599-743-1-PB
-
Upload
ennur-nufian -
Category
Documents
-
view
7 -
download
5
description
Transcript of 599-743-1-PB
-
Ayu Rahayu dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):236-243, April 2013
236
EVALUASI MUTU GENETIK SAPI PERAH MENGGUNAKAN CATATAN PRODUKSI SUSU HARIAN DAN CENTERING DATE METHOD (CDM)
(GENETIC EVALUATION OF DAIRY CATTLE USING ACTUAL MILK YIELD RECORDS AND CENTERING
DATE METHOD (CDM))
Ayu Rahayu, Setya Agus Santosa, dan Agus Susanto Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
Email: [email protected]
ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Sapi Perah (BBPTU-SP) Baturraden. Materi penelitian berupa 140 catatan produksi susu laktasi pertama periode tahun 2006 2012. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ketepatan penggunaan CDM dalam penaksiran produksi susu sapi perah dibandingkan dengan produksi susu harian dan mengetahui keeratan hubungan peringkat individu dari hasil evaluasi genetik menggunakan CDM dibandingkan dengan produksi susu harian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi susu taksiran CDM cenderung mendekati produksi susu harian. Persentase penyimpangan produksi susu taksiran CDM terhadap produksi susu harian adalah 0,2 4,4 persen. Ada hubungan yang erat (P
-
Ayu Rahayu dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):236-243, April 2013
237
adalah catatan produksi susu harian lengkap satu periode laktasi, tetapi tidak semua peternak
dapat melakukan sistem pencatatan ini karena alasan misalnya mahal, keengganan, dan tidak
fleksibel. Teknik pencatatan produksi susu dapat dilakukan secara harian, mingguan, dua
mingguan, bulanan, atau dua bulanan.
Metode penaksiran produksi susu bulanan diantaranya adalah Test Interval Method (TIM),
Centering Date Method (CDM) dan Test Day Model (TDM). Test Interval Method mengestimasi
produksi susu mulai sehari setelah tanggal pencatatan sampai hari pencatatan berikutnya.
Centering Date Method mengestimasi produksi susu dari sejak 15 hari sebelum hari atau tanggal
pencatatan sampai dengan 12-15 hari setelah tanggal pencatatan (Pallawaruka, 1992). Pencatatan
Test Day atau hari uji adalah catatan produksi susu total selama 24 jam yang diambil pada hari-hari
pengujian tertentu saja (Swalve, 2000; Indrijani, 2008). Pallawaruka (1992) menyatakan Centering
Date Method mengestimasi produksi susu dari sejak 15 hari sebelum hari atau tanggal pencatatan
sampai dengan 12-15 hari setelah tanggal pencatatan.
Penggunaan CDM dalam penaksiran produksi susu sapi perah mempunyai kelemahan
dibandingkan produksi susu harian. Hasil produksi susu taksiran CDM cenderung mengalami
penyimpangan (deviasi) dari produksi susu harian, meskipun demikian metode ini penting karena
tidak perlu mencatat produksi susu setiap hari. Produksi susu harian dan taksiran juga mempunyai
nilai korelasi yang dapat digunakan sebagai parameter untuk melihat keeratan hubungan antara
keduanya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ketepatan penggunaan CDM dalam penaksiran
produksi susu sapi perah dibandingkan dengan produksi susu harian dan mengetahui keeratan
hubungan peringkat individu dari hasil evaluasi genetik menggunakan CDM dibandingkan dengan
produksi susu harian.
METODE
Sampel data diperoleh dengan metode purposive sampling (secara sengaja) yaitu
pengambilan sampel didasarkan atas pertimbangan peneliti. Kriteria data yang digunakan adalah
catatan dengan jumlah hari pemerahan lebih dari 120 hari (Marti dan Funk, 1994), telah
menyelesaikan laktasi pertama, memiliki tanggal lahir dan tanggal beranak. Catatan produksi susu
harian yang digunakan sebanyak 40488 didapat dari 140 ekor induk. Variabel yang diamati adalah
produksi susu harian, umur induk saat beranak dan jumlah hari pemerahan.
Langkah-langkah analisis yang dilakukan ada beberapa tahap. Tahap pertama yaitu
menaksir produksi susu menggunakan Centering Date Method (CDM) berdasarkan International
Committee for Animal Recording (ICAR) tahun 2011, dengan rumus:
P = i
n
i
i hY *1
;
P adalah taksiran produksi susu satu periode laktasi (liter), n adalah jumlah pencatatan selama
periode laktasi, i adalah periode pencatatan selama satu periode laktasi; i=1, 2, 3n, Yi adalah
catatan produksi susu ke i dan hi adalah interval hari antara dua pencatatan (hari) pada pencatatan
ke i. Tahap kedua yaitu melakukan koreksi data produksi susu harian dan taksiran CDM terhadap
umur saat beranak (hari) dan jumlah hari pemerahan (JHP) (hari) menggunakan faktor koreksi lokal
(Santosa dan Sudewo, 2007). Tahap ketiga yaitu menghitung penyimpangan atau deviasi produksi
susu taksiran CDM terhadap produksi susu harian dengan rumus (PCDM PH)/PH x 100%, dimana
-
Ayu Rahayu dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):236-243, April 2013
238
PCDM adalah produksi susu taksiran CDM dan PH adalah produksi susu harian. Setelah itu, tahap
berikutnya yaitu menaksir Nilai Pemuliaan (NP) dengan rumus:
NPi = h2 (Pi - );
NPi adalah nilai pemuliaan individu ke i, h2 adalah heritabilitas (0,38) (Santosa dan Sudewo, 2007),
Pi adalah produksi individu ke i dan adalah produksi rata-rata populasi. Tahap selanjutnya adalah
menyusun peringkat individu berdasarkan Nilai Pemuliaan (NP) tertinggi ke terendah. Tahap
terakhir yaitu menguji perubahan peringkat individu dengan korelasi rank-Spearman.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Performans produksi susu sapi perah di BBPTU Sapi Perah Baturraden disajikan pada Tabel
1.
Tabel 1. Performans Produksi Susu Sapi Perah di BBPTU Sapi Perah Baturraden
Variabel Rata-rata Sd KK (%) Max Min
Umur (hari) 832,89 91,99 11,00 1116,00 668,00
JHP (hari) 287,80 76,89 27,00 517,00 122,00
PH (l) 4015,89 1317,98 33,00 7791,50 1179,60
PCDM (l) 4019,16 1314,63 33,00 7506,00 1116,90
PHT (l) 4804,11 920,12 19,00 6965,90 2104,60
PCDMT (l) 4808,70 901,73 19,00 6853,30 2166,50
Keterangan :
PH: Produksi Harian (liter) per laktasi; PCDM: Produksi Susu Taksiran CDM (liter); PHT: Produksi Harian Terkoreksi (liter); PCDMT: Produksi Susu Taksiran CDM terkoreksi (liter); Sd: Simpang baku (liter); Min: Minimal (liter); Max: Maksimal (liter); KK: Koefisien Keragaman (%); l: Liter.
Performans Produksi Susu
Sapi-sapi di BBPTU Sapi Perah Baturraden mulai menghasilkan produksi susu pada umur 22-
37 bulan. Menurut Schmidt dan Van Vleck (1975) sapi dara yang beranak pertama pada umur 24
bulan, produksi susunya 75% dari produksi sapi dewasa dan pada umur rata-rata 3 tahun ditaksir
produksinya 85% dari produksi sapi dewasa, serta pada umur 4 dan 5 tahun ditaksir produksinya 92
dan 98%. Umur dewasa sapi perah adalah 6 tahun. Sapi yang berumur 8 atau 9 tahun tingkat
produksinya akan menurun. Hal ini juga dijumpai pada sapi-sapi di BBPTU-SP Baturraden. Umur
dewasa saat puncak produksi di daerah beriklim sedang di Amerika Serikat dilaporkan terjadi pada
72-84 bulan (Keown dan Everett, 1985) atau 78-87 bulan (Cooper dan Hargrove, 1982). Umur
dewasa sapi Frisien Holstein di Brazil dilaporkan sekitar 85-96 bulan (Martinez dkk., 1990) dan di
Venezuela sekitar 62-72 bulan (Morales dkk., 1989).
Jumlah hari pemerahan (JHP) di BBPTU Sapi Perah Baturraden rata-rata sebesar 287,80
76,89 hari, dengan nilai minimal dan maksimal sebesar 122,00 dan 517,00 hari. Blakely dan Bade
(1991) menyatakan bahwa jumlah hari pemerahan dari seekor sapi perah bervariasi dari 270-400
hari dan biasanya jumlah hari pemerahan menjadi lebih pendek apabila terlalu cepat dikawinkan
lagi setelah kelahiran atau dikeringkan karena suatu penyakit. Jumlah hari pemerahan menjadi
panjang apabila sapi sulit dikawinkan kembali. Hardjosubroto (1994) menyatakan bahwa jumlah
-
Ayu Rahayu dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):236-243, April 2013
239
hari pemerahan yang ideal adalah 305 hari dengan jumlah hari kering 60 hari, dengan demikian
diharapkan selang beranaknya 365 hari, sehingga setiap tahun sapi beranak sekali.
Rataan produksi susu harian di BBPTU Sapi Perah Baturraden yaitu 4015,89 1317,98 liter
lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil penelitian Kurnianto (1991) pada beberapa perusahaan
yaitu PT Baru Adjak, Taurus Dairy Farm dan BPT HMT Baturraden yang masing-masing sebesar
3660,1 kg; 3613,6 kg dan 3217,8 kg. Produksi susu rata-rata di Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan
Makanan Ternak (BPTHMT) Baturraden sebesar 3128,460 736,476 liter (Liniawati, 1996), di BPPT
Cikole Bandung sebesar 3938,611 1160,775 (Mustofa, 2003), didaerah tropis sebesar 2974
liter/laktasi (Williamson and Payne, 1993). Produksi susu di BBPTU-SP Baturraden tahun 2012 lebih
tinggi dari tahun 1996, hal ini menunjukkan adanya peningkatan produksi susu. Perbedaan hasil
produksi susu tersebut diduga disebabkan oleh mutu ternak itu sendiri, manajemen, maupun
distribusi frekuensi JHP dari data yang digunakan. Gravert (1987) menyatakan bahwa semakin
tinggi suhu lingkungan pada suatu daerah maka produksi susu cenderung semakin rendah.
Data dalam Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata hasil produksi susu taksiran CDM
cenderung sama dibandingkan dengan produksi susu harian (4015,89;4019,16 liter). Nilai simpang
baku produksi susu hasil taksiran CDM dan produksi susu harian relatif sama (1317,98;1314,63
liter). Keragaman produksi susu taksiran CDM dengan produksi harian adalah sama, ditunjukkan
dengan nilai koefisien keragaman masing-masing sebesar 33%. Produksi susu taksiran CDM
memiliki hubungan yang sangat erat dengan produksi susu harian yang ditunjukkan dengan nilai
korelasi yang mendekati satu (P0 0,25 (korelasi sangat lemah); >0,25 0,5 (korelasi cukup); >0,5 0,75
(korelasi kuat); >0,75 0,99 (korelasi sangat kuat); dan 1 (korelasi sempurna). Kondisi tersebut
secara umum diperoleh fakta bahwa hasil produksi susu taksiran CDM berdasarkan data
pencatatan bulanan relatif sama dengan produksi susu harian yang diperoleh berdasarkan catatan
harian, sehingga taksiran CDM dapat digunakan untuk menduga produksi susu seekor sapi perah
selama satu masa laktasi.
-
Ayu Rahayu dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):236-243, April 2013
240
Data pada Tabel 1 menunjukkan rata-rata hasil taksiran produksi susu dengan CDM
cenderung sama dibandingkan dengan produksi susu harian (4015,89;4019,16 liter). Nilai simpang
baku produksi susu hasil taksiran CDM dan produksi susu harian relatif sama (1317,98;1314,63
liter). Keragaman produksi susu taksiran dengan CDM cenderung seragam dengan produksi harian,
ditunjukkan dengan nilai koefisien keragaman yang relatif sama (33;33%). Nilai simpang baku dan
koefisien keragaman produksi susu harian dan taksiran CDM lebih kecil dibandingkan produksi susu
terkoreksinya. Hal ini menunjukkan bahwa koreksi data menyebabkan data semakin seragam dan
mengurangi tingkat keragaman data. Schmidt dan Van Vleck (1975) menyatakan bahwa tujuan
pengoreksian produksi susu adalah menghilangkan bias ketika membandingkan sapi-sapi betina
(kelompok sapi betina) dengan umur yang berbeda, menurunkan keragaman karena umur yang
tidak sama, dan mengestimasi prestasi produksi yang mungkin dapat dihasilkan seekor sapi betina
dalam kondisi lingkungan lain yang sama.
Koreksi terhadap faktor lingkungan yang mempengaruhi variasi produksi susu akan
membuat seleksi menjadi lebih efektif sehingga ternak yang baik akan tampak unggul karena
faktor genetiknya (Lasley, 1978). Koreksi data dapat menurunkan perbedaan-perbedaan (variasi)
yang ada pada ternak dan bersifat mempengaruhi produksi ternak. Koreksi yang lazim dilakukan
adalah menggunakan faktor koreksi yang dihasilkan dari hasil-hasil penelitian terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi produksi.
Ketepatan hasil produksi susu taksiran CDM didekati dengan menghitung rata-rata dan
simpang baku persentase nilai penyimpangan atau deviasi produksi susu taksiran terhadap
produksi susu harian. Rata-rata dan simpang baku persentase penyimpangan produksi susu
taksiran CDM masing-masing adalah 0,2 4,4 persen. Hasil tersebut menunjukkan bahwa produksi
susu taksiran CDM memiliki nilai penyimpangan dan variasi yang lebih kecil dibanding dengan
produksi susu harian, yaitu rata-rata menyimpang sebesar 0,2 persen dibanding dengan produksi
susu harian.
Distribusi persentase penyimpangan hasil produksi susu taksiran CDM dapat dilihat pada
Gambar 1. Gambar 1 menunjukkan bahwa untuk kisaran penyimpangan -2,5% sampai dengan 2,5%
mencakup 65% dari populasi yaitu sebesar 91 ekor sapi, untuk kisaran penyimpangan -5% sampai
dengan 5% mencakup 81,43% dari populasi yaitu sebesar 113 ekor sapi, dan untuk kisaran
penyimpangan yang lebih luas yaitu antara -7,5% sampai dengan 7,5% dan -10% sampai dengan
10% untuk CDM masing-masing mencakup 94,29% (132 ekor) dan 98,57% (139 ekor) dari populasi.
Gambaran distribusi persentase penyimpangan hasil taksiran produksi susu tersebut termasuk
dalam katagori normal dan diharapkan tidak berpengaruh dalam penggunaannya pada evaluasi
mutu genetik ternak, yaitu menyebabkan terjadi perbedaan peringkat ternak antara yang
dievaluasi dengan produksi susu harian dengan yang dievaluasi menggunakan taksiran produksi
susu CDM. Sargent dkk., (1968) menyatakan bahwa rata-rata deviasi untuk produksi susu taksiran
menggunakan TIM dan CDM bernilai positif. Puncak tertinggi deviasi berada pada kisaran -5
sampai dengan 5%. Selanjutnya dinyatakan jika deviasi kurang dari 15% maka tingkat kesalahan
sebanyak 5%, sedangkan jika lebih dari 25% maka tingkat kesalahannya sebesar 5% lebih.
-
Ayu Rahayu dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):236-243, April 2013
241
Gambar 1. Distribusi Persentase Penyimpangan Produksi Susu Taksiran CDM
Evaluasi Mutu Genetik
Evaluasi mutu genetik dalam proses seleksi ternak dilakukan dengan menaksir nilai
pemuliaan ternak. Nilai pemuliaan ditaksir menggunakan data produksi susu harian dan taksiran
berdasarkan CDM. Keunggulan genetik seekor sapi perah dapat diketahui berdasarkan besarnya
Nilai Pemuliaan (NP) produksi susu. Berdasarkan hasil taksiran nilai pemuliaan tersebut ternak
disusun peringkatnya dan diuji perbedaan peringkatnya menggunakan korelasi rank-Spearman.
Nilai korelasi antara produksi susu harian dengan taksiran CDM sebesar 0,968, sedangkan
menurut peneliti lain (Sadewo dan Santosa, 2009) korelasinya sebesar 0,872. Surakhmad (1998)
dan Sarwono (2006) menyatakan bahwa nilai korelasi lebih dari 0,901,00 artinya korelasi tersebut
tinggi sekali. Nilai korelasi tersebut memberikan gambaran bahwa tidak terjadi perubahan
peringkat yang nyata dari ternak yang dievaluasi berdasarkan produksi susu harian maupun
taksiran CDM. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang erat antara variasi nilai pemuliaan produksi
susu harian dengan nilai pemuliaan dari produksi susu taksiran CDM. Keeratan hubungan nilai
pemuliaan dari produksi susu dugaan dengan produksi susu dapat ditunjukkan oleh nilai koefisien
korelasinya. Nilai korelasi mempunyai kisaran dari (1) sampai (+1). Semakin mendekati nilai 1
maka korelasi semakin kuat.
Besarnya koefisien korelasi rank-Spearman diuji untuk mengetahui nyata atau tidaknya
korelasi tersebut dengan uji t. Berdasarkan uji t diperoleh hasil t hitung lebih besar dari t tabel
(P
-
Ayu Rahayu dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):236-243, April 2013
242
Jika angka signifikansi hasil riset 0,05, maka hubungan kedua variabel tidak signifikan (Sarwono, 2006).
SIMPULAN
Simpulan yang di dapat dari hasil penelitian ini adalah (1) produksi susu taksiran Centering
Date Method relatif sama dengan produksi susu harian; (2) produksi susu taksiran Centering Date
Method dapat digunakan untuk keperluan evaluasi mutu genetik ternak sapi perah.
Aplikasi pencatatan bulanan pada produksi susu sapi perah dengan metode penaksiran
produksi per laktasi menggunakan Centering Date Method dapat dipertimbangkan penggunaannya
dalam evaluasi mutu genetik sapi perah karena mempunyai tingkat akurasi yang relatif sama
dengan produksi susu harian.
DAFTAR PUSTAKA
Blakely, J and D. Bade. 1994. Ilmu Peternakan. Edisi ke-4. Terjemahan Bambang Srigandono. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Hal: 296.
Cooper, J. B and G. L. Hargrove. 1982. Age and Month of Calving Adjusments of Holstein Protein, Milk, and Fat Lactation Yields. J. Dairy Sci.
Gravert, H. O. 1987. Breeding of Dairy Cattle. In: Dairy-Cattle Production. World Anim. Sci. C3.H .O. Gravert (Ed) Elsevier Science Publishers B.V.
Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Grasindo, Jakarta.
ICAR. 2011. International Committee for Animal Recording: International Agreement Of Recording Practices. Guidelines Approved by the General Assembly Held in Sousse, Tunisia.
Indrijani, H. 2008. Penggunaan Catatan Produksi Susu 305 Hari dan Catatan Produksi Susu Test Day (Hari Uji) untuk Menduga Nilai Pemuliaan Produksi Sapi Perah. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Padjajaran, Bandung. 114 hlm. (Tidak dipubliksikan).
Keown, J. F and R. W. Everet. 1985. Age-Month Adjusment Factors for Milk, Fat and Protein Yields in Holstein Cattle. J. Dairy Sci. 68:2664
Kurnianto, E. 1991. Penilaian Pejantan Sapi Perah Berdasarkan Catatan Produksi Susu Laktasi Sebagian. Thesis. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Tidak dipublikasikan).
Kurnianto, E., I. Sumeidiana dan R. Yuniara. 2004. Perbandingan Dua Metode Pendugaan Produksi Susu Sapi Perah berdasarkan Catatan Sebulan Sekali. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. J. Indon. Trop. Anim. Agric. 29 (4) Des 2004. Semarang.
Lasley, J. F. 1978. Genetics of Livestock Improvement. Prentice-Hall of India Private Limited. New Delhi.
Liniawati R. 1996. Hubungan Antara Umur Beranak, Panjang Calving Interval, Panjang Masa Laktasi, Panjang Masa Kering Dengan Produksi Susu. Skripsi. Fapet Unsoed. Purwokerto.
Marti, C. F and D. A. Funk. 1994. Relationship Between Production and Days Open at Different Levels of Herd Production. J. Dairy Sci. 75:2984-2989.
Martinez, M. L., A. J. Lee and C. Y. Lin. 1990. Multiplicative Age-season Adjusment Factors by Maximum Likehood, Gross Comparison and Paired Comparisons. J. Dairy Sci. 73:818-825.
-
Ayu Rahayu dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):236-243, April 2013
243
Morales, F., R. W. Blake, TL. Stanton and M.V. Hanh. 1989. Effect of Age, Parity, Season of Calving, and Sire on Milk Yield of Carora Cows in Venezuela. J. Dairy Sci.
Mrode, R. A. 2005. Linear Models for the Prediction of Animal Breeding Values. CAB International, Oxon, UK.
Mustofa, Z. 2003. Analisis Hubungan Antara Umur Beranak, Days Open dan Calving Interval dengan Produksi Susu Sapi Perah FH di BPPT Sapi Perah Cikole Bandung. Skripsi. Fapet Unsoed. Purwokerto.
Pallawaruka. 1992. Recording. Workshop on Dairy Farm Management. Fakultas Peternakan Unsoed. Purwokerto.
Sadewo, A. T. Ari dan S. A. Santosa. 2009. Accuracy of Estimating of Milk Production with Test Interval Method and Centering Date Method to Real Milk Production in Dairy Cattle Selection. Proceeding International Seminar AINI. Faculty of Animal Husbandry, Jendral Soedirmal University. Purwokerto.
Santosa, S. A dan A. T. A. Sudewo. 2007. Kecermatan Seleksi Sapi Perah Menggunakan Faktor Koreksi Data Lokal. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan UNSOED, Purwokerto.
Sargent, F. D., V. H. Lytton and O. G. Wall, Jr. 1968. Test Interval Method of Calculating Dairy Herd Improvement Association Records. J. Dairy Sci. 51: 170-179
Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta.
Schmidt, G. H and L. D. Van Vleck, 1975. Principles of Dairy Science. W. H. Freeman and Company. San Fransisco.
Steel, R. G. D and J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Surakhmad, W. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah. Edisi VIII. Tarsito. Bandung.
Swalve, H. H. 2000. Theoritical Basis And Computational Methods For Different Test-Day Genetic Evaluation Methods. J. Dairy Sci. 83: 1115 1124.
Williamson, G and W. J. A. Payne. 1993. An Introduction to Animal Husbandry in the Tropics. 3 rd Ed. Longman Group Limited. London.