5996-9691-1-PB.pdf

9
145 Yoghurt Sinbiotik Berbasis Probiotik Lokal Dapat Mencegah Diare dan Mengubah Status Hematologi Tikus (SYNBIOTIC YOGHURT BASED ON INDIGENOUS PROBIOTIC: IT’S EFFECT ON DIARRHEA AND HEMATOLOGICAL STATUS IN RATS) Made Astawan 1 , Tutik Wresdiyati 2 , Suliantari 1 , Yenni MS Nababan 1 1 Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Dramaga, Bogor 16680, Telp.Fax (0251) 8626725, email: [email protected] 2 Laboratorium Histologi, Fisiologi, dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, IPB, Bogor ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati pengaruh pemberian yoghurt sinbiotik fungsional (yang dibuat dari probiotik indigenus + frukto oligosakarida/FOS) pada tikus yang diinfeksi dengan bakteri Enteropathogenic Escherichia coli (EPEC), dan juga untuk melacak pengaruhnya terhadap status hematologi tikus percobaan. Sebanyak 25 ekor tikus jantan Sprague Dawley digunakan dalam penelitian ini, yang terbagi atas lima kelompok perlakuan, yaitu: (1) kontrol negatif, (2) kontrol positif, (3) yoghurt sinbiotik, (4) yoghurt sinbiotuk + EPEC, dan (5) yoghurt prebiotik konvensional. Yoghurt diberikan secara oral menggunakan sonde sejak hari ke-1 sampai ke-21, dengan populasi bakteri asam laktat 10 9 cfu/mL. Infeksi EPEC dilakukan secara oral menggunakan sonde sejak hari ke-8 sampai ke-14, dengan populasi 10 7 cfu/mL. Pada hari ke-22 dilakukan pengambilan darah tikus dan dilakukan analisis hematologi (eritrosit, hematokrit, hemoglobin, trombosit, dan leukosit). Infeksi EPEC menyebabkan diare, baik pada tikus kelompok kontrol positif maupun kelompok yoghurt sinbiotik + EFEC. Kelompok tikus kontrol positif memiliki nilai trombosit, hematokrit, dan leukosit paling tinggi dan berbeda sangat nyata (p<0.01) dengan kelompok tikus lainnya. Perlakuan tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap jumlah eritrosit dan hemoglobin tikus. Pemberian yoghurt sinbiotik (baik pada kelompok yoghurt sinbiotik maupun kelompok yoghurt sinbiotik + EPEC), secara sangat nyata dapat menurunkan nilai leukosit, trombosit dan hematokrit tikus percobaan Kata kunci: yoghurt sinbiotik, EPEC, FOS, hematologi ABSTRACT The objective of this study was to observe the effect of functional synbiotics yoghurt (made of indigenous probiotic + oligofructosaccharides) in rats that were infected with Enteropathogenic Escherichia coli (EPEC), and to detect its effect on hematological status. A total of 25 male Sprague Dawley rats were used in this study and divided into five treatment groups: (i) negative-control; (ii) positive-control; (iii) synbiotic yoghurt; (iv) synbiotic yoghurt + EPEC; and (v) conventional prebiotic yoghurt. Yoghurt (10 9 cfu/ mL lactic acid bacteria) was given orally using feeding tube at day one until day 4. At day 8 – day 14 animals were infected with EPEC (10 7 cfu/mL) orally using feeding tube; at day 22 blood samples were collected for hematology analysis (erythrocytes, hematocrit (Hct), hemoglobulin (Hb), platelets, and leucocytes). Post infection with the EPEC diarrhea was developed in rats both in the control positive groups and in the synbiotic yoghurt + EPEC group. Animals in the positive-control group had a significantly higher thrombocytes and leucocytes counts and Hct compared to that in animals in the other groups (P<0.01). Whereas there were no significant effect on the erythrocytes counts and Hb (P>0.05). The treatment with synbiotic yoghurt, in both synbiotic yoghurt only and synbiotic yoghurt + EPEC groups significantly reduced the platelets and leucocytes counts and Hct of rats Keywords: synbiotic yoghurt, EPEC, hematology. Jurnal Veteriner Juni 2012 Vol. 13 No. 2: 145-153 ISSN : 1411 - 8327

Transcript of 5996-9691-1-PB.pdf

Page 1: 5996-9691-1-PB.pdf

145

Yoghurt Sinbiotik Berbasis Probiotik Lokal DapatMencegah Diare dan Mengubah Status Hematologi Tikus

(SYNBIOTIC YOGHURT BASED ON INDIGENOUS PROBIOTIC: IT’S EFFECT ONDIARRHEA AND HEMATOLOGICAL STATUS IN RATS)

Made Astawan1, Tutik Wresdiyati2, Suliantari1, Yenni MS Nababan1

1 Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian,Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Dramaga, Bogor 16680,

Telp.Fax (0251) 8626725, email: [email protected] Histologi, Fisiologi, dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, IPB, Bogor

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati pengaruh pemberian yoghurt sinbiotik fungsional(yang dibuat dari probiotik indigenus + frukto oligosakarida/FOS) pada tikus yang diinfeksi dengan bakteriEnteropathogenic Escherichia coli (EPEC), dan juga untuk melacak pengaruhnya terhadap status hematologitikus percobaan. Sebanyak 25 ekor tikus jantan Sprague Dawley digunakan dalam penelitian ini, yangterbagi atas lima kelompok perlakuan, yaitu: (1) kontrol negatif, (2) kontrol positif, (3) yoghurt sinbiotik,(4) yoghurt sinbiotuk + EPEC, dan (5) yoghurt prebiotik konvensional. Yoghurt diberikan secara oralmenggunakan sonde sejak hari ke-1 sampai ke-21, dengan populasi bakteri asam laktat 109 cfu/mL.Infeksi EPEC dilakukan secara oral menggunakan sonde sejak hari ke-8 sampai ke-14, dengan populasi107 cfu/mL. Pada hari ke-22 dilakukan pengambilan darah tikus dan dilakukan analisis hematologi(eritrosit, hematokrit, hemoglobin, trombosit, dan leukosit). Infeksi EPEC menyebabkan diare, baik padatikus kelompok kontrol positif maupun kelompok yoghurt sinbiotik + EFEC. Kelompok tikus kontrolpositif memiliki nilai trombosit, hematokrit, dan leukosit paling tinggi dan berbeda sangat nyata (p<0.01)dengan kelompok tikus lainnya. Perlakuan tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap jumlah eritrositdan hemoglobin tikus. Pemberian yoghurt sinbiotik (baik pada kelompok yoghurt sinbiotik maupunkelompok yoghurt sinbiotik + EPEC), secara sangat nyata dapat menurunkan nilai leukosit, trombositdan hematokrit tikus percobaan

Kata kunci: yoghurt sinbiotik, EPEC, FOS, hematologi

ABSTRACT

The objective of this study was to observe the effect of functional synbiotics yoghurt (made ofindigenous probiotic + oligofructosaccharides) in rats that were infected with Enteropathogenic Escherichiacoli (EPEC), and to detect its effect on hematological status. A total of 25 male Sprague Dawley rats wereused in this study and divided into five treatment groups: (i) negative-control; (ii) positive-control; (iii)synbiotic yoghurt; (iv) synbiotic yoghurt + EPEC; and (v) conventional prebiotic yoghurt. Yoghurt (109 cfu/mL lactic acid bacteria) was given orally using feeding tube at day one until day 4. At day 8 – day 14animals were infected with EPEC (107 cfu/mL) orally using feeding tube; at day 22 blood samples werecollected for hematology analysis (erythrocytes, hematocrit (Hct), hemoglobulin (Hb), platelets, andleucocytes). Post infection with the EPEC diarrhea was developed in rats both in the control positivegroups and in the synbiotic yoghurt + EPEC group. Animals in the positive-control group had a significantlyhigher thrombocytes and leucocytes counts and Hct compared to that in animals in the other groups(P<0.01). Whereas there were no significant effect on the erythrocytes counts and Hb (P>0.05). The treatmentwith synbiotic yoghurt, in both synbiotic yoghurt only and synbiotic yoghurt + EPEC groups significantlyreduced the platelets and leucocytes counts and Hct of rats

Keywords: synbiotic yoghurt, EPEC, hematology.

Jurnal Veteriner Juni 2012 Vol. 13 No. 2: 145-153ISSN : 1411 - 8327

Page 2: 5996-9691-1-PB.pdf

146

PENDAHULUAN

Saluran pencernaan merupakan organ yangpenting, baik secara fisiologi mau punmikrobiologi (Tamime et al., 2005). Lebih dari400 spesies bakteri ada di dalam usus manusia.Seluruh mikrob tersebut membentuk 100 triliunmikroflora normal yang hidup dari hari ke hari.Masing-masing mikroflora usus mensekresikanenzim yang mampu mengubah makanan dalamsaluran pencernaan menjadi senyawa yangmenguntungkan dan merugikan.

Diare merupakan salah satu masalahkesehatan masyarakat yang cukup komplekskarena jika tidak ditangani dengan baik, dapatmemengaruhi pertahanan tubuh penderita,yang pada akhirnya dapat menimbulkankematian. Penyebab diare terbesar adalah infeksidan intoksikasi. WHO melaporkan ada sekitar4 miliar kasus diare infeksi setiap tahun dengantingkat mortalitas 3-4 juta/tahun (Zein et al,2004). Berbagai penelitian telah membuktikanbahwa secara in vitro bakteri probiotik galurLactobacillus dan Bifidodobacterium dapatmenghambat penempelan dan invasi bakterienteropatogen penyebab diare, sepertiEnteropatogenik Escherichia coli (EPEC) danSalmonella thypimurium.

Arief et al., (2008) telah mendapatkanbeberapa isolat bakteri asam laktat (BAL)probiotik lokal yang diisolasi dari daging sapiyang dipasarkan di daerah Bogor. Penelitianuntuk menguji potensi isolat BAL temuan Ariefet al., (2008) sebagai antidiare danimunomodulator telah dilakukan oleh Astawanet al., (2011a) dan Astawan et al., (2011b).Berdasarkan penelitian tersebut telahdidapatkan bakteri probiotik lokal terbaiksebagai antidiare dan imunomodulator, yaitu L.fermentum 2B4. Lebih lanjut, bakteri L.fermentum 2B4 tersebut perlu diaplikasikanpada produk pangan fermentasi. PenelitianAstawan et al., (2011c) menunjukkan bahwaaplikasi L. fermentum 2B4 menghasilkanyoghurt dengan karakteristik yang baik..

Fungsi darah dapat terganggu bilaparameter darah tidak normal, sehinggamenimbulkan penyakit atau gangguan padadarah dan fungsi darah, yang pada gilirannyadapat mengganggu organ lain. Walaupun targetutama bakteri probiotik adalah saluranpencernaan, namun beberapa penelitianmembuktikan bahwa efek imunomodulatorprobiotik terhadap gambaran hematologi dapatdijelaskan secara sistematik. Bakteri probiotik

yang diberikan secara oral mampumemengaruhi sistem metabolisme tubuh(Hattingh dan Viljoen, 2001), termasuk jugastatus hematologi (Aboderin dan Oyetayo, 2006)

Tujuan umum penelitian ini adalahmengaplikasikan bakteri asam laktat probiotiklokal, yaitu Lactobacillus fermentum 2B4 dalampembuatan yoghurt sinbiotik fungsional yangbersifat sebagai antidiare dan imunomodulator.Tujuan khususnya adalah untuk mengetahuipengaruh pemberian yoghurt sinbiotik terhadapkemampuan mencegah diare dan perbaikanstatus hematologi (eritrosit, leukosit,hemoglobin, trombosit dan hematokrit) tikuspercobaan.

METODE PENELITIAN

Bahan utama yang digunakan dalampenelitian adalah tikus percobaan galur SpragueDawley, umur 5-6 minggu, jenis kelamin jantan,dengan kisaran bobot badan awal 80-100 g. Tikustersebut diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka–Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepadaMasyarakat IPB. Ransum yang digunakanterdiri atas pati jagung, kasein, campuranmineral, campuran vitamin, air, minyak jagung,dan carboximethylcelulose (CMC).

Yoghurt sinbiotik dibuat denganmenggunakan isolat Lactobacillus bulgaricus,Streptococcus thermophilus, dan Lactobacillusfermentum 2B4, yang ditambah dengan 5% FOS(Astawan et al., 2011c). Sebagai pembandingdigunakan yoghurt prebiotik konvensional yangdibuat dengan menggunakan isolat L.bulgaricus dan S. thermophilus, dan ditambah5% FOS. Untuk membuat tikus diarediinfeksikan isolat EPEC.

Hewan Percobaan dan PengambilanSampel

Tikus dibagi dalam lima kelompokperlakuan (Tabel 1). Infeksi EPEC dilakukandengan populasi 107 cfu/mL sebanyak 1 mL perhari selama tujuh hari (hari ke-8 sampai ke-14), secara oral menggunakan sonde. Selamapercobaan, semua kelompok tikus diberi pakanransum standar (kasein sebagai sumberprotein).

Pemberian yoghurt sinbiotik dilakukanselama tiga minggu penuh, yaitu dari hari ke-1hingga ke-21. Yoghurt diberikan secara oralmenggunakan sonde sebanyak 1 mL/hari(dengan populasi BAL sebanyak 109 cfu/mL)

Astawan et al Jurnal Veteriner

Page 3: 5996-9691-1-PB.pdf

147

sejak hari ke-1 sampai ke-21. Pada hari ke-22tikus dikorbankan nyawanya dengan caradislokasio cervicalis. Darah diambil darijantung dengan menggunakan syringesebanyak 3 ml dan dimasukkan ke dalamtabung yang berisi ethylenediamine-tetraaceticacid untuk analisis hematologi. Prosespengambilan sampel darah dilakukan melaluiproses pembedahan, karena selain sampel darah,organ-organ lain (hati, ginjal, limpa dan usushalus) juga diambil untuk membuat sediaanhistologi yang tidak dibahas dalam tulisan ini.

Kejadian Diare pada Tikus TerinfeksiEPEC

Kejadian diare tikus percobaan dapatdiamati dengan cara mengukur kadar air fesesyang dikumpulkan pada hari ke-20. Penentuankadar air feses dilakukan dengan metode dariAssociation of Official Agricultural Chemist(AOAC, 1995).

Analisis HematologiAnalisis hematologi dilakukan sesuai

metode Aboderin dan Oyetayo (2006). Proseduranalisisnya sebagai berikut: sampel darahdimasukkan ke dalam tabung yang berisi EDTA.Analisis dilakukan dengan menggunakan alatHemavet HV950FS multispecies hematologyanalyzer. Parameter yang dianalisis adalah:jumlah eritrosit, nilai hematokrit, kadarhemoglobin, jumlah leukosit, dan jumlahtrombosit.

Rancangan PercobaanPenelitian ini menggunakan rancangan

acak lengkap, dengan lima perlakuan dan lima

ulangan. Data dianalisis keragamannya danjika terdapat perbedaan yang nyata akan diujilebih lanjut dengan uji beda Duncan (Steel danTorrie, 1995).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Terjadinya Diare pada Tikus TerinfeksiEPEC

Sifat antidiare dari yoghurt sinbiotikditunjukkan oleh tampilan feses dan kadar airfeses tikus percobaan. Berdasarkan hasilpengamatan, tikus percobaan mulai mengalamidiare pada hari ke-6 setelah infeksi EPECpertama dilakukan. Hasil pengamatan terhadaptampilan feses tikus percobaan disajikan padaTabel 2.

Menurut Hartanti (2010), kriteria diaretikus percobaan dibagi menjadi lima golongan,yaitu: (a) tanda feses normal (feses berbentukbulat atau lonjong, berwarna hitam, dankeras), (b) tanda diare skor 1 (feses berbentukbulat atau lonjong, berwarna hitam, dan agaklembek), (c) tanda diare skor 2 (feses berbentukbulat atau lonjong, berwarna hitam, danlembek), (d) tanda diare skor 3 (feses tidakberbentuk bulat maupun lonjong, berwarnaagak kecoklatan, sangat lembek, hingga muncullendir), dan (e) tanda diare skor 4 (feses cair,tidak berbentuk, berwarna coklat, hinggamuncul lendir). Kondisi feses yang dinyatakandiare adalah feses dengan tanda diare skor 3 dan4, sedangkan feses dengan tanda diare skor 1dan 2 masih dinyatakan feses normal.

Meskipun mengalami perlakuan infeksiEPEC, tampilan feses tikus kelompok yoghurt

Tabel 1. Kelompok tikus percobaan berdasarkan perlakuan yang diberikan

Kelompok Tikus Perlakuan

Kontrol negatif Tikus normal yang dicekok akuadesKontrol positif Tikus yang diinfeksi EPECYoghurt sinbiotik Tikus yang dicekok yoghurt sinbiotikYoghurt sinbiotik + EPEC Tikus yang dicekok yoghurt sinbiotik dan diselingi infeksi EPECYoghurt prebiotik konvensional Tikus yang dicekok yoghurt prebiotik konvensional

Keterangan:. Yoghurt diberikan secara oral menggunakan sonde sebanyak 1 mL/hari, sejak hari ke-1 sampai ke-22,

dengan populasi BAL 109 cfu/mL.- Infeksi EPEC dilakukan secara oral menggunakan sonde sebanyak 1 mL/hari, sejak hari ke-8 sampai

ke-14, dengan populasi EFEC 107 cfu/mL.- Terminasi tikus dilakukan masing-masing terhadap 5 ekor tikus pada hari ke-22

Jurnal Veteriner Juni 2012 Vol. 13 No. 2: 145-153

Page 4: 5996-9691-1-PB.pdf

148

sinbiotik + EPEC tergolong feses normal.Sebaliknya, tikus kontrol positif (diberi EPECtanpa yoghurt sinbiotik) menunjukkan gejaladiare. Hal tersebut memperlihatkan bahwayoghurt sinbiotik memiliki sifat antidiare.Probiotik dapat mencegah diare dengan caramenghambat pertumbuhan bakteri patogenmelalui produksi bakteriosin dan berkompetisidengan patogen untuk berikatan dengan selepitel (De Roos dan Katan, 2000).

Menurut Lee dan Salminen (2009),mikroflora dari orang sehat selalu dalam kondisiaktif secara metabolik dan berperan dalammekanisme pertahanan tubuh. MenurutZubillaga et al., (2001), probiotik dapat menjagakeseimbangan mikroflora kolon melaluiresistensi kolonisasi. Resistensi kolonisasitersebut merupakan suatu cara yang dilakukanoleh probiotik untuk menghambat kolonisasioleh bakteri lain, yaitu melalui kompetisi dalam

nutrisi atau sisi penempelan, penurunan pH,dan produksi komponen antimikroba(McCracken dan Gaskins, 1999). Dengandemikian, dalam keadaan tubuh normal (sehat),baik yoghurt sinbiotik maupun yoghurtprebiotik konvensional, mampu menjagakesehatan tubuh.

Berdasarkan pengamatan diketahui adanyakorelasi positif antara kadar air dan penampakanfeses. Tikus kelompok kontrol negatif, kelompokyoghurt sinbiotik, dan kelompok yoghurtprebiotik konvensional memperlihatkan kadarair feses yang tidak berbeda nyata yaitu 55,94;56,01; dan 63,62% (Tabel 3). Tikus kelompokkontrol positif memiliki kadar air feses yangnyata (p<0,05) lebih tinggi (66,87%)dibandingkan tikus kelompok kontrol negatif(55,94%) dan kelompok yoghurt sinbiotik(56,01%), serta menunjukkan tampilan fesesdiare. Hal tersebut berarti bahwa infeksi EPEC

Tabel 2. Tampilan feses tikus percobaan

Perlakuan Tampilan Feses Kriteria Diare Kategori Feses

Kontrol negatif - Berbentuk lonjong Feses normal Feses normal- Berwarna hitam- Keras

Yoghurt sinbiotik - Berbentuk lonjong Feses normal Feses normal- Berwarna hitam- Keras

Yoghurt sinbiotik - Berbentuk lonjong Tanda diare Feses diare+ EPEC - Berwarna hitam skor 2

- LembekKontrol positif - Tidak berbentuk bulat Tanda diare Feses diare

ataupun lonjong skor 3- Berwarna agak kecoklatan- Lembek

Yoghurt prebiotik - Berbentuk lonjong Tanda diare Feses normalkonvensional - Berwarna hitam skor 1

- Agak lembek

Tabel 3. Kenaikan berat badan selama 21 hari percobaan dan kadar air feses tikus percobaan padahari ke-20

Perlakuan Kenaikan BB (g) Kadar air feses (%)

Kontrol negatif 60,67a 55,93a

Yoghurt sinbiotik 62,67a 56,01a

Yoghurt sinbiotik + EPEC 50,00b 64,85b

Kontrol positif 48,34b 66,87b

Yoghurt prebiotik konvensional 59,67ab 63,62ab

Keterangan : Nilai sekolom yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0.05)

Astawan et al Jurnal Veteriner

Page 5: 5996-9691-1-PB.pdf

149

dapat menyebabkan terjadinya diare. Bakterienterik patogen penyebab diare bekerja dengancara melekat dan berpenetrasi ke dalammembrana mukosa intestinal agar dapatmencapai dan menyerang enterosit (sel epitelusus halus) serta menyebabkan infeksi klinis(Rinkinen et al., 2003).

Menurut Janda dan Abbott (2006), EPECmenempel dengan pola localized adherence (LA).Bakteri EPEC dalam bentuk mikrokolonimenempel dengan kuat pada lokasi-lokasitertentu dari permukaan sel epitelial danmenyebabkan kerusakan pada mikrovili usus.Kerusakan sel-sel mukosa vili tersebutmenyebabkan penurunan kapasitas absorpsicairan dan elektrolit karena luas areapermukaan usus menurun (Muscari, 2001),akibatnya EPEC dapat menyebabkan diare.

Mekanisme perlindungan yang mungkindari probiotik terhadap patogen antara lainmelalui kompetisi penempelan pada sisi ikatandan nutrien, modulasi imunitas, atau sekresisenyawa antimikrob (Collado et al.. 2007). Hasilpenelitian tersebut menunjukkan bahwa kadarair feses tikus kelompok kontrol positif ternyatatidak berbeda nyata (p > 0.05) dengan kelompokyoghurt sinbiotik + EPEC. Hal tersebutkemungkinan karena diare yang dialami olehtikus tersebut adalah diare ringan.

Menurut Muscari (2001), berdasarkantingkat keparahannya, diare dikelompokkanmenjadi diare ringan, diare sedang, dan diareberat. Diare ringan ditandai dengankarakteristik sedikit pengeluaran feses yangencer, tanpa gejala lain. Diare sedang dicirikandengan karakteristik pengeluaran feses cair atauencer beberapa kali dan terjadi penurunan bobotbadan. Diare berat ditandai dengankarakteristik pengeluaran feses yang banyakdan terlihat gejala dehidrasi sedang sampai

berat. Berdasarkan kriteria itu, tikus kelompokkontrol positif tergolong mengalami diareringan, sehingga kadar air fesesnya tidakberbeda nyata dengan tikus kelompok yoghurtsinbiotik + EPEC. Menururt Sphelman et al.(2009), tikus dinyatakan mengalami diare beratapabila kadar air fesesnya mencapai di atas 80%.

Pertambahan Bobot Badan TikusPertambahan bobot badan tikus selama 21

hari percobaan disajikan pada Tabel 3. Dari tabeltersebut terlihat bahwa keseluruhan kelompoktikus mengalami kenaikan bobot badan selamapemeliharaan. Hasil sidik ragam menunjukkanbahwa perlakuan berpengaruh nyata (p<0,05)terhadap kenaikan bobot badan tikus. Kenaikanbobot badan tikus kelompok negatif tidakberbeda nyata dengan kelompok yoghurtsinbiotik dan kelompok yoghurt prebiotikkonvensional, tetapi nyata lebih tinggidibandingkan tikus kelompok yoghurt sinbiotik+ EPEC dan kelompok kontrol positif. Adanyaperlakuan pemberian EPEC pada tikuskelompok sinbiotik + EPEC dan kelompokkontrol positif menyebabkan infeksi EPEC padasaluran pencernaan tikus. Hal tersebutmenyebabkan penyerapan zat-zat gizi menjadiagak terhambat, sehingga pertumbuhan tikuspada kedua kelompok tersebut tidak berlangsungsecara optimal.

Tidak terjadinya penurunan bobot badanpada tikus kelompok sinbiotik + EPEC dankelompok kontrol positif pada penelitian inisejalan dengan hasil penelitian Hartanti (2010)yang melaporkan bahwa tikus percobaan masihmengalami peningkatan bobot badan selamapengujian diare akibat EPEC. Hal tersebutmungkin terjadi karena diare yang dialami tikusmemang tidak sampai menyebabkan tikuskekurangan cairan terlalu banyak, tetapi hanya

Tabel 4. Rataan jumlah eritrosit, leukosit, hemoglobin, trombosit, dan nilai hematokrit tikuspecobaan pada hari ke-22

Perlakuan Eritrosit Leukosit Hemoglobin Trombosit Hematokrit(juta/µL) (sel/µL) (g/dL) (ribu/µL) (%)

Kontrol negatif 7,26a 2333a 13,83a 395b 34,70a

Yoghurt sinbiotik 7,47a 3700b 14,27a 338a 34,23a

Yoghurt sinbiotik + EPEC 6,86a 5167c 13,80a 376b 35,03a

Kontrol positif 7,51a 6900d 14,37a 487c 37,37b

Yoghurt prebiotik konvensional 7,01a 5000c 13,73a 388b 34,57a

Keterangan : Nilai sekolom yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata (p<0.01)

Jurnal Veteriner Juni 2012 Vol. 13 No. 2: 145-153

Page 6: 5996-9691-1-PB.pdf

150

menyebabkan feses lembek, berukuran lebihbesar, dan berwarna lebih pucat.

Bakteri EPEC merupakan salah satupenyebab diare, terutama pada anak-anak.Bakteri EPEC dapat mengakibatkan rusaknyamikrovili usus sehingga menimbulkangangguan penyerapan zat-zat gizi danmenghambat pertumbuhan. Infeksi EPECmenyebabkan kerusakan mikrovili usus akibatadanya aktivitas proteolitik dari bakteri (Murtiniet al., 2005). Pelekatan bakteri patogen padausus mengakibatkan kolonisasi, kerusakan sel,gangguan mekanisme pengaturan sel,pertumbuhan dan perkembangbiakanintraseluler.

Pada Tabel 3 disajikan pemberian yoghurtsinbiotik dapat mengoptimalkan penyerapan zat-zat gizi dalam tubuh tikus. Hal tersebut ditandaidengan kecenderungan kenaikan bobot badantertinggi pada kelompok tikus yang diberiyoghurt sinbiotik. Hal tersebut jugamemperlihatkan bahwa pemberian yoghurtsinbiotik dapat menjaga keseimbanganmikroflora pada saluran pencernaan, sehinggameminimalkan pengaruh buruk akibat diare.

EritrositJumlah eritrosit dipengaruhi oleh faktor

umur, jenis kelamin, aktivitas tubuh, gizi,volume darah dan keadaan lingkungan. Agarhasil pengujian tidak bias oleh faktor-faktortersebut, maka semua tikus percobaan dalampenelitian ini dijaga agar berada pada kondisiyang homogen. Hasil sidik ragam pada hari ke-22 percobaan (Tabel 4) menunjukkan bahwaperlakuan tidak berpengaruh nyata (p>0,05)terhadap jumlah eritrosit.

Tabel 4 menunjukkan secara umum rataanjumlah eritrosit pada tiap kelompok perlakuanselama masa percobaan adalah 6,86–7,51 x 106/µL. Hal tersebut masih berada pada kisarannormal tikus percobaan, yaitu 6,6–9,0 x 106/µL(Campbell, 2004).

LeukositHasil sidik ragam pada hari ke-22

percobaan menunjukkan bahwa perlakuanberpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadapjumlah leukosit tikus. Hasil uji lanjut Duncanmenunjukkan bahwa kelompok tikus kontrolpositif memiliki kadar leukosit yang palingtinggi dan berbeda dibandingan kelompoklainnya (Tabel 4). Hal tersebut mengindikasikantelah terjadi infeksi EPEC pada saluranpencernaan tikus. Walaupun demikian, kadar

leukosit kelompok tikus kontrol positif masihtergolong normal. Batas maksimal kadarleukosit normal tikus adalah 20.350 sel/µL (Caret al., 2006) atau 25.000 sel/ µL (Aboderin danOyetayo, 2006).

Adanya peningkatan leukosit secarasignifikan disebabkan oleh reaksi pertahanantubuh terhadap masuknya benda-benda asing.Leukosit mempunyai peranan dalam pertahananseluler dan humoral organisme terhadap benda-benda asing. Peningkatan dan penurunanjumlah leukosit dapat terjadi karena pengaruhfisiologi atau patologi. Peningkatan jumlahleukosit dalam darah disebut leukositosis.Leukositosis yang terjadi karena faktor fisiologidapat disebabkan oleh aktivitas otot, rangsanganketakutan, dan gangguan emosional, sedangkanpengaruh patologi dapat disebabkan oleh prosesapatologis dalam tanggapan terhadap seranganpenyakit (Ganong, 2002).

Adanya peningkatan permeabilitas dindingpembuluh darah menyebabkan leukositbermigrasi ke dalam jaringan yang mengalamiperlukaan atau infeksi. Secara fisiologi haltersebut terjadi akibat peningkatan jumlah selneutrofil atau sel limfosit di dalam sirkulasidarah sehingga menyebabkan peningkatanjumlah leukosit total. Secara patologi,peningkatan leukosit disebabkan oleh leukositaktif melawan infeksi dalam tubuh. Adanyainfeksi akan merangsang pelepasan hormonadrenal yang memengaruhi peningkatansirkulasi leukosit. Leukosit memiliki dua fungsiyaitu menghancurkan agen penyerang denganproses fagositosis dan membentuk antibodi(Guyton dan HHHall, 1997).

Kelompok yoghurt sinbiotik + EPECmemiliki jumlah leukosit yang lebih rendahdibandingkan kelompok kontrol positif. Haltersebut terkait dengan kemampuan probiotikuntuk bertindak sebagai immunomodulator(imunostimulan), sehingga dapat meningkat-kan sistem kekebalan tubuh (Tannock, 1999).Walker (2008) melaporkan juga bahwapenempelan probiotik dapat merangsangaktifnya sel-sel epitel dan fungsi limfositsehingga dapat meningkatkan kapasitasperlindungan pada sistem pertahanan mukosa.Bakteri probiotik dapat melekat padapermukaan usus untuk meningkatkanpertahanan saluran percernaan inang. Probiotikdapat melindungi inang dari kolonisasi bakteriyang bersifat patogen dengan mekanisme yangberbeda-beda.

Astawan et al Jurnal Veteriner

Page 7: 5996-9691-1-PB.pdf

151

HemoglobinHemoglobin (Hb) merupakan pigmen

eritrosit yang terdiri dari protein kompleksterkonjugasi yang mengandung besi. Proteinhemoglobin adalah globin, sedangkan warnamerah disebabkan oleh warna heme. Hemeadalah suatu senyawa metalik yangmengandung satu atom besi (Guyton danHHHall, 1997). Kullisaar et al., (2001)menjelaskan bahwa zat besi yang diserap darilumen usus akan berikatan langsung denganapotransferin yang membawa zat besi menujusel hati untuk pembentukan hemoglobin.Hemoglobin merupakan media transpor oksigendari paru-paru ke jaringan tubuh, dan oksigenmerupakan bagian terpenting dari metabolismetubuh untuk menghasilkan energi. Hemoglobinjuga berfungsi membawa karbondioksida hasilmetabolisme dari jaringan tubuh ke paru-paruuntuk selanjutnya dikeluarkan saat bernafas(Guyton dan HHHall, 1997).

Hasil sidik ragam pada hari ke-22menunjukkan bahwa perlakuan tidakberpengaruh nyata (p>0,05) terhadap kadarhemoglobin (Tabel 4). Secara umum kadarhemoglobin pada tiap kelompok perlakuanantara 13,7–14,4 g/dL. Kadar tersebut masihberada pada kisaran normal hemoglobin tikuspercobaan yaitu 12,0-17,5 g/dL (Danville, 1972).Hal tersebut mengindikasikan bahwa infeksiEPEC tidak sampai menurunkan kadarhemoglobin di dalam darah.

TrombositJumlah trombosit tikus percobaan dapat

dilihat pada Tabel 4. Hasil sidik ragam padahari ke-22 menunjukkan bahwa perlakuanberpengaruh sangat nyata (p<0.01) terhadapjumlah trombosit tikus. Hasil uji lanjut Duncanmenunjukkan bahwa tikus kelompok yoghurtsinbiotik memiliki trombosit yang paling rendah(338.000/µL) dan berbeda dengan kelompoklainnya. Sebaliknya, tikus kelompok kontrolpositif memiliki trombosit paling tinggi (487.000/µL) dan berbeda dengan kelompok lainnya. Haltersebut mungkin disebabkan oleh adanyaaktivitas patogen bakteri EPEC yang dapatmelisis dinding mukosa usus dan menyebabkanluka. Luka yang terjadi menimbulkankerusakan pada trombosit jaringan, sehinggajaringan mengeluarkan trombosiplastin yangbereaksi dengan protrombin dan kalsiummembentuk trombin. Trombin yang terbentukbereaksi dengan fibrinogen menghasilkan fibrin,yang kemudian menutup jaringan yang luka.

Infeksi bakteri EPEC pada usus menyebabkantubuh mensintesis trombosit untukmengatasinya, sehingga meningkatkan jumlahtrombositnya secara keseluruhan.

Tabel 4 juga menunjukkan bahwa kadartrombosit pada kelompok yoghurt sinbiotik +EPEC (376.000/µL) tidak berbeda nyata dengankelompok kontrol negatif (395.000/µL) , tetapinyata lebih rendah dibandingkan kelompokkontrol positif. Hal tersebut mungkindisebabkan oleh kemampuan Lactobacillusfermentum 2B4 yang terkandung di dalamyoghurt untuk bertahan secara in vivo dalamsaluran pencernaan. Mikrob BAL tersebut jugamemiliki sifat yang menguntungkan inangnyadengan cara meningkatkan proliferasi limfositdan menurunkan jumlah patogen (E. coli, B.cereus, S. thyphimurium, dan S. aureus)(Nuraida et al. 2008).

HematokritGambaran pengaruh pemberian yoghurt

terhadap nilai hematokrit disajikan pada Tabel4. Hasil sidik ragam pada hari ke-22menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruhsangat nyata (p<0,01) terhadap nilai hematokrittikus.

Hasil uji lanjut Duncan menunjukkanbahwa hematokrit tikus kelompok kontrol positif(37,37%) adalah yang paling tinggi dan berbedadengan tikus kelompok lainnya. Tidak adaperbedaan nilai hematokrit antara tikuskelompok kontrol negatif, kelompok yoghurtsinbiotik, kelompok yoghurt sinbiotik + EPEC,dan kelompok yoghurt prebiotik konvensional,yaitu berkisar antara 34,23-35,03%. Hasiltersebut menunjukkan bahwa kondisi diaredapat menyebabkan peningkatan nilaihematokrit darah. Peningkatan nilaihematokrit terjadi pada saat tikus mengalamidiare. Pada saat diare, feses menjadi lunak dantidak berbentuk akibat naiknya konsentrasi airdalam feses. Tingginya konsentrasi air dalamfeses menyebabkan kandungan air dalam tubuhberkurang, sehingga terjadi peningkatanpersentase hematokrit.

SIMPULAN

Diare tingkat ringan akibat infeksi bakteriEPEC mengakibatkan tikus kelompok kontrolpositif mengalami kenaikan bobot badan yangpaling rendah dibandingkan tikus kelompoklainnya. Tikus kelompok kontrol positif

Jurnal Veteriner Juni 2012 Vol. 13 No. 2: 145-153

Page 8: 5996-9691-1-PB.pdf

152

memiliki nilai leukosit, trombosit danhematokrit yang paling tinggi dibandingkankelompok lainnya.

Pemberian yoghurt sinbiotik dapatmenurunkan nilai leukosit, trombosit danhematokrit tikus percobaan. Namun, jumlaheritrosit, hemoglobin, leukosit, trombosit, danhematokrit yang diperoleh berada pada kisarannilai-nilai normal.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjuttentang pengaruh konsumsi yoghurt sinbiotikyang terbuat dari Lactobacillus bulgaricus,Streptococcus thermophilus, Lactobacillusfermentum 2B4 dan penambahan 5% FOSterhadap kemampuannya dalam pencegahandiare dan perbaikan status hematologi manusia.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepadaDirektorat Penelitian dan Pengabdian kepadaMasyarakat, Direktorat Jenderal PendidikanTinggi, Kementerian Pendidikan NasionalRepublik Indonesia, yang telah memberikandana penelitian melalui Hibah Kompetensi,Nomor Kontrak: 375/SP2H/PL/Dit.Litabmas/IV/2011, tanggal 14 April 2011, atas nama MadeAstawan.

DAFTAR PUSTAKA

Aboderin FI, Oyetayo VO. 2006. Haematologicalstudies of rats fed different doses of probiotic,lactobacillus plantarum, isolated fromfermenting corn slurry. Pakistan J ofNutrition 5 (2): 102-105

Arief II, Maheswari RRA, Suryati T, Komariah,Rahayu S. 2008. Kualitas mikrobiologi sosisfermentasi daging sapi dan domba yangmenggunakan kultur kering Lactobacillusplantarum 1B1 dengan umur yang berbeda.Med Pet 31:36-43

Astawan M., Wresdiyati T., Arief II, FebiyantiD. 2011a. Potensi bakteri asam laktatprobiotik indigenus sebagai antidiare danimunomodulator. J Teknol dan Ind PanganXXII (1): 11-16

Astawan M, Wresdiyati T, Arief II, Suhesti E.2011b. Gambaran hematologi tikus putih(Rattus norvegicus) yang diinfeksiEscherichia coli enteropatogenik dandiberikan probiotik. Med Pet 34 (1): 7-13

Astawan M., Wresdiyati T, Suliantari, NababanYMS. 2011c. Pembuatan yoghurt sinbiotikmenggunakan bakteri asam laktatindigenus sebagai pangan fungsionalantidiare. Med Pet (in press)

AOAC. 1995. Official Methods of Analysis in TheAssociation of Official Agricultural Chemist.Washington DC: Association of OfficialAgricultural Chemist.

Campbell TW. 2004. Mammalian hematology :Laboratory animals and miscellaneousspecies. In Thrall MA. (Ed) VeterinaryHematology and Clinical Chemistry.Lippincott Williams and Wilkins.

Car BD, Eng VM, Everds NE, Bounous DI. 2006.Clinical pathology of the rats. In: SuckowMA, Weisbrith SH, Franklin CL (Eds). TheLaboratory rat. USA: Elsevier AcademicPress

Collado MC, Meriluoto J, Salminen S. 2007. Invitro analysis of probiotic straincombinations to inhibit pathogen adhesionto human intestinal mucus. Food Res Int40: 629-636.

Danville I. 1972. The Breeding, Care andManagement of Experimental Animals.University of Florida. The Inter StatePrinters and Publishers, Inc.

De Roos NM, Katan MB. 2000. Effects ofprobiotics bacteria on diarrhea, lipidmetabolism, and carcinogenesis. Am J ClinNutr 71: 405-411

Ganong, WF. 2002. Fisiologi Kedokteran. Edisike-20. Diterjemahkan olehWidjajakusumah D. Jakarta: PenerbitBuku Kedokteran, Pp 486-510

Guyton AC, Hall JE. 1997. Buku Ajar FisiologiKedokteran. Diterjemahkan oleh StiawanI. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Hartanti AW. 2010. Evaluasi AktivitasAntidiare Isolat Lactobacillus dari Air SusuIbu [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Hatting LA, Viljoen BC. 2001. Yoghurt asprobiotic carrier food. Int Dairy J. 1: 1-17

Janda JM, Abbott SL. 2006. The Enterobacteria.Second Ed. Washington: ASM Press.

Astawan et al Jurnal Veteriner

Page 9: 5996-9691-1-PB.pdf

153

Kullisaar T, Zilmer M, Mikelsaar M, VilhelmT, Annuk H, Kamane C, Klik A. 2001. Twoantioxidant Lactobacilli strains aspromising probiotics. Food Microbiol J. 72:215-224

Lee YK, Salminen S. 2009. Handbook ofProbiotics and Prebiotics. Second Edition.New Jersey: John Wiley and Sons, Inc.

McCracken VJ, Gaskins HR. 1999. Probioticsand the immune system. In: Tannock GW(ed.). Probiotics A Critical Review.Wymondham: Horizon Scientific Press, Pp85-112.

Murtini S, Nurhayati T, Purwanto SB,Wibawan IWT. 2005. Pengembanganmetode produksi antigen proteaseEscherichia coli Enteropatogenik (EPEC).J Med Vet Indonesia 9 (1): 27-31.

Muscari ME. 2001. Panduan BelajarKeperawatan Pediatrik. Edisi 3. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Nuraida L, Susanti, and Palupi NS. 2008.Probiotic propertion of lactobacillusfermentum A17 isolated from milk. InProceeding Sympotium on Diet, Nutritionand Immunity. Singapore, 16-17 April 2008.

Rinkinen M, Jalava K, Westermarck E,Salminen S, Ouwehand AC. 2003.Interaction between probiotic lactic acidbacteria and canine enteric pathogens: a riskfactor for intestinal Enterococcus faeciumcolonization. Vet Microb 92: 111-119.

Spehlman ME, Dann SM, Hruz P, Hanson E,Mc.Cole DF, Eckmann L. 2009. CXCR2-dependent mucosal neutrophil influxprotects against colitis-associated diarrheacaused by an attaching/efficacing lesion-forming bacterial pathogen. JImmmunology 183: 3333-3343

Steel RGD, Torrie JH. 1995. Principles andProcedures of Statistic: A BiometricalApproach. 2nd edition. New York: McGrawHill Book Co.

Tamime AY, Saarela M, Sondergaard AK, MistryVV, Shah NP. 2005. Production andmaintenance of viability of probiotic micro-organisms in dairy products. In Tamime AY.(Ed) Probiotic Dairy Products. Oxford:Blackwell Publishing Ltd. Pp 39-72.

Tannock GW. 1999. Probiotics: A CriticalReview. Nortfolk, England: HorizonScientific Press.

Walker WA. 2008. Role of Nutrients andBacterial Colonization in the developmentof Intestinal Host Defense. J PedGastroenterol. Nutr. 30: 22000.

Zein U, Kholid, and Josua. 2004. Diare AkutDisebabkan Bakteri. http://www.litbang.usu.ac.id/modules/php. [06Februari 2010].

Zubillaga M, Weill R, Postaire E, Goldman C,Caro R, Boccio J. 2001. Effect of probioticsand functional foods and their use indifferent diseases. Nut Research 21: 569-579.

Jurnal Veteriner Juni 2012 Vol. 13 No. 2: 145-153