52-224-1-PB (1)

27
  1 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG (Policies and Developing To urism in Prov ince Bangka Belitu ng) Devi Valeriani [email protected] ABSTRACT The research started with Provincial Government of Bangka Belitung committed to realize tourism sector to be a superior one. Being a province known for a tin producer, Bangka Belitung has relied almost all economic activities on the tin industry. This policy has created a negative effect, that is, excessive exploitation which generates environment degradation. It should be realized that the tin reserve is getting less and will run out. Basinct on the fact, the writer intended to analyze another sector ,namely, tourism sector (hotel, restaurant, entertainment and recreation sectors) as a reliable sector expected to  balance economic stability in the future. Therefore, the research aimed to study  performance of the tourism sector related to policies to develop tourism. It is conducted  by analysing the SWOT (strengths, weaknesses, threats and opportunities), and its connectivity to the backward and forward. . The SWOT analysis was used to find out strategies and policies in developing tourism with analysis internal factor and eksternal factor, consist of strength, weakness, opportunity, treatment. Input ouput model this analysis used input output table of Bangka Belitung Province 2005, which was created by classifying 45 sectors based on domestic transaction table on producer’s prices. Its purpose was to discover the relationship among sectors either backward or forward. The tourism sector was connected to the backward or the spreadth was above the average. This means that it had high enough potentials to attract the growth of upper industrial output. It would grow other supporting sectors. Meanwhile, the connectivity to the forward or sensitivity degree of hotel, entertainment and recreation sectors was still under the average. The sectors failed to push lower sector above the average of sensitivity degree. Yet, restaurant sector had high connectivity in  pushing other sectors. This pictured that it was relatively potential to serve demands of other sectors.  Key words : Tourism, SWOT analisys, Input Output Model, Backward Linkage, Forward  Linkage.

description

a

Transcript of 52-224-1-PB (1)

7/18/2019 52-224-1-PB (1)

http://slidepdf.com/reader/full/52-224-1-pb-1 1/27

  1

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PROVINSI KEPULAUAN

BANGKA BELITUNG

(Policies and Developing Tourism in Province Bangka Belitung)

Devi Valeriani

[email protected]

ABSTRACT

The research started with Provincial Government of Bangka Belitung committed

to realize tourism sector to be a superior one. Being a province known for a tin producer,

Bangka Belitung has relied almost all economic activities on the tin industry. This policy

has created a negative effect, that is, excessive exploitation which generates environment

degradation. It should be realized that the tin reserve is getting less and will run out.Basinct on the fact, the writer intended to analyze another sector ,namely, tourism sector

(hotel, restaurant, entertainment and recreation sectors) as a reliable sector expected to

 balance economic stability in the future. Therefore, the research aimed to study

 performance of the tourism sector related to policies to develop tourism. It is conducted

 by analysing the SWOT (strengths, weaknesses, threats and opportunities), and its

connectivity to the backward and forward.

. The SWOT analysis was used to find out strategies and policies in developing

tourism with analysis internal factor and eksternal factor, consist of strength, weakness,

opportunity, treatment. Input ouput model this analysis used input output table of Bangka

Belitung Province 2005, which was created by classifying 45 sectors based on domestictransaction table on producer’s prices. Its purpose was to discover the relationship among

sectors either backward or forward. The tourism sector was connected to the backward or

the spreadth was above the average. This means that it had high enough potentials to

attract the growth of upper industrial output. It would grow other supporting sectors.

Meanwhile, the connectivity to the forward or sensitivity degree of hotel, entertainment

and recreation sectors was still under the average. The sectors failed to push lower sector

above the average of sensitivity degree. Yet, restaurant sector had high connectivity in

 pushing other sectors. This pictured that it was relatively potential to serve demands of

other sectors.

 Key words : Tourism, SWOT analisys, Input Output Model, Backward Linkage, Forward Linkage.

7/18/2019 52-224-1-PB (1)

http://slidepdf.com/reader/full/52-224-1-pb-1 2/27

  2

PENDAHULUAN

Menurut ahli pembangunan ekonomi (Schumpeter 2000:198) menyatakan bahwa

 pertumbuhan ekonomi akan diikuti oleh perubahan-perubahan. Perubahan tersebut tidak

hanya kenaikan produksi barang dan jasa, namun mencakup juga peningkatan pendidikan,

kesehatan, infrastruktur dan sebagainya (Robiani, 2006:2). Pembangunan merupakankegiatan untuk mengembangkan perekonomianan taraf hidup masyarakat bukan hanya

 bagaimana menaikkan GNP (Gross National Product ) per tahun. Dikaitkan dengan

 pembangunan ekonomi daerah, Arsyad (1999: 298) mengemukakan bahwa pembangunan

ekonomi daerah merupakan suatu proses, dimana pemerintah daerah dan masyarakat

mengelola sumberdaya yang ada melalui suatu pola kemitraan untuk menciptakan

lapangan kerja atau kesempatan kerja baru dan merangsang pertumbuhan ekonomi.

Terkait dengan pembangunan daerah, maka upaya untuk mewujudkan

keberhasilan pelaksanaan pembangunan ekonomi di suatu daerah sangat tergantung

dengan kualitas perencanaan pembangunan. Pemanfaatan serta pengelolaan sumberdaya-

sumberdaya yang dimiliki secara optimal dan efisien dapat mendorong pertumbuhan

ekonomi yang tinggi. Dalam usaha mendorong pertumbuhan ekonomi daerah tersebutdiperlukan penentuan prioritas pembangunan (Sjafrizal, 1997:35-36). Pembangunan

ekonomi daerah harus dirancang sedemikian rupa sehingga menjamin penggunaan faktor-

faktor produksi yang ada dengan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan-tujuan yang

diharapkan. Pemilihan kebijakan pembangunan harus ditentukan atas dasar sifat dan

tujuan yang berbeda-beda yang hendak dicapai (Suparmoko dan Irawan, 2002:334)

Pembangunan yang dilakukan harus dapat menggali seluruh potensi yang ada pada

masing-masing daerah untuk diolah sehingga bermanfaat secara riil. Potensi tersebut

terdiri dari potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, potensi cultural dan potensi

lainnya yang harus diupayakan dan diberdayakan secara optimal. Diantara potensi-potensi

tersebut, kekayaan alam dan kultur budaya dapat dioptimalkan perannya dalam

 pembangunan melalui pariwisata.

Sektor pariwisata dewasa ini merupakan salah satu sektor industri terbesar di dunia

yang merupakan andalan penghasil devisa di berbagai negara. Sektor ini mampu

menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam kesempatan kerja, pendapatan,

taraf hidup dan mampu mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima

wisatawan, misalnya indutsri kerajinan tangan dan industri cinderamata,

 penginapan/perhotelan, transportasi dan sebagainya (Wahab,1992:5). Negara-negara

seperti Thailand, Singapore, Filipina, Fiji, Maladewa, Hawai, Kepulauan Karibia, dan

lain-lain sangat tergantung pada devisa yang didapatkan dari kedatangan wisatawan. Bagi

negara-negara di Kepulauan Karibia, pariwisata telah menciptakan 2,5 juta kesempatan

kerja atau sekitar 25 persen dari total kesempatan kerja pada tahun 2001 (Monsen, 2004dalam Pitana, et al , 2005:1). Pariwisata bagi Fiji, telah menjadi penghasil devisa kedua.

Pendapatan dari pariwisata pada tahun 1991 mencapai sekitar 35 persen dari total nilai

ekspor negara ini. Dengan pentingnya peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi

di berbagai negara, maka pariwisata sering disebut sebagai akses pembangunan ( passport

to development ). Data dari World Trade Organization (WTO tahun 2004),

kedatangan turis lokal dan mancanegara memberi sumbangan pada GDP( Gross

 Domestic Product)  lebih dari 15% dan angka ini lebih besar lagi pada negara-negara

yang mencanangkan negara kunjungan wisata seperti Negara Malaysia dengan slogan

 ̀Malaysia – Truly of Asia`.

Pada tahun 2000 Indonesia pernah mencanangkan Visit Indonesian Year yang

menjadikan pariwisata sebagai tulang punggung perekonomian negara, dan pada saat ituindustri pariwisata dapat memberi sumbangan sebesar 19.84% terhadap GDP (Gross

7/18/2019 52-224-1-PB (1)

http://slidepdf.com/reader/full/52-224-1-pb-1 3/27

  3

 Domestic Product)  negara tahun 2001 (Biro Pusat Statistik 2002). WTO melukiskan

 bahwa salah satu dari delapan pekerja di dunia, kehidupannya tergantung langsung atau

tidak langsungdari pariwisata. Pada tahun 2001, pariwisata telah menciptakan kesempatan

kerja bagi 207 juta orang atau lebih dari 8 persen kesempatan kerja di seluruh dunia, dan

diprediksikan menjadi mesin penggerak dalam penciptaan lapangan kerja pada abad ke 21

(UNEP, 2002 dalam Pitana et al , 2005:2).Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berdiri pada tahun 2000, sesuai dengan

Undang-undang Nomor 27 tahun 2000, sebagai provinsi yang ke-31 setelah pisah dari

 provinsi induknya Sumatera Selatan. Pada awalnya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

hanya terdiri dari dua kabupaten yaitu Kabupaten Bangka, Kabupaten Belitung dan satu

kota yaitu Kota Pangkalpinang sebagai Ibukota Provinsi. Pada tahun 2003 terjadi

 pemekaran wilayah menjadi enam kabupaten dan satu kota. Sebagai provinsi yang

terbilang muda Bangka Belitung mulai melangkahkan derap pembangunan dengan

menempatkan empat sektor unggulan dalam memprioritaskan pembangunannya

 berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 25 Tahun 2002, dengan menetapkan empat sektor

unggulan, yaitu: (i) sektor kelautan dan perikanan, (ii) sektor pertanian dan perkebunan,

(iii) sektor industri dan perdagangan, dan (iv) sektor pariwisata.

Keempat sektor unggulan di atas dijadikan prioritas dan penggerak perekonomian

dalam pembangunan dan pengembangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dalam

 penulisan ini permasalahan yang akan dikedepankan adalah pengembangan sektor

 pariwisata. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sudah menyadari bahwa kekayaan alam

untuk ditambang sudah akan habis dalam waktu dekat dan merumuskan visinya dengan

menempatkan pariwisata sebagai sektor andalan masa depan. (Gunawan, 2005)

Sebagai daerah yang telah lama dikenal sebagai daerah penghasil timah, wilayah

daratan Bangka Belitung banyak mewariskan lubang-lubang bekas galian tambang darat.

Terlebih lagi pasca reformasi, masyarakat terjun langsung ikut menambang. Semula

masyarakat diizinkan menambang secara tradisional (mendulang) sebagai kompensasimasa krisis ekonomi. Ternyata kemudian berkembang dengan menggunakan alat- alat

 berat (eskavator ) dan mesin semprot air, yang dikenal dengan istilah Tambang

Inkonvensional (TI). Bahkan tidak hanya didarat, daerah pantai pun tak luput dari sasaran

 penggalian.

Permasalahan lingkungan belakangan ini mendapat perhatian yang besar di

Bangka Belitung. Masalah tersebut timbul karena perubahan lingkungan akibat kegiatan

 penambangan yang menyebabkan lingkungan itu tidak sesuai lagi untuk mendukung

kehidupan manusia (degradasi lingkungan). Masalah lingkungan yang dihadapi

diantaranya berkaitan dengan persoalan produksi barang dan jasa terutama industri timah

yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan. Dalam memproduksi barang dan jasa

kurang memperhatikan dampak yang ditimbulkan terhadap kerusakan lingkungan, terlihatmasih banyak dalam memproduksi barang dan jasa hanya mempertimbangkan faktor

ekonomi.

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan provinsi penghasil timah

terbesar di dunia (Bangka Pos:2008), timah sebagai sebuah produk sumber daya alam

yang tidak dapat diperbaharui tentu dengan bergulirnya waktu akan menuju kepada satutahap dimana ketersediaan sumber daya alam tersebut akan menjadi berkurang bahkan

menjadi langka. Hal ini akan sangat berdampak terhadap perekonomian wilayah Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung yang memfokuskan perekonomiannya pada pertambangan

timah. Gambaran kontribusi sektor pertambangan dan pariwisata dalam pembentukan

PDRB provinsi Kepulauan Bangka Belitung dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008,

dapat dilihat pada Tabel berikut:

7/18/2019 52-224-1-PB (1)

http://slidepdf.com/reader/full/52-224-1-pb-1 4/27

  4

Tabel Kontribusi Sektor Pertambangan dan Pariwisata dalam Pembentukan

PDRBBangka Belitung Tahun 2005-2008 (persen)Tahun Dengan Migas Tanpa Migas

Pertambangan Pariwisata Pertambangan Pariwisata

2005 22,99 2,54 24,08 3,432006 22,04 9,75 22,93 9,35

2007 20,39 10,14 21,15 9,84

2008 18,08 10,30 18,50 10,10Sumber : BPS Kepulauan Bangka Belitung dalam angka 2009

Tabel diatas menggambarkan kontribusi sektor pertambangan terus mengalami

 penurunan dari tahun 2005 hingga tahun 2008, dimana pada tahun 2005 kontribusi sektor

 pertambangan dengan migas sebesar 22,99 % dan tanpa migas sebesar 24,08 %. Pada

tahun 2008 kontribusi sektor pertambangan dengan migas sebesar 18,08 % dan tanpa

migas sebesar 18,50 %.

Cadangan timah yang kian menipis, yang diperkirakan hanya tinggal beberapa

tahun kedepan. Serta demi penyelamatan lingkungan yang rusak akibat eksplorasi penambangan yang semakin memprihatinkan, maka ketergantungan terhadap

 penambangan harus segera ditinggalkan. Sektor lain yang perlu dibangun dan dijadikan

alat untuk mencapai kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Pariwisatamerupakan salah satu pilihan alternatif dalam pengembangan wilayah yang diharapkan

dapat memacu perkembangan sektor-sektor lainnya, sekaligus mengurangi konflik antar

sektor.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam pedoman penyusunan neraca satelit

 pariwisata (Departemen Budaya dan Pariwisata, 2005) sektor pariwisata bukanlah sektor

yang berdiri sendiri, tetapi merupakan industri multi sektor yang terdiri dari sektor hotel,

sektor restoran dan sektor jasa hiburan dan rekreasi. Karena itu maka dampak ekonomi

yang ditimbulkan pariwisata juga berdimensi multi sektor. Dampak ekonomi tersebut

dapat berupa pertumbuhan industri/usaha yang terkait dengan pariwisata atau

industri/usaha yang berkarakteristik pariwisata, peningkatan pendapatan penduduk,

kesempatan kerja dan investasi.

Sektor pariwisata berkaitan secara langsung dan tak langsung dengan berbagai

sektor perekonomian yang memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang sebagian atau

seluruhnya dikonsumsi oleh wisatawan, baik itu wisatawan mancanegara maupun

wisatawan nusantara. Dengan demikian berarti pertumbuhan sektor pariwisata dapat

dianggap sebagai pendorong laju pertumbuhan sektor-sektor lain termasuk pertanian,

 perdagangan dan sektor lainnya. Dampak ekonomis pariwisata yang lintas sektor ini

 bahkan juga melintas multi sektor dalam bentuk pemerataan pendapatan, kesempatankerja dan investasi.

Sektor pariwisata sebagai suatu industri jasa merupakan salah satu bidang yang

diharapkan dapat memberikan andil yang cukup besar dalam pembangunan daerah

Bangka Belitung. Kegiatan pariwisata ini bila dikelola dengan baik dapat menjadi salah

satu penyumbang pendapatan yang potensial dalam pertumbuhan ekonomi daerah

maupun nasional. Pariwisata bukan hanya sebagai sumber devisa tetapi juga dapat

memperluas kesempatan kerja yang ditimbulkan dari sejumlah keterlibatan sektor-sektor

lain di dalamnya.

Menurut Dahuri (2003:56) salah satu tipologi pariwisata yang menjadi alternatif

kegiatan bahari saat ini adalah kegiatan ekoturisme (wisata alam) yang mengandalkan

keindahan alam. Dari dimensi ekologis, kegiatan ini jelas mengandalkan keindahan alamsehingga kegiatan ini akan mendorong tindakan konservasi untuk mempertahankan daya

7/18/2019 52-224-1-PB (1)

http://slidepdf.com/reader/full/52-224-1-pb-1 5/27

  5

tarik agar keuntungan ekonomi dari kegiatan wisata ini dapat dipertahankan. Sementara

itu aspek sosial masyarakat setempat dimana kegiatan ekoturisme ini berlangsung, sering

mendapat manfaat ekonomi dari pengembangan kegiatan jasa pendukung wisata, selain

itu juga gangguan terhadap kehidupan tradisional masyarakat umumnya sangat kecil

sekali.

Sebagai alternatif bagi perekonomian wilayah Provinsi Kepulauan BangkaBelitung, pariwisata adalah salah satu sektor yang dapat diandalkan untuk mengantisipasi

era pasca pertambangan timah yang selama ini masih menjadi unggulan di Bangka

Belitung, karena selain letaknya strategis, pariwisata juga memberikan multiplier effects

yang dapat  mendorong pertumbuhan ekonomi. Menyadari hal ini, maka secara perlahan

 pemerintah propinsi mulai memberdayakan sektor parwisata sebagai sektor yang akan

dijadikan sumber penghasilan daerah dan penghasilan masyarakat Bangka Belitung.

Dipilihnya sektor ini dikarenakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki objek-

objek wisata yang sangat natural dan bagus.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah yang akan

diteliti adalah :

1. 

Bagaimana implementasi kebijakan pengembangan pariwisata di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung .

2. 

Bagaimana keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor-sektor lainnya dalam

 perekonomian daerah sebagai dampak dari kebijakan pengembangan pariwisata

di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tujuan dari penelitian ini  berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah

adalah

1.  Untuk mengetahui bagaimana implementasi kebijakan pengembangan

 pariwisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

2.  Untuk mengetahui bagaimana keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor-

sektor lainnya dalam perekonomian sebagai dampak dari kebijakan

 pengembangan pariwisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi yang diselenggarakan oleh suatu negara dewasa iniharus dilihat sebagai upaya terencana, terprogram, sistematik, dan berkelanjutan

dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan mutu hidup seluruh warga masyarakat.Pada gilirannya pembangunan ekonomi yang berhasil akan berakibat positif pada

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pembangunan ekonomimerupakan prioritas pembangunan bagi negara-negara sedang berkembang

(Siagian,2003:77-78).

Keberhasilan pembangunan menurut Todaro dalam Arsyad (1999:11) dapatditunjukkan oleh 3 hal pokok, yaitu : pertama, berkembangnya kemampuan

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Kedua, meningkatnya rasa hargadiri (self esteem)  masyarakat sebagai manusia. Ketiga, meningkatnya kemampuan

masyarakat untuk memilih (freedom from servitude), yang merupakan salah satu hakazazi manusia. Dengan adanya batasan tersebut, pembangunan ekonomi dapat

didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan perbaikan pendapatan riil per

kapita pada suatu negara dalam jangka panjang yang disertai perbaikan sistemkelembagaan.

7/18/2019 52-224-1-PB (1)

http://slidepdf.com/reader/full/52-224-1-pb-1 6/27

  6

Teori Pembangunan Ekonomi Daerah

Masalah pokok dalam pembangunan daerah terletak pada penekanan terhadapkebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang

 bersangkutan (endogeneous development) dengan menggunakan potensi sumberdaya

manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal (daerah). Orientasi inimengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif-insisatif yang berasal dari daerahtersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan

merangsang peningkatan kegiatan ekonomi. Dalam kaitan dengan hal penciptaankesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi. Dalam

kaitannya dengan hal penciptaan kesempatan kerja baru dan merangsang

 peningkatan kegiatan ekonomi, maka pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses, yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-

industri alternativ, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu

 pengetahuan, dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru (Arsyad, 1999: 298)Selanjutnya Arsyad (1999:298), mengemukakan bahwa tujuan utama setiap

 pembangunan ekonomi daerah adalah untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang

kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya mencapai tujuan itu pemerintah daerahdan masyarakat harus secara bersama-sama mengambil insiatif membangun daerah.

Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya denganmenggunakan sumber-sumber daya yang ada, harus mampu menaksir potensi

sumberdaya - sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah.

Teori pertumbuhan jalur cepat (Turnpike) yang diperkenalkan olehSamuelson (1955:98) mengatakan bahwa setiap wilayah perlu melihat sektor /

komoditi apa yang memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena sektor itu memiliki competitive advantage untuk dikembangkan. Artinya, dengan kebutuhan modal yang sama sektor tersebut

dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar, dapat berproduksi dalam jangkawaktu tertentu dan volume sumbangan untuk perekonomian wilayah cukup besar.

Perencanaan Pembangunan DaerahPembangunan daerah walaupun secara eksplisit dapat memiliki tujuan yang

 berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Secara umum tujuan

 pembangunan akan meliputi satu atau lebih tujuan-tujuan pembangunan yang saling

 berkaitan, sebagai berikut: (1) Mengurangi disparatis atas ketimpangan

 pembangunan antar daerah dan antar sub daerah serta antar warga masyarakat; (2)Memberdayakan masyarakat dengan mengentaskan kemiskinan; (3) meningkatkan

 pendapatan dan kesejahteraan masyarakat desa; dan (4) Mempertahankan dan

menjaga kelestarian sumberdaya alam agar bermanfaat bagi generasi sekarang dangenerasi mendatang (Arsyad, 2002:298).

Dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut diperlukan suatu tahap perencanaan.Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses perencanaan pembangunanyang dimaksudkan untuk melakukan perubahan menuju arah perkembangan yang

lebih baik bagi suatu komunitas masyarakat, pemerintah, dan lingkungannya dalamwilayah atau daerah tertentu dengan memanfaatkan atau mendayagunakan berbagai

sumber daya yang ada, dan harus memiliki orientasi yang bersifat menyeluruh dan

lengkap (Bratakusumah, et al ., 2004:7).

7/18/2019 52-224-1-PB (1)

http://slidepdf.com/reader/full/52-224-1-pb-1 7/27

  7

Perencanaan pembangunan, oleh karena itu mencakup upaya yang sistematikdari berbagai pelaku (aktor), baik umum (publik) atau pemerintah, swasta maupun

kelompok masyarakat lainnya dengan cara-cara terus menganalisis kondisi dankebijaksanaan pembangunan daerah, merumuskan tujuan dan kebijakan-kebijakan

 pembangunan daerah, menyusun konsep strategi bagi pemecahan masalah dan

melaksanakannya dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang tersedia,sehingga adanya peluang-peluang baru untuk meningkatkan kesejahteraanmasyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan (Arsyad, 2002:298).

Pembangunan Ekonomi Dan PariwisataDepartemen Budaya dan Pariwisata (2005) menyatakan pariwisata sangat

dipengaruhi oleh situasi dan kondisi perekonomian. Dengan ekonomi yang maju

 pariwisata akan berkembang karena didukung oleh kesejahteraan penduduk dan fasilitas

daerah tujuan wisata yang memadai. Hal sebaliknya juga dapat terjadi yaitu pariwisata

dapat mendorong perekonomian regional dan nasional. Kegiatan pariwisata akan

menimbulkan demand akan barang dan jasa yang selanjutnya akan merangsang

 pertumbuhan produksi.

Menurut Spillane (1994:132) ada beberapa elemen dalam menentukan hubungan

 pariwisata dengan pembangunan ekonomi, yaitu: (a) jenis pariwisata, (b) struktur

ekonomi nasional, (c) hubungan antara perpindahan modal dan migrasi tenaga kerja. Hal

ini mengisyaratkan bahwa pariwisata dalam pembangunan ekonomi nasional tergantung

secara parsial pada organisasi permodalan dan khususnya kemampuan modal dari luar

negeri untuk ditanamkan di dalam negeri. Pariwisata memainkan peranan yang sangat

 penting dalam strategi ekonomi di berbagai negara. 

Menurut World Travel and Tourisme Council   (WTTC) 1992 dalam  pengembangan usaha pariwisata merupakan salah satu upaya yang ditempuh oleh

negara-negara sedang berkembang untuk mempercepat pertumbuhan dan perkembangan ekonominya. Industri pariwisata merupakan alternatif bagi negara-negara terbelakang dan sedang membangun dalam meningkatkan perekonomiannya.

Usaha pariwisata merupakan usaha yang potensial untuk dikembangkan sebagaisalah satu penopang perekonomian daerah. Untuk memperbesar andilnya dalam

 perekonomian daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan

sumberdaya dan potensi pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan sumbangandalam kegiatan ekonomi (Unsri dan Bappeda Mura, 2004: II-6).

Secara luas pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyaimultidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Pembangunan usaha

 pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik (Spillane, 1994:

14). Hal tersebut sejalan dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 9tahun 1990 tentang kepariwisataan yang menyatakan bahwa penyelenggaraan

kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangkameningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperluas dan memeratakan

kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah,memperkenalkan dan mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata di Indonesia.

Serta memupuk rasa cinta tanah air dan mempererat persahabatan antar bangsa.Gunn (1988; 34) mendefinisikan pariwisata sebagai aktivitas ekonomi yang harus

dilihat dari dua sisi yakni sisi permintaan (demand side) dan sisi pasokan (supply side).

Lebih lanjut dia mengemukakan bahwa keberhasilan dalam pengembangan pariwisata di

suatu daerah sangat tergantung kepada kemampuan perencana dalam mengintegrasikan

kedua sisi tersebut secara berimbang ke dalam sebuah rencana pengembangan pariwisata.Dari sisi permintaan misalnya, harus dapat diidentifikasikan segmen-segmen pasar yang

7/18/2019 52-224-1-PB (1)

http://slidepdf.com/reader/full/52-224-1-pb-1 8/27

  8

 potensial bagi daerah yang bersangkutan dan faktor-faktor yang menjadi daya tarik bagi

daerah tujuan wisata yang bersangkutan. Untuk itu diperlukan penelitian pasar dengan

memanfaatkan alat-alat statistik multivariate tingkat lanjut, sehingga untuk

masing-masing segmen pasar yang sudah teridentifikasikan dapat dirancang strategi produk

dan layanan yang sesuai.

David Ricardo (1917;45) mengatakan bahwa faktor-faktor yang membuat suatudaerah memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) dapat berupa kondisi

alam, yaitu karena kondisi alam akhirnya wilayah itu memiliki keunggulan untuk

menghasilkan suatu produk tertentu. Pemberian alam, antara lain deposit bahan tambang

(minyak, gas, emas, bijih besi, timah dan lain-lainnya), pemandangan alam yang indah

(danau, pantai , laut dan lain-lain), serta potensi alam.

Konsep Keterkaitan Antar Sektor (Input-Output)

A. Analisa Keterkaitan Ke Belakang 

Jenis keterkaitan ini menghitung total output yang tercipta akibat meningkatnyaoutput suatu sektor melalui mekanisme penggunaan input produksi. Adanya peningkatan

output sektor tertentu mendorong peningkatan output sektor-sektor lainnya. Peningkatan

output akan meningkatkan permintaan input sektor itu sendiri. Input sektor tersebut ada

yang berasal dari sektor itu sendiri, ada pula yang berasal dari sektor lain. Oleh karena itu,

sektor tersebut akan meminta output sektor lain lebih banyak daripada sebelumnya (untuk

digunakan sebagai input proses produksi). Ukuran ini digunakan untuk melihat

keterkaitan ke belakang (backward linkage) atau daya penyebaran. Nilai keterkaitan ke

 belakang atau indeks daya penyebaran (IDP) ini menunjukkan efek yang ditimbulkan

oleh suatu sektor karena adanya peningkatan output sektor tersebut terhadap output

sektor-sektor lain yang digunakan sebagai input oleh sektor tersebut secara langsung

maupun tidak langsung atau kemampuan suatu sektor untuk menarik industri hulunya.

B. Analisa Keterkaitan Ke DepanJenis keterkaitan ini menghitung total output yang tercipta akibat meningkatnya

output suatu sektor melalui mekanisme distribusi output dalam perekonomian. Jika terjadi

 peningkatan output produksi sektor tertentu, maka tambahan output tersebut akan

didistribusikan ke sektor-sektor produksi dalam perekonomian, termasuk pada sektor itu

sendiri. Dalam prakteknya ukuran ini digunakan untuk melihat keterkaitan ke depan

( forward linkage) atau derajat kepekaan. Nilai keterkaitan ke depan atau indeks derajat

kepekaan (IDK). Nilai indeks ini menunjukkan efek relatif yang disebabkan oleh

 perubahan sektor lain yang menggunakan output tersebut atau kemampuan suatu sektor

mendorong perkembangan industri hilirnya.Oleh karena itu pengembangan pariwisata harus:

a.  Dikaitkan dan diselaraskan dengan sektor ekonomi dasar yang berkembang atau

 berpotensi didaerah yang bersangkutan.

 b.  Secara kreatif menggali potensi, baik yang  tangible maupun  intangible dari

 potensi sumber daya sektor-sektor lain di suatu daerah.

c. Bekerja sama dan berkoordinasi dengan sektor lain, dalam berbagai tahapan

 perencanaan, implementasi dan pengawasan pembangunan, serta dengan jelas

menguraikan ’siapa melakukan apa’ di antara sektor -sektor yang ada dalam

 pemerintahan, industri pariwisata, masyarakat , dan pemangku kepentingan

 pariwisata lainnya. Dengan konsep ini pariwisata menjadi alat pemersatu sektor-

sektor pembangunan wilayah dan mengurangi potensi konflik antar kepentingan.

7/18/2019 52-224-1-PB (1)

http://slidepdf.com/reader/full/52-224-1-pb-1 9/27

  9

Industri PariwisataDalam konteks pariwisata sebagai industri, Pendit (2006:40) telah

memperkenalkan beberapa istilah seperti industry of the invisible export  (industri eksport

tidak nyata), hospitality industry  (industri ramah tamah), atau  service industry  (industri

 jasa pelayanan). Adapun batasan tentang industri pariwisata menurut Yoeti (1990:56)

adalah kumpulan dari bermacam perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang- barang dan jasa-jasa ( goods and service) yang dibutuhkan para wisatawan pada

khususnya dan traveller  pada umumnya, selama dalam perjalanannya.

Sebagai sebuah industri, Wardiyanta (2006:78) menyatakan pariwisata

mempunyai sifat yang khas, tidak hanya melibatkan banyak industri, yakni transportasi,

akomodasi, jasa boga, atraksi, retail, tetapi bersifat menyerap banyak tenaga kerja yang

 pada akhirnya juga memiliki implikasi politis yang besar. Dalam pengembangan

 pariwisata, sangat diperlukan sebuah kebijakan untuk dapat meminimalisasi dampak

negatif yang sering timbul.

Menurut Prajogo (1976:57) pariwisata sebagai industri mempunyai beberapa sifat

khusus, yang membedakannya dengan industri lain. Sifat khusus tersebut adalah: (a)

 produk wisata mempunyai ciri bahwa ia tidak dapat dipindahkan. Orang tidak dapat

membawa produk wisata pada langganan, tetapi langganan itu sendiri harus

mengunjunginya, mengalami dan datang untuk menikmati produk wisata itu, (b) dalam

 pariwisata produksi dan konsumsi terjadi pada saat yang sama. Tanpa langganan yang

sedang mempergunakan jasa-jasa itu tidak akan terjadi produksi, (c) sebagai suatu jasa,

maka pariwisata memiliki berbagai ragam bentuk, oleh karena itu dalam pariwisata tidak

ada standar ukuran yang obyektif, (d) langganan tidak dapat mencicipi, mengetahui atau

menguji produk itu sebelumnya, yang dapat dilihat hanya brosur-brosur, gambar-gambar,

(e) dari segi usaha, produk wisata merupakan usaha yang mengandung resiko besar.

Industri pariwisata memerlukan modal yang besar, sedangkan permintaan sangat peka

terhadap perubahan situasi ekonomi, politik, sikap masyarakat, kesenangan wisatawandan sebagainya.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi industri pariwisata menurut Spillane

(1987 :89) adalah: (a) pertumbuhan pendapatan nyata dan wisatawan yang bersangkutan,

semakin tinggi pendapatan nyata semakin bertambah juga pendapatan yang dapat

disisihkan untuk perjalanan wisata, (b) wisatawan yang bersangkutan termasuk golongan

orang-orang memperoleh pembiayaan cuti yang diambil (pad vacation), (c) besar kecilnya

kurs mata uang dari negara penghasil wisatawan terhadap mata uang negara tujuan

mereka. Semakin tinggi nilai mata uang negara penghasil wisatawan terhadap mata uang

negara tujuan mereka, semakin besar pula daya tarik negara tujuan bagi wisatawan yang

 bersangkutan, (d) perbandingan antara daya tarik suatu negara tujuan wisatawan dengan

kebutuhannya untuk berkunjung ke sana, (e) kemudahan pencapaian dan tersedianyafasilitas transportasi. Berapapun besarnya suatu daerah tujuan wisata, jika sulit untuk

dicapai dan fasilitas tidak memadai, maka keinginan wisatawan untuk ke sana pun pudar,

(f) faktor-faktor penting lainnya adalah air travel policies, landing rights dan tarif

 penerbangan, yaitu intensitas usaha usaha promosi dan pemasaran yang dilakukan oleh

negara tujuan wisata di negara penghasil wisatawan, dan yang sangat penting adalah sikapdari negara-negara tujuan wisata terhadap pariwisata itu sendiri, baik sikap pemerintah

maupun sikap masyarakatnya.

Permintaan dan Penawaran Pariwisata

Damanik (2006:12) menyatakan dari sisi ekonomi, pariwisata muncul dari empat

unsur pokok yang saling terkait erat atau menjalin hubungan dalam suatu sistem, yakni (a) permintaan atau kebutuhan; (b) penawaran atau pemenuhan kebutuhan berwisata itu

7/18/2019 52-224-1-PB (1)

http://slidepdf.com/reader/full/52-224-1-pb-1 10/27

  10

sendiri; (c) pasar dan kelembagaan yang berperan untuk memfasilitasi keduanya; dan (d)

 pelaku atau aktor yang menggerakkan ketiga elemen tadi. Keterkaitan antar empat unsur

tersebut di atas sebagai sistem pariwisata seperti tergambar di bawah ini:

Gambar.Sistem Kepariwisataan

Sumber: Damanik (2006), Perencanaan Ekowisata

Kebijakan sektor pariwisata dilakukan untuk mendorong potensi wisata yang adamenjadi produk yang siap dikonsumsi. Untuk itu perlu dilakukan pengendalian supaya

 produk yang ada tidak saling bersaing, namun dapat bersinergi dalam satu kemasan

 produk yang ditawarkan menjadi paket-paket wisata. Sehingga kebijakan yang dibuat

mampu menciptakan penawaran berbagai atraksi wisata. Dengan demikian produk wisata

harus peka dan mampu menangkap permintaan dari wisatawan terhadap kualitas dan

kuantitas produk yang ditawarkan.

Kontribusi Pariwisata Terhadap Pendapatan DaerahDalam Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

dijelaskan pada pasal 157 bahwa sumber pendapatan daerah terdiri atas: (a) pendapatanasli daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu: (1) hasil pajak daerah; (2) hasil retribusi

daerah; (3) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan (4) lain-lain PAD

yang sah; (b) dana perimbangan; dan (c) lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya sangat ditentukan atau

tergantung dari sumber-sumber PAD. Pemerintah daerah dituntut untuk dapat menghidupi

dirinya sendiri dengan mengadakan pengelolaan terhadap potensi yang dimiliki, untuk itu

usaha untuk mendapatkan sumber dana yang tepat merupakan suatu keharusan.

Terobosan-terobosan baru dalam memperoleh dana untuk membiayai pengeluaran

 pemerintah daerah harus dilakukan, salah satunya adalah sektor pariwisata.

PAD adalah salah satu sumber pendapatan daerah yang dituangkan dalam

anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) dan merupakan sumber murni penerimaan daerah yang selalu diharapkan peningkatannya. Pada tahun 2008 PAD

KEBIJAKAN

PARIWISATA

PENAWARAN

PERMINTAAN

PASAR/PELAKU PARIWISATA

PRODUK

Keterangan:

a) mendorong; b) mengendalikan; c) mempengaruhi;

c c

a b

d e

7/18/2019 52-224-1-PB (1)

http://slidepdf.com/reader/full/52-224-1-pb-1 11/27

  11

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang disumbangkan dari pajak hotel, restoran dan

 jasa hiburan sebesar 2,56 Milyar Rupiah (Dipenda, 2009). Artinya ada manfaat ekonomi

yang diberikan oleh sektor pariwisata, selain menambah pemasukan dan pendapatan

daerah juga memberikan manfaat masyarakat. Penambahan ini bisa dilihat dari

meningkatnya pendapatan dari kegiatan usaha yang dilakukan masyarakat, berupa

 penginapan, restoran, dan rumah makan, pramuwisata, biro perjalanan dan penyediaancinderamata. Bagi daerah sendiri kegiatan usaha tersebut merupakan potensi dalam

menggali PAD, sehingga perekonomian daerah dapat ditingkatkan, (a) membuka

kesempatan kerja, industri pariwisata merupakan kegiatan mata rantai yang sangat

 panjang, sehingga banyak membuka kesempatan kerja bagi masyarakat di daerah tersebut,

(b) menambah devisa negara. Dengan makin banyaknya wisatawan yang datang, maka

makin banyak devisa yang akan diperoleh, (c) merangsang pertumbuhan kebudayaan asli,

serta menunjang gerak pembangunan daerah.

Pariwisata dan Dampak Ekonomi Daerah

Perkembangan pariwisata juga mendorong dan mempercepat pertumbuhanekonomi. Kegiatan pariwisata menciptakan permintaan, baik permintaan konsumsi

maupun investasi yang pada gilirannya akan menimbulkan kegiatan produksi barang dan

 jasa, baik barang konsumsi maupun barang modal. Dengan demikian produksi barang dan

 jasa, serta nilai tambahnya meningkat. Selama berwisata, wisatawan dengan pengeluaran

 belanjaannya, secara langsung menimbulkan permintaan (Tourism Final Demand ) pasar

 barang dan jasa. Selanjutnya  Final Demand   wisatawan secara tidak langsung

menimbulkan permintaan akan barang modal dan bahan baku ( Investment Derived

 Demand ) untuk berproduksi memenuhi permintaan wisatawan akan barang dan jasa

tersebut. Untuk memenuhi permintaan wisatawan diperlukan investasi di bidang

transportasi dan komunikasi, perhotelan dan akomodasi lain, industri kerajinan dan

industri produk konsumen, industri jasa, rumah makan dan restoran, karenanya pasar

 barang modal dan bahan baku membesar dan meluas.

Secara tidak langsung pula, pariwisata juga menciptakan efek konsumsi rumah

tangga. Kegiatan berproduksi yang ditimbulkan oleh tourism demand   dan derived

investment demand , menciptakan kesempatan kerja produktif yang memberikan

 pendapatan pada pekerja dan rumah tangga. Pada gilirannya pekerja dan anggota rumah

tangga penerima pendapatan akan membelanjakan untuk membeli barang dan jasa yang

diperlukan. Pengeluaran konsumsi rumah tangga ikut pula memperbesar pasar, yang akan

mendorong peningkatan produksi dan akhirnya meningkatkan pendapatan daerah.

Menurut Kuswara (2006:18) pariwisata yang memiliki keterkaitan lintas sektor

dan usaha mampu membangkitkan dampak ekonomi multi ganda (multiplier effect ) yangsangat signifikan bagi tumbuhnya mata rantai usaha lintas skala, terutama usaha kecil dan

menengah (UKM) sehingga membantu penciptaan lapangan kerja dan peningkatan

 pendapatan masyarakat.

7/18/2019 52-224-1-PB (1)

http://slidepdf.com/reader/full/52-224-1-pb-1 12/27

  12

Gambar. Dampak Ekonomi Pariwisata

Sumber: Kuswara (2006), Kepariwisataan dalam Perspektif pengembangan Kota

Pariwisata dan Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Menurut Yakin (1997:11) dalam konsep dasar pembangunan yang berwawasan

lingkungan ada dua aspek penting yang menjadi perhatian utama yaitu lingkungan

(ekologi, the environment ) dan pembangunan (development ). Oleh karena itu

 pembangunan yang berwawasan lingkungan berarti pembangunan yang baik dari titik

 pandang ekologi atau lingkungan.

Pembangunan berkelanjutan telah menjadi isu penting dalam pembangunan

ekonomi dunia dalam beberapa dekade terakhir ini. Ini disebabkan masyarakat dunia telah

menyadari akan pentingnya menjaga lingkungan dari aktifitas ekploitasi sumberdaya alam

yang berlebihan untuk kepentingan sesaat yang akan mengakibatkan degradasi

lingkungan.

Selanjutnya Yakin (1997:29) mengatakan pertumbuhan sektor jasa khususnya

 pariwisata bukannya tidak membawa dampak negatif terhadap sosial dan lingkungan.

Membludaknya turis di lokasi-lokasi pariwisata utama menimbulkan banyak masalahseperti kepadatan penduduk, kemacetan, degradasi sumberdaya alam (natural  

environment ) dan objek-objek buatan manusia (manmade  environment ) sekitar lokasi,

serta masalah yang muncul karena terjadinya pembenturan antara budaya lokal dan

 budaya pendatang dan sebagainya. Oleh karenanya perlu dilihat juga bagaimana dampak

 pengembangan pariwisata ini terhadap lingkungan fisik dan sosial.

Menurut Hadiono (1996:43) kualitas lingkungan perlu diperimbangkan, karena

sangat diperhatikan oleh wisatawan mancanegara. Mengenai ekoturisme, pariwisata

 berkelanjutan, pariwisata alternatif sehingga syarat pertama untuk pengembangan

 pariwisata adalah formulasi dan penempatan rencana fisik komprehensif menyajikan

suatu kerangka acuan bagi promosi dan pengembangan pariwisata harus memuat antara

lain tiga kriteria:

7/18/2019 52-224-1-PB (1)

http://slidepdf.com/reader/full/52-224-1-pb-1 13/27

  13

1. 

Batas daya dukung lingkungan, yaitu identitas kontruksi yang dapat didukung oleh

 panorama dan kota.

2. 

Fisik batas perluasan wisata sesuai dengan sumberdaya kawasan (darat, perairan,

termasuk sumberdaya wisata alami).

3. 

Kenyamanan: batas-batas dari kepadatan wisata terhadap lahan, kepadatan

 penduduk dan kesediaan fisik akan ruang untuk menghindarkan kepenuhsesakandan menurunnya mutu sumberdaya.

Peneliti TerdahuluWidianto (2008), dalam penelitiannya berjudul Pengembangan Pariwisata

Pedesaan, dengan menggunakan analisis SWOT. Hasil yang didapatkan dari penelitian

 bahwa pengembangan pariwisata pedesaan di desa wisata Ketingan mengandalkan daya

tarik alam, yaitu habitat burung. Strategi yang akan dikembangkan adalah meningkatkan

 pemasaran, kualitas SDM, kualitas pelayanan, memelihara mutu dari apa yang menarik

dan ditawarkan dari obyek tersebut.

Hastuti (2005) dalam penelitianya yang berjudul Analisis Potensi Wisata Alam

di Daerah Pesisir Selatan Kabupaten Gunung Kidul,  memiliki tujuan potensi wisata

daerah pantai dan faktor pembeda kunjungan wisatawan. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah survey dan analisis data sekunder dengan observasi dan

didapat hasil: 1) Daerah penelitian mempunyai tiga potensi yaitu tinggi, sedang dan

rendah. 2) Faktor yang berpengaruh terhadap perbedaan kunjungan wisata adalah

industri pariwisata dan sarana pengunjung.

Kesumawardhana (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Strategi

Pengembangan Kawasan Wisata Kopeng, dengan menggunakan SWOT Analysis

menemukan bahwa Kawasan Wisata Kopeng, merupakan potensi wisata tinggi yang

menawarkan beragam aktivitas ekowisata namun memiliki kelemahan yaitu pangsa pasar

yang masih rendah akibat kurangnya promosi yang dilakukan oleh pemerintah setempat.Alavalapati (2000) dalam penelitiannya tentang interaksi antara kepariwisataan,

sektor-sektor ekonomi dan lingkungan dalam konteks suatu wilayah mengemukakan

 bahwa aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan kepariwisataan akan mempengaruhi

 perekonomian regional. Pengaruh tersebut akan berbeda antara daerah yang satu dengan

daerah yang lain tergantung struktur ekonominya. Model yang digunakan adalah model

keseimbangan umum sederhana.

METODE ANALISIS DATAMetode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis

SWOT dan Input Output. Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada di kepariwisataan ProvinsiKepulauan Bangka Belitung, sehingga dapat diketahui strategi pengembangan pariwisata. Analisis Input Output digunakan untuk melihat keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor-sektor lainnya.

Analisis SWOT (SWOT Analysis) . Analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunitis, Threat) adalah suatu metode

yang berusaha mempertemukan seluruh aspek-aspek kekuatan, kelemahan, peluang

dan ancaman yang ada di dalam sektor pariwisata yang terdapat di Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung, sehingga dapat disusun strategi pengembangan pariwisata di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung.

7/18/2019 52-224-1-PB (1)

http://slidepdf.com/reader/full/52-224-1-pb-1 14/27

  14

Analisis Keterkaitan Antar Sektor

Tabel Input Output

Data yang disajikan dalam tabel input output merupakan informasi rinci tentang

input dan output sektoral yang mampu menggambarkan keterkaitan antar sektor dalamkegiatan perekonomian. Sesuai dengan asumsi dasar yang digunakan dalam proses

 penyusunannya Tabel I-O bersifat statis dan terbuka. Asumsi dasar dalam penyusunan

Tabel I-O adalah sebagai berikut (BPS,1999):

1. 

Keseragaman (homogeneity), yaitu asumsi bahwa setiap sektor hanya

memproduksi satu jenis output (barang dan jasa) dengan struktur input tunggal

(seragam) dan tidak ada substitusi otomatis antar output dari sektor yang berbeda.

2.  Kesebandingan ( proportionality), yaitu asumsi bahwa kenaikan/ penurunan jumlah

input yang digunakan oleh suatu sektor akan sebanding dengan

kenaikan/penurunan output yang dihasilkan.

3.  Penjumlahan (additivity), yaitu asumsi bahwa jumlah pengaruh kegiatan produksi

di berbagai sektor merupakan penjumlahan dari pengaruh pada masing-masingsektor tersebut.

Secara sederhana kerangka dari Tabel I-O dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel Kerangka Tabel Input Output

Kuadran I

Membuat arus transaksi antar sektor

Kuadran 2

Merupakan permintaan akhir dan outputtotal yang dirinci menurut sektor

Kuadran 3

Semua input primer yangdipergunakan maupun output yangdihasilkan masing-masing sektor

Kuadran 4

Berisi jumlah input primer yang jugamerupakan jumlah permintaan akhir danoutput total

Sumber: BPS, Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input-Output, 1999

Klasifikasi Sektor

Klasifikasi sektor tidak saja menjadi basis dalam proses penyusunan Tabel Input

Output tetapi juga berguna untuk tujuan-tujuan analisis, sebab dampak suatu sektor

terhadap perkembangan ekonomi nasional ataupun regional atau sebaliknya, tidak akan

dapat diketahui kalau sektor tersebut berdiri sendiri dalam klasifikasi yang dipakai.

Prinsip utama dalam penyusunan klasifikasi sektor adalah keseragaman(homogenitas) dari setiap kelompok/sektor. Maksudnya, barang dan jasa atau kegiatan

 perekonomian yang dicakup oleh suatu sektor harus memiliki sifat yang relatif

homogen/seragam. Klasifikasi sektor yang diperlukan untuk Tabel I-O adalah suatu

klasifikasi yang mampu merekam semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan produksi

dan distribusi barang dan jasa.

Tabel I-O Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2005 terdiri dari 45 (empat

 puluh lima) sektor, yang bila dikelompokkan dalam empat sektor yang digunakan oleh

Chenery dan Syrquin yang terdiri dari sektor primer, sektor industri, sektor utiliti dan

sektor jasa (Susanti, 2000). Pada sektor jasa, sektor 32 (Hotel), sektor 33 (Restoran) dan

sektor 43 (Jasa hiburan dan rekreasi), dikelompokkan sebagai sektor Pariwisata, yang

akan menjadi perhatian pada penelitian ini.

7/18/2019 52-224-1-PB (1)

http://slidepdf.com/reader/full/52-224-1-pb-1 15/27

  15

Untuk melihat struktur permintaan, struktur output, struktur input antara dan NTB,

45 sektor pada Tabel I-O Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diklasifikasikan ke dalam

10 sektor seperti terlihat pada Tabel berikut:

Tabel Klasifikasi Tabel Input Output Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2005

(45 sektor kedalam 10 sektor)

Kod

e

Nama Sektor Klasifikasi Kode Nama Sektor Klasifikasi

1 Padi Pertanian 34 Angkutan Jalan Raya Pengangkutandan

Komunikasi2 Tanaman Bahan Makanan Lainnya 35 Angkutan Udara

3 Lada 36 Angkutan laut, Sungai, Danau &

Penyeberangan

4 Karet 37 Jasa Penunjang Angkutan

5 Kelapa Sawit 38 Komunikasi

6 Tanaman Perkebunan Lainnya 39 Bank & Lembaga Keuangan Keuangan

dan Jasa Pers7 Walet 40 Usaha Bangunan dan Jasa Perusahaan

8 Peternakan dan Hasil-hasilnya 41 Pemerintahan Umum dan Pertahanan Jasa-Jasa

9 Kayu dan Hasil Hutan lainnya 42 Jasa Pendidikan, Kesehatan, Sosial

Kemasy

10 Perikanan 44 Jasa Perorangan & Rumahtangga

11 Penambangan Timah Pertambang

an

danPenggalian

45 Kegiatan yang tak jelas batasannya

12 Pertambangan dan Penggalian

Lainnya

180 Jumlah Permintaan Antara

13 Industri Pengolahan dan Pengawetan

Ikan

Industri

Pengolahan

190 Jumlah Input Antara

14 Industri Minyak dan Lemak 200 Impor

15 Industri Penggilingan Padi 201 Upah dan Gaji

16 Industri Penggilingan Lada 202 Surplus Usaha

17 Industri Kerupuk 203 Penyusutan

18 Industri Makanan, Minuman &

Tembakau

204 Pajak Tak Langsung

19 Industri Barang dari Kayu & Hasil

Hutan

205 Subsidi

20 Industri Kertas dan Barang Cetakan 209 Nilai Tambah Bruto21 Industri Kimia 210 Jumlah Input

22 Pengilangan Minyak Bumi 301 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

23 Industri Batu Bata & Genteng dari

tanah liat

302 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

24 Industri Semen dan Barang-barangdari semen

303 Pembentukan Modal Tetap Bruto

25 Industri Besi dan Baja 304 Perubahan Stok

26 Industri Peleburan Timah 305 Ekspor Barang dan Jasa

27 Industri Mesin, Alat angkutan &

 perbaikannya

309 Jumlah Permintaan Akhir

28 Industri Barang lainnya 310 Jumlah Permintaan

29 Listrik, Gas dan Air Bersih L G A 409 Impor Barang dan Jasa

30 Bangunan Bangunan 509 Jumlah Margin Perdagangan dan Biaya Pengangkutan

31 Perdagangan Perdaganga

n

600 Jumlah Output

32 Hotel Pariwisata 700 Jumlah Penyediaan

33 Restoran

43 Jasa Hiburan & Rekreasi

Sumber : BPS, Tabel Input Output, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2005, diolah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis SWOT

Kekuatan (Strenght)

Kekuatan yang dimiliki oleh pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

adalah sebagai berikut:

1.  Memiliki bandara udara bertaraf nasional, dengan penerbangan 10  –  15 Trip per

hari dan jarak penerbangan Jakarta –  Pangkalpinang dapat ditempuh hanya dengan

waktu 55 menit.

7/18/2019 52-224-1-PB (1)

http://slidepdf.com/reader/full/52-224-1-pb-1 16/27

  16

2.  Mempunyai 8 Pelabuhan laut besar untuk penumpang dan barang

3. 

Jalan-jalan utama yang terdapat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

kondisinya sangat baik sehingga sangat membantu kelancaran mobilitas

wisatawan menuju objek wisata dan tidak pernah terjadi kemacetan lalulintas.

4. 

Lokasi pendirian pusat pembangkit listrik dan suplai batubara untuk bahan bakarenergi pembangkit listrik dengan lokasi strategis dan dekat pantai / pelabuhan.

5.  Hotel-hotel yang ada di objek wisata sangat bagus dengan pemandangan alam

 pantai yang sangat indah.

Kelemahan (Weakness)

Kelemahan yang dimiliki oleh pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

adalah sebagai berikut :

1.  Pemanfaatan pelabuhan penumpang belum optimal, karena keterbatasan armada

transportasi laut dan jalur pelayaran belum menjangkau seluruh pelabuhan yang

ada serta pelabuhan yang dimanfaatkan untuk transportasi penumpang hanya ada

3, yaitu pelabuhan Pangkal Balam, pelabuhan Mentok dan pelabuhan TanjungPandan.

2.  Aksesbilitas menuju objek wisata dan pusat kota dari pelabuhan dan bandara

masih sulit, karena keterbatasan jumlah angkutan umum serta keadaan jalan

Provinsi dan kabupaten kerikil 95,07 Km, jalan tanah 269,20 Km dengan kriteria

kondisi jalan sedang 1.004,47 Km, rusak 790,19 Km, dan rusak berat 184,97

Km.

3.  Kondisi Bandara Depati Amir saat ini adalah bandara yang hanya dapat digunakan

untuk pendaratan pesawat tipe Boeing 737-200 dan jalur penerbangan masih

terbatas Jakarta  –   Pangkalpinang , Pangkalpinang  – Jakarta dan Palembang  –  Pangkalpinang, Pangkalpinang –  Palembang.

4.  Penyediaan air bersih sangat bergantung pada perusahaan air minum daerah

karena keterbatasan dalam memperoleh sumber air lainnya seperti sumur galian,

dan masih banyak daerah objek wisata yang belum memiliki jaringan air

 bersih, keberadaan air di Bangka Belitung secara umum mempunyai kadar

keasaman yang tinggi, ( PH air rata-rata dibawah 6).

5.  Adanya keterbatasan pasokan listrik di beberapa kawasan wisata sehingga listrik

sering padam dan mengganggu kenyamanan wisatawan dan lampu jalan menuju

objek wisata belum berfungsi secara optimal sehingga menyulitkan untuk

 berwisata di malam hari.

Peluang (Oportunity)

Peluang yang dimiliki oleh pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

adalah sebagai berikut :

1.  Membuka rute pelayaran dan penerbangan yang baru untuk penumpang dan

menambah jumlah armada angkutan udara dan laut.

2.  Menyediakan transportasi angkutan darat dari bandara, pelabuhan dan terminal ke

 berbagai tujuan objek wisata.

3. 

Memperbaiki jalan-jalan yang dalam kondisi rusak dan membangun akses jalan

 baru menuju objek wisata.

4. 

Memanfaatkan sumber sumber air yang tersedia dengan menggunakan teknologi

 pengolahan air untuk mendapatkan jumlah dan kualitas air yang bersih dan sehat.

7/18/2019 52-224-1-PB (1)

http://slidepdf.com/reader/full/52-224-1-pb-1 17/27

  17

5. 

Membangun pembangkit listrik dengan fasilitas yang lengkap, dan sekaligus

dapat dimanfaatkan sebagai obyek wisata 

Ancaman (Threat)

Ancaman yang dimiliki oleh pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitungadalah sebagai berikut :

1.  Jumlah kunjungan wisatawan akan berkurang karena fasilitas bandara, pelabuhan

dan terminal belum dikelola dan dimanfaatkan untuk kebutuhan wisata.

2.  Wisatawan akan kecewa karena fasilitas listrik dan air tidak memadai, sehingga

enggan untuk mengulangi berwisata ke Bangka Belitung.

3. 

Jumlah kunjungan wisatawan akan berkurang jika jumlah hotel yang mereka

inginkan sangat terbatas.

4.  Apabila bila kemasan masakan tidak sesuai dengan selera para wisatawan, maka

restoran akan terancam tidak laku / tutup, dan menimbulkan kesan tidak baik bagi

 para wisatawan.

5. 

Jika kerajinan yang dijual harganya mahal, maka usaha tersebut akan mengalami

kesulitan dan munculnya produk pesaing dari daerah lain.

Strategi Pengembangan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka BelitungBerdasarkan Analisa SWOT, Strategi Pengembangan Pariwisata Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung meliputi: 

1.  Mengoptimalkan pemanfaatan pelabuhan penumpang dan barang dengan

 penambahan armada transportasi laut dan menambah jalur pelayaran yang dapat

menjangkau seluruh pelabuhan.

2.  Membuka jalur angkutan darat dari berbagai terminal ke objek wisata dan

mengoperasikan angkutan kota sampai malam hari.3.

 

Meningkatkan kualitas jalan Provinsi dan Kabupaten, jalan kerikil menjadi

 jalan aspal 95,07 Km, jalan tanah menjadi jalan aspal 269,20 Km, memperbaiki

 jalan rusak sedang 1.004,47 Km, memperbaiki jalan rusak 790,19 Km dan

 perbaikan jalan rusak berat 184,97 Km.

4.  Meningkatkan panjang landasan Bandara Depati Amir agar dapat digunakan

untuk pendaratan pesawat tipe Boeing 737-400, serta menambah jalur

 penerbangan, secara nasional maupun asia tenggara utamanya, jalur

Pangkalpinang-Jakarta-Singapura dan Pangkalpinang-Jakarta-Bali.

Program Pengembangan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Program-program Pengembangan  pariwisata yang ditetapkan adalah:

1. Pengembangan segitiga  pertumbuhan Sungailiat-  Mentok-  Pangkalpinang,  yang terdiri dari:

- Program  pemeliharaan dan   pengembangan  objek wisata  sehingga mempunyai

daya tarik dan menarik minat wisatawan untuk berkunjung

- Program pengembangan pusat bisnis cindermata dan makanan khas Bangka

Belitung.

Program pengembangan seni budaya cina dan melayu. 

- Program pengembangan paket wisata kota. 

Tujuan pengembangan program diarahkan pada pengembangan wisata budaya

untuk memunculkan kekhasan budaya Kepulauan Bangka Belitung dan meningkatkan

rasa cinta, rasa memiliki, serta kebanggaan terhadap budaya daerah.

2. Pengembangan wisata alam pantai terpadu, yang terdiri dari:

7/18/2019 52-224-1-PB (1)

http://slidepdf.com/reader/full/52-224-1-pb-1 18/27

  18

-Program peningkatan infrastruktur listrik, air dan fasilitas penunjang pariwisata

kawasan pantai, dengan upaya peningkatkan penyediaan pasokan listrik dengan

sebanyak 9 daya terpasang 7.002 kilowatt yang berasal dari 80 buah pembangkit

listrik menjadi lebih besar dan menyediakan fasilitas air bersih di setiap objek

wisata.

- Program peningkatan jalan-jalan menuju objek wisata dengan meningkatkan kualitas jalan provinsi dan kebupaten.

− 

Program peningkatan penyediaan perlengkapan dan informasi untuk

 pengembangan wisata pantai.

Tujuan pengembangan program diarahkan pada menggalakkan wisata alam

 pantai sebagai tema pengembangan, untuk menumbuhkan wilayah- wilayah potensi

dengan memanfaatkan kondisi alam lingkungan pantai.

3. Pengembangan industri kecil,yang terdiri dari:

- Program pelatihan dan pembinaan usaha kecil kerajinan khas Bangka Belitung

- Program pengembangan pemasaran dan promosi.

Tujuan pengembangan program diarahkan pada pengembangan industri kecil pengusaha kerajinan, makanan khas dan peningkatan jumlah pasar wisatawan nusantara

dan mancanegara, terutama yang tertarik pada industri kerajinan rakyat.

Kegiatan Pengembangan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Beberapa kegiatan yang juga telah diagendakan diantaranya: Pekan Pameran

Pembangunan dan Investasi Bisnis, Mengadakan kegiatan Seminar/Lokakarya Nasional,

Pasar Malam dan hiburan masyarakat, Pentas Musik Kaula Muda dan Musik Jazz,

Pertemuan Dunia Melayu Dunia Islam dan Festival Kesenian Melayu, Mengadakan

 pelatihan bagi peningkatan SDM di bidang pariwisata. Serta direncanakan event-event

 berskala nasional maupun internasional yang akan digelar secara masing-masing atau

 bersama-sama seperti :

o  Event Grass Track diagendakan sebanyak 6 ettape

o  Event Olahraga Volley Pantai sebanyak 3 ettape

Perlombaan Catur Tingkat Nasional dan Antar Grand Master

o  Event Pertandingan Bola Kaki bertaraf nasional sebanyak 3 kali dan Internasional

1 kali dan sebagainya

Struktur Ekonomi Bangka Belitung

Secara umum, struktur ekonomi provinsi Kepulauan Bangka Belitung yangtergambar dalam tabel Input Output Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2005 transaksi

domestik atas dasar harga produsen didominasi oleh sektor industri dengan persentase

39,81 persen atau sekitar Rp 11,702 triliyun. Demikian juga terhadap permintaan akhir

sektor industri mendominasi sebesar 56,09 persen atau sekitar 10,187 tiliyun. Jika

diperhatikan dari komposisi permintaan antara dan permintaan akhir sektor-sektor dalam

 perekonomian daerah, maka permintaan akhir memberikan kontribusi yang lebih besar

yaitu sekitar 56,79 persen, sementara permintaan antara hanya sebesar 13,49 persen,

artinya output yang dihasilkan dalam perekonomian lebih sedikit yang digunakan dalam

 proses produksi sektor-sektor perekonomian daerah. Hal ini dapat dipahami, karena

output yang dihasilkan oleh sektor-sektor yang dominan lebih banyak diekspor seperti

output sektor timah, sektor karet, sektor lada, kelapa sawit dan sektor sektor perikanan.

7/18/2019 52-224-1-PB (1)

http://slidepdf.com/reader/full/52-224-1-pb-1 19/27

  19

Sedangkan sektor pariwisata (gabungan dari sektor hotel, sektor restoran dan

sektor hiburan dan rekreasi) yang akan dilihat, dalam perekonomian hanya berperan

sebesar 1,3 persen dari total permintaan perekonomian daerah. Dari total permintaan akhir

 perekonomian, sektor pariwisata berperan sebesar 1,54 persen dan dari total permintaan

antara sektor pariwisata hanya berperan 0,91 persen. Perbandingan terhadap sektor  – sektor

lainnya dalam perekonomian dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel Struktur Permintaan Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung Tahun 2005 (Juta Rp)

Sektor DeskripsiPermintaan Antara Permintaan Akhir Total Permintaan

Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen

1 Pertanian 1,333,120 11.86 1,791,768 9.87 3,124,888 10.63

2

Pertambangan dan

Penggalian 5,539,782 49.30 797,243 4.39 6,337,025 21.56

3 Industri Pengolahan 1,515,505 13.49 10,186,597 56.09 11,702,103 39.81

4

Listrik Gas dan Air

Bersih 110,464 0.98 93,433 0.51 203,897 0.69

5 Bangunan 286,084 2.55 1,898,464 10.45 2,184,548 7.43

6 Perdagangan 1,314,934 11.70 1,365,536 7.52 2,680,470 9.12

7 Pariwisata 102,808 0.91 280,312 1.54 383,120 1.30

8

Pengangkutan dan

Komunikasi 497,091 4.42 576,515 3.17 1,073,606 3.65

9

Keu Persewaan dan

Jasa Perusahaan 468,067 4.17 214,894 1.18 682,961 2.32

10 Jasa-Jasa 68,433 0.61 955,191 5.26 1,023,624 3.48

Jumlah 11,236,288 100.00 18,159,954 100.00 29,396,241 100.00

Impor 4,520,557 2,552,932 7,073,488

Total 15,756,844 20,712,885 36,469,730

Sumber: Tabel IO Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2005, diolah

Analisa Keterkaitan Ke BelakangJenis keterkaitan ini menghitung total output yang tercipta akibat meningkatnya

output suatu sektor melalui mekanisme penggunaan input produksi. Adanya peningkatanoutput sektor tertentu mendorong peningkatan output sektor-sektor lainnya. Peningkatan

output akan meningkatkan permintaan input sektor itu sendiri. Input sektor tersebut ada

yang berasal dari sektor itu sendiri, ada pula yang berasal dari sektor lain. Oleh karena itu,

sektor tersebut akan meminta output sektor lain lebih banyak daripada sebelumnya (untuk

digunakan sebagai input proses produksi). Ukuran ini digunakan untuk melihat

keterkaitan ke belakang (backward linkage) atau daya penyebaran. Nilai keterkaitan ke

 belakang atau indeks daya penyebaran (IDP) ini menunjukkan efek yang ditimbulkan

oleh suatu sektor karena adanya peningkatan output sektor tersebut terhadap output

sektor-sektor lain yang digunakan sebagai input oleh sektor tersebut secara langsung

maupun tidak langsung atau kemampuan suatu sektor untuk menarik industri hulunya.

Berdasarkan Tabel 4.28. dapat dilihat sektor-sektor yang mempunyai daya penyebaran tertinggi yaitu sektor pemerintahan umum dan pertahanan dengan nilai indeks

7/18/2019 52-224-1-PB (1)

http://slidepdf.com/reader/full/52-224-1-pb-1 20/27

  20

 penyebaran 1,5957 artinya apabila permintaan akhir seluruh sektor naik 1 unit maka akan

meyebabkan output sektor sektor pemerintahan umum dan pertahanan meningkat 1,5957

unit atau adanya kenaikan 1 unit sektor ini mengakibatkan penggunaan sektor lainnya

sebagai input sebesar 1,5957 unit. Diikuti oleh sektor karet dengan IDP 1,2666, sektor

industri minyak dan lemak 1,2535, serta sektor industri batu bata dan genteng dari tanah

liat, sektor bangunan, sektor jasa pendidikan, kesehatan, sosial kemasyarakatan, sektorindustri peleburan timah, sektor industri kerupuk, sektor industri pengolahan dan

 pengawetan ikan dan sektor penggilingan padi.

Pada nilai IDP ini terlihat sektor-sektor pariwisata menempati peringkat 11 oleh

sektor hotel, 14 oleh sektor jasa hiburan dan rekreasi dan 23 oleh sektor restoran. Namun

sektor-sektor ini memiliki nilai indek diatas satu atau diatas rata-rata daya penyebaran. Ini

memiliki arti bahwa sektor-sektor pariwisata mempunyai kemampuan yang cukup tinggi

untuk menarik pertumbuhan output industri hulunya, yaitu sebesar 1,1685 oleh sektor

hotel, 1,1117 oleh sektor jasa hiburan dan rekreasi dan 1,0105 oleh sektor restoran. Ini

menunjukkan bahwa sektor-sektor pariwisata akan menumbuhkan sektor-sektor

 pendukungnya seperti sektor restoran, sektor perikanan, sektor perdagangan, sektor listrik,

gas dan air bersih, sektor tanaman bahan makanan, sektor usaha bangunan dan jasa

 perusahaan, sektor angkutan jalan raya, dan sektor industri kerupuk.

Tabel. Indek Keterkaitan Output Ke belakang Sepuluh Sektor Terbesar danSektor

Pariwisata dalam Perekonomian Daerah Tahun 2005

KODE NAMA SEKTOR IDP RANK

41 Pemerintahan umum dan Pertahanan 1.5957 1

4 Karet 1.2666 2

14 Industri Minyak dan Lemak 1.2535 3

23 Industri Batu bata dan genteng dari Tanah Liat 1.2457 430 Bangunan 1.2402 5

42 Jasa Pendidikan, Kesehatan, Sosial Kemsyarakatan 1.2280 6

26 Industri Peleburan Timah 1.2238 7

17 Industri Kerupuk 1.2057 8

13 Industri pengolaha dan pengawetan ikan 1.1976 9

15 Industri Penggilingan Padi 1.1729 10

32 Hotel 1.1685 11

43 Jasa Hiburan dan Rekreasi 1.1117 14

33 Restoran 1.0105 23

Sumber: Tabel IO Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2005, diolah

Analisa Keterkaitan Ke DepanJenis keterkaitan ini menghitung total output yang tercipta akibat meningkatnya

output suatu sektor melalui mekanisme distribusi output dalam perekonomian. Jika terjadi

 peningkatan output produksi sektor tertentu, maka tambahan output tersebut akan

didistribusikan ke sektor-sektor produksi dalam perekonomian, termasuk pada sektor itu

sendiri. Dalam prakteknya ukuran ini digunakan untuk melihat keterkaitan ke depan

( forward linkage) atau derajat kepekaan. Nilai keterkaitan ke depan atau indeks derajat

kepekaan (IDK). Nilai indeks ini menunjukkan efek relatif yang disebabkan oleh

 perubahan sektor lain yang menggunakan output tersebut atau kemampuan suatu sektor

mendorong perkembangan industri hilirnya.

7/18/2019 52-224-1-PB (1)

http://slidepdf.com/reader/full/52-224-1-pb-1 21/27

  21

Berdasarkan Tabel dibawah dapat diketahui bahwa sektor yang mempunyai IDK

tertinggi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah sektor perdagangan dengan

3,0931 pada tipe perekonomian tertutup (tipe II). Nilai ini menunjukkan bahwa kenaikan

1 unit permintaan akhir sektor perdagangan akan menyebabkan naiknya output sektor-

sektor lain termasuk sektornya sendiri secara keseluruhan sebesar 3,0931 unit. Peringkat

kedua yaitu sektor perikanan dengan IDK sebesar 2,4823. Diikuti sektor usaha bangunandan jasa perusahaan 1,2487, sektor bangunan 1,1549, sektor tanaman bahan makanan

lainnya 1,0718 serta sektor padi, sektor pertambangan dan penggalian lainnya, sektor

industri dan pengawetan ikan, dan sektor angkutan jalan raya.

Pada sektor pariwisata ternyata sektor hotel dan sektor jasa hiburan dan rekreasi

kemampuannya mendorong sektor hilir masih berada dibawah rata-rata derajat kepekaan,

hal ini terlihat dari nilai yang masih dibawah 1 (satu). Namun sektor restoran memiliki

keterkaitan yang tinggi dalam mendorong sektor-sektor lain dengan nilai diatas satu. Hal

ini menggambarkan sektor restoran relatif mampu melayani permintaan sektor-sektor lain.

Melihat dearajat kepekaan sektor-sektor pariwisata yang berbeda, maka terhadap

sektor yang nilainya masih berada dibawah rata-rata diperlukan perhatian terhadap

 permintaan pada sektor tersebut. Terlihat keberadaan sektor hotel dan sektor jasa hiburan

dan rekreasi yang rendah, artinya pengembangan ODTW dan masuknya wisatawan perlu

ditingkatkan, sehingga permintaan akan sektor hotel dan sektor jasa hiburan dan rekreasi

akan lebih meningkat.

Tabel Indek Keterkaitan Output Ke depan Sepuluh Sektor Terbesar dan Sektor Pariwisata

dalam Perekonomian Daerah Tahun 2005

KODE NAMA SEKTOR IDK RANK

31 Perdagangan 3.0931 1

10 Perikanan 2.4823 2

40 Usaha Bangunan an Jasa Perusahaan 1.2487 3

30 Bangunan 1.1549 4

2 Tanaman Bahan Makanan Lainnya 1.0718 5

1 Padi 1.0567 6

12 Pertambangan dan penggalian lainnya 1.0396 7

13 Industri pengolaha dan pengawetan ikan 1.0141 8

34 Angkutan Jalan Raya 1.0087 9

33 Restoran 1.0063 10

32 Hotel 0.5490 37

43 Jasa Hiburan dan Rekreasi 0.5413 40

Sumber: Tabel IO Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2005, diolah

KESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat

ditarik kesimpulan :

1.  a. Kebijakan Pengembangan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

difokuskan pada pengembangan kawasan wisata unggulan dengan memperhatikan

unsur pendukung industri pariwisata seperti usaha jasaboga, usaha retail, atraksi

serta menetapkan tema pengembangan produk wisata yang unik dan

memunculkan wisata bahari, wisata sejarah, wisata religi, kekhasan alam, seni budaya masyarakat Kepulauan Bangka Belitung sehingga saling melengkapi dan

7/18/2019 52-224-1-PB (1)

http://slidepdf.com/reader/full/52-224-1-pb-1 22/27

  22

meningkatkan daya tarik wisata KepulauanBangka Belitung secara keseluruhan.

 b. Kebijakan pengembangan kepariwisataan Kepulauan Bangka Belitung

difokuskan pada aspek perwilayahan pariwisata, aspek pengembangan produk

wisata, pengembangan pasar dan pemasaran, pengembangan transportasi, hotel,

infrastruktur listrik dan air bersih, serta pengembangan sumberdaya manusia

kepariwisataan.

2 a. Nilai IDP sektor-sektor pariwisata memiliki daya penyebaran di atas rata-rata. Ini

memiliki arti bahwa sektor-sektor pariwisata mempunyai kemampuan yang cukup

tinggi untuk menarik pertumbuhan output industri hulunya. Dengan demikian

sektor-sektor pariwisata akan menumbuhkan sektor-sektor pendukungnya. Sektor-

sektor yang memberikan dukungan pada ketiga sektor pariwisata adalah sektor

 perikanan, sektor perdagangan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor tanaman

 bahan makanan, sektor usaha bangunan dan jasa perusahaan.

 b. Nilai IDK sektor pariwisata ternyata sektor hotel dan sektor jasa hiburan dan

rekreasi kemampuannya mendorong sektor hilir masih berada di bawah rata-rata

derajat kepekaan. Namun sektor restoran memiliki keterkaitan yang tinggi dalam

mendorong sektor-sektor lain. Hal ini menggambarkan sektor restoran relatif

mampu melayani permintaan sektor-sektor lain. Sektor-sektor yang mampu

didorong oleh ketiga sektor pariwisata adalah sektor pemerintahan umum dan

 pertahanan, sektor angkutan udara, sektor jasa pendidikan, kesehatan, sosial

kemasyarakatan, sektor bank dan lembaga keuangan dan sektor komunikasi.

c. Berdasarkan IDP dan IDK sektor pariwisata ini memiliki kemampuan menarik dan

mendorong pertumbuhan output sektor-sektor lainnya dalam perekonomian daerah,

namun output sektor pariwisata masih rendah akibat permintaan yang masih

rendah. Artinya, perlu ditumbuhkan sektor-sektor yang telah memiliki dukungan

sektor-sektor pariwisata namun belum merata, sehingga permintaan akan meningkatdan akan mengangkat IDK sektor pariwisata sehingga menjadi sektor unggulan.

SaranBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka penulis

memberi masukan sebagai berikut: 

1.a. Promosi kepariwisataan untuk menarik minat wisatawan melalui penyelenggaraan

kegiatan-kegiatan yang bertaraf nasional dan internasional dapat menjadi salah satu

cara yang efektif dalam rangka peningkatan jumlah kunjungan wisatawan agar

 berkunjung ke Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

 b. Program Visit babel Archi 2010 dapat dijadikan sebagai upaya sektor pariwisata

sebagai sektor unggulan, dengan melakukan investasi baik pemerintah maupun

swasta pada peningkatan infrastruktur pendukung sektor pariwisata seperti hotel,

infrastruktur jalan, sistem transportasi, bandara dan listrik, dan penggelaran event

 berskala nasional maupun internasional, maka akan dapat menarik banyak jumlah

wisatawan sehingga mampu memberikan kontribusi yang lebih besar lagi terhadap

 perekonomian daerah.

2. Sektor yang dapat dikembangkan dalam meningkatkan permintaan sektor pariwisata

yaitu:

7/18/2019 52-224-1-PB (1)

http://slidepdf.com/reader/full/52-224-1-pb-1 23/27

  23

a. 

Sektor yang memiliki keterkaitan langsung yang menjadi prioritas, seperti: sektor

hotel, sektor restoran, sektor jasa hiburan dan rekreasi, sektor angkutan udara, sektor

 jalan raya, sektor bank dan lembaga keuangan dan sektor komunikasi.

 b.  Sektor yang memiliki keterkaitan tak langsung seperti sektor pemerintahan umum

dan pertahanan, sektor perdagangan, dan sektor-sektor industri yang menggunakan

sarana hotel, restoran dan tempat hiburan sebagai sarana berkonvensi seperti pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran.

Daftar Pustaka

Alavalapati, R Janalni R, 2000. Tourisn Impact Modeling For Resource Extraction

Regions, Annals of Tourism Research, Vol 27 No. 1, 188-207.

Arsyad,Lincolin,2002,  Pengantar Perencanaan dan Pembangunan :Ekonomi Daerah,

BPFE, Yogyakarta.

Bappeda, 2009. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung 2007-2012.

BPS, 2009. Bappeda, Bangka Belitung Dalam Angka 2009, Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung, Pangkalpinang.

BPS, 2009, PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2009, Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung, Pangkalpinang.

Bratakusumah, Deddy S. dan Riyadi, 2004,  Perencanaan Pembangunan Daerah, Strategi

 Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah, Cetakan kedua, Gramedia

Pustaka Utama ,Jakarta.

Dahuri, R, 2003.  Paradigma baru pembangunan Indonesia berbasis kelautan, OrasiIlmiah: Guru Besar Tetap Bidang Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Bogor

Damanik, Janianton dan Helmut F.Weber,2006,  Perencanaan Ekowisata: Dari Teori ke

Aplikasi, Andy, Yogyakarta.

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2005.  Pedoman Peyusunan Neraca Satelit

 Pariwisata Daerah.

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2006.  Rencana Strategis Departemen

 Kebudayaan dan Pariwisata 2005-2009.

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2006. Statistik Kebudayaan dan Pariwisata,

 Pusdatin Dep.Budpar, Jakarta.

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2006.  Dampak Ekonomi Pariwisata 2004,

disampaikan pada Workshop Neraca Satelit Pariwisata Daerah, Pusdatin

Dep.Budpar, Jakarta.

Dinas Perhubungan dan Pariwisata, 2006.  Rencana Induk Pengembangan Pariwisata

 Daerah (RIPPDA) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2007-2013. 

Fakultas Pertanian Unsri dan Bappeda Kabupaten Musi Rawas, 2004, Studi

 Pengembangan “Ecotorism” di kawasan TNKS Kabupaten Musi Rawas, Laporan

Akhir.

7/18/2019 52-224-1-PB (1)

http://slidepdf.com/reader/full/52-224-1-pb-1 24/27

  24

Gerry Johnson dan Kevan Scholes, 'Exploring Corporate Strategy"' New York: Prentice

Hall, 1989.

Gunawan, Myra P. 2005.  Pendekatan Kepariwisataan dalam Perencanaan Kota. Bunga

 Rampai Pembangunan Kota Indonesia dalam Abad 21 Buku 1, Konsep da

Pendekatan Pembangunan Perkotaan di Indonesia. URDI-LPFE UI, JakartaGunn, Soekadijo, R.G. 1988, Anatomi Pariwisata, Memahami Pariwisata Sebagai System

 Linkages, Penerbit P.T.Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

Hastuti, Retno (2005),  Analisis Potensi Wisata Alam di Daerah Pesisir Selatan

 Kabupaten Gunung Kidul.  Jurnal Ekonomi Pembangunan.

Jhinghan, M.L, 1990, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Rajawali Pers, Jakarta.

Kartajaya, Hermawan, 2005.  Attracting Tourist, Traders, Investors Strategi Memasarkan

 Daerah di Era Otonomi, MarkPlus&Co, Jakarta.

Kesumawardhana, Galuh (2004), Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Kopeng .Jurnal, Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Kuswara, Ukus, 2006.  Kepariwisataan dalam Perspektif Pengembangan Kota,

www.budpar.go.id 

Mulyono, Sri,2004, Riset Operasi, LPFE-UI, Jakarta.

Purwowibowo, 1998,  Pengantar Pariwisata Indonesia, Penerbit Dirjen Pariwisata

Jakarta.

Ricardo, David.1951. On The Principles of Political Economy and Taxation  Yang

diterbitkan sebagai buku I dari Work and Correspondence of David Ricardo, editorPierro Sraffa dan Maurice Dobb.

Robiani, Bernadette, 2006, Prosfek Ekonomi Daerah Sumatera Selatan, Makalah Seminar

Economic & Business Oulook Indonesia 2007:Dimensi Nasional dan Daerah.

Kerjasama Bank Indonesia dan Fakultas Ekonomi Program Studi Ekonomi dan

Studi Pembangunan Universitas Padjajaran.

Saifullah, 2000.  Kajian Pengembangan Pariwisata Bahari dan Kontribusinya Pada

 Kesejahteraan masyarakat pesisir di Pulau Weh (sabang). Program

Pascasarjana IPB, Bogor. (tidak dipublikasikan)

Samuelson, Paul A.1995. Economics. New York: McGraw-Hill Book Company, Inc.

Siagian, Sondang P, 2003,  Administrasi Pembangunan, Konsep, Dimensi, dan

Strateginya, Cetakan Ketiga, April, Bumi Aksara, Jakarta.

Spillane, J James, 1987.  Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya, Kanisius,

Yogyakarta.

Spillane, James, 1994 . Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan. Cetakan Pertama

Penerbit Kanisius , Yogyakarta.

Syafrijal (1997).” Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat ”,Prisma,LP3ES, No 3 Tahun XXVI:27-38.

7/18/2019 52-224-1-PB (1)

http://slidepdf.com/reader/full/52-224-1-pb-1 25/27

  25

Sugiyono, 2000, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan kedua, Alfabeta, Bandung.

Sukirno, Sadono, 1994, Beberapa Aspek dalam Pembangunan Daerah. PPFE-UI, Jakarta

Suparmoko, M dan Irawan (2002).  Ekonomi Pembangunan, Edisi keenam, BPFE

Yogyakarta

Wahab, s.1992. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prosfeknya. Kanisius, Yogyakarta.

Widianto (2008).  Pengembangan Pariwisata Pedesaan. Jurnal Ekonomi Sekolah Tinggi

Pariwisata Bali.

Widodo, T, 2006, Perencanaan  Pembangunan: Aplikasi Komputer (Era Otonmi Daerah),

PPP STIM YKPN, Yogyakarta.

Yakin, A. 1997.  Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Teori dan Kebijaksanaan

 Pembangunan Berkelanjutan. Penerbit Akademika Presindo, Jakarta.

Yoeti, Oka A, 1990. Pemasaran Pariwisata, Angkasa, Bandung.

 _______, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan 

7/18/2019 52-224-1-PB (1)

http://slidepdf.com/reader/full/52-224-1-pb-1 26/27

  26

7/18/2019 52-224-1-PB (1)

http://slidepdf.com/reader/full/52-224-1-pb-1 27/27