6. Customer Satisfaction, Retention, And Loyality
Transcript of 6. Customer Satisfaction, Retention, And Loyality
MANAJEMEN MUTU DAN PRODUKTIVITAS
“CUSTOMER SATISFACTION, RETENTION, AND LOYALITY”
Anissa Rahma Zulhadi (120310090038)
Rizkyka Waluyo Putri (120310090041)
Aghnian Sekar Wukir (120310090043)
Mayang Arum Sunda (120310090044)
Aldila Noor Medina (120310090045)
Silmy Kamila (120310090078)
Hafizah (120310090090)
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hinayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam proses
pembelajaran mengenai Manajemen Mutu dan Produktivitas dan situasi lain saat
diperlukan, dan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena kurangnya pengalaman yang
dimiliki. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan saran dan
kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini , sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga ke depannya dapat menjadi lebih
baik. Terima kasih atas perhatiannya.
Wassalamualaikum wr.wb
Penulis
Bandung, 14 September 2011
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
Pendahuluan.........................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................................................7
BAB II.....................................................................................................................................................7
Telaah Pustaka.......................................................................................................................................7
2.1 Kepuasan Pelanggan..............................................................................................................7
2.2 Persepsi Kualitas Layanan......................................................................................................9
2.3 Citra Perusahaan..................................................................................................................11
2.4 Retention.............................................................................................................................12
2.5 Loyalitas Pelanggan..............................................................................................................13
BAB III..................................................................................................................................................14
Studi Kasus dan Pembahasan..............................................................................................................14
3.1 Gambaran Umum PT Garuda Indonesia Airlines..................................................................15
3.2 Karakteristik Responden......................................................................................................16
3.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia..................................................................16
3.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...................................................16
3.3 Jumlah dan Prosentase Jawaban Responden terhadap Variabel Reliability........................17
3.4 Penjelasan Responden Terhadap Variabel Responsiveness.................................................18
3.5 Jumlah dan Prosentase Jawaban Responden terhadap Variabel Assurance........................18
3.6 Jumlah dan Prosentase Jawaban Responden terhadap Variabel Empathy..........................19
3.7 Contoh Kasus Rumah Sakit Manisrenggo Klaten..................................................................20
3.8 Contoh Kasus Kompetisi Nokia dan Samsung......................................................................23
BAB IV Penutup...................................................................................................................................25
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................................25
4.2 Saran....................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................26
3
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Lingkungan global yang berubah semakin cepat saat ini menyebabkan setiap
perusahaan, termasuk bisnis barang maupun jasa mencoba mencari cara yang inovatif
guna mencapai keunggulan kompetitif, meningkatkan kualitas produk, loyalitas
pelanggan, dan meningkatkan efisiensi tanpa mengorbankan kualitas pelayanan (Javalgi
dan Moberg, 1997). Hal ini menyebabkan perusahaan dituntut untuk dapat menciptakan
strategi pemasaran yang baru, unik dan lebih kreatif sehingga mampu membangun
hubungan jangka panjang dan loyalitas dengan pelanggan. Indikator dari loyalitas
pelanggan merupakan salah satu ciri konsumen loyal yang dimana ia akan
menyebarluaskan pengalamannya kepada orang lain.
Kualitas pelayanan dan pengelolaan respon emosi konsumen merupakan
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi service loyalty. Banyak penelitian yang
membuktikan bahwa kualitas produk atau jasa dan kualitas pelayanan mempengaruhi
kepuasan pelanggan. Kepuasan dan loyalitas memiliki hubungan yang kuat, Ruyter dan
Bloomer (1998) seperti dikutip dalam Smith dan Ennew (2001) menemukan bahwa
konsumen yang terpuaskan nilai pribadinya dan mengalami mood yang positif terhadap
pelayanan yang diberikan akan memiliki loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan
tersebut.
Suatu perusahaan dalam rangka mencapai kepuasan pelanggan pada umumnya
selain memperhatikan produk yang dihasilkannya juga menyadari kualitas pelayanan
pada pelanggan. Hasil evaluasi konsumen akan mengarah pada kepuasan ataupun
ketidakpuasan konsumen, selanjutnya kepuasan dapat menimbulkan loyalitas konsumen
(Bloomer et al. 1998) dan dapat mendorong perilaku kosumen yang diinginkan (Cronin
et al., 2000), yaitu minat beli ulang konsumen pada produk atau jasa perusahaan.
Hal ini menunjukan secara teoritis maupun empiris, kepuasan dan loyalitas
pelanggan dipengaruhi oleh service quality dan perceived value. Beberapa peneliti telah
mencoba memberikan pemahaman tentang perbedaan loyalitas merk dan service.
Zeithaml (1981) seperti dikutip dalam Javalgi dan Moberg, dalam penelitiannya
4
mengenai cara konsumen mengevaluasi produk dan service. Service loyalty dapat
dibedakan dengan brand loyalty pada beberapa hal seperti service loyalty lebih sulit
dievaluasi, memiliki persepsi akan resiko yang tinggi, ketersediaan pengganti yang
sedikit dan biaya pengganti merk besar.
Jadi service loyalty dapat didefinisikan sebagai motivasi konsumen untuk tidak
mencari sumber alternatif lain, memiliki tingkat pembelian kembali yang tinggi, lebih
tahan terhadap persuasi/bujukan dari merek lain dan menyebarluaskan penilaian positif
terhadap pengalaman service kepada orang lain. Selama ini kualitas pelayanan
dipertimbangkan sebagai faktor penting dalam menciptakan kepuasan konsumen yang
pada akhirnya menumbuhkan loyalitas dalam diri konsumen. ada asosiasi yang kuat
antara kepuasan dengan loyalitas.
Semua hal tersebut harus dikaitkan dengan lima perspektif dari kualitas yaitu
reliability, responsiveness, assurance, empathy, dan tangibles. Menurut teori Kotler
(2003) menyatakan bahwa perilaku konsumen dalam membeli dipengaruhi oleh salah
satunya faktor psikologi (sikap). Menurut Assael (2001) mengatakan bahwa sikap
terhadap suatu merek adalah kecenderungan pembelajaran konsumen untuk
mengevaluasi merek dalam bentuk suka atau tidak suka. Jadi dapat kita simpulkan
bahwa respon emosi balam bisnis jasa merupakan proses evaluasi konsumen terhadap
produk atau pelayanan dimana hasil evaluasi tersebut menimbulkan perasaan emosi
positif atau negatif didalam diri konsumen yang akan tergambarkan dalam bentuk sikap
konsumen.
Sehingga dari penjelasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa membangun
kualitas pelayanan dan mengelola respon emosi konsumen merupakan dasar bagi
terbentuknya service loyalty. Dimana dibuktikan kualitas pelayanan mempengaruhi
kepuasan pelanggan sehingga menjadi suatu respon kepada konsumen atas apa yang
sudah diterima. Semakin tinggi kualitas pelayanan yang di berikan semakin tinggi pula
loyalitas yang diberikan dan penciptaan respon emosi yang positif. Dalam hal ini
perusahaan mendapat tanggapan dari konsumen sehingga jumlah konsumen atau
pelanggan yang menggunakan barang dan jasa perusahaan mengalami ketidakstabilan
konsumen dapat meningkat atau menurun drastis. Akibatnya perusahaan tersebut
kurang bisa mengatasi pelanggan atau konsumen baru yang masih mencari-cari
perusahaan yang menawarkan pelayanan yang terbaik. Terkait dengan masalah-masalah
5
ini, kami mengambil tiga contoh kasus dari PT Garuda Indonesia, Nokia, dan Rumah Sakit
Islam Manisrenggo Klaten.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka perumusan masalah yang dapat
dikemukakan adalah sebagai berikut :
1.Bagaimana pengaruh kualitas pelayanan PT Garuda Indonesia Airlines di bandara polonia Medan yang berhubungan dengan:
Tangible Liability Responsiveness Realibility Empathy
2. Apakah Nokia berhasil mempertahankan eksistensinya dalam industri ponsel yang dapat mempengaruhi loyalitas pelanggannya dalam kurun beberapa tahun terakhir?
3. Bagaimana pengaruh kualitas pelayanan Rumah Sakit Islam Manisrenggo Klaten terhadap kepuasan pelanggan?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka
tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh faktor kualitas pelayanan PT Garuda Airlines terhadap
variabel-variabel yang telah disebutkan.
2. Untuk menganalisis usaha Nokia Corp. dalam mempertahankan eksistensinya serta
pengaruhnya terhadap loyalitas pelanggan.
3. Untuk menganalisis pengaruh faktor kualitas pelayanan Rumah Sakit Islam
Manisrenggo Klaten terhadap kepuasan pelanggan.
6
BAB II
Telaah Pustaka
1.4 Kepuasan Pelanggan
Kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap
ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual layanan
setelah memakainya. Bila pelanggan merasa puas maka akan memberikan dorongan
yang besar untuk melakukan pembelian ulang begitu pula sebaliknya. Kepuasan pun
dapat diartikan sebagai pernyataan afektif tentang reaksi emosional terhadap
pengalaman produk atau jasa yang dipengaruhi oleh afeksi pelanggan oleh produk -
produk tersebut.
Perbedaan antara service quality dan customer satisfaction, service quality
merupakan bagian dari proses kognitif, sedangkan consumer satisfaction merupakan
bagian dari proses afektif. Justifikasi dimensi dari consumer satisfaction dapat
diturunkan dari dimensi service quality. Lima dimensi penilaian kepuasan antara lain:
1. Kepuasan kehandalan (reliability) yaitu kesesuaian antara harapan dan penerimaan -
atas kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan tepat dan
terpercaya.
2. Kepuasan responsif (responsiveness) yaitu kesesuaian antara harapan dan
penerimaan atas kemampuan membantu pelanggan dan memberikan layanan jasa
dengan cepat.
3. Kepuasan keyakinan (assurance) yaitu kesesuaian antara harapan dan penerimaan
atas pengetahuan dan kemampuan untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan.
4. Kepuasan empati (emphaty) yaitu kesesuaian antara harapan dan penerimaan atas
syarat untuk peduli, memberikan perhatian pribadi bagi pelanggan.
5. Kepuasan berwujud (tangible) yaitu kesesuaian antara harapan dan penerimaan atas
penampilan fisik, peralatan, personil dan media komunikasi.
Kepuasan pelanggan haruslah diletakkan menjadi salah satu faktor terpenting dan
menjadi muara kecil dalam segala aktifitas pemasaran pada setiap perusahaan yang
berorientasi kepada pasar. Pada awal tahun 90-an pengertian kepuasan pelanggan
diartikan sebagai penilaian pelanggan terhadap pengalamannya dan reaksinya pada
7
setiap transaksi yang dilakukan untuk pembelian produk, jasa dan pelayan , setelah
berkembang pada tahun 1995.
Ketidakpuasan pelanggan merupakan bagian dari pengalaman pelanggan terhadap
efek utama dan peningkatan kepuasan seharusnya mengurangi keluhan pelanggan dan
meningkatkan loyalitas pelanggan. Kepuasan pelanggan juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti kualitas produk, kualitas pelayanan, fakor emosi, harga dan biaya.
Pelanggan yang loyal belum tentu berarti puas. Sebaliknya pelanggan yang puas
cerderung untuk menjadi pelanggan yang loyal.
Kepuasaan atau ketidakpuasaan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap
ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk
setelah memakainya. Bila pelanggan merasa puas maka akan memberikan dorongan
yang besar untuk melakukan pembelian ulang begitu pula sebaliknya.
Kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan merupakan bagian dari pengalaman
pelanggan terhadap suatu produk yang ditawarkan. Berdasarkan pengalaman yang
diperolehnya pelanggan memiliki kecenderungan untuk membangun nilai-nilai
ekspektasi tertentu. Nilai ekspektasi tersebut akan memberikan dampak bagi pelanggan
untuk melakukan perbandingan terhadap kompetitor dari produk yang pernah
dirasakannya. Secara langsung penilaian tersebut akan mempengaruhi pandangan dan
penilaian pelanggan terhadap perusahaan kompetitor.
1.5 Persepsi Kualitas Layanan
Kualitas merupakan kiat secara konsisten dan efisien untuk memberi pelanggan apa
yang diinginkan dan diharapkan oleh pelanggan yang mengidentifikasi 5 perspektif dari
Quality, yaitu:
1. Innate Superiority : Dalam perspektif quality ini secara universal diperkenalkan
sebagai excellent
2. Degree of an attribute : Quality didefinisikan dalam istilah beberapa atribut umum
atau karakteristik dari produk layanan.
3. User Satisfaction : Memperlihatkan bahwa kepuasan user sebagai dasar untuk
quality.
8
4. Conformance to Spesifications : Perspektif dari quality ini berorientasi ke sistem
produksi.
5. Value delivered : Pada akhir pendekatan, quality didefinisikan bahwa apa yang
terkirim relatif ke harga.
Dimensi kualitas layanan (Johnson, 1998) sebagai berikut :
1. Tangibles
Penampilan fisik pelayanan (fasilitas fisik, peralatan), karyawan dan komunikasi akan
memberi warna dalam pelayanan pelanggan. Tingkat kelengkapan
peralatan/teknologi yang digunakan akan dapat berpengaruh pada pandangan
pelanggan akan kesiapan perusahaan dalam memberikan pelayanan.
2. Reliability
Kemampuan dalam memenuhi janji (tepat waktu, konsisten, dan kecepatan
pelayanan) merupakan suatu hal yang penting dalam pelayanan. Penanganan
keluhan (Fandy Tjiptono, Chandra Shekaran, et al, 1997) meliputi kecepatan dalam
menangani keluhan. Memberi respon atas keluhan. Memberi keputusan yang cepat
dan tepat. Memberi keputusan yang adil.
3. Responsiveness
Kepedulian untuk membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang baik
adalah bagian dari pelayanan. Tingkat kepedulian ini akan dilihat dari sejauh mana
pihak perusahaan dapat membantu pelanggan. Kemudahan bagi konsumen untuk
berkomunikasi dengan perusahaan meliputi:
Kesediaan menyampaikan kritik, saran, komentar, pertanyaan maupun
keluhan.
Perlu metode komunikasi yang mudah, tidak mahal, melalui telepon (hot line
service).
Menampung keluhan pelanggan atau memanfaatkan E-Mail di jaringan
internet.
4. Assurance
Pengetahuan dan sikap (tanggap, keramahan, kesopanan, bersahabat) dari pegawai
dan kemampuan mereka dalam menanam kepercayaan dan kerahasian adalah
9
diperlukan dalam pelayanan. Keadilan kewajaran dalam pemecahan masalah antara
lain sebagai berikut :
Memahami atas permasalahan dan memecahkan melalui kompensasi.
Memahami antara kompensasi dengan situasi win-win solution.
Memperhatikan aspek kewajaran dalam hal biaya dan cara kinerja jangka
panjang.
5. Emphaty
Tingkat kepedulian dan perhatian perusahaan pada pelanggannya secara individu
adalah sangat didambakan oleh pelanggan. Empati terhadap pelanggan yang
complaint meliputi kualitas pada dasarnya merupakan dorongan pelanggan, hal ini
tanggap terhadap permasalahan pelanggan. Memberikan waktu untuk mendengar
keluhan. Memberlakukan pelanggan dengan baik. Disebabkan karena pelanggan
yang menentukan keputusan terakhir akan kualitas jasa.
Ada empat aspek penanganan keluhan yang penting yaitu:
Empati terhadap pelanggan yang marah.
Kecepatan dalam mengangani keluhan.
Kewajaran atau keadilan dalam memecahkan permasalahan/keluhan
Kemudahan bagi konsumen untuk menghubungi perusahaan.
Kualitas layanan didefinisikan sebagai penilaian pelanggan atas keunggulan atau
keistimewaan suatu produk atau layanan secara menyeluruh. Kualitas kinerja layanan
merupakan suatu proses evaluasi menyeluruh oleh pelanggan mengenai kesempurnaan
kinerja pelayanan. Kualitas pelayanan terutama untuk sektor jasa selalu diidentikkan
dengan mutu usaha itu sendiri. Semakin baik dan memuaskan tingkat pelayanannya
maka akan semakin bermutu usaha tersebut begitu pula sebaliknya. Sehingga usaha
untuk meningkatkan pelayanan selalu dilakukan agar dapat memaksimalkan kualitas
jasa. Pengalaman menggunakan pengetahuan tentang tingkatan suatu produk atau
layanan merupakan faktor penentu yang penting bagi pelanggan dalam menilai kinerja
produk atau layanan.
1.6 Citra Perusahaan
10
Kredibilitas perusahaan berkenaan dengan tingkat dimana konsumen percaya
bahwa perusahaan dapat mendesain dan mengirimkan produk dan service yang dapat
memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.
Menurut Newell & Goldsmith (1997, p.235) dalam Massey (2003) kredibilitas
perusahaan merupakan tingkat dimana konsumen merasa bahwa perusahaan
mempunyai pengetahuan atau kemampuan untuk memenuhi tuntutannya dan apakah
perusahaan dapat dipercaya untuk mengatakan yang sesungguhnya atau tidak.
Kredibilitas perusahaan, bergantung pada tiga faktor, yaitu : corporate expertise:
seberapa besar perusahaan dipandang mampu secara kompetitif membuat dan menjual
produknya dan mengadakan servicesnya; corporate trustworthiness: seberapa besar
perusahaan dipandang termotivasi untuk jujur, dapat dipercaya/diandalkan, dan sensitif
terhadap kebutuhan konsumen; corporate liability.
1.7 Retention
Retensi karyawan adalah sesuatu yang berkaitan dengan keinginan karyawan untuk
tetap berada di dalam suatu organisasi atau perusahaan untuk suatu periode waktu
tertentu. Saat ini, banyak perusahaan yang menghadapi masalah berhubungan dengan
retensi karyawan. Walaupun memiliki karyawan yang memiliki kemampuan serta
pengetahuan yang tinggi adalah hal yang penting namun retensi adalah hal yang tidak
kalah penting.
Bila seseorang merasa tidak puas dengan pekerjaan yang dilakukannya, hal yang
pertama yang paling mungkin dilakukan adalah mengganti pekerjaannya dengan
pekerjaan lain yang lebih cocok. Saat ini lingkungan kerja adalah faktor yang paling
mendukung retensi seorang karyawan.
Perusahaan-perusahaan yang saat ini berada di puncak, memiliki alasan mengapa
mereka bisa mencapai posisi seperti itu. Hal itu dapat dikarenakan mereka menghargai
karyawannya dan mengetahui bagaimana cara mempertahankan karyawan tersebut.
Karyawan tetap berada di suatu perusahaan atau bahkan meninggalkan perusahaan tersebut dapat disebabkan oleh banyak alasan, baik alasan pribadi maupun profesional. Alasan-alasan ini harus dapat dimengerti oleh perusahaan dan ditangani dengan baik. Terlihat bahwa oerusahaan yang peka terhadap hal-hal seperti ini memiliki cara dan strategi dalam mengelola retensi karyawan.
11
Berikut adalah 8 tips lanjutan untuk mempertinggi retensi karyawan:
Clarify expectations
Beri karyawan pemahaman yang jelas atas pekerjaan mereka, dan apa standar-
standar yang mereka harapkan untuk mencapai baik "percepatan waktu dan
penghindaran konflik. Sedikit konflik berarti bekerja dengan lebih bahagia,
sehingga karyawan akan cenderung kerasan di perusahaan.
Know your workers
Pelajari hobi-hobi dan minat-minat karyawan, dan terutama tujuan-tujuan jangka
panjang mereka. Hal itu akan membantu Anda memahami kebutuhan mereka,
sekaligus memperlihatkan bahwa Anda peduli.
Give feedback
Selalu komentari apa yang sedang dikerjakan oleh karyawan, dan katakan bahwa
Anda ingin mereka tetap bekerja di perusahaan Anda. Tanamkan bahwa
mencintai pekerjaan itu penting, tapi juga tak kalah penting untuk memastikan
bahwa pekerjaan juga mencintai kita.
Create a team culture
Ciptakan budaya kerja sama di mana semua anggota tim mendukung satu sama
lain.
Educate and train
Karyawan yang melihat bahwa Anda sedang melakukan investasi pada diri
mereka, akan merasa lebih dihargai dan diapresiasi.
Offer incentives and rewards
Berbagai bentuk insentif dan reward bisa menciptakan lingkungan kerja yang
menyenangkan dan penuh tanggung jawab, serta memperlihatkan kepekaan
apresiasi yang lebih besar.
Empower employees
Biarkan karyawan mengambil keputusan sebanyak mungkin. Pemberdayaan
merupakan sinyal yang akan dibaca oleh karyawan bahwa Anda percaya kepada
mereka.
Evaluate regularly
Mulai dengan pujian, lalu diskusikan tantangan-tantangannya dan bergabunglah
12
untuk mengembangkan rencana untuk membantu mereka. Akhirnya, tutup
dengan catatan yang positif.
1.8 Loyalitas Pelanggan
Kesetiaan pelanggan diartikan secara traditional oleh Jacoby & Chestnut, 1978
adalah perilaku pembelian yang berulang berdasarkan pengalaman tentang pemenuhan
harapan-harapannya (James H. Mc Alexander, Stephen K. Kim, Scott D. Roberts, 2003).
Kesetiaan dan kepuasan adalah hal yang sangat berbeda, Kesetiaan adalah sebuah
aktifitas yang spesifik dari pelanggan kita yang terus membeli produk kita secara
berkelanjutan.
Dalam kenyataan di pasar banyak pelanggan kita yang sudah merasa puas terhadap
produk yang kita tawarkan tetapi dapat saja beralih ke produk lain pada kondisi-kondisi
tertentu, itulah yang diartikan puas tetapi tidak loyal (Manzie R. I,awfer, April 2004). Oeh
karena itu kepuasan pelanggan adalah bukan tujuan akhir dan bukanlah jaminan bagi
perusahaan untuk dapat terus tumbuh dan bertahan dalam dunia persaingan yang
semakin kompetitif ini, sementara kesetiaan pelanggan-lah yang dapat menjamin
perusahaan dalam mengembangkan usahanya dan meraih keuntungan yang
berkelanjutan (Oliver, 1997) dalam Megan Divett dkk, 2003.
Adapula arahan indikator kesetiaan adalah tingkat pembelian ulang yang
berkesinambungan, persepsi kualitas secara keseluruhan dan tidak berniat untuk beralih
ke produk lain. Pelanggan yang puas akan dapat melakukan pembelian ulang pada
waktu yang akan datang dan memberitahukan kepada orang lain atas jasa yang
dirasakan. Loyalitas diartikan atas suatu produk atau layanan yang antara lain meliputi
kemungkinan pembelian lebih lanjut atau perubahan perjanjian layanan, atau sebaliknya
seberapa besar kemungkinan pelanggan akan beralih kepada merk lain atau penyedia
layanan lain.
Loyalitas bisa terbentuk apabila pelanggan merasa puas dengan merk atau tingkat
layanan yang diterima, dan berniat untuk terus melanjutkan hubungan. Pelanggan bisa
menjadi loyal karena adanya hambatan peralihan yang besar berkaitan dengan faktor-
faktor teknis, ekonomi, atau psikologis; yang dirasakan mahal atau sulit untuk beralih
kepada penyedia layanan yang lain.
13
BAB III
Studi Kasus dan Pembahasan
14
1.9 Gambaran Umum PT Garuda Indonesia Airlines
Garuda Indonesia adalah sebuah perusahaan milik Negara Republik Indonesia.
Garuda Indonesia berkantor pusat di Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta Pusat
Indonesia. Selain berpusat di Jakarta Garuda Indonesia juga memiliki kantor perwakilan
yang tersebar hampir seluruh kota besar di Indonesia dan juga kota-kota di luar negeri.
Garuda bukan hanya sebuah perusahaan penerbangan kecil tetapi merupakan
sebuah perusahaan yang besar dan juga merupakan beberapa anak perusahaan yang
bergerak dalam bisnis atau usaha pendukung bisnis penerbangan seperti PT. GMF Aero
Airlines (merupakan pusat pelayanan perawatan pesawat terbang), Aerowisata
(perusahaan yang bergerak dibidang jasa perhotelan, travel dan catering), PT. Abacus
(merupakan perusahaan penyedia layanan system reservasi untuk penerbangan) dan PT.
Gap Angkasa (Penyedia layanan ground handling dalam bisnis penerbangan).
Pada tanggal 26 Januari 1949 – pesawat RI – 001 Seulawah diterbangkan dari
Calcutta, India menuju Rangon sebagai penerbangan niaga untuk mengabdikan dan
mengenai misi komersial yang dilaksanakan oleh SEULAWAH tersebut, kemudian
peristiwa itu diperingati sebagai hari lahirnya Garuda Indonesia, yang pada saat itu.
Pada tanggal 1 Maret 1950 Garuda Indonesia baru dapat beroperasi dengan
sejumlah pesawat yang diterima pemerintah RI dari perusahaan penerbangan KLM.
Armada Garuda Indonesia yang pertama untuk melayani jaringan penerbangan di dalam
negeri terdiri dari 20 pesawat DC – 3/C- 47, 8 pesawat jenis PBY – Catalina Ambibi.
Untuk melebarkan sayapnya, Garuda kemudian mengadakan pembaruan armada untuk
melayani penerbangannya. Jaringan penerbangan Garuda Indonesia di perluas meliputi
seluruh wilayah RI, kecuali Irian Jaya, sedangkan di luar negeri menjangkau kota–kota
seperti Singapura, Bangkok dan Manila.
Garuda semakin berkembang dan seluruh pesawatnya kemudian terdiri dari
pesawat bermesin jet. Kekuatan armadanya berturut-turut ditambah dengan tipe-tipe
pesawat DC-10, MD. Boeing 747, 737, Airbus 300 dan 330. Kegiatan Garuda lainnya
mengangkut ribuan jemaah setiap tahunnya. Selain itu Garuda Indonesia juga
merupakan sarana angkutan bagi kunjungan resmi kepala Negara ke berbagai Negara.
Dalam penerbangan domestiknya, Garuda menerbangi hampir seluruh kota besar
di Indonesia diantaranya seperti Amper, Banda Aceh, Banjarmasin, Balikpapan, Batam,
Biak, Denpasar, Jakarta, Jayapura, Manado, Makasar, Medan, Padang, Palembang,
15
Pekanbaru, Pontianak, Semarang, Solo, Surabaya, Timika, dan Yogyakarta. Sedangkan
untuk melayani segmen pasar yang lebih rendah, Garuda juga memiliki konsep
penerbangan yang berbagai pada biaya murah yang bernama Garuda Citilink. Saat ini
Garuda Citilink melayani penerbangan ke Ampenan, Balikpapan, Bandung, Denpasar,
Gorontalo, Jakarta, Kendari, Palu, Surabaya, Tarakan, Ujung Pandang. Untuk
penerbangan internasional Garuda memiliki 23 destinasi (kota tujuan) yaitu Asia
(Bangkok, Beijing, Guangzhou/Canton, Ho Chi Minh City, Hongkong, Kuala Lumpur,
Seoul, Singapura, Shanghai. Jepang/Nagoya, Osaka, Tokyo). Australia (Adelaide,
Auckland, Darwin, Melbourne, Parth, Sydne). Midle East (Dhahran, Jeddah dan Riyadh).
Selain menerbangi kota-kota di seluruh dunia dengan armadanya sendiri. Garuda
juga bekerjasama dengan maskapai-maskapai penerbangan internasional lainnya dalam
hal joint service, passenger atau pelayanan pengkutan penumpang secara bersama.
1.10 Karakteristik Responden
1.10.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan data yang terkumpul dari 96 responden yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini diperoleh informasi mengenai karakteristik responden dari segi usia
sebagaimana disajikan pada tabel berikut:
No Usia (Tahun) Persentase (%)1 21 – 30 16,672 31 – 40 35,423 41 – 50 31,254 >50 16,66
Sumber : Hasil Penelitian,2008 (Data diolah) Dari Tabel 4.1 di atas, dapat dilihat usia responden yang menggunakan jasa
penerbangan PT. GIA sangat bervariasi. Mulai dari usia 21 tahun sampai dengan usia di atas 50 tahun. Jumlah responden yang dominan adalah usia 31 – 40 tahun yaitu sebanyak 34 orang (35,42%) serta responden yang berusia 41 – 50 tahun sebanyak 30 orang (31,25%). Hal ini menunjukkan bahwa penumpang memperhatikan fasilitas pesawat, Jaminan Asuransi, ketepatan waktu serta kesediaan para kru pesawat dalam menanggapi masalah yang sedang dihadapi penumpang PT.GIA.
1.10.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
16
No Jenis
Kelamin
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
1 Pria 49 51,04
2 Wanita 47 48,96
Jumlah 96 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2008 (Data diolah) Dari Tabel 4.2 di atas, menunjukkan bahwa
responden yang berjenis kelamin pria berjumlah 49 orang (51,04%) dan yang berjenis
kelamin wanita berjumlah 47 orang (48,96%). Hal ini menunjukkan adanya kesamaan
pikiran antara wanita dengan pria tentang kenyamanan, kepercayaan dan ketenangan
dalam hal menggunakan jasa penerbangan PT. GIA.
1.11 Jumlah dan Prosentase Jawaban Responden terhadap Variabel Reliability
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa jawaban responden mengenai
ketepatan menepati janji: Sangat Baik Sekali (31,3 %), Sangat Baik (41,7 %), Baik (20,8%),
Tidak Baik (3,1%), Sangat Tidak Baik (3,1 %). Dari jawaban responden tersebut lebih
dominann pelanggan memberi penilaian yang baik terhadap ketepatan menepati janji
yang dilakukan.
Jawaban responden mengenai ketepatan waktu yang dijanjikan: Sangat Baik Sekali
(41,7 %), Sangat Baik (35,4 %), Baik (18,85 %), Tidak Baik (2,1 %), Sangat Tidak Baik (2.1
%). Dari jawaban responden tersebut lebih dominan pelanggan memberi penilaian yang
baik terhadap ketepatan waktu yang dijanjikan.
Jawaban responden mengenai kesesuaian pelaksanaan: Sangat Baik Sekali (36,5 %),
Sangat Baik (31,3 %), Baik (26 %), Tidak Baik (3,1 %), Sangat Tidak Baik (3,1 %). Dari
jawaban responden tersebut lebih dominan pelanggan memberi penilaian yang baik
terhadap kesesuaian pelaksanaan.
Jawaban responden mengenai kepedulian: Sangat Baik Sekali (32,3 %), Sangat Baik (41,7
%), Baik (20,8 %), Tidak Baik (2,1 %), Sangat Tidak Baik (3,1 %). Dari jawaban responden
tersebut lebih dominan pelanggan memberi penilaian yang baik terhadap kepedulian
kepada pelanggannya.
Jawaban responden mengenai kesungguhan melayani: Sangat Baik Sekali (37,5 %),
Sangat Baik (40,6 %), Baik (17,7 %), Tidak Baik (2,1 %), Sangat Tidak Baik (2,1 %). Dari
jawaban responden tersebut lebih dominan pelanggan memberi penilaian yang baik
17
terhadap kesungguhan melayani pelanggannya.
1.12 Penjelasan Responden Terhadap Variabel Responsiveness
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa, Jawaban responden mengenai kejelasan informasi: Sangat Baik Sekali (22,9%), Sangat Baik (41,7 %), Baik (28,1%), Tidak Baik (4,2 %), Sangat Tidak Baik (3,1 %). Dari jawaban responden tersebut lebih dominan pelanggan memberi penilaian yang baik terhadap kejelasan informasi.
Jawaban responden mengenai kecepatan pelayanan: Sangat Baik Sekali (37,5 %), Sangat Baik (26 %), Baik (32,3 %), Tidak Baik (1 %), Sangat Tidak Baik (3,1 %). Dari jawaban responden tersebut lebih dominan pelanggan memberi penilaian yang baik terhadap kecepatan pelayanan.
Jawaban responden mengenai ketepatan pelayanan: Sangat Baik Sekali (34,4 %), Sangat Baik (32,3 %), Baik (29,2 %), Tidak Baik (2,1 %), Sangat Tidak Baik (2,1 %). Dari jawaban responden tersebut lebih dominan pelanggan memberi penilaian yang baik terhadap ketepatan pelayanan.
Jawaban responden mengenai kesediaan membantu: Sangat Baik Sekali (34,4 %), Sangat Baik (32,3 %), Baik (29,%), Tidak Baik (2,1 %), Sangat Tidak Baik (2,1 %). Dari jawaban responden tersebut lebih dominan pelanggan memberi penilaian yang baik terhadap kesediaan membantu.
Jawaban responden mengenai kesediaan menanggapi keluhan pelanggan: Sangat Baik Sekali (41,7%), Sangat Baik (31,3%), Baik (20,8 %), Tidak Baik (2,1 %), Sangat Tidak Baik (4,1 %). Dari jawaban responden tersebut lebih dominan pelanggan memberi penilaian yang baik terhadap kesediaan menanggapi keluhan pelanggan.
1.13 Jumlah dan Prosentase Jawaban Responden terhadap Variabel Assurance
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa, jawaban responden mengenai
kepercayaan: Sangat Baik Sekali (27,1%), Sangat Baik (42,7%), Baik (26 %), Tidak Baik (3,1
%), Sangat Tidak Baik (1 %). Dari jawaban responden tersebut lebih dominan pelanggan
memberi penilaian yang baik terhadap kepercayaan pada PT. Garuda Indonesia Airlines.
Jawaban responden mengenai rasa aman: Sangat Baik Sekali (32,3%), Sangat Baik
(35,4%), Baik (27,1 %), Tidak Baik (2,1 %), Sangat Tidak Baik (3,1 %). Dari jawaban
responden tersebut lebih dominan pelanggan memberi penilaian yang baik terhadap
rasa aman.
Jawaban responden mengenai kenyamanan: Sangat Baik Sekali (33.3%), Sangat Baik
(31,3%), Baik (29,2%), Tidak Baik (4,2%), Sangat Tidak Baik (2,1%). Dari jawaban
18
responden tersebut lebih dominan pelanggan memberi penilaian yang baik terhadap
kenyamanan.
Jawaban responden mengenai kesopanan para pegawai: Sangat Baik Sekali (46,9%),
Sangat Baik (25 %), Baik (25 %), Tidak Baik (2,1 %), Sangat Tidak Baik (1 %). Dari jawaban
responden tersebut lebih dominan pelanggan memberi penilaian yang baik terhadap
kesopanan para karyawan
Jawaban responden mengenai jaminan asuransi: Sangat Baik Sekali (46,9%), Sangat
Baik (27,1%), Baik (20,8 %), Tidak Baik (4,2 %), Sangat Tidak Baik (1 %). Dari jawaban
responden tersebut lebih dominan pelanggan memberi penilaian yang baik terhadap
jaminan asuransi.
1.14 Jumlah dan Prosentase Jawaban Responden terhadap Variabel Empathy
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa, jawaban responden mengenai
perhatian secara individual: Sangat Baik Sekali (34,4%), Sangat Baik (40,6%), Baik (15,6
%), Tidak Baik (4,2 %), Sangat Tidak Baik (5,2 %). Dari jawaban responden tersebut lebih
dominan pelanggan memberi penilaian yang baik terhadap perhatian secara individual.
Jawaban responden mengenai jam operasi: Sangat Baik Sekali (46,9%), Sangat Baik
(27,1%), Baik (21,9 %), Tidak Baik (1 %), Sangat Tidak Baik (3,1 %). Dari jawaban
responden tersebut lebih dominan pelanggan memberi penilaian yang baik terhadap
jam operasi.
Jawaban responden mengenai pemahaman kebutuhan secara spesifik: Sangat Baik
Sekali (40,6 %), Sangat Baik (31,2%), Baik (19,8 %), Tidak Baik (3,1 %), Sangat Tidak Baik
(5,2 %). Dari jawaban responden tersebut lebih dominan pelanggan memberi penilaian
yang baik terhadap pemahaman kebutuhan secara spesifik.
Jawaban responden mengenai membangun minat: Sangat Baik Sekali (56,3 %),
Sangat Baik (18,8%), Baik (15,6 %), Tidak Baik (7,3 %), Sangat Tidak Baik ( 2,1 %). Dari
jawaban responden tersebut lebih dominan pelanggan memberi penilaian yang baik
terhadap membangun minat pelanggan.
Jawaban responden mengenai kesesuaian jam kerja: Sangat Baik Sekali (56,3%),
Sangat Baik (22,9 %), Baik (13,5 %), Tidak Baik (2,1 %), Sangat Tidak Baik (5,2 %). Dari
jawaban responden tersebut lebih dominan pelanggan memberi penilaian yang baik
terhadap kesesuaian jam kerja.
19
1.15 Contoh Kasus Rumah Sakit Manisrenggo Klaten
Penelitian ini mengamati kualitas pelayanan dan kepuasan konsumen (pelanggan)
di Rumah Sakit Islam Manisrenggo Klaten. Latar belakang penelitiannya adalah untuk
mengetahui penilaian konsumen tentang kualitas pelayanan tenaga medis, paramedis,
dan penunjang medis, serta kepuasan yang dapat dirasakannya. Hal ini penting sebagai
acuan dalam pembenahan pelayanan agar dapat memberikan kepuasan optimal.
Kepuasan pelanggan telah menjadi konsep sentral dalam wacana bisnis dan
manajemen (Tjiptono dan Chandra, 2005: 192). Pelanggan umumnya mengharapkan
produk berupa barang atau jasa yang dikonsumsi dapat diterima dan dinikmatinya
dengan pelayanan yang baik atau memuaskan (Assauri, 2003: 28). Kepuasan pelanggan
dapat membentuk persepsi dan selanjutnya dapat memposisikan produk perusahaan di
mata pelanggannya.
Kualitas merupakan inti kelangsungan hidup sebuah lembaga. Gerakan revolusi
mutu melalui pendekatan manajemen mutu terpadu menjadi tuntutan yang tidak boleh
diabaikan jika suatu lembaga ingin hidup dan berkembang, Persaingan yang semakin
ketat akhir-akhir ini menuntut sebuah lembaga penyedia jasa/layanan untuk selalu
memanjakan konsumen/pelanggan dengan memberikan pelayanan terbaik. Para
pelanggan akan mencari produk berupa barang atau jasa dari perusahaan yang dapat
memberikan pelayanan yang terbaik kepadanya (Assauri, 2003: 25).
Rumah Sakit Islam Manisrenggo Klaten merupakan sebuah lembaga bisnis yang
bergerak di bidang jasa pelayanan kesehatan. Rumah sakit ini mempekerjakan 36
karyawan. Fasilitas pelayanan yang disediakan meliputi Instalasi Gawat Darurat (IGD) 24
jam, rawat jalan, rawat inap, persalinan 24 jam, poli umum, poli gigi, KIA/KB, praktek
dokter spesialis, laboratorium klinik, rongsen, rekam jantung, dokter detak jantung janin,
dan ambulan. Rumah sakit tersebut merupakan salah satu dan beberapa rumah sakit di
kabupaten Klaten.
Masalah utama sebagai sebuah lembaga jasa pelayanan kesehatan yang banyak
pesaingnya. Oleh karena itu, Rumah Sakit Islam Manisrenggo Klaten dituntut untuk
selalu menjaga kepercayaan konsumen dengan meningkatkan kualitas pelayanan agar
kepuasan konsumennya meningkat. Pihak rumah sakit perlu secara cermat menentukan
kebutuhan konsumen sebagai upaya untuk memenuhi keinginan dan meningkatkan
20
kepuasan atas pelayanan yang diberikan. Menjalin hubungan dan melakukan penelitian
terhadap mereka perlu dilakukan agar pelayanan yang diberikan sesuai dengan yang
diharapkan. Hal inilah yang disebut orientasi pada konsumen.
Data pasien bulan April 2001 sampai dengan April 2005 menunjukkan bahwa
jumlah setiap bulannya mengalami pasang surut, kadang-kadang naik atau sebaliknya.
Hal ini mengindikasikan adanya kemungkinan ketidakpuasan pasien dengan pelayanan
yang diberikan. Fakta dan uraian tersebut di atas selanjutnya memotivasi penelitian
tentang pengaruh kualitas pelayanan medis, kualitas pelayanan paramedis, dan kualitas
pelayanan penunjang medis terhadap kepuasan konsumen di Rumah Sakit Islam
Manisrenggo Klaten. Hal ini penting untuk memperkirakan keinginan dan harapan
konsumen agar pelayanan yang disediakan bisa memberikan kepuasan optimal dan
akhirnya konsumen menjadi loyal.
Kepuasan bisa diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu
memadai (Tjiptono dan Chandra, 2005: 195). Menurut Oliver (dalam Barnes, 2003: 64)
kepuasan adalah tanggapan pelanggan atas terpenuhinya kebutuhan; sedangkan Kotler
(2003: 61) mendefinisikan kepuasan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang
yang dialami setelah membandingkan antara persepsi kinerja atau hasil suatu produk
dengan harapan-harapannya.
Beberapa perusahaan yang paling berhasil saat ini sedang meningkatkan harapan
dan memberikan kinerja yang sesuai. Perusahaan-perusahaan ini sedang menuju ke TCS-
kepuasan pelanggan total (Kotler, 2003: 62). Konsep TCS (Total Customer Satisfaction)
menekankan pentingnya sasaran dan kepuasan tinggi atau sangat puas agar
konsumennya tidak mudah tergiur dengan tawaran lain. Menurut Wahyuddin dan
Muryati (2001: 192) bagi perusahaan-perusahaan yang berwawasan pelanggan,
kepuasan adalah sasaran sekaligus kiat pemasaran. Ada berbagai perangkat untuk
melacak dan mengukur kepuasan pelanggan, yaitu sistem keluhan dan saran, survei
kepuasan pelanggan, belanja siluman, dan analisis pelanggan yang hilang.
Menurut Gummesson (dalam Tjiptono dan Chandra, 2005: 10) menekankan bahwa
jasa merupakan sesuatu yang bisa dipertukarkan namun kerapkali sulit dialami atau
dirasakan secara fisik. Sejalan dengan itu, Kotler (2003: 444) menyatakan jasa adalah
setiap tindakan atau manfaat yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain
yang pada esensinya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan sesuatu.
21
Produksinya dapat atau tidak dapat dikaitkan dengan suatu produk fisik. Ada empat
karakteristik jasa yang sangat mempengaruhi rancangan program pemasarannya, yaitu
tidak berwujud, tidak terpisahkan, bervariasi, dan mudah lenyap.
Ada dua pihak yang terlibat dalam proses jasa/pelayanan, yaitu penyedia layanan
(pelayan) dan konsumen (yang dilayani). Munurut Wahyuddin dan Muryati (2001: 191),
dalam pelayanan yang disebut konsumen (customer) adalah masyarakat yang mendapat
manfaat dari aktivitas yang dilakukan oleh organisasi atau petugas dari organisasi
pemberi layanan tersebut.
Terdapat lima penentu mutu jasa. Menurut tingkat kepentingannya, jasa dapat
dibedakan menjadi: (1) keandalan, yaitu kemampuan untuk memberikan jasa yang
dijanjikan secara terpercaya dan akurat; (2) daya tangkap, yakni kemauan (daya
tanggap) untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa secara cepat; (3) kepastian,
yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka untuk
menimbulkan perlindungan dan kepercayaan; (4) empati, yaitu kemauan untuk peduli
dan memberi perhatian secara individu kepada pelanggan; dan (5) bukti fisik, yaitu
penampilan fasilitas fisik, peralatan, pegawai, dan materi komunikasi (Parasuraman,
et.al. dalam Kotler, 2003: 455).
Hasil penelitian sebelumnya sebagaimana dilaporkan oleh Hendrajana (2005)
tentang pengaruh kualitas pelayanan medis, paramedis, dan penunjang medis terhadap
kepuasan pelanggan rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh signifikan antara berbagai variabel kualitas pelayanan terhadap
kepuasan pelanggan rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Penelitian dengan itu, Rais (2003) dalam penelitiannya menguji pengaruh kualitas
pelayanan, fasilitas rumah sakit, biaya berobat rawat inap, dan afiliasi agama terhadap
keputusan konsumen dalam memilih rumah sakit untuk berobat rawat inap di RS PKU
Muhammadlyah. Hasilnya menunjukkan bahwa semua variabel tersebut mempunyai
pengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen dalam memilih rumah sakit untuk
berobat rawat inap.
Wahyuddin dan Muryati (2001) dalam penelitiannya menguji faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan pelanggan Perusahan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten
Klaten. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara variabel
atribut produk, pelayanan, dan harga terhadap kepuasan pelanggan. Variabel atribut
22
produk dan pelayanan memiliki arah hubungan positif sedangkan harga arah
hubungannya negatif.
Susanto (2001) dalam penelitiannya menguji faktor-faktor yang mempengaruhi
kepuasan nasabah BPR BKK Karangmalang Kabupaten Sragen. Hasilnya menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh signifikan antara variabel produk, pelayanan, fasilitas, lokasi,
dan keamanan terhadap kepuasan pelanggan/nasabah.
Gunawan (2003) dalam penelitiannya yang menguji pengaruh kualitas pelayanan
dengan lima dimensi service quality for retail store (physical aspect, reliability, personal
interaction, problem solving, dan policy) terhadap kepuasan pelanggan di Supermarket
Cempaka Delanggu Klaten. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan
antara lima dimensi service quality for retail store terhadap kepuasan pelanggan.
Muhaemin (2005) dalam penelitiannya menguji faktor-faktor yang mempengaruhi
kepuasan nasabah PT. Bank BPD Jateng Cabang Surakarta. Hasilnya menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh signifikan antara variabel keandalan, ketanggapan, dan kepastian
terhadap kepuasan nasabah; sedangkan pengaruh variabel ketegasan dan keperwujudan
terhadap kepuasan nasabah tidak signifikan.
Persoalannya adalah bagaimanakah pengaruh kualitas pelayanan medis, kualitas
pelayanan paramedis, dan kualitas pelayanan penunjang medis terhadap kepuasan
konsumen/pelanggan di Rumah Sakit Islam Manisrenggo Klaten. Penyelesaian terhadap
masalah ini dapat menggunakan dapat digunakan sebagai acuan bagi praktisi dan bagi
pimpinan Rumah Sakit Islam Manisrenggo Klaten untuk pembenahan kualitas
pelayanannya.
Berdasarkan rumusan permasalahan dan temuan di atas sehingga hipotesis
alternatif yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1: Ada
pengaruh signfikan antara kualitas pelayanan medis terhadap kepuasan konsumen di
Rumah Sakit Islam Manisrenggo Klaten. H2: Ada pengaruh signifikan antara kualitas
pelayanan paramedis terhadap kepuasan konsumen di Rumah Sakit Islam Manisrenggo
Klaten. H3: Ada pengaruh signifikan antara kualitas pelayanan penunjang medis
terhadap kepuasan konsumen di Rumah Sakit Islam Manisrenggo Klaten.
1.16 Contoh Kasus Kompetisi Nokia dan Samsung
23
Beberapa waktu lalu Nokia dikenal sebagai raja di pasar ponsel. Selama bertahun-
tahun, Nokia memuncaki pasar ponsel karena dikenal sebagai ponsel yang user-friendly
(mudah digunakan). Setelah itu, posisi Nokia sebagai raja penjualan ponsel disalip Apple
Inc., yang menelurkan ponsel pintar iPhone.Bahkan, posisi Nokia di runner up penjualan
ponsel pun kini disalip produsen ponsel asal Korea Selatan, Samsung. Meroketnya
Samsung di pasar penjualan ponsel diketahui berdasarkan hasil studi Strategi Analytics.
Seperti dikutip dari laman CNNMoney, pertumbuhan Samsung mencapai 520
persen dalam beberapa tahun terakhir. Pesatnya pertumbuhan ini juga berkat penjualan
Galaxy S II, yang laku keras di pasar ponsel dunia, namun belum beredar di Amerika
Serikat. Rencananya, Samsung Galaxy S II sendiri baru akan dijual di AS dalam kuartal
ketiga tahun ini. Tentu ini diharapkan Samsung dapat meningkatkan lagi penjualan
ponsel yang berbasis Android tersebut. Selama ini Apple iPhone berhasil merajai pasar
ponsel karena hampir tidak ada saingan di Amerika Serikat.
Adapun penjualan Nokia jatuh hingga mencapai 20 persen tahun lalu, berdasarkan
survei IDC. Ini tentu mengkhawatirkan produsen ponsel asal Finlandia ini, karena
Samsung akan berjuang keras melawan dominasi Nokia di dua kawasan yang selalu
dirajai Nokia, yaitu Eropa dan Cina.Tentu runtuhnya dominasi Nokia di pasar penjualan
ponsel bukan kejutan besar. Selama ini, Nokia memang masih dalam fase transisi untuk
mengubah dan mengembangkan sistem operasinya. Jika sebelumnya Nokia
menggunakan sistem operasi Symbian, saat ini Nokia masih mengembangkan sistem
operasi Windows Phone 7.
Namun, transisi sistem operasi Nokia juga bukan jaminan. Selama ini, ponsel
berbasis Windows tidak menunjukkan hasil yang mengagumkan. Karena itu harus perlu
dilihat, seperti apa manfaat pernikahan Nokia dengan Microsoft di pasar penjualan
ponsel."Merosotnya pasar fitur untuk ponsel sangat mempengaruhi sejumlah produsen
ponsel. Raksasa seperti Nokia mengalami kehilangan peran di kategori fitur untuk
ponsel," kata peneliti IDC, Kevin Restivo, seperti dikutip dari laman CNN.Namun, nasib
Nokia masih lebih beruntung jika dibandingkan Motorola atau produsen Blackberry,
RIM. Motorola mengalami kerugian sebesar US$56 juta dalam kuartal terakhir.
Kejatuhan Motorola diprediksi karena menunda peluncuran smartphone 4G-nya.Selain
itu, Motorola juga dinilai gagal dalam memasarkan komputer tablet, Xoom. Walau
menjadi komputer tablet pertama berbasis Android Honeycomb, Xoom hanya berhasil
24
terjual 440.000 tablet dalam kuartal ini. Ini tentu saja berbeda jauh degan Apple yang
berhasil menjual 9,25 juta tablet iPad di kuartal ini.Sedangkan, RIM harus mengurangi
tenaga kerja hingga 10 persen minggu lalu. Ini dilakukan RIM sebagai pemangkas ongkos
produksi dan agar lebih fokus dalam strategi. Sebelumnya, Blackberry memang merajai
pasar Amerika Utara, namun RIM kesulitan menguasai pasar di kawasan lain.
BAB IV
Penutup
1.17 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa terdapat keterkaitan antara pelayanan yang ditawarkan
oleh suatu perusahaan, apapun jenis industrinya, dengan kepuasan dan loyalitas
konsumen. Jenis pelayanan terbaik yang dapat ditawarkan oleh suatu perusahaan
tentunya mempengaruhi reaksi pelanggan terhadap produk tersebut.
Bila pelanggan merasa puas dengan pelayanan yang diberikan, besar kemungkinan
pelanggan tersebut akan kembali lagi dan menciptakan pelanggan-pelanggan baru yang
25
memiliki loyalitas tinggi. Hal ini tentunya memiliki peran besar dalam meingkatkan
keuntungan perusahaan.
1.18 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan dapat dijadikan acuan bagi data
yang ada di dalam makalah ini, jelas terbukti bahwa terjadi keterkaitan antara kepuasan
konsumen dengan layanan yang diberikan oleh perusahaan atau produsen.
Ada baiknya produsen selalu memberikan layanan yang terbaik bagi konsumennya,
karena selain dapat meningkatkan rasa puas dan akan berlanjut pada efek peningkatan
loyalitas konsumen, hal ini juga dapat memberikan keuntungan bagi produsen itu
sendiri. Di samping itu, pemberian layanan terbaik kepada konsumen adalah salah satu
dari sekian uasaha pemenuhan hak konsumen.
Saran yang diberikan oleh penulis adalah, ada baiknya selain berusaha untuk
meningkatkan keuntungan, perusahan pun berusaha untuk memenuhi hak konsumen
dan juga mau mendengarkan keluhan konsumen melalui banyak cara yang sekarang
sudah diwujudkan oleh banyak perusahaan seperti layanan call center. Bila hal ini terus
ditingkatkan, maka kepuasan konsumen dan loyalitasnya pun akan dengan mudah
terwujud.
DAFTAR PUSTAKA
www.google.co.id
www.slideshare.net
http://eprints.undip.ac.id/15609/1/Haidir_Harun.pdf
http://eprints.upnjatim.ac.id/197/1/File_1.pdf
26