44 - WWME Indonesia

60

Transcript of 44 - WWME Indonesia

1Jun - Agst 2019 01 1Jun - Agst 2019 01

44 Pujian Menumbuhkan Cinta

Misa WMD 2019 yang Luar Biasa Indah dan Mengesankan

48 Mengenal ME: Database Marriage Encounter Indonesia (MEI)

18

10 Imam di Tengah Komunitas ME

DAFTAR ISI

Dari Kami

2 Dari Redaksi3 Kornas Menyapa

39 Jadwal WEME Juni-September 201953 Kontribusi R78

Sajian Utama

4 Lebih Mencintai Melalui Pujian

6 Tumpul ke Atas, Tajam ke BawahSharing

10 Imam di Tengah Komunitas ME16 Sukacita Kami Menyediakan Diri Dipakai Tuhan

Kegiatan

18 Misa WMD 2019 yang Luar Biasa Indah dan Mengesankan

33 Rekoleksi WMD Malang dengan Tema: HPku Hilang

36 Unavoidable Destiny40 HUT ke-38 Marriage Encounter Distrik IX KAMS42 SMK-Ku Bangkit

Keluarga Kudus

44 Pujian Menumbuhkan CintaSeputar ME

48 Mengenal ME: Database Marriage Encounter Indonesia (MEI)

52 Apa Kata Mereka: Semua Saya Dapatkan Tepat Pada Waktunya

54 Apa Kata Mereka: Jalannya Masih Jauh..., Dampingilah AkuQuality Time

57 Daya dan Makna Sebuah Pujian Dalam Menumbuhkan Cinta

4

Relasi Edisi eR01

Lebih Mencintai Melalui Pujian

Jun - Agst 2019012

Pengurus Majalah RelasiPenanggung Jawab (Kornas ME) Meme-Jacob Pastor AkikPemimpin Umum Elly-Rusli Pastor Y. Chris Purba, SJPemimpin Redaksi Budi-Hong Irwan-MonaBina Usaha Ake-Mega Chris-Lely Alfred-LanniHumas Betty-Irwan (0811 190 6121) Ina-HardonoKontributor Endang-AgungBendahara Paul-CecilEditor Kurni-Topo Budi-Regina Dwi-SandraDesign Grafis Martin-NoviTeknologi Informasi Seno-Lilin Julius-Inge

Redaksi Majalah RelasiJl. Raya Jatinegara Timur 13 Jakarta Timur 13310 Telp (62-21) 819 6183, 0811-1906121E-mail: [email protected] http://www.relasi.meindonesia.org

Pengiriman [email protected]

Untuk KontribusiTahapan BCA, KCP Kebayoran Blok MA/C 679.0064.133 a/n P. Darmoko Ir.Setelah transfer, mohon SMS/WA ke:0811 8775 567 (Paul-Cecil)

SDari Redaksi

Pembaca Relasi yang setia,

Sesuai dengan berita yang sudah kami sampaikan kepada anda dalam edisi yang lalu, mulai sekarang majalah Relasi diterbitkan secara on line dan

tidak berupa buku cetakan lagi. Hal ini kami putuskan mengingat perkembangan masyarakat saat ini, di mana semua mau serba praktis, semua ingin dilakukan melalui gadgetnya. Dengan digitalisasi Relasi, anda dapat mengaksesnya melalui smartphone dari mana saja dan kapan saja, sesuai dengan ketersediaan waktu anda. Sehubungan dengan perubahan tersebut, maka penomoran penerbitan ini dimulai dengan eR-01, dan bukan R-78, sebagai kelanjutan penerbitan sebelumnya. Harapan kami, kemudahan ini makin meningkatkan minat untuk membaca majalah ini.

Sebagai Sajian utama kami mengangkat tema: “Pujian menumbuhkan cinta”. Ternyata mau memberi pujian, terutama kepada pasangan sendiri, tidak semudah yang kita kira. Pasutri Puji Ita men sharingkan pengalamannya dan bagaimana pengaruhnya pada relasi mereka.

Berbagai laporan dari berbagai daerah mengenai penyelenggaraan World Marriage Day, menunjukkan antusiasme yang meningkat menggunakan moment yang istimewa ini, untuk mengingatkan betapa pentingnya lembaga perkawinan dalam keluarga kita sebagai gereja kecil, dengan dukungan penuh Bapa Uskup dan para pastor.

Untuk edisi yang akan datang, kami pilih Tema:” Hadiah, ungkapan Cinta”. Kami sangat mengharapkan partisipasi anda untuk mengirimkan artikel sehubungan dengan tema tersebut dan juga berita mengenai semua aktifitas yang dilakukan komunitas ME ditempat anda. Harapan Utama kami tujukan kepada Distrik III Joglolang, Distrik VI Bandung, Distrik VIII Manado, Distrik XI Pontianak dan Wilayah Sorong & Kupang.

Perlu kami sampaikan bahwa Kornas kita yang baru, Pastor Akik dan Pasutri Yacob-Meme, telah aktif ikut mengasuh majalah ini dengan penuh perhatian. Terima kasih.

Selamat membaca.

3Jun - Agst 2019 01

Kornas Menyapa

KPara Pastor, Suster, Bruder, dan Pasutri ME Indonesia yang terkasih,

Kami merasa senang sekali melihat perkembangan ME di Indonesia; terima kasih kepada distrik

dan wilayah yang telah menyebarkan sukacita dengan mengadakan Weekend ME, maupun kegiatan-kegiatan yang menghangatkan komunitas dan yang mengundang kehadiran masyarakat umum, sehingga gerakan cinta kasih ME semakin nyata. Secara khusus kami juga memberikan dukungan kepada Distrik XIV Banjarmasin yang sedang mempersiapkan diri sebagai tuan rumah Denas ke-46 yang akan datang.

Pada kesempatan ini pula kami ingin mengekspresikan perasaan gembira dan bangga kami dengan terbitnya edisi

Pastor Akik & Pasutri Meme-Jacob

istim

ewa

perdana E-Relasi, Majalah Nasional MEI. Sungguh suatu usaha yang tidak mudah untuk mengubah suatu kebiasaan. Banyak pertimbangan untuk beralih dari edisi cetak ke edisi elektronik. Langkah ini dilakukan untuk bisa menjangkau lebih banyak pembaca hingga ke seluruh pelosok tanah air. Sudah menjadi suatu keharusan bagi kita untuk mengikuti perkembangan jaman, memanfaatkan dan mengikuti perkembangan komunikasi dan teknologi. Apalagi mengingat di pelosok pun, jaringan internet sudah mulai tersedia. Semoga dengan hadirnya E-Relasi ini, semakin banyak pihak mengenal Gerakan Worldwide Marriage Encounter dan semakin banyak pasutri-pasutri yang bisa memperoleh berkat melalui informasi dan sharing yang disajikan oleh majalah tercinta kita, RELASI.

Tema edisi kali ini adalah “Pujian Menumbuhkan Cinta”. Seringkali kita tidak menyadari bahwa dalam keseharian, memberikan pujian atau penghargaan kepada pasangan atau anak-anak, belum menjadi kebiasaan. Kita lebih mudah memuji dan menghargai orang lain ketimbang orang yang kita cintai, orang yang terdekat dengan kita, suami, anak-anak, dan saudara atau pembantu yang ada di rumah, di lingkungan yang paling dekat.

Semoga sharing-sharing yang dibagikan oleh rekan-rekan kita di edisi kali ini semakin memotivasi dan meneguhkan kita untuk berani memuji pasangan dan anak-anak supaya cinta dalam keluarga semakin bertumbuh dan berkembang indah dan menjadi berkat bagi sesama. ■/BI/KT

We Love You - We Need You

Jun - Agst 2019014

‘Pujian’ adalah suatu yang menyenangkan bagi siapapun yang mendapatkannya. Mempraktekkannya rasanya tidaklah mungkin bisa kami lakukan, apabila kami belum mengalami WeekEnd ME. Kami, Pasutri Pudji Ita saat ini memasuki usia perkawinan yang ke-19 tahun. Pengalaman kami mengikuti WEME adalah sebagai anugerah perkawinan yang sangat meneguhkan kami sebagai pasangan suami istri.

Kami menikah bulan September tahun 2000, selama 8 tahun perkawinan, kami rasakan bahwa perkawinan

kami wajar-wajar saja dan tidak ada masalah yang cukup mengkhawatirkan. Kami pun merasa biasa-biasa saja bahkan cenderung merasa hambar, datar dan tidak menemukan keindahan dalam perkawinan. Kami cenderung hanya menjaga ego kami

Lebih Mencintai Melalui Pujian

masing-masing yang biasanya saling menuntut. Selama ini kurang ada tindakan untuk memuji atau menghargai satu sama lain, yang penting adalah menjalankan kewajiban masing masing.

Melalui seorang teman, kami ditawari WEME dan saya pun hanya mengiyakan saja, hitung-hitung sebagai kado ulang tahun perkawinan kami. Dalam WEME kami menemukan kembali mutiara-mutiara pasangan yang sudah lama pudar dan keterbukaan satu sama lain tanpa ada perasaan takut akan reaksi pasangan. Melalui WEME kami menyadari bahwa CINTA adalah Keputusan, keputusan untuk mengambil resiko dan bertanggung jawab atas keputusan yang telah diambil. Hal ini menyadarkan kami untuk terus berupaya mencintai satu sama lain dan memupuknya sehingga dapat bertumbuh dalam relasi yang hangat dan bertanggung jawab.

Menyadari perlunya memberikan perhatian kepada pasangan, kamipun mulai membiasakan memberikan pujian meskipun sederhana sekali seperti cantiknya, pinternya meskipun awalnya malu-malu, namun ternyata pasangan menyukainya dan membalasnya dengan memberikan pujian pula. Pujian yang dulunya tidak pernah kami lakukan, kini mulai kami berikan dan membiasakannya hingga saat ini. Pujian membuat kami semakin mencintai satu sama lain dari hari ke hari dan bahkan juga dirasakan oleh anak-anak kami Putri, Tiara dan Endra. Sungguh, tindakan kecil berupa pujian membuat relasi kami semakin hangat dan

Oleh: Pasutri Pudji-Ita

SAJIAN UTAMA

Pasutri Pudji-Ita

istim

ewa

5Jun - Agst 2019 01

menumbuhkan cinta yang akhirnya menjalar kepada anak-anak kami serta saudara kami.

Suatu ketika kami mendapat undangan pernikahan dan Ita pun berdandan serta mengenakan gaun yang aku pilihkan, akupun memuji Ita …wah mah kok tambah cantik dan makin muda saja…. Itapun tersipu malu dan hanya mengatakan ahhh papa sambil tersenyum kemudian memelukku.

Demikian pula, Itapun pernah memujiku saat jalanan ramai dan macet Ita pun memujiku sebagai orang yang sabar, akupun menjadi lebih berhati hati dalam menyetir dan sambil sesekali memegang tangan Ita.

Kami bangga dengan keluarga kami yang senantiasa menghargai satu sama lain dan berani membiasakan untuk belajar mandiri bagi anak-anak kami. Sebagai orangtua yang saat ini dipercaya sebagai Koordinator Distrik, kami menyadari waktu untuk bersama anak-anak tidaklah banyak. Maka kami pun berusaha untuk menjaga kualitas waktu saat bersama dengan keluarga untuk senantiasa menumbuhkan cinta kami dengan mengungkapkan perasaan satu sama lain dan saling mendoakan. Kami berharap kebahagiaan cinta kami yang tumbuh karena kebiasaan memuji pasangan yang kami peroleh melalui WEME juga dapat dirasakan oleh pasutri pasutri lain dengan mengikuti WEME. We Love You We Need You. ■/BI/KT

Pengiriman NaskahPara Pasutri ME yang terkasih, Majalah Relasi adalah majalah kita semua. Karena itu kami sangat menantikan kiriman naskah-naskah dari Anda sekalian, berupa Renungan, Sharing-sharing pastor, suster, pasutri, sekilas info tentang kegiatan-kegiatan ME di tempat Anda. Jika memungkinkan ada foto, akan lebih baik. Karena sejak edisi bulan Juni 2019, Majalah Relasi beralih dari edisi cetak ke digital, maka foto dengan kualitas 100 dpi (dan dengan ukuran sebenarnya) sudah cukup baik untuk dapat diterbitkan. Foto dikirimkan dalam file yang terpisah dari naskah. Juga disertakan juga “keterangan foto” & "siapa yang mengabadikan foto tersebut".

Kami harap di setiap akhir naskah bisa dituliskan alamat pengirim, sehingga sebagai ucapan terima kasih, kami bisa mengirimkan Majalah Relasi yang memuat tulisan Anda.

Naskah & foto bisa dikirim via email ke: [email protected]

Jun - Agst 2019016

Tumpul ke Atas, Tajam ke Bawah

Lalu mengapa judul ini disajikan untuk kita pembaca majalah Relasi? Apa kaitannya dengan relasi suami

istri? Apakah juga ada kaitan dengan tema Majalah Relasi yang kali ini mengetengahkan tema “pujian”? Marilah kita telaah bersama.!

RusliPujian merupakan “affirmation words”

atau “kata-kata peneguhan” pertama dari “Lima Bahasa Cinta” Gary Chapman yang lengkapnya sebagai berikut:1. Affirmation Words atau kata-kata

peneguhan;2. ActofService atau memberi pelayanan;3. Quality Time atau saat-saat

mengesankan;4. Receiving Gift atau menerima hadiah

dan5. PhysicalTouch atau sentuhan fisik.

Kata-kata peneguhan sungguh penting untuk membangun relasi dan sangat positif untuk komunikasi suami istri maupun pasutri terhadap anak-anak. Pujian dengan tutur kata atau kata-kata penghargaan, merupakan komunikator cinta yang sangat ampuh. Kata-kata itu paling baik diutarakan dalam ungkapan-ungkapan sederhana, terus terang dan mendukung, seperti: “Terima kasih, masakanmu enak banget!” Elly jarang memasak tetapi masakannya luar biasa. Aku dan anak-anak tidak lupa memberikan pujian dengan mengatakan: ”Ini paling enak di dunia! Atau pujian secara non-verbal bisa dilihat dari bagaimana aku dan

Pernyataan di atas sering kita dengar dari para petinggi partai-partai politik yang anggota-anggotanya kena OTT (“operasi tangkap tangan”) oleh KPK. Maksudnya KPK dituduh hanya menindak “kalangan bawah” tetapi melakukan pembiaran terhadap “kalangan atas”. Yang dimaksud dengan “kalangan atas” adalah “orang-orang sendiri”, artinya dari “pihak penguasa”, atau “orang-orang tertentu” yang bila ditindak ditengarai bisa menimbulkan gangguan keamanan. Sedangkan yang dimaksud dengan “kalangan bawah” adalah dari pihak “oposisi”, orang biasa atau orang-orang kecil yang tidak bisa melakukan protes dalam bentuk apa pun.

Oleh: Pasutri Elly-Rusli

SAJIAN UTAMAis

timew

a

Pasutri Rusli-Elly

7Jun - Agst 2019 01

anak-anak makan dengan lahap sampai perut kami buncit!

Pemahaman/Penerimaan yang Salah terhadap PujianElly

Dalam banyak keluarga, kadang orang jarang memuji, karena ada beberapa paradigma yang kurang tepat. Misalnya ada yang mengatakan: “Anak jangan dipuji, nanti besar kepala dan kurang ajar!” Atau biasanya orang memuji kalau ada maunya. Paradigma ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan dalam tindakan puji-memuji. Secara umum, orang akan senang bila dipuji, maka pujilah dengan tulus hati.... Agar bisa memuji dengan tulus, kita harus belajar melihat dengan benar kelebihan dari orang tersebut dengan sungguh-sungguh. Bila kita sungguh kagum, maka kita akan memuji dengan tulus. Rusli bahasa cinta primernya adalah ”kata-kata peneguhan”. Awal tahun ini ketika Rusli bersama Pastor Kasmir berhasil dalam waktu singkat membuat modul “outline baru” yang menurutku sangat baik, aku langsung memujinya.

Cara Menyampaikan PeneguhanRusli:

Sebagaimana setiap bahasa mempunyai berbagai macam dialek, yaitu bentuk dan cara penyampaian, demikian juga halnya dengan bahasa cinta. Ada berbagai cara atau bentuk untuk memberikan/menyampaikan kata-kata peneguhan seperti berikut.

Words of Appreciation (Kata-kata Penghargaan)

Adalah pujian yang diberikan untuk memberikan penghargaan atas apa yang

telah dilakukan untuk kita atau untuk sesama. Misalnya:• Aku merasa tenang, doa-doa dan

intensimu sungguh membantuku menghadapi masalah itu, terima kasih.

• Dukunganmu untuk putri sulung kita sangat kuhargai, kamu luar biasa dalam hal ini.

• Kalau tidak ada kamu, entah bagaimana jadinya mempersiapkan pernikahan anak-anak kita dulu.

Words of Encouragement (Kata-kata Pendukung)

Kata-kata yang diberikan untuk memberikan dukungan, sehingga orang menjadi lebih teguh, lebih PD, misalnya:• Idemu bagus, teruskan!• Usulmu sungguh menjanjikan, aku lebih

yakin akan berhasil.• Pendekatanmu untuk membantu

mereka sangat pas, aku setuju.

Words of Praise (Kata-kata Pujian)Kata-kata pujian yang diberikan

karena Anda mengaguminya, bisa karena keberhasilannya atau kelebihannya, misalnya:• Pada orangnya: “Potongan rambutmu

cocok, aku senang.”• Pada perbuatannya: “Koreksi yang kamu

lakukan sangat membantu.”• Pada kemampuannya: “Rawonmu untuk

dinner kita semalam sungguh enak.”

Kinds Words (Kata-kata Ramah)Elly

Kata-kata atau kalimat yang disampaikan dengan gaya bersahabat saat dengan nada ramah, sehingga pihak yang diajak bicara pun dapat menanggapi dengan nyaman, tanpa beban, meski

Jun - Agst 2019018

sebenarnya adalah suruhan yang berarti pekerjaan bagi yang menerima, misalnya:• Yeyen, tolong bersihkan kamar ibu ya?• Sum, tolong bersihkan jeruk yang baru

ibu beli ya?• Kus, tolong ambil titipan untuk ibu di

Kedoya ya?”

Words of Thanks (Kata-kata Terima Kasih)

Ucapan terima kasih atas usaha apa saja untuk pihak lain akan menyenangkan pihak yang menerima. misalnya:• Hadi, terima kasih mau menyampaikan

undangan kami untuk seluruh Kedoya.• Doa-doamu untuk pasanganku sungguh

membantu, terima kasih ya!• Terima kasih, sudah mau datang.

Bagaimana Selanjutnya?Rusli

Di komunitas kita, kebiasaan saling memuji pasangan atau teman merupakan hal yang umum. Sejauh mana pentingnya pujian bagi pasangan atau sesama kita? Mark Twain pernah berkata: “Hidupku dapat bertambah dua bulan karena satu pujian.” Bila kita menerjemahkan perkataan Mark Twain ini secara harafiah maka itu berarti bahwa dengan 6 (enam) kali pujian, kita dapat bertahan hidup selama setahun. Bila ini adalah bahasa cinta Anda atau orang yang terdekat dengan Anda, kami menganjurkan Anda sekalian untuk menggunakan lebih banyak lagi kata-kata peneguhan berupa pujian di masa yang akan datang!

Salah satu cara untuk menunjukkan cinta secara emosionil adalah dengan menggunakan kata-kata yang membangun dan mendukung. Dalam Kitab Amsal, Salomo mengatakan: “Lidah mempunyai kekuatan untuk mematikan

dan menghidupkan” (18:21). Banyak orang yang tidak pernah mengetahui mengenai kekuatan luar biasa dari mendukung satu sama lain dengan tutur kata. Sebaliknya juga bisa mematikan. Kita semua pernah membaca iklan rokok yang bunyinya “MULUTMU HARIMAUMU”. Sebagai lawan dari kata-kata peneguhan yang negatif bagi relasi dan komunikasi suami-istri adalah mengkritik (criticalistis), mencela (Jawa: maido), membanding-bandingkan (comparisonistis) dan lain-lain.

Dengan berjalannya waktu, kata-kata peneguhan bisa menghilang. Apakah kita tidak sadar bahwa dalam kehidupan ber-relasi sebagai pasangan suami-istri atau sebagai pasutri terhadap anak-anak, kita juga sering menerapkan sikap “tumpul ke atas, tajam ke bawah”? Yang dimaksud “tumpul ke atas” ialah kita sering toleran terhadap orang lain sedangkan terhadap orang sendiri (pasangan dan anak-anak) kurang toleran. Misalnya, kalau kita janjian dengan “orang lain” untuk bertemu di suatu tempat dan orang itu terlambat datang hampir sejam, saat dia minta-minta maaf kita langsung menjawab, “ OK, tidak apa-apa, saya juga baru saja datang kok”. Tetapi apa yang terjadi bila pasangan yang terlambat datang menjemput di suatu tempat, meskipun baru 10 menit, tanpa minta penjelasan langsung saja menyemprot, “Ke mana saja sih lu? Sudah hampir sejam aku nunggu kepanasan di sini!” Kalau tamu Anda datang tepat waktu, kata-kata pujian langsung bertebaran, “Kamu hebat, dalam kemacetan seperti Jakarta, kamu bisa datang tepat waktu”. Tetapi bila pasangan (kebanyakan suami) datang menjemput tepat waktu, tidak ada pujian terdengar, sudah selayaknya demikian atau “takeitforgranted”.

Di Jakarta ini keadaan lalu lintas

9Jun - Agst 2019 01

dengan si anu, tetapi mengapa hidup mereka tenang-tenang saja, sedangkan kita baru tengah bulan uang sudah habis?”

Terhadap Anak SendiriBagaimana sikap orangtua terhadap

anak sendiri? “Lihat tuh anak tetangga kita yang sekelas dengan kamu, dia selalu masuk lima besar”. Temanmu itu tiap hari naik turun bis ke sekolah dan kamu selalu diantar mobil. Kenapa prestasimu tidak seperti dia?” Eh..., Si Dedek jauh lebih baik angka rapornya, tar kamu sekelas dengan dia baru tau!”. Membanding-bandingkan anak kita dengan saudaranya atau dengan teman-temannya sangat tidak baik. Bukan membuat prestasi mereka bertambah baik, tetapi justru bisa sebaliknya yang terjadi. Mereka kehilangan semangat hidup, mereka merasa tidak berharga. ■/KT/BI

Pertanyaan Dialog 10-11. Kapan terakhir aku memujimu? BPS

atas jawabanku?2. Dalam minggu ini sudah beberapa

kali aku mengkritik kamu. BPS atas jawabanku?

3. Pernahkah aku memarahi anak kita karena mata pelajaran di rapornya merah? BPS?

4. Pernahkah aku memberi semangat untuk anak kita, bila pelajarannya bagus? BPS?

tidak bisa diduga. Untung ada google map atau waze yang sangat membantu, tetapi itu pun bisa berubah di tengah jalan. Pernah kami menuju ke Bulungan, waze mengatakan 51 menit lewat Tol Tomang. Namun, ditengah jalan hujan turun dan kami baru sampai tujuan 2,5 jam kemudian. Kalau kami ikut mobil teman dan macet di jalan, pasanganku bisa tenang-tenang saja karena "tumpul ke atas" itu. Kalau aku yang nyetir ada saja komentarnya: "Kok lewat sini sih? Atau "Jangan ikuti tuh waze, dulu ga ada alat itu toh kita bisa nyampè tujuan dengan cepat?" Tetapi bila sampai ke tujuan tepat waktu atau malah lebih cepat dari perkiraan, ya biasa saja , tak ada pujian. Hal demikianlah yang disebut "tajam ke bawah". Pernah kami sampai ke tujuan pertemuan 30 menit sebelum acara, pasanganku menolak masuk karena nyonya rumah belum siap, "Tidak enak ah... (tumpul ke atas), baiknya kita parkir saja dulu di bawah pohon atau muter-muter dulu sampai pas waktunya baru masuk (ini tajam ke bawah)."

EllySetelah masa bulan madu atau

masa romans berakhir, sering kita dengar anekdot “rumput tetangga lebih hijau atau istri tetangga lebih cantik”. Puja dan puji segera berakhir setelah berjalannya waktu, tinggal kritikan-kritikan yang sering menyakitkan. • “Mengapa masakanmu tidak sama

dengan masakan mama?” Belajar lagi dong!”

• “Semalam kita makan malam di rumah sahabat kita, kayaknya rawon masakan istrinya enak sekali lho? Minta dong resepnya?”

• “Pangkat dan gajiku kurang lebih sama

Jun - Agst 20190110

Oleh: Pastor Herman Sina, SVD, Ecclesial Priest Distrik VII Ende

Imam di Tengah Komunitas MESHARING

Saya memahami bahwa kedua Sakramen Imamat dan Sakramen Perkawinan disebut sebagai Sakramen Pelayanan untuk Persekutuan. Hal ini tidak berarti bahwa keduanya sama dalam martabat. Keduanya mempunyai arah perhatian yang sama, yakni untuk membahagiakan yang lain. Sebagai imam saya membahagiakan umat Allah (termasuk pasangan suami-istri dan keluarga), melalui pelayanan yang penuh kasih, pasangan suami-istri saling membahagiakan dan bersama-sama keduanya membahagiakan anak-anak mereka melalui pelayanan yang penuh kasih dalam keluarga. Dalam persekutuan untuk pelayanan itulah saya bersama dengan Komunitas ME dipanggil untuk menuju surga. Kita berjalan bersama menuju kekudusan (holiness), berjalan bersama untuk bersatu dengan Tuhan.

Bagiku pengalaman mengikuti Sidang Dewan Nasional (DENAS) ME Indonesia di Lembang-Bandung, 5-9

Desember 2018, merupakan pengalaman yang mengesankan. Formation yang dikemas dalam tiga sesi dengan pengayaan, baik oleh refleksi maupun pengalaman hidup Kornas Pasutri Hardono-Ina dan Pastor Yus Noron, telah menggerakkan saya untuk merefleksikannya lebih jauh. Saya menyadari, meski belum genap dua tahun saya mengikuti WeekEnd MarriageEncounter (WEME) (awal Desember 2014), pada November 2016 saya diangkat oleh YM. Bapak Uskup Agung Ende menjadi Ecclesial Priest (Imam) Koordinator ME Distrik VII Ende (Kordis VII Ende). Dalam kurun waktu itu saya telah mengikuti beberapa kegiatan ME, seperti Deeper WE pada Juli 2015, menjadi pendamping perdana WE di Ende pada Desember 2015 dan mengikuti Sidang Dewan Nasional (DENAS) ME ke-42 di Makassar, pada Oktober 2016. Mulanya saya merasa terlalu cepat untuk dipilih dan diangkat menjadi Imam Kordis VII Ende. Saya belum mengenal betul apa itu ME dengan segala seluk-beluknya. Saya juga tidak memahami sepenuhya mengapa dalam Gerakan ME ini mesti ada imamnya. Dalam perjalanan waktu dan dengan mengikuti berturut-turut Sidang DENAS ke-43 di Pangkalpinang (2016), ke-44 di Jakarta (2017) dan ke-45 di Bandung (2018), saya mulai memahaminya.

Dalam tulisan berbentuk sharing reflektif ini, saya ingin membagi pengalaman penghayatan imamatku

istim

ewa

Pastor Herman Sina, SVD

11Jun - Agst 2019 01

di tengah Komunitas ME (Distrik VII Ende). Saya memulainya dari titik temu kedua Sakramen ini: Sakramen Imamat dan Sakramen Perkawinan. Katekismus Gereja Katolik (KGK) menunjukkan bahwa Sakramen Imamat dan Sakramen Perkawinan merupakan sakramen-sakramen pelayanan untuk persekutuan.

Kedua sakramen ini (tahbisan dan perkawinan) diarahkan kepada keselamatan orang lain. Oleh pelayanan kepada orang lain, mereka juga memberi sumbangan untuk keselamatan diri sendiri. Orang-orang yang menerima sakramen ini menjalankan satu perutusan khusus di dalam Gereja dan berguna untuk pembangunan umat Allah (KGK 1534). Konsili Vatikan II melalui Konstitusi Dogmatis tentang Gereja, LumenGentium (LG) dan tentang Gereja di tengah Dunia Modern, Gaudium et Spes (GS) mengingatkan saya akan pentingnya kedua Sakramen ini.

Saya dan semua imam yang menerima Sakramen tahbisan, justru “untuk menggembalakan Gereja dengan Sabda dan Rahmat Allah” (LG 11). Demikian juga pasangan suami-istri Kristen melalui Sakramen Perkawinan, mereka “dikuatkan dan bagaikan ditahbiskan untuk tugas kewajiban maupun martabat status hidup mereka dengan Sakramen yang khas” (GS 48,2) dan untuk menjadi pelayanan bagi pasangan dan anak-anak buah cinta mereka.

Saya berpendapat bahwa berjalan bersama menuju kekudusan yang menjadi titik tuju refleksiku ini mesti berdaya manfaat, baik bagi diriku sendiri dalam penghayatan Imamat maupun untuk Komunitas ME. Karena itu, dengan menimba kekayaan Sidang DENAS ke-45 di Lembang, yang dilengkapi dengan materi dan pengalaman Renewal Akbar,

dua hal berikut ini, yaitu menjadi pelayan yang penuh kasih dan rela berbagi dalam kasih Kristiani merupakan hal yang niscaya untuk saya jalankan.

Menjadi Pelayan yang Penuh KasihSaya meng’amini’ bahwa Sakramen

Imamat bagi seorang imam tertahbis dan Sakramen Perkawinan bagi pasutri bukanlah tujuan kita. Saya sangat terkesan dengan ungkapan Kornas ini pada Formation 1 dalam Sidang DENAS ke-45 di Bandung belum lama ini. Karena sharing ini saya pikir tujuan hidup saya adalah menjadi imam. Selesai di situ. Ternyata imamat tahbisan itu adalah cara hidup saya dengan berbagai tuntutannya untuk mencapai surga, untuk bersatu dengan Tuhan. Karenanya saya mulai berbalik arah dari pemahaman lamaku yang keliru kepada pemahaman universal tentang Sakramen Imamat itu yang sebenarnya. Imamat saya harus mengarahkan jalan saya menuju Tuhan. Bila tidak, maka saya gagal menghidupkan Sakramen Imamat yang telah saya terima sejak saya ditahbiskan. Sejatinya, sebagai seorang imam saya terus menerus mengusahakannya bersama dengan rahmat dan kasih Tuhan untuk menginternalisir bahwa melalui Sakramen Imamat, saya menemukan kasih Kristus. Melalui Sakramen Imamat saya sedang berarak bersama Kristus menempuh perjalanan menuju surga (bdk.Slide6Formation1DENASBandung2018). Dengan ini saya merasa sungguh diteguhkan. Doa dari Mazmur 23 yang menjadi mazmur kesukaanku sejak aku ditahbiskan, dan saya selalu mendoakannya sesudah menyambut Tubuh dan Darah Kristus pada misa pagi Hari Senin setiap minggu,

Jun - Agst 20190112

mendapat arti yang sangat spesial bagi perjalanan Imamat tahbisanku. “Áku akan diam di dalam rumah Tuhan sepanjang masa” (Mz 23:6).

Perjalanan menuju rumah Tuhan dan akan berdiam di sana sepanjang masa, bukanlah perjalanan yang mudah bagiku, “karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, … dan sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan …” (Mat 7:13-14). Dalam keseharian hidup imamatku, sering saya terjebak dalam perangkap kebinasaan yang tanpa saya sadari, seperti “tidak disiplin, mementingkan diri sendiri, dan tidak dewasa”. Padahal sesungguhnya pada saat yang sama telah tersedia jalan yang lebar untuk dilalui, yang boleh saya menyebutnya sebagai spiritualitas pelayanan seorang imam tertahbis, seperti “melayani tanpa mengharapkan pujian, melayani dengan integritas, melayani dengan murah hati seperti Yesus” (bdk.Slide7Formation2DENASBandung). Pada masa pembentukan semua ini sudah diajarkan, sudah direfleksikan, sudah diinternalisir. Namun dalam praktek, imamat di tengah umat dan dalam pelayanan sepertinya dikacaukan oleh berbagai tawaran dunia yang menggiurkan. Nah sampai di sini saya merasakan betapa pentingnya berjalan bersama dengan yang lain. Dan berjalan bersama dengan yang lain ini sebagai seorang imam saya mesti menjadi pelayan yang penuh kasih. Bagaimana wujudnya?

Saat ini saya berada di antara Komunitas ME Indonesia, konkretnya di antara Komunitas Distrik VII Ende. Menjadi pelayan yang penuh kasih bagi Komunitas ME merupakan kesempatan berahmat

bagi perjalanan saya menuju kekudusan. Saya tidak menyangka bahwa Gerakan ME yang sudah menginternasional ini merupakan salah satu pembentukan berlanjut (ongoingformation) yang efektif bagi pematangan imamatku.

Keakraban dan kehangatan relasi para pasutri dengan pasangan masing-masing yang secara original diekspresikan pada saat pertemuan dalam Sidang DENAS, mengetuk hati penggembalaanku atas relasiku dengan jemaat yang saya layani. Spiritualitas kegembalaan yang diajarkan dan dicontohkan oleh Yesus, Sang Gembala Yang Baik (Yoh 10), dihidupkan dalam relasi dan keakraban seperti itu. Keakraban dan kehangatan ini merupakan buah dari saling mengenal, saling menerima, saling mendukung dan saling memaafkan (saling mengampuni) yang tentu saja dilakukan dengan penuh kasih sepanjang kebersamaan sebagai suami-istri.

Saya menemukan perintah Yesus “hendaklah kamu saling mengasihi sama seperti Aku telah mengasihi kamu” (Yoh 13:34) yang menjadi pedoman hidup para pasutri, mestinya juga menjadi pedoman hidupku sebagai imam di tengah Komunitas ME.

Menyaksikan kenyataan itu, saya terbawa untuk menghidupkan semangat kegembalaan yang menjadi identitas seorang Pastor Paroki. Ketika itu saya merasakan api kegembalaan saya dalam melayani umat yang mulai meredup cahayanya dan juga mulai melemah kehangatannya, dikobarkan kembali. Terkadang saya berperilaku seperti “seorang upahan yang bukan gembala dan yang bukan pemilik domba-domba itu” (Yoh 10: 13). Saya teringat akan lukisan Yehezkiel tentang perilaku gembala-gembala Israel yang mementingkan diri

13Jun - Agst 2019 01

sendiri dengan mengorbankan domba gembalaannya. “Kamu menikmati susunya, dari bulunya kamu buat pakaian, yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba itu sendiri tidak kamu gembalakan. Yang lemah tidak kamu kuatkan, yang sakit tidak kamu obati, yang luka tidak kamu balut, yang tersesat tidak kamu bawa pulang, yang hilang tidak kamu cari, melainkan kamu injak-injak mereka dengan kekerasan dan kekejaman” (Yeh 34:3-4). Gembala-gembala seperti ini ditolak oleh Allah dan diganti dengan gembala yang baru yaitu diri-Nya sendiri menjadi gembalanya (bdk. Yeh 34:9-10).

Kesadaran ini mengingatkan saya akan semangat Sang Gembala Yang Baik, yang menjadi spiritualitas seorang imam tertahbis. Rahmat tahbisan lebih dari cukup bagiku untuk terus berusaha dengan semangat penuh kasih untuk meneladani-Nya dengan menjadikan gembala yang mengenal domba-domba dan memberi diri dikenal oleh domba-domba juga (Bdk. Yoh 10:14-15), gembala yang mengenali bau domba-dombanya, sehingga tahu bagaimana melayani dan membantu mereka menuju Allah. Gambaran gembala yang dilukiskan Yohanes yang menekankan aspek mengenal, sesungguhnya mengarahkan saya untuk juga rela berkorban, bahkan rela meninggalkan yang sembilan puluh sembilan untuk mencari seekor domba yang hilang (bdk. Luk 15:1-7). Hal hanya mungkin bila saya memiliki hati yang senantiasa tergerak oleh belaskasihan, yang tidak pernah tinggal diam, yang senantiasa terbuka, yang selalu menapaki jalan peziarahan, yang berani hidup bersama semua yang bergumul di padang gurun kehidupan ini, juga dalam padang gurun kehidupan Komunitas ME, Komunitas ME Distrik VII Ende (bdk.Merangkul atau Menghalangi? T.KrispurwanaCahyadi,SJ–DosenTeologi

di Fakultas Filsafat – Universitas SanataDharma Yogyakarta dalam ROHANI No.01,Tahun ke-62, Januari 2015, hal. 28-30;juga Butuh Pertobatan untuk Berpastoral,AndreasBasukiW.–PastorParokiKeluargaKudus Sidomulyo, Keuskupan TanjungKarang, Lampung dalam ROHANI No. 01,Tahunke-61,Januari2014,hal.32-34).

Saling Berbagi dalam Kasih Kristiani Salah satu keutamaan dalam iman

Katolik (Kristiani) adalah semangat saling berbagi, saling memberi. Bukan materi yang terutama dalam semangat memberi ini. Tapi memberi hidup dalam berbagai bentuk, seperti senyuman, sapaan yang hangat penuh keakraban, keterampilan, kepandaian, kerukunan hidup bersama sebagai pasangan, waktu, dan biaya bila diperlukan. Kepada siapa pemberian itu disampaikan? Kepada siapa saja yang membutuhkannya. Dengan cara memberi ini sesungguhnya mengungkapkan bahwa iman Kristiani yang saya hayati dan saya wartakan bukanlah eksklusif bagi kelompok atau komunitas tertentu yang saya layani. Saya ingat kata-kata Sang Gembala Yang Baik: “Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala” (Yoh 10:16).

Dalam pengalaman bersama Komunitas ME selama kurang lebih 4 tahun ini, saya menemukan keindahan semangat berbagi atau semangat memberi yang nampak pada setiap Sidang DENAS. Sejak kedatangan ke tempat pertemuan, kehangatan kasih sudah diekspresikan. Sambutan hangat ala ME membuat saya bersama peserta lainnya merasa betah ada bersama dalam pertemuan itu. Saling menyapa dengan senyum dan tawa ria

Jun - Agst 20190114

menjadi kembang yang memperindah pertemuan selama beberapa hari dalam sidang DENAS. Benarlah bahwa kasih Kristiani tidak mempunyai batas dalam hal berbagi dan juga dalam hal ekspresi iman. Santo Yakobus menegaskan bahwa iman pada dasarnya harus dibuktikan dalam perbuatan (lih. Yak 2:14-18). Dan saya juga ingat akan perkataan Rasul Paulus kepada jemaatnya di Korintus bahwa kasih bagaikan mahkota atas aktivitas sosial kita. “Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku” 1Kor 13:3). Kasihlah yang juga harus membingkai pemberian kita (bdk. Slide 2 Formation3DENAS Bandung). Saling berbagi dalam kasih Kristiani sebagai Komunitas ME, karena merupakan sakramen yang saling mendukung, saling memberi support dan bukan saja sebagai sakramen komitmen atau sakramen pelayanan. (bdk. Slide 1Formation2,DENASBandung).

Saat ini saya sedang dirawat di Semarang setelah menjalani operasi tumor usus besar pada 22 Agustus 2018 yang lalu. Sebulan sesudah operasi yang sukses itu, saya menjalani perawatan lanjutan dengan kemoterapi. Jadwal kemoterapi ini dua minggu sekali. Dalam kesempatan tunggu untuk kemoterapi berikutnya, saya berkesempatan untuk menghadiri Sidang DENAS di Lembang – Bandung pada 5 – 9 Desember 2018. Saya berusaha untuk menghadirinya, bukan untuk mendapatkan materi Sidang (yang juga akan saya dapat melalui copy flash disk seperti biasanya), tapi terutama saya ingin mendapatkan sapaan kasih Kristiani dari para peserta Sidang DENAS. Ternyata benar. Sejak dijemput di airport saya

sudah merasa ada kehangatan kasih yang menyemangatiku. Lalu dilanjutkan dalam pertemuan di Lembang, kehangatan kasih ini semakin “deras” mengaliri hidupku yang sedang gelisah dengan tumor yang menggerogoti tubuhku. Saya merasa sangat berterima kasih kepada peserta dan panitia yang telah ikut merawat dan mengobati sakitku. Kehangatan kasih ini masih juga kuperoleh dari Pasutri Rene-Lia sekeluarga di Bandung yang menjadi hostcouple bagiku. Saya sungguh merasa beruntung menjadi salah satu anggota Komunitas ME. Benar juga kalau saya katakan semangat berbagi, semangat memberi merupakan bagian penting dalam kehidupan berkomunitas.

Selain itu semangat berbagi dalam kasih Kristiani ini ditunjukkan oleh beberapa Kordis yang memiliki usaha atau ada kelebihan belanja rutinnya. Mereka sering membawa oleh-oleh sebagai kenang-kenangan kepada para peserta Sidang DENAS. Mulanya saya merasa malu juga, karena Kordis VII Ende tidak bisa membawa apa-apa. Ketika pulang dari Sidang DENAS ini ke tempat perutusanku di Keuskupan Agung Ende, saya bisa membawa berbagai cenderamata yang menarik. Bagi saya materi cindera mata itu bukan yang utama, tapi hati si pemberi yang saya bawa pulang. Hal ini terungkap jelas setelah tiba di tempat masing-masing melalui WA Group Kordis Korwil, masih saling menyapa. Ini pertanda ada keterpautan kasih Kristiani di antara anggota Komunitas. Dengan memberi sesungguhnya juga mengungkapkan kesungguhan kita memberi jawaban yang tepat kepada Tuhan, “Di mana saudaramu?” tidak seperti Kain yang pura-pura tidak tahu ketika ditanyakan Tuhan, “Di mana adikmu?” (Kej 4:9). (bdk.Slide1Formation3DENASBandung).

15Jun - Agst 2019 01

Lalu apa yang imam berikan kepada Komunitas ME? Sebagai “Gembala” saya memberikan kualitas yang esensial sebagai pemimpin dalam Komunitas ME. Komunitas ME itu juga yang Tuhan telah percayakan kepadaku. Saya terus berusaha untuk mengenal anggota komunitas dengan melakukannya tanpa dibayar, melalui pemberian kemauan berkorban, rela menderita, agar saya pun dapat memberi semangat kepada mereka yang saya cintai. (bdk.Slide2Formation3DENAS Bandung). Dengan demikian saya menjadi sadar bahwa saya juga dipanggil untuk memperhatikan domba-domba lain yang bukan dari kandang Paroki Santo Yosef Onekore – Keuskupan Agung Ende, tempat saya melayani selama ini. Saya berada di dalam Komunitas ME, bukan karena saya hebat, bukan juga karena jasa-jasa saya. Saya meyakini bahwa Tuhan tidak memanggil orang hebat, karena Dia Yang Maha hebat itu akan menyempurnakan apa yang diperlukan untuk kehidupan Komunitas ME, Dia juga percaya bahwa dalam bimbinganNya saya sanggup menjalankan perutusan ini (bdk.Slide6dan7Formation3DENASBandung). Saya meyakini bahwa rela berbagi dalam kasih Kristiani merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam spiritualitas saya sebagai seorang gembala, seorang pemimpin jemaat, juga Komunitas ME.

Penutup Saya ingin menutup sharing reflektif

ini dengan ikut mendendangkan lagu “Where ever you go” yang tidak asing lagi bagi para Tim, seperti berikut ini: Where ever you go, I shall go (ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi)Where ever you live, so I shall live (di mana engkau hidup, di situ jugalah aku)

Your people will be my people (bangsamu menjadi bangsaku juga)And your God will be my God too (dan Allahmu menjadi Allahku juga)Where ever you die, I shall die (di mana engkau mati, aku pun mati di sana)And there shall I be buried beside you (dan di sanalah aku dikuburkan di sampingmu)We will be together forever (kita akan bersama selamanya)And our love will be the gift of our life (dan cinta kita akan menjadi berkat bagi hidup kita)

Teks lagu ini dikutip dari Rut 1:16-17 yang mengungkapkan kesetiaan Rut kepada Naomi, mertuanya. “Janganlah engkau mendesak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, aku pun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apa pun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!”

Kesetiaan seperti yang dilukiskan inilah yang menyemangati saya sebagai imam untuk juga berada di tengah Komunitas ME yaitu untuk berjalan bersama menuju kekudusan (holiness), untuk bersatu dengan Tuhan yang menjadi tujuan Sakramen Imamat yang termeteraikan pada diriku sejak saya ditahbiskan, 29 September 1989. ■/BI/KT/ER

Wisma Bernardus Bruderan FIC Candi, Semarang – Jawa Tengah, 11 Januari 201

Jun - Agst 20190116

Oleh: Pasutri Andre-Novi, Malang

Sukacita Kami Menyediakan Diri Dipakai Tuhan

SHARING

Kami adalah peserta WEME Angkatan 77 Distrik X Malang, Jawa Timur. Saya Andreas Lilik Dwi Putranto

dan pasangan saya, Anastasia Novida Wahyuningsih, usia pernikahan kami menginjak tahun ke-16 dan sudah dikaruniai dua orang anak. Saya bekerja di suatu perusahaan di kota Gresik sedangkan Novi bekerja di kota Malang. Jarak antara Malang-Gresik sekitar 180 km ditempuh dengan perjalanan darat selama kurang lebih 2,5 – 3 jam karena harus melewati kota Surabaya yang macet. Rata-rata dalam seminggu, dua kali saya pulang ke Malang untuk bertemu

“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam Nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.” (Yoh 15:16)

dengan keluarga. Novi selain bekerja, juga aktif dalam

kegiatan menggereja di paroki dan di keuskupan. Kegiatan-kegiatan tersebut selalu dilakukan pada sore sampai dengan malam hari dan sering juga dilakukan pada hari-hari libur, yaitu hari Sabtu maupun Minggu. Novi memang orang yang sangat aktif untuk kegiatan pelayanan dan dia mempunyai semangat untuk melakukan pelayanan secara total dengan harapan pelayanan yang dia lakukan berjalan dengan baik dan lancar. Dari salah satu sesi di WEME, kami mengetahui bahwa dia termasuk tipe ‘Penolong’. Jadi, sangat sesuai dengan totalitas dia dalam berkegiatan. Pada setiap kegiatan yang dilakukan, hampir dipastikan dia akan pulang apabila semua orang sudah pulang dan semua urusan sudah beres. Itulah keunggulan dari Novi yang penolong.

Sedangkan saya adalah seorang karyawan yang pekerjaannya berpindah-pindah kota. Saya pernah bertugas di Situbondo, Banyuwangi, Sidoarjo, dan sekarang di Gresik. Di Gresik saya tinggal di suatu rumah yang memang sudah disediakan. Karena seorang diri di Gresik, keseharian saya adalah bekerja dan beristirahat. Sesekali saya ke Gereja Gresik untuk merayakan misa harian, walaupun jarak antara rumah dan Gereja cukup jauh, sekitar 20 km. Jadi praktis saya tidak mempunyai kegiatan di gereja. Dalam salah satu sesi pada WEME saya ternyata termasuk tipe ‘Katalisator’. Maka hari libur merupakan waktu yang sangat saya rindukan karena bisa pulang bertemu dengan keluarga.

Dari kondisi yang ada, sering kali setiap hari libur, Novi selalu ada kegiatan di gereja dan saya merasa sangat terganggu.

istim

ewa

Pasutri Andre-Novi

17Jun - Agst 2019 01

Bahkan ada suatu kali Novi mempunyai dua kegiatan di hari Sabtu-Minggu dan dia bermalam di rumah retret. Praktis waktu untuk saya dan anak-anak tidak ada. Hal ini sudah pasti menimbulkan perselisihan dan hubungan kami menjadi sangat renggang. Pada suatu titik puncak perselisihan, kami sama-sama bersikukuh masing-masing menganggap dirinya benar, kami bersikeras dengan ego masing-masing. Sampai-sampai Tuhan dibawa-bawa dalam perselisihan dan percekcokan kami. Hal itu terjadi beberapa kali.

Tetapi setelah mengikuti WEME, kami disadarkan bahwa dengan menjalin komunikasi yang baik, menjalin relasi yang baik, maka semua permasalahan pasti ada jalan keluarnya. Setelah mengikuti WEME, bukan berarti hubungan kami tidak lagi ada cekcok atau perselisihan, tetapi durasi penyelesaiannya bisa lebih cepat, tidak sampai berhari-hari, dengan cara membuka diri, meminta maaf, berdialog. Cara yang selalu kami gunakan adalah melalui chattingwhatsapp (WA) Cinta, sesuai saat di WEME, kami diajarkan menulis Surat Cinta. Yang kami lakukan juga menulis tetapi menulis di WA dengan harapan agar cepat dibaca.

Dua tahun setelah mengikuti WEME, kami diajak untuk ikut Deeper WeekEnd ME. Kami sempat bingung dan memerlukan waktu berhari-hari untuk memantapkan langkah kami untuk bersedia mengikuti Deeper WeekEnd ME. Dalam bayangan kami, setelah ikut Deeper WEME, waktu kami berkumpul dengan anak-anak akan semakin banyak tersita. Tetapi pada saat mengikuti pembekalan Deeper WEME, saya tersentuh dengan ayat seperti yang tertulis di awal tulisan ini, “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam Nama-Ku, diberikanNya kepadamu.” (Yoh 15:16).

Ayat itu menyadarkan saya bahwa orang-orang yang dipilih Tuhan untuk bekerja di ladang-Nya justru bukan orang-orang yang suka bersantai dan mempunyai banyak waktu luang. Tetapi Tuhan memilih orang-orang yang memang mempunyai niat dan totalitas dalam pelayanan. Membaca ayat tersebut saya menjadi sadar bahwa sering bertengkar dengan Novi karena dia aktif dalam kegiatan melayani adalah suatu tindakan yang salah. Saya sadar bahwa buah-buah dari pelayanan tersebut sungguh dapat kami rasakan sekeluarga. Kami tetap dianugerahi kesehatan, kasih sayang, kerinduan, yang menurut kami semua itu bonus dari Tuhan yang sungguh sangat melimpah. Akhirnya kami menjadi salah satu Tim ME Distrik X Malang dan pada tanggal 12-14 Oktober 2018 yang lalu, kami bertugas untuk pertama kali.

BPS kami saat “manggung” perdana pada WEME untuk angkatan 88, di Pandaan

Kami benar-benar merasakan melayani para pasutri peserta WEME dalam usaha mereka untuk menjalin relasi yang hangat kembali. Kami merasakan dipakai oleh Tuhan sebagai sarana atau alat untuk membuka kembali hubungan atau relasi yang selama ini menghambat bahtera perkawinan para peserta. Hasilnya sungguh sangat menggembirakan. Saya melihat beberapa pasutri yang ketika datang pertama kali masih tampak biasa-biasa saja seperti layaknya orang yang akan mengikuti suatu acara rekoleksi, namun begitu di hari Minggu, raut muka dan penampilan mereka sudah berubah sama sekali. Ada yang lantas bergandengan terus, ada yang menyandarkan kepala di pundak pasangannya, sungguh suatu pemandangan yang indah dan romantis. Doa kami semua agar suasana demikian akan selalu ada dalam kehidupan pasutri peserta WEME Angkatan 88 Distrik X Malang. WeLoveYou,WeNeedYou. ■/BI/KT/ER

istim

ewa

Jun - Agst 20190118

Misa WMD 2019 yang Luar Biasa Indah dan Mengesankan

mendapatkan giliran Misa ME di bulan Februari 2019.

Pada rapat DisMep bulan Agustus 2018, Kordis Meme Jacob & Pastor Akik, meminta agar misa pada bulan Februari tersebut dilaksanakan dan dikemas sebagai Misa WMD. Kami saat itu baru saja bergabung dalam komunitas ME Distrik IV Surabaya, ikut WEME Angkatan 306 pada 7-18 Nov 2017. Dalam WEME tersebut kami berdua diangkat sebagai lurah, beberapa saat kemudian dipilih menjadi Kormep Paroki GYB. Oleh karenanya, saat diminta menjadi tuan rumah misa khusus ini kami benar-benar merasa khawatir, muncul tanda tanya besar, “Apakah kami bisa melaksanakan misa tersebut sesuai dengan harapan Kordis dan teman-teman pasutri komunitas ME Distrik 4 Surabaya?” Namun demikian, rasa cinta kami terhadap ME mampu mengalahkan rasa khawatir tersebut sehingga dengan penuh semangat kami menjawab ‘OKE, kami bersedia !!!”

Sepulang dari rapat DisMep kami segera mengunjungi Pastor Paroki

Setiap bulan, Distrik 4 Surabaya selalu menyelenggarakan Misa ME yang dilaksanakan bergiliran di paroki-

paroki di seluruh Keuskupan Surabaya. Kebetulan Paroki Gembala Yang Baik

WMD Paroki Gembala Yang Baik Surabaya Oleh: Pasutri Maria-Bing (KorMEp)

Kali ini Redaksi menurunkan liputan beberapa perayaan WMD yang diselenggarakan komunitas ME di Surabaya, Bogor, Jakarta dan malang.

Masing-masing memiliki kekhasan dan mengandung sisi yang mengesankan dan meneguhkan. [Red]

KEGIATANis

timew

a

Pasutri Maria-Bing

19Jun - Agst 2019 01

GYB yaitu Pastor Gregorius Kaha (lebih bekennya disapa Pastor Goris). Dari hasil dialog dengan Pastor Goris, Misa WMD tersebut akan dilaksanakan oleh Seksi Keluarga Paroki GYB, sehingga kami merasa sangat senang karena Pastor Goris menyambut hangat penyelenggaraan Misa WMD. Kami juga merasa lega karena tugas berat ini diambil alih oleh Seksi Keluarga, dan pemikiran kami saat itu ME hanya membantu dalam kepanitiaan saja. Kami pun tenang-tenang saja tidak lagi memikirkan Misa WMD, tetapi sibuk dengan kepanitiaan Natal dan aneka perayaan Tahun Baru 2019.

Setelah hiruk-pikuk Natal dan Tahun Baru usai, ternyata Seksi Keluarga dan DPP masih bingung tentang bentuk Misa WMD ini dan akhirnya dikembalikan kepada kami sebagai Koordinator ME Paroki. “Wah…, saat itu kalang-kabutlah kami;

bingung, khawatir, takut, campur aduk menjadi satu. Bayangkan saja waktunya sudah sangat mepet, tinggal 1 bulan saja, kami bingung bagaimana membuat acara yang menarik, dan kami khawatir bagaimana cara memperoleh dana dalam waktu yang singkat ini.

Tetapi Tuhan begitu luar biasa, sekejap mata terbentuklah panitia yang sangat kompak. Mereka bekerja dengan penuh cinta, sesuai dengan talenta masing-masing. Ada yang mengumpulkan dana, ada yang mencetak kalender saku unik yang berisi kegiatan ME sepanjang tahun 2019. Ada yang membuat flyer dan video tentang Misa WMD dan disebarkan di group-group WA sebagai promosi misa tersebut. Ada yang mengurus konsumsi, ada yang mengurus acara, “Wah…, kami benar-benar tidak menyangka, kami takjub, kagum dan terharu atas campur

istim

ewa

Misa WMD 2019 di Paroki GYB

Jun - Agst 20190120

tangan Tuhan yang begitu ajaib lewat kerja keras dan kekompakan teman-teman panitia. “Terima kasih teman-teman, kami sungguh merasa dicintai dan didukung oleh Anda semua.”

Akhirnya pada 13 Februari 2019, Misa WMD dapat dilaksanakan dengan baik, lancar dan sungguh sangat indah. Kami sangat bersyukur karena Misa WMD kali ini, yang dipimpin oleh Bapa Uskup Surabaya, Mgr Vincentius Sutikno Wisaksono sebagai selebran utama, didampingi oleh Pastor Akik, Pastor Goris SVD, Pastor Sapta CM, Pastor Eka Winarno, Pastor Ronny, Pastor Yosep Bakubala SVD dan Pastor Lucius SVD, berjalan dengan lancar dan khidmad. Seperti biasanya, homili Mgr. Sutikno selalu kocak, membikin ‘ger-geran’ penuh humor tetapi cespleng, tepat ke sasaran tembak. Homili tersebut, dengan telak mengingatkan kepada semua yang hadir, baik sebagai pasangan suami-istri, anak-anak, remaja dan juga para pastor agar selalu setia kepada panggilan hidupnya masing-masing.

Dalam misa ini juga dilaksanakan pembaharuan Janji Perkawinan dan

pemberkatan pasutri yang telah menikah 40 tahun ke atas, diwakili oleh 10 pasutri aktivis MEP GYB. Selanjutnya Mgr. Sutikno juga berkenan memberikan berkat perutusan kepada KorNas ME Indonesia, Pasutri Meme Jacob & Pastor Akik, serta KorDis Surabaya yang baru terpilih, Pasutri Laura Hari & Pastor Eka Winarno. Senang sekali kami dapat menjadi tuan rumah Misa WMD kali ini. Kami larut bersama hampir 800 orang yang hadir dalam misa ini, dan bersatu hati terharu penuh rasa syukur karena dapat menyaksikan pengukuhan dan pemberkatan Koordinator Nasional ME Indonesia dan Koordinator Distrik Surabaya. Sungguh, hal ini merupakan karunia yang luar biasa dari Tuhan. Kami tunduk berdoa memohon kepada Tuhan, semoga Koordinator Nasional dan Koordiator Distrik 4 Surabaya dapat mengembangkan ME Indonesia dan ME di Surabaya dengan lebih mantap dan sukses..!!

Weloveyou&weneedyou...■/BI/KT/ER

istim

ewa

Panitia Misa WMD 2019 Paroki GYB

21Jun - Agst 2019 01

WMD Keuskupan BogorOleh: Pasutri Yudi-Mercy, ME Bogor

Sukabumi yang Membumi

Ya, di Sukabumi nan sejuk telah terselenggara World Marriage Day atau Perayaan Hari Perkawinan

Sedunia pada 17 Februari 2019. Kabupaten Sukabumi adalah sebuah kabupaten di Tatar Pasundan, Provinsi Jawa Barat, yang merupakan kabupaten terluas kedua di Pulau Jawa setelah Kabupaten Banyuwangi di Provinsi Jawa Timur. Namun, Kota Sukabumi merupakan salah-satu kota dengan luas wilayah terkecil di Jawa Barat. Sukabumi berbatasan dengan Kabupaten Bogor di Utara, Kabupaten Cianjur di Timur, Samudra Hindia di Selatan, serta Kabupaten Lebak di Barat. Di samping sebagai destinasi tujuan pariwisata yang indah, juga ‘mochi’nya yang terkenal.

Meskipun bangunan gereja tidak nampak klasik, tetapi pajangan motor jadul menjadi hal menarik, tentu panitia maksudnya dan tidak sekadar pemanis eksterior. Yang jelas tidak mengurangi makna penyelenggaraan akbar, justru merupakan ide yang cemerlang; motor jadul, sementara yang merayakan juga sebagian generasi jadul yang menyesuaikan perkembangan zaman. Kala itu dengan alunan degung (musik tradisional khas Sunda) menyambut umat Katolik dari pelosok Keuskupan Sufragan Bogor sehingga suasana Tatar Pasundan sungguh terasa dan ketika alunan gamelan degung ini bertalu menghampiri telinga dirasa dengan kedalaman, maka kita akan masuk ke dalam budaya leluhur yang adi luhung.

Pancaran PasutriTema yang dipilih tahun ini “Pasutri

Memancarkan Kehidupan Ecclesia Domestica”. Seperti yang diungkap ketua panitia, pasutri Sutardi-Sri Suryaningsih, bahwa dengan perayaan ini diharapkan para pasutri dapat menemukan kasih Kristus, kasih Ilahi dalam perjalanan kehidupan sebagai suami-istri. Apabila keluarga menjadi kokoh, maka Gereja pun menjadi kokoh dan negara menjadi kuat. Lebih jauh dikatakan, keindahan kesetiaan pasutri, pengorbanan dan kegembiraan dalam perkawinan selalu dijunjung tinggi. Para pasutri diajak menyadari peran penting dalam memelihara kesatuan dalam keluarga sehingga dapat menemukan kasih Kristus, kasih Ilahi dalam perjalanan kehidupan sebagai suami-istri.

InkulturasiMemulai perarakan memasuki

Gereja, para pasutri wakil dari seluruh paroki dan koasi (22 paroki dan 1 koasi) berpasangan dipandu para remaja tari yang menarikan tarian tradisional khas Sunda yang diperankan oleh kelompok degungan Wilayah St Lukas, Paroki St Joseph Sukabumi. Menurut penuturan, tarian dan degungan telah disiapkan selama 2 bulan. Hasilnya luar biasa. Namun sebenarnya, tarian manglengser adalah kesenian Aki Lengser atau Ki Lengser yang masih dijunjung tinggi oleh orang (suku) Sunda dengan melestarikan nilai-nilai budaya dari leluhur. Budaya Nusantara, salah satunya adalah kesenian Aki Lengser. Tarian ini fungsi awal adalah sebagai upacara mapag penganten (menyambut pengantin), namun sekarang sudah berbeda dan tampil di berbagai upacara adat tradisional orang Sunda dan

Jun - Agst 20190122

juga dalam menyambut kedatangan para pejabat atau tamu negara. Oleh karenanya, tidak salah Gereja menampilkan kesenian manglengser ini, sehingga nampak inkulturasi yang sungguh apik. Gereja sungguh ikut andil dalam melestarikan warisan leluhur, Budaya Nusantara ini.

Degung juga mengiringi kelompok Paduan Suara dari Wilayah St. Petrus yang membawakan lagu-lagu bergaya Sunda, baik lagu pembukaan, ordinarium, persembahan, dll. Yang penting dicatat, bahwa ada beberapa penari dan pengrawit degung yang muslim, tetapi mereka menyatu dalam paguyuban degungan Wilayah St Lukas.

Para pasutri perwakilan dari seluruh paroki, yang sudah merayakan usia perkawinannya mulai dari 25 tahun sampai dengan usia perkawinan 57 tahun. Walaupun demikian yang sudah nampak sepuh tetap berjalan tegap dan bersuka cita seraya memasuki tempat Misa Syukur di dalam Gereja Santo Joseph. Perayaan Ekaristi dengan Selebran Utama Bapa Uskup, Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM dan selebran para pastor di Keuskupan Sufragan Bogor, di antaranya, Pastor Paulus Haruna, Pastor Yustinus Dwi Karyanto, Pastor Alfonsus Sutarno, Pastor Markus Lukas, Pastor Dominikus Savio Tukiyo, Pastor Antonius, Pastor Augustinus Hardono, Pastor Albertus Kuniadi, dan Pastor Bonefasius OFM.

Meneliti BatinDalam Tobat yang dipandu oleh

Pastor Tarno, para pasutri saling berhadapan dan bergandengan tangan untuk melakukan penelitian batin dengan diajukan beberapa pertanyaan, antara lain:PernahkahAndamenyakitipasangan?PernahkahAndamempermalukanpasangan

dimuka umum? PernahkahAnda bersikapkasar terhadap pasangan? PernahkahAnda memojokkan pasangan? PernahkahAnda membiarkan pasangan kecewa dankesepian? Pernahkah Anda tidak setiaterhadap pasangan? Pernahkah Andamenghina pasangan? Pernahkah Andamengkritisi pasangan? Pernahkah Andatidakjujurpadapasangan?PernahkahAndaberprasangka buruk terhadap pasangan?Pernahkah Anda mengekang pasangansecara tidak wajar? Pernahkah Andamemfitnah pasangan? Pernahkah Andahanyamengejarkarieratauprestasimeluludenganmengabaikanpasangan?PernahkahAndamenuduhpasangan?Tentu pembaca bisa menambahkan sendiri dari poin-poin di atas sebagai perenungan pribadi terhadap pasangan, supaya dapat saling meneguhkan, menghayati Sakramen Perkawinan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan refleksi tersebut diharapkan, relasi antar suami-istri semakin hangat sehingga kesatuan dalam keluarga dapat terus dipelihara. Sehingga kemauan untuk saling mencinta dan keinginan untuk hidup bersama semakin indah.

Homili Bapa UskupDalam homilinya, Mgr. Paskalis Bruno

Syukur, OFM menyampaikan kegembiraan dan salut kepada para peserta, karena telah berkenan hadir untuk merayakan Hari Perkawinan Sedunia bersama para pasutri seluruh Keuskupan Bogor. Bapa Uskup meyakinkan pula, bahwa hari ini adalah hari saat para pasutri meyakini satu pilihan hidup untuk menikah. Memilih untuk menikah berarti mereka hanya memilih satu saja, baik istri maupun suami untuk selamanya. Beliau juga berpesan agar pasangan suami-istri selalu mengandalkan Tuhan dalam segala hal.

23Jun - Agst 2019 01

Pasutri diajak untuk dapat menunjukkan kekhasan sebagai pasangan Katolik. Para pasutri hendaknya selalu menyampaikan berita tentang Yesus. Dengan demikian pasangan suami-istri dapat memancarkan Gereja rumah tangga sesuai dengan tema WMD tahun 2019. Bapak Uskup juga menghimbau agar tiap pasutri percaya kepada Yesus Kristus dan selalu memberi harapan untuk hidup lebih baik. Selain itu, sebagai orang Indonesia kita juga harus menghargai sesama kita. Jangan malu menunjukkan diri kita sebagai Katolik di tengah masyarakat.

Program Komisi KeluargaBanyak program Komkel Keuskupan

Bogor, antara lain BSD (Bogor Singel Comunity), BCD (Bogor Catholik Discovery), CWM (Catholik Women’s Ministry), Priskat (Pria Sejati Katolik), Marriage Encounter (ME) dan lain-lain. Pastor Alfonsus Sutarno sebagai Ketua Komisi Keluarga Keuskupan Bogor dalam sambutannya lebih jauh mengatakan tentang cinta (tentu dengan ciri khasnya yang membawa para pendengarnya untuk selalu tertawa ria). menurut beliau, cinta itu kodrat. Sejak penciptaan, laki-laki dan wanita (Pastor Tarno sering menyebutnya perempuan) Tuhan anugerahi energi untuk saling mencintai dan saling menciptakan kebaikan. Perkawinan dan keluarga adalah tempat bagi penyatuan dan pemenuhan cinta itu. Oleh karena itu, Pastor Tarno mengajak agar para pasutri selalu menjaga dan merawat perkawinan dan keluarga agar gelora cinta tetap bernyala bagi lahirnya kebaikan-kebaikan.

BCD (Bogor Catholic Discovery) – salah satu program Komisi Keluarga Keuskupan keluarga, menurut Yacobus Widi Wijayanto (Ketua Program BCD), bertujuan membantu

pasangan yang pacaran untuk lebih mengenali pasangannya, baik kebaikan maupun keburukannya, kelebihan maupun kekurangannya termasuk juga gaya komunikasi pasangan serta harapannya dalam hidup perkawinan yang akan dijalani.

Pada akhir perayaan Ekaristi ada kesaksian keluarga yang disampaikan Pasutri Jim-Vony dan putranya, Gabriel. Satu hal yang luar biasa dari sharing ini adalah keterbukaan masing-masing dan dengan segala kegalauannya, jatuh bangun dalam berelasi. Yang pada akhirnya memberikan kegembiraan yang mencerahkan. Apa yang disampaikan memberikan inspirasi bagi keluarga-keluarga (yang pasti) dalam perjalanannya penuh lika-liku dan bagaimana mengatasinya dengan cinta. Sayangnya lagunya Via Valen: ‘Jerit Atiku’ hanya dicomot liriknya, bukan dinyanyikan. Di penghujung acara, diadakan ramah tamah bersama Bapa Uskup dengan

istim

ewa

Jun - Agst 20190124

berkesan, berdampak dan bermanfaat bagi para pasutri baik yang hadir dalam perayaan maupun bagi yang tidak dapat hadir di saat itu.

WMD 2019 diadakan pada hari Minggu, tanggal 10 Februari 2019, bertempat di Auditorium Gedung Yustinus, lantai 15, Unika Atmajaya, Jl. Jendral Sudirman, Jakarta Pusat. Perayaan dimulai dengan Misa Kudus jam 10:00 dan dilanjutkan dengan acara kebersamaan hingga selesai jam 14:00, dihadiri oleh hampir 1,000 orang. Kami sangat berbahagia melihat antusiasme para pasutri yang mengikuti acara dari awal sampai akhir, meskipun karena keterbatasan tempat, cukup banyak para pasutri yang harus mengikuti acara dari luar auditorium.

Persiapan WMDMeskipun kepanitiaan perayaan WMD

2019 berada dalam tanggung jawab rekan-rekan ME di wilayah Dekanat Selatan, namun seluruh persiapan, perayaan dan kegiatan pasca WMD ini melibatkan semua warga ME di Distrik Jakarta yang dimunculkan dalam bentuk kerjasama   mulai dari kepanitiaan, penyediaan konsumsi, sharing pengalaman perjalanan pernikahan 25 tahun yang dicetak di buku acara, sampai keterlibatan penggalangan dana. Menarik untuk diamati bahwa dalam menjalankan persiapan WMD, panitia telah menjalankan konsep yang diusung yaitu  Spiritual  - percaya pada penyelenggaraan dan campur tangan Tuhan,  Harmoni  saling melengkapi dengan semua kekurangan dan kelebihan masing masing anggota panitia dan Kerjasama penuh cinta. Kami berdua sungguh bangga dan bahagia telah diberi kesempatan untuk belajar dari rekan rekan yang penuh dedikasi

WMD Distrik JakartaOleh: Pasutri Eka Lucy,

pelbagai hiburan yang ditampilkan, di antaranya musik keroncong remaja, Renda Suara St Joseph Sukabumi. Akhirnya semua perhelatan WMD saat itu usai sudah, sampai bertemu pada WMD 2020 di Paroki Cianjur. ■/KT/BI

As I have Loved You

Perayaan Hari Pernikahan Sedunia (Word Marriage Day –WMD) adalah sebuah kegiatan yang dilaksanakan

oleh komunitas Marriage Encounter (ME) bersamaan di seluruh dunia selaras dengan visi ME yaitu untuk menghormati suami dan istri sebagai fondasi keluarga dan unit dasar masyarakat, juga untuk menghormati keindahan kesetiaan mereka, pengorbanan dan sukacita dalam kehidupan pernikahan sehari-hari.

WMD tahun ini yang dilaksanakan pada 10 Februari di Unika Atmajaya, mencoba mengusung berbagai kegiatan agar dapat mendukung visi ME tersebut dan menjadikan WMD sebagai kegiatan

istim

ewa

Pasutri Eka-Lucy

25Jun - Agst 2019 01

untuk mensukseskan acara WMD tahun ini. 

Perayaan WMDPernikahan akan berjalan dengan

bahagia jika ditopang dengan 3 pilar: Spiritual-Kehadiran Tuhan, Harmoni dan Kerjasama Pasutri. Perayaan WMD kali ini mewujudkan ke tiga pilar tersebut dalam 4 kegiatan dan ditindaklanjuti dengan kegiatan paska WMD yaitu:

1.  Spiritual - Misa Kudus sebagai Sarana Kehadiran Tuhan

Kami sangat berbahagia mengikuti misa yang dipimpin oleh Uskup Agung Jakarta Monsinyur Ignatius Suharyo dengan Ekaristi yang dibawakan secara konselebrasi oleh Pastor Andang Binawan SJ, Pastor Sarto Mitakda SVD, Pastor Chris

Purba SJ, Pastor Budi Santoso MSF, Pastor Handoko MSF, Pastor Herry SJ, Pastor Yogo Prastianto.

Panitia dan petugas liturgi diwakili oleh para pasutri dan OMK dari berbagai paroki di Jakarta, menggambarkan kerjasama yang kuat serta kesamaan visi misi mengenai pentingnya pernikahan bagi gereja dan bagi kita semua. Pernikahan membutuhkan kehadiran dan campur tangan Tuhan sebagai fondasi utama yang menguatkan dalam mengatasi berbagai tantangan sepanjang perjalanan pernikahan. Tanpa kehadiran dan campur tangan Tuhan, pernikahan akan mudah goyah dan kehilangan arah.

2. Musik dan Lagu dalam HarmoniPernikahan yang bahagia senantiasa

menjaga Harmoni dalam relasinya.

Misa WMD di Unika Atmajaya, Jakarta

istim

ewa

Jun - Agst 20190126

Setiap pasangan adalah unik, dengan kelebihan dan kekurangannya. Bagaimana pasangan mampu meramu kelebihan dan kekurangan yang ada menjadi harmoni yang saling melengkapi, akan menjadi sumber kebahagiaan dalam perjalanan pernikahan berdua. Harmoni dalam pernikahan digambarkan dalam musik dan lagu yang dengan apik ditampilkan oleh Inge dan Junio diiringi oleh band Inquistic yang luar biasa kompak. Sebagaimana musik dan lagu, yang menjadi alunan nada indah ketika setiap unsur saling mengisi, tanpa mengungguli satu sama lain, namun bersama sama selaras dalam harmoni memberikan yang terbaik dengan menghormati kelebihan dan kekurangan yang lainnya. Demikian pula pernikahan, menjadi indah saat pasangan dapat menjalaninya dengan harmoni.

3. Dansa Indah dalam KerjasamaPernikahan yang bahagia hanya

akan terwujud jika pasutri mampu dan mau saling bekerja sama. Setiap langkah diambil dengan cinta dan sukacita dengan mempertimbangkan kepentingan pasangan, bekerjasama mengikuti alunan kehidupan sehingga semua kesulitan dan tantangan dapat dilihat sebagai kesempatan untuk bertumbuh bersama. Kerjasama dalam pernikahan digambarkan dalam berdansa bersama dipimpin oleh Dave dan Inge, dipandu oleh 10 pasang pasutri dari Paroki St. Fransiskus Asisi Tebet yang penuh semangat dan menularkan kepercayaan diri agar kita bergerak bersama dalam cinta.

4. Aksi Tindak lanjut yang Berkesinambungan

Perayaan WMD seyogyanya tidak hanya dinikmati oleh pasutri yang hadir

saja dan untuk perayaan sehari saja, namun harus dapat bermanfaat dan berdampak bagi sebanyak banyaknya pasutri di sekitar kita. Oleh karena itu dalam kegiatan WMD kali ini, pasutri yang hadir menuliskan dan mengumpulkan kuestioner dengan pertanyaan sebagai berikut:• Apa tantangan terbesar dalam relasi,

membangun Spiritual, Harmoni atau Kerjasama?

• Apa yang Anda berdua akan lakukan untuk mengatasi tantangan tersebut agar memperkuat relasi Anda berdua?

• Apa yang Anda berdua perlukan dari ME?

Jawaban dari para pasutri yang terkumpul merupakan masukan yang sangat berharga untuk mengolah program ME yang bermanfaat dan berdampak bagi para pasutri dalam membangun pernikahan serta membentuk relasinya menjadi lebih baik dan penuh cinta.

Pasca Perayaan WMD – Duta Cinta MESetiap tahapan pernikahan memiliki

tantangannya masing masing, namun dengan memperkuat ketiga pilar pernikahan Spiritual-Harmoni dan

"Membangun Niat Bersama" untuk meningkatkan relasi dalam aspek spiritual, harmoni dan kerjasama

istim

ewa

27Jun - Agst 2019 01

Kerjasama, maka setiap tantangan akan menjadi kesempatan untuk bertumbuh bersama menjadi pasangan yang lebih baik dan lebih bahagia dari hari ke hari. Setiap anggota ME diharapkan menjadi duta cinta bagi pasutri di sekitarnya dengan memberi contoh menghidupkan kekuatan spiritual – senantiasa menghadirkan Tuhan, menghormati kelebihan dan kekurangan pasangan dengan saling melengkapi, serta mau dan mampu bekerjasama memperhatikan kepentingan pasangan

Pada akhirnya mensharingkan bahwa berada dalam komunitas yang memiliki visi, misi menjaga, menghormati pernikahan akan membantu para pasutri untuk tumbuh berkembang secara mental, intelektual dan spiritual melalui berbagai kegiatan bersama yang menyenangkan.

Komunitas Marriage Encounter adalah sebuah keluarga besar yang penuh cinta, saling berbagi cinta dan terus menerus menumbuhkan cinta, dan sebagai bagian

dari komunitas luar biasa ini, kita perlu bergerak mensharingkan pengetahuan, pengalaman dan cinta kita bagi sebanyak banyaknya pasutri di sekitar kita. ■/KT/BI

"Aku Mencintaimu"

Aku mencintaimu di ketinggian nirwana, aku mencintaimu di kedalaman segara.

Aku menari bersamamu di antara pelangi, aku diam bersamamu menantang badai.

Aku menikmati tembang hidup bersamamu,

aku menikmati kesenyapan sunyi denganmu.

Aku menghirup aroma kebanggaan di keberhasilanmu,

aku memunguti keping hati di hilangnya asamu.

Aku mencintaimu dalam megahnya pakaian pengantinmu,aku akan mencintaimu

dalam kepasrahan kerandamu,aku mencintaimu di segala waktu

Cinta dan kekuatan dalam kebersamaan di keluarga besar komunitas Marriage Encounter

istim

ewa

Jun - Agst 20190128

bahwa pernikahan adalah lembaga yang suci dan penting, juga untuk mendoakan para pasutri. Mengingat hidup sebagai pasutri tidak selalu mudah, bahkan ada kemungkinan bisa kandas di tengah jalan”, demikian pengantar dari Uskup Malang, Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan, O.Carm dalam misa yang diselenggarakan di Gereja Paroki Vincentius A Paulo, Malang.

Turut hadir dalam selebrasi perayaan Ekaristi: Pastor Timotius I Ketut Adi Hardana MSF. (Ketua Komisi Keluarga Keuskupan Malang), Pastor Alphonsus Tjatur Raharso. (Koordinator ME Distrik X Malang), Pastor Antonius Deni Firmanto, (Vikaris Episkopal Bidang Kerohanian Keuskupan Malang), Pastor Yohanes Gani Sukarsono CM., Pastor Florentinus Hersemedi CM., Pastor Sad Budiyanto CM., dan Pastor Peter Bruno Sarbini SVD.

Dalam perayaan Ekaristi ini, umat yang hadir melebihi kapasitas gereja sehingga meluber keluar halaman gereja. Misa didahului dengan prosesi beberapa pasutri perwakilan dari lingkungan-lingkungan Paroki Vincentius A Paulo, dari beberapa kelompok umur pernikahan mulai dari yang baru menikah sampai dengan yang berusia 41 tahun pernikahan.

Dalam homilinya Mgr Henricus menekankan pentingnya mengandalkan Tuhan bagi siapa saja, entah mereka orang kaya, atau orang miskin. Dengan mengandalkan Tuhan, hidup akan penuh kedamaian. Bilamana suatu saat terkena musibah, misalnya sakit hendaklah mencari Tuhan terlebih dahulu dengan berdoa, bahwa kita membutuhkan Tuhan dan tidak serta-merta hanya mengandalkan dokter atau obat-obatan saja.

Pasutri Fransiskus Wagiman- Fransiska Sunarti yang sudah dikaruniai

WMD Distrik X MalangBetapa Berharganya Dirimu BagikuOleh: Pasutri Endang-Sur & Pasutri Aman-Andy

“Betapa Berharganya Dirimu Bagiku” menjadi tema perayaan Hari Pernikahan Sedunia (HPS) atau

World Marriage Day (WMD) tahun 2019, yang dilaksanakan oleh komunitas ME Distrik X Malang. Perayaan tahun ini terasa istimewa, karena untuk pertama kalinya WMD dirayakan di kedua wilayah Keuskupan Malang, yaitu Regio Barat dan Regio Timur.

Perayaan untuk wilayah Regio Timur berlangsung di hari Sabtu, 16 Februari 2019, di Paroki Maria Ratu Damai, kota Lumajang. Sedangkan perayaan untuk wilayah Regio Barat berlangsung di hari Minggu, 17 Februari 2019, di Paroki Vincentius A Paulo, kota Malang.

Perayaan WMD Regio Barat di kota Malang

“Pada hari Minggu biasa ke-enam ini kita hendak memperingati Hari Pernikahan Sedunia untuk menyatakan

Pasutri Eka-Lucy

istim

ewa

Pasutri Endang-Sur

29Jun - Agst 2019 01

dua putra berkesempatan sharing dengan dipandu oleh Pastor Timotius I Ketut Adi Hardana MSF, mengenai resep mereka dapat menjalani hidup pernikahan hingga dapat bertahan 41 tahun. Mereka memberikan kesaksian mengenai niat baik dan pikiran positif satu sama lain, bahwa apa

pun yang terjadi dalam keluarga dilihat sebagai berkat Tuhan dan mereka selalu bersyukur pada Tuhan dalam kondisi susah maupun senang.

Perayaan Ekaristi berlangsung dengan baik dan lancar berkat kerjasama yang apik antara Komisi Keluarga Keuskupan Malang, ME Distrik X Malang, dan DPP Paroki Vincentius A Paulo, Malang. Paduan suara dari para pasutri ME turut menyemarakkan perayaan Ekaristi dengan suara dan lagu-lagu yang indah dan menyentuh

istim

ewa

Misa Syukur WMD dipimpin Uskup Malang & tujuh pastor

Paduan Suara Pasutri ME yang luar biasa bersama suster-suster Alma

Pasutri ber-HUP perwakilan dari lingkungan-lingkungan Paroki Langsep

istim

ewa

istim

ewa

hati umat.Pada akhir misa, Uskup juga

berkesempatan memperkenalkan ketua baru Komisi Keluarga Keuskupan Malang yaitu Pastor Timotius I Ketut Adi Hardana MSF, seorang yang ahli dalam pendampingan hidup berkeluarga, sekaligus berharap semoga dapat mendampingi pasangan suami-istri di Keuskupan Malang dengan baik.

Rekoleksi Pasutri Setelah misa, para pasutri mendapat

kesempatan menyegarkan kembali relasi kepasutrian mereka dengan mengikuti

Jun - Agst 20190130

terjebak menempatkan pasangan kita pada kondisi apresiasi yang tidak tepat. Itu dikarenakan kita menganggap kebaikan yang dilakukan oleh pasangan sebagai sesuatu yang wajar, yang sudah biasa atau yang sudah sepantasnya dilakukan.

Padahal pasangan kita justru merupakan orang yang sebenarnya paling tulus melakukan kebaikan kepada kita, namun kerap kali memperoleh penghargaan yang paling minim. Melalui rekoleksi ini, para pasutri diajak memperbaiki kualitas relasinya dengan memberikan apresiasi yang lebih baik dan pantas kepada pasangannya.

Dalam rekoleksi ini, Pastor Florentinus Hersemedi CM memberikan peneguhan dengan mengambil bacaan dari Injil Lukas 15:11-32. Hendaknya para pasutri rajin untuk saling mengucapkan terima kasih atas segala kebaikan yang telah diterima dari pasangannya dan memohon maaf atas kesalahan yang telah dibuatnya

WMD Regio Timur di kota Lumajang

Misa Hari Pernikahan Sedunia untuk Regio Timur dipimpin oleh Pastor Alphonsus Tjatur Raharso (Koordinator ME Distrik X Malang) bersama Pastor Agustinus Maryanto O.Carm (Pastor Paroki Maria Ratu Damai, Lumajang) dan Pastor Andreas Adhi Prasetyo (Pastor Rekan

Rekoleksi Pasutri yang berjudul “HP-ku Hilang” bertempat di Aula Agape, Paroki Vicentius A Paulo, Malang. Hadir sekitar 100-an pasutri dari berbagai paroki sekitar Malang Raya.

Narasumber rekoleksi ini adalah Pasutri Lien-Antonius (Team ME Distrik IV Surabaya) bersama Pastor Florentius Hersemedi CM dan Pasutri Cicil-Rudy (Team ME Distrik X Malang). Mereka berlima dapat membuat suasana rekoleksi cair penuh gelak tawa dan tidak mengantuk, joke-joke ringan membantu menghidupkan suasana rekoleksi dan membuat materi tersampaikan dengan baik.

Misalnya ketika dilontarkan pertanyaan kepada para suami, “Milih mana antara istri hilang di mall, atau HP hilang di mall? Serentak para suami bilang “istri yang hilang”. Lho kenapa? Ternyata masuk akal juga jawabnya, kalau istri yang hilang di mall pasti bisa pulang sendiri ke rumah sambil membawa belanjaan yang banyak; tapi kalau HP yang hilang, tidak akan kembali lagi.

Dalam pemaparan materi ilustrasi hp hilang, ditunjukkan bahwa orang yang paling tulus dan menunjukkan kebaikan yang paling besar justru memperoleh apresiasi / terima kasih yang paling kecil dari orang yang dibantu. Dalam kehidupan relasi suami istri, seringkali kita juga

istim

ewa

Saatnya penyegaran relasi: Rekoleksi pasutri “ HP-ku Hilang”

31Jun - Agst 2019 01

sekaligus Team ME Distrik X Malang)Melalui misa ini, para pasutri yang

hadir diingatkan bahwa tujuan perkawinan bukan untuk mencari kebahagiaan, tetapi berproses di dalam perkawinan, di sanalah terdapat kebahagiaan itu. Dalam misa ini hadir sekitar 500-an umat yang terdiri dari:• Pasutri Paroki Lumajang yang

berulang tahun perkawinan pada bulan November, Desember, Januari, dan Februari (sekitar 70 pasutri)

• Pasutri perwakilan dari paroki sekitar (Paroki Probolinggo 10 pasutri, Paroki Jember 4 pasutri, Pasutri Tanggul 2 pasutri)

• Pasutri Komunitas ME Paroki Lumajang dan Jember (24 pasutri)

• Umat dan DPH Paroki LumajangPara pasutri ME memberikan

pelayanan dalam misa ini sebagai petugas liturgi: lektor, pemazmur, pembaca Doa Umat, petugas persembahan, kolektan, among tamu, dan juga dokumentasi.

Dialog Keluarga Setelah misa berakhir, Panitia HPS

dari Bidang Paguyuban Paroki Lumajang mengarahkan umat berpindah tempat ke aula Paroki Lumajang (Gedung pertemuan

istim

ewa

istim

ewa

Kiri: Puji Tuhan banyak yang datang…dan banyak yang mau ikut WEME Kanan: Sehati sejiwa untuk ME Distrik X Malang

Yos Sudarso) guna mengikuti acara berikutnya, yaitu ramah tamah dan dialog keluarga. Acara yang diawali dengan doa dan santap malam bersama ini sudah dipersiapkan oleh Komunitas ME dan para pasutri yang berulang tahun pernikahan. Sedangkan acara Dialog Keluarga yang berlangsung dalam gaya talkshow dengan narasumber Pastor Alphonsus Tjatur Raharso, dipandu oleh Pasutri Aman-Andy.

Keseluruhan acara ramah tamah dan Dialog Keluarga berlangsung lancar dan meriah, dari pukul 18.30 – 20.30. Umat yang hadir terlihat menikmati, senang, dan antusias mengikuti seluruh jalannya acara sampai dengan ditutupnya acara dengan doa dan berkat penutup dari Pastor Tjatur. Namun bukan berarti kegiatan telah berakhir, selanjutnya masih ada acara bebas, dan para pasutri yang hadir bisa bernyanyi bersama dan berfoto berdua dengan pasangannya di panggung yang telah disiapkan dan didekorasi seperti panggung pelaminan.

Panitia merasa sungguh senang melihat respon umat dan kelancaran penyelenggaraan perayaan Hari Pernikahan Sedunia yang baru pertama kali ini diadakan di Paroki Lumajang. Hal ini sebagaimana tertuang dalam BPS ketua panitia Kormep Lumajang.

Jun - Agst 20190132

BPS- Bapak Alexius Susiadi (Ketua Panita /Ketua Bidang Paguyuban Paroki)

“Awalnya merasa sedih karena beberapa kali pasutri yang ber-HUP (Hari Ulang tahun Perkawinan) diundang untuk rapat/dialog/mendaftarkan diri, namun responnya kurang antusias. Tetapi, begitu hari H, pada waktu misa, ternyata pasutri yang hadir dua kali lipat dari jumlah yang sudah mendaftar. Tak ayal lagi, tempat yang disediakan pun tidak cukup dan terpaksa penempatannya di dalam gereja terpencar. Puji Tuhan, semuanya bisa berjalan dengan baik.”

BPS Aman-Andy (Koordinator ME Paroki Lumajang)

“Awalnya, kami merasa khawatir, apakah WMD bisa terlaksana? Namun, semangat pastor dan semua “seniman paroki” telah menular ke kami semua, sampai dengan gladi bersih, lebih semangat lagi. Kami merasa senang dan terharu atas antusiasme para pasutri. Demikian juga dengan penyediaan makan malam yang semua telah dengan ikhlas dan penuh cinta menyiapkannya untuk dibagikan kepada semua pasutri yang ber-HUP.

Eng.. ing.. eng…, akhirnya sepanjang sore hingga malam itu, kami melihat betapa cinta kasih yang dibagikan semua pasutri melalui persembahan tenaga, waktu, dan materi, sungguh luar biasa mengharukan. Kami merasa bangga dan berterimakasih melihat betapa besar kemuliaan Tuhan, hingga dada ini terasa sesak oleh keharuan.

Semoga semua pasutri memperoleh hikmat yang luar biasa dari acara ini. Semoga hubungan relasi pasutri yang terkasih semakin baik dan selalu dalam kasih-Nya. Harapan kedepannya, semoga misa khusus Hari Perkawinan Sedunia dan juga Rekoleksi Pasutri bisa terus diadakan. Terimakasih, We Love U…We Need U… ■/KT/BI/ER

istim

ewa

istim

ewa

Puji Tuhan…komunitas ME yang luar biasaaa

Pasutri Aman-Andy

33Jun - Agst 2019 01

Rekoleksi WMD Malang dengan Tema: HPku Hilang

KEGIATAN

Bagaimana bila HP hilang?

Rekoleksi diawali dengan penyampaian bahwa HP saat ini sudah menjadi benda penting yang

sangat dekat dengan kita. Kita sudah sedemikian membutuhkan dan terikat dengannya dalam kehidupan sehari-hari. Nah, bagaimana bila kita mengalami kehilangan HP?

Ada empat ilustrasi kehilangan HP dari seorang bapak yang sedang naik kereta api.• Ilustrasi pertama, HPnya jatuh. Ada

seseorang yang melihatnya dan mengambilnya, kemudian langsung mengembalikannya kepada Bapak itu.

• Ilustrasi kedua, HPnya jatuh. Ada seseorang yang melihat dan mengambilnya, namun baru dikembalikan ke Bapak itu pada saat Bapak mau turun dari kereta.

• Ilustrasi ketiga, HPnya jatuh dan

oleh penemunya, HP tersebut tidak segera dikembalikan, tetapi disimpan. Setelah turun dari kereta, Bapak itu baru sadar kalau HPnya hilang dan berusaha menelepon ke nomor HPnya. Panggilan telepon ini dijawab oleh yang menemukan dan bersedia bertemu di stasiun berikutnya untuk mengembalikan HP itu.

• Ilustrasi keempat, HPnya jatuh dan oleh yang menemukan sengaja dimatikan dan dibawa pulang ke rumah. Setelah turun dari kereta, Bapak itu baru sadar kalau HPnya hilang dan berusaha menelepon ke nomor HPnya, namun tidak tersambung. Setelah beberapa hari, orang yang menemukan HP itu baru menghubungi Bapak itu untuk bertemu di suatu tempat untuk mengembalikannya.

“HP-ku Hilang” menjadi tema rekoleksi pasutri dalam rangka menyambut Hari Pernikahan Sedunia (World Marriage Day). Program rehat dari kesibukan untuk menimba semangat rohani dalam hidup bersama dalam keluarga Kristiani ini diselenggarakan oleh Komisi Keluarga Keuskupan Malang, bekerjasama dengan Marriage Encounter (ME) Distrik X Malang dan Paroki Vincentius A Paulo (Langsep). Kegiatan ini berlangsung pada hari Minggu, 17 Februari 2019.

Oleh: Pasutri Maria Endang-Laurensius Suryono

Nara sumber rekoleksi dalam rangka mengisi program World Marriage Day 2019

istim

ewa

Jun - Agst 20190134

Reaksi dan Kadar ‘Terima Kasih’ yang Bervariasi

Dari keempat ilustrasi tersebut, semua menceritakan bagaimana proses HP yang hilang kembali ke pemiliknya. Lama waktu yang berbeda dan kesadaran ‘kehilangan’ yang berbeda berpengaruh pada besar-kecilnya kadar apresiasi/terima kasih yang diberikan kepada si penemu HP.

Pada ilustrasi pertama, nilai apresiasinya tidak sebesar pada ilustrasi kedua. Kadar terima kasih pada ilustrasi ketiga lebih besar daripada ilustrasi yang kedua. Kadar terima kasih terbesar terjadi di ilustrasi keempat. Bisa jadi yang kehilangan HP akan memberikan “upah/hadiah” tambahan kepada si penemu atas “jasanya” itu. Mengapa demikian? Hal ini karena yang kehilangan HP sudah sempat mengalami “rasa kehilangan” yang semakin besar atas sesuatu yang penting dalam hidupnya. Karena itu, ia rela memberikan hadiah untuk mendapatkannya kembali.

Kontradiksi yang Ada dalam Keempat Ilustrasi

Orang yang paling tulus dan menunjukkan kebaikan yang paling besar (seperti yang ditunjukkan dalam ilustrasi pertama) justru memperoleh kadar

apresiasi/terima kasih yang paling kecil dari orang yang dibantu. Sebaliknya, orang yang paling tidak tulus (seperti yang ditunjukkan dalam ilustrasi empat) justru memperoleh kadar apresiasi/terima kasih yang paling besar. Mengapa demikian??

Relasi Suami-IstriDalam kehidupan relasi suami-

istri, seringkali kita juga terjebak menempatkan pasangan kita pada kondisi ilustrasi yang tidak tepat. Itu dikarenakan kita menganggap kebaikan yang dilakukan oleh pasangan kita itu sebagai sesuatu yang wajar, yang sudah biasa atau yang sudah sepantasnya dilakukan. Misalkan suami tidak menghargai atau mengucapkan terimakasih kepada istrinya yang telah menyiapkan dan membawakan kopi, namun ia dengan suka hati mengucapkan terima kasih kepada pelayan restoran yang mengerjakan hal yang sama.

Istri tidak menghargai atau berterima kasih kepada suami yang telah mengantarnya; namun justru mengucapkan terima kasih kepada pengemudi Ojol (Ojek Online). Padahal pasangan kita justru merupakan orang yang sebenarnya paling tulus melakukan

Antusiasme Peserta dalam Program Bina Reksa Semangat Kristiani

istim

ewa

35Jun - Agst 2019 01

kebaikan kepada kita. Namun kerap kali justru memperoleh penghargaan yang paling minim.

Seringkali kita kurang atau tidak mensyukuri, atau bahkan kurang menghargai apa yang telah kita miliki saat ini (baca: keberadaan pasangan kita). Mungkin, suatu saat, setelah kita kehilangan pasangan, barulah kita menyesal dan menyadari betapa berartinya dia bagi kita.

Di penghujung rekoleksi, para pasutri diajak untuk merenungkan dan menyadari bahwa saat ini sedang berada pada ilustrasi keberapa dalam mengapresiasi pasangannya. Selanjutnya para pasutri diajak untuk memperbaiki kualitas relasinya dengan memberikan apresiasi yang lebih baik dan pantas kepada pasangannya. Lakukan segera sebelum semuanya terlambat, mengingat kita tidak pernah tahu kapan waktu kita di dunia ini akan berakhir.

PeneguhanPastor Florentinus Hersemedi

CM, menyampaikan peneguhannya dengan mengajak para pasutri untuk

mendengarkan Injil Lukas 15:11-32, tentang anak yang hilang yang kembali ke rumah bapanya. Bapa yang baik hati mau menyambut anaknya yang telah menghamburkan harta kekayaannya karena ia sudah bertobat dan menyadari akan kesalahan yang telah diperbuatnya. Belajar dari materi rekoleksi tersebut hendaknya para pasutri rajin untuk saling mengucapkan terima kasih atas segala kebaikan yang telah diterima dari pasangannya dan segera memohon maaf atas kesalahan yang telah dibuatnya.

Bertindak sebagai nara sumber dalam rekoleksi ini: Pasutri Lien-Antonius dari ME Distrik IV Surabaya, Pasutri Cicil-Rudy dan Pastor Florentinus Hersemedi CM dari ME Distrik X Malang. Saat rekoleksi berlangsung, suasana ruang Agape sungguh meriah, kelihatan wajah gembira para peserta dengan aktivitas yang penuh tawa karena narasumber dapat menyampaikan materinya dengan baik, serius tapi santai disertai dengan joke-jokelucu sehingga tidak satu pun peserta yang meninggalkan tempat duduknya. (Tulisan telah dimuat di sesawi.net-http://www.sesawi.net) ■/KT/ER/BI

Atas: Pasutri Peserta Rekoleksi Kanan: Pasutri Rudy-Cicill tentang “HP-ku hilang?”

istim

ewa

Jun - Agst 20190136

Pada 12-13 Januari 2019 kami berdua didampingi oleh Pastor Marsel memberikan rekoleksi “Unavoidable Destiny” di Makassar. Satu tema yang pada awalnya ditentang pasangan muda dengan mengatakan bahwa mereka masih muda, tema ini hanya cocok untuk orang tua. Tetapi sebenarnya terbalik. Kami orang tua kebanyakan sudah siap bila sewaktu-waktu dipanggil Tuhan karena semua anak sudah mandiri. Lalu bagaimana dengan pasangan-pasangan muda yang anak mereka masih kecil dan belum siap untuk menjadi single parent? Beberapa teman anak kami usia 40-an ada yang meninggal saat olahraga, saat mengemudi dan saat lembur di kantor. Bagaimana bila istrinya tidak siap untuk membesarkan anak-anak sendirian? Dari questionnaire yang dibagikan kepada peserta ternyata banyak kaum muda baru sadar bahwa rekoleksi ini sungguh penting untuk mereka.

Unavoidable DestinyKEGIATAN

Peserta rekoleksi di Makassar cukup banyak dan antusias, juga pasangan-pasangan muda dan mereka yang

belum mengikuti WEME. Bab I mengenai apa yang sebaiknya kita persiapkan secara sorgawi agar setelah meninggal tidak masuk neraka. Bab II mengenai apa yang sebaiknya kita persiapkan secara duniawi agar bila pasangan mendadak dipanggil Tuhan, baik suami atau istri, bisa tetap meneruskan hidup, membesarkan anak-anak yang masih kecil sebagai singleparent. Bab III temanya “Bloom Where You Are Planted” – berbunga di tempat Anda ditanam. Artinya kita harus meneruskan hidup sebaik-baiknya meskipun telah hidup sendiri.

Menghadapi masa-masa sulit seperti kematian salah satu dari kita, sebenarnya mempunyai 2 pilihan:

Pertama, menyesali hidup ini, dengan marah-marah kepada siapa saja termasuk marah kepada Tuhan, murung, mengurung diri, lari dari kenyataan, lari dari tanggung jawab, sampai sakit-sakitan, lalu mati.

Kedua, kita tetap berjuang untuk mengangkat harkat hidup kita, tentu saja dengan tetap mengharapkan bantuan dari Tuhan karena kita sebenarnya tidak dapat jalan sendiri. Bukan dengan cara “sim salabim” hidup kita langsung berubah, tetapi dengan membuat kita kuat menghadapi “cobaan” ini, berusaha menjadi pribadi dan pasutri yang unggul dan penuh integritas, tetap melayani dimana saja kita berada, tetap memberi dan tetap mau hidup bahagia dengan keluarga.

Di bawah ini adalah sharing Ibu Vina yang telah ditinggalkan suaminya, Deddy, di usia yang masih muda.

Syaloom,Elly-Rusli

Oleh: Pasutri Elly-Rusli

Pasutri Rusli-Elly

istim

ewa

37Jun - Agst 2019 01

Bloom Where You Are PlantedVina

Rekoleksi ini judulnya aneh, membahas sesuatu yang paling menyedihkan yang PASTI akan terjadi di dalam hidup kita, yaitu kematian. Membayangkannya saja semua orang akan mengatakan, “Ih..., amit amit….”

Hal kematian tidak pernah kami bahas selama saya menikah hingga 17 tahun dengan Deddy suami yang sangat saya cintai. 9 tahun saya pacaran dan akhirnya kami menikah. Kami di karuniai 1 orang putra dan 1 orang putri. Saat Deddy meninggal anak pertama berusia 15 tahun dan putri kedua berusia 13 tahun.

Tepatnya tanggal 4 Oktober 2016 Deddy meninggal. Sebelumnya tidak ada keluhan ataupun riwayat penyakit yang dia alami. Kegiatan kami biasa saja hari itu; siang hari kami bersama menjemput anak di sekolah. Saat makan siang, Deddy banyak canda di meja makan. Si kakak kurang selera melihat makanan di meja dan saat itu dia bilang, “Maa………, saya minta telur dadar saja.” Saya jawab, “Makan saja makanan yang ada di atas meja nak.” Lalu papanya menyambung, “Makan, makan sendok…”, sambil tertawa ngejek si kakak, putra pertama kami. Setelah makan anak-anak bergegas ke kamar. Saya dan Deddy masih duduk di meja makan. Lalu Deddy bilang, “Ma, nanti bulan Desember kita akan bebas dari masalah keuangan. Saya akan dapat proyek lagi dan nanti Mama juga naik posisi (di perusahaan asuransi) yang sudah 2 tahun saya di marketing). Saya menjawab, “Hhhhhhhmmmm, janji partai…………,” sambil saya berdiri dan masuk kamar karena Deddy lebih banyak humornya dan mainnya daripada seriusnya.

Lanjut setelah makan malam, saya, Deddy dan Adek (Adek adalah anak kedua kami) nonton dalam kamar. Tiba tiba Deddy bilang, “Ma, kenapa saya sesak nafas?” Saya menoleh dan saya hanya bilang,

“Papa baring-baring saja”. Beberapa menit kemudian saya panggil, “Papa…, tapi dia hanya menjawab, “Hhmm……. “ Saya pikir dia baik-baik saja,. Saya keluar kamar sekitar 5 menit, lalu saya masuk lagi. Saya lihat Deddy tidur lelap sekali. Saya panggil lagi, “Papa…” Tapi dia tidak menjawab. Saya mendekat. Saya pegang kakinya dan saya goyang-goyangkan sambil saya panggil, “Papa…, jangan tidur dulu. Ini masih magrib.” Tapi tidak ada responnya. Saya sentuh pipinya,. Saya tepuk-tepuk pipinya. Saya goyang-goyangkan kepalanya sambil memanggil, “Paa…, papapaaaa,,,, papa kenapa?????” Tidak ada responnya. Lalu saya bilang ke Ade yang lagi nonton di sampingya, “Ade, papa pingsan." Sekejap saya panggil pembantu minta pertolongan tetangga dan langsung Deddy diangkat ke mobil dan dibawa ke Rumah Sakit Grestelina yang tidak jauh dari rumah.

Masuk di UGD langsung ditangani dokter. Saya lihat dokter memeriksa nadinya lalu membuka matanya, lalu dokter bilang, “Alat jantung“ dan suster lalu bergegas mengambil alatnya. Saya melihat beberapa kali dipompa. Setelah itu ada kertas print keluar. Dokter mengambil dan langsung mengatakan, “Bu…, Bapa sudah tidak ada.” Saya menjawab, "Maksudnya????" Dokter bertanya lagi, "Bapak ada riwayat jantung???" Saya jawab, "Tidak!” "Bapak ada riwayat asma???” Saya jawab, “Tidak!”

Ibu Vina dan keluarga

istim

ewa

Jun - Agst 20190138

Lalu dokter tanpa kata-kata meninggalkan saya. Saya tepuk-tepuk pipinya Deddy. Saya teriak histeris, “Papa kenapa???? Papa kenapa?????" Tidak lama suster datang mengikat kakinya dengan verban dan menutupnya dengan kain putih. Saya tambah histerisss. Saya berteriak, “Papaaaa…, Papaaaaaa…!” Saya dituntun, berjalan ke ruangan paling belakang RS Grestelina. Di ruangan itu tertulis KAMAR JENAZAH. Saya tambah histeris melihat orang yang paling saya sayangi ada dalam ruangan itu. Setelah beberapa lama, lalu kami membawanya pulang ke rumah. Suasana duka yang sangat berat saya rasakan. Semua orang yang hadir berduka, rumah ikut berduka, lemari, tempat tidur, meja makan saya lihat semua berduka. Termasuk patung Hati Kudus Yesus dan Patung Hati Kudus Bunda Maria yang ada di meja doaku, di kamar saya lihat ikut berduka. Saya menatap patung itu dan bertanya, “TUHAN... MENGAPA TUHAN JUGA BERDUKA??? Kan TUHAN panggil Deddy?" sambil saya menangis di meja doaku. “Kenapa Tuhan cepat sekali memanggil Deddy???”

Bapak, ibu yang terkasih, ruang tamu indah dalam rumah kita suatu saat akan ditempati peti jenazah orang yang paling kita cintai.

Semasa hidupnya, Deddy tidak membuat akte warisan karena kami tidak memliki harta yang banyak, hanya 1 buah mobil dan 1 unit rumah. Dia hanya mewariskan beberapa polis asuransi yang sebelumnya dengan setengah terpaksa saya masukkan. Warisan dari Asuransi inilah yang sekarang menopang kebutuhan hidup dan biaya sekolah anak-anak. Juga saya tetap aktif sebagai marketing (agen) Asuransi PT AJ CAR.

Dua tahun sudah berlalu. Banyak kenangan yang selalu saya kenang bersama anak-anak. Kenangan lucu, kenangan konyolnya Deddy, kenangan humoris itu semua membuat kami tersenyum; saat

mengingatnya. Sampai sampai si Kakak bisa meniru kelakuan-kelakuan papanya yang lucu dan kami bisa tertawa bersama.

Namun banyak kenangan yang membuat saya pribadi sering menangis. Kenangan saat saya mengecewakan Deddy. Semua perilaku saya yang membuat Deddy kecewa itu menjadi kenangan yang sangat menyedihkan. Kadang dalam kesedihan saya merenung, menghayal dan saya berandai-andai, ANDAIKAN WAKTU DIPUTAR DAN SAAT INI DEDDY MASIH DI SAMPINGKU, saya akan menggenggam tangannya erat-erat. Saya akan memeluknya kuat-kuat. Saya berjanji dan saya mau katakan, "PAPA…, SAYA JANJI TIDAK AKAN PERNAH MENGECEWAKANMU LAGI....”

Saat sharing ini saya sampaikan di depan peserta rekoleksi, saya sempat meminta pada semua pasutri peserta untuk menggenggam erat tangan pasangan masing-masing selagi masih hangat. Manfaatkan waktu Anda, ungkapkan cinta dan perhatian serta terima kasih atas hal-hal baik yang telah dilakukannya.

Mungkin, selama ini saya pikir bahwa hal baik yang ia lakukan adalah hal lumrah yang tidak perlu diapresiasi. Namun, saya merasakan, sesak dada saya saat saya tak punya lagi kesempatan untuk berterima kasih, say “I Love You” atau apresiasi apapun atas semua kebaikan dan cintanya yang telah diberikan selama 17 tahun untuk saya dan anak-anak. Selagi masih ada waktu, manfaatkan kesempatan, jangan saling mengecewakan, karena hanya penyesalan yang dalam saat menyadari bahwa kita telah mengecewakan pasangan saat masih bersama dulu. Jangan tunda, “If tomorrow never comes….”

Tentu saja, tidak akan pernah ada kata ‘siap ditinggal oleh pasangan’ seandainya saya ditanya, “Kapan Anda merasa siap ditinggal oleh pasangan?” Kematian adalah sesuatu yang tak terelakkan, rahasia Ilahi yang akan datang dalam kehidupan siapapun, bahkan pasti datang.

39Jun - Agst 2019 01

Seandainya semua pasangan sempat menyiapkan diri bagaimana bila salah satu pergi lebih dahulu, mungkin perasaan duka, nestapa dan kehilangan akan lebih ringan ditanggung dan tidak berlarut-larut meratapinya. Persiapan seperti diarahkan dalam materi seminar sungguh berguna dan layak dilakukan sebab waktunya pasti akan tiba dan tidak bisa kita hindari.

Kini setelah Deddy tidak bersamaku lagi, saya harus tetap siap menghadapi kehidupan bersama anak-anak. Apapun harus bisa saya lakukan dan upayakan untuk melanjutkan kehidupan, ‘the show

must goi on’. Secara materi saya sangat berterima kasih pada perusahaan asuransi yang telah menjamin kehidupanku dengan anak-anak.

Saya merasa beruntung tidak mengalami kekacauan ekonomi sepeninggal Deddy dan tetap bisa melanjutkan kehidupan bersama anak-anak. Seperti halnya bab 3 dari rekoleksi ini, ‘BLOOM WHERE YOU ARE PLANTED’, saya tetap harus bisa berbunga dan menghasilkan buah di manapun saya ditanam dalam kehidupan ini. Tuhan maha baik, saya yakin dengan pertolongannya semua berlangsung dengan baik. ■/KT/BI

Jadwal WEME Juni-September 2019Distrik/Wilayah Jun Jul Agst Sept Yang berminat silahkan menghubungi:

I JAKARTA 21-23 12-14 16-18 13-15 Kris-Netty: Hp.081584411480(K) / 081310289988(N)

II SEMARANG 21-23 - 23-25 -Tutus-Asri: Hp.081326499867 Sarwoto-Manisah: Hp 081325426388(S) / 081390484645(I) Mardi-Saodah: Hp.087832714666

III JOGLOLANG 28-30 - - 13-15 Agus-Vero: Hp.08112512510(A) / 08112511589(V)IV SURABAYA

Yuyun-Didik: Hp.08883232955(Y) / 08123046278(D)Pacet 28-30 - 30/8-01/09Madiun 21-23 - - -Blitar 28-30 - - -Kediri - 05-07 - -

V PURWOKERTO - 12-14 - 20-22 Heri-WIwit: Hp.0817180702(H) / 085601011994(W)

VI BANDUNG 21-23 - 23-25 -Budy-Justina: Hp.08122445898(S) / 08164826543(I) Hendro-Vero: Hp.085810281111(V) Laurent-Dewi: Hp.087821100118(L)

IX MAKASSAR - - 09-11 -Imelda-Fendry: Hp.816276782(I)Yuli-Yo: Hp.08124230723(Y)

X MALANG - 26-28 - - Rudy-Cicilia: Hp.08129631632(R) / 081236060060(C)XII DENPASAR 28-30 12-14 - -

Kirno-Dewi: Hp.08123604600Hirawan-Sisil: Hp.081337172225Bedugul - 26-28 - 13-15

Kuta - - 23-25 -XIII CIREBON - - 02-04 - Heri-Sylvia: Hp.081214078569(H) / 087786554555(S)XIV BANJARMASIN - - 23-25 - Anton-Nining: Hp.085249449962(A) / 0816212300(N)XV PANGKALPINANG - 05-07 - - Sulis-Milla: Hp.081367474346

Ahon-Yuyun: Hp.081367474346Tanjung Pandan - - 30/8-01/09XVII SAMARINDA - 19-21 - - Beny-Hety. Hp.08115870716(B) / 081254541093(H)Wil. BOGOR - - 02-04 - Nico-Prissy: Hp.08115421474(N) / 081584258272(P)Wil. PALANGKARAYA - - - -

Bambang-Ligi: Hp.081258023171(B) / 0811527750(L)Sampit - - - 06-08

Wil. SORONGOce-Chen: Hp.081248512878

Kaimana 07-09 - - -

Jun - Agst 20190140

Salah satu hadiah terindah yang boleh diterima oleh umat Katolik di Keuskupan Agung Makassar ialah WeekEnd ME di Malino, yang dibawakan oleh beberapa Pasutri dari KAJ dan Pastor Coor V.d. Meerendok, CICM. WeekEnd ME yang pertama kali itu diselenggarakan pertengahan tahun 1980 dan diikuti oleh beberapa Pastor CICM serta sekitar dua puluhan pasutri, ditandai sebagai hari Ulang Tahun Gerakan ME-KAMS, yang meliputi Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara.

Adalah Kordis kesepuluh ME Distrik IX Makassar, Pastor Marsel L.T. dan Pasutri Yuli-Yo, yang menggagas peringatan

38 tahun, masuknya ME di Makassar, sebagai salah satu program kerja mengawali karya pelayanan sebagai Kordis kesepuluh ME Distrik IX Makassar.

Tak pake lama, Kordis yang enerjik yang dalam otaknya tersimpan aneka ide ini langsung membentuk panitia, yang ketuanya dipercayakan kepada Pastor Lucas Paliling

HUT ke-38 Marriage Encounter Distrik IX KAMS

KEGIATAN

dan Pasutri Olin-Cristo, salah satu the risingstar tim ME Distrik IX. Panitia ini dilengkapi beberapa imam, suster, frater dengan beberapa pasutri potensial yang mendapat dukungan penuh dari segenap Komunitas ME Distrik IX KAMS. Gebrakan pertama dari panitia yang kompak ini ialah dengan mengadakan donor darah, jalan santai dan fancy fair yang kesemuanya dipusatkan di Bumi Rajawali, Makassar, pada hari Minggu 4 November 2018.

Acara kemeriahan yang dikemas ala ME ini diisi dengan perlombaan dansa balon pasutri, Poco-Poco, Tari Maumere dan lain-lain. Serta diselingi penarikan kupon berhadiah serta doorprize. Mulai dari anak-anak, orang muda dan tua berbaur menjadi satu dalam kebersamaan, larut dalam kegembiraan di hari Minggu yang ceria, tercipta berkat kerja keras panitia pelaksana tanpa kecuali. Acara ini pun mendapat dukungan penuh dari seluruh Komunitas ME, baik dari kota Makassar maupun dari daerah dalam lingkup Keuskupan Agung Makassar.

Kerja keras dari panitia menjadi paripurna dalam acara puncak “Gala Night” yang diselenggarakan pada Sabtu, 1 Desember

Oleh: Pasutri Magda-Randy Kusthio, Makassar

41Jun - Agst 2019 01

2018, bertempat di Ballroom SWISS-BEL In Hotel Panakukang. Sejak sore menjelang malam, Ballroom Hotel telah disesaki oleh ratusan pasutri, imam, biarawan-biarawati yang berdatangan dari segala penjuru, mulai dari angkatan pertama sampai angkatan terakhir (94). Setelah doa pembukaan yang dibawakan oleh Pastor Kordis, acara demi acara mengalir seperti air Sungai Jeneberang diselingi dengan penarikan undian kupon berhadiah dan doorprize.

Salah satu acara yang sangat mengesankan sekaligus menyentuh ialah pemberian penghargaan dan cinderamata dari Kordis ME kesepuluh kepada sembilan Kordis pendahulu. Acara ini membuat kami sebagai mantan Kordis memberikan apresiasiyang setinggi-tingginya dan salut kepada panitia dan Kordis yang sedang menjabat,

Pastor Marsel L.T. dan Pasutri Yuli-Yo. Betapa tidak, karena baru pertama kali kami para mantan Kordis merasa tersentuh, dicintai dan dihargai.

Kemeriahan dan kebersamaan diantara seluruh Komunitas ME, para pasutri, Imam, Suster dan Frater ditandai dengan dansa bersama, Polonaise, dilanjutkan dengan Waltz, Cha Cha, Jive dan seterusnya. Menjelang tengah malam acara Unforgettable disudahi dengan doa penutup dari ketua panitia, Pastor Lucas Paliling. Sesudah hadirin menyanyikan lagu kebesaran ME, “Ada Dunia Baru”, para tamu pulang dengan rasa puas dan penasaran, ‘Kapan lageee…' ■/KT/BI

Foto-foto: istimewa

Keceriaan HUT ke-38 ME Distrik IX KAMS

Jun - Agst 20190142

SMK yang kumaksud dalam tulisan ini adalah kependekan dari Sakramen Maha Kudus. Ini adalah nama sebuah Gereja Katolik yang berada di jalan Pagesangan Baru no. 4 Surabaya. Gereja SMK ini tergolong Gereja yang baru, karena baru tanggal 10 November 2000, selesai dibangun dan diresmikan oleh Presiden RI, yaitu Presiden Abdul Rahman Wahid (Gus Dur). Beliau saat itu meresmikan Masjid Akbar (Masjid Agung), Surabaya yang letaknya bersebelahan dengan Gereja SMK. Saya sendiri baru 3 tahun tinggal di Paroki SMK, karena sebelumnya saya tinggal di Paroki Kelsapa yang dikenal sebagai Gereja tertua di Surabaya.

SMK-Ku BangkitKEGIATAN

Karena belum lama di tempat yang baru, kami tentu belum banyak mengenal umatnya, terkecuali

umat selingkungan. Namun, ketika saya melihat di Gereja SMK banyak sekali anak-anak kecil yang diajak orangtua pergi ke gereja, ini bisa berarti banyak keluarga mudanya.

Saya ingat, pernah ikut misa ME di Paroki SMK, saat itu dipimpin oleh Bapak Uskup Mgr Hadiwikarta (alm), maka terbersitlah sebuah pertanyaan, “bagaimana kehidupan gerakan ME di Paroki SMK? Supaya saya bisa bergabung juga.” Sebanyak saya bertanya, sebanyak itu juga jawabnya, bahwa ME di Paroki SMK sedang tertidur lelap. Usut punya usut, ternyata Handoko (Ferry), Kormep Paroki SMK sedang sakit, hingga akhirnya Handoko dipanggil pulang ke Surga (Semoga beliau beristirahat damai disisiNya dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan olehNya). Biasanya mereka berdualah yang mengurus semua kegiatan ME di Paroki SMK.

Untunglah dalam keadaan demikian, ada sepasang pasutri muda yang menanggapi panggilan Tuhan, sehingga melalui Pasutri Meme-Jacob, selaku Kordis Surabaya, diangkatlah Pasutri Riska-Erwin menjadi Kormep SMK. Kerja keraspun segera dimulai, dengan dibantu oleh Tanti (+)-Yitno, Pasutri Yanti-Yoyok dan teman-teman lainnya terjaringlah 9 pasutri calon peserta WEME. Tetapi

Oleh: Pasutri Mur-(Yanto)

Mur

istim

ewa

43Jun - Agst 2019 01

ternyata ini hanyalah ujian bagi Kormep baru karena pada hari H, 9 pasutri tersebut mundur teratur dan tidak ada satupun yang mengikuti WEME. Akhirnya kami pun sepakat untuk berdoa bersama, terus berdoa memohon kepada Tuhan agar ME di Paroki SMK boleh bangkit, dan doa panjang kami pun terjawablah sudah, pada WEME 16-18 November 2018, Tuhan mengirimkan 4 pasutri peserta WEME. Dengan hati yang berbunga-bunga Kormep dan aktivis ME SMK mengantar 4 pasutri tersebut sekaligus bertugas menjadi panitia penerima peserta WEME di Bintang Kejora, Pacet.

Empat pasutri merupakan hadiah yang luar biasa dari Tuhan untuk mengawali kebangkitan ME Paroki SMK. Pada saat penyambutan peserta WEME yang baru turun gunung, banyak pasutri-pasutri lama yang hadir. Terlihat wajah-wajah cerah penuh kerinduan serasa terobati. Keakraban sendu dan haru memuncak saat para “pengantin“ datang, ditambah saat mendengarkan nada-

nada haru ketika mereka dipertemukan dengan mutiara-mutiara hatinya. Proficiat Kormep baru kita, Pasutri Riska-Erwin, proficiat Kordis Pasutri Meme-Jacob, juga semua pasutri komunitas ME Paroki SMK. Tidur lelap sudah selesai, mari kita bangkit bersama menuju dunia baru, hatiku pun lega penuh haru dan bangga, “Terima kasih Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus, karena Engkau tidak pernah meninggalkan kami sehingga saat itu saya bisa melihat SMK-ku telah bangkit!”

Weloveyou&weneedyou...■/EA/BI/KT

Misa ME di Paroki Sakramen Maha Kudus

Penyambutan Peserta WEME di Paroki Sakramen Maha Kudus

istim

ewa

istim

ewa

Jun - Agst 20190144

Kitab Suci mengisahkan kepada kita pujian baik kepada Allah maupun kepada manusia, terutama dalam hidup perkawinan. Secara khusus kali ini, kita akan mendalami apa yang dikatakan Alkitab mengenai pujian dan bagaimana pujian itu diterapkan kepada suami isteri dan keluarga baik secara langsung maupun tidak langsung. Berpangkal dari pokok tersebut, kita akan melihat bagaimana secara khusus pujian itu menumbuhkan cinta sebagaimana diungkapkan dalam Kitab Kidung Agung.

Pujian Menumbuhkan Cintadan doa. Pujian menjadi inti dari cara membangun relasi antara manusia dengan Allah dalam Ibadat. Mzm 9:2-3. “Aku mau bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib; aku mau bersukacita dan bersukaria karena Engkau, bermazmur bagi nama-Mu, yang Mahatinggi.”

• Kitab Suci juga mengungkapkan dua tipe pujian kepada Allah. Tipe pertama adalah pujian palsu dan yang kedua adalah pujian yang benar. Pujian palsu adalah ungkapan syukur yang tidak disertai dengan perbuatan dan perkataan yang baik. Yes 29:13 mengatakan: “Dan Tuhan telah berfirman, “Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia  yang dihafalkan..” Tuhan Yesus mengungkapkan hal itu sebagai kemunafikan. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Yakobus: “ Dengan lidah kita memuji TUHAN, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah. Dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini saudara-saudaraku tidak boleh demikian terjadi” (Yak 3:9-10).

• Pujian yang sejati adalah pujian dari hati, yang dilakukan sungguh-sungguh yang mengalir dari relasi yang mendalam dengan Allah. Pujian sejati terwujud dalam perbuatan baik dan sikap hormat kepada orang lain. Pujian yang sejati memupuk relasi semakin mendalam antara Allah dan manusia.

KELUARGA KUDUS

Oleh: Pastor Y. Aristanto HS, MSF

istim

ewa

Pujian Bernuansa Ilahi

Bahasa Kitab Suci mengenai pujian adalah “barak”, “yadah” atau “halel”. Bahasa pujian ini paling sering

ditujukan kepada Allah. • Pujian itu diungkapkan karena orang

memiliki pengalaman iman yang “extraordinary”, baik menyangkut kejadiannya maupun perspektif imannya. Pujian itu diungkapkan dengan berkata-kata tentang kebaikan Allah, menyanyi, memainkan musik,

Pastor Y. Ariatanto HS, MSF

45Jun - Agst 2019 01

Pujian untuk ManusiaKitab Suci juga mengajarkan

kebijaksanaan mengenai pujian dalam relasi antar manusia; ini berlaku juga bagi relasi suami isteri dan relasi dalam keluarga. Ada beberapa tema yang diberikan Kitab Suci mengenai pujian.

• Memberikan pujian secara tulus adalah ungkapan kebaikan hati, mengasihi dan tidak boleh diabaikan (bdk, 1 Kor 4;5; 1 Pet 1:7).

• Menerima pujian adalah hal yang layak dan wajar sebagimana diungkapkan dalam Rm 13:3 mengungkapkan: “Teruslah lakukan yang baik dan engkau akan memperoleh pujian darinya”. Pujian itu muncul dari pihak lain; bukan dari pihak diri sendiri. Ams 27:2 “Biarlah orang lain memuji engkau dan bukan mulutmu.”

• Kitab Suci juga mengingatkan bahwa pujian itu juga bisa menjadi pujian palsu. Mzm mencatat: Segala yang mereka lakukan adalah berdusta terhadap satu sama lain; bibir yang menyanjung, berbicara dari hati yang bercabang. (Mzm 12;2,3) Mereka menggunakan lidah bukan untuk membantu orang lain tetapi menindas (bdk Mzm 12:5,6)

• Kitab Suci mengingatkan kita supaya pujian itu kita lakukan dengan wajar; jangan dibombastis menjadi sebuah sanjungan, seakan-akan luar biasa. Sanjungan itu seperti jerat yang dipasang di depan kaki orang (bdk Ams 29:5). Hal yang sama juga dilakukan oleh orang Farisi kepada Yesus: ”Guru, kami tahu engkau selalu mengatakan yang benar dan mengajarkan jalan Allah sesuai kebenaran, dan engkau tidak peduli kepada siapa pun, karena engkau tidak memandang penampilan luar orang.” (Mat 22:15-22). Kitab Suci

mengingatkan kepada kita supaya kita tidak hidup dari sanjungan dan hanya mau menerima sanjungan. (Bdk. Kisah Ahab dalam 1 Raj 22:13) atau menyanjung orang untuk diterima ”Tidak pernah kami datang dengan kata-kata sanjungan. . . ataupun dengan kedok palsu demi ketamakan.” *Ayb 32;2122, 1 Tes 2:5,6).

• Sikap orang terhadap pujian menjadi penting. Ams mengatakan “Emas dan perak diuji dalam perapian; orang dikenal dari sikapnya terhadap Pujian (Ams 27:21). Hendaknya orang tetap rendah hati dan tidak menjadi sombong.

Secara umum Kitab Suci mau mengatakan bahwa “Pujilah orang karena ia pantas dipuji.” (Bdk, Ams 15:23)

Pujian Suami IsteriDasar-dasar moral tersebut penting

kita pakai dalam pujian antar suami isteri. Memang Kitab Suci tidak secara khusus berbicara mengenai pujian suami isteri, tetapi Kitab Suci memberikan dasar moral pujian antar manusia dan terlebih lagi memberikan contoh jelas pujian suami isteri yang tercantum terutama dalam Kitab Kidung Agung.

Perlunya PujianPujian yang layak itu merupakan

ungkapan yang wajar dari relasi kasih suami isteri. Pujian adalah kebutuhan dasar pengalaman dikasihi oleh pasangan. Pujian menjadi tanda bahwa kita tidak fokus pada diri sendiri tetapi fokus dan memberikan perhatian pada pasangan kita.

Pujian yang tulus jika diberikan itu akan menjadi “bahan bakar” cinta suami isteri. Maka Ams 15:23 mengingatkan pentingnya pujian dan ketepatan waktu dalam memberikan pujian “ Sepatah kata pada waktu yang tepat oh, betapa baiknya”.

Jun - Agst 20190146

Memuji berarti menemukan hal baik dalam diri pasangan.

Sering kita berkata demikian “tidak ada pribadi yang sempurna”. Pernyataan ini tidak dimaksudkan sebagai sebuah toleransi terhadap kesalahan; kesempurnaan tidak sama dengan memuaskan kita atau seperti yang kita bayangkan. Lebih baik menggunakan sebuah pernyataan bahwa Allah menciptakan suami isteri itu baik dan sangat baik. Maka menemukan kebaikan pasangan sama dengan menemukan kebaikan Allah dalam dirinya. Kita tidak mencari-cari kelemahan, dosa, titik lemah pasangan kita untuk mengoreksinya supaya menjadi sempurna; tetapi kita belajar untuk menemukan kebaikan dalam diri pasangan. (Bdk, Mzm 130:3)

Menemukan kebaikan dalam diri pasangan berarti mengubah perspektif dan tuntutan kita terhadap pasangan. Cara pandang negatif kitalah yang pertama-tama perlu dibersihkan. Tuhan Yesus dalam LUK 6:42 mengungkapkan “ Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”

Memuji berarti mengakui kebaikan pasangan

Kisah persembahan janda miskin dalam Luk 21:1-4 atau kisah wanita Kanaan dalam Mrk 5:34 atau kisah tentang perwira yang hambanya sakit dalam Luk 7:1-10, dapat menjadi inspirasi bagi kita tentang “Pengakuan mengenai kebaikan orang lain.” Mengakui berarti membenarkan keberadaan kebaikan dalam diri pasangan. Mengakui itu berarti mengungkapkan,

mengatakannya kepada orang yang bersangkutan tetapi juga secara umum.

Pengakuan akan kebaikan pasangan itu harus didasarkan pada sebuah pengalaman konkret. Pujian atas kualitas kebaikan pasangan yang tidak didasarkan atas kenyataan justru menjadi batu sandungan bagi orang lain karena orang akan berkata dalam hatinya “dia tidaklah seperti itu”.

Pengakuan dan pujian kebaikan pasangan tidak boleh ditunda. Pengakuan dan pujian itu akan basi karena tidak ada kenyataan pendukungnya. Amsal 3:27 mengatakan, ”Jangan menahan kebaikan dari orang yang berhak atasnya, apabila engkau memiliki kuasa untuk melakukannya.”

Memuji itu menumbuhkan relasi kasih Pujian yang tulus yang kita berikan

kepada pasangan kita itu menguatkan pasangan untuk dengan sepenuh hati melakukan yang terbaik. Kualitas kebaikannya akan semakin meningkat. Ibr 10:24 mengatakan, “Biarlah kita memperhatikan satu sama lain untuk menggerakkan kepada kasih dan perbuatan yang baik”. Kata-kata itu punya kuasa sebagaimana diungkapkan dalam Amsal 18:20-21.

Bagi kata-kata yang diucapkan ada akibat yang harus dirasakan. Lidah mempunyai kuasa untuk menyelamatkan hidup atau merusaknya; orang harus menanggung akibat ucapannya.

Pujian Suami Isteri dalam PuisiKidung Agung (dalam bahasa Ibrani

disebut Shir-HaShirim yang artinya nyanyian di atas segala nyanyian) memberikan kepada kita bahasa khas puisi bagaimana suami isteri saling memuji kebaikan satu sama lain. Dasar pujian itu bukan fantasi tetapi sungguh hadir dalam pengalaman mempelai. Ada beberapa hal

47Jun - Agst 2019 01

yang dapat kita cermati bagaimana pujian itu diungkapkan. Kita mengambil contoh dan pola dari Kidung Agung 1:1-17;4:1-16 (pujian terhadap mempelai perempuan); 5:1-16 (pujian terhadap mempelai laki-laki). Setidaknya ada beberapa hal mendasar yang muncul dalam setiap nyanyian:• Sebutan mesra “kekasih jelita” dan

penggambaran keindahan pribadi dalam sebuah deskripsi yang indah “kijang, kuda betina, puteri, bunga pacar, bunga bakung” dan kata-kata yang penuh cinta “manisku, jelitaku, jantung hatiku, dan lain sebagainya”.

• Deskripsi kebaikan baik atas penampilan fisik maupun kualitas pribadi. Kualitas kebaikan fisik itu disebutkan dalam beberapa ungkapan ini: ”bagaikan merpati matamu, rambutmu bagaikan kawanan kambing." Atau kualitas kebaikan yang digambarkan secara metafor: ”Tunas-tunasmu merupakan kebun pohon-pohon delima dengan buah-buahnya yang lezat.... O, mata air di kebun, sumber air hidup, yang mengalir dari gunung Libanon." (4:13-15)

• Keindahan yang dirasakan ketika berada bersamanya: “betapa nikmat kasihmu, dinda, pengantinku! Jauh lebih nikmat cintamu dari pada anggur, dan lebih harum bau minyakmu daripada segala macam rempah.” (ay 4:10)

• Undangan membangun kasih bersama: “bangunlah, hai angin utara, dan marilah, hai angin selatan, bertiuplah dalam kebunku, supaya semerbaklah bau rempah-rempahnya.” (4:16)

• Komitmen pribadi juga terungkap dalam akhir Kitab Kidung Agung: “Akan kubimbing engkau dan kubawa ke rumah ibuku, supaya engkau mengajar aku. Akan kuberi kepadamu anggur yang harum untuk diminum, air buah delimaku.” (8:2)

Secara umum, Kitab Kidung Agung mau menunjukkan “bahasa khas” pujian suami isteri yaitu romantisme tanpa kehilangan dasar kenyataan hidup. Bila bahasa khas ini dipupuk dan digunakan, maka benar kata Kidung Agung: “Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina.” (Kid 8:7)

Pertanyaan untuk DialogTulislah 10 kebaikan yang anda

rasakan dari pasangan anda. Berikanlah urutan sesuai dengan “yang paling anda rasakan”. Kemudian buatlah BPS: 1. Apa kebaikan yang paling kualami

dalam relasi denganmu?2 Apa yang kurasakan dari dalam diriku

menerima pujianmu atas kualitas hidupku?

Evaluasi untuk dialog kita:

1. Apakah pujian yang aku buat itu ada dasar kenyataannya; apa yang membedakannya dengan sanjungan?

2. Apakah pujianku itu membuat pasanganku bertumbuh dalam kebaikan?

3. Apakah pujianku itu semakin membuat relasiku dengan pasangan semakin dekat dan erat?

Morist MSFDistrik II Semarang

Jun - Agst 20190148

Database MEI adalah catatan yang berisi nama semua peserta WEME yang diselenggarakan di Indonesia. Data tersebut meliputi identitas peserta, angkatan, kota penyelenggara, alamat dan HUP para pasutri. Saat ini sudah tercatat peserta WEME Indonesia sejumlah 33.269 pasutri, 1.335 pastor dan 1.580 suster.

Database Marriage Encounter Indonesia (MEI)

punya ide untuk membukukan nama-nama para peserta setiap mengakhiri WeekEnd, bukan saja peserta yang dari Jakarta, tapi peserta dari setiap WEME di mana pun di Indonesia. Maklumlah, setelah beliau menyadari betapa indahnya pengalaman mengikuti WEME, beliau berusaha untuk membagi indahnya nilai-nilai ME. Bapak Marsidi dan Mbak Iyah bersama Pasutri Tony-Greta (A001) kemudian menjadi im WEME, dan beliau jugalah yang selalu melayani penyelenggaraan WEME di mana pun. Mereka bersama Pastor Piet Nooy SVD yang membuka WEME di Semarang, Joglolang, Surabaya, Purwokerto dan seterusnya. Luar biasa jiwa pengabdian mereka tanpa kenal lelah, berkorban meninggalkan keluarga demi berkembangnya ME di Indonesia. Beliau sadar bahwa untuk membangun Gereja kecil yang bahagia, sejahtera dan rukun adalah dengan melalui nilai-nilai ME yang perlu dinikmati setiap keluarga kecil.

Hingga pertengahan tahun 1977 barulah tim WEME bertambah, yaitu dengan bergabungnya Charlo-Ida yang menambah maraknya tim WEME. Kami, Betty-Irwan, baru mengikuti WEME akhir tahun 1984. Saat itu semangat kami menggebu-gebu, dan pada tahun 1985 kami disodori tugas oleh Pasutri Talieb-Lies sebagai pendata dan sekaligus rekruter, yang sekarang disebut Koordinator Weekend ME.

SEPUTAR ME

Oleh: Pasutri Betty-Irwan

istim

ewa

Sejarah Pencatatan Database

Persisnya tidak ingat kapan kami mengambil alih tugas pendataan register dari Bapak Marsidi. Beliau

adalah peserta WeekEnd ME Indonesia angkatan pertama dengan nomor registered A002 yang dilaksanakan pada 25-27 Juli 1975 di Evergreen Resort daerah Tugu, Cisarua. Syukurlah Bapak Marsidi

Pasutri Betty-Irwan

Mengenal ME

49Jun - Agst 2019 01

Saat itu mereka harus mengikuti AsianConference ke Jepang, dan kami diminta menggantikannya sementara. Ternyata tugasnya untuk menjaring peserta yang diberikan pada kami sekaligus sebagai Koordinator WEME Distrik I Jakarta. Kami pun bertugas menghubungi antrian calon peserta WEME yang saat itu ada sekitar 200 nama pasutri. Syukurlah, usaha kami cukup menyenangkan, karena banyak calon-calon yang bisa mengalami WEME. Jadwal WEME yang semula setahun hanya 4-5 kali akhirnya bisa kami laksanakan minimal 9-10 kali dan selanjutnya terus bertambah dari waktu ke waktu sehingga kami tidak kesulitan mencari tim pasutri dan pastor untuk melayani WEME sesuai dengan waktu yang sudah di jadwalkan.

Setiap selesai pelaksanaan WEME, data peserta harus diserahkan ke Bapak Marsidi untuk dicatat dalam buku besar dan untuk itu kami berdua selalu mengunjungi rumahnya. Melihat semakin hari Bapak Marsidi semakin nampak sepuh, kami menjadi tidak tega membiarkan beliau yang mengurus keberadaan database MEI (saat itu database dilakukan dengan tulis tangan atau diketik). Kadang beliau menerima data lewat faks dengan tulisan tangan pula dan ini tentu merepotkan karena harus dicatat dalam buku besarnya.

Timbullah niat dalam hati untuk membantu beliau menangani database peserta WEME dari seluruh Indonesia. Akhirnya kami memberanikan diri menyampaikan ingin membantu untuk register nama-nama peserta. Menanggapi usulan kami, spontan Bapak Marsidi mengatakan. “Nah..., ini yang saya harapkan. Ada orang yang mau meneruskan tugas saya.” Sekilas nampak gurat senang di wajahnya dan beliau kelihatan lega

dan sambil tertawa mengatakan, “Sudah lama saya pikirkan, siapa ya... yang mau meneruskan tugas ini. "

Komputerisasi Data Base Data peserta WEME yang semula

tertulis dalam buku besar milik Pak Marsidi, akhirnya kami masukkan dalam program komputer. Berikut adalah sharing kami mengerjakan data base tersebut.

Betty Pada tahun 2004, semua data yang

ada, sudah kami salin ke komputer. Padahal saya baru belajar memakai komputer. Sebelumnya, saya anti banget dengan komputer. Hal ini karena saya merasa jengkel melihat Irwan kalau sudah duduk di depan komputer tidak sadar bahwa masih ada orang yang perlu diajak omong lah.... Rasanya saat itu saya hanya dianggap angin lewat.

Selanjutnya, untuk membuat perlengkapan WeekEnd, saya perlu minta disediakan mesin tik. Maka dibelilah mesin tik elektrik yang cukup canggih, sehingga saat harus beralih ke komputer mudah saja menjalankannya. Kami sadar akan kemajuan teknologi yang terus berkembang dan keperluan kami sebagai Koordinator WeekEnd saat itu, untuk menyerahkan data peserta kepada para tim yang berangkat WeekEnd. Sarana mesin tik canggih itu sungguh memudahkan kami dalam penyediaan data tersebut.

Dalam era komputer, mulailah kami bekerja menyalin semua data dari Bapak ke komputer sekalian mengecek nomor-nomor ID. Ketika itu kami menerima sebanyak 9 buku besar panjang yang ditulis tangan dan tempelan hasil ketikan. Hal ini memerlukan ketelitian agar tidak

Jun - Agst 20190150

ada data yang terlewat atau tertulis dua kali. Namun tidak semua Kordis sudah menggunakan komputer, maka kami masih sering menerima kiriman data peserta WEME melalui pos atau faks. Itu artinya kami harus mengetik dan memasukkan ke dalam komputer. Tapi syukurlah sekarang e-Mail sangat meringankan pekerjaan kami. Selain juga ada WA yang semuanya bisa langsung diregister.

Kemudahan sarana komunikasi juga menyebabkan data anggota baru ME cepat bisa dicatat karena jumlah pelaksanaan WEME juga jauh meningkat dibandingkan beberapa tahun lalu. Meski demikian kami prihatin juga, kadang ada distrik yang mengirim data secara tidak lengkap. Hal ini tentunya merepotkan, karena kami harus meminta lagi ke distrik yang menyelenggarakan WEME.

Irwan Saya sering terlibat membantu

Betty dalam urusan teknis komputer atau program yang Betty belum pahami. Betty sifatnya kurang sabar, maunya cepat dan kadang menggebu kalau sudah ada maunya. Kalau minta format yang diinginkan, mengharapkan segera tersedia. Padahal kadang saya harus putar otak, bagaimana bisa tercipta format sesuai dengan apa yang diinginkan. Kadang jengkel juga, dan saya merasa tidak nyaman, kerja seperti ditongkrongin boss, he he he.. Saat saya belum juga berhasil menciptakan format yang dikehendaki, pertanyaan yang bertubi-tubi bagaikan rentetan mitraliur, “Mas..., sudah belum, bisa engga, koq lama sih???” Namun dibalik itu semua, saya merasa senang juga bisa mewujudkan harapannya.

Dalam perjalanan waktu, akhirnya Betty menguasai komputer excel, dan

ternyata Betty sangat menguasainya. Legalah saya tidak lagi di berondong permintaan dan membiarkan Betty bekerja dengan penuh semangat.

Saat ini kami sudah usia berkepala 7, layaklah harus ada penerusnya yang lebih energik, menguasai kemajuan teknologi, dan menyesuaikan dengan kemajuan jaman. Kami yang sudah lansia dengan kemampuan terbatas, rasanya sudah terengah-engah mengikuti perkembangan teknologi yang begitu cepat. Kami kesulitan mengadakan perubahan dan penyesuaian.

Sudah 4-5 tahun yang lalu saya mohon kepada Kornas untuk mencarikan penerus kami. Syukurlah pada Denas terakhir di Bandung, kami lega sekali mendapat Pasutri Budy-Justine, mantan Kordis Bandung, yang siap meneruskan perjuangan kami. Terima kasih Budy-Justine atas kesediaan Anda yang menyediakan diri untuk melayani ME tercinta dengan penuh semangat. Kami senang sekali, terutama saya, karena estafet ke orang yang benar. Terima kasih Anda berdua mau meluangkan waktu demi kemajuan ME ke masa depan.

Pada 13 Januari 2019, kami telah serah terima pekerjaan Data Base ME Indonesia di rumah kami. Semua lancar, kami telah siapkan semua data yang perlu diketahui diteruskan. Kami yakin Budy-Justine pasti lebih baik karena di samping mantan Kordis, juga Sekretariat Keuskupan Bandung, tentu tidak perlu diragukan lagi kemampuannya; sigap dan rapih.

Demikianlah sekilas pengalaman kami menjadi pencatat Data Base. Lebih banyak sukanya daripada dukanya. Karena itu kami menjalankan dengan sukacita. ■/BI

51Jun - Agst 2019 01

NOTA

HUN

IRM

IIRM

IIIRM

IVRM

VRM

VIRM

VII

RMVI

IIRM

IXRM

119

76-1

980

845

5643

043

375

2115

111

108

814

58

00

00

00

219

81-1

985

879

2347

713

426

2447

430

607

334

510

7513

2616

136

5

319

86-1

990

767

2826

79

282

1061

818

426

023

31

516

251

617

512

419

91-1

995

912

2719

82

264

963

712

380

625

33

350

168

972

4

519

96-2

000

765

3116

76

257

462

716

275

116

42

82

153

480

4

620

01-2

005

688

2219

09

238

1163

019

196

518

915

164

218

417

621

720

06-2

010

759

2726

60

209

577

421

122

113

07

570

266

310

90

820

11-2

015

571

2220

38

185

412

2224

204

311

04

773

166

415

765

15

920

16-2

018

846

3111

23

800

497

1175

111

66

512

491

687

7032

267

2310

9323

1688

5630

162

2393

2816

8556

370

3012

9747

973

6568

NOTA

HUN

XRM

XIRM

XII

RMXI

IIRM

XIV

RMXV

RMXV

IRM

XVII

RMXV

IIIRM

119

76-1

980

00

00

00

736

00

00

00

00

00

219

81-1

985

149

1074

40

013

53

00

00

114

140

026

4

319

86-1

990

153

396

70

077

00

00

042

40

080

9

419

91-1

995

145

310

20

114

424

00

053

40

010

059

6

519

96-2

000

926

930

906

772

126

746

27

00

060

3

620

01-2

005

117

1255

124

710

103

314

421

342

256

00

344

720

06-2

010

573

423

244

1282

223

110

258

513

618

00

820

11-2

015

150

1044

130

810

440

272

117

1238

214

03

167

17

920

16-2

018

653

00

104

253

378

698

20

00

017

610

928

5050

616

1107

4466

819

606

4637

330

277

2921

111

602

53

NOTA

HUN

BGR

RM

PKU

RM

MDN

RM

SORONG

RM

PLRAYA

RM

RTENG

RM

KUPANG

RM

MTRM

RM

PLMBG

RM

JAMBI

RM

PDG

RM

SINGP

RM

119

76-1

980

495

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

00

219

81-1

985

109

90

012

411

00

00

00

215

00

00

00

128

40

0

319

86-1

990

371

00

606

332

00

728

287

00

230

00

396

130

419

91-1

995

442

00

311

422

00

226

00

00

00

00

101

00

519

96-2

000

372

210

121

00

00

571

00

00

00

00

253

00

620

01-2

005

320

00

00

461

302

6210

00

00

00

00

174

50

720

06-2

010

430

512

00

573

424

694

707

00

00

00

00

00

820

11-2

015

741

920

00

474

685

00

242

2069

277

1251

37

025

1

920

16-2

018

145

1032

011

136

086

20

017

142

039

20

012

021

0

570

3019

62

238

2026

112

226

1328

229

378

4011

12

139

1451

323

818

641

DATA

PESE

RTA

WEME

INDO

NESIA

TA

HUN 1

976 S

/D 20

18

Jun - Agst 20190152

Mungkin ME itu sudah melekat di hati dan pikiran saya, karena saya melihat kedua orangtua saya begitu harmonis. Ke manapun mereka pergi selalu berdua, bahkan sampai makan pun berdua. Iri rasanya melihat beliau begitu mesranya. Waktu itu saya masih kuliah dan sempat terpikir ingin rasanya mempunyai pasangan seperti papa dan mama aku.

Seiring berjalannya waktu, aku menikah dan impian ikut ME pun hilang. Anak dan pekerjaan menyita waktuku. Seolah semuanya tidak ada waktu tersisa, seandainya hari Minggu menjadi hari baru untuk kami. Setelah anak-anak dewasa dan pekerjaan bisa ditinggalkan, barulah WEME hadir kembali dalam

pikiran, tapi untuk mencari waktu dengan suami teramat susah, apalagi saat ini pekerjaan suami tidak di kota yang sama dengan saya sehingga jarak menjadi kendala.

Memasuki usia pernikahan kami yang ke-17, baru kami memutuskan untuk mengikuti WEME, tetapi kami terkejut ternyata tidak mudah seperti yang kami harapkan untuk mendaftar karena kuota yang selalu penuh. Akhirnya di awal tahun 2019, kami mendaftar dan bisa mengikuti WEME pada tanggal 8-10 Maret 2019 walau bukan di kota asal, tetapi kami tetap bersyukur dan senang bisa mengikuti kegiatan ini. Ternyata penantian kami selama 2 tahun tidak sia-sia. Apa yang kami inginkan dan harapkan ternyata Tuhan memberi restu, mungkin saat ini adalah waktu yang tepat, tidak terlambat dan tidak terlalu cepat.

Relasiku Sebelum dan Sesudah WEMESebelum mengikuti WEME pasanganku termasuk orang yang cuek, acuh, cool dan

tak banyak bicara, tetapi memang hal itu yang membuat aku penasaran dan suka waktu pacaran, pura-pura tidak peduli padahal..., he he he. Kami berdua selalu dibilang cocok dan serasi karena yang satu selalu rame dan yang satu super diam. Setelah mengikuti WEME, sifatnya belum banyak berubah tetapi ada perubahan dari sinar matanya yang dahulu terasa dingin sekarang terasa hangat, membuat aku bahagia dan semoga relasi kami akan semakin hangat seiring berjalannya waktu.

Apa yang mengesankan dalam WEME?Satu hal yang mengesankan untuk saya adalah karena bisa selalu berdua dengan

pasangan..... he he he, tidak ada anak-anak dan tidak memikirkan pekerjaan. Kami duduk berdua, makan berdua, menulis surat bersama-sama dan bisa berlama-lama berduaan saja. Sudah lama kami tidak melakukan hal-hal seperti ini seperti saat masa-masa pacaran dahulu. Peristiwa 18 tahun lalu itu, bisa terulang kembali, sungguh hal yang luar biasa.

Semua Saya Dapatkan Tepat Pada Waktunya

SEPUTAR ME Apa kata mereka?

Oleh: Pasutri Sigit-Dini

53Jun - Agst 2019 01

201915-Jan Kontribusi dari Paroki Stella Maris (Frank-Mey2) Rp 250.009 31-Jan Kontribusi dari Paroko Regina Celi (Acu-Pocky) Rp 500.000 22-Feb Kontribusi dari Batam (Dion-Dini) Rp 200.000 23-Feb Kontribusi dari Paroki SMI Rp 450.000 25-Feb Kontribusi dari Paroki Samara Rp 200.000 26-Feb Kontribusi dari Paroki Yacobus (Andreas-Mimi) Rp 300.000 01-Mar Kontribusi dari Palembang Rp 130.000 09-Mar Kontribusi dari Bandung Rp 600.000 09-Mar Kontribusi dari Samarinda (Richard-Bety) Rp 800.000 11-Mar Kontribusi dari Malang (Yong - Grace) Rp 750.000 10-Apr Kontribusi dari Distrik IV, Surabaya Rp 1.760.000 02-May Hastono Kadar M8131-Unit K Rp 200.000 07-May Kontribusi dari Paroki Blok B (Fei-Baskoro) Rp 250.000 16-May Kontribusi dari Paroki Bonaventura (Patrick-Paula) Rp 600.000 27-May Kontribusi dari Paroki Servatius (Guntoro-Meilie) Rp 500.000

Rp 7.490.009

Kontribusi eR01

Foto bersama teman seangkatan

istim

ewa

Ke depan saya akan melakukan hal-hal yang luar biasa bersama pasangan. Impian-impian kami yang belum terwujud, membesarkan anak-anak bersama-sama, membangun relasi yang luar biasa. Saling mencintai dan memahami satu sama lain.

I Love You WEME, penantianku tidak sia-sia. Semua saya dapatkan tepat pada waktunya. Terima kasih untuk Pastor dan para pasutri pendamping yang luar biasa dapat membungkus acara dengan kehangatan cinta. ■/KT/BI

Jun - Agst 20190154

Hidup ini merupakan rangkaian kejutan yang tiada henti. Kejutan pertama yang saya alami adalah ketika menginjakkan kaki pertama di Emaus ini. Saya dijemput oleh sekelompok orang berseragam. Mereka begitu baik dan ramah. Kejutan berikutnya ketika saya berada di ruang presentasi. Materi presentasi dan sharing-sharing yang luar biasa. Semula saya berpikir ikut saja WeekEnd ini sebagai referensi saya dalam tugas pelayanan kepada keluarga-keluarga di paroki. Tetapi ternyata saya juga mendapatkan hal lain yang berguna bagi diri saya. Komunikasi perasaan dan dialog mendalam. Saya tidak pernah membayangkan akan berada dalam suasana retret seperti ini. Surprised dan

saya merasa sangat bahagia bisa mengalami semua hal yang indah selama WeekEnd ME ini. Semua hal yang membuat saya bisa melihat lebih baik perjalanan imamat saya. Saya bersyukur bisa mengalaminya. Seorang anak dari pedalaman Papua datang ke kota mencari sesuap nasi dan ternyata Tuhan memberinya kesempatan ber WeekEnd ME dan hasilnya sungguh mengagumkan. Terima Kasih Tuhan...”

Pasutri John-Yani

Sepenggal syair “Lagu kebangsaan ME” yang sangat menyentuh. Saat lagu itu dinyanyikan di sana terlihat air mata menetes di wajah para pasutri. Lagu ‘Ada Dunia Baru’ bila dinyanyikan dengan penuh penghayatan, meski sederhana, tetapi syarat makna.

WEME Angkatan-39 Distrik XVIII Atambua baru saja usai. Peserta terdiri dari 8 pasutri, 1 imam dan 1

Bruder. Minimnya peserta tak menyurutkan semangat Tim dan Panitia untuk melaksanakan WEME perdana di Tahun 2019 ini. Walaupun hujan deras terus mengguyur, panitia tetap setia mempersiapkan segala sesuatu untuk terselenggaranya WeekEnd tersebut. “Kami sudah mengalami yang

terbaik saat WeekEnd dan kami ingin memberi yang terbaik juga bagi peserta kali ini”, demikian ungkapan hati Pasutri Densi-Mich, selaku ketua panitia WeekEnd sekaligus Lurah Angkatan 39. Salah seorang imam yang menjadi peserta WEME adalah P. John Bere, SVD. Beliau seorang Misionaris SVD yang bertugas di Papua New Guinea yang kebetulan sedang berlibur. Berikut adalah BPS mereka.

Jalannya Masih Jauh...,Dampingilah Aku

SEPUTAR ME Apa kata mereka?

Oleh: Pasutri Yani-John

istim

ewa

55Jun - Agst 2019 01

Sukacita dan kebahagiaan para peserta adalah bayaran termahal dan terindah bagi seorang tim

pemberi WeekEnd. Semua kecapean rasanya terbayar lunas. Hal ini diungkapkan oleh salah satu tim

pemberi WEME, Pasutri Anna-Paul. Mereka harus menempuh perjalanan 110 km dengan menggunakan

Sepeda Motor untuk sampai ke tempat WeekEnd. Kadang terhalang hujan deras sehingga memaksa

mereka harus berteduh di bawah pohon. Tetapi semangat pelayanan yang berkobar menghalau

segalarintangan yang ada. “Kami bahagia melihat Peserta bahagia”, demikan dikatakan Anna.

Mengikuti WEME sudah menjadi impian Frida sejak lama, karena kedua orang tuanya adalah aktivis ME. Setelah tertunda 5 kali, barulah kami bisa ikut serta.

Kami sungguh senang dan bahagia akhirnya bisa mengalami juga apa itu WeekEnd ME. Banyak hal

baru yang kami dapatkan melalui sharing para tim, satu hal yang bisa membantu kami merefleksikan

perjalanan hidup kami sebagai pasangan. Kami juga senang bisa dipercayakan menjadi Lurah untuk

angkatan 39 ini. Semoga semangat kebersamaan senantiasa terpelihara sampai selamanya.

Mengikuti WEME sudah menjadi impian Frida sejak lama, karena kedua orang tuanya adalah aktivis ME. Setelah tertunda 5 kali, barulah kami bisa ikut serta. Kami sungguh senang dan bahagia akhirnya bisa mengalami juga apa itu WeekEnd ME. Banyak hal baru yang kami dapatkan melalui sharing para tim, satu hal yang bisa membantu kami merefleksikan perjalanan hidup kami sebagai pasangan. Kami juga senang bisa dipercayakan menjadi Lurah untuk angkatan 39 ini. Semoga semangat kebersamaan senantiasa terpelihara sampai selamanya.

Jun - Agst 20190156

Memang Tuhan sungguh baik, dalam seluruh karya-Nya yang mengagumkan, Ia senantiasa menyiapkan hal-hal yang semula dianggap tidak mungkin bagi manusia, namun mungkin bagi-Nya. Pengalaman WeekEnd merupakan sebuah pengalaman iman yang luar biasa karena di dalamnya kita kembali menemukan

mutiara-mutiara yang lama hilang dari kehidupan kita sebagai pasangan suami istri, sebagai imam dan biarawan. Sebuah pengalaman yang menghantar kita pada kesadaran bahwa TUHAN MENCINTAI kita dan akan selalu mencintai.

Jalannya masih jauh…dampingilah aku…selamanya. ■/BI/KT/ER

Rubrik "Apa Kata Mereka" memuat sharing para peserta WeekEnd ME yang baru saja mereka ikuti. Mereka berbagi pengalaman dan menceritakan perasaan dan segala sesuatu yang mereka peroleh selama berproses dan mengikuti WEME. Untuk itu Redaksi selalu

menunggu kiriman tulisan pengalaman atau sharing dari para pasutri yang baru saja mengikuti WeekEnd ME di manapun diselenggarakan.

Sharing dari apa yang dirasakan peserta WeekEnd ME yang dapat menghangatkan relasi kita.

Hal lain diungkapkan oleh Pasutri Tim lainnya Pasutri Evi-Louis; “Sebagai Tim yang baru, kami merasa senang jika diberi kesempatan memberi WeekEnd. Selain berguna bagi peserta, juga bermanfaat bagi kami, moment WEME adalah moment bagi kami berdua membaharui lagi komitmen dan meningkatkan intimitas kami sebagai pasutri. Meski memberi WeekEnd dalam kondisi tidak fit, namun setelah melihat sukacita dan binar-binar kebahagian dari wajah pasutri, langsung sembuh sakitnya, yang ada hanya haru dan bahagia.

57Jun - Agst 2019 01

QUALITY TIME

beberapa kata pujian bagi seorang bapak yang aku puji dengan jujur. Ini membuktikan lagi moto hidupku: “Ramahlah senantiasa dan berusahalah menghargai setiap orang yang sedang bergumul dalam masalah keluarga yang berat” (dipetikdariY. Sumantri,“CintadanPerkawinan.”) (file: Chris) ■/KT/BI

Seorang ibu duduk menunggu dengan gelisah. Sementara suaminya, Johny, sedang melayani seorang pembeli.

Suaminya bekerja di tokoku. Pada saat itu aku berjalan di depan ibu itu dan memperkenalkan diriku. Kemudian aku berkata kepadanya, “Aku begitu gembira.Suami Ibu bekerja di sini. Ia sangatmembantudandibutuhkandisini.Iabegitubijaksanadanbaikhati.”

Mendengar pujianku terhadap suaminya, ibu itu tampak diam saja. Johny mengatakan kepadaku, “Aku dan istrikusudahtidaktinggalbersamalagi.TetapiiadatanggunamengambiluanguntukWilly,anakkami.”

Beberapa minggu kemudian ada telepon untuk Johny. Aku dengar perkataannya, “YaBetty,kitaakanmelihatrumahbersama-samasetelahbekerja.” Lalu ia berlari mendekati aku dan menyalami tanganku dengan bersemangat seperti orang yang baru saja memenangkan peperangan berat. “Aku dan istriku telahmemutuskanuntukmembangunpermulaanbaru bagi perkawinan kami. Aku pikiria mulai memandang aku dengan carapandang yang berbeda, segera sesudahBapakberbicarakepadanyakemarin.”

Aku ingat percakapan itu. Hanya

Daya dan Makna Sebuah Pujian Dalam Menumbuhkan Cinta

Redaksi menurunkan kisah ringkas yang diambil dari sebuah tulisan yang dalam buku yang berjudul “Cinta dan Perkawinan”. Kisah sederhana ini memberikan contoh yang begitu jelas akan makna sebuah pujian. Pujian yang disampaikan secara tulus, bisa mengubah sudut pandang atau bahkan paradigma seseorang, dari benci dan tak peduli menjadi kasih. [Red]

-Relasi@2019