6129-6106-1-PB (1)

download 6129-6106-1-PB (1)

of 12

Transcript of 6129-6106-1-PB (1)

  • 8/17/2019 6129-6106-1-PB (1)

    1/12

    PERENCANAAN RUNWAY, TAXIWAY , DAN APRON 

    BANDAR UDARA JALALUDIN GORONTALO

    Yudy Doda1)

    , Frice L. Desei2)

    , Anton Kaharu3)

    1Fakultas Teknik, Universitas Negeri Gorontalo.

    Email : [email protected] Teknik, Universitas Negeri Gorontalo.

    Email : [email protected] Teknik, Universitas Negeri Gorontalo.

    Email : [email protected]

     ABSTRAK Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui kondisi dari pergerakan lalu lintas penumpang,

     pesawat dan kargo dengan menganalisa kondisi eksisting sisi udara (air side) runway,

    taxiway, dan apron serta perencanaan dimensi sisi udara untuk pesawat rencana Boeing

    747-400.

    Tahapan penelitian dan analisis dimulai dengan menganalisa pergerakan lalu lintas bandar 

    udara. Tahapan ini terdiri dari: Pertama, mengevaluasi kondisi eksisting dan kedua,merencanakan dimensi sisi udara yang sesuai dengan pesawat rencana. Tahapan analisis

    dan perencanaan geometrik menggunakan metode International Civil Aviation Organization

    (ICAO).

     Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dimensi sisi udara untuk kondisi eksisting adalah

    runway panjang 2705 meter dan lebar 45 meter, taxiway lebar 20 meter, apron panjang 275

    meter dan lebar 95 meter. Hasil perencanaan sisi udara untuk pesawat rencana Boeing 747-

    400 adalah: runway panjang 3848 meter lebar 60 meter, taxiway lebar 27,4 meter, exit 

    taxiway panjang 2214 meter dan dimensi apron panjang 342,5 meter lebar 175 meter. Dapat 

    disimpulkan bahwa kondisi pergerakan lalu lintas bandar udara pada kondisi eksisting tidak 

    memenuhi, sehingga perencanaan dimensi sisi udara untuk pesawat rencana harus

    dilakukan penambahan dimensi mengikuti persyaratan yang telah ditetapkan oleh ICAO.

    .Kata kunci: Runway, Taxiway, Apron, Boeing 747-400

     ABSTRACT 

    This research was designed to determine the condition of the movement of passenger traffic,

    aircraft and cargo by analyzing the existing condition of the air side, runway, taxiway and 

    apron as well as air side-dimensional planning for Boeing 747-400 aircraft.

    To begin with, the movement of aerodrome traffic was evaluated. This step consists of: First,

    evaluating the existing condition and second, planning the dimensions of the air side in

    accordance with the planned aircraft. Both steps of analysis and geometric planning refer to

    the methods of International Civil Aviation Organization (ICAO). As a result, the evaluation shows that the dimensions of the air side of the existing condition

    are runway length of 2705 meters and a width of 45 meters, taxiway with a width of 20

    meters, and apron length of 275 meters and width of 95 meters. The results of the planning

    of the air side for the dimensions of the planned aircraft Boeing 747-400 are: Runway length

    of 3848 meters with a width of 60 meters, taxiway width of 27.4 meters, exit taxiway length

    of 2214 meters, and the apron length of 342.5 meters and a width of 175 meters. The results

    indicate, overall, that the condition of the existing aerodrome traffic movement is

    inadequate, so the planning of the air side for t he planned aircraft’s dimensions should beincreased to meet the requirements set by the ICAO.

    Keywords: Runway, Taxiway, Apron, Boeing 747-400

  • 8/17/2019 6129-6106-1-PB (1)

    2/12

    1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Prospek dunia penerbangan Provinsi

    Gorontalo terus mengalami peningkatan,

    hal ini tidak lepas dari posisi strategis

    Gorontalo yang menghubungkan daerah

    bagian Sulawesi Utara dengan Sulawesi

    Tengah menjadikan Bandar Udara

    Jalaludin Gorontalo sebagai bandar udara

    yang penting untuk menghubungkan

    wilayah yang sedang berkembang di

    kawasan timur bagian utara Indonesia.

    Seiring dengan rencana Pemerintah

    Provinsi Gorontalo untuk melakukan

    pengembangan Bandar Udara Jalaludin

    Gorontalo sebagai bandar udara embarkasihaji di Indonesia Timur yang selama ini

    hanya dilayani oleh Bandar Udara Sultan

    Hassanudin Makassar, maka dengan

    rencana Bandar Udara Jalaludin Gorontalo

    menjadi embarkasi haji diharapkan mampu

    mengurai kepadatan jamaah haji di

    Indonesia Timur karena secara geografis

    Gorontalo sangat strategis untuk menjadi

    terminal haji untuk beberapa daerah di

    Indonesia Timur.

    1.2 Tujuan penelitianTujuan Penelitian ini adalah:

    1. Mengetahui pergerakan lalulintas

    Bandar Udara Jalaludin Gorontalo.

    2. Mengetahui Kondisi eksisting dimensi

    sisi udara (air side) runway, taxiway,

    dan apron Bandar Udara Jalaludin

    Gorontalo.

    3. Mengenalisis dan merencanakan

    kebutuhan dimensi sisi udara (air 

    side) runway, taxiway, dan apron

    dengan pesawat jenis Boeing 747-400

    sebagai pesawat rencana.

    2. LANDASAN TEORI

    2.1 Umum

    Bandar udara adalah lapangan terbang

    yang dipergunakan untuk mendarat dan

    lepas landas pesawat udara.

    1. Sistem Lapangan Terbang

    Fasilitas yang termasuk dalam sisi

    darat (land side) meliputi : terminal

    building, pelataran terminal (curb),  jalan

    masuk, dan area parkir. Fasilitas yang

    termasuk dalam sisi udara (air side)

    meliputi : runway, taxiway, dan apron.

    2. Klasifikasi Lapangan Terbang

     Internation Civil Aviation

    Organization(ICAO), mengklasifikasikan

    lapangan terbang dengan kode yang

    disebut Aerodrome Reference Code dengan

    mengkategorikan dalam dua elemen. Kode

    nomor 1-4 mengklasifikasikan panjang

    landas pacu minimum atau  Aedrome

     Reference Fieled Lenghth (ARFL),

    sedangkan kode huruf A  –  Fmengklasifikasikan lebar sayap pesawat

    (wingspan) dan jarak keluar pada roda

    pendaratan dengan ujung sayap.

    2.2 Arah Landas Pacu

    Penentuan arah landas pacu (runway)

    menggunakan analisis mawar angin

    (windrose), yaitu merupakan gambar

    beberapa lingkaran konsentris dengan jari-

     jari berbeda. Mawar angin disesuikan

    dengan skala kecepatan angin dan dibagi

    menjadi 36 arah masing-masing 10° atau

    biasa juga dibagi menjadi 16 arah masing-

    masing 22,5°. Menentukan lebar jalur

    kontrol angin disesuikan dengan

    karekteristik maximum porsible cros wind yang bertiup pada arah kiri dan kanan.

    Sebagai pedoman penentuan arah landas

    pacu diperlukan data angin yang dapat

    diperoleh dari Badan Meteorologi

    Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang

    berada dilokasi Bandar Udara Jalaludin

    Gorontalo.

    2.3 Landas Pacu

    Landas pacu (runway) adalah daerah

    yang diperkeras berbentuk persegi panjang

    di bandar udara yang disediakan untuk melakukan pendaratan dan lepas landas

    pesawat terbang (Basuki,2008).

    1. Panjang Runway

    Koreksi Elevasi :

    L1 = LO × 1 + 0,07 × .....................(1)

    Dimana :

    LO = Panjang landas pacu minimum

    pada kondisi standar (m)

    H = Elevasi (m)

    L1 = Panjang landas pacu setelah

    dikoreksi terhadap elevasi

  • 8/17/2019 6129-6106-1-PB (1)

    3/12

    Koreksi Temperatur :L2 = L1×[1+0,01×(T- (15-0,0065×H))].....(2)

    Dimana :

    T = Temperatur (°C)

    L1=Panjang landas pacu setelah

    dikoreksi terhadap elevasi

    L2=Panjang landas pacu setelah

    dikoreksi terhadap temperatur (m)

    Koreksi kemiringan (slope) :

    L3 = L2 × 1 + 0,1 × ................(3)

    Dimana :

    L3 = Landasan yang dibutuhkan oleh

    pesawat rencana (m)

    2. Lebar runway

    Lebar landas pacu (runway) Bandar

    Udara yang dikeluarkan oleh InternationalCivil Aviation Organization (ICAO)).

    Lebar runway yang disyaratkan oleh ICAO

    ditunjukkan pada Tabel 2.1.

    Tabel 2.1. Lebar Runway ICAO

    Sumber : ICAO, 2006

    2.4 TaxiwayFungsi utama taxiway adalah sebagai

     jalan keluar masuk pesawat dari landas

    pacu ke hanggar pemeliharaan pesawat

    (Basuki, 2008).

    Dalam menentukan lebar taxiway

    selain memperhatikan rekomendasi yang

    disyaratkan oleh ICAO juga

    memperhatikan pesawat terbesar dengan

     jarak  outer main gear whellspan pesawat

    ditambah clearence. Dapat dinyatakan

    dengan Formula sebagai berikut

    Wt = Tm + 2 C ....................................(4)

    Dimana :

    Wt = Lebar Taxiway

    Tm = outer main gear wheelspan

    C = Clearence

    Lebar taxiway yang direkomendasikan

    oleh (ICAO) ditunjukkan pada Tabel 2.2.

    Tabel. 2.2. Lebar Taxiway (ICAO)

    Sumber : ICAO, 2006

    2.5  Exit Taxiway

    Dalam menentukan exit taxiway

    digunakan data-data sesuai dengan pesawat

    rencana dengan menggunakan rumus

    sebagai berikut.

    Jarak lokasi exit taxiway :

    L0 = Jarak Touchdown + (D).......(5)

    Jarak dari Touchdown ketitik A :

    (D) =² ²

    a..............................(6)

    Dimana :

    S1= Kecepatan touchdown (m/det)

    S2= Kecepatan awal ketika

    meninggalkan landasan (m/det)

    a = Percepatan (m/det)

    Jarak  exit taxiway (L0) yang telah

    diperoleh harus di koreksi terhadap elevasi

    dan temperatur dengan furmula sebagai

    berikut.

    Koreksi exit taxiway terhadap elevasi :

    L1 = L0 × (1+0,07× ) ......................(7)

    Koreksi exit taxiway terhadap temperatur :

    Syarat ICAO setiap kenaikan 5,6°C diukur

    dari 15°C, jarak bertambah 1%.

    L2 = L1   1 + 0,01 × ( )

    , ...........(8)

    2.6  Apron

     Apron atau latar tempat parkir

    pesawat, merupakan bagian air side yang

    dipergunakan pesawat udara untuk 

    keperluan menaikan dan menurunkan

    penumpang, memuat dan membongkar

    barang muatan, mengisi bahan bakar, serta

    melakukan pemeliharaan bagi mesin

    pesawat udara.

  • 8/17/2019 6129-6106-1-PB (1)

    4/12

    1. Gate Position

    Dalam menentukan jumlah gate

     position dapat dihitung dengan

    menggunakan rumus sebagai berikut

    (Horonjef, 1988) :

    G =  ×

    ..............................................(9)

    Dimana :

    G = Jumlah gate position

    V = Volume rencana pesawat yang tiba

    dan berangkat

    U = Faktor penggunaan (utility faktor)

    Berdasarkan dari rumus diatas

    ditentukan untuk penggunaan mutual U

    yakni 0,6  –  0,8, sedangkan untuk penggunaan eksklusif U = 0,5  –  0,6 gateoccupancy time untuk tiap tipe pesawat

    berbeda, sebagai berikut.

    Pesawat Kelas A , nilai T = 60 Menit

    Pesawat Kelas B, nilai T = 45 Menit

    Pesawat Kelas C, nilai T = 30 Menit

    Pesawat Kelas D, E, nilai T = 20 Menit

    Dalam menentukan ukuran Gate

    Position digunakan rumus :

    Turning Radius (TR) = ½ (Wingspan +

    Wheel track) + Forward roll..............(10)

    Diameter (D) = (2 × TR ) + WingtipClearence...........................................(11)

    Kategori Wing Tip Clearence

    ditunjukkan pada Tabel 2.3.

    Tabel 2.3 Wing Tip ClearenceCode Letter Clearence

    A 3 m

    B 3 m

    C 4,5 m

    D 7,5 m

    E 7,5 m

    Sumber : (ICAO,2006)

    2. Dimensi Apron

    Untuk menghitung panjang apron

    diperhitungkan menurut panjang pesawat,

    berarti panjang apron perjenis pesawat

    dijumlahkan. Panjang apron dihitung

    menggunakan rumus sebagai berikut :

    P = G x W + (G-1) C + (2x PB).........(12)

    Dimana :

    P = Panjang apron (m)

    G = Gate position (buah)

    C = wing tip clearence

    W = Wingspan

    PB = Panjang badan pesawat

    Untuk menghitung lebar apron

    menggunakan pesawat terpanjang (critical

    aircraft), dengan menggunakan rumus

    sebagai berikut :

    L = 2 x PB + 3C................................(13)

    Dimana :

    L = Lebar Apron

    Pb = Panjang badan pesawat (m)

    C = Wing Tip Clearence (m)

    .

    3. METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Lokasi Penelitian

    Penelitian dilakukan di Bandar UdaraJalaludin Gorontalo yang terletak di Jalan.

    Satria/Angkasa Nomor 274 Isimu

    Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo.

    3.2 Pesawat Rencana

    Boeing 747-400 adalah Pesawat yang

    dikenal sebagai pesawat jumbo jet yang

    merupakan pesawat terbesar kedua saat ini,

    Spesifikasi lengkap Pesawat Boeing 747-

    400 sebagai berikut :

    Jenis Pesawat : Boeing 747-400

    Kapasitas : 455 seetPanjang : 76,20 Meter

    Lebar : 64,9 Meter

    Tinggi : 19,51 Meter

    Luas Sayap : 541 Meter²

    Berat Bersih : 180800 Kg

    Berat Maksimum terbang: 394626 Kg

    Berat Maksimum landing : 286784 Kg

    Kecepatan maksimum : 917 km/h

    Panjang runway minimum : 3.200 Meter

    3.3 Tahapan Penelitian

    Tahapan-tahapan yang dilakukan padasaat penelitian adalah sebagai berikut :

    1. Tahapan persiapan penelitian,

    dilakukan dengan check list persiapan

    penelitian, kajian hasil studi

    kepustakaan dan kajian teknis yang

    bisa dipertanggung jawabkan secara

    ilmiah.

    2. Tahap Pengumpulan data, yaitu

    meliputi data Primer merupakan data

    panjang dan lebar dimensi runway,

    taxiway, dan apron serta data

  • 8/17/2019 6129-6106-1-PB (1)

    5/12

    sekunder meliputi data yang diperoleh

    dari instansi terkait.

    3. Tahap Analisis

    a. Tahap Observasi, yaitu merupakan

    pengamatan yang secara langsung

    dilapangandengan.

    b. Studi Literatur

    a) Data perkembangan Bandar Udara

    Jalaludin Gorontalo yakni jumlah

    penumpang dan pesawat dari tahun

    2002 sampai 2014.

    b) Data eksisting Bandar Udara Jalaludin

    Gorontalo yang diperoleh dari pihak 

    bandara dan Dinas Perhubungan

    Provinsi Gorontalo.

    c) Data pesawat yang menggunakan

    bandar udara eksisting.d) Data pesawat rencana yang digunakan

    dalam perencanaan.

    e) Faktor lingkungan seperti frekwensi

    angin, temperatur, kemiringan dan

    elevasi.

    f) Informasi tentang Jumlah kuota haji

    Indonesia Timur dan Provinsi

    Gorontalo untuk kondisi sementara

    (2009-2016) dan untuk kondisi

    normal (2017).

    c. Analisa Data, yakni menganalisis

    keadaan geometrik denganmenggunakan metode (ICAO).

    Analisis yang dilakukan meliputi :

    a. Analisis kebutuhan dimensi

    runway, taxiway, dan apron untuk 

    bandar udara eksisting.

    b. Analisis perencanaan dimensi

    runway, taxiway, dan apron

    dengan menggunakan pesawat

    rencana Boeing 747-400.

    4. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Spesifikasi Bandar Udara

    Bandar Udara Jalaludin Gorontalo

    adalah bandar udara yang terletak di Desa

    Satria, Kecamatan Isimu, Kabupaten

    Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Bandar

    udara ini berjarak 32 Km dari pusat Kota

    Gorontalo dengan koordinat 00° 38’ 17”LU dan 122° 51’ 07” BT, denganketinggian di atas permukaan laut 18

    meter.

    4.2 Data Umum Fasilitas Bandar Udara

    Jalaludin

    Fasilitas pendukung transportasi udara

    yang terdapat di Kabupaten Gorontalo

    Provinsi Gorontalo adalah Bandar Udara

    Jalaludin Gorontalo. Bandar udara tersebut

    termasuk bandar udara kelas II dengan data

    teknis sebagai berikut :

    A. Data Umum1. Nama Bandar Udara : Jalaludin

    2. Alamat : Jalan Satria Angkasa No.

    274 Isimu 96251

    3. Kabupaten/ Kota : Gorontalo

    4. Provinsi : Gorontalo

    5. Kelas Bandar Udara : II

    6. Arah Runway : 09-27

    7. Elevasi : 60ft/ 18(MSL)8. Jenis Pelayanan : ADC/APP

    9. Kode Bandara : WAMG/ GTO

    10. Temperature maksimum : 32°

    11. Slope : 0,5 %

    12. Pelayanan Meteorologi : 24 Jam

    B. Data Fasilitas Sisi Udara1.  Runway

    Dimensi : 2.500 ×45 m

    Luas : 112.500 m²

    Kemampuan : B737-400

    1. Taxiway

    Dimensi Taxiway A : 115 m × 23 mDimensi Taxiway B : 115 m × 23 m

    Luas : 7.344 m²

    Kemampuan : B 737-900 ER

    2. Apron

    Dimensi : 230 m × 80 m

    Luas : 18.400 m²

    Kemampuan : B 737-400

    4.3.Perkembangan Lalu Lintas Bandar

    Udara Jalaludin Gorontalo

    1. Pergerakan Penumpang dan Pesawat

    Perkembangan jumlah penumpangBandar Udara Jalaludin Gorontalo Pada

    kurun waktu 2002 sampai 2012 Jumlah

    penumpang mengalami peningkatan yang

    signifikan dimana pada tahun 2002 jumlah

    penumpang yaitu sebanyak 26.269

    penumpang sedangkan pada tahun 2012

    penumpang mencapai 373.257 penumpang

    dan Pada tahun 2013 meningkat 15,94 %

    menjadi 432.751 penumpang. Namun di

    tahun 2014 pergerakan penumpang

    mengalami penurunan 9,92 % menjadi

    389.811.

  • 8/17/2019 6129-6106-1-PB (1)

    6/12

    Perkembangan pergerakan pesawat

    pada tahun 2002 sebesar 1025 dan pada

    tahun 2004 meningkat 36,59 %. Pada

    tahun 2005 mengalami penurunan sebesar

    52,64 % menjadi 1165. Namun tahun 2010

    pergerakan pesawat mengalami kenaikan

    sampai pada tahun 2013 mengalami

    kenaikan mencapai 58,76 % menjadi 4047

    pergerakan pesawat. Pada tahun 2014

    pergerakan pesawat kembali mengalami

    penurunan 6,39 % menjadi 3804

    pergerakan pesawat.

    Data statistik lalulintas pesawat dan

    penumpang tiap tahunnya ditunjukkan

    pada Tabel 4.1. dan pola pergerakan

    ditunjukkan pada gambar 4.1.

    Tabel. 4.1. Statistik Pergerakan Pesawat

    dan Penumpang

    Sumber : Dinas Perhubungan, 2014

    Gambar 4.1. Pola Pergerakan Pesawat

    dan Penumpang

    2. Pergerakan Bagasi, Cargo dan Pos

    Laju perkembangan bagasi, cargo, dan

    pos yang melalui Bandar Udara Jalaludin

    Gorontalo diperoleh data selama kurun

    waktu (2006-2014). Statistik pergerakan

    Bagasi, Cargo, dan Pos ditunjukkan pada

    Tabel 4.2. dan pola pergerakannya

    ditunjukkan pada Gambar 4.2.

    Tabel. 4.2. Statistik Pergerakan Pesawat

    dan Penumpang

    Sumber : Dinas Perhubungan, 2014

    Gambar 4.2. Pola Pergerakan Pesawat

    dan Penumpang

    Gambar 4.2. Pola Pergerakan

    Bagasi, Cargo, dan pos

    4.4. Arah Landas Pacu (Windrose)

    Rangkuman presentase usability

     factor  setelah dianalisis dengan

    menggonakan motode windroseditunjukkan pada Tabel 4.3.

    Tabel 4.3. Rangkuman Prosentase

    Windrose Landas Pacu

    Nomor Runway Prosentase

    10 -190 97,29%

    20 - 200 96,24%

    30 - 210 94,66%

    40 - 220 91,84%

    50 - 230 89,94%

    60 - 240 88,12%

    70 - 250 87,18%

    80 - 260 87,08%

    90 - 270 87,69%

    100 - 280 89,23%

    110 - 290 91,01%

    120 - 300 93,20%

    130 - 310 95,41%

    140 - 320 96,97%

    150 - 330 98,66%

  • 8/17/2019 6129-6106-1-PB (1)

    7/12

    160 - 340 98,82%

    170 - 350 98,51%

    180 - 360 97,98%

    Sumber : Hasil Analisis windrose

     International Civil Aviation

    Organization (ICAO) mensyaratkan

    usability factor adalah ≥95%. Maka darihasil analisis mawar angin (windrose)

    untuk prosentase kecepatan angin dalam

    frekwensi selama 24 jam dengan

    memperhitungkan maximum cros wind 

    component . Maka dapat disimpulkan

    bahwa arah runway eksisting tidak 

    memenuhi usability factor karena hanya

    menghasilkan prosentase sebesar 87,69%.

    4.5. Tipe dan Karakteristik Pesawat

    Tipe dan Karakteristik pesawat

    eksisting ditunjukkan pada Tabel 4.4. dan

    karakteristik pesawat rencana ditunjukkan

    pada Tabel 4.5.

    Tabel. 4.4 Karakteristik Pesawat Eksisting

    Sumber : Airport Tecnology BoeingComertial Airlines

    Tabel. 4.5. Karakteristik Pesawat rencana

    Sumber : Airport Tecnology Boeing

    Comertial Airlines

    4.6. Analisis Runway, Taxiway, dan Apron

    Eksisting

    Data- data dan kondisi bandar udara

    yang digunakan dalam analisis sebagai

    berikut :

    Diketahui :

    Jenis pesawat terbesar : B 737-900ER

    Landas Pacu Minimum (ARFL) : 2249 m

    Ketinggian (Elevasi) (H) : 18 MSL

    Temperature (T) : 28,93°C

    Kemiringan (Efektif Slope) : 0,5 %

     Runway orientasi : 09 – 27

    Tabel 4.6. Temperatur Bandar Udara

    Jalaludin GorontaloTahun T1°C T2°C

    2009 27,29 32,892010 27,23 32,68

    2011 26,85 32,41

    2012 27,03 32,67

    2013 27,13 32,42

    2014 26,68 32,75

    Rata - Rata 27,03 32,75

    Sumber : BMKG Gorontalo,2014

    Temperatur Reference=

    Dimana :

    T1°C = Temperatur rata  –  rata daritemperatur harian rata  –  ratadalam bulan terpanas .

    T2°C = Temperatur rata – rata daritemperatur harian maksimum

    dalam bulan terpanas.

    Tref  =  27,03+32,75+27,03

    3Tref  = 28,93° C

    1. Dimensi Runway EksistingPanjang runway

    Pajang landas pacu (runway)

    minimum setelah diperoleh berdasarkan

    karakteristik pesawat, maka landas pacu

    tersebut akan di koreksi terhadap Elevasi,

    temperature dan slope.

    Koreksi terhadap elevasi :

    L1 = ARFL × (1 +  7

    100 ×

    300)

    L1 = 2249 × (1 +  7

    100 ×

      18

    300)

    = 2258,45 meter

  • 8/17/2019 6129-6106-1-PB (1)

    8/12

    Koreksi Temperatur :

    L2 = L1 × [1+0,01×(T-(15-0,0065×H))]

    L2 = 2258,45 × [1 + 0,01× (28,93 - (15 -

    0,0065 × 18))]

    = 2575,68 meter

    Koreksi Kemiringan (slope) :

    L3 = L2 × (1+0,1× Slope efektif )

    L3 = 2575,68 × (1+0,1×0,5)

    = 2704,46 ≈ 2705 meter 

    Hasil analisis di atas menunjukan

    bahwa panjang landas pacu minimum

    Bandar Udara Jalaludin Gorontalo untuk 

    kondisi eksisting yaitu 2705 meter. Maka

    landas pacu eksisting yang telah ada, yaitu

    sepanjang 2500 meter harus di perpanjang

    sepanjang 205 meter.

    Lebar RunwaySesuai dengan Aerodrome Reference

    Code yang direkomendasikan ICAO untuk 

    landas pacu ≥1800 meter, maka diperoleh

    kode angka 4 dan kode huruf C. Dari

    kategori tersebut bandar udara untuk 

    eksisting disyaratkan memiliki lebar

    landasan 45 meter, hasil ini sesuai dengan

    lebar runway eksisting.

    2. Dimensi Taxiway EksistingLebar taxiway dapat dinyatakan

    sebagai berikut.

    Wt = Tm + 2 C

    Dimana :

    Wt = Lebar taxiway

    Tm = Outer main gear wheelspan

    C = Clearence

    Pesawat tebesar yang menggunakan

    bandar udara eksisting yaitu pesawat

    dengan  Aerodrome reference Code C 

    wheelbase 17,17 m, Tm = 11 m ruang

    bebas (Wing tip clearence) yangdibutuhkan adalah 4,5 meter, maka lebar

    landas hubung yang dibutuhkan adalah 20

    meter, lebar taxiway eksisting 23 meter

    telah mampu memenuhi persyaratan.

    3. Dimensi Apron Eksisting

    Gate Position

    Berdasarkan data pesawat yang

    beroperasi pada bandar udara eksiting

    sebagai berikut :

    Pesawat B737-900ER (kelas C) : 2 buahPesawat B737-400 (Kelas C) : 1 buah

    Pesawat B737-300 (Kelas C) : 1 buah

    Pesawat ATR 72-500 (Kelas A) : 1 buah

    Pesawat Boeing 737-900ER

    G =   × 60,   = 1,56 ≈ 2 buah

    Pesawat Boeing 737-300

    G =2

    2   ×  30

    600,8

      = 1,56 ≈ 2 buah

    Pesawat ATR 72-500

    G =  ×   60 60

    ,= 0,62 ≈ 1 buah

    Jadi Jumlah gate position yang dibutuhkan

    yaitu sebanyak 5 buah gate.

    Pesawat B 747-900ERWingspan (Ws) : 34,32 meter

    Wheel track (Wt) : 5,72 meterForward roll (FR) : 3,048 meter

    Wing tip clearence : 4,5 meter

    Turning Radius : TR = ½ (Ws+Wt) + FR

    TR = ½ (34,32 + 5,72) + 3,048

    = 21,544 ≈ 22 meterDiameter (D) = ( 2 × TR ) + Wing tip

    clearence

    (D) = (2 × 22) + 4,5 = 48,5 meter

    Pesawat B 737-300Wingspan (Ws) : 28,88 meter

    Wheel track (Wt) : 5,23 meterForward roll (FR) : 3,048 meter

    Wing tip clearence : 4,5 meter

    Turning Radius : TR = ½ (Ws +Wt) + FR

    TR = ½ (28,88 + 5,23) + 3,048

    = 18,579 ≈ 19 meterDiameter (D) = ( 2 × TR ) + Wing tip

    clearence

    (D) = (2 × 19) + 4,5 = 42,5 meter

    Pesawat ATR 72-500Wingspan (Ws) : 27,05 meter

    Wheel track (Wt) : 4,10 meter

    Forward roll (FR) : 3,048 meter

    Wing tip clearence : 4,5 meter

    Turning Radius : TR = ½ (Ws +Wt) + FR

    TR = ½ (27,05 + 4,10) + 3,048

    = 17,009 ≈ 17 meterDiameter (D) = ( 2 × TR ) + Wing tip

    clearence

    (D) = (2 × 17) + 4,5 = 38,5 meter

  • 8/17/2019 6129-6106-1-PB (1)

    9/12

    Dimensi ApronPanjang Apron :

    P = G × W + (G-1) C + (2×PB)

    Dimana :

    G = Gate position (buah) : 5 buah

    C = wing tip clearence : 4,5 meter

    W = Wingspan : 34,32 meter

    PB = Panjang badan pesawat:40,67 meter

    P = 5 × 34,32 + (5-1) 4,5 + (2×40,67)

    P = 270,94 ≈ 271 meter 

    Lebar Apron:

    L = 2 x PB + 3C

    Dimana :

    PB = Panjang badan pesawat : 40,67 meter

    C = Wing Tip Clearence (m) : 4,5 meter

    L = 2 × 40,67 + (3 × 4,5)

    = 94,84 ≈ 95 meter 

    Hasil analisis demensi apron bandar

    udara untuk kondisi eksisting adalah

    sebesar 271×95 meter, maka harus

    diadakan penambahan dimensi apron.

    4.7. Perencanaan  Runway, Taxiway, dan

     Apron

    Bandar Udara Jalaludin Gorontalo

    berdasarkan Rencana Induk  

    Pengembangan Bandar Udara akan

    dikembangkan sebagai bandar udara

    embarkasi pada tahap III yaitu tahun 2040.

    Maka pada penelitian ini perencanaan

    bandar udara dilakukan pada tahap II yaitu

    pada saat ini sampai tahun 2029.

    Perencanaan ini dilakukan untuk 

    memperhitungkan pengembangan bandar

    udara agar mampu memenuhi syarat

    sebagai bandar udara embarkasi haji.

    Diketahui :Jenis pesawat rencana : B 747-400ER

    Landas Pacu Minimum (ARFL) : 3200 m

    1. Perencanaan dimensi runway

    Perencanaan Panjang RunwayKoreksi terhadap elevasi :

    L1 = × (1 +  7

    100×

    300)

    L1 = 3200 × (1 +  7

    100×

      18

    300)

    = 3213,44 meter

    Koreksi Temperatur :

    L2 = L1 × [1+0,01×(T-(15-0,0065×H))]

    L2 = 3213,44 × [1+0,01×(28,93- ( 15 -

    0,0065 × 18))]

    = 3664,83 meter

    Koreksi Kemiringan (slope) :

    L3 = L2 × (1+0,1× Slope efektif )

    L3 = 3664,83 × (1+ 0,1 × 0,5)

    = 3848 meter

    Perencanaan Lebar runwaySesuai dengan  Aerodrome Reference

    Code yang di rekomendasikan ICAO untuk 

    landas pacu ≥1800 meter, maka diperoleh

    kode angka 4 dan kode huruf E, untuk 

    pesawat rencana B 747-400 dengan

    karakteristik  wingspan (59,63).Berdasarkan kategori tersebut lebar

    landasan direncanakan 45 meter.

    Hasil analisis di atas menunjukan

    bahwa panjang landas pacu minimum

    (ARFL) untuk perencanaan pesawat

    rencana yang melayani penerbangan haji

    yaitu sepanjang 3848 meter dan lebar

    minimum 45 meter dengan bahu landasan

    7,5 meter untuk kedua sisi lebar total

    menjadi 60 meter. Maka landas pacu

    eksisting yaitu sepanjang 2500 meter harus

    diperpanjang sebesar 1348 meter dan lebarrunway eksisting diperhitungkan telah

    mampu untuk melayani pesawat rencana.

    2. Perencanaan Taxiway

    Dalam menentukan lebar taxiway

    selain memperhatikan pesawat terbesar

     juga ditentukan dengan jarak  outer main

    gear wheelspan pesawat ditambah faktor

    clearence. Lebar taxiway dapat dinyatakan

    sebagai berikut.

    Wt = Tm + 2 C

    Dimana :Wt = Lebar taxiway

    Tm = Outer main gear wheelspan

    C = Clearence

    Pesawat tebesar yang menggunakan

    bandar udara eksisting yaitu pesawat

    dengan  Aerodrome reference Code C 

    wheelbase 26,60 m, Tm = 12,40 m ruang

    bebas yang dibutuhkan adalah 7,5 meter,

    maka lebar landas hubung yang dibutuhkn

    adalah 27,4 meter . maka berdasarkan

    analisis diatas bahwa lebar taxiway

    eksisting harus diperlebar.

  • 8/17/2019 6129-6106-1-PB (1)

    10/12

    3. Perencanaan Exit Taxiway

    Dalam menentukan exit taxiway

    digunakan data  –  data pesawat rencanasebagai pesawat terbesar. Pesawat terbesar

    yang akan di rencanakan pada exit taxiway

    Boeing 747-400 dengan desain group E

    dengan data-data sebagai berikut.

    S1 = Kecepatan Touchdown (m/det) :

    259 Km/jam = 72 m/det

    S2 = Kecepatan Awal (m/det) :

    32 Km/jam = 9 m/det

    a = percepatan : 1,5 m/det²

    D =²   S2²

    D =( )² ( )²

    = 1701

    Lo = 450 + 1701= 2151

    Kondisi Lo = 2151 meter, dihitung

    berdasarkan kondisi sea level, lokasi exit 

    taxiway setelah dikoreksi terhadap elevasi

    dan temperatur adalah sebagai berikut.

    Koreksi terhadap elevasi :

    L1 = 2151 × (1+0,07× )

    = 2160,03 meter

    Koreksi terhadap temperatur :

    L2 = 2160,03 × [1 + 0,01 × ( , )

    ,]

    = 2214 meterJadi jarak dari treshold  sampai titik awalexit taxiway (distance to exit taxiway)

    adalah 2214 meter.

    4. Perencanaan Apron

    Gate PositionBerdasarkan perencanaan jumlah gate

     position disesuaikan dengan data pesawat

    Rencana Induk Pengembangan Bandara

    sebagai berikut :

    Pesawat B 747-400 (kelas E) : 2 buah

    Pesawat B737-900ER (kelas C) : 4 buahPesawat B 737-400 (Kelas C) : 2 buah

    Pesawat ATR 72-500 (Kelas A) : 4 buah

    Pesawat kelas E

    G =  ×   20

    ,  = 0,42 ≈ 1 buah

    Pesawat kelas C

    G =  ×

    ,  = 1,87 ≈ 2 buah

    Pesawat Kelas A

    G =  × 60

    , = 2,5 ≈ 3 buah

    Jadi Jumlah gate position yang

    dibutuhkan untuk perencanaan yaitu

    sebanyak 6 buah gate.

    Pesawat B 747-400

    Wingspan (Ws) : 64,9 meter

    Wheel track (Wt) : 11 m

    Forward roll (FR) : 3,048 meterWing tip clearence : 7,5 meter

    Turning Radius : TR = ½ (Ws +Wt) + FR

    TR = ½ (64,9 + 11) + 3,048

    = 40,998 ≈ 41 meterDiameter (D) = ( 2 × TR) + Wing tip

    clearence

    (D) = (2 × 41) + 7,5 = 89,5 meter

    Pesawat B 747-900ERWingspan (Ws) : 34,32 meter

    Wheel track (Wt) : 5,72 meterForward roll (FR) : 3,048 meter

    Wing tip clearance : 4,5 meter

    Turning Radius : TR = ½ (Ws +Wt) + FR

    TR = ½ (34,32 + 5,72) + 3,048

    = 21,544 ≈ 22 meterDiameter (D) = (2×TR)+ Wing tip

    clearence

    (D) = (2 × 22) + 4,5 = 48,5 meter

    Pesawat B 737-300Wingspan (Ws) : 28,88 meter

    Wheel track (Wt) : 5,23 meterForward roll (FR) : 3,048 meter

    Wing tip clearence : 4,5 meter

    Turning Radius : TR = ½ (Ws +Wt) + FR

    TR = ½ (28,88 + 5,23) + 3,048

    = 18,579 ≈ 19 meterDiameter (D) = ( 2 × TR ) + Wing tip

    clearence

    (D) = (2 × 19) + 4,5 = 42,5 meter

    Pesawat ATR 72-500Wingspan (Ws) : 27,05 meter

    Wheel track (Wt) : 4,10 meterForward roll (FR) : 3,048 meter

    Wing tip clearence : 4,5 meter

    Turning Radius : TR = ½ (Ws +Wt) + FR

    TR = ½ (27,05 + 4,10) + 3,048

    = 17,009 ≈ 17 meterDiameter (D) = ( 2 ×TR) + Wing tip

    clearence

    (D) = (2 × 17) + 4,5 = 38,5 meter

  • 8/17/2019 6129-6106-1-PB (1)

    11/12

    Panjang Apron :

    P = G × W + (G-1) C + (2×PB)

    Dimana :

    G = Gate position (buah) : 6 buah

    C = wing tip clearence : 7,5 meter

    W = Wingspan : 64,9 meter

    PB = Panjang Badan : 76,25 meter

    P = 6 × 64,9 + (6-1) 7,5 + (2×76,25)

    P = 342,5 meter

    Lebar Apron :

    L = 2 x PB + 3C

    Dimana :

    PB = Panjang badan pesawat : 76,25 meter

    C = Wing Tip Clearence : 7,5 meter

    L = 2 × 76,25 + (3× 7,5) = 175 meter

    Berdasarkan hasil analisis demensi

    apron bandar udara untuk perencanaan

    menghasilkan dimensi dengan panjang

    342,5 meter dan lebar 175 meter. Dimensi

    apron Bandar Udara Jalaludin Gorontalo

    saat ini adalah 230 × 80 meter dengan luas

    18.400 m² maka harus diadakan

    penambahan dimensi apron untuk dapat

    memenuhi kondisi perencanaan.

    5. SIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Simpulan

    Hasil analisis dan perencanaan Bandar

    Udara Jalaludin Gorontalo pada sisi udara

    (air side) untuk  runway, taxiway, danapron dapat diambil kesimpulan sebagai

    berikut :

    1. Statistik pergerakan lalulintas

    pesawat, penumpang, dan cargo

    Bandar Udara Jalaludin Gorontalo

    mengalami peningkatan sejak tahun

    2002 sampai tahun 2013, sedangkanpada tahun 2014 mengalami

    penurunan dalam jumlah penumpang

    dan pesawat hal ini disebabkan oleh

    adanya pengurangan rute penerbangan

    yang dilakukan oleh maskapai yang

    beroperasi di bandar udara.

    2. Hasil analisis untuk kebutuhan sisi

    udara (air side) runway, taxiway, dan

    apron untuk bandar udara eksisting

    dihasilkan. Dimensi runway yang

    dibutuhkan untuk melayani jenis

    pesawat terbesar pada kondisi

    eksisting adalah sepanjang 2705

    meter dan lebar 45 meter, dari

    keadaan tersebut panjang runway

    harus di tambah sebesar 205 meter

    dengan hasil analisis arah runway

    dengan (windrose) selama 24 jam

    tidak memenuhi persyaratan usability

     factor karena kurang dari 95% syarat

    dari ICAO. Lebar taxiway yang

    dibutuhkan untuk melayani pesawat

    terbesar pada kondisi eksisting yaitu

    sebesar 20 meter, lebar taxiway

    eksisting sebesar 23 meter telah

    memenuhi. Dimensi apron yang

    dibutuhkan adalah 271× 95 meter,

    maka dimensi eksisting sebesar

    230×80 meter harus dilakukanpenambahan dimensi.

    3. Hasil analisis perencanaan dimensirunway, taxiway, dan apron

    menghasilkan dimensi runway yang

    dibutuhkan untuk pesawat rencana

    Boeing 747-400 adalah sepanjang

    3848 meter dan lebar landas pacu

    yang dibutuhkan adalah 45 meter

    serta lebar landas pacu ditambah bahu

    landasan adalah 60 meter, maka

    dimensi runway harus di perpanjang

    sepanjang 1348 meter. Lebar taxiwayyang dibutuhkan adalah 27,4 meter di

    tambah shoulder sebesar 7,5 meter di

    kedua sisi yaitu adalah 42,4 meter

    dengan  Exit taxiway dari treshold 

    sepanjang 2214 meter. Dimensi apron

    yang dibutuhkan adalah 342,5 × 175

    meter dengan luas 59937,5 m², maka

    untuk memenuhi persyaratan harus

    dilakukan penambahan dimensi

    apron.

    5.2 Saran1. Pada fasilitas runway Bandar udara

    Jalalaludin Gorontalo perlu dilakukan

    evaluasi kembali oleh pengelola

    bandara untuk dimensi dan arah

    landas pacu agar memenuhi

    persyaratan sehingga menjamin

    keselamatan dan kenyamanan

    pengguna bandar udara.

    2. Untuk perencanaan Bandar Udara

    Jalaludin Gorontalo sebagai bandar

    udara embarkasi haji harusmemperhatikan faktor-faktor lainnya

  • 8/17/2019 6129-6106-1-PB (1)

    12/12

    seperti ketersediaan lahan, fasilitas

    pendukung lainnya agar dapat

    memenuhi syarat sebagai

    penyelenggara transportasi haji.

    3. Dalam penelitian ini bagian yang

    dianalisis hanya dimensi sisi udara

    (runway,taxiway dan apron) perlu

    dilakukan penelitian lebih lanjut

    terhadap tebal perkerasan serta bagian

    sisi darat bandar udara.

    6. DAFTAR PUSTAKA

    Basuki, H, 2008,  Merancang dan

     Merencana Lapangan Terbang,

    penerbit P.T. Alumni Bandung.

    Boeing. 2011.  Airport Technology

    Comercial Airlines company,

    http;//www.boeing.com/comercial/air

    ports/acaps/ diakses 12 November

    2014

    Federal Aviation Administration (FAA),

    1989,  Aiport Design, Advisory

    Circular. Departement of  

    Transportation, Washington. D. C.

    Horonjeff, R., Mc. Kelvey, F.X., 1988.

    Perencanaan dan Perancangan

     Bandar Udara Jilid II, Penerbit

    Airlangga, Jakarta.

    Hary Cristady, Aulia Muttaqin, Wardhani

    Sartono., 2009.  Analisis Geometrik 

    Fasilitas Sisi Udara Bandar Udara

     International Lombok (BIL) Nusa

    Tenggara Barat. Jurnal. Yogyakarta

    :Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan

    Universitas Gajah Mada.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Bandar Udara

    Jalaludin Gorontalo diakses Tanggal

    17 Agustus 2014.

     International Civil Aviation Organization

    (ICAO), 2006.  Aedrome Design

     Manual Part 1, Runways. 3 Edition,Canada.

    Keputusan Menteri Perhubungan. Tentang

     Rencana Induk Pengembangan

     Bandar Udara Jalaludin Gorontalo.

    Nomor : KM 50 2004

    Keputusan Menteri Perhubungan. Tentang

    Sertifikasi Operasi Penerbangan.

    Nomor : KM 47 2005.

    Keputusan Menteri Agama , Tentang

    Penetapan Kuota Haji Indonesia.

    Nomor : KM 64 Tahun 2014.

    Laporan Statistik Lalu lintas Bandar Udara

    Jalaludin Gorontalo, 2014, Dinas

    Perhubungan Provinsi Gorontalo.

    Laporan Data Cuaca Bandar Udara

    Jalaludin Gorontalo, 2015, Badan

    Klimatologi Klimatologi Geofisika

    (BMKG) Provinsi Gorontalo.

    Rencana Induk Pengembangan Bandar

    Udara Jalaludin Gorontalo, 2014.

    Dinas Perhubungan Provinsi

    Gorontalo.

    Rumayar A. L. E, Manopo M.R.E,

    Dondokambey, F, G., Waani J.E.

    2013 Perencanaan Pengembangan

     Bandar Udara (Studi Kasus : Bandar 

    Udara Sepinggan Balikpapan).

    Jurnal. Manado : Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Sam

    Ratulangi.

    Utami, Damar, A.H., 2012.  Analisis

    Pengembangan Runway dan Fasilitas

     Alat Bantu Pendaratan di Bandar 

    Udara Depati Amir Bangka. Skripsi.

    Yogjakarta : Jurusan Teknik 

    Penerbangan Sekolah Tinggi

    Teknologi Adisutjipto Yogjakarta

    2012.