 76 anak (37,3%)dengan umur terbanyak umur 1 tahun 40 orang (19,6%) dan 2 tahun 37 orang (18,1%), dengansebaran umur 131 anak (64,2%) kelompok umur 1-5tahun, 45 anak (22 %) umur >5-10 tahun dan 28 anak (13,6%) umur >10-14 tahun. Dari data nasional pada tahun 2001, 2002, 2003, dan 2004 jumlah kasus AFPdi Indonesia adalah berturut turut 656, 840, 2004,

    744, dan 782 kasus.Di Sulawesi Selatan, kira – kira 10% kasus

    poliomielitis terjadi pada anak-anak berusia di bawah2 tahun dan 70% di bawah umur 10 tahun, dilaporkan

     juga adanya kejadian infeksi pada masa neonatal.Hortmann7 melaporkan kejadian polio paralitik pada 90% anak di bawah usia 5 tahun, kemudian terjadipergeseran ke usia lebih tua, puncak kejadian

    Tabel 7. Spesimen pada kasus AFP di Propinsi SulawesiSelatan tahun 2001–2005

    Spesimen 1 Spesimen 2

    Hasil Frekuensi ( % ) Hasil Frekuensi ( % )

    ( n ) ( n )

    Negatif 170 83,3 Negatif 171 83,8

    NPEV* 32 15,7 NPEV 32 15,7

    P3- Sabin 1 0,5 P3 - Sabin 1 0,5

    Sabin 1 0,5

    Total 204 100,0 Total 204 100,0

    * NPEV (Non polio entero virus)

    Tabel 8.  Data sasaran pencapaian Pekan ImunisasiNasional ( PIN ) di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun

    2005-2006

    Putaran PIN Sasaran Hasil ( % )

    I, Agustus 2005 805.769 753.753 93,54

    II, September 2005 805.769 792.251 98,32

    III, November 2005 805.769 819.257 101,67

    IV, Februari 2006 818.291 823,128 100,59

    V, April 2006 818.291 846.704 103,47

    ditemukan pada usia 5 – 14 tahun dan peningkatanpada usia dewasa muda. Infeksi polio lebih jarang ditemukan pada anak laki-laki daripada wanita.

    Penyakit AFP terdiri atas AFP oleh karena viruspolio liat, AFP oleh karena vaksin polio, polio like illness ,

    sindrom Guillain-Barre, mielitis transversa akut, danneuritis traumatik.6,7,9,10 Penyebab AFP oleh karena vaksin polio sangat jarang, rata – rata 3 kasus per 1

     juta dari vaksinasi oral, timbul 6 - 30 hari pasca vaksinasi oral dan bagi yang kontak erat 6 - 60 hari.Terutama menyerang anak-anak dengan daya tahantubuh rendah seperti anak yang sedang menderita leukemia, limfogranuloma, AIDS. Sifat - sifat AFPpada umumnya sama seperti polio biasa, dengan teknik laboratorium yang canggih virus vaksin dapat diisolasidari tinja dan cairan likuor.6,7,9-11,14-17

    Dari 204 kasus didapatkan 1 orang anak dengan

    hasil spesimen positif P3 Sabin dan 1 anak, masing–masing di kabupaten Wajo dan Sidrap, namun setelahkunjungan rumah pada hari ke-60, pasien telahsembuh.12 Pada kejadian luar biasa polio di Indonesia tahun 2005 -2006 ditemukan 305 anak dari 10propinsi, masing-masing adalah 6 kasus di Propinsi

     Aceh, 10 kasus di Sumatra utara, 3 kasus di Riau, 5kasus di Sumatra Selatan, 26 kasus di Lampung, 4kasus di Jakarta, 161 kasus di Banten, 59 kasus di

     Jawa Barat, 20 kasus di Jawa Tengah, dan 11 kasus di Jawa Timur.2

    Kebijakan surveilans AFP adalah memantaupenyebaran virus-polio liar melalui pengamatan pasien

     AFP pada anak usia

  • 8/17/2019 8-3-1s.pdf

    6/6

    7

    Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3 (Suplemen), Januari 2007

    Daftar Pustaka

    1. UNICEF: A world without polio. http://www.unicef.org/ 

     polio/. Accessed  on 27 th march 2003.

    2. Amari S. Dalam: Epidemiologi KLB Indonesi 2005;

    Subdit Surveilans Epidemiologi, Dit.SEPIM-KESMA,

    Ditjen.PPM&PL, Depkes. Jakarta 2006.

    3. Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular

    dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman: Petunjuk 

    teknis Surveilans Acute Flaccid Paralysis. Depkes

    RI,1999. h. 1- 15.

    4. Ismoedijanto. Dalam: Kejadian luar biasa kelumpuhan

    akibat VDPV di Madura; Pertemuan Nasional DSA &

    DSS. Jakarta 2006.

    5. Pertemuan Nasional DSA & DSS. Dalam: Polio eradi-

    cation update; orientation meeting for clinicians, Jakarta.

     April 24th 2006.

    6. Nara P, Lumbangtobing SM. Dalam: Poliomielitis; Buku

     Ajar Neurologi Anak, Cetakan ke-2. Ikatan Dokter Anak 

    Indonesia, Jakarta. 2000. h. 276 – 7.

    7. Poorwo Soedarmo S, Garna H, Hadinegoro SR. Dalam:

    Poliomielitis ; Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak ; Infeksi

    dan Penyakit Tropis.Ikatan Dokter Anak Indonesia.

     Jakarta, 2002. h. 209-22.

    8. Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan

    Lingkungan Pemukiman, Dinas Kesehatan Propinsi

    Sulawesi Selatan: Data Kasus AFP di Propinsi Sulawesi

    Selatan Tahun 2001 – 2005. Juni 2006.

    9. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNHAS. Protokol

    penatalaksanaan penyakit bagian ilmu kesehatan anak.

    Makassar: BIKA FK UNHAS /RSWS. 2006

    10. Behrman RE, Kliegmen RM, Arvin AM, penyunting.

    Dalam: Poliomyelitis. Nelson textbook of pediatrcs.

    Edisi ke-17. Philadelphia: WB Saunders Co, 2000.

    h.1036-42.

    11. Schwartz MW. Dalam: Pedoman klinis pediatric.

    Cetakan I terjemahan Indonesia EGC, Jakarta, 2005.

    12. Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan, Dalam: Data 

    surveilans AFP dan pelaksanaan Pekan Imunisasi

    Nasional di Sulawesi Selatan Makassar 2006.

    13. Judarwanto W. Dalam: Permasalahan imunisasi polio,

    www.pasifincom.net . Accessed on August 20th 2006.

    14. Public Health Agency of Canada. Dalam: Stool cultures

    for acute flaccid paralysis surveillance; file://H:?Stool or 

    http://www.phac-aspc.gc.ca/publicat/ccdr-. Accessed on 11th

     June 2006.

    15. Ostrom N. Dalam: Will the poliovirus eradication pro-

    gram rid the world of childhood paralysis ?.  file://H:/ 

     AFP.htm. Accessed on 11th June 2006.

    16. Kapoor A, Ayyagiri A, Dhole TN. Dalam: The role of 

    enteroviruses in acute flaccid paralysis. File://H:/ 

    NPEV.htm. Accessed on 11th June 2006.

    17. National Polio Surveillance Project. Dalam: Components

    of AFP surveillance; case and laboratory investigation.

    File ://H:/National Project.htm. Accessed on 11th  June

    2006.