4041-5705-1-PB(1)

24
Pengaruh Pemberian Susu Fermentasi Terhadap Status Gizi Secara Antropometri Maupun Biokimia (Blood Urea Nitrogen) Effects of Fermented Milk Suplementation on Nutritional State of Both Anthropometry and Biochemistry (Blood Urea Nitrogen) Hilma Nadhifa M. 1 , Salmah Orbayinah 2 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2 Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Abstract Recently, microbacteria have been much developed in health sector. Food first and which contains many bacteria as lacitc acid is fermented milk. Fermented milk in sufficient amounts to provide health benefits for the host, namely to increase free amino acid uptake and increase the digestibility of compounds in the digestive tract. This study aims to determine the benefits of fermented milk on improving nutritional status by anthropometry and BUN. This research utilized experimental method with pretest-posttest group design. The sample used for the 55 elementary school students who are still in 4 th , 5 th , and 6 th grades. Data taken by measuring the weight, height and blood creatinine levels before, after 3 months and 6 months of treatment. The results were tested by using paired T-Test with the help of a computer that has the ability to process data. The results showed that does not significantly increase the value of anthropometry (BMI / age) after consumption fermented milk for 3 months. But, the analysis data showed that significantly increased the value of anthropometry (BMI/age)as much as 8% after consumption fermented milk for 6 months. Effect of fermented milk for 3 months significantly correlated with increased levels of BUN, but it does not happen in 6 months. Keywords : fermented milk, nutritional state, anthropometry, blood urea nitrogen 1

Transcript of 4041-5705-1-PB(1)

Page 1: 4041-5705-1-PB(1)

Pengaruh Pemberian Susu Fermentasi Terhadap Status Gizi Secara Antropometri Maupun Biokimia (Blood Urea Nitrogen)

Effects of Fermented Milk Suplementation on Nutritional State of Both Anthropometry and Biochemistry (Blood Urea Nitrogen)

Hilma Nadhifa M.1, Salmah Orbayinah2

1Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

AbstractRecently, microbacteria have been much developed in health sector. Food

first and which contains many bacteria as lacitc acid is fermented milk. Fermented milk in sufficient amounts to provide health benefits for the host, namely to increase free amino acid uptake and increase the digestibility of compounds in the digestive tract. This study aims to determine the benefits of fermented milk on improving nutritional status by anthropometry and BUN.

This research utilized experimental method with pretest-posttest group design. The sample used for the 55 elementary school students who are still in 4th, 5th, and 6th grades. Data taken by measuring the weight, height and blood creatinine levels before, after 3 months and 6 months of treatment. The results were tested by using paired T-Test with the help of a computer that has the ability to process data.

The results showed that does not significantly increase the value of anthropometry (BMI / age) after consumption fermented milk for 3 months. But, the analysis data showed that significantly increased the value of anthropometry (BMI/age)as much as 8% after consumption fermented milk for 6 months. Effect of fermented milk for 3 months significantly correlated with increased levels of BUN, but it does not happen in 6 months.

Keywords : fermented milk, nutritional state, anthropometry, blood urea nitrogen

AbstrakAkhir-akhir ini banyak dikembangkan penggunaan mikrobakteri dalam

bidang kesehatan. Makanan pertama dan yang banyak dikenal mengandung bakteri asam laktat adalah susu fermentasi. Susu fermentasi dalam jumlah memadai memberikan manfaat kesehatan bagi inang, yaitu meningkatkan ambilan asam amino bebas dan meningkatkan kecernaan senyawa-senyawa dalam pencernaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat pemberian susu fermentasi terhadap peningkatan status gizi berdasarkan antropometri dan BUN.

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental pretest-postest group designed dengan subyek 55 anak kelas 4, 5, dan 6 SD. Subyek dilakukan pengukuran antropometri yaitu berat badan dan tinggi badan, kemudian diambil darahnya untuk pemeriksaan BUN sebelum perlakuan, setelah 3 bulan perlakuan,

1

Page 2: 4041-5705-1-PB(1)

dan setelah 6 bulan perlakuan. Hasil penelitian diuji menggunakan paired t-test menggunakan seperangkat program komputer untuk mengolah data.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang tidak bermakna nilai antropometri (IMT/U) setelah pemberian susu fermentasi selama 3 bulan. Tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang bermakna sebanyak 8% setelah pemberian susu fermentasi selama 6 bulan. Pengaruh pemberian susu fermentasi selama 3 bulan memiliki hubungan yang bermakna dengan peningkatan kadar BUN, namun tidak terjadi pada bulan ke-6.

Kata kunci: susu fermentasi, status gizi, antropometri, urea nitrogen darah

Pendahuluan

Status gizi adalah kondisi

tubuh akibat konsumsi makanan,

penyerapan zat-zat gizi, dan

penggunaan zat-zat gizi tersebut.

Status gizi dibedakan menjadi

buruk,kurang, baik, dan lebih. Status

gizi baik atau statuz gizi optimal

tejadi bila tubuh memperoleh cukup

akan zat gizi yang digunakan secara

efisien, sehingga memungkinkan

pertumbuhan, kecerdasan,

kemampuan kerja dan kesehatan

secara umum.¹ Pertumbuhan adalah

peningkatan secara bertahap dari

tubuh mulai konsepsi hingga remaja.

Berkaitan dengan perubahan dalam

besar, jumlah,ukuran dan fungsi

tingkat sel , organ maupun individu,

yang diukur dengan ukuran berat

(gram, pound, kilogram), ukuran

panjang (cm, meter), umur tulang

dan keseimbangan metabolik (retensi

kalsium dan nitrogen tubuh).²

Status gizi dipengaruhi oleh

berbagai faktor, eksternal maupun

internal. Faktor eksternal adalah

keadaan lingkungan, pendapatan

(status ekonomi), pendidikan, dan

budaya. Faktor internal adalah usia,

keadaan fisik, dan infeksi.1

Kebutuhan nutrisi terutama

dipengaruhi oleh faktor internal

sehingga terjadi perbedaan pada

masing-masing individu.3

Balita penderita gizi buruk di

wilayah provinsi DIY hingga akhir

tahun 2008 tercatat sebanyak 1.399

anak atau 0,8 persen dari jumlah

anak balita yang ada. Persentase anak

balita penderita gizi buruk tiap

kabupaten/kota di DIY tercatat  di

Kota Yogyakarta mencapai 0,98

persen, Kabupaten Gunung Kidul

0,99 persen, Bantul 0,74 persen,

Kulonprogo 1 persen, serta Sleman 

0,56 persen.4 Wilayah Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) 2

Page 3: 4041-5705-1-PB(1)

bagian selatan yang merupakan

daerah pesisir pantai terletak di

Kabupaten Bantul. Penduduk daerah

pesisir pantai umumnya nelayan.

Produktivitas aset dan kemungkinan

pengalihan pekerjaan nelayan sangat

rendah sehingga mempengaruhi

rendahnya keadaan sosial ekonomi

nelayan di daerah pantai. Kondisi

tersebut menimbulkan gizi buruk

bagi penduduk, khususnya anak-

anak.5

Penilaian status gizi secara

langsung dapat dibagi menjadi empat

penilaian yaitu : antropometri, klinis,

biokimia, dan biofisik. Prinsip utama

pengkajian gizi adalah dengan

penggunaan pengukuran

antropometri, namun penilaian

tersebut kurang efektif sehingga

dibutuhkan penilaian pendukung

lainnya, antara lain penilaian secara

biokimia. Antropometri gizi adalah

berbagai macam pengukuran dimensi

tubuh dan komposisi tubuh dari

berbagai tingkat umur dan tingkat

gizi. Antropometri sangat umum

digunakan untuk mengukur status

gizi dari berbagai ketidakseimbangan

antara asupan protein dan energi.

Parameter dalam pengukuran adalah

ukuran tunggal tubuh manusia,

antara lain : umur, berat badan, tinggi

badan, lingkar lengan atas, lingkar

kepala, lingkar dada, lingkar pinggul,

dan tebal lemak di bawah kulit.

Kombinasi antara beberapa

parameter disebut indeks

antropometri.

Berat badan memberikan

gambaran massa tubuh, sedangkan

massa tubuh sangat sensitif terhadap

perubahan-perubahan mendadak.

Berat badan adalah parameter yang

sangat labil, maka indeks BB/U lebih

mencerminkan keadaan status gizi

saat ini ( current nutritional status).

Tinggi badan merupakan

parameter yang menunjukkan

pertumbuhan skeletal. Tinggi badan

tumbuh seiring keadaan umur, dan

kurang sensitif terhadap perubahan-

perubahan mendadak. Pengaruh

defisiensi zat terhadap tinggi badan

akan tampak dalam jangka wakt

yang lama, sehingga indeks

antropometri tersebut

menggambarkan keadaan gizi di

masa lalu.

IMT digunakan untuk memantau

status gizi orang dewasa yang

berkaitan dengan kekurangan dan

3

Page 4: 4041-5705-1-PB(1)

kelbihan berat badan. Penggunaan

IMT hanya berlaku untuk orang

dewasa diatas 18 tahun.6 IMT dapat

digunakan untuk menilai status gizi

anak apabila pada pengukuran

dibandingkan dengan umur.

Penilaian BB/U, TB/U, dan BMI/U

untuk anak usia 5-19 tahun

menggunakan standar baku

antropometri WHO Growth

Reference 2007. Penetapan indikator

pertumbuhan menggunakan

pembagian obese, overweight, risiko

mengalami overweight, kurus, dan

sangat kurus.7

Penilaian status gizi secara

biokimia adalah pemeriksaan

spesimen yang diuji secara

laboratoris yang dilakukan pada

berbagai macam jaringan tubuh.

Jaringan tubuh yang digunakan

antara lain : darah, urin, tinja,

jaringan hati dan otot.6 Pengukuran

secara biokimia dapat digunakan

untuk mendeteksi malnutrisi

subklinis dengan mengukur nutrien

atau metabolit. Pengukuran yang

dilakukan antara lain albumin

serum,transferin, BUN, dan ekresi

kreatinin.8

BUN adalah kadar nitrogen dalam

darah terbentuk dari siklus urea.

Nitrogen menyusun 28/60 bagian

dari berat ureum, sehingga

pengukuran BUN mncerminkan

konsentrasi ureum.9 Urea adalah

produk akhir utama metabolisme

protein dan asam amino.10 Kebutuhan

protein dari makanan berdasar pada

kebutuhan asam amino yang tidak

dapat disintesis dalam tubuh (asam

amino esensial). Konsumsi protein

dibutuhkan sebagai sumber dalam

pembentukan zat-zat yang

mengandung nitrogenous dan

sebagai sumber asam amino

esensial.11 Asam amino esensial yang

dibutuhkan manusia adalah, arginin,

histidin, isoleusin, leusin, lisin,

metionin, fenilalanin, treonin,

triptofan, dan valin.1 Ureum

diproduksi dari asam amino bebas di

dalam tubuh yang tidak digunakan

dan dari pemecahan protein jaringan

tubuh. Deaminasi atau pelepasan

gugus amino dari asam amino akan

menghasilkan sisa berupa amonia

dalam sel. Amonia merupakan

senyawa toksik bagi tubuh. Jaringan

tubuh manusia dengan cepat akan

mengeluarkan amonia dari sirkulasi

4

Page 5: 4041-5705-1-PB(1)

dari oleh hati kemudian diubah

menjadi glutamat, glutamin, dan

ureum.10

Akhir-akhir ini semakin

banyak dikembangkan penggunaan

bakteri dalam kesehatan, salah

satunya adalah susu fermentasi. Susu

fermentasi merupakan susu hasil

proses fermentasi oleh bakteri asam

laktat. Susu fermentasi telah menjadi

minuman tradisional penduduk

daerah Balkan dan Timur Tengah

sejak ribuan tahun silam. Dasar

ilmiah pemanfaatan susu fermentasi

ditemukan oleh Metchnikoff pada

awal abad ke 20.12

Bakteri asam laktat termasuk bakteri

gram positif fakultatif yang

dibutuhkan oleh manusia dan hewan.

Bakteri asam laktat menghasilkan

metabolit-metabolit asam-asam

organik, senyawa H2O2, CO2,

komponen aroma seperti diasetil dan

asetaldehida, asam lemak, asam

amino dan peptida, bakteriosin, EPS

(eksopolisakarida), dan dan

vitamin.13 Mikroba susu fermentasi

yang mengandung bakteri asam

laktat, harus memiliki sifat-sifat

yaitu, stabil dan tetap hidup dalam

jangka waktu yang lama, mampu

bersaing dan tidak hanya sekedar

tumbuh dalam saluran pencernaan,

serta mampu menimbulkan efek yang

menguntungkan.14

Bakteri asam laktat yang

digunakan dalam produk olahan

fermentasi susu adalah Lactobacillus,

Bifidobacterium, dan Streptococcus.

Lactobacillus adalah bakteri gram-

positif fakultatif anaerob, tidak

membentuk spora, tidak bercambuk,

dan berbentuk batang atau

coccobacillus, merupakan flora

normal saluran pencernaan dan

saluran reproduksi manusia, serta

penghasil utama asam laktat di dalam

saluran pencernaan. Lactobacillus

caseii menghasilkan senyawa

peptidoglikan, yang mendukung

pertahanan alami tubuh dan

merangsang respon kekebalan di

dalam usus. Bakteriosin yang

dihasilkan berfungsi menghalangi

pertumbuhan bakteri patogen dalam

usus. Isomer laktat utama yang

diproduksi adalah L-laktat sehingga

dapat segera diserap oleh tubuh.

Organisme ini mampu

berkembangbiak dalam saluran

pencernaan dan mempunyai daya

tahan kuat terhadap enzim

5

Page 6: 4041-5705-1-PB(1)

pencernaan.14 Pada tahun 1930,

Minoru Shirota mengisolasi strain

baru Lactobacillus caseii, dikenal

sebagai Lactobacillus caseii subsp.

Shirota.15

Produk olahan susu

fermentasi atau yang dikenal sebagai

makanan fungsional antara lain

yakult, yoghurt, dan kefir. Semua

produk tersebut pada prinsipnya

memiliki kesamaan bahan baku,

namun yang membedakan adalah

mikroba yang digunakan.16 Yakult

adalah Susu fermentasi 65 ml berasal

dari Jepang mengandung 6.5 milyar

Lactobacillus casei subsp. Shirota

yang ditemukan oleh Dr. Minoru

Shirota.17 Lactobacillus caseii susp.

Shirota adalah isolat unggul yang

mampu bertahan dari pengaruh asam

lambung dan cairan empedu

sehingga mampu bertahan pada usus

halus.18 Yakult memiliki kandungan

gizi protein, karbohidrat, kalori,

kalsium, natrium, mengandung pH

5.9, dan kadar keasaman 0.41 %.

Kadar keasaman yakult yang rendah

dan pH yang tinggi dibandingkan

produk olahan susu fermentasi

lainnya disebabkan penggunaan

starter tunggal. Yakult memiliki pH

yang jauh dari titik isoelektrik 4.6

sehingga tidak terjadi penggumpalan

yang diakibatkan perubahan struktur

kasein menjadi gel.16

Keuntungan konsumsi susu

fermentasi terutama starter

Lactobacillus terhadap kesehatan

adalah menstabilkan asam lambung,

menghasilkan asam amino bebas

yang diperlukan dalam pertumbuhan,

peningkatan kecernaan senyawa-

senyawa yang awalnya tidak mudah

dicerna sehingga memperbaiki

penggunaan nutrisi makanan14,

meningkatkan pertumbuhan inang,

sebagai hasil tertekannya

pertumbuhan mikroorganisme

penyebab penyakit, serta

mengendalikan mikroflora saluran

pencernaan.19

Berdasarkan kenyataan yang

ada maka penulis berasumsi bahwa

mungkin pemeberian susu fermentasi

yang mengandung Lactobacillus

caseii memiliki kandungan kaya

akan asam amino sehingga

diharapkan dapat meningkatkan

status gizi secara antropometri

mupun biokimia dengan melihat

kadar BUN.

6

Page 7: 4041-5705-1-PB(1)

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui manfaat pemberian susu

fermentasi terhadap peningkatan

status gizi berdasarkan antropometri

dan BUN.

Bahan dan Cara

Penelitian ini merupakan

penelitian eksperimental dengan

rancangan penelitian pretest-postest

group design. Penelitian

dilaksanakan di Laboratorium Gizi

Pusat Antar Universitas (PAU),

Laboratorium Biokimia FKIK UMY,

dan SD N Bungkus, Kecamatan

Kretek, Kabupaten Bantul pada

bulan Oktober 2009 hingga bulan

April 2010.

Subyek yang diteliti adalah

55 anak siswa kelas 4, 5, dan 6 SD N

Bungkus, Depok, Kabupaten Bantul

yang memenuhi kriteria inklusi

maupun eksklusi. Kriteria inklusi

sampel adalah anak laki-laki dan

perempuan kelas 4, 5, dan 6 SD,

tinggal di daerah pantai, diberi

perlakuan konsumsi susu fermentasi.

Kriteria eksklusi adalah tidak

bersedia diberi konsumsi susu

fermentasi dan tidak memenuhi

aturan minum susu fermentasi.

Sebelum dialakukan

perlakuan, terlebih dahulu dilakukan

pengukuran antropometri dan

pengambilan darah untuk

mengetahui kadar BUN pada sampel.

Pemberian susu fermentasi mulai

dilaksanakan saku kali setiap hari

selama 6 bulan pada sampel. Pada

bulan ke-3, sampel dilakukan

pemeriksaan antropometri dan

pengambilan darah untuk

mengetahui kadar BUN. Susu

fermentasi tetap dilanjutkan hingga

bulan ke-6, kemudian dilakukan

kembali pengukuran antropometri

dan pengambilan darah untuk

mengetahui kadar BUN terakhir.

Pengukuran antropometri

dengan melihat IMT dibandingkan

dengan umur. Penghitungan IMT

didapat dari pembagian berat badan

dalam kilogram dengan tinggi badan

kuadrat dalam meter.

Data hasil pengukuran

antropometri dianalisa dengan

Wilcoxon Test, sedangkan data hasil

pengukuran kadar BUN dianalisa

dengan paired t-test untuk

mengetahui kebermaknaan

perbedaan kadar sebelum dan

sesudah perlakuan inter kelompok

7

Page 8: 4041-5705-1-PB(1)

menggunakan seperangkat program

komputer.

Hasil

Nilai pengukuran

antropometri dibagi menjadi 5

kelompok menurut WHO Growth

Reference 2007, yaitu sangat kurus,

kurus, normal, overweight, dan

obese.

Tabel 1. Frekuensi pengukuran antropometri IMT/U

Nilai IMT/U Pre TestN (%)

Post Test 3 bulanN (%)

Post Test 6 bulanN (%)

Severe thinness 0 (0%) 1 (1,8%) 0 (0%)Thinness 10 (18,2%) 7 (12,7%) 7 (12,7%)Normal 39 (70,9%) 40 (72,7%) 39 (70,9%)Overweight 4 (7,3%) 5 (9,1%) 6 (10,9%)Obesity 2 (3,6%) 2 (3,6%) 3 (5,5%)

Tabel 2. Hasil perhitungan IMT/U sebelum dan setelah 3 bulan pemberian susu fermentasiPre test dan Post test 3 bulan Kelas 4

(%)Kelas 5 (%)

Kelas 6 (%)

Total (%)

Pre test > Post test 0,00 (0) 0,00 (0) 2,00 (1) 4,50 (3)Pre test = Post test 15 (88,3) 15 (83) 17 (85) 47(85,5)Pre test < Post test 1,50 (2) 2,00 (3) 2,00 (2) 4,50 (5)P 0,157 0,083 0,564 0,480

Hasil analisis pada Tabel 2

menggunakan uji Wilcoxon

menunjukkan nilai antropometri

sebelum pemberian susu fermentasi

dan setelah 3 bulan pemberian susu

fermentasi tidak memiliki perbedaan

yang signifikan dengan nilai p>0,05.

Tabel 3. Hasil perhitungan IMT/U sebelum dan setelah 6 bulan pemberian susu fermentasiPre test dan Post test 6 bulan Kelas 4

(%)Kelas 5 (%)

Kelas 6 (%)

Total (%)

Pre test > Post test 0,00 (0) 0,00 (0) 2,00 (1) 5,00 (1)Pre test = Post test 14 (82,4) 15 (83) 17 (85) 46 (83,7)Pre test < Post test 2,00 (3) 2,00 (3) 2,00 (2) 5,00 (8)p 0,083 0,083 0,564 0,020

8

Page 9: 4041-5705-1-PB(1)

Tabel 3 menunjukkan hasil

analisis menggunakan uji Wilcoxon

untuk membandingkan peningkatan

dan penurunan nilai antropometri

sebelum dan setelah pemberian susu

fermentasi selama 6 bulan. Hasil

yang diperoleh menunjukkan

peningkatan nilai antropometri yang

bermakna pada jumlah siswa secara

keseluruhan setelah perlakuan 6

bulan dengan nilai p <0,05.

Tabel 4. Hasil analisis pengukuran antropometri IMT/U pada kelompok siswa laki-laki dan perempuan

Hasil Pre test Post test 3 bulan Post test 6 bulanRerata IMT /U laki-laki 27,96 29,60 29,19

Rerata IMT/U perempuan 28,03 26,76 27,08p 0,983 0,404 0,545

Gambar 1. Grafik rata-rata kadar BUN pada kelompok siswa kelas 4, 5, dan 6 setelah perlakuan selam 3 bulan

Tabel 4. Hasil uji rerata Blood Urea Nitrogen sebelum dan setelah 3 bulan pemberian susu fermentasi

BUN Kelas 4 Kelas 5 Kelas 6 TotalMeningkat (%) 6 (35,29) 14 (77,77) 18 (90) 38 (69,09)Menurun (%) 11 (64,71) 4 (22,23) 2 (10) 17 (30,91)Rerata pre test 43,04 ± 3,72 41,35 ± 5,10 41,38 ± 4,07 41,88 ± 4,33Rerata post test 41,03 ± 3,05 43,32 ± 5,80 48,58 ± 5,43 44,53 ± 5,84

p 0,074 0,245 0,000 0.009

Analisis data yang digunakan pada

Gambar 1 dan Tabel 4 adalah paired

t-test. Hasil uji setelah 3 bulan pada

kelas 6 dan total keseluruhan kelas 9

Page 10: 4041-5705-1-PB(1)

menunjukkan peningkatan nilai rata- rata kadar BUN yang signifikan

dengan nilai p<0,05.

Gambar 2. Grafik rata-rata kadar BUN setelah 6 bulan pemberian susu fermentasi pada tiap kelas

Tabel 5. Hasil uji rerata Blood Urea Nitrogen sebelum dan setelah 6 bulan konsumsi susu fermentasi

BUN Kelas 4 Kelas 5 Kelas 6 TotalMeningkat (%) 9 (52,94) 8 (44,44) 13 (65 ) 30 (54,55)Menurun(%) 8 (47,06) 10 (55,56) 7 (35) 25 (45,45)

Rerata pre test 43,04±3,73 41,35 ±5,10 41,38 ±4,07 41,88 ±4,33Rerata post test 43,58±3,19 42,13 ±2,11 42,69 ±3,80 42, 78 ±3,14

P 0,572 0,543 0,252 0,203Hasil analisis data pada

Gambar 2 dan Tabel 5 menunjukkan

peningkatan nilai rata-rata BUN pada

kelas 4, 5,6 dan total keseluruhan

kelas, tetapi peningkatan tersebut

tidak bermakna dengan nilai p >0,05.

Tabel 6. Hasil rerata BUN pada kelompok siswa laki-laki dan perempuanHasil Pre test Post test 3

bulanPost test 6

bulanRerata BUN laki-laki 42,17 ± 4,90 45,37 ± 6,40 42,44 ± 2,70

Rerata BUN perempuan 41,67 ± 3,90 43,87 ± 5,39 43,04 ± 3,46p 0,675 0,352 0,487

Diskusi Selama masa pertumbuhan

dibutuhkan protein ekstra untuk

10

Page 11: 4041-5705-1-PB(1)

pemeliharaan struktur dan fungsi

tubuh setiap saat. Pada masa ini

sintesis protein lebih banyak

dibandingkan pemecahan. Protein

terdiri atas berbagai macam asam

amino terutama asam amino esensial

yang digunakan dalam pemeliharaan

jaringan tubuh.

Gangguan pertumbuhan dan

keadaan gizi kurang yang

diakibatkan oleh defisiensi energi

dan protein dapat dinilai melalu

komposisi ukuran tubuh atau

antropometri. Antropometri

merupakan indikator status gizi yang

paling sering digunakan.20

Hasil pengukuran terhadap 55

siswa kelas 4, 5, dan 6 SD pada

penelitian ini menyatakan bahwa ada

hubungan antara pemberian susu

fermentasi selama 6 bulan dengan

peningkatan indeks antropometri

IMT/U secara keseluruhan. Hal ini

disebabkan peningkatan asupan

protein yang mengandung asam

amino bebas dan vitamin yang

berasal dari susu fermentasi

mempengaruhi peningkatan

kecepatan ukuran tubuh terutama

pertumbuhan tulang selama masa

pertumbuhan.21

Indeks antropometri IMT/U

antara siswa laki-laki dan perempuan

pada hasil penelitian ini tidak

menunjukkan adanya perbedaan

sebelum dan setelah pemberian susu

fermentasi.

Urea adalah produk

akhir dari metabolisme protein dan

asam amino yang terbentuk dari

detoksifikasi amonia di hati. BUN

adalah sampah pemecahan protein

yang menunjukkan kadar nitrogen

dalam darah terbentuk dari siklus

urea.21

Pada penelitian ini

didapatkan rerata nilai BUN setelah

3 bulan dan 6 bulan adalah 44,53

mg/dl dan 42,78 mg/dl. Nilai BUN

yang diperoleh mencakup rentang

normal nilai BUN pada laboratorium

yang digunakan pada penelitian, nilai

normal BUN adalah 10-50 mg/dl.

Hasil penelitian yang

diperoleh setelah pemberian susu

fermentasi selama 3 bulan adalah

adanya peningkatan kadar BUN

menjadi 44,53 mg/dl pada siswa

secara keseluruhan. Protein

menyusun 20% bagian tubuh. Dalam

molekul protein sendiri yang

berperan adalah fraksi asam amino.

11

Page 12: 4041-5705-1-PB(1)

Nilai gizi protein ditentukan oleh

kadar asam amino esensial. Protein

yang diserap mukosa usus adalah

produk hidrolisisnya, yaitu asam

amino dan beberapa jenis peptida.

Tubuh tidak mampu membuat

sembilan macam asam amino yang

digunakan dalam sintesis protein,

maka asam amino ini diperoleh dari

makanan.20 Selain berperan dalam

pertumbuhan, protein berperan

penting dalam mengangkut zat-zat

gizi dari saluran cerna. Dalam

saluran cerna, susu fermentasi yang

mengandung bakteri asam laktat

membantu menurunkan pH dan

menghambat pertumbuhan

mikroorganisme pengganggu. Selain

hal yang telah disebutkan diatas, susu

fermentasi membantu menstabilkan

asam lambung yang berperan dalam

metabolisme protein. Sehingga susu

fermentasi yang mengandung asam

amino yang berasal dari bakteri asam

laktat meningkatkan absorbsi dan

transportasi zat-zat gizi.1

Bakteri asam laktat

mengandung asam amino dan

peptida yang merupakan fraksi

penting dalam protein serta vitamin.

Berbagai asam amino yang telah

diserap oleh usus akan dibawa

jaringan hati melalui sirkulasi portal

kemudian menuju jaringan tubuh

lainnya untuk membentuk protein

jaringan sesuai dengan kebutuhan.

Asam amino yang berlebih akan

mengalami proses deaminasi,

sehingga nitrogen akan diubah

menjadi ureum yang dapat dinilai

kadarnya dengan BUN.21 Dari

berbagai hal tersebut maka asupan

protein yang mengandung asam

amino esensial dan peptida

memberikan pengaruh terhadap

peningkatan jumlah asam amino

dalam tubuh sehingga menghasilkan

produk metabolit yaitu ureum sesuai

dengan asupan yang didapat.

Pada penelitian ini

didapatkan hasil sedikit peningkatan

kadar BUN setelah pemberian susu

fermentasi selama 6 bulan, namun

hasil tersebut tidak bermakna.

Kebutuhan protein pada anak-anak

bergantung pada kelompok umurnya.

Anak sekolah membutuhkan protein

1,0 g/kg BB. Golongan umur 7-12

tahun memiliki kebutuhan nutrien

yang bertambah, karena peningkatan

aktivitas fisik yang dilakukan.

Kebutuhan nutrien pada golongan

12

Page 13: 4041-5705-1-PB(1)

umur tersebut lebih difokuskan pada

kecukupan energi, tanpa mengurangi

kecukupan nutrien yang lain. Asupan

protein yang meningkat tidak mudah

untuk segera mengalami deminasi

menjadi ureum apabila protein

tersebut digunakan sebagai sumber

energi yang dibutuhkan lebih banyak

pada golongan umur tersebut.20,21

Hasil penelitian yang

diperoleh menunjukkan tidak adanya

hubungan antara kadar BUN sebelum

maupun setelah pemberian susu

fermentasi terhadap jenis kelamin.

Kemungkinan penyebab tidak

adanya hubungan terhadap jenis

kelamin tersebut disebabkan

penggunaan yang sama untuk

pertumbuhan terhadap jumlah

asupan protein yang sama sesuai

angka kecukupan gizi protein tahun

2004 antara laki-laki dan perempuan.

Secara keseluruhan, status

gizi yang diukur dengan indeks

atropometri IMT/U dan kadar BUN

pada penelitian ini sudah baik.

Penelitian ini membuktikan adanya

hubungan peningkatan indeks

antropometri IMT/U setelah 6 bulan

pemberian susu fermentasi dan

hubungan peningkatan kadar BUN

setelah 3 bulan pemberian susu

fermentasi, namun tidak

membuktikan adanya hubungan

peningkatan kadar BUN setelah

pemberian susu fermentasi selama 6

bulan.

Kesimpulan

Konsumsi susu fermentasi

selama 6 bulan mempengaruhi

peningkatan status gizi secara

antropometri, namun tidak

mempengaruhi peningkatan status

gizi secara biokimia dengan melihat

kadar BUN selama 6 bulan.

Peningkatan kadar BUN terukur pada

konsumsi susu fermentasi selama 3

bulan.

Daftar Pustaka

1. Almatsier, Sunita. (2001). Prinsip-

prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama.

2. Susilowati. (2008). Penialian status

gizi secara biofisik. Diakses 19

April, 2010 dari

http://www.eurekaindonesia.org

3. Fahruzzaini, Muhammad. (2007).

Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengan Tingkat Status Gizi Siswa

Sekolah Dasar Nergeri Pemurus

13

Page 14: 4041-5705-1-PB(1)

Dalam 4 Banjarmasin (versi

elektronik). Karya tulis ilmiah strata

satu, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Muhammadiyah Banjarmasin,

Banjarmasin. Diakses 3 April, 2010

dari http://indoskripsi.com

4. Chadori, Daryanto. (2009). Balita

gizi buruk capai 1.399 di DIY (versi

elektronik). Diakses 3 April, 2010,

dari

http://kesehatan.kompas.com/read/20

09/03/19/Balita.Gizi.Buruk.Capai.1.3

99.di.DIY

5. Waskitho. (2010). Populasi dan

sosial ekonomi masyarakat pesisir di

pantai depok Bantul DIY serta

strategi dan aksi pemberdayaan

dalam konteks pengelolaan

sumberdaya pesisir secara terpadu.

Diakses 31 Maret, 2010, dari

http://crackbone.wordpress.com/201

0/01/28

6. Supariasa, I Dewa Nyoman., Bakri,

Bachyar., Fajar, Ibnu. (2001).

Penilaian status gizi. Jakarta : EGC.

7. World Health Organization. (2007).

Growth reference data for 5-19

years. Diakses 17 Oktober, 2010,

dari

http://www.who.int/growthref/en/

8. Siregar, Cholina Trisa. (2004).

Nutrisi. Diakses 8 April, 2010 dari

http://library.usu.ac.id/download/fk/k

eperawatan-cholina2.pdf

9. Blood Urea Nitrogen. (2008).

Diakses 9 April, 2010 dari

http://www.mayoclinic.com.

10.Rodwell, Victor.W., (2003).

Katabolisme protein dan nitrogen

asam amino. Dalam : Muuray,

Robert. K., Granner, Darly. K.,

Mayes, Peter. A., Rodwell,

Victor.W. Biokimia Harper. Edisi 25.

Jakarta : EGC.

11. Linder, C. Maria. (Eds). (1992).

Biokimia nutrisi dan metabolisme.

Jakarta : Penerbit Universitas

Indonesia (UI-Press).

12. Widodo, Wahyu. (2002).

Bioteknologi fermentasi susu.

Diakses 9 April, 2010, dari

http://wahyuwidodo.staff.umm.ac.idf

iles/2010/01/fermentasi-susu.pdf

13. Microbiology of Starter Cultures

Dairy Science and Food Technology.

(2006). Diakses 4 April, 2010, dari

http://www.dairyscience.info

14. Wahyudi, Ahmad., Samsundari, Sri.

(2008). Bugar dengan susu

fermentasi. Malang : UMM press.

14

Page 15: 4041-5705-1-PB(1)

15. Yakult. (2008). Diakses 1 April,

2010, dari http://www.yakult.co.id

16. Albaarri, A.N. & Murti,

Tridjoko .W. (2003). Analisa pH,

keasaman, dan kadar laktosa pada

yakult, yogurt, kefir. Jurnal

Universitas Gajah Mada. Diakses 1

April, 2010, dari

http://milkordie.blogspot.com/feeds/

posts/

17. Kurmann, J. A., 1992, Encyclopedia

of Fermented Fresh Milk Products :

An International Inventory of

Fermented milk, Cream, Buttermilk,

Whey and Related Products. An AVI

Book. USA. Diakses 1 April 2010,

dari

http://milkordie.blogspot.com/feeds/

posts/

18. Margawani, K. R., 1995,

Lactobacillus casei Galur Shirota

(Bakteri Yakult), Peranannya dalam

Kesehatan Manusia. Bul. Tek. Dan

Industri Pangan. Vol. VI. No. 2.

19. Tamayo, Carmen. (2008). Clinical

Research on Probiotics: The

Interface between Science and

Regulation. Infectious Diseases

Society of America.

20. Barasi, E.M. (2007). At a Glance

Ilmu Gizi. Jakarta : Penerbit

Erlangga.

21. Markum, A.H. (2002). Buku Ajar

Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI.

15