599-743-1-PB

8
Ayu Rahayu dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):236-243, April 2013 236 EVALUASI MUTU GENETIK SAPI PERAH MENGGUNAKAN CATATAN PRODUKSI SUSU HARIAN DAN CENTERING DATE METHOD (CDM) (GENETIC EVALUATION OF DAIRY CATTLE USING ACTUAL MILK YIELD RECORDS AND CENTERING DATE METHOD (CDM)) Ayu Rahayu, Setya Agus Santosa, dan Agus Susanto Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto Email: [email protected] ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Sapi Perah (BBPTU-SP) Baturraden. Materi penelitian berupa 140 catatan produksi susu laktasi pertama periode tahun 2006 2012. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ketepatan penggunaan CDM dalam penaksiran produksi susu sapi perah dibandingkan dengan produksi susu harian dan mengetahui keeratan hubungan peringkat individu dari hasil evaluasi genetik menggunakan CDM dibandingkan dengan produksi susu harian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi susu taksiran CDM cenderung mendekati produksi susu harian. Persentase penyimpangan produksi susu taksiran CDM terhadap produksi susu harian adalah 0,2 ± 4,4 persen. Ada hubungan yang erat (P<0,01) antara peringkat nilai pemuliaan yang ditaksir menggunakan produksi susu harian dengan taksiran metode CDM. Kesimpulan penelitian ini adalah (1) produksi susu taksiran Centering Date Method relatif sama dengan produksi susu harian; (2) produksi susu taksiran Centering Date Method dapat digunakan untuk keperluan evaluasi mutu genetik ternak sapi perah. Kata kunci: Evaluasi mutu genetik, produksi susu, centering date method ABSTRACT This research was conducted at the Baturraden Dairy Cattle Breeding Centre (BBPTU-SP Baturraden). The data analyzed in the study include 140 records of first lactation milk yield recorded from 2006 to 2012. The purpose of this study was to determine the accuracy of the CDM in the assessment of milk yield in dairy cows compared to daily milk yield and to determine the relationship of the individual ranking of the genetic evaluations using the CDM and daily milk yield. The results showed that the CDM estimates tend to approach daily milk yield. The average percentage deviation of estimated milk yield by the CDM was 0.2 ± 4.4 percent. There is a close relationship (P<0.01) between the estimated breeding value ranking using daily milk yield and CDM estimates. The conclusion of this study were (1) CDM produces estimates of milk yield relatively the same as to the daily milk yield, (2) CDM estimates can be used for genetic evaluation of dairy cattle. Key words: genetic evaluation, milk yield, centering date method PENDAHULUAN Catatan produksi diperlukan dalam manajemen sapi perah, khususnya untuk evaluasi mutu genetik sapi perah. Kegunaan utama catatan produksi adalah memberikan keterangan tentang individu sapi maupun secara keseluruhan, sehingga dapat membantu peternak dalam mengambil keputusan-keputusan yang sifatnya teknis dan ekonomis. Pencatatan produksi yang ideal adalah setiap hari (pagi dan sore) selama laktasi. Pencatatan produksi susu harian sering kali menjadi masalah karena memerlukan tenaga, waktu dan biaya yang besar. Catatan produksi susu yang ideal

description

aaaaaaaa

Transcript of 599-743-1-PB

  • Ayu Rahayu dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):236-243, April 2013

    236

    EVALUASI MUTU GENETIK SAPI PERAH MENGGUNAKAN CATATAN PRODUKSI SUSU HARIAN DAN CENTERING DATE METHOD (CDM)

    (GENETIC EVALUATION OF DAIRY CATTLE USING ACTUAL MILK YIELD RECORDS AND CENTERING

    DATE METHOD (CDM))

    Ayu Rahayu, Setya Agus Santosa, dan Agus Susanto Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

    Email: [email protected]

    ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Sapi Perah (BBPTU-SP) Baturraden. Materi penelitian berupa 140 catatan produksi susu laktasi pertama periode tahun 2006 2012. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ketepatan penggunaan CDM dalam penaksiran produksi susu sapi perah dibandingkan dengan produksi susu harian dan mengetahui keeratan hubungan peringkat individu dari hasil evaluasi genetik menggunakan CDM dibandingkan dengan produksi susu harian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi susu taksiran CDM cenderung mendekati produksi susu harian. Persentase penyimpangan produksi susu taksiran CDM terhadap produksi susu harian adalah 0,2 4,4 persen. Ada hubungan yang erat (P

  • Ayu Rahayu dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):236-243, April 2013

    237

    adalah catatan produksi susu harian lengkap satu periode laktasi, tetapi tidak semua peternak

    dapat melakukan sistem pencatatan ini karena alasan misalnya mahal, keengganan, dan tidak

    fleksibel. Teknik pencatatan produksi susu dapat dilakukan secara harian, mingguan, dua

    mingguan, bulanan, atau dua bulanan.

    Metode penaksiran produksi susu bulanan diantaranya adalah Test Interval Method (TIM),

    Centering Date Method (CDM) dan Test Day Model (TDM). Test Interval Method mengestimasi

    produksi susu mulai sehari setelah tanggal pencatatan sampai hari pencatatan berikutnya.

    Centering Date Method mengestimasi produksi susu dari sejak 15 hari sebelum hari atau tanggal

    pencatatan sampai dengan 12-15 hari setelah tanggal pencatatan (Pallawaruka, 1992). Pencatatan

    Test Day atau hari uji adalah catatan produksi susu total selama 24 jam yang diambil pada hari-hari

    pengujian tertentu saja (Swalve, 2000; Indrijani, 2008). Pallawaruka (1992) menyatakan Centering

    Date Method mengestimasi produksi susu dari sejak 15 hari sebelum hari atau tanggal pencatatan

    sampai dengan 12-15 hari setelah tanggal pencatatan.

    Penggunaan CDM dalam penaksiran produksi susu sapi perah mempunyai kelemahan

    dibandingkan produksi susu harian. Hasil produksi susu taksiran CDM cenderung mengalami

    penyimpangan (deviasi) dari produksi susu harian, meskipun demikian metode ini penting karena

    tidak perlu mencatat produksi susu setiap hari. Produksi susu harian dan taksiran juga mempunyai

    nilai korelasi yang dapat digunakan sebagai parameter untuk melihat keeratan hubungan antara

    keduanya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ketepatan penggunaan CDM dalam penaksiran

    produksi susu sapi perah dibandingkan dengan produksi susu harian dan mengetahui keeratan

    hubungan peringkat individu dari hasil evaluasi genetik menggunakan CDM dibandingkan dengan

    produksi susu harian.

    METODE

    Sampel data diperoleh dengan metode purposive sampling (secara sengaja) yaitu

    pengambilan sampel didasarkan atas pertimbangan peneliti. Kriteria data yang digunakan adalah

    catatan dengan jumlah hari pemerahan lebih dari 120 hari (Marti dan Funk, 1994), telah

    menyelesaikan laktasi pertama, memiliki tanggal lahir dan tanggal beranak. Catatan produksi susu

    harian yang digunakan sebanyak 40488 didapat dari 140 ekor induk. Variabel yang diamati adalah

    produksi susu harian, umur induk saat beranak dan jumlah hari pemerahan.

    Langkah-langkah analisis yang dilakukan ada beberapa tahap. Tahap pertama yaitu

    menaksir produksi susu menggunakan Centering Date Method (CDM) berdasarkan International

    Committee for Animal Recording (ICAR) tahun 2011, dengan rumus:

    P = i

    n

    i

    i hY *1

    ;

    P adalah taksiran produksi susu satu periode laktasi (liter), n adalah jumlah pencatatan selama

    periode laktasi, i adalah periode pencatatan selama satu periode laktasi; i=1, 2, 3n, Yi adalah

    catatan produksi susu ke i dan hi adalah interval hari antara dua pencatatan (hari) pada pencatatan

    ke i. Tahap kedua yaitu melakukan koreksi data produksi susu harian dan taksiran CDM terhadap

    umur saat beranak (hari) dan jumlah hari pemerahan (JHP) (hari) menggunakan faktor koreksi lokal

    (Santosa dan Sudewo, 2007). Tahap ketiga yaitu menghitung penyimpangan atau deviasi produksi

    susu taksiran CDM terhadap produksi susu harian dengan rumus (PCDM PH)/PH x 100%, dimana

  • Ayu Rahayu dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):236-243, April 2013

    238

    PCDM adalah produksi susu taksiran CDM dan PH adalah produksi susu harian. Setelah itu, tahap

    berikutnya yaitu menaksir Nilai Pemuliaan (NP) dengan rumus:

    NPi = h2 (Pi - );

    NPi adalah nilai pemuliaan individu ke i, h2 adalah heritabilitas (0,38) (Santosa dan Sudewo, 2007),

    Pi adalah produksi individu ke i dan adalah produksi rata-rata populasi. Tahap selanjutnya adalah

    menyusun peringkat individu berdasarkan Nilai Pemuliaan (NP) tertinggi ke terendah. Tahap

    terakhir yaitu menguji perubahan peringkat individu dengan korelasi rank-Spearman.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Performans produksi susu sapi perah di BBPTU Sapi Perah Baturraden disajikan pada Tabel

    1.

    Tabel 1. Performans Produksi Susu Sapi Perah di BBPTU Sapi Perah Baturraden

    Variabel Rata-rata Sd KK (%) Max Min

    Umur (hari) 832,89 91,99 11,00 1116,00 668,00

    JHP (hari) 287,80 76,89 27,00 517,00 122,00

    PH (l) 4015,89 1317,98 33,00 7791,50 1179,60

    PCDM (l) 4019,16 1314,63 33,00 7506,00 1116,90

    PHT (l) 4804,11 920,12 19,00 6965,90 2104,60

    PCDMT (l) 4808,70 901,73 19,00 6853,30 2166,50

    Keterangan :

    PH: Produksi Harian (liter) per laktasi; PCDM: Produksi Susu Taksiran CDM (liter); PHT: Produksi Harian Terkoreksi (liter); PCDMT: Produksi Susu Taksiran CDM terkoreksi (liter); Sd: Simpang baku (liter); Min: Minimal (liter); Max: Maksimal (liter); KK: Koefisien Keragaman (%); l: Liter.

    Performans Produksi Susu

    Sapi-sapi di BBPTU Sapi Perah Baturraden mulai menghasilkan produksi susu pada umur 22-

    37 bulan. Menurut Schmidt dan Van Vleck (1975) sapi dara yang beranak pertama pada umur 24

    bulan, produksi susunya 75% dari produksi sapi dewasa dan pada umur rata-rata 3 tahun ditaksir

    produksinya 85% dari produksi sapi dewasa, serta pada umur 4 dan 5 tahun ditaksir produksinya 92

    dan 98%. Umur dewasa sapi perah adalah 6 tahun. Sapi yang berumur 8 atau 9 tahun tingkat

    produksinya akan menurun. Hal ini juga dijumpai pada sapi-sapi di BBPTU-SP Baturraden. Umur

    dewasa saat puncak produksi di daerah beriklim sedang di Amerika Serikat dilaporkan terjadi pada

    72-84 bulan (Keown dan Everett, 1985) atau 78-87 bulan (Cooper dan Hargrove, 1982). Umur

    dewasa sapi Frisien Holstein di Brazil dilaporkan sekitar 85-96 bulan (Martinez dkk., 1990) dan di

    Venezuela sekitar 62-72 bulan (Morales dkk., 1989).

    Jumlah hari pemerahan (JHP) di BBPTU Sapi Perah Baturraden rata-rata sebesar 287,80

    76,89 hari, dengan nilai minimal dan maksimal sebesar 122,00 dan 517,00 hari. Blakely dan Bade

    (1991) menyatakan bahwa jumlah hari pemerahan dari seekor sapi perah bervariasi dari 270-400

    hari dan biasanya jumlah hari pemerahan menjadi lebih pendek apabila terlalu cepat dikawinkan

    lagi setelah kelahiran atau dikeringkan karena suatu penyakit. Jumlah hari pemerahan menjadi

    panjang apabila sapi sulit dikawinkan kembali. Hardjosubroto (1994) menyatakan bahwa jumlah

  • Ayu Rahayu dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):236-243, April 2013

    239

    hari pemerahan yang ideal adalah 305 hari dengan jumlah hari kering 60 hari, dengan demikian

    diharapkan selang beranaknya 365 hari, sehingga setiap tahun sapi beranak sekali.

    Rataan produksi susu harian di BBPTU Sapi Perah Baturraden yaitu 4015,89 1317,98 liter

    lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil penelitian Kurnianto (1991) pada beberapa perusahaan

    yaitu PT Baru Adjak, Taurus Dairy Farm dan BPT HMT Baturraden yang masing-masing sebesar

    3660,1 kg; 3613,6 kg dan 3217,8 kg. Produksi susu rata-rata di Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan

    Makanan Ternak (BPTHMT) Baturraden sebesar 3128,460 736,476 liter (Liniawati, 1996), di BPPT

    Cikole Bandung sebesar 3938,611 1160,775 (Mustofa, 2003), didaerah tropis sebesar 2974

    liter/laktasi (Williamson and Payne, 1993). Produksi susu di BBPTU-SP Baturraden tahun 2012 lebih

    tinggi dari tahun 1996, hal ini menunjukkan adanya peningkatan produksi susu. Perbedaan hasil

    produksi susu tersebut diduga disebabkan oleh mutu ternak itu sendiri, manajemen, maupun

    distribusi frekuensi JHP dari data yang digunakan. Gravert (1987) menyatakan bahwa semakin

    tinggi suhu lingkungan pada suatu daerah maka produksi susu cenderung semakin rendah.

    Data dalam Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata hasil produksi susu taksiran CDM

    cenderung sama dibandingkan dengan produksi susu harian (4015,89;4019,16 liter). Nilai simpang

    baku produksi susu hasil taksiran CDM dan produksi susu harian relatif sama (1317,98;1314,63

    liter). Keragaman produksi susu taksiran CDM dengan produksi harian adalah sama, ditunjukkan

    dengan nilai koefisien keragaman masing-masing sebesar 33%. Produksi susu taksiran CDM

    memiliki hubungan yang sangat erat dengan produksi susu harian yang ditunjukkan dengan nilai

    korelasi yang mendekati satu (P0 0,25 (korelasi sangat lemah); >0,25 0,5 (korelasi cukup); >0,5 0,75

    (korelasi kuat); >0,75 0,99 (korelasi sangat kuat); dan 1 (korelasi sempurna). Kondisi tersebut

    secara umum diperoleh fakta bahwa hasil produksi susu taksiran CDM berdasarkan data

    pencatatan bulanan relatif sama dengan produksi susu harian yang diperoleh berdasarkan catatan

    harian, sehingga taksiran CDM dapat digunakan untuk menduga produksi susu seekor sapi perah

    selama satu masa laktasi.

  • Ayu Rahayu dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):236-243, April 2013

    240

    Data pada Tabel 1 menunjukkan rata-rata hasil taksiran produksi susu dengan CDM

    cenderung sama dibandingkan dengan produksi susu harian (4015,89;4019,16 liter). Nilai simpang

    baku produksi susu hasil taksiran CDM dan produksi susu harian relatif sama (1317,98;1314,63

    liter). Keragaman produksi susu taksiran dengan CDM cenderung seragam dengan produksi harian,

    ditunjukkan dengan nilai koefisien keragaman yang relatif sama (33;33%). Nilai simpang baku dan

    koefisien keragaman produksi susu harian dan taksiran CDM lebih kecil dibandingkan produksi susu

    terkoreksinya. Hal ini menunjukkan bahwa koreksi data menyebabkan data semakin seragam dan

    mengurangi tingkat keragaman data. Schmidt dan Van Vleck (1975) menyatakan bahwa tujuan

    pengoreksian produksi susu adalah menghilangkan bias ketika membandingkan sapi-sapi betina

    (kelompok sapi betina) dengan umur yang berbeda, menurunkan keragaman karena umur yang

    tidak sama, dan mengestimasi prestasi produksi yang mungkin dapat dihasilkan seekor sapi betina

    dalam kondisi lingkungan lain yang sama.

    Koreksi terhadap faktor lingkungan yang mempengaruhi variasi produksi susu akan

    membuat seleksi menjadi lebih efektif sehingga ternak yang baik akan tampak unggul karena

    faktor genetiknya (Lasley, 1978). Koreksi data dapat menurunkan perbedaan-perbedaan (variasi)

    yang ada pada ternak dan bersifat mempengaruhi produksi ternak. Koreksi yang lazim dilakukan

    adalah menggunakan faktor koreksi yang dihasilkan dari hasil-hasil penelitian terhadap faktor-

    faktor yang mempengaruhi produksi.

    Ketepatan hasil produksi susu taksiran CDM didekati dengan menghitung rata-rata dan

    simpang baku persentase nilai penyimpangan atau deviasi produksi susu taksiran terhadap

    produksi susu harian. Rata-rata dan simpang baku persentase penyimpangan produksi susu

    taksiran CDM masing-masing adalah 0,2 4,4 persen. Hasil tersebut menunjukkan bahwa produksi

    susu taksiran CDM memiliki nilai penyimpangan dan variasi yang lebih kecil dibanding dengan

    produksi susu harian, yaitu rata-rata menyimpang sebesar 0,2 persen dibanding dengan produksi

    susu harian.

    Distribusi persentase penyimpangan hasil produksi susu taksiran CDM dapat dilihat pada

    Gambar 1. Gambar 1 menunjukkan bahwa untuk kisaran penyimpangan -2,5% sampai dengan 2,5%

    mencakup 65% dari populasi yaitu sebesar 91 ekor sapi, untuk kisaran penyimpangan -5% sampai

    dengan 5% mencakup 81,43% dari populasi yaitu sebesar 113 ekor sapi, dan untuk kisaran

    penyimpangan yang lebih luas yaitu antara -7,5% sampai dengan 7,5% dan -10% sampai dengan

    10% untuk CDM masing-masing mencakup 94,29% (132 ekor) dan 98,57% (139 ekor) dari populasi.

    Gambaran distribusi persentase penyimpangan hasil taksiran produksi susu tersebut termasuk

    dalam katagori normal dan diharapkan tidak berpengaruh dalam penggunaannya pada evaluasi

    mutu genetik ternak, yaitu menyebabkan terjadi perbedaan peringkat ternak antara yang

    dievaluasi dengan produksi susu harian dengan yang dievaluasi menggunakan taksiran produksi

    susu CDM. Sargent dkk., (1968) menyatakan bahwa rata-rata deviasi untuk produksi susu taksiran

    menggunakan TIM dan CDM bernilai positif. Puncak tertinggi deviasi berada pada kisaran -5

    sampai dengan 5%. Selanjutnya dinyatakan jika deviasi kurang dari 15% maka tingkat kesalahan

    sebanyak 5%, sedangkan jika lebih dari 25% maka tingkat kesalahannya sebesar 5% lebih.

  • Ayu Rahayu dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):236-243, April 2013

    241

    Gambar 1. Distribusi Persentase Penyimpangan Produksi Susu Taksiran CDM

    Evaluasi Mutu Genetik

    Evaluasi mutu genetik dalam proses seleksi ternak dilakukan dengan menaksir nilai

    pemuliaan ternak. Nilai pemuliaan ditaksir menggunakan data produksi susu harian dan taksiran

    berdasarkan CDM. Keunggulan genetik seekor sapi perah dapat diketahui berdasarkan besarnya

    Nilai Pemuliaan (NP) produksi susu. Berdasarkan hasil taksiran nilai pemuliaan tersebut ternak

    disusun peringkatnya dan diuji perbedaan peringkatnya menggunakan korelasi rank-Spearman.

    Nilai korelasi antara produksi susu harian dengan taksiran CDM sebesar 0,968, sedangkan

    menurut peneliti lain (Sadewo dan Santosa, 2009) korelasinya sebesar 0,872. Surakhmad (1998)

    dan Sarwono (2006) menyatakan bahwa nilai korelasi lebih dari 0,901,00 artinya korelasi tersebut

    tinggi sekali. Nilai korelasi tersebut memberikan gambaran bahwa tidak terjadi perubahan

    peringkat yang nyata dari ternak yang dievaluasi berdasarkan produksi susu harian maupun

    taksiran CDM. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang erat antara variasi nilai pemuliaan produksi

    susu harian dengan nilai pemuliaan dari produksi susu taksiran CDM. Keeratan hubungan nilai

    pemuliaan dari produksi susu dugaan dengan produksi susu dapat ditunjukkan oleh nilai koefisien

    korelasinya. Nilai korelasi mempunyai kisaran dari (1) sampai (+1). Semakin mendekati nilai 1

    maka korelasi semakin kuat.

    Besarnya koefisien korelasi rank-Spearman diuji untuk mengetahui nyata atau tidaknya

    korelasi tersebut dengan uji t. Berdasarkan uji t diperoleh hasil t hitung lebih besar dari t tabel

    (P

  • Ayu Rahayu dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):236-243, April 2013

    242

    Jika angka signifikansi hasil riset 0,05, maka hubungan kedua variabel tidak signifikan (Sarwono, 2006).

    SIMPULAN

    Simpulan yang di dapat dari hasil penelitian ini adalah (1) produksi susu taksiran Centering

    Date Method relatif sama dengan produksi susu harian; (2) produksi susu taksiran Centering Date

    Method dapat digunakan untuk keperluan evaluasi mutu genetik ternak sapi perah.

    Aplikasi pencatatan bulanan pada produksi susu sapi perah dengan metode penaksiran

    produksi per laktasi menggunakan Centering Date Method dapat dipertimbangkan penggunaannya

    dalam evaluasi mutu genetik sapi perah karena mempunyai tingkat akurasi yang relatif sama

    dengan produksi susu harian.

    DAFTAR PUSTAKA

    Blakely, J and D. Bade. 1994. Ilmu Peternakan. Edisi ke-4. Terjemahan Bambang Srigandono. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Hal: 296.

    Cooper, J. B and G. L. Hargrove. 1982. Age and Month of Calving Adjusments of Holstein Protein, Milk, and Fat Lactation Yields. J. Dairy Sci.

    Gravert, H. O. 1987. Breeding of Dairy Cattle. In: Dairy-Cattle Production. World Anim. Sci. C3.H .O. Gravert (Ed) Elsevier Science Publishers B.V.

    Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Grasindo, Jakarta.

    ICAR. 2011. International Committee for Animal Recording: International Agreement Of Recording Practices. Guidelines Approved by the General Assembly Held in Sousse, Tunisia.

    Indrijani, H. 2008. Penggunaan Catatan Produksi Susu 305 Hari dan Catatan Produksi Susu Test Day (Hari Uji) untuk Menduga Nilai Pemuliaan Produksi Sapi Perah. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Padjajaran, Bandung. 114 hlm. (Tidak dipubliksikan).

    Keown, J. F and R. W. Everet. 1985. Age-Month Adjusment Factors for Milk, Fat and Protein Yields in Holstein Cattle. J. Dairy Sci. 68:2664

    Kurnianto, E. 1991. Penilaian Pejantan Sapi Perah Berdasarkan Catatan Produksi Susu Laktasi Sebagian. Thesis. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Tidak dipublikasikan).

    Kurnianto, E., I. Sumeidiana dan R. Yuniara. 2004. Perbandingan Dua Metode Pendugaan Produksi Susu Sapi Perah berdasarkan Catatan Sebulan Sekali. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. J. Indon. Trop. Anim. Agric. 29 (4) Des 2004. Semarang.

    Lasley, J. F. 1978. Genetics of Livestock Improvement. Prentice-Hall of India Private Limited. New Delhi.

    Liniawati R. 1996. Hubungan Antara Umur Beranak, Panjang Calving Interval, Panjang Masa Laktasi, Panjang Masa Kering Dengan Produksi Susu. Skripsi. Fapet Unsoed. Purwokerto.

    Marti, C. F and D. A. Funk. 1994. Relationship Between Production and Days Open at Different Levels of Herd Production. J. Dairy Sci. 75:2984-2989.

    Martinez, M. L., A. J. Lee and C. Y. Lin. 1990. Multiplicative Age-season Adjusment Factors by Maximum Likehood, Gross Comparison and Paired Comparisons. J. Dairy Sci. 73:818-825.

  • Ayu Rahayu dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):236-243, April 2013

    243

    Morales, F., R. W. Blake, TL. Stanton and M.V. Hanh. 1989. Effect of Age, Parity, Season of Calving, and Sire on Milk Yield of Carora Cows in Venezuela. J. Dairy Sci.

    Mrode, R. A. 2005. Linear Models for the Prediction of Animal Breeding Values. CAB International, Oxon, UK.

    Mustofa, Z. 2003. Analisis Hubungan Antara Umur Beranak, Days Open dan Calving Interval dengan Produksi Susu Sapi Perah FH di BPPT Sapi Perah Cikole Bandung. Skripsi. Fapet Unsoed. Purwokerto.

    Pallawaruka. 1992. Recording. Workshop on Dairy Farm Management. Fakultas Peternakan Unsoed. Purwokerto.

    Sadewo, A. T. Ari dan S. A. Santosa. 2009. Accuracy of Estimating of Milk Production with Test Interval Method and Centering Date Method to Real Milk Production in Dairy Cattle Selection. Proceeding International Seminar AINI. Faculty of Animal Husbandry, Jendral Soedirmal University. Purwokerto.

    Santosa, S. A dan A. T. A. Sudewo. 2007. Kecermatan Seleksi Sapi Perah Menggunakan Faktor Koreksi Data Lokal. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan UNSOED, Purwokerto.

    Sargent, F. D., V. H. Lytton and O. G. Wall, Jr. 1968. Test Interval Method of Calculating Dairy Herd Improvement Association Records. J. Dairy Sci. 51: 170-179

    Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta.

    Schmidt, G. H and L. D. Van Vleck, 1975. Principles of Dairy Science. W. H. Freeman and Company. San Fransisco.

    Steel, R. G. D and J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

    Surakhmad, W. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah. Edisi VIII. Tarsito. Bandung.

    Swalve, H. H. 2000. Theoritical Basis And Computational Methods For Different Test-Day Genetic Evaluation Methods. J. Dairy Sci. 83: 1115 1124.

    Williamson, G and W. J. A. Payne. 1993. An Introduction to Animal Husbandry in the Tropics. 3 rd Ed. Longman Group Limited. London.