5. networking dan robotics

36
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012) ISBN 9786021983706 Nekworking dan Robotics 5-1 Pengujian Performansi Jaringan Testbed MPLS-VPN Pada Laboratorium Jaringan Komputer Rizal Munadi, Fardian, Taufiq Wireless and Network Research Group (Winner) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Email: {rizal.munadi, fardian.samidan, taufiq.05} @elektro-unsyiah.net Abstrak Multi Protocol Label Switching (MPLS) meupakan teknologi jaringan computer yang memanfaatkan mekanisme label swapping di layer dua dengan routing di layer tiga untuk meningkatkan performansi transmisi paket data. MPLS-VPN merupakan penggabungan teknologi MPLS dengan Virtual Private Network (VPN) yang bertujuan untuk memberikan keamanan yang lebih baik pada jaringan MPLS. Untuk menvalidasi performansi jaringan MPLS-VPN tersebut, dibangun jaringan testbed pada Laboratorium Jaringan Komputer Teknik Elektro Universitas Syiah Kuala. Parameter performansi yang diuji meliputi delay, throughput, dan jitter. Hasil pengujian diketahui bahwa delay dan jitter pada jaringan MPLS-VPN lebih besar dibandingkan dengan jaringan MPLS. Hasil lain menunjukkan bahwa throughput pada jaringan MPLS-VPN lebih kecil dibandingkan dengan MPLS, hal ini karena adanya pengaruh proses enkripsi dan autentikasi yang terjadi pada jaringan MPLS-VPN. Dari sisi keamanan, dengan melakukan pengujian sniffing didapati bahwa jaringan MPLS-VPN lebih baik dibandingkan dengan jaringan MPLS. Kata kunci : MPLS, VPN, jaringan, label, performansi. 1. Latar belakang Dewasa ini, perkembangan teknologi informasi dan jaringan komputer telah memberikan dampak yang sangat signifikan bagi efisiensi pekerjaan manusia modern. Penggunaan yang meluas tidak saja meliputi perkantoran yang telah menerapkan sistem jaringan komputer yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan namun juga pada lain seperti bidang jasa, pendidikan dan lainnya. Salah satu penggunaan teknologi jaringan komputer adalah untuk melakukan proses transfer data untuk kelancaran proses kerja dan mempersingkat waktu perkerjaan. Dengan jaringan komputer ini, maka pekerjaan dapat dilakukan dimana saja sepanjang sistem terkoneksi dengan jaringan. Tingginya intensitas pemakaian dan kebutuhan yang diperlukan untuk melakukan proses transfer data yang cepat dan handal dapat menjadi masalah dalam jaringan komputer. Kerap kali proses transfer dan mendapatkan data menjadi lebih lambat dan membutuhkan waktu yang lama sehingga menjadi suatu tantangan yang harus dipecahkan. Selain itu, masalah keamanan pada jaringan komputer juga merupakan isu penting yang perlu untuk diperhatikan. Salah satu teknologi yang dapat diterapkan pada jaringan komputer untuk mengatasi hal tersebut adalah teknologi MPLS. Konsep dasar teknologi ini adalah pemberian label yang tidak terikat (independent) dan unik. Label ini ditambahkan pada setiap paket data dan digunakan untuk proses pengalihan (switching) dan perutean paket melalui jaringan[1]. Penggunaan MPLS yang meneruskan paket dalam bentuk label dapat membantu mempercepat pengirimanan paket pada jaringan komputer dengan memanfaatkan layer 2 (switching) dan layer 3 (routing) [2]. MPLS mengurangi pengolahan jumlah per paket yang diperlukan pada setiap router dalam jaringan berbasis IP, bahkan dapat lebih meningkatkan kinerja router. Selain itu, MPLS memberikan kemampuan baru yang signifikan yaitu: dukungan QoS, rekayasa lalu lintas, penggunaan VPN, dan dukungan multiprotokol [3]. Penggunaan akses melalui media publik, kerentanan terhadap kemungkinan penyusupan akan selalu ada. Untuk itu, penggunaan teknologi sesuai menjadi perhatian terhadap masalah keamanan agar traffic (lalu lintas) antar remote-site tidak dapat disadap dengan mudah, juga tidak memungkinkan pihak lain untuk menyusupkan traffic yang tidak semestinya ke dalam remote-site. Untuk meningkatkan utilisasi dan keamanan jaringan di dalam jaringan MPLS, maka dapat digunakan teknologi VPN. Pada VPN tersedia dua teknologi utama yaitu tunnel dan enkripsi, sehingga data yang

Transcript of 5. networking dan robotics

Page 1: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-1

Pengujian Performansi Jaringan Testbed MPLS-VPN Pada Laboratorium Jaringan Komputer

Rizal Munadi, Fardian, Taufiq

Wireless and Network Research Group (Winner) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala

Email: {rizal.munadi, fardian.samidan, taufiq.05} @elektro-unsyiah.net

Abstrak

Multi Protocol Label Switching (MPLS) meupakan teknologi jaringan computer yang memanfaatkan mekanisme label swapping di layer dua dengan routing di layer tiga untuk meningkatkan performansi transmisi paket data. MPLS-VPN merupakan penggabungan teknologi MPLS dengan Virtual Private Network (VPN) yang bertujuan untuk memberikan keamanan yang lebih baik pada jaringan MPLS. Untuk menvalidasi performansi jaringan MPLS-VPN tersebut, dibangun jaringan testbed pada Laboratorium Jaringan Komputer Teknik Elektro Universitas Syiah Kuala. Parameter performansi yang diuji meliputi delay, throughput, dan jitter. Hasil pengujian diketahui bahwa delay dan jitter pada jaringan MPLS-VPN lebih besar dibandingkan dengan jaringan MPLS. Hasil lain menunjukkan bahwa throughput pada jaringan MPLS-VPN lebih kecil dibandingkan dengan MPLS, hal ini karena adanya pengaruh proses enkripsi dan autentikasi yang terjadi pada jaringan MPLS-VPN. Dari sisi keamanan, dengan melakukan pengujian sniffing didapati bahwa jaringan MPLS-VPN lebih baik dibandingkan dengan jaringan MPLS. Kata kunci : MPLS, VPN, jaringan, label,

performansi. 1. Latar belakang

Dewasa ini, perkembangan teknologi informasi dan jaringan komputer telah memberikan dampak yang sangat signifikan bagi efisiensi pekerjaan manusia modern. Penggunaan yang meluas tidak saja meliputi perkantoran yang telah menerapkan sistem jaringan komputer yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan namun juga pada lain seperti bidang jasa, pendidikan dan lainnya. Salah satu penggunaan teknologi jaringan komputer adalah untuk melakukan proses transfer data untuk kelancaran proses kerja dan mempersingkat waktu

perkerjaan. Dengan jaringan komputer ini, maka pekerjaan dapat dilakukan dimana saja sepanjang sistem terkoneksi dengan jaringan. Tingginya intensitas pemakaian dan kebutuhan yang diperlukan untuk melakukan proses transfer data yang cepat dan handal dapat menjadi masalah dalam jaringan komputer. Kerap kali proses transfer dan mendapatkan data menjadi lebih lambat dan membutuhkan waktu yang lama sehingga menjadi suatu tantangan yang harus dipecahkan. Selain itu, masalah keamanan pada jaringan komputer juga merupakan isu penting yang perlu untuk diperhatikan.

Salah satu teknologi yang dapat diterapkan pada jaringan komputer untuk mengatasi hal tersebut adalah teknologi MPLS. Konsep dasar teknologi ini adalah pemberian label yang tidak terikat (independent) dan unik. Label ini ditambahkan pada setiap paket data dan digunakan untuk proses pengalihan (switching) dan perutean paket melalui jaringan[1]. Penggunaan MPLS yang meneruskan paket dalam bentuk label dapat membantu mempercepat pengirimanan paket pada jaringan komputer dengan memanfaatkan layer 2 (switching) dan layer 3 (routing) [2].

MPLS mengurangi pengolahan jumlah per paket yang diperlukan pada setiap router dalam jaringan berbasis IP, bahkan dapat lebih meningkatkan kinerja router. Selain itu, MPLS memberikan kemampuan baru yang signifikan yaitu: dukungan QoS, rekayasa lalu lintas, penggunaan VPN, dan dukungan multiprotokol [3]. Penggunaan akses melalui media publik, kerentanan terhadap kemungkinan penyusupan akan selalu ada. Untuk itu, penggunaan teknologi sesuai menjadi perhatian terhadap masalah keamanan agar traffic (lalu lintas) antar remote-site tidak dapat disadap dengan mudah, juga tidak memungkinkan pihak lain untuk menyusupkan traffic yang tidak semestinya ke dalam remote-site. Untuk meningkatkan utilisasi dan keamanan jaringan di dalam jaringan MPLS, maka dapat digunakan teknologi VPN. Pada VPN tersedia dua teknologi utama yaitu tunnel dan enkripsi, sehingga data yang

Page 2: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-2

mengalir pada jaringan akan aman. Makalah ini akan membahas masalah yang berkaitan dengan pengujian performansi penyediaan layanan VPN dalam lingkungan jaringan MPLS.

2. Tinjauan kepustakaan

2.1 Multi-Protocol Label Switching MPLS-TP (MPLS-Transport Profile) telah

muncul sebagai teknologi pilihan untuk generasi baru dari paket transportasi. Banyak penyedia layanan (service provider) sedang bekerja untuk menggantikan teknologi transportasi lama, misalnya SONET/SDH, ATM, dengan MPLS-TP untuk transportasi paket, dalam rangka mencapai efisiensi yang lebih tinggi, biaya operasional yang lebih rendah, dengan tetap menjaga karakteristik transportasi [4].

Pada MPLS, koneksi virtual yang dibangun disebut Label-Switched Path (LSP), merupakan koneksi antara node akhir datagram jaringan untuk menyediakan emulasi connection-oriented. Untuk membentuk LSP, diperlukan suatu protokol pensinyalan. Protokol ini menentukan forwarding berdasarkan label pada paket. Label yang pendek dan berukuran tetap mempercepat proses forwarding dan mempertinggi fleksibilitas pemilihan path. Node dalam jaringan MPLS disebut Label-Switching Router (LSR) [5]. Peran router MPLS dalam jaringan terbagi atas LSR ingress, LSR transit, dan LSR egress. Penempatan LSR ingress dan LSR egress yang berada di ujung jaringan, dikenali juga sebagai Label Edge Router (LER). Node dalam jaringan MPLS ini dapat berfungsi sebagai LSR ingress yang akan mentransalasikan suatu alamat IP tujuan menjadi label, melakukan pertukaran paket berdasarkan label oleh LSR transit dan kemudian LSR egress akan membuang label dan meneruskan paket ke router akhir pada sisi.

MPLS sebagai teknologi baru yang mengatasi permasalahan dan kekurangan routing IP tradisional dengan penambahan sebuah label pada paket IP dan meneruskan paket tersebut berdasarkan pada label. Analisis header IP dilakukan hanya sekali yaitu pada ingress node atau router MPLS pertama dalam domain jaringan MPLS sehingga memudahkan dan mempercepat proses routing.

Penggunaan label swapping ini memiliki banyak keuntungan, salah satunya memisahkan masalah routing dari masukan forwarding. Routing merupakan masalah jaringan global yang membutuhkan kerjasama dari semua router. Router switch mengambil keputusannya sendiri tentang

jalur mana yang akan diambil. MPLS juga memiliki kelebihan yang mampu memperkenalkan kembali connection stack ke dalam dataflow IP. Di Laboratorium Jaringan Komputer, jaringan MPLS telah dibangun dan diuji sebelumnya oleh Kurniawan untuk menganalisis kualitas trafik antara LSP-1 dan LSP-2 dengan membandingkan Round Trip Time (RTT) kedua path tersebut[6].

2.2 Virtual Private Network (VPN) VPN dapat diartikan yaitu merupakan jaringan

pribadi (bukan untuk akses umum) yang menggunakan medium non-pribadi (misalnya internet) untuk menghubungkan antar remote-site dengan aman. Menurut Internet Engineering Task Force (IETF), VPN merupakan suatu bentuk private internet yang melalui jaringan publik (internet), dengan menekankan pada keamanan data dan akses global melalui internet. Hubungan ini dibangun melalui suatu tunnel (terowongan) virtual antara 2 node. Teknologi VPN menyediakan tiga fungsi utama untuk penggunanya. Fungsi utama tersebut adalah sebagai berikut: a. Kerahasiaan

Keamanan suatu data merupakan hal yang perlu diwaspadai agar tidak disalahgunakan oleh pihak yang tidak mempunyai hak akses. Pada VPN, data yang dilewatkan akan dienkripsi sehingga kerahasiaan (confidentiatility) data menjadi lebih terjaga.

b. Keutuhan Data Proses pengiriman data melalui jaringan internet dapat mempengaruhi keutuhan data (data integrity) yang diterima. VPN memiliki teknologi yang dapat menjaga keutuhan data yang dikirim agar sampai ke tujuannya tanpa cacat, hilang, rusak, ataupun dimanipulasi oleh orang lain.

c. Autentikasi Sumber Teknologi VPN memiliki kemampuan untuk melakukan pemeriksaan keabsahan atau autentikasi terhadap sumber pengirim data. VPN akan melakukan pemeriksaan terhadap semua data yang masuk (origin authentication) dan mengambil informasi sumber data. Verifikasi alamat sumber data dilakukan dan akan disetujui jika proses autentikasinya berhasil.

2.3 VPN dengan MPLS Salah satu fitur MPLS adalah kemampuan

membentuk tunnel atau virtual circuit yang melintasi suatu jaringan. MPLS beroperasi secara connection-less. Berbeda halnya pada VPN yang beroperasi secara connection oriented. VPN yang

Page 3: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-3

dibangun pada MPLS lebih mirip dengan virtual circuit dari frame relay atau ATM, yang dibangun dengan membentuk isolasi trafik. Trafik benar-benar dipisah dan tidak dapat dibocorkan ke luar lingkup VPN yang didefinisikan. Lapisan pengamanan tambahan seperti IPSec dapat diaplikasikan untuk keamanan data, jika diperlukan. Namun tanpa metode semacam IPSec pun, VPN dengan MPLS dapat digunakan dengan baik.

Dengan menggunakan MPLS-VPN dapat membuat koneksi user tidak perlu dihubungkan end-to-end dengan jalur tersendiri, sehingga menghemat pembuatan link baru. Overlapping IP, proses fast switching, dan faktor keamanan data merupakan kelebihan dalam menggunakan MPLS-VPN. Arsitektur MPLS-VPN menyediakan kemampuan untuk menangani infrastruktur jaringan pribadi yang mengirimkan layanannya pada infrastruktur jaringan publik [7]. Dari sudut implementasi, pada jaringan MPLS-VPN tidak perlu dilakukan konfigurasi pada setiap titik yang dilewati VPN, sehingga pengimplementasian lebih mudah[8]. Beberapa kajian pada jaringan MPLS-VPN, seperti yang telah dilakukan oleh Abror, et al. yang menganalisis QoS audio dan video streaming [9], Arshad mengusulkan skema desain baru MPLS/BGP-VPN menggunakan Dynagen simulator [10], Pudjianto melakukan pengujian VoIP pada jaringan MPLS-VPN pendidikan non formal [11], Basalamah melakukan penelitian Kajian metode Load Balancing Routing dengan Bandwith Delay Guarantee untuk Layanan VPN pada Jaringan MPLS yang dilakukan pada Universitas Muslim Indonesia[12].

3. Metode penelitian

3.1. Perancangan jaringan Kajian jaringan MPLS-VPN dapat dilakukan

dengan menggunakan simulator seperti OPNET. Kajian yang dilakukan Xia menggunakan OPNET mengamati delay dan loss pada pengiriman paket[13]. Dalam kajian ini, perancangan dan pembuatan jaringan VPN berbasiskan MPLS menggunakan perangkat lunak berbasis open source dan dimaksudkan sebagai jaringan backbone akan digunakan untuk melewatkan data-data yang dikirimkan dari VPN. Jaringan testbed MPLS-VPN yang akan diimplementasikan dan diuji seperti yang terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Topologi jaringan testbed

MPLS-VPN yang diuji

Jaringan ini terdiri dari satu komputer yang berfungsi sebagai server VPN dan dua komputer sebagai client VPN serta tiga komputer yang berfungsi sebagai router MPLS. Di dalam perencanaan jaringan MPLS-VPN ini terdapat beberapa prosedur yang harus dilakukan, diantaranya yaitu persiapan hardware dan software.

Pada hardware dilakukan instalasi kartu jaringan (Network Interface Card) pada komputer yang dijadikan sebagai router, kemudian dilakukan instalasi sistem operasi Fedora 8 serta pengkonfigurasian jaringan MPLS dan VPN. Komputer yang digunakan sebagai router MPLS, server VPN menggunakan sistem operasi Linux Distro Fedora Core 8, sedangkan client menggunakan sistem operasi Windows. Dari beberapa parameter yang diidentifikasikan dapat mempengaruhi performansi jaringan pada implementasi MPLS-VPN meliputi delay, throughput, jitter, dan packet loss, akan diuji.

3.2 Diagram alir pembangunan jaringan MPLS-VPN

Untuk mengukur performansi jaringan MPLS-

VPN Gambar 2 berikut ini ditunjukkan diagram alir untuk pembuatan jaringan testbed MPLS-VPN. Sebelum dilakukan pengujian, dilakukan instalasi dan konfigurasi, jaringan MPLS dan MPLS-VPN. Dari hasil pengujian akan dibandingkan performansi antara jaringan MPLS dengan jaringan MPLS-VPN.

Page 4: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-4

Gambar 2 Diagram Alir Pengujian Jaringan

MPLS-VPN

4. Analisis dan Pembahasan Pengujian throughput dilakukan dengan

menggunakan ukuran TCP Windows. Secara default, ukuran TCP Windows adalah 8 KB. Ukuran "TCP Window" adalah jumlah maksimum byte yang dapat ditransmisikan oleh pengirim tanpa diakui sebagai telah berhasil diterima oleh ujung yang lain. Ini berarti bahwa penerima berhadap dapat dengan aman melewatkan data yang tidak lebih dari ukuran jendela byte data yang memerlukan buffer pada saat koneksi terjadi dan bahwa setiap data tambahan selain dalam urutan urutan sah dapat dibuang. Pengujian jaringan MPLS dan jaringan MPLS-VPN menggunakan software Iperf pada satu client, dimana sampel perhitungan diambil selama 60 detik. Software Iperf digunakan untuk mengukur parameter performansi dari jaringan: delay, throughput, jitter dan delay, pada jaringan MPLS dan jaringan MPLS-VPN.

4.1. Pengujian Round Trip Time

Untuk mendapatkan parameter delay dalam pengujian jaringan MPLS dan jaringan VPN, akan diuji menggunakan RTT dengan perintah ping. Pada pengujian RTT dibangkitkan 30 paket ICMP ke dalam jaringan MPLS dan jaringan MPLS-VPN, dengan melakukan perintah ping dari server menuju client.

Dilakukan pengujian terhadap satu client yaitu pada client-1, sehingga diperoleh perbandingan RTT dari kedua jaringan yang berbeda yaitu pada jaringan MPLS dan jaringan MPLS-VPN. Pada Gambar 3 dapat dilihat hasil pengiriman paket ICMP pada masing-masing jaringan menggunakan

satu client pada jaringan MPLS dan jaringan MPLS-VPN.

Gambar 3 Grafik Hasil RTT pada jaringan MPLS

dan jaringan MPLS-VPN

Pada Gambar 3 dapat dilihat perbedaan RTT dari masing-masing client, terdapat delay yang berbeda. Pada jaringan MPLS didapat nilai rata-rata 1,78 ms sedangkan pada jaringan MPLS-VPN nilai rata-ratanya 2,83 ms. Pada kondisi jaringan MPLS memiliki delay kirim lebih kecil dibandingkan dengan saat kondisi jaringan MPLS-VPN. Hal ini disebabkan terjadinya proses enkripsi, autentikasi dan enkapsulasi pada saat pengiriman oleh VPN.

4.2. Pengujian performansi jaringan

Hasil pengujian jaringan MPLS dan MPLS-VPN testbed meliputi througput, jitter dan delay. Pada Gambar 4 ditunjukkan hasil pengujian throughput dengan masing-masing windows size 8 KB dengan nilai rata-rata throughput 35,96 Mbps pada jaringan MPLS sedangkan pada jaringan MPLS-VPN nilai rata-rata throughput 22,62 Mbps. Pada windows size 16 KB di dapat nilai rata-rata throughput 71,91 Mbps untuk jaringan MPLS sedangkan pada jaringan MPLS-VPN nilai rata-rata throughput 45,23 Mbps. Pada windows size 32 KB di dapat nilai rata-rata throughput 143,82 Mbps untuk jaringan MPLS sedangkan pada jaringan MPLS-VPN nilai rata-rata throughput 90,46 Mbps. Pada windows size 64 KB di dapat nilai rata-rata throughput 287,64 Mb/s sedangkan pada jaringan MPLS-VPN nilai rata-rata throughput 180,92 Mbps.

Gambar 4 Throughput Jaringan MPLS dan Jaringan

MPLS-VPN pada 1 Client

Page 5: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-5

Hasil pengujian jitter dengan ukuran TCP windows default 8 KB pada 1 client dengan nilai rata-rata jitter 0,15 ms pada jaringan MPLS sedangkan pada jaringan MPLS-VPN nilai rata-rata jitter 0,16 ms. Dengan ukuran TCP windows yang sama namun diuji pada 2 client dengan nilai rata-rata jitter 0,39 ms pada jaringan MPLS sedangkan pada jaringan MPLS-VPN nilai rata-rata jitter 0,72 ms.

Pada pengujian menggunakan 2 client, throughput dan jitter yang didapat berbeda dengan pengujian menggunakan 1 client. Ini disebabkan pada pengujian 2 client trafik pada jaringan lebih besar. Untuk parameter packet loss, didapati tidak terjadi loss untuk kedua jaringan yang diuji.

Gambar 5 Pengujian sniffing pada jaringan

MPLS-VPN

Pada pengujian sniffing pada jaringan MPLS-VPN terhadap koneksi FTP seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5, seluruh data yang lewat pada jaringan MPLS-VPN tidak dapat dilihat data-data yang lewat pada jaringan tersebut. Bahkan tidak terdeteksi protocol yang digunakan adalah FTP, dapat dilihat paket yang tertangkap pada perangkat lunak Wireshark yaitu protocol UDP yang merupakan protocol yang digunakan oleh perangkat lunak OpenVPN dalam mengirimkan data. Data yang mengalir tidak dapat dilihat dikarenakan seluruh data sudah terenkripsi pada jaringan tersebut.

 

5. Kesimpulan Setelah dilakukan pengujian dan analisis pada

jaringan MPLS dan jaringan MPLS-VPN, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dengan menggunakan MPLS-VPN dapat

membuat koneksi user tidak perlu dihubungkan end-to-end dengan jalur tersendiri, sehingga menghemat pembuatan link baru.

2. Pada pengujian RTT, waktu delay rata-rata paket pada jaringan MPLS dengan dukungan VPN lebih besar dari pada delay rata-rata paket pada jaringan MPLS.

3. Jaringan MPLS memiliki nilai throughput, lebih besar daripada jaringan MPLS-VPN walau dengan TCP windows size yang berbeda.

4. Perbedaan besarnya nilai jitter dipengaruhi oleh variasi beban trafik dan besarnya tumbukan (congestion) antar paket dalam jaringan. Semakin besar beban trafik di dalam jaringan akan menyebabkan semakin besar pula peluang terjadinya tumbukan dengan demikian nilai jitter-nya akan semakin besar.

5. Jaringan MPLS memiliki nilai jitter lebih kecil daripada jaringan MPLS-VPN. Perbedaan jitter ini salah satunya disebabkan oleh proses enkripsi dan autentikasi yang terjadi pada jaringan MPLS-VPN. Untuk kedua jaringan yang diuji, tidak ditemui adanya packet loss yang terjadi.

6. Pada pengujian sniffing pada jaringan MPLS-VPN lebih aman dibandingkan dengan jaringan MPLS, ini disebabkan pada MPLS-VPN terdapat proses enkripsi pada data yang dikirimkan di jaringan.

Page 6: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-6

Daftar Pustaka [1] B. Miller & E. Stewart, 2004, Multi-Protocol

Label Switching (MPLS) Conformance and Performance Testing, Ixia, Whitepaper.

[2] E. W. Gray, MPLS: Implementing the Technology with CDROM, Addison-Wesley Longman Publishing Co., Inc., March 2001.

[3] W. Stallings, MPLS, The Internet Protocol Journal, September 2011, Cisco System, Inc., Volume 3 Number 4, pp. 2-14.

[4] L. Fang, (Ed.), MPLS-TP Applicability: Use Cases and Design, Internet Engineering Task Force, December 20, 2011. Dari situs: < http://www.ietf.org/id/draft-ietf-mpls-tp-use-cases-and-design-01.txt >.

[5] J.T. Park, Management of BGP/MPLS VPN with Resilient Paths, Network Operations and Management Symposium, 2004. Vol. 1, pp. 177-190.

[6] K. Muslim, 2010, Pembuatan dan Pengujian Testbed Jaringan MPLS Berbasis Open Source untuk Kebutuhan Laboratorium Jaringan Teknik Elektro Unsyiah, Universitas Syiah Kuala, Skripsi.

[7] M.H. Behringer & M.J. Morrow, 2005, MPLS VPN Security, Cisco System.

[8] I. Pepelnjak & J. Guichard, 2002, MPLS and VPN Architectures, Cisco Press.

[9] A.A.Abror, M.Z.S.Hadi & I.Winarno, 2010, Rancang Bangun dan Analisa QoS Audio dan Video Streaming pada Jaringan MPLS-VPN, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Tugas Akhir.

[10] M. J. Arshad , T. Ahmad , A. Farooq, 2010, Data Networks’ Design and Optimization through MPLS VPNs using BGP, Journal of American Science, Vol. 6, No. 12, pp. 88-92.

[11] Udik Pudjianto, 2010.Analisis Kinerja VPN MPLS pada Testbed Jaringan Pendidikan Non Formal, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Thesis.

[12] A. Basalamah, Kajian metode load balancing routing dengan bandwidth delay guarantee untuk layanan VPN pada jaringan MPLS, Al-Jibra, Agustus 2008. Vol. 9 No. 29, pp. 95-99

[13] Jing-bo Xia; Ming-hui Li; Lu-jun Wan; Research on MPLS VPN Networking Application Based on OPNET, International Symposium on Information Science and Engineering, 2008 (ISESE ’08). Pp. 404 – 408.

Page 7: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-7

Implementasi Ubuntu Server Dan Mikrotik 750 Sebagai Cache Server Pada LAN Untuk Memaksimalkan Bandwidth

Ihsan Lubis1, Husni Lubis2, Irvan3

1,2Sekolah Tinggi Teknik Harapan (STTH) Medan 3Prodi Pendidikan Matematika FKIP UMSU

Abstrak

Internet saat ini adalah media yang sangat dibutuhkan untuk dapat berkomunikasi, selain biayanya yang lebih murah internet bisa juga digunakan untuk mendapatkan segala informasi yang ada di dunia ini. Penggunaan internet ini sudah sangat populer di dunia ini. Hampir seluruh dunia bisa menggunakan fasilitas internet untuk dapat saling berkomunikasi satu dengan lainnya. Kecepatan koneksi yang tersedia sangatlah tergantung dengan penyedia layanan internet. Untuk mendapatkan layanan internet, para pengguna haruslah mendaftar ke penyedia layanan internet. Para user dapat memilih paket-paket yang disediakan oleh provider untuk mendapatkan bandwidth yang sesuai untuk user. Semakin besar bandwidth yang diminta oleh user, maka semakin besarlah biaya yang harus dikeluarkan user. Penggunaan bandwidth internet tidak hanya untuk satu komputer saja tapi bisa juga dishare di dalam jaringan LAN. Untuk itu dibutuhkan sebuah router yang berfungsi untuk memetakan jaringannya dan untuk mengatur penggunaan bandwidth serta dibutuhkan sebuah cache server sehingga bandwidth yang tersedia bisa digunakan secara maksimal. Sebagai router digunakan Mikrotik 750 dan sebagai cache servernya digunakan Ubuntu Server. Kata kunci: internet, bandwidth, router, cache

server, Mikrotik 750, Ubuntu Server 1. Pendahuluan

Pada saat ini kebutuhan akan akses internet sangatlah besar. Hampir semua orang saat ini sangat tergantung dengan internet baik untuk mencari informasi, menjalin pertemanan maupun untuk melakukan transaksi perbankan. Untuk mendapatkan layanan akses internet para user baik itu personal maupun perusahaan haruslah berlangganan kepada suatu provider. Banyak paket yang disediakan oleh provider yang bisa dipilih user. Semakin besar bandwidth yang minta oleh

user semakin besar biaya yang harus dikeluarkan oleh user.

Bandwidth internet yang didapatkan user haruslah dikelola dengan maksimal sehingga penggunaan bandwidth internet tidak ada yang terbuang sia-sia, walaupun besar bandwidth yang dimiliki oleh user kalau tidak dikelola dengan baik akan terasa sama saja dengan dengan bandwidth yang kecil. Untuk pengelolaan bandwidth ini dibutuhkan router dan cache server.

Router sangat banyak dipasaran baik itu yang merupakan routerboard maupun yang bersifat sistem operasi. Dalam makalah ini yang digunakan adalah routerboard yang diproduksi oleh Mikrotik dan sebagai cache servernya digunakan Ubuntu Server.

2. Tinjauan Pustaka

2.1 Jaringan Komputer Jaringan komputer adalah sekelompok

komputer otonom yang saling berhubungan antara satu dengan lainnya menggunakan protokol komunikasi melalui media komunikasi sehingga dapat saling berbagi informasi, program–program, penggunaan bersama perangkat keras seperti printer, harddisk, dan sebagainya. Selain itu jaringan komputer bisa diartikan sebagai kumpulan sejumlah terminal komunikasi yang berada diberbagai lokasi yang terdiri dari lebih satu komputer yang saling berhubungan.

Manfaat yang didapat dalam membangun jaringan komputer, yaitu : 1. Sharing resources

Sharing resources bertujuan agar seluruh program, peralatan atau peripheral lainnya dapat dimanfaatkan oleh setiap orang yang ada pada jaringan komputer tanpa terpengaruh oleh lokasi maupun pengaruh dari pemakai.

2. Media Komunikasi Jaringan komputer memungkinkan terjadinya komunikasi antar pengguna, baik untuk teleconference maupun untuk mengirim pesan atau informasi yang penting lainnya.

Page 8: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-8

3. Integrasi Data Jaringan komputer dapat mencegah ketergantungan pada komputer pusat, karena setiap proses data tidak harus dilakukan pada satu komputer saja, melainkan dapat didistribusikan ke tempat lainnya. Oleh sebab inilah maka dapat terbentuk data yang terintegrasi yang memudahkan pemakai untuk memperoleh dan mengolah informasi setiap saat.

4. Pengembangan dan Pemeliharaan Pengembangan peralatan dapat dilakukan dengan mudah dan menghemat biaya, karena setiap pembelian komponen seperti printer, maka tidak perlu membeli printer sejumlah komputer yang ada tetapi cukup satu buah karena printer itu dapat digunakan secara bersama – sama. Jaringan komputer juga memudahkan pemakai dalam merawat harddisk dan peralatan lainnya, misalnya untuk memberikan perlindungan terhadap serangan virus maka pemakai cukup memusatkan perhatian pada harddisk yang ada pada komputer pusat.

5. Keamanan Data Sistem Jaringan Komputer dapat memberikan perlindungan terhadap data. Karena pemberian dan pengaturan hak akses kepada para pemakai, serta teknik perlindungan terhadap harddisk sehingga data mendapatkan perlindungan yang efektif.

6. Sumber Daya Lebih Efisien dan Informasi Terkini Dengan pemakaian sumber daya secara bersama – sama, akan mendapatkan hasil yang maksimal dan kualitas yang tinggi. Selain itu data atau informasi yang diakses selalu terbaru, karena setiap ada perubahan yang terjadi dapat segera langsung diketahui oleh setiap pemakai.

Gambar 2.1 Jaringan Komputer

2.2 Proxy Proxy dapat dipahami sebagai pihak ketiga

yang berdiri ditengah-tengah antara kedua pihak yang saling berhubungan dan berfungsi sebagai

perantara,sedemikian sehingga pihak pertama dan pihak kedua tidak secara langsung berhubungan, akan tetapi masing-masing berhubungan dengan perantara, yaitu proxy.

Proxy dalam pengertiannya sebagai perantara, bekerja dalam berbagai jenis protokol komunikasi jaringan dan dapat berada pada level-level yang berbeda pada hirarki layer protokol komunikasi jaringan. Suatu perantara dapat saja bekerja pada layer Data-Link, layer Network dan Transport, maupun layer Aplikasi dalam hirarki layer komunikasi jaringan menurut OSI. Namun pengertian proxy server sebagian besar adalah untuk menunjuk suatu server yang bekerja sebagai proxy pada layer Aplikasi.

Dalam suatu jaringan lokal yang terhubung ke jaringan lain atau internet, pengguna tidak langsung berhubungan dengan jaringan luar atau internet, tetapi harus melewati suatu gateway, yang bertindak sebagai batas antara jaringan lokal dan jaringan luar. Gateway ini sangat penting, karena jaringan lokal harus dapat dilindungi dengan baik dari bahaya yang mungkin berasal dari internet, dan hal tersebut akan sulit dilakukan bila tidak ada garis batas yang jelas jaringan lokal dan internet. Gateway juga bertindak sebagai titik dimana sejumlah koneksi dari pengguna lokal akan terhubung kepadanya, dan suatu koneksi ke jaringan luar juga terhubung kepadanya. Dengan demikian, koneksi dari jaringan lokal ke internet akan menggunakan sambungan yang dimiliki oleh gateway secara bersama-sama(connection sharing). Dalam hal ini, gateway adalah juga sebagai proxy server karena menyediakan layanan sebagai perantara antara jaringan lokal dan jaringan luar atau internet.

Gambar 2.2. Posisi dan Fungsi Proxy

2.3 Caching Proxy server memiliki mekanisme

penyimpanan obyek-obyek yang sudah pernah diminta dari server-server di internet, biasa disebut caching. Karena itu, proxy server yang juga

Page 9: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-9

melakukan proses caching juga biasa disebut cache server. Mekanisme caching akan menyimpan obyek-obyek yang merupakan hasil permintaan dari dari para pengguna, yang didapat dari internet. Karena proxy server bertindak sebagai perantara, maka proxy server mendapatkan obyek-obyek tersebut lebih dahulu dari sumbernya untuk ekmudian diteruskan kepada peminta yang sesungguhnya. Dalam proses tersebut, proxy server juga menyimpan obyek-obyek tersebut untuk dirinya sendiri dalam ruang disk yang disediakan (cache).

Proses caching ini juga tidak kelihatan bagi pengguna (transparan), karena bagi pengguna tidak tampak siapa sebenarnya yang yang memberikan obyek yang dimintanya, apakah proxy server yang mengambil dari cache-nya atau server aslidi internet. Dari sisi pengguna, semua akan nampak sebagai balasan langsung dari internet.

Cache server diletakkan pada titik diantara klien dan web server. Cache server inilah yang bertanggung jawab untuk mendownload content yang diminta dan memberikannya pada klien. Content tadi disimpan pada hardsik local cache server. Lain waktu, ada klien yang yang sama, maka cache server tidak perlu mengambil langsung dari server tujuan tapi tinggal memberikan content yang sudah ada. Disinilah letak optimasi cache server tersebut.

Gambar 2.3. Proses dan Mekanisme Caching

3. Desain Sistem Dalam mendesain sistem jaringan ini

dibutuhkan beberapa peralatan yaitu PC, switch Hub, router dan sebuah PC yang digunakan untuk proxy dan cache server. Desain jaringan ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.1 Topologi Jaringan

Dari gambar diatas, router yang digunakan adalah Mikrotik RB 750 yang memiliki 5 ethernet, satu dihubungkan ke eksternal proxy, satu dihubungkan ke switch hub dan satu lagi dihubungkan ke modem adsl untuk dapat berkomunikasi ke internet.Eksternal proxy juga sebagai cache server, dimana semua request dari client akan tersimpan didalam cache server. Untuk eksternal proxy ini digunakan sistem operasi Ubuntu server.

Konfigurasi IP address yang digunakan pada jaringan ini : IP modem : 192.200.1.1/24 IP mikrotik : wan : 192.200.1.2/24, gateway;192.200.1.1 proxy :192.168.10.2/24 lan : 192.168.1.1/24 IP Mesin Proxy : 192.168.10.1/24, gateway : 192.168.10.2

4. Implementasi Untuk mengimplementasikan sistem jaringan

ini yang pertama kali dilakukan adalah menyetting Mikrotik RB 750 sehingga Mikrotik bisa terhubung ke internet.Kemudian kita install Ubuntu server pada sebuah PC yang telah disiapkan untuk proxy dan cache server.Saat proses instalasi masukkan IP address 192.168.11.11, netmask 255.255.255.0 dan gateway 192.168.11.1.

Setelah selesai proses instalasi, remote Mikrotik melalui winbox, kemudian pilih new terminal. Pada jendela new terminal isikan IP address proxy dengan cara : Ip address add address=192.168.11.11/24 interface=ether3

Lalu hubungkan proxy ke mikrotik dengan memasukkan kabel UTP ke Ethernet 3 pada mikrotik.Setelah terhubung antara mikrotik dan proxy dan proxy bisa terhubung ke internet kemudian downloadlah file-file yang dibutuhkan proxy untuk membuat cache servernya. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan : 1. Install Squid

Page 10: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-10

Pertama-tama install terlebih dahulu squid melalui synaptic atau melalui command prompt dengan cara : #sudo apt-get install squid Setelah selesai maka Squid langsung dapat di konfigurasikan dengan cara : #sudo vi /etc/squid/squid.conf Tetapi sebelum di edit terlebih dahulu backup dulu file aslinya agar kalau rusak bisa dikembalikan ke default : #sudo cp /etc/squid/squid.conf /etc/squid/squid.conf.bak

2. Konfigurasi Squid Selanjutnya konfigurasi script Squid : #sudo vi /etc/squid/squid.conf Akan muncul file konfigurasi squid yang sangat panjang, berikut langkah-langkah yang harus diperhatikan : a. HTTP Port : Merupakan port yang

digunakan untuk menjalankan Squid http_port 8080

b. Visible Host Name : Agar jika terjadi error Squid dapat menemukan hostname yang valid visible_hostname localhost localhost bisa diganti menjadi ip (e.g 192.168.0.254) atau domain seperti proxy.anu.com

c. Cache Manager : Untuk mendefinisikan email address dari Cache Manager Squid cache_mgr [email protected]

d. Direktori Cache Squid : Mendefinisikan letak direktori squid beserta besarannya. Angka 500 menunjukkan ukuran direktori dalam MB Angka 16 menunjukkan jumlah sub direktori tingkat 1 Angka 256 menunjukkan jumlah subdirektori tingkat 2 dari subdirektori tingkat 1 Jumlah diatas makin besar makin baik cache_dir ufs /var/spool/squid 500 16 256

e. Filtering : Ini merupakan bagian terpenting dari Squid, dengan ini kita bisa mngatur rule-rule, dari mulai siapa saja yang bisa mengakses internet sampai website apa yang diizinkan untuk di akses. Access List : Siapa saja yang dapat mengakses Internet acl akses src 192.168.1.1/255.255.255.255 acl : merupakan perintah access list akses : nama user yang memiliki IP atau group src : merupakan source ip yang digunakan, bisa menggunakan range jika ingin membuat group acl group-it src 192.168.1.1-192.168.0.12/255.255.255.255

Filtering Waktu : Memberikan izin akses berdasarkan waktu dan hari acl waktu-akses time MTWHFA 08:00-16:00 acl : perintah access list waktu-akses : caption untuk perintah acl time : perintah squid utk mendefinisikan waktu MTWHFA : merupakan perintah squid untuk mendefinisikan waktu M : Monday, T : Tuesday, dan seterusnya. 08:00-16:00 : Merupakan waktu yang diperbolehkan untuk memberikan akses internet ke pengguna Filtering Website : Memfilter website apa saja yang tidak boleh diakses oleh pengguna. Sebelumnya harus dibuat dulu suatu dokumen yang berisikan list-list url yang akan diblock, dengan perintah: #sudo vi /etc/squid/pornourl.txt kemudian isikan dengan : www.worldsex.com, www.17tahun.com, dan lainnya Lalu berikan perintah squid pada file Squid.conf dengan perintah : acl blokporno dstdomain “/etc/squid/pornourl.txt” Filtering Keyword : Memfilter keyword yang dimasukkan oleh para pengguna, misalkan pengguna memasukkan kata ’sex’ di google maka Squid akan membloknya. Sebelum menambahkan perintah di Squid.conf, harus membuat file yang berisikan keyword-keyword yang akan diblok dengan perintah : #sudo vi /etc/squid/keywordblock.txt Lalu isi dengan kata-kata yang akan di blok : Sex, porn, fuck dan lainya. Dan berikan perintah di Squid.conf dengan perintah : acl keywordblok url_regex -i “/etc/squid/keywordblock.txt” Perintah-perintah filter ini cukup untuk membuat Squid Server sederhana, Selanjutnya memberikan hak akses pada aturan-aturan yang telah dibuat sebelumnya. Di Squid perintahnya dinamakan http_access. Perintahnya adalah sebagai berikut : http_access deny blokporno # men-deny semua url yang terdapat pada acl blokporno http_access deny keywordblock # men-deny keyword yang ada pada acl keywordblock http_access waktu-akses aku # Memperbolehkan acl waktu-akses pada acl user aku

Page 11: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-11

http_access deny all # Men-deny semua user yang tidak terdaftar pada squid.conf http_reply_access allow all #default icp_access allow all #default Kemudian jangan lupa men-save file konfigurasi squid.conf yang telah diedit dengan menggunakan perintah : :wq #w : menyimpan q: keluar (Perintah vi) Lalu pada command terminal anda ketikan perintah ; #sudo squid -z

f. Transparent Proxy Merupakan suatu teknik agar Squid Proxy menjadi transparent atau tidak terlihat, maksudnya jika biasanya kita memasukkan alamat proxy pada setiap browser (firefox, etc..), jika transparent proxy diterapkan maka pada browser tidak akan kelihatan memasukkan alamat proxy. Sebelum memasukkan perintah transparent proxy pada squid, harus melakukan perintah iptable agar dapat meredirect port yang ada pada komputer client. Maksudnya jika squid di set pada port 3128, maka permintaan client yang umumnya internet itu berada pada port 80 maka harus meredirect port 80 dari client tersebut ke port proxy yang berada pada port 3128. IP Forwarding, agar transparent proxy dapat diterapkan, maka harus mengaktifkan Ip Forwarding dengan memberikan nilai 1 pada file “/proc/sys/net/ipv4/ip_forward” dengan cara : #sudo echo 1 > /proc/sys/net/ipv4/ip_forward Tetapi perintah tersebut harus dijalankan auto startup, agar jika komputer squid mati, tidak perlu repot2 menjalankan perintah tersebut secara terus menerus. Berikutnya, harus menjalankan ip_tables agar client dapat meredirect port squid server dengan perintah : #sudo iptables -A PREROUTING -t nat -p tcp –dport 80 -j REDIRECT –to-port 8800 Kemudian restart proxy dengan perintah : #sudo /etc/init.d/squid restart Setelah selesai melakukan konfigurasi untuk squid kemudian kita lakukan penambahan konfigurasi pada mikrotik agar meredirect semua request dari client. Adapun konfigurasi mikrotiknya: ip firewall nat add action = dst-nat chain = dstnat comment = ”proxy” src-address = !192.168.10.0/24 disabled=no dst-port = 80 protocol = tcp to-addresses = 192.168.10.1 to-ports = 3128

5. Hasil Uji Dari implementasi diatas dapat dilihat

hasilnya seperti gambar dibawah ini.

Gambar 5.1 Proxy Hit

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwasanya

squid yang telah dikonfigurasi benar-benar telah berjalan dengan baik. 6. Penutup

Ubuntu server dan Mikrotik sangatlah bermanfaat dalam memaksimalkan bandwidth yang tersedia.Ubuntu digunakan sebagai cache server yang berfungsi untuk menyimpan semua request dari client dan mikrotik berfungsi untuk management bandwidth. Ketika ada client merequest suatu website akan terasa lebih cepat jika website tersebut telah direquest oleh client lain, karena client tersebut mendapatkan balasan bukan dari website tersebut tapi dari cache server. Sehingga bandwidth internet yang ada bisa dihemat penggunaannya.

Page 12: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-12

Daftar Pustaka [1] Pungki Sulistyo, Membangun Infrastruktur IT

menggunakan Squid sebagai Proxi Server, Jurrnal proxy server, Jakarta

[2] Wahana Komputer, Administrasi Jaringan menggunakan linux Ubuntu 7, Alex Media Komputindo, Jakarta,2011

[3] Eri Bowo, Ubuntu From Zero 2, Jasakom,2010 [4] http://www.ubuntugeek.tradepub.com,

Managing linux-free 808 page ebook(Diakses 2012)

[5] http://www.indofreebsd.or.id/proxy-server/optimasi-bandwidth-dengan-freebsd-7-squid-apache-videocache.html (Diakses januari 2012)

Page 13: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-13

Analisis dan Rancangan Routing Protocol dengan Open Shortest Path First Studi Kasus AMIK MBP

Misdem Sembiring, Herdianta, Julpan

Magister Teknik Informatika USU Medan [email protected], [email protected], [email protected]

Abstrak

Dengan semakin berkembangnya jaringan maka diperlukan suatu protocol yang mampu untuk membuat route untuk tabel routing. Routing berfungsi dan bertanggung jawab untuk membawa data melewati sekumpulan jaringan dengan cara memilih jalur terbaik untuk dilewati data. Hal ini tidak dapat dilakukan dengan baik apa bila untuk mengupdate tabel routing menggunakan seorang admin. Supaya Router bisa meneruskan paket data, host yang ada pada jaringan tersebut harus menugaskan router untuk meneruskan data, penugasan dilakukan dengan cara setting host default gateway ke router, jika kita tidak setting default gateway maka bisa dipastikan LAN tersebut tidak bisa terkoneksi dengan jaringan lainnya. Permasalahan dalam membangun tabel routing tersebut dapat diatasi dengan menggunakan dynamic routing.

Dynamic Routing adalah salah satu tipe routing, dimana terjadi proses pembelajaran oleh router dan meng-update table routing jika terjadi perubahan. Pembelajaran dilakukan dengan komunikasi antar router-router dengan protokol-protokol tertentu. Algoritma yang digunakan dalam dynamic routing antara lain Distance vector routing protocols, Link state routing protocols, Hybrid.

Fungsi utama dari layer network adalah pengalamatan dan routing. Routing merupakan fungsi yang bertanggung jawab membawa data melewati sekumpulan jaringan dengan cara memilih jalur terbaik untuk dilewati data. Kata kunci : Routing Protocol, Jalur, Jaringan,

OSPF 1. Pendahuluan

Perkembangan teknologi dan kebutuhan koneksi jaringan yang stabil dan handal merupakan tuntutan dan tantangan yang dewasa ini sangat dibutuhkan.Oleh karena itu merancang suatu jaringan dalam skala yang besar, akan sangat menentukan kesetabilan dan keandalan jaringan itu

sendiri. Untuk memperoleh kualitas pengiriman antar jaringan akan sangat ditentukan oleh beberapa factor yaitu alat (router), jalur, algoritma, routing, sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.

Routing adalah suatu proses pemilihan jalur atau routing protocol dalam suatu jaringan yang digunakan untuk mengirimkan paket data. Agar keputusan memilih jalur sehingga benar diperlukan rancangan dan bagaimana untuk mencapai tujuan.

Ada dua jenis tipe routing yaitu roting secara statis dimana administrator harus mengkonfigurasi jaringan yang dituju dan secara routing dinamis dimana semua informasi didaptkan oleh roueter itu sendiri.Routing Open Shortest Path First (OSPF) merupakan roting protocol secara terbuka yang banyak digunakan baik skala besar maupun skala menengah dan kecil.Untuk itu penulsi mencoba untuk Merancang dan menganalisa Routing protocol dengan OSPF dengn system operasi Linux dengan PC Router sebagai router.

2. Rumusan Masalah Jaringan komputer terdiri atas beberapa

komputer yang saling terhubung satu yang lain melalui saluran komunikasi. Pesan yang dikirim dari satu komputer dengan komputer lainnya umumnya dipecah menjadi sejumlah paket data yang berukuran lebih kecil.Agar paket dapat sampai di host tujuan, maka system jaringan harus dapat memilih jalur routing yang tepat untuk paket data tesebut.Jadi maslahnya adalah Bagaimana menentukan dan memilih routing protocol yang tepat dengan dengan Open shortes patf Fist dalam jaringan skala besar.

3. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah sbb:

a. Mengetahui rancangan dan kelebihan/ kelemahan routing protocol OSPF dalam suatu jaringan.

b. Menentukan aturan dan layanan dalam jaringan kampus

c. Mengetahui status jaringan kampus (Server, router dan layanan lainnya)

Page 14: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-14

d. Memperoleh rancangan dan penerpan routing protocol OSPF dalam suatu jaringan.

e. Mengoptimalakan layanan jaringan kampus f. Mempermudah monitoring status jaringan

kampus (Server, router dan layanan lainnya)

3.1 Jaringan dan Routing Salah satu hal penting dari komunikasi antara

dua komputer adalah pemodelan komunikasi ini ke suatu bentuk representasi deskriptif.Artinya, representasi tersebut bisa menjelaskan bagaimana mekanisme komunikasi antara dua komputer tadi berlangsung. Salah satu model yang sering dipakai adalah open system interconnection basic reference model (OSI basic reference model atau selanjutnya dikenal dengan model OSI). Jala (Mesh Network) : Setiap user terhubung ke semua user yang lain dengan masing-masing satu kawat. Untuk berkomunikasi dengan tetangganya, seorang user menyambungkan pesawatnya dengan kawat yang menuju ke tetangga tersebut.

Bintang (Star Network) : 1) Setiap pesawat terhubung ke titik central dengan

satu kawat. 2) Tidak praktis jika user-nya sangat banyak. 3) Penyelesaian dengan bintang berseri (seriesl of

interconnected star network), di mana setiap central point terhubung lagi ke central yang lebih besar [Extended Star Network]

3.2 Model OSI

Model OSI adalah deskripsi abstrak dari komunikasi antarkomputer sekaligus desain protokol jaringan yang ada di dalamnya.Dalam model OSI ini, suatu entitas dalam jaringan komputer dibagi ke dalam tujuh lapis (layer), yang di setiap lapis ini, satu atau lebih entitas menjalankan fungsinya masing-masing secara berbeda, sehingga model OSI ini sering disebut juga dengan model referensi 7 lapis. Tujuh lapis pada model OSI tersebut adalah: a. Lapis fisik (physical layer) b. Lapis taut data (data link layer) c. Lapis jaringan (network layer) d. Lapis transpor (transport layer) e. Lapis sesi (session layer) f. Lapis presentasi (presentation layer) g. Lapis aplikasi (application layer)

Gambar 1 Model OSI

Saat dua komputer berkomunikasi, tiap lapis OSI berkomunikasi dengan lapis yang sama pada perangkat yang lain (peer process). Misalnya: lapis aplikasi dari komputer A berkomunikasi dengan lapis aplikasi dari komputer B dengan meneruskan data melalui lapis-lapis yang lain. Masing-masing lapis aplikasi tidak peduli bagaimana lapis-lapis yang lain berfungsi, tetapi mereka bergantung kepada lapis-lapis tersebut untuk mendapatkan layanan.

Proses yang terjadi ketika suatu data dikirim dari aplikasi komputer sumber adalah pergerakan menurun dari data yang sudah berbentuk paket data melalui semua lapis. Ketika paket data telah mencapai lapis fisik, paket data tersebut siap dikirimkan melalui media komunikasi. Pada layer fisik, bit-bit paket data bisa berupa analog maupun digital, dan bisa dalam berbagai bentuk (contoh: listrik, cahaya, gelombang radio, dsb.). Dalam setiap pergerakan melalui lapis-lapis tadi, paket data dibungkus (dienkapsulasi) dengan informasi yang ditambahkan sebagai header atau trailer.Namun yang patut dicatat, data di dalam paket data tidak ada yang berubah.

4. Algoritma Algoritma adalah kumpulan instruksi-

instruksi/ perintah–perintah/langkah-langkah yang berhingga jumlahnya yang digunakan untuk menyelesaikan masalah/persoalan logika dan matematika dengan bantuan komputer.

4.1 Algoritma DjiktraGraphs A graph is a set of vertices and edges which connect them. We write: G = (V,E) where V is the set of vertices and the set of edges, E = { (vi,vj) } where vi and vj are in V.

Page 15: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-15

Paths A path, p, of length, k, through a graph is a sequence of connected vertices: p = <v0,v1,...,vk> where, for all i in (0,k-1: (vi,vi+1) is in E. Cycles A graph contains no cycles if there is no path of non-zero length through the graph, p = <v0,v1,...,vk> such that v0 = vk. Spanning Trees A spanning tree of a graph, G, is a set of |V|-1 edges that connect all vertices of the graph. Minimum Spanning Tree In general, it is possible to construct multiple spanning trees for a graph, G. If a cost, cij, is associated with each edge, eij = (vi,vj), then the minimum spanning tree is the set of edges, Espan, forming a spanning tree, such that: C = sum( cij | all eij in Espan )

4.2 OSPF dan BGP

Routing ini menggunakan teknik link state, dimana artinya tiap router akan mencari informasi tentang interface, bandwidth, roundtrip dan sebagainya. Kemudian antar router akan saling menukar informasi, nilai yang paling efisien yang akan diambil sebagai jalur dan di entri ke dalam table routing. Informasi state yang ditukarkan disebut Link State Advertisement (LSA).

Dengan menggunakan algoritma pengambilan keputusan Shortest Path First (SPF),informasi LSA tersebut akan diatur sedemikian rupa hingga membentu suatu jalurrouting.

Beberapa batasan alamat link state routing protocols dari distance vector routing protocols, sebagai contoh link state routing protocols menyediakan convergence yang lebih cepat dari pada distance vector routing protocols, Convergence adalah proses dimana router mengupdate table routing setelah perubahan topologi jaringan perubahan itu adalah menggantikan untuk semua router yang perlu untuk mengetahuinya. Meskipun link state routing protocols lebih lebih dipercaya (reliable) dan membutuhkan sedikit bandwith daripada distance vector routing protocols, mereka juga lebih komplek, memory lebih banyak-intensive, dan beban yang besar di CPU.

Setiap jalur ada metric, yang menunjukkan biaya, semakin kecil biaya semakin bagus. Setiap router akan membuat tree router tujuan berdasarkan biaya yang ada, tidak seperti distance vector routing protocols, dimana broadcast updates ke semua router pada jadwal interval rutin, link state

routing protocols mengupdate hanya ketika kondisi link jaringan berubah. Jika hal itu terjadi ,sebuah pemberitahuan dalam bentuk pengumuman kondisi link yang dikirim melewati jaringan. Tahap-tahap Link-State a. Setiap router memperkenalkan diri, dengan

mengirimkan paket hallo b. Setiap router akan tahu tetangga berdasarkan

paket hallo beserta biaya, dimasukkan database c. Setiap router mengirimkan basis datanya ke

tetangganya dalam paket LSA d. Router yang menerima paket LSA harus

meneruskan ke sel. tetangga sebelahnya e. Paket LSA dimasukkan database jika infonya

lebih baru f. Awalnya terjadi flooding karena setiap router

ketika ada update data akan mengirimkan sampai convergen.

g. Selanjutnya setiap router menghitung jarak terpendek ke router yang lain dengan Shortest Path First, dan terbentuklah tree

h. Dimungkinkan untuk mencapai Router yang sama antar router punya tree yang berbeda.

Gambar 2 Open Sortest Path First (OSPF)

Protokol yang paling diketahui dan paling luas menggunakan link state routing protocol. OSPF adalah standar pengembangan terbuka oleh Internet Engineering Task Force (IETF) sebagai alternative dari RIP.OSPF mengcompile lengkap database topologi dari internetwork.Algoritma shortest path first (SPF), juga dikenal sebagai algoritma Djikstra, yang digunakan untuk mengolah biaya yang paling sedikit untuk mencapai tujuan. Dimana RIP menghitung biaya hanya berdasarkan hitungan hop, OSPF dapat menghitung berdasarkan metric sebagai kecepatan link dan realibility pada penambahan hitungan hop. Jika terjadi perubahan topologi terjadi Routing updates dengan sistem flooded.

Tidak seperti RIP, OSPF dapat mensuport sebuah jaringan dengan diameter 65,535(asumsi setiap link ditandai satu biaya). OSPF memancarkan multicast frames,mengurangi penggunaan CPU pada LAN. Secara herarki membagi jaringan OSPF menjadi area, meringankan memory router dan CPU. Router

Page 16: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-16

dalam broadcast domain yang sama akan melakukan adjacencies untuk pendeteksi satu sama lainnya. Pendeteksian dilakukan dengan mendengarkan “Hello Packet”.Hal ini disebut 2 way state. Router OSPF mengirimkan “Hello Packet” dengan cara unicast dan multicast. Alamat multicast 224.0.0.5 dan 224.0.0.6 digunakan OSPF, sehingga OSPF tidak menggunakan TCP atau UDP melainkan IP protocol 89.

4.3 Router dan Protocol Routing Fungsi utama dari layer network adalah

pengalamatan dan routing, Routing merupakanfungsi yang bertanggung jawab membawa data melewati sekumpulan jaringan dengan cara memilih jalur terbaik untuk dilewati data. Tugas Routing akan dilakukan device jaringan yang disebut sebagai Router. Router merupakan komputer jaringan yang bertugas atau difungsikan menghubungkan dua jaringan atau lebih. Tugas router memforward data (Fungsi IP Forward harus diaktifkan) menggunakan routing protokol (Algoritma Routing).Data diatur oleh Routed Protocol. Cara membangun tabel routing dapat dilakukan dengan cara Static Routing, Default Routing dan Dynamic Routing. Dynamic routing adalah salah satu tipe routing, dimana terjadi proses pembelajaran oleh router dan mengupdate table routing jika terjadi perubahan. Pembelajaran dilakukan dengan komunikasi antar router-router dengan protokol-protokol tertentu. Kelebihan dari dynamic routing jika dibandingkan dengan yang lain adalah karena network bukan sebuah sistem yang statis, maksudnya dini adalah bahwa network bersifat dynamic yang artinya berubah-ubah hal ini sesuai dengan dynamic routing yang secara otomatis akan beradaptasi dengan perkembangan network, pekembangan network padaumumnya sangat pesat. Berbeda dengan static routing yang pergantian rutenya berlangsunglambat tapi pada dynamic routing ini berbeda hal tersebut disebabkan karena adanya updatekondisi network secara periodic serta adanya respon terhadap perubahan link yang terjadi.

Tujuan Rancangan Algoritma Routing a. Accuracy b. Simplicity/low CPU and memory overhead c. Robustness/stability d. Rapid convergence e. Flexibility Total Convergence=Time to detect change+Time to propagate change to all routers+Time to calculatethe new route using the change after it is received

Indikator pengukuran dapat dilihat dari parameter berikut: a. Delay b. Bandwidth c. Load d. Maximum Transfer Unit (MTU) e. Communication cost

5. Pembahasan dan Konfigurasi Untuk memahami lebih lanjut tentang

rancangan dan penerapan Routing Protocol dengan OSP, Gambar berikut dapat dilihat jalur dan mekanismenya sbb:

Gambar 3 Routing Protocol dengan OSP

Untuk konfigurasi masing masing router, dapat dilakukan beberapa scenario sesuai dengan keadaan dan kebutuhan. Dalam hal IP,nama device,nama router silakan disesuaikan(hanya contoh), dan scenario yang diberikan adalah sbb: a. skenario-1 1). router01 /sytem identify set nama = router01 /password /up address add address = 192.168.200.60 netmask = 255.255.255.192 interfase /up mile add galemay = 192.168.200.62 /up dns set primary - dns = 192.1168.200.62 secandary-dns = 200.168.198.34 /up address add address = 10.10.20.1 netmask = 255.255.255.252 /up finewall nat out - interface = ether1 chain = srcnat ceation = mesqaerade 2). Router2 /up address add address = 10.10.10.1 netmask = 225 225.225.252 interface = ether3 /up mile add dst. address = 10.10.30.0/30 galeway = 10.10.10.2 b. Skenario2 1). rouler02 /system indentify set name = rouler 02

Page 17: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-17

/password /up address add address = 10.10.10.2 netmask 225.225.225.252 interface = ether1 /up roule add gateway = 10.10.10.1 /up dns set primary-dns = 192.168.200.62 lecordary - dns = 202.162.198.34 /up adderss add adderss = 10.10.30.1 netmask = 225.225.225.252 interface2 = ether2 /up roule add dst-adderss = 10.10.20.0/30 gateway = 10.10.10.1 c. Static routing Router1 /ip route add dst-address=192.168.30.0/26 gateway=10.10.30.2 /ip route add dst-address=192.168.20.0/26 gateway=10.10.10.2 Roter2 /ip route add dst-address=10.10.30.0/30 gateway=10.10.10.1 /ip route add dst-address=192.168.30.0/26 gateway=10.10.10.1 Router3 /ip route add dst-address=10.10.30.0/30 gateway=10.10.0/30 /ip route add dst-address=192.168.20.0/26 gateway=10.10.30.1 d. OSPF Main /password System identity set name=OSP-MAIN /interface set ether1 name=main-gw /interface set ethe2 name=to perr-1 /interface set ether3 name=to peer-2 /ip route add dst-address=192.168.200.60 netmask 255.255.255.192 interface=main-gw-connected=0 metric-state=0 metric-rip=0 metric-bgp=0 /ip route add dst-address=10.10.0.2 netmask 255.255.255.252 interface=to peer-1 /ip route add dst-address=10.10.1.2 netmask 255.255.255.252 interface=to peer-2 /up route add gateway=192.168.20.62 /ipdns set primary-dns=192.168.200.62 secondary-dns=203.150.250.185 /routing osp set distance-default=if-installed –as-type -2 redistance-connected=as type-1 redistance-statis-static=as-type-2 static /routing ospf area add area-id=0.0.0.1 name=local-10 default-cost=1

/routing ospf network add area=local-10 network=10.1.0.2/30

/routing ospf network add area=local-10 network=10.2.0.2/30 /tool graphing interface add interface=all /system backup save name OSPF-Main /ip firewel nat add chain=screet out-interface=main-gw action=masquerade

6. Hasil

Berdasarkan setting dan konfigurasi tersebut maka dapat kita lihat kondisi router dan path OSPF adalah: a. Area-10=0.0.0.1 adalah jalur terendah dari

semua router yang ada. b. Hanya router OSPF- Main yang akan default

router konfigurasi c. Interface Main-gw tidak mendistibusikan

routing informasi OSPF d. Router OSPF-peer-1 dan OSPF peer-2 akan

mendistribusikanrouting informasi

7. Kesimpulan Routing Protocol dengan OSPF adalah

Protocol link-stateyang dapat dibuat untuk jaringan skalabesar. Protokol ini menggunakan systemcost untuk memilih rute dan menyimpan dalam database informasi table routing. Dalam protokol ini, untuk mengetahui suatu router tidak mati dilakukan dengan mengirimkan paket Hello ke router tersebut. Apabila router tersebut mengirimkan paket balasan sebelum waktu yang ditetapkan , maka routertersebut masih disimpan dalam informasi table routing. Setiap router pada OSPF harus disetting paling sedikit satu area, dan perlu dibuatkan routing default untuk menjaga agar routing tetap berkelanjutan.

Page 18: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-18

Refrensi 1. An inside guide to algorithms: their

application, adaptation and design: ByAlan R Siegel and Richard Cole.

2. Odom Wendel, Computer Networking First Step, Cisco Press, United State Of Amerika, 2004

3. TANENBAUM, A.S.: Modern Operating Systems, Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall, 2001

4. TANENBAUM, A.S.: Computer Networks 4th Ed: Prentice Hall, 2001

5. http://www.dgp.toronto.edu/people/JamesStewart/270/9798s/Laffra/Dij kstraApplet.html

6. http://tide4javascript.com/?s=Dijkstra http://www.cs.sunysb.edu/~skiena/combinatorica/animations/dijkstra.html

7. http://www.unf.edu/~wkloster/foundations/DijkstraApplet/DijkstraApplet.htm

8. http://www.cs.auckland.ac.nz/software/AlgAnim/dijkstra.html

9. http://www.cs.mcgill.ca/~cs251/OldCourses/1997/topic29/

10. http://en.wikipedia.org/wiki/Dijkstra's_algorithm

11. http://www-b2.is.tokushima-u.ac.jp/~ikeda/suuri/dijkstra/Dijkstra.shtml

12. http://www.cs.auckland.ac.nz/software/AlgAnim/dij-proof.html

13. http://www.csse.monash.edu.au/~lloyd/tildeAlgDS/Graph/

14. http://www.nist.gov/dads/HTML/dijkstraalgo.html

15. http://www.dgp.toronto.edu/people/ JamesStewart/270/9798s/Laffra/Dij kstr

Page 19: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-19

Implementasi Linux Terminal Server Project (LTSP)

Imran Lubis, Haida Dafitri

Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan [email protected] , [email protected]

Abstrak Linux Terminal Server Project (LTSP) adalah

sebuah stasiun terminal yang dapat diadopsi oleh client diskless, sehingga kecepatan, kemampuan dari client yang mewakili jauh lebih rendah spesifikasi dan kemampuannya dengan Server Terminal. Sehingga kebutuhan spesifikasi hanya diperlukan di Terminal Server saja. Untuk monitoring, maintenance sistem, konfigurasi sistem, backup-data hanya dilakukan di Terminal Server saja.

Seperti yang diketahui bahwa dalam perancangan laboratorium dan penyelenggaraan infrastruktur laboratorium komputer di sekolah maupun perguruan tinggi membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Masalah dapat timbul mengingat perkembangan teknologi yang demikian cepat namun belum tentu mampu diadopsi oleh lingkungan perguruan tinggi yang terkadang terbentur dengan faktor-faktor seperti pembiayaan penyelenggaraan infrastruktur maupun kurangnya optimalisasi laboratorium seperti dalam penggunaan perangkatnya.

Dengan LTSP ini diharapkan perancangan laboratorium dan penyelenggaraan infrastruktur laboratorium Komputer di sekolah maupun perguruan tinggi serta perkantoran dapat semakin dioptimalkan.

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan dunia komputer telah membawa

kemudahan-kemudahan dalam berbagai aspek sisi kehidupan manusia. Perkembangan kemajuan teknologi komputer sangat berkembang pesat dan banyak dipergunakan manusia untuk membuat suatu pekerjaan agar dapat menjadi lebih mudah. Komputer sejak awal diciptakan digunakan khusus sebagai alat bantu manusia, saat ini besar manfaatnya untuk digunakan dalam proses pengolahan data, pertukaran data, pertukaran data antara pemakai dari komputer satu ke komputer yang lain baik di bidang pendidikan, pemerintahan, maupun instansi swasta dan bidang-bidang lainnya.

Jaringan komputer adalah kumpulan komputer yang saling berkaitan dan memiliki hubungan komunikasi antar komputer. Teknologi jaringan (network) dengan segala bentuk dan macam jenisnya membuat manusia harus terus selalu mengikuti perkembangan teknologi ini, sehingga dapat diterapkan ke dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan antar komputer memungkinkan terjadinya operasi yang tidak mungkin dilakukan dalam keadaan stand alone.

Pengembangan jaringan komputer dengan banyak client/user memang akan memakan banyak resource mulai dari hardware, software, brainware dan lainya. Hal ini tentunya akan membutuhkan biaya yang besar. Jika biaya tersebut dapat ditekan seminim mungkin, performa dari sistem akan menurun. Tetapi jika dikedepankan performa, maka biaya yang akan dikeluarkan akan membengkak. Hal ini menjadi dilematis dan perlu dicari solusinya tanpa harus ada dikorbankan.

Linux Terminal Server Project adalah sebuah teknologi yang memungkinkan kita membuat suatu jaringan terminal yang murah. Teknologi tersebut membangun sebuah sentral yang dinamai terminal server.

Aplikasi terminal server identik dengan pengurangan resource pada sisi client dengan anggapan seluruh/sebagian dari aktifitas client akan diberi oleh servernya. Alasan inilah yang digunakan sebagai pengurangan resources pada sisi client, yakni berupa penghematan hardware dan software. Penghematan hardwarenya diantara lain adalah tidak diperlukannya lagi harddisk, CD-ROM atau DVD-ROM sebagai media storage disisi client.

1.2. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan ini adalah

1. Mengembangkan teknologi Linux Terminal Server Project sebagai solusi dalam pengembangan jaringan laboratorium komputer.

2. Memanfaatkan software Open Source untuk digunakan pada laboratorium komputer sehingga menghemat biaya baik dari sisi sistem operasi maupun aplikasi sistem lainnya.

Page 20: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-20

3. Meneliti manajemen tingkat penggunaan bandwith internet yang diterapkan pada komputer yang berbasis LTSP.

1.3. Manfaat Penulisan Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi

manfaat yang cukup besar kepada para pihak-pihak penyelenggara pendidikan. Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi

dalam pengembangan laboratorium komputer dikarenakan dapat menghemat biaya dalam penyediaan komputer untuk digunakan sebagai sarana kegiatan pendidikan maupun penyediaan software yang akan digunakan di laboratorium.

2. Hasil penelitian ini juga memberikan kemudahan bagi pengelola laboratorium dalam melakukan maintenance komputer.

3. Kemudahan melakukan backup data yang disimpan oleh user, karena data yang disimpan disetiap komputer client sebenarnya tersimpan didalam harddisk komputer server.

1.4. Batasan Penulisan Agar permasalahan fokus pada suatu

permasalahan, maka perlu dilakukan pembatasan masalah dalam penulisan ini. Adapun batasan masalah dalam penulisan ini adalah : 1. Membahas konfigurasi LTSP (Linux Terminal

Server Project) versi 4.2 berbasis Linux openSUSE 11.0.

2. Melakukan manajemen bandwith internet untuk digunakan pada jaringan laboratorium komputer yang berbasis LTSP.

1.5. Metode Penelitian Penulis menggunakan beberapa metode penelitian untuk mengarahkan penelitian (perancangan) ini agar tujuan penelitian yang telah ditentukan dapat tercapai. Adapun beberapa metode penelitian yang digunakan peneliti sebagai berikut: 1. Studi Literature Metode ini ditempuh peneliti guna

mendapatkan informasi dan pengetahuan dari literatur-literatur yang berkaitan dengan objek yang dibahas serta untuk memperoleh ketepatan langkah pelaksanaan sistem.

2. Perancangan dan percobaan pembuatan Linux Terminal Server Project dalam perancangan sebuah laboratorium komputer.

2. Tinjauan Pustaka

2.1. Jaringan Komputer Jaringan komputer adalah sebuah sistem yang

terdiri atas komputer dan perangkat jaringan lainnya , seperti ponsel, printer, dan sebagainya yang bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan yang sama.

Agar dapat mencapai tujuan yang sama, setiap bagian dari jaringan komputer meminta dan memberikan layanan (service). Pihak yang meminta layanan disebut klien (client) dan yang memberikan layanan disebut pelayan (server). Arsitektur ini disebut dengan sistem client-server, dan digunakan pada hampir seluruh aplikasi jaringan komputer.

Berdasarkan fungsi : Pada dasarnya setiap jaringan komputer ada yang berfungsi sebagai client dan juga server. Tetapi ada jaringan yang memiliki komputer yang khusus didedikasikan sebagai server sedangkan yang lain sebagai client. Ada juga yang tidak memiliki komputer yang khusus berfungsi sebagai server saja.

2.2. Tujuan dan Manfaat Jaringan Komputer

Tujuan dari jaringan komputer adalah:

1. Membagi sumber daya: contohnya berbagi pemakaian printer, CPU, memori, harddisk.

2. Komunikasi: contohnya surat elektronik, instant messaging, chatting.

3. Akses informasi: contohnya web browsing .

2.3. Tipe Jaringan Komputer Menurut fungsinya jaringan komputer terbagi

atas dua jenis jaringan komputer yaitu antara lain sebagai berikut : ( Wahana Komputer : 2008) 1. Client-server Yaitu terdapat 1 atau beberapa

komputer server dan komputer client. Komputer yang akan menjadi komputer server maupun menjadi komputer client dan diubah-ubah melalui software jaringan pada protokolnya. Komputer client sebagai perantara untuk dapat mengakses data pada komputer server sedangkan komputer server menyediakan informasi yang diperlukan oleh komputer client. Sebuah service/layanan bisa diberikan oleh sebuah komputer atau lebih. Contohnya adalah sebuah domain seperti www.detik.com yang dilayani oleh banyak komputer web server. Atau bisa juga banyak service/layanan yang diberikan oleh satu komputer. Contohnya adalah server jtk.polban.ac.id yang merupakan

Page 21: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-21

satu komputer dengan multi service yaitu mail server, web server, file server, database server dan lainnya.

2. Peer-to-peer

Yaitu jaringan komputer dimana setiap komputer dapat menjadi server dan juga menjadi client secara bersamaan, karena semua komputer dapat melakukan pengiriman maupun penerimaan informasi sehingga semua komputer berfungsi sebagai client sekaligus sebagai server Contohnya dalam file sharing antar komputer di Jaringan Windows Network Neighbourhood ada 5 komputer (kita beri nama A,B,C,D dan E) yang memberi hak akses terhadap file yang dimilikinya. Pada satu saat A mengakses file share dari B bernama data_nilai.xls dan juga memberi akses file soal_uas.doc kepada C. Saat A mengakses file dari B maka A berfungsi sebagai client dan saat A memberi akses file kepada C maka A berfungsi sebagai server. Kedua fungsi itu dilakukan oleh A secara bersamaan maka jaringan seperti ini dinamakan peer to peer.

Gambar. Jaringan peer to peer

2.4. Linux Terminal Server Project Linux Terminal Server Project (LTSP) adalah

paket add-on untuk Linux yang memungkinkan banyak terminal atau PC yang serentak memanfaatkan sebuah komputer server yang sama. Aplikasi di server dijalankan via terminal thin client yang menangani urusan input dan output. Kelompok thin clients tersebut juga dikenal sebagai

X Terminals yang umumnya dapat dibangun menggunakan komputer usang jaman baheula tanpa hard disk. Teknologi LTSP sangat popular diterapkan, - termasuk di Indonesia, - untuk komputerisasi di sekolahan dengan biaya rendah. Distrubusi Linux yang mengadopsi LTSP termasuk K12LTSP (Red Hat/Fedora), Skolelinux, AbulEdu, Edubuntu dan Deworks. Proyek LTSP didirikan dan diketuai oleh Jim McQuillan.

Pada lingkungan LTSP, klien di-boot menggunakan BootROM (umumnya berupa disket) yang sudah terpasang pada kernel Linux. Setelah kernel di-load dalam memori, ia mulai bekerja untuk mencari server yang memiliki DHCP atau Boot Protocol (BOOTP). Server yang menangkap permintaan klien memeriksa terlebih dahulu apakah klien tersebut sudah terdaftar sebagai komputer yang boleh masuk atau tidak. Bila klien tersebut sudah terdaftar, maka server memberikan IP Address kepada klien dan selanjutnya menjalankan XWindow dimana prosesnya terjadi di server namun hasilnya yang berupa Graphical User Interface (GUI) akan tampak pada komputer klien.

PC cloning yang sebenarnya merupakan cloning dari sistem operasi dapat dilakukan dengan cara menjalankan profil dari user yang terdaftar pada direktori server yang kemudian diakses menggunakan teknologi remote. Sehingga segala proses yang berjalan sesungguhnya dijalankan di sisi server sedangkan di sisi klien yang disebut juga terminal hanya menerima perubahan frame dalam bentuk GUI dan pengiriman keystroke ke sisi server menggunakan protokol X11.

Dengan Linux Terminal Server Project, kita bisa menggunakan PC lama dengan lebih cepat seolah-olah PC baru. Hal ini bisa terjadi karena proses kerjanya sebagai berikut : 1. Sebuah PC user yang disambungkan ke server

tanpa menggunakan system operasi yang tersimpan di harddisk. Sebagai gantinya, menggunakan bootrom yang terpasang di kartu jaringan atau floppy disk untuk menghubungkan PC user ke server.

2. Penggunaan metode terminal server berbeda dengan metode dump terminal. Karena pada linux terminal server project, meskipun PC user menggunakan resource pada server namun tidak semuanya, karena tetap dibantu oleh processor dan memory pada client.

3. Tentunya semakin baik PC user akan membantu kinerja server. Demikian pula halnya PC server, semakin tinggi spesifikasi PC server yang digunakan akan semakin baik pula kinerja linux terminal server project.

Page 22: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-22

2.5. Sistem Operasi Linux Linux diciptakan oleh “Linus Benedict

Trovald” seorang Mahasiswa Universitas Helsinki berkebangsaan Finlandia pada bulan 25 Agustus Tahun 1991 melalui internet Newsgroup comp.os.minix mengirimkan sebuah pendapat yang menceritakan pekerjaan yang sedang ia lakukan saat itu. Secara teratur dan berkelanjutan, Linus Trovalds mengajak semua orang untuk bergabung dalam pekerjaan yang ia sedang lakukan, membuat kode-kode pemogramannya tersedia pada server FTP, dan menawarkannya di bawah kesepakatan yang mengijinkan untuk secara bebas menyalurkannya kepada setiap orang.

Sejak saat itu Linux dikembangkan oleh banyak orang didunia, namun core dari Linux yang disebut kernel tetap dikembangkan oleh Linus dan akhirnya menjadi copyright atas namanya sendiri.

Linux adalah sistem operasi yang bersifat open source yang disebarkan secara luas dengan gratis di bawah lisensi GNU General Public License (GPL). Dengan lisensi GNU program, lengkap dengan source code dari aplikasi-aplikasi lainnya itu diberikan secara bebas. Tidak hanya itu, user/pengguna juga diberikan hak untuk mengkopi sebanyak yang diinginkan atau bahkan mengubah kode sumbernya; dan itu semua legel dibawah lisensi. Meski gratis, lisensi GNU memperbolehkan pihak yang ingin menarik biaya murah untuk penggandaan maupun pengiriman program.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa user/pengguna dapat memperoleh Linux tanpa harus membayar sama sekali. Jika user/pengguna harus membayar tiap kali instal perangkat lunak di lain komputer, dengan Linux user / pengguna dapat menginstalnya dimana saja tanpa harus membayar lisensi.

Berkaitan dengan sifatnya yang open source, programmer dan administrator jaringan mendapatkan kebebasan untuk melakukan modifikasi atau pun pengembangan yang sifatnya customize. Ini berimplikasi pada keamanan dan dinamika.

2.6. Linux openSUSE OpenSUSE: sebuah proyek masyarakat, yang

disponsori oleh Novell, dirancang untuk pengguna rumahan. SUSE bermula di awal tahun 1990-an di mana Linux terdiri dari sekitar 50 keping disket dan dapat diunduh/diambil lewat internet, tetapi pengguna potensial yang memiliki koneksi internet tidaklah banyak. Kemudian S.u.S.E. GmbH menghimpun disket-disket Linux yang dapat dibeli (tanpa harus memiliki koneksi internet). SuSE

tersebarluas oleh Suse GmbH dengan lokalisasi instalasi dalam bahasa Jerman dan dengan itu menciptakan distribusi dari banyak pengguna berbahasa Jerman. Alat instalasi dari Slackware diganti dengan YaST hasil pengembangan Suse GmbH sendiri. Mulai April 1994 Paket Suse-Linux Versi 1.0 mulai menggunakan CD, tidak lagi dalam disket (yang sudah mencapai 70 keping).

Versi pertama yang berdiri sendiri terlepas dari Slackware diterbitkan pada Mei 1996 dengan nama S.u.S.E. Linux, versi 4.2. Penomoran 4.2 dalam versi ini diakibatkan dari diskusi panjang di mana penomoran versi 1.1 ditolak dan angka 42 lebih disukai karena merupakan “jawaban dari segala pertanyaan terhadap segala pertanyaan” (Answer to Life, the Universe, and Everything) menurut roman karya Douglas Adams The Hitchhiker’s Guide to the Galaxy. Pada versi ini untuk pertama kalinya, dalam distribusi dengan 3 CD, disertai sebuah Live-Filesystem.

Mulai dari versi 4.2 angka penjualan Suse Linux meningkat tajam. Pengguna professional di pasar Linux menuntut produk yang sesuai, maka mulai versi 5 ditawarkan produk SuSE Business Linux. Konsep ini kemudian tetap dijual melalui SUSE Linux Enterprise Server (SLES), yang boleh diperoleh di samping siklus rilis dan pembaruan yang panjang dengan dukungan tawaran dan pelatihan yang beragam. Suse Linux yang sampai pada versi itu hanya mendukung platform Intel i386, pada versi 6.1 mulai juga mendukung platform DEC, Alpha AXP dan platform PowerPC pada versi 6.3. Kedua distribusi memiliki pengaruh penting bagi pengembangan kualitatif Distribusi Suse Linux. Pada perkembangan berikutnya tersedia juga versi SuSE Linux untuk sistem AMD Athlon 64, Intel Itanium dan IBM 390 (Z-Series).Mulai versi 7.0 sampai dengan 9.1 tersedia dua versi Suse Linux: Personal dan Professional. Di samping itu tersedia juga versi bagi pelajar. Paket pembaruan dengan harga yang pantas untuk versi Professional juga tersedia tanpa cetakan buku pedoman administrasi. Pada 4 November 2003, Novell mengumumkan bahwa mereka akan mengakuisisi SuSE. Akuisisi ini diselesaikan pada Januari 2004. SuSE 9.1 merupakan versi pertama di bawah Novell. Salah satu perubahan yang terjadi adalah mulai Juni 2004, di samping instalasi melalui FTP, CD untuk instalasi dasar tersedia di internet. Juga pada edisi Professional dipasarkan dengan keping DVD kedua yang berisi perangkat lunak untuk sistem 64-Bit (AMD64 dan Intel 64) (versi 64-Bit SuSE 9.0 dijual terpisah). Pada April 2004 YaST ditempatkan di bawah Lisensi Publik Umum GNU. Pada 4 Agustus 2005, juru bicara dan direktur hubungan masyarakat Bruce Lowry

Page 23: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-23

mengumumkan bahwa pengembangan SUSE Professional akan lebih terbuka dan bersama dalam proyek komunitas openSUSE berupaya meraih perhatian yang lebih luas dari pengguna dan pengembang. Lebih terbuka dengan memungkinkan pengguna dan pengembang untuk menguji dan membantu mengembangkannya. Sebelumnya segala pengembangan dilakukan hanya oleh SUSE dan versi 10.0 adalah versi pertama dengan pengujian beta oleh publik. Sebagai bagian dari perubahan, akses ke Server-YaST menjadi pelengkap bagi pengguna SUSE Linux. Setelah menanti selama beberapa bulan, akhirnya hari ini, 19 Juni 2008, openSUSE 11.0 secara resmi diluncurkan. openSUSE 11.0 merupakan satu lompatan besar dari versi openSUSE 10.3 dan mengusung berbagai perbaikan dan perubahan untuk kenyamanan pengguna. Maskot dari SUSE secara umum dikenali sebagai gecko (tokek) dan disebut sebagai Geeko, namun sebenarnya adalah seekor kameleon (Chamaeleonidae).

3. Perancangan Jaringan Komputer

3.1 Perancangan Jaringan LAN

Gambar. Perancangan jaringan LAN

3.2 Perancangan Peralatan Server dengan spesifikasi antara lain adalah :

1. Processor minimal Pentium 4, Kartu video (VGA card) 128 MB, Memori 2 GB, (dengan perhitungan untuk server menggunakan memori 256 MB + masing-masing Workstation (WS) menggunakan memori 50 MB).

2. Harddisk 80 GB, CD/DVD drive, 2 Unit Ethernet Card.

3. Hub / Switch 1 Buah, Kabel UTP sesuai kondisi (untuk menghubungkan komputer server dengan masing-masing komputer client. Mengumpulkan workstation /client dengan

spesifikasi antara lain :

1. Processor Pentium 1 dan Pentium 2, Memory 16 / 32 / 64 Mb,

2. CD/DVD room dan Floppy (jika menggunakan Bootroom).

3. Kabel UTP sesuai kondisi. 4. Ethernet Card, dan yang terakhir EPROM yang

akan diletakkan di Ethernet Card (dalam hal ini EPROM yang digunakan adalah barang bekas, jadi harus dilakukan penghapusan terlebih dahulu) dan tanpa harddisk, karena semua program terletak di server. Sedangkan perangkat lunak yang dapat

digunakan adalah versi kernel Linux 2.4.x ke atas, dengan distribusi antara Red Hat 8, Open Suse 11.0, Ubuntu 10.04, Mandriva, dan lain-lain. Dalam penulisan ini perangkat lunak hanya digunakan pada server saja.

3.3 Desain Security/Hak Akses Dalam Jaringan Diskless (LTSP Server) client

tidak membutuhkan Harddisk, namun data yang telah di simpan oleh client/ user maka akan tersimpan pada Server. Untuk melihat hak akses pada client tersebut dapat dilakukan dengan cara antara lain sebagai berikut : 1. Klik Home Folder pada dekstop, 2. Sorot dan Klik root folder di Home Folder, 3. Kemudian Klik Home Folder (isi dari root

folder), lalu pilih dan klik salah satu client yang kita ingin Akses data pada client tersebut. Misal “client tersebut bernama user1 maka klik user1, jika user1 terkunci maka data tidak tampak di lihat harus mengetahui password user1 terlebih dahulu, jika tidak terkunci maka data pada user1 dapat dilihat.

4. Setelah itu pilih dan klik document pada client tersebut, maka akan tampak terlihat isi document client tersebut.

5. Setiap masing-masing client dapat membuka aplikasi yang sama dengan waktu yang sama tanpa mengganggu pekerjaan client lainnya.

4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Instalasi Sistem Operasi Seperti dijelaskan pada tujuan penulisan,

bahwa penelitan ini menggunakan sistem operasi dari Linux openSUSE 11.0. Agar dapat dilakukan manajemen jaringan komputer dengan memanfaatkan teknologi LTSP, maka perlu dilakukan instalasi sistem operasi pada komputer baik pada komputer server maupun pada komputer client. Adapun langkah penginstalan sistem operasi linux openSUSE 11.0 adalah sebagai berikut :

Page 24: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-24

1. Masukkan CD sistem operasi Linux openSUSE 11.0, kemudian tekan tombol F2 lalu pilih “Boot, pilih Boot Device Priority lalu pilih CD/DVD ROOM sebagai boot pertama. Tekan tombol F10 lalu tekan tombol Y untuk melakukan penyimpanan ( kemudian komputer restart ).

2. Setelah komputer melakukan restart, device yang pertama dibaca CD/DVD ROM lalu pilih Installation untuk melakukan penginstalan, Pada menu pilihan ini, kita dapat mengubah pilihan bahasa untuk instalasi ukuran layar, lokasi sumber instalasi (DVD atau melalui network), pilihan kernel dan tambahan driver.

3. Setelah itu proses instalasi masuk ke posisi Welcome Screen, pada menu ini penulis menyutujui semua persyaratan yang diajukan untuk melakukan penginstallan dengan mengklik kotak kecil pada statement I Agree to the licensi system sebagai tanda setuju lalu klik Next, seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 1. Menu Welcome Screen - License

Agreement

Tunggu sebentar hingga proses deteksi selesai dilakukan, proses OpenSUSE melakukan deteksi hardware dan sistem yang ada.

Pilihan berikutnya adalah pilihan instalasi, apakah berupa Instalasi Baru, Update atau Perbaikan Instalasi Sebelumnya. Karena proses ini merupakan instalasi awal, pilih New Installation. 4. Pilih New Installation, untuk melakukan proses

installasi awal. 5. Lakukan pilihan waktu dan area waktu (time

zone). Untuk pilihan ini penulis memilih area waktu adalah Asia Jakarta.

6. Pilihan berikutnya adalah menentukan desktop manager. Tersedia berbagai pilihan, baik Gnome, KDE 3.5, KDE 4 maupun yang lain (XFCE, minimal system dan lain-lain).

7. Selanjutnya kita memasuki Menu Desktop Maneger, pada menu ini untuk membentuk atau memformat paritisi. Partisi yang akan dibentuk adalah sebagai berikut : Pertama /(root), digunakan sebagai tempat file system, ukuran yang digunakan normalnya

15GB – 20GB. Kedua /swap, sebagai memori antrian yang fungsinya sama dengan Physical memory (RAM), ukuran yang digunakan normalnya 2x memory RAM. Ketiga /home, sebagai tempat terbentuknya user dan tempat penyimpanan data, ukurannya sisa dari harddisk yang telah dibentuk / (root) dan swap. Untuk melakukan langkah-langkah pembentukan Partisi, harus mengklik Edit Partition Setup.

8. Setelah pembentukan Partisi /Ext3 /swap dan /home, selanjutnya memasuki menu Create New User, pada menu Create New User kita harus menentukan nama user dan Password sistem. Untuk kemudahan kita bisa menggunakan password sistem sebagai password admin (root).

9. Sebelum proses instalasi dilakukan, ada overview mengenai pilihan yang sudah dilakukan. Kita masih bisa melakukan perubahan dari halaman overview ini. Selanjutnya Menu Confirm Installation, pada menu ini klik Install jika sudah OK.

Gambar 2. Proses Instalasi

10. Setelah proses installasi selesai, maka desktop sudah terlihat dan Sistem Operasi Opensuse 11.0 sudah dapat digunakan.

Gambar 3. Tampilan Dekstop pada Linux Open

Suse

Page 25: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-25

4.2. Setting IP Address jaringan LAN 1. Klik K Menu (Start Menu) pada Taskbar lalu

sorot system lalu sorot kanan Klik YaST (Administrator Setting).

2. Masukkan Password root seperti gambar dibawah ini, lalu klik

3. Kemudian muncul menu Yast Control Center, lalu Pilih Network Device dan Network Setting

4. Selanjutnya memasuki Menu Network Setting, pada menu ini pilih ethernet card yang ingin diberi IP address.

5. Pada menu Network Card Setup pilih Statically Assigned IP Address, lalu ketik IP address dan Subnet Mask, untuk Host name boleh diisi boleh juga tidak, klik Next untuk proses. Pilih Statically Assigned IP Address, ketik IP Address dan Subnet Mask. Lalu klik Next.

6. Pensetting IP Adress selesai. Setting IP address dapat juga dilakukan di Terminal Konsole dengan perintah sebagai berikut : [atta@localhost~]$ SU (untuk login root) Password: ( ketik password root ) [root@localhost~]# ifconfig eth0 10.0.0.254 netmask 255.255.255.0 up

4.3. Boot Komputer Client dengan PXE Boot

Proses Installasi Kiwi-LTSP , Konfigurasi

Kiwi-LTSP , Setup Kiwi-LTSP dan Add user sudah dilakukan , artinya pekerjaan pembuatan Linux Terminal Server Project ( LTSP ) telah selesai dan Server siap untuk di koneksikan ke Komputer Client.

Hubungkan komputer server yang sudah disediakan dengan komputer client malalui Hub/switch dengan menggunakan kabel jaringan straight, setelah itu komputer client melakukan boot dan pada saat itu dhcp pada server mencari alamat atau IP Address yang akan diberikan kepada komputer client. Sehingga pada komputer client tidak ditentukan IP Address, dikarenakan IP Address sudah diberikan secara auotamatis pada dhcp server. Setelah DHCP server memberikan IP Address pada komputer client maka pada akan tampak terlihat hasil pada komputer client yaitu, Sistem Operasi yang digunakan pada client berubah dan siap dijalankan.

4.4. Hasil Koneksi Antara Server dan Client

Berikut ini adalah gambar atau tampilan hasil

setelah Server sudah terhubung dengan Client.

1. Di sisi client tampak terlihat pencarian alamat IP yang dilakukan dari DHCP server.

2. Untuk melihat LTSP server berhasil, dapat dilakukan dengan cara Setup Kiwi LTSP melalui terminal konsole pada server : cara kiwi-ltsp-setup-c, jika hasil pencariannya done maka LTSP siap di jalankan, namun diantara salah satu ada failed maka LTSP tidak dapat dijalankan.

3. Setelah pengambilan kernal dari TFTP maka menjalankan sistem file root dari nfs, seperti yang tampak terlihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4. Menjalankan Sistem file root dari nfs

server

4. Setelah sistem file root berhasil di jalankan maka pengambilan X-server ke dalam memory dan mulai menjalankannya, tampak terlihat gambar dibawah ini pada sisi client tampat terlihat pesan Well Come Kiwi LTSP.

5. Proses pun selesai dengan mucul pada client menu login yang telah terlebih dahulu di setting add user yang dilakukan oleh server agar client dapat masuk ke dekstop Sistem operasi yang digunakan pada server.

4.5. Tabel Perbandingan Dalam tabel perbandingan ini, user/pengguna

dapat mengetahui perbedaan jika user/pengguna membangun jaringan laboratorium komputer menggunakan jaringan Thin Client / Linux Terminal Server Project (LTSP) dengan tanpa menggunakan jaringan Thin Client / Linux Terminal Server Project(LTSP).

Tabel 1 Perbandingan dalam penggunaan LTSP Server dengan Tanpa LTSP Server

No  LTSP Server  Tanpa LTSP Server 1.  Membutuhkan Biaya  

yang sedikit. Disebabkan pada client tidak menggunakan Harddisk, dan dapat menggunakan Pentium I, II,  bahkan komputer tua sekalipun. 

Membutuhkan Biaya Besar. Pada client menggunakan Harddisk, dan spesifikasi komputer client harus tinggi demi mendukung proses pemakaian komputer oleh user/client. 

Page 26: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-26

2.  Pada Client Tidak Menggunakan Harddisk, dan dapat menggunakan Pentium I, II,  bahkan Komputer tua sekalipun.  

Pada client menggunakan Harddisk, dan spesifikasi komputer client harus Tinggi demi mendukung proses pemakaian komputer oleh user/client. 

3.  IP Address pada client tidak di tentukan karena IP tersebut diberikan secara automatis oleh DHCP server. 

Setiap masing‐masing client harus di tentukan  IP Address secara satu persatu. 

4.  Pada masing‐ masing Client, tidak melakukan Trouble Shouting dan tidak menginstall Sistem Operasi , karena Sistem Operasi yang digunakan hanya dilakukan pada Server saja.  

Pada masing‐masing client wajib menginstall Sistem Operasi dan Melakukan Trouble Shouting dilakukan setiap unit komputer yang digunakan dan dilakukan satu persatu 

5. Kesimpulan dan Saran

5.1. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan penulis di atas,

terdapat beberapa kesimpulan, antara lain : 1. Terlihat dengan jelas bahwa LTSP (Linux

Terminal Server Project) yang dibangun sama kemampuan aksesnya dengan Komputer PC, dapat menggunakan Aplikasi Office open source, dapat melakukan penyimpanan data, dapat browsing ke internet, dapat menerima dan mengirim email, dapat mencetak hasil kerja yang akan dilaporkan dll.

2. Untuk mengatasi Troublesooting dan Instalasi Software waktu dan tenaga kerja yang dibutuhkan jauh lebih hemat dibanding jika harus memperbaiki satu-persatu ke komputer PC, membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang lama. Karena mengatasi Troublesooting dan Instalasi Software dilakukan hanya pada server.

3. Untuk Backup Data dan keamanan data jauh lebih terjamin, karena data di LTSP tersentralisasi, dan dapat di monitoring oleh pihak TI.

4. Agar LTSP dapat berjalan secara Optimal, Jaringan yang digunakan harus benar-benar dipasang dengan baik dan harus dievaluasi apakah jaringan sudah berjalan dengan baik.

5. Penyimpanan data pada masing - masing cilent disimpan oleh server, dikarenakan pada masing-masing client tanpa menggunakan harddisk

namun data ataupun file pada masing - masing client dapat di Akses.

5.2. Saran Beberapa saran yang dapat penulis berikan dari

hasil tulisan ini adalah : 1. Penggunaan Linux Terminal Server Project

sangat membantu dalam membangun jaringan diskless yang memanfaatkan komputer pentium I dan II tanpa harddisk sehingga tidak terlalu menggunakan biaya yang cukup besar dalam perancangan laboratorium komputer.

2. Penggunaan kernel Linux dengan versi lebih tinggi dapat mempermudah untuk proses pengenelan perangkat komputer yang digunakan, terutama perangkat kartu jaringan sehingga mempemudah proses konfigurasi perangkat.

3. Konsep Linux Terminal Server Project ini bisa dijabarkan pada bangku perkualiahan dalam mata kuliah sistem jaringan.

Daftar Pustaka [1] Mumpuni, Joko I. dan Wardono, Adisuryo.

Meningkatkan Kemampuan Jaringan Komputer dengan PC Cloning System. Andi Yogyakarta. 2004.

[2] Purbo, W. Onno. PC Cloning Windows Pakai Linux LTSP. Andi Yogyakarta. 2006.

[3] Wahana Komputer. Administrasi Jaringan Menggunakan Linux Ubuntu 7. Andi Yogyakarta.2008.

[4] Wilfridus Bambang Triadi Handjaya, Bernard

Renaldy Suteja, dan Ahmad Ashari. Linux SystemAdministrator.Informatika Bandung. Februari 2008.

[5] <http://www.ltsp.org, merupakan situs resmi dari Linux Terminal Server Project (LTSP)> diakses 12 November 2009.

[6] <http://id.wikipedia.org/wiki/Linus_Torvalds > diakses 10 Desember 2009.

[7] <http://id.wikipedia.org/wiki/Topologi_bintang > diakses 16 Desember 2009.

[8] <http://www.LTSP.org. dan www.LTSP.or.id > diakses 22 Desember 2009.

Page 27: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-27

Penerapan Aplikasi Distributed Network Monitoring with SNMP-RMON

Romi Fadillah Rahmat, M. Fadly Syahputra

Fakultas MIPA Program Studi Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara Email : [email protected], [email protected]

Abstrak Distributed Network Monitoring with SNMP-

RMON (DNM SNMP-RMON) merupakan suatu aplikasi yang memantau jaringan secara terdistribusi dan dibangun berdasarkan protokol Simple Network Monitoring Protocol (SNMP) dan menerapkan teknologi Remote Monitoring (RMON) versi 1 dan 2. Penerapan aplikasi ini menggunakan Java Eclipse RCP yang akan diintegrasi dengan iNetmon Monitoring Suite, dan dapat beroperasi di berbagai platform. Modul yang dibangun adalah modul RMON GUI dan modul Jnetmon Integration. Fungsi dari modul RMON GUI adalah menyediakan antarmuka kepada admin, dan menampilkan data yang telah dianalisa dalam bentuk statistikal dan grapikal. Modul ini juga memaparkan maklumat yang diperlukan dalam bentuk paparan web. Modul kedua yang dibangunkan adalah iNetmon Integration , fungsi dari modul ini adalah menyatukan RMON Engine dan RMON GUI kepada iNetmon Monitoring Suite.

1. Pendahuluan Distributed Network Monitoring with SNMP-

RMON merupakan aplikasi pemantauan yang buat dengan menggunakan protokol SNMP dan menerapkan RMON teknologi untuk menerima informasi tiap-tiap Agent yang ada didalam rangkaian untuk tujuan pengurusan dan pengawasan rangkaian.

Aplikasi ini juga dibuat untuk disesuaikan dengan aplikasi iNetmon yang telah ada dan akan dijadikan modul di dalam aplikasi itu. Sebelum ini telah ada aplikasi lain yang berkenaan dengan SNMP yaitu Network Management Console. Hubungan projek tersebut dengan aplikasi ini adalah dalam hal SNMP sahaja disebabkan aplikasi NMC itu tidak menggunakan RMON teknologi dan tidak bertujuan untuk pengawasan tetapi lebih kepada pengurusan rangkaian.

Sistem yang telah ada saat ini adalah 3Com Transcend Traffix Manager [1]. Sistem ini adalah perangkat lunak yang menggunakan RMON2 untuk

pengambilan data dari setiap RMON Agents nya. Secara konstan perisian ini akan mengambil data dari tiap RMON2 Agent melalui RMON MIB nya. Setelah menentukan Agent yang akan diambil data, maka aplikasi penganalisaan secara grapik akan dipanggil, dan penggunaan warna dalam pensimbolan rangkaian dan nod-nod akan ada. Setiap simbol atau ikon rangkaian dan nod yang ada akan berisi informasi yang diperlukan. Pengkelompokan rangkaian dan nod-nod berdasarkan departemen boleh dilakukan dan diubah. Perisian ini juga dapat dijalankan di Windows dan Unix platform.

Transcend Traffix Manager ini memiliki banyak kelebihan seperti grafikal dan analisa data yang baik, pengkelompokan rangkaian, dan dapat dijalankan di Windows dan Unix, tetapi perisian ini hanya berdasarkan RMON2 sahaja.

Oleh itu, pembangunan DNM with SNMP-RMON adalah bertujuan menghasilkan sistem yang memiliki dua modul, RMON1 dan RMON2, pembuatan analisa statistikal dan grapikal data yang lebih menarik, dan konektivitinya kepada iNetmon Monitoring Suite.

Pengawasan rangkaian juga dibahagikan kepada 2 yaitu secara lokal (locally) dan secara remote (remotely). Maksud secara lokal adalah pemantauan rangkaian akan ditempatkan di tempat yang sama, sedangkan secara remote, pemantauan akan menanalisa dan mengumpulkan informasi secara lokal tetapi akan menghantarnya kepada server yang terletak ditempat lain

Disebabkan aplikasi ini adalah pembangunan sistem yang digunakan untuk keperluan pemantauan rangkaian maka teknologi yang digunakan adalah berdasarkan teknologi RMON dan protokol SNMP [2]. Teknologi RMON akan memberikan akses kepada maklumat yang diambil daripada dalaman perkakasan rangkaian, sedangkan protokol SNMP memberikan akses kepada SNMP traps dan alert pada suatu perkakasan rangkaian. Kedua-duanya merupakan alatan pengawasan yang aktif sehingga meningkatkan trafik didalam rangkaian. Untuk tujuan pengawasan, teknologi RMON lebih menguntungkan dibandingkan dengan

Page 28: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-28

SNMP, disebabkan data yang didapat adalah lebih banyak.

2. DNM SNMP-RMON

Seperti di paparkan didalam Gambar 1 dibawah, bahwa didalam aplikasi ini kami akan membuat 3 modul. Modul 1 ialah modul RMON Engine, modul ini bertujuan untuk memaparkan antarmuka kepada pengguna semua informasi yang diperlukan oleh pengguna untuk tujuan pemantauan rangkaian melalui RMON Agent yang tersedia. Informasi yang dipaparkan adalah berdasarkan kelompok atau fungsi yang telah disediakan oleh RMON1 seperti : Statistic, History, Alarm, Host group, HostTopN, Matrix, Filter group, Capture, dan Event Group. Didalam modul ini akan diletakkan juga RMON2. RMON2 memiliki fungsi dan kelompok yang berbeda [3]. Kumpulan yang terdapat didalam RMON2 adalah protocolDir, protocolDist, addressMap, nlHost, nlMatrix, alHost, alMatrix, usrHistory dan AgentConfig [3]. Informasi yang dihantar melalui RMON Agent akan dipaparkan melalui antarmuka pengguna sistem.

Gambar 1. Distributed Network Monitoring with SNMP-RMON

Modul ke dua adalah Modul RMON GUI.

Tujuan daripada modul ini ialah memaparkan informasi yang dihantar oleh RMON probe melalui SNMP protokol. Informasi akan dianalisa dan dipaparkan dalam bentuk statistikal dan grapikal. Untuk keperluan pengguna, maka paparan antarmuka juga akan dibuat dalam bentuk web.

Modul ke tiga adalah Modul iNetmon Integration. Fungsinya ialah menggabungkan dan mengintegrasikan antara RMON Engine dan RMON GUI kepada iNetmon Monitoring Suite.

Gambar 2. Arsitektur DNM SNMP-RMON

Dijelaskan pada gambar 2 bahwa aplikasi DNM SNMP-RMON akan terkoneksi dengan agent probe yang berada di suatu jaringan untuk mengambil informasi yang ada di Router yang memiliki teknologi RMON dengan terkoneksi langsung melalui RMON Engine sehingga dapat di paparkan melalui RMON GUI dan WebUI.

3. Analisis Pembangunan Sistem

Gambar 3. Methodologi Pembangunan Sistem

Dalam pembangunan sistem ini, metodologi yang kami gunakan adalah pemodelan berasaskan objek [4]. Alasan utama menggunakan metodologi ini adalah kerana RMON MIB juga berisikan objek, sehingga diharapkan dengan menggunakan bahasa pengaturcaraan Java, setiap objek didalam RMON MIB dapat dipaparkan dengan baik. Kaedah ini juga dipilih agar pembangunan projek berjalan dengan baik dan teratur. Fase-fase yang terlibat adalah fase perancangan, analisis dan rekabentuk, penerapan dan pemasangan sistem.

Page 29: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-29

Gambar 4. RMON Engine Sequence Diagram

Gambar 4 menjelaskan sequence diagram Modul RMON Engine yang dibangunkan. Admin jaringan akan mengaktifkan modul RMON Engine yang telah diintegrasikan dengan aplikasi iNetmon Monitoring Suite. Kemudian admin jaringan akan membuka modul RMON untuk memasukkan parameter informasi yang ingin diperoleh dari probe RMON. Lalu, admin aplikasi untuk modul RMON akan memeriksa status probe RMON sebelum melakukan tindakan yaitu meminta informasi yang telah ditetapkan oleh admin jaringan. Jika probe RMON tidak memberikan respon dalam waktu yang telah ditetapkan, maka admin jaringan akan menerima peringatan tentang probe yang tidak berfungsi atau offline. Jika probe berfungsi dan online, maka pengurus modul RMON Engine akan menghantar segala ciri – ciri informasi yang diingini oleh admin jaringan ke probe RMON dan probe RMON akan memproses segala permintaan sebelum menghantarkannya lagi kepada pengurus aplikasi modul RMON Engine. Antaramuka web dan antaramuka aplikasi utama akan memaparkan data dan informasi yang telah diperoleh.

Gambar 5. RMON GUI Sequence Diagram

Gambar 5 ialah gambar sequence diagram dari RMON GUI. Setelah RMON Engine mengakses basis data yang ada di dalam RMON Agent, pengguna boleh mendapatkan informasi yang ada

didalam RMON device yang telah diambil oleh RMON Engine. Hal ini membuat RMON GUI memiliki kemamampuan untuk mendapatkan data dari pangkalan data yang ada didalam setiap RMON Agent, dan juga mengakses antarmuka web yang telah dibangunkan didalam RMON agent melalui RMON GUI. Antarmuka web yang dipaparkan juga membolehkan pengguna mengatur waktu dan mengatur parameter-parameter yang ada di dalam RMON Agent yang berkaitan dengan pengambilan data dari RMON router.

4. Implementasi dan Hasil DNM SNPM-RMON memiliki beberapa fitur

yang diimplimentasi di dalamnya. Beberapa fitur yang dihadirkan adalah :

4.1 Statistical and Graphical Interfaces Setelah melakukan login kedalam aplikasi,

pengguna diharuskan memasukkan IP Address, Db Name, User Name dan Password ke RMON-Agent yang dituju, setelah database terkoneksi, maka pengguna dapat melihat informasi yang didapat dari RMON MIB yang telah dikumpulkan didalam RMON Router/Switch, contoh table yang bias di lihat adalah didalam folder statistic pada tabel etherStatsTable

Gambar 6. RMON GUI

Gambar 6 menunjukkan antarmuka pengguna untuk menampilkan data dari database yang ada di RMON Agent. Pada bagian kanan adalah tabel yang akan berisi data atau informasi yang telah dikumpulkan oleh RMON Router. Gambar 7 dibawah ini memperlihatkan isi dari salah satu tabel didalam RMON 1 probes, yaitu tabel etherStatsTable. Tabel ini berisikan informasi dari jaringan yang terkoneksi dengan RMON Agent. Contoh informasi yang didapat adalah Port didalam router yaitu port 101-106, jumlah drop

Page 30: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-30

event setiap portnya, jumlah packet yang lewat didalam port tersebut dan status CRC Align Error serta owner dari setiap portnya.

Didalam tabel ini juga tersedia informasi yang telah diolah menggunakan RMON MIB, index MIB, Object MIB, bucket request setiap indexnya, bucket granted dan interval setiap indexnya. Pada level event index maka kita dapat melihat waktu dan deskripsi ketika port itu mengalami link down.

Gambar 7. RMON GUI

4.2 Web Interfaces

Gambar 8. RMON Web Interface

Fitur lain yang terdapat didalam DNM SNMP-RMON adalah fitur web user interface, dimana pada fitur ini kita bisa merubah konfigurasi setiap RMON Agent dan dapat menampilkan data secara grafis, contoh nya untuk melihat data paket yang dikirimkan melalui setiap port didalam RMON Router. Gambar 8 menunjukkan salah satu entity didalam EtherStatsTable yaitu EtherStatsPacket, yang dapat menghitung banyaknya paket yang dikirim disetiap portnya. Tabel-tabel lain di RMON

versi 1 dan RMON versi 2 akan memberikan informasi lain yang berbeda-beda.

5. Kesimpulan dan Saran Pengawasan Rangkaian ialah suatu bidang

dalam rangkaian yang mengawas setiap nod-nod yang berada dalam rangkaian. Isu yang ada dalam pengawasan rangkaian adalah isu tentang trafik didalam rangkaian, keberadaan perkakasan dalam rangkaian yang menyokong pengawasan rangkaian dan isu tentang mulit-platform.

Sistem yang kami bangunkan adalah sistem pengawasan rangkaian secara teragih dengan menggunakan protokol SNMP dan menggunakan fasiliti RMON yang ada pada peranti-peranti yang memiliki fasiliti itu. Peranti akan mengumpulkan maklumat RMON secara berterusan.

Ada beberapa isu yang dapat diperbaiki di masa mendatang, salah satunya adalah keamanan jaringan. Untuk menyelesaikan masalah ini, informasi yang dihantar dari RMON Agent dapat dijadikan parameter informasi, dengan cara membangunkan Java Server di RMON Agent itu, sehingga pangkalan data boleh diakses secara lokal saja.

Isu yang kedua adalah tabel RMON yang didapat tidaklah banyak. Hal ini membuat kekurangan terdapat dalam pemaparan statistikal data. Data yang memiliki arti dan nilai dapat diubah kedalam bentuk grafis dan statistikal. Untuk kedepan diharapkan pembangunan atau perbaikan sistem lebih kepada Aplikasi RMON yaitu menggunakan Java Eclipse RCP. Penggunaan dan penyusunan perspektif, pemaparan(view) lebih terstruktur dengan baik juga merupakan saran untuk masa depan.

Daftar Pustaka [1] 3Com Corp. Transcend Traffix Manager

version 2, Available from http://www.networkcomputing. com/909/909f144.html

[2] iNetmon, Intelligent Network Monitoring Soution : j-netmon Suite, White Paper, Penang, 2006

[3] R.J. Burke , Network Management, Concept and Practice : A Hands-on Approach, Prentice-Hall, New Jersey, 2004.

[4] J.W. Satzinger, R. B. Jackson, S. D.Burd, Object-Oriented Analysis and Design with the Unified Process, , Thomson Learning Inc, USA, 2005.

Page 31: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-31

Implementasi Mikrokontroler MCS51 Untuk Mendeteksi Kepadatan Lalu Lintasmenggunakan Sensor Beban

Ummul Khair, Suriati, Ihsan Lubis

Jurusan Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknik Harpan Medan Email: [email protected]

Abstrak Kemacetan dan ketidakteraturan lalu lintas di

kota-kota besar sudah menjadi persoalan pelik dan menahun. Persoalan ini muncul sebagai akibat dari tidak seimbangnya tingkat pertumbuhan jumlah kenderaan dengan tingkat pertumbuhan volume fasilitas jalan. Lampu lalu lintas merupakan suatu alat yang digunakan sebagai petunjuk atau tanda bagi pengguna jalan agar pengguna jalan mengetahui kapan dia harus jalan, hati-hati atau berhenti jika berada pada suatu persimpangan. Bagaimana merancang suatu model menggunakan aplikasi mikrokontroller MCS51 dengan model simulasi kepadatan agar antrian di lampu lalu lintas dapat diatasi. Dengan mikrokontroller MCS51 ini pengaturan lampu lalu lintas lebih efektif karena sensor yang dipasang selalu membaca antrian mana yang paling padat pada suatu jalur ruas jalan raya.  Kata kunci : Persimpangan, MCS51, Sensor  1. Pendahuluan

Jalan raya merupakan salah satu moda transportasi yang penting bagi masyarakat. Dengan semakin banyak jumlah manusia, maka jenis maupun jumlah alat transportasi darat yang digunakan juga semakin beragam dan banyak, seperti mobil, truk, sepeda motor, becak dan lain sebagainya. Pada jalan jalan tertentu akan terdapat persimpangan-persimpangan dan dipastikan kemacetan sering terjadi pada persimpangan. Untuk memberi tanda / mengatur kendaraan yang boleh jalan dulu atau berhenti pada suatu persimpangan, diperlukan suatu alat pengatur lampu lalu lintas (traffic light). Namun walaupun telah ada alat pengatur lampu lalu lintas, kemacetan tetap juga terjadi disebabkan oleh beberapa faktor seperti tingkat kedisiplinan berlalu lintas yang masih rendah, lampu lalu lintas yang mati hingga kerja alat pengatur lampu lalu lintas itu sendiri yang bermasalah (error).

I Wayan Suteja dan Ni Made Yuyun Cahyani (2002) menyatakan bahwa, persimpangan merupakan salah satu lokasi yang rawan terhadap kemacetan akibat konflik pergerakan kendaraan, konflik pergerakan ini menyebabkan tundaan, kecelakann serta kemacetan. Berdasarkan masalah tersebut di atas, timbul ide / gagasan untuk membuat suatu alat pengatur lampu lalu lintas simpang empat dua arah yang dikendalikan dengan menggunakan salah satu dari aplikasi Mikrokontroller . Saat ini penerapan mikrokontroler sebagai basis suatu sistem pengendalian berkembang pesat, baik pada sistem pengendalian dalam kehidupan sehari – hari maupun pada sisitem pengendalian proses produksi di industri. Namun demikian ada keterbatasan dalam penerapan mikrokontroler, hal ini disebabkan karena mikrokontroler yanag bekerja berdasarkan logika boolean yang hanya mengenal True atau False saja. Namun demikian bukan berarti tidak banyak yang dapat dilakukan oleh mikrokontroler.

Salah satu permasalahan yang sering muncul dikalangan umum ialah pengturan lalu lintas yang dirasa kurang efektif, misalkan saja salah satu sisi jalan raya ( kita umpamakan jalur A) pada persimpangan empat jalan raya, telah penuh dengan antrian kendaraan, dan para pengendara tersebut masih harus menunggu waktu lampu merah yang lama untuk menjadi hijau agar para pengendara berjalan. Lamanya waktu yang telah ditetapkan untuk lampu berwarna merah tentu membuat antrian kendaraan tersebut semakin bertambah dan meyebabkan kemacetan, sedangkan disatu sisi lagi ( kita umpamakan jalur C ) telah habis antrian kendaraan lewat tetapi waktu untuk lampu hijau masih tetap banyak. Adanya pengaturan yang tidak efektif ini membuat penulis ingin mengambil masalah ini untuk mendapatkan solusi dari permasalahan tersebut.

Pada penelitian ini, penulis mencoba menyempurnakannya dengan mengusulkan sebuah solusi algoritma yang berkenaan dengan metode simulasi yang menggabungkan antara software dengan hardware sehingga software yang ada akan mengatur hardware yang dibuat. Sehingga tidak

Page 32: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-32

ditemukan lagi adanya waktu lampu hijau dan lampu merah yang menyala tidak sesuai dengan jumlah antrian, misalkan di sebelah utara hanya ada 50 kendaraan tetapi waktu lampu hijaunya sampai 100 detik sedangkan di sebelah barat ada 80 kendaraan tetapi waktu lampu hijaunya hanya 53 detik tentu antrian di barat akan semakin banyak sementara didaerah lainya telah kosong, berdasarkan penelitian inilah penulis kembali ingin memperbaiki sistem yang ada agar pengaturan lalu lintas lebih sempurna. Dengan kata lain, penelitian ini bertujuan meyempurnakan sistim lampu lalu lintas yang telah ada.  2. Analisa Masalah 2.1 Sistem Pengkajian lalu lintas simpang empat

Lampu lalu lintas adalah suatu rangkaian peralatan elektronika yang digunakan untuk mengatur lalu lintas di jalan raya. Outputnya berupa led merah, led kuning dan led hijau (Sigit Novianto, 2007). Rangkaian ini diharapkan dapat mengatur ketertiban kenderaan bermotor pada persimpangan jalan dua arah. Pengendara bermotor dapat merasakan waktu berhenti dan waktu berjalan yang sama dengan tidak memperhatikan tingkat kepadatan yang ada. Kemacetan dan ketidakteraturan lalu lintas di kota-kota besar sudah menjadi persoalan pelik dan menahun. Persoalan ini muncul sebagai akibat dari tidak seimbangnya tingkat pertumbuhan jumlah kenderaan dengan tingkat pertumbuhan volume fasilitas jalan. Pertumbuhan jumlah kenderaan lebih besar daripada tingkat pertumbuhan volume jalan, ditambah lagi manajemen lalu lintas yang tidak berjalan dengan baik. Adanya lampu lalu lintas merupakan sarana yang sangat membantu para pengguna jalan raya agar lebih teratur dan aman dalam memakai fasilitas jalan raya. Lampu lalu lintas merupakan suatu alat yang digunakan sebagai petunjuk atau tanda bagi pengguna jalan agar pengguna jalan mengetahui kapan dia boleh jalan, hati-hati atau harus berhenti jika berada pada suatu persimpangan.

Dengan adanya lampu lalu lintas diharapkan lalu lintas kendaraan menjadi teratur dan lancar. Berbeda tipe simpang berbeda juga sistem yang mengaturnya, ada dua arah, tiga arah atau emapt arah. Dalam suatu pergerakan arus di jalan raya, terdapat tiga komponen utama yang digunakan untuk menggambarkan karakteristik operasional arus lalu lintas yaitu Kecepatan yang didefinisikan sebagai jarak yang dapat ditempuh suatu kendaraan persatuan waktu, Volume didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang melewati suatu titik tertentu dalam satuan waktu tertentu, serta Kerapatan yang

didefinisikan sebagai jumlah kendaraan persatuan panjang jalan tertentu, biasanya dinyatakan sebagai kendaraan per mil atau per km.

Terdapat perbedaan kecepatan perjalanan yang cukup mendasar pada kedua ruas jalan yang diamati, akibat perbedaan karakteristik / type geometric jalan tersebut seperti antara jalan yang tak terbagi oleh median, dengan jalan yang terbagi median. Disamping itu pula, tidak terjadi pertambahan kerapatan yang cukup signifikan sebagai akibat bertambahnya volume, disebabkan karena arus lalu lintas merupakan gabungan dari beberapa jenis kendaraan dan komposisi sepeda motor lebih dari 55%.

Dalam studi ini diukur dan dianalisa hubungan antara ketiga komponen utama arus tersebut dalam empat pendekatan model matematis seperti model tinier oleh Greenshields, model logaritma oleh Greenberg, model eksponensial oleh Underwood, serta model eksponensial kuadratis oleh Grup Universitas Northwestern. Diambil sample jalan yang ada di kota Medan yang mempunyai simpangan empat, berdasarkan basil analisa regresi sederhana (r2) diperoleh model Underwood memberikan hasil yang lebih baik dari model lain yaitu r2 = 0.70581 untuk Jl. Brigjen Katamso, r2 = 0.7166 untuk Jln. AH. Nasution arah utara serta r2 = 0.7285 untuk Jl. AH. Nasution arah selatan. Namun dari tinjauan terhadap keadaan sesungguhnya dilapangan model Greenshields merupakan model yang paling sesuai untuk menggambarkan karakteristik lalu lintas kedua ja lan yang diamati.

Adapun analisa yang dilakukan ialah : - Bagaimana melakukan pemodelan untuk sistem

antrian pada lampu lalu lintas dua arah? - Bagaimana mengimplementasikan model antrian

ini kedalam perangkat lunak? - Bagaimana melakukan pengujian model

simulasi ini kedalam dunia nyata? - Bagaimana kinerja dari alat Mikrokontroler

MSC51 yang dipasang pada lampu lalu lintas dua arah dapat bekerja dengan baik?

 2.2 Tahap Perancangan Sistem dan

Pembuatan Alat

Sistem yang dirancang di khususkan untuk membaca antrian kepadatan suatu ruas jalan yang jumlah antriannya lebih banyak dibanding dengan ruas jalan lainya, sistem yang dibuat akan mengabaikan timer yang ada dimana penentuan lamanya lampu hijau hidup berdasarakan jumlah antrian disatu jalur yang lebih padat dari jalur lainya.  

Page 33: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-33

2.2 Desain Alat yang Dipasang Blok diagram sistem perancangan model

simulasi untuk pengendalian lampu lalu lintas menggunakan Mikrokontroller MCS51 ini secara lengkap ditunjukkan pada gambar 5.1 .yang dibahas pada bab 5.

 

Gambar 1. Diagram Blok Sistem Perancangan Model Simulasi Untuk Pengendalian Lampu Lalu

Lintas Menggunakan Mikrokontroller MCS51   3. Implementasi Sistem dan Pengujian

Penerapan dari sistem merupakan hasil rancangan dari sistem dan alat yang dibuat, dengan simulasi dan aplikasi mikrokontroller yang digunakan dipasang pada simpang empat lampu lalu lintas. Pengujian dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh alat yang dipasang untuk mengurangi antrian kepadatan suatu jalur lalu lintas, dan bagaimana kinerja dari alat tersebut menggunakan MCS51 seri AT89C51 satu jalur yang kepadatannya telah sangat padat maka itulah yang didahulukan, lamanya lampu hijau yang menyala mempengaruhi padatnya suatu antrian. Sistem yang dirancang di khususkan pada antrian kepadatan suatu ruas jalan yang jumlah antriannya lebih banyak dibanding dengan ruas jalan lainya, sistem yang dibuat akan mengabaikan timer yang ada dimana penentuan lamanya lampu hijau hidup berdasarakan jumlah antrian disatu jalur yang lebih padat dari jalur lainya.  3.1 Perancangan tata letak (lay out)

Dari hasil penelitian terlihat dapat diaplikasikan pada sistem pengatur lampu lalu lintas simpang empat dua arah. Adapun jumlah perangkat I/O yang digunakan adalah dua buah timer (T000 dan T001) dan enam buah output (1000, 1001, 1002, 1005, 1006 dan 1007). Penyetelan waktu pada timer dilakukan dengan perhitungan satu fals untuk 0,1 detik, sehingga jika diinginkan timer bekerja selama dua detik, maka data yang dimasukkan adalah dua puluh. Dari hasil protetipe yang telah dibuat alat dapat bekerja dengan baik. Alat bekerja sebagai berikut : pada arah pertama lampu merah (1002) ON selama 15 detik; sedangkan pada arah kedua lampu hijau (1005) ON selama 15 detik. Setelah 15 detik pada arah kedua maka lampu hijau (1005) OFF, kuning (1006) ON. Dua detik kemudian pada arah pertama lampu

kuning (1006) OFF, lampu merah (1007) ON; pada arah pertama lampu hijau (1002) OFF, hijau (1000) ON. Dua detik kemudian pada arah pertama lampu hijau (1000) OFF, kuning (1001) ON. Demikian seterusnya siklus berulang.  

 

3.2 Cara Kerja Sensor Sensor yang dipasang dimaksudkan untuk

mempermudah deteksi kendaraan yang antri di salah satu jalur, sensor yang dipasang akan membaca setiap ruas jalan dan membandingkan apa yang dibacanya untuk menentukan tingkat kepadatan suatu ruas jalan, apakah sedang, padat atau sangat padat. Cara sensor membaca kendaraan yang terdeteksi olehnya dapat digambarkan dalam diagram State Mechine dibawah ini yang akan menggambarkan proses berjalan program yang dibuat untuk membaca sensor. Seperti pada gambar berikut .  

 

Gambar 4.8 Diagram State Machine  4. Implementasi   Blok diagram Sistem Perancangan Model Simulasi Untuk Pengendalian Lampu Lalu Lintas Menggunakan Mikrokontroller MCS51 ini secara lengkap ditunjukkan pada gambar 5.1 .  

 

Gambar 5.1 Diagram Blok Sistem Perancangan Model Simulasi Untuk Pengendalian Lampu Lalu

Lintas Menggunakan Mikrokontroller MCS51

Page 34: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-34

Beberapa istilah yang digunakan dalam pengendalian lampu Lalulintas (LL), antara lain, untuk sebaran kendaraan adalah : Tidak Padat (TP), Cukup Padat (CP) dan Sangat Padat (SP).

Sistem pengendalian lampu lalu lintas ini dirancang mempunyai 12 masukan sensor dan 12 buah lampu beserta driver nya. Adapun 12 masukan sensor tersebut berupa sensor metal yang akan memberikan logika 1 jika sensor tersebut telah mendeteksi metal (dalam hal ini metal yang dimaksud adalah body bagian bawah dari mobil) yang ada tepat diatasnya. Sedangkan 12 keluarannya berupa 12 buah driver menggunakan relay sebagai saklar untuk lampu 220V dimana sebelum relay digunakan rangkaian optocoupler sebagai saklar buat relay. 5. Cara Kerja masing-masing Sistem

5.1 Sensor Detektor Metal Saat kendaraan berhenti tepat diatas dari

sensor, maka sensor akan memberikan logika 1 pada keluarannya, namun jika tidak ada kendaraan yang berada tepat diatas sensor maka sensor akan memberikan logika 0 pada keluarannya.

Sensor ini bekerja jika disekitar area tangkapannya ditemukan adanya bahan yang terbuat dari metal. Pada Perancangan Model Simulasi Untuk Pengendalian Lampu Lalu Lintas Menggunakan Mikrokontroller MCS51 digunakan sebuah simulasi sensor yang ukurannya kecil, dimana area tangkapannya tidak jauh atau berkisar antara 1mm hingga 70mm. Sedangkan untuk aplikasi langsung tentunya sensor ini tidak dapat dipakai, jadi harus menggunakan sensor yang mampu mendeteksi benda metal sebesar kendaraan dan memiliki jarak tangkapan setinggi benda metal kendaraan tersebut.  Mikrokontroller AT89C51

Mikrokontroller berfungsi untuk membaca sensor pada masing-masing ruas jalan untuk dibandingkan dengan ruas jalan di seberangnya. Pada setiap simpang jalan dipasangkan 3 buah sensor, ketiga sensor tersebut dapat mengindikasikan tingkat kemacetan dalam simpangan jalan tersebut. Urutan sensor yang paling depan (dekat lampu trafict light) disebut dengan Sensor 1, kemudian disusul dengan Sensor 2 dan urutan yang paling belakang disebut dengan Sensor 3. Jika hanya Sensor 1 yang aktif (memberi logika 1) maka dapat dikatakan bahwa kondisi kepadatan di simpangan jalan tersebut, dinamakan dengan istilah Tidak Padat (TP), jika Sensor 1 dan Sensor 2 yang aktif maka kondisi kepadatan di

simpangan jalan tersebut dikatakan dengan istilah Cukup Padat (CP) sedangkan jika Sensor 1, Sensor 2 dan Sensor 3 yang aktif maka kondisi kepadatan di simpangan jalan tersebut dikatakan dengan istilah Sangat Padat (SP).

Adapun lamanya waktu untuk hidupnya Lampu Hijau, Kuning maupun Merah adalah sebagai berikut : A. Untuk Lampu Hijau

Kondisi kepadatan TP adalah sebesar 5 detik Kondisi kepadatan CP adalah sebesar 10 detik Kondisi kepadatan SP adalah sebesar 15 detik

B. Untuk Lampu Kuning Lamanya 1 detik untuk semua Lampu

C. Untuk Lampu Merah Disesuaikan dengan lamanya waktu Lampu Hijau hidup pada lawan Ruas Jalan

Lamanya waktu bergantung situasi dari panjangnya jarak penempatan sensor. Angka 5, 10 dan 15 detik dapat diganti sesuai dengan panjangnya jalan (dilakukan penelitian lanjutan).Adapun pedoman untuk menentukan pilihan lamanya lampu hijau hidup pada sebuah ruas jalan adalah berdasarkan tingkat kepadatan dari masing-masing ruas jalan, jika pada suatu simpangan, misalnya pada Simpang Jalan A kondisi kepadatannya adalah TP (Tidak Padat) atau dengan kata lain hanya sensor S1 yang aktif, sedangkan pada Simpang Jalan B kondisi kepadatannya adalah CP (Cukup Padat) atau dengan kata lain sensor S1 dan S2 yang aktif maka selanjutnya mikrokontroller akan lampu Hijau pada L1 dan L2 selama 10 detik, hal ini terjadi karena mikrokontroller akan mengambil lamanya waktu berdasarkan tingkat kepadatan yang paling padat dari kedua Simpang Jalan pada Ruas Jalan yang sama. Demikian sebaliknya untuk Ruas Jalan yang satunya mikrokontroller akan melakukan pembacaan pada masing-masing sensor yang ada di setiap simpang pada Ruas Jalan yang sama dan akan menentukan lamanya Lampu Hijau hidup berdasarkan Tingkat kepadatan pada kedua simpang tersebut.

Jadi proses pembacaan akan dilakukan secara bergantian pada setiap Ruas Jalan. Namun jika pada suatu Ruas Jalan tidak ada satu pun sensor yang aktif maka Lampu Hijau pada Ruas Jalan tersebut tidak akan dihidupkan, selanjutnya mikrokontroller akan membaca Ruas Jalan berikutnya dan akan menghidupkan Lampu Hijau sesuai dengan Tingkat kepadatan pada Ruas Jalan tersebut.  5.2 Perancangan Perangkat Keras

Digunakan mikrokontroler AT89C51 karena sistem minimum mikrokontroler ini sangat sederhana. Internal flash PEROM 4 Kbyte membuat

Page 35: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-35

rangkaian sistem minimum menjadi sederhana, dan tidak memerlukan chip pendukung sama sekali. Jumlah dari portnya memadai untuk merelaisasikan perancangan. Rangkaian sistem minimumnya dapat dilihat pada gambar berikut .  

 

Gambar 5.3 Rangkaian Sistem Minimum Mikrokontroler AT89S51

 

5.3. Perancangan Driver Lampu

 

Gambar 5.3 Rangkaian Driver Lampu

Pada perancangan driver lampu menggunakan sebuah relay yang akan berfungsi untuk menghubungkan sumber tegangan menuju beban lampu. Relay yang digunakan mampu mendrive arus sebesar 2A, jadi beban lampu maksimal berdaya 400W. Sebagai driver untuk relay digunakan sebuah transistor BC547 yang berfungsi untuk melakukan sambungan ke ground. Pada perancangan ini selain transistor BC547, digunakan juga komponen optocoupler yang berfungsi untuk menghindari efek spark pada saat terjadinya sambungan beban dengan sumber tegangan menuju ke mikrokontroller. Pemilihan optocoupler untuk sebagai proteksi akan sangat berguna bagi mikrokontroller.

5.4. Beberapa Keadaan Kepadatan Pada Simpang Empat Dua Arah

Gambar Simulasi Lampu Lalu lintas saat sensor Belum Di Hidupkan

 

Gambar 5.4 Sensor Belum Aktif

a. Gambar Simulasi Lampu Lalu lintas sedang berjalan sesuai dengan kepadatan

 

b. Gambar Simulasi Sensor mencari jalur Terpadat dan mengaktifkan otomatis lampu Hijau

 

c. Gambar Simulasi jalur mengalami lampu kuning

 

6. Kesimpulan Model simulasi yang dibuat pada lampu lalu

lintas dua arah dapat digunakan untuk mengatasi masalah kepadatan antrian yang selama ini terjadi

Page 36: 5. networking dan robotics

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2012)  ISBN 978‐602‐19837‐0‐6 

Nekworking dan Robotics 5-36

di simpang empat lampu lalu lintas dengan menggunakan metode membaca antrian kepadatan yang dikendalikan oleh mikrokontroller MCS51.

Mikrokontroller dapat digunakan untuk pengatur lampu lalu lintas (traffic light) simpang empat dua arah yang dibuat dapat menggantikan rele dan timer, Program kontrol yang dipasang sesuai dengan komponen-komponen pendukung untuk membuat suatu model pengaturan lalu lintas yang lebih efektif dibandingkan dengan model yang telah ada.

Lebih efektif untuk mengatasi antrian kepadatan karena alat yang dipasang selalu membaca dan membandingkan jalur mana yang lebih padat dan memudahkan dalam melakukan pengecekan sekiranya terdapat kesalahan. Daftar Pustaka [1] Bonett Satya lelono Djati (2007), ”Simulasi

Teori dan Aplikasinya : Penerbit ANDI. Yogyakarta.

[2] Chapman, Stephan J. (2004), ”Electrical Machinery Fundamental”, 4th. Ed. New York : Mic GrawHill Int.

[3] Mohammad NUH, Son Kuswandi(1995), ”Kontrol Automatik”, Surabaya : Politeknik Negeri Surabaya.

[4] Barry B.Brey, (2001) “Microprosesor Intel”, Edisi2, Jakarta:Erlangga

[5] Barry B. Brey, (2001). ”Microprosesor Intel”, Edisi 2, Jakarta : Erlangga