(^1^1 - Journal Portal

28
SIGNIFIKANSI DIALOG ANTARAGAMA DALAM ERA POST-FUNDAMENTALISME Oleh: Sholahuddin* Abstract After September eleven, the face of Islam in the global world was dominated by thefundamentalism. Here, the effect ofthe accident not onlyfelt by the Osama bin Laden who became the number one public enemy, but also Islam get trickle effect from this accident. In this paper, the writer elaborates the significance of inter- religious dialogue based on the dialogue of civilization. In the multicultural era one method or way to minimize the prejudices that exist under the consciousness ofpeople is through dialogue, whether interreligious and interfaith dialogue, or dialogue ofcivilization. However, the dialogue in this paper should be understood in the state ofbecoming and going onprocess. Thisprocess is based on particular doctrine to commonplatform (kalimahsawa'). This article gives some reviewfrom Islamic perspective. Of course, these values support religious and inter-faith dialogue, or what the writer called "blue print" ofdialogue. 2 jJlI jlji\ (^1^1 ^ e-bJLpr I-Iaj C tSyj* ^jjilll Kata Kunci: Dialog antariman dan antaragama, Fundamentalisme Islam, Etika Global, Dialog Peradaban * Pemerhati sosial keagamaan tinggal di Yogyakarta

Transcript of (^1^1 - Journal Portal

Page 1: (^1^1 - Journal Portal

SIGNIFIKANSI DIALOG ANTARAGAMA

DALAM ERA POST-FUNDAMENTALISME

Oleh: Sholahuddin*

Abstract

After September eleven, theface ofIslam in the global world was dominated bythefundamentalism. Here, the effectofthe accident not onlyfelt by the Osama binLaden who became the number onepublic enemy, but also Islam get trickle effectfrom this accident. In this paper, the writer elaborates the significance ofinter-religious dialogue based on the dialogue ofcivilization. In the multicultural eraone method or way to minimize the prejudices that exist under the consciousnessofpeople is through dialogue, whether interreligious and interfaith dialogue, ordialogue ofcivilization. However, the dialogue in thispaper should be understoodin the state ofbecoming andgoing on process. Thisprocess is based on particulardoctrine to commonplatform (kalimahsawa'). This article gives some reviewfromIslamic perspective. Of course, these values support religious and inter-faithdialogue, or what the writer called "blueprint" ofdialogue.

2 jJlI jlji\ (^1^1 ^

e-bJLpr I-Iaj CtSyj* ^jjilll

Kata Kunci: Dialog antariman dan antaragama, Fundamentalisme Islam, EtikaGlobal, DialogPeradaban

*Pemerhati sosialkeagamaantinggal diYogyakarta

Page 2: (^1^1 - Journal Portal

56 Millah Vol. IV No. 1, Agustus 2004

A. Pendahuluan

Tatanan politik dunia abad XXI, telah mengalami penibahan secara signifikan,berawal dari tesisyang telah dikeluariianolehseorangilmuanpolitiktersohor, Samuel

Huntington tentang "TheClash ofCivilization andTheRemarking oftheNewWorldOrder",' Huntington berkatadengansangatprovokatif: "pemilah-milahanyangbesarantarumat manusia dansumberkonflikyangdominan antarmereka akanberakarpadaperbedaan kebudayaan. Konflik-konflik mendasar dalam politik global akanteijadiantara kelompok-kelompok yang berbeda peradaban. Benturan antar peradaban-peradabanakan mendominasi politik global. Garis pemisah antarperadabanakan menjadigarispertempuran dimasayangakandatang".^ Lebih lanjutHuntington meramalkanbahwaada tujuhperadaban yangakanmelakukan kontestasi danberpeluang untukmenjadi rival bagi peradaban Barat. Tujuh peradaban tersebut adalah, Islam,Konfiisionisme, Kristen Orthodok-Slavia, Hindu, Budha, AfrikadanAmerikaLatin.

Peristiwa 11 September, dengan diluluhlantakkanyagedungkembarWTC (WorldTrade Center), telah membuka"kotakpandora" tentang ramalan Huntington. Memori-memori lama yang telah menyelinap dan mengendap sedemikian dalamkembali menguapdanmenguak kesadaran daningatan sosial (social imagination) masyarakat Barat.Anehnya, Islam acap kali dianggap sebagai tertuduh didalam konteks pengeboman diatas. OsamaBinLaden menjadi thenumber onepublicenemy dari masyarakatAmerika.Osama dianggap sebagai representasi dari Islam secara keseluruhan (intotum). Isufundamentalisme Islam kembali menjadi isuterhangatyang mewamaipublicdiscourseakademik.

Dari sini penulis melihatada semacamusaha—meminjamPlacher—yangdisebutdengan "universalizing discourse". Pasca 11 September Amerika berusaha untukmelakukanuniversalisasi wacanatentang terorisme,hal itu terbuktidengan adanyapembahasan isu tersebutpada peristiwa-peristiwahubungan bilateral atau multilateralsebuah negara atau bahkan konferensi APEC, OKI, ASEAN, G7 dan Iain-lain.

Bahkan pemerintahan Megawati tidak lepas puladari cengkeraman hegemoniAmerika. Beberapa aktivis masjid diSolo misalnya, ditangkap oleh aparatpemerintah(polisi) dan diduga kuat terlibatdidalam sindikat JI(Jama'ah Islamiyah) yang diketuaiolehAbuBakarBa'asyir. Secarajelaspenangkapan itu merupakan langkahyang gegabahdanbisadideteksi adanyapesanandaripihaklain.

Dalam tulisan ini, penulis akan mengajukan solusi tentang pentingnya dialogantarperadaban, untukmenciptakan tata duniayang lebih adil, egaliter dan tidakmenindasantara satukutub dengan yang lainya. Tentunya dialog peradaban tersebut dihubungkan

' Kamaruzzaman Bustaman, 2003, Satu Dasawarsa The Clash Of Civilization:Membongkar PolitikAmerika diPentasDunia,Yogyakarta; Ar-Ruuz.

2Azyumardi Azra, 1993, "Pasca-Modemisme, Islam dan Politik: Kecenderungan danRelevansi", dalam UlumulQur'an, JurnalStudiAgamadan Filsafat,tAomor, V, hal:4-5.

Page 3: (^1^1 - Journal Portal

Siginifikansi DialogAntaragama dalam Era... 57

dengansignifikansi dialogantaragama sebagai basistemadannilaiuntukmenujukepadadialogantarperadaban, dialogsangatpentingsekalidalam meretasperdamaiandiinia,termasukdi dalamnyaadalah dialog antaragama.

Dialog dalam konteks ini harus dipahami tidak hanya sebatas pada individuberagama danfirqah di dalam agama, tetapi dialog yang telah menjelma menjadikesadaran bersama di masing-masing lembaga keagamaan. Bahkan dialog yang telahmenjadi—meminjamterminologi HansKung—^"Ethic Global".^

Di dalam kasus Indonesia, sebagai umat mayoritas, ummat Islam diharapkanmenjadi semacam "penengah" (wasathiyyah)* di antara umat-umat beragama lain dandituntutuntukmengembangkan sikapkeberagamaanyangtidakhanyapedulipadaummatsendiri, tetapi juga ummat beragama lain yang hidup sebagai tetangga dan saudarasebangsa. Islamtidakboleh memonopoli *TuHan",olehkarena itu, ummatIslam memilikikewajiban moral (moral obligation) untuk selalu berusaha menumbuhkan iklimkeberagamaan yang dialogis, kritis dan transformatifyang mendukung penguatanteihadap nilai-nilai demokrasi dan civil society.

B. Dasar Normatifdan Historis DialogDalam Islam, kita dapat merujuk kepada sumber-sumber primemya untuk

menelusuri dasar tekstual dari dialog antariman (interfaith dialogue) atau dialogantaragama. Secara tersirat maupun tersurat dapat diketahuibahwa di dalam al-Qur'ansendiriAllahtelahmenerangkansecaranaratifdan deskriptiftentang dialog.Di dalamSuratal-Baqarah misalnya, di sana dijelaskan bagaimana dialog antara Allah denganmalaikat. Isidansubstansi dialogantaraAllahdengan Malaikat adalahbahwaAllahinginmenjadikandanmenciptakanmakhlukbaru yangbemamamanusia.Malaikatsebagaimakhlukyanglebihmendahului manusiakeberatanatasdiciptakanyamanusia,serayabericata:

Ingatlah ketikaTuhanmu berfirmankepadaparaMalaikat: "Sesungguhnyaakuhendakmenjadikan seorangkhalifahdi mula bumi"merekaberkata:"mengapaEngkauhendakmenjadikan (khalifeh) dimukabumiituorangyangakanmembuatkerusakan padanya dan menumpahl^ darah, padahal kami senantiasa bertasbihdaiganmemuji En^caudanmensucikanEngkau?"Tuhanberfirman: "sesungguhnyaAku mengetahui apayang tidakkamu ket^iui.

SedangkandibagiansuratyangIain,Allahmengjlustrasikan dialogantaraIbrahim(yangmerupakan bapakagama-agamamonoteistik) denganAllah, Ibrahim digambarkandalam kitab-kitab agama semitik (AbrahamicReligion) sebagai seorangpencariTuhan,

^Hans Kung dan Karl-JosefKuschel, 1999,EtikGlobal, Yogyakarta: SISIPHUS bekeqasamadengan Pustaka Pelajar, hal: xiii.

^Lihat Q.S.Al-Baqarah:146.

Page 4: (^1^1 - Journal Portal

58 Millah Vol. IV, No, 1, Agustus 2004

sebagaiseorangmonoteis sejati,diamelakukanpeijalananpencarianTuhan,dan selaluberproses untuk menuju kepada realitas mutlakyaituAllah. Di dalam al-Qur*an, haltersebut diillustrasikan dengan apiko\chA\\ah:

Dan ingatlah (ketika) Ibrahim berkata: "YaTuhanku,perlihatkanlahpadakubagaimana Engkau menghidupkanorangmeninggal,Allahberfirman: "Belumyakinkah kamu"?Ibrahim menjawab: "AIoi telahmeyakininya, akantetapi hatikuagartetapmantap (dengan imanku).Allahberfirman: "(Kalaudemikian) ambillahempatekorburung, laincincanglahsemuanyaolehmu,Allahberfirman: "lainletaWcandiatas tiap-tiap satubukitsatubagiandari bagjan-bagian itu, kemudianpanggillahmereka, niscaya mereka akan datang kepacfimu dengan segera", dan ket^uilahbahwaAllah Maha Peikasa lagi Maha Bijaksana.

Padatradisi danpraktekkehidupanNabi sendiri, kitadapatmelihat benih-benihdialog daninklusivisme dalam beragama, NabiMuhammad SAW, mendirikan negaraMadinah bukan berdasarkan atas asas Islam, tetapi berdasarkan Piagam Madinah(Mitsdq Al-Madmah) yang mengakui keberadaan agama-agama Iain yang adapadawaktu itu, terutama Yahudi dan Kristen. Hal ini merupakan preseden sejarah yangmenandakan bahwa Nabi inginmendeklarasikan negaradanmembangun peradaban(civilization) "All Inclusive" dan "All Dialogues". KetikaNabi merubahnamaYastribmenjadi Madinah hal tersebut merupakan lompatan pemikiran futuristik dan bermaknabahwaNabiberkehendakuntukmembangunnegarayangberperadaban.Kata"Madinah"sendiri berasal dari akar kata "Tamaddun" yang merupakan masyarakat yangberkebudayaandan berperadaban.

Didalampenyebaran Islam, Nabi selalu mengutamakan dialog sebagai sebuahmetode untuk melakukan islamisasiwilayah SaudiArabia, sebuah preseden yangmenggambarkan kejadian dialog nabi dengan RajaNajasi ketika beliau mengirimkantawaran supaya raja tersebut meninggalkan praktek-praktek syirik dan supayameninggalkan agamanenekmoyangnya, merupakanprototypedialog dannegosiasi yangteqadi tanpa adanya faktor ekstemal yang memaksakeduabelahpihak. Meskipun padawaktu ituNabimenerima respon yang kurang simpatik dari Raja Najasi tetapi beliaumasihmencobauntuktolerance (tasdmuf^ dengan harapan rajatersebut mendapatkanhidayah ataupertunjukAllah, bukankah nabi selaluberdo'a: alldhummahdi qawmifainnahum Idya'lamun.

Dalam kitab asbdb al-nuzul, Abi Hasan Ali bin Ahmad An-Naisaburimengilustrasikan bagaimanakecerdikan danfathanah Rasulullah dalam berdiskusi danberdebat dengan Yahudi bani Najran. Perdebatan teologis tersebut kemudiandimenangkan olehNabi. Berikutpetikan dialog dan debat Rasulullah dengan Hars binKa'ab (yang merupakan waldl dariYahudi Bani Najran).

Page 5: (^1^1 - Journal Portal

SiginiflkansiDialogAntaragama dalamEra... 59

'̂Rasul berkata; MasukIslamlahkalian,Harsmenjawab: KamitelahmasukIslamsebelumkamuMuhammad. BerkataMuhammad: Engkauberbohong, adatigahalyang membuat kalian belum dikategorikan masuk Islam, kamu mengakui bahwaAllSi beranak, kalian menyembah Salib, dan kalian semua memakan Babi. Harsbeikata: Jika IsatidaklahputraAllah makasiapakah bapaknya? Kemudian merekasemua mengeroyok nabi dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai Isa.Nabimenjawab: '̂ dalckahkalianmengetahui bahwatidakada seorang anakpunkecualidiamenyerupai dengan bapaknya? Merekaberkata, yaa..Muhammad berkata:''tidakkah kalian semua mengetahui bahwaTuhan kitaadalah dzatyanghidupdantidakmati, sedangkan Isaakandidatangi kehancuran (baca: mati)? Merekaberkata: 'Ya Muhammad berkata: tidakkah kalian mengetahui bahwa Tuhan kitamenangani, memelihara danmemberikan rizkikepada setiap sesuatu? Merekaberkata: Ya...Nabimenjawab:Apakah Isamemiliki halitusemua? Merekaberkata;Hdak... ..Nabi menjaw^:sesungguhnyaTuhantelahmembentukIsadi dalamrahimsebagaimanakehendak-Nya, Tuhan tidakmakan, minum dantidakhadas. Mereka -menjawab: Ya.....Nabi berkata: tidakkah kalian mengetahui bahwaIsadikandungoleh ibunya,sebagaimanaghalibnya perempuan mengandung, kemudian Isadilahirican sebagaimana laiknya ibuyangmelahirkanbayinya, kemudian diberi giasebagaimanaseorangibu memberikangizi kepadabayinya,dankemudian diamakffli, minumdanbeihadas? Merekaberkata:Ya..Nabi menjawab: '̂tetapi kenapabisateijadi sebagaimanaapayangkalianasumsikan? Danaldiimyamereka semuadiammembisu"

Artikulasi darisifatprofetikNabi di dalamkehidupanya sehari-hari membuatIslammenjadi tersebarsecaradamaidiseluruhpenjuruJazirahArabia. Nabitelahberhasildalamjangka waktu23 tahunmembangim peradabanadiluhung danperadabanyangterlalumodem bagiukuranzamanyang mengitarinya (itwas too modern tosucceed).Nilai-nilai profetiktersebutkemudian ditransmisikan dandiwarisi olehperiodeSahabatdan mengalami masa-masa kemunduran serta deklinasi setelah keruntuhan dinastiAbbasiyahyangberpusatdi Baghdad,KuntowijoyomisalnyadenganparadigmaIlmusosialprofetiknyamengelaborasikan bahwaada tiganilaiprofetikNabi adalah liberasidanemansipasi, transendensi sertahumanisasi.^

Sehingga seorang sosiolog terkemuka Robert N. Bellah mengatakan:

"There is no question but than under Muhammad, Arabian society made aremarkable leap forward in social complexity and political capacity. When thestmcture that took shape under the prophet was extended by the early chalips toprovide the orginizingprinciple fora world empire,the result is something that forits time and place is remarkably modem. It is modem in the high degree ofcommitment,involvement, andparticipationexpectedfromthe rank and the filemembersofcommunity. It is modem in the opennessofits leadershippositionto

^Kuntowijoyo, 1991, Paradigma Islam: Interpretasi Bandung: Mizan, hal:17-18.

Page 6: (^1^1 - Journal Portal

60 Millah Vol. IV,No. 1, Agustus 2004

ability judge on universalistic grounds and symbolized in the attempt toinstitutionalized a non hereditaryto leadership. Even inthe earliesttimes certainrestraints operatedtokeep the communityfrom^ollyexemplifyingtheseprinciples,but itdidsoclosely enough toprovidebettermodelformodemnational communitybuilding that mi^t be imagined. The effort ofmodem Muslim to depict the earlycommunityas very type ofequalitarian participantnationalismis by not meansentirely an historical fabrication.In a way the failureofthe early community,to relapseintopre-Islamis principle ofsocial organization,is an added ofthe modernityofthe earlyexperiment. It wastoo modem to succeed. The infrastmcture did not yet exist to sustain it.®

Budayaberpikirkritis—yangmerupakanpra-kondisi untukmewujudkansebuahiklim yang dialogis—juga telah tumbuh di dalam sejarah awal kemunculan Islam.Tengoklah misalnya, seorang Umar Bin Khattab, menumt penulis dia adalah seorangsahabat Nabi yang beriman teguh tetapi sekaligus tidak dogmatisdan takenforgranteddi dalammenerima danmengartikulasikanpesan-pesanal-Qur'an. Dia adalah tipe seorangyang beriman dan sekaligusmampu mendayagunakan intelektualitasnyauntuk kritisyaitudengan mengungkapkan beberapa ide dan berbagai tindakan inovatifyang sebelumnyatidakdicontohkanolehNabi.Bahkan—kadang-kadang—secarasepintastindakanUmarbin Khattab tersebut tidak sejalan atau malah bertentangan dengan kitab suci.

Sayang,sepeninggalNabi dan Khulafa'urRasyidinperadabanadiluhungtersebuthancur dan ummat Islam dibawa kembali lagi kepada sistem pemerintahan tribalismepra-Islam(Jahiliyyah). ItulahkegagalanummatIslamdi dalammerealisasikan cita-citasosial-politikzamanNabidanKhulafe'urRasyidin. Dariperspektifini, sebetulnyaummatIslam secara historis-normatiftidak mempunyai permasalahan dan bahkan tidak adaproblemdengandialogantaragamadan dialogantariman (interreligious andinterfaithdialogue).

Problemyangada danseringkalimenimbulkanketegangandan kontestasijustmkarenaproblemsejarah, sederetanlukasejarahyangteijadipadaperang Salib,KonflikPalestina yang tak kunjung usai, Afghanistan, Bosnia Herzegovina dan Iain-lain,mengakibatkan terendapnya rasaketakutan,kebencian danpurbasangka(prejudice) didalam hubungan antara dua agama yang datang dari sulbi Ibrahim ini. Hal inimengakibatkan laiknyarumputkeringyangsewaktu-waktu bisaterbakardenganmudahapabilaadapresedenyangbisamenguakkembalilukalamayangterpendamtersebut

Sedangkannilai-nilaiuniversalyang telahditawarkanoleh al-Qur'an sebagaiThebasicfundamental value atas terlaksanakannyadialogantaragama adalah "cr/-

^Masykuri Abdillah, 2000, Gagasan dan Tradisi Bernegara di dalam Islam, SebuahPerspektifSejarah dan DemokrasiModern" dalamJumal"TashwirulAfkar"EdisiNo: 7, hal. 100-101.

Page 7: (^1^1 - Journal Portal

Siginifikansi Dialog Antaragama dalam Era... 61

ta 'dwuh" dan "al-ta 'druf\ Dalam suratAl-Hujurat (13)Allah dengan sangat faktualsekali mengatakan: ,

Hai manusia, sesimgguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki danperempuan dan menjadikankamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supayakamusalingmengenal,sesungguhnyaorangyangpalingmuliadiantarakamu disisiAllah adalah orang paling bertakwa diantara I^mu. SesungguhnyaAllah MahaMengetahui dan Maha Mendengar.

Teksal-Qur'an lainyayangbisadijadikansebagaispiritdialogantaragamadalambingkaikeijasamapraksisuntukmemerangi musuh-musuhkemanusiaanuniversalsepertikemiskinan,kebodohan,korupsidan penyalahan zat adiktif,juga telah didedahkan olehAllah dengan sangatbagus sekali. Allah bersabda: hekerjasamalah kamu dalamkebaikan dan taqwa dan janganlah kamu bekerjasama dalam dosa danpermusuhan." -

C. Signifikansi DialogAgamaKerangkayangpenulis tawarkan di dalam dialog antarperadaban, berpijak

dengan dialog antaragama adalah bahwa sesungguhnyaketegang^-ketegangan yangselama ini teijadi di berbagai wilayah yang berbau SARA, penculikan beberapa aktivismasjid yang didugatersangkut JI (jama'ah Islamiyah), kerusuhan di Poso, Maluku,Ambon. Semua itu teijadi dikarenakan dialog yang selama ini telah dilakukan olehberbagai institusi baik yang disponsori oleh pemerintah atau lembaga swadayamasyarakat (LSM), masih sebatas thesuifacestructure, belum dilaksanakan di dalamtataran praksis dan menyentuh the essence ofdialogue.

Umat Islam sebagai umat mayoritas sebetulnya telah melakukan substansiasinilai-nilaiagama dan membangundialog dengan umat beragama yang lain,penerimaaiiasas Pancasila oleh panitia BPUPKI yang mayoritas pemimpinnya muslim merupakanpresedensejarahyangmembuktikanbagaimanatoleransi, inklusivitasdan akseptabilitasummat Islam terhadap eksistensiagama-agama selainagama mayoritas.

Ketakutansebagiankalangan(minoritas) terhadapkekuatanIslamadalahsebuahilusiyang tidak beipijakkepada realitaskesejarahan ummat Islam. Selama zaman Nabidanditeruskan olehparasahabat, ummatIslamselalumemperlakukanpendudukdaerahyang dikuasai secara manusiawi, bermartabatdansantun. Fath Makkahmerupakaneksperimentasi sejarahNabi yang menunjukkanbetapatidak ada pertumpahandarah,pembunuhan anak-anak danorang-orangyangtakberdosa. Di dalam Islamadakonseptentang perang. Di antara konsep Islam tentang perang itu antara lain, tidak bolehmembunuh anak-anak, tidakboleh membunuh wanita, ataumembunuh orang yangsudah'menyerah, tidakdiperbolehkan merusaktempat-tempat ibadah, simbol-simbolatauritus-ritus sakral dan Iain-lain.

Page 8: (^1^1 - Journal Portal

62 Millah Vol. IV,No. 1, Agustus 2004

Inklusifitas dan toleransi yang begitu tinggi pada zaman Nabi, kemudianditransformasikan pada zaman sahabat, terutama pada masa Sahabat Umar binKhattab, pada masapenakhlukan Palestina, sejarah Islam telah mencatat bahwa Umarmasuk gereja dan memberikan pidato yang melarang tentaranya untuk merusakbangunan-bangunan suci dan simbol peradaban yang ada pada waktu itu. Itulahbeberapa goresan sejarah Islam, yang kadang-kadang tidak dipandang secara arifdan jemih oleh the others.

Ini bukanlah ekspresi apologetik dan romantisisme seorang muslim yang inginmencarikompatebilitas antara&ktualitas danhistorisitas sejarah,melainkanlebihsebagaideskripsi eksperimentasi dan eviden sejarah yang mendedahkan dengan sangat jelassekali betapa Islan in the early beginning telah mengafirmasi tegaknya toleransi (al-tasdmuh), keseimbangan (al-tawdzun), keadilan (al- 'addlah) dan pluralitas (at-ta 'addudiyah). Nilai-nilai ini sesungguhnyadapatdijadikansebagaimodal sosial (socialcapital) bagiummat Islam untuk bisa mengartikulasikanyadi dalamkehidupanmodem.Dengan berbasis kepada nilai-nilai seperti ituummat Islam tidak akan canggung untukberdialog dengan ummat agama lain.

Dialog antaiperadaban tidak akan mungkin teijadi kalau sesama agama yangserumpun (abrahamic religion) saling menebar sakwasangka (prejudice). Problemketidakadilan dan double standardyang dilakukan oleh negaraAmerika, mempakanpenyebab dan pemicu (pushfactor) adanyagerakanterorismeintemasionalpascaWTC.Olehkarenaitukebijakan unilateralAmerika terhadap Irak,sertapenindasanterhadapummat Islam di Palestina harus segera diakhiri.Kampanye menentangjaringanterorismeyang didukung olehAmerika tidak akan membuahkan basil yang memuaskan, apabilaAmerikamasihmenggunakanstandargandadidalamkebijakan-kebijakan luarnegerinya.Bahasa agama, seperti crusade, you're with us or against us, the axis evil, yangdigunakan oleh Mr. Bush untuk mengobarkan rasa patriotisme warga Amerika gunamemerangi segala bentuk terorisme perlu dihilangkan. Bahasa yang mencerminkanfimdamentalisme dan skripturalisme Kristen, dan menutup horizon masyarakatAmerikatentangduniayang ada di luar merekaberimplikasikepada semakinpiciknya(provicial)pandanganwarganegaraAmerika.

Pasca WTC, dunia memerlukan tatapandangan dan hubungan bam yang lebihadil,equal dantidak salingmenindas. Islamofobia(ketakutanyangteramatberlebihanterhadap Islam) hams segera dikikisdari naluribawah sadar manusia.Dalam hal ini,pers memilikiperanan yang penting di dalam membuat dan mencitrakanIslam yangsantun, damai dan rahmatan HI 'alamtn. Pers yang tidak distortif, tidak diskriminatifsertaemansipatoris mempakan pilaryangsangatpenting untukmembangunpra-kondisidialog antarperadaban dan dialog antaragama. Pers sebagai sebuah institusimemerankan perananpencitraan, lihatsajamisalnyabagaimana kecendemngan persBarat didalam meliput invasi Amerika atas Irakbeberapa dasawarsa silam. Hegemoni

Page 9: (^1^1 - Journal Portal

Siginifikansi DialogAntaragama dalam Era... 63

persBaratsangatbiasdanmemihak kepadatentaraAmerika yangmelakukan invasiterhadap Irak tersebut.

D. Modal Dialog Umat IslamApabilakitamerujukkepadaal-Qur'an, setidaknyaditemukanduamodal sosial

danpolitikumatIslam untukmelakukan dialog antaragama danperadaban.Pertama, Surat al-Baqarah, ayat: 142, Wakadzdlikaja'alndkum ummatan

wasathan litakunusyuhadd' ala al-ndsi wayakuna al-rasulu 'alaikum syahidan. Didalam ayat ini ummat Islam mempunyai peran sebagai ummatan wasathan (ummatpenegahdanmoderat), dansetelahnya perananummatIslamadalahsebagai seorangsaksi (syuhadd'), duaperananyangsangatstategis sekalidi eraglobalini.Hanyadenganpengusaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berbasiskan atas spiritualitas danmoralitasummat Islamakanmampuuntuk menjadiseorangsyahidatausyuhadd' atasummat-ummat lain. Sedangkandenganpandangan inklusifitas (infltahiyyah) danpluralitas(ta 'addudiyyah) akanmenempatkan ummatIslamsebagaiummatanwasathan (ummatyang moderat).Penulismelihatdua peranan tersebutbelum dimainkan secara baik olehummatIslam,ummatIslammasihcanggungkarenamasihmerasainferiorbiladihadapkandengan ummat-ummatyang lain.Rasa inferioritastersebut sesungguhnyatidakharusmuncul apabilaummatIslammampumenguasai ilmupengetahuandan teknologi.

Kedua, SuratAli Imran ayat: 110berbunyi: Kuntum khaira ummatin ukhrijatlinndsi ta 'muruna bi al-ma 'rufwa tanhawna 'an al-munkar, wa tu 'minuna billdh.Posisi ummat Islammenumt ayat ini adalahkhaira ummatin(umat yang paling unggul).Keunggulan tersebut bukan cuma bisa dikuantifikasi saja, tetapi juga harus bisadikualifikasikan.Selama ini—temtama di Indonesia—umat Islam hanya banyakdi dalamkuantitas tetapi secara kualitas masih dibawah umat-umat lain. Empowerment(pemberdayaan)sumberdayamanusiadenganmembenahisistempendidikan di internalkaummuslimin, peningkatanekonomikerakyatan, perlindungan terhadaptenagakeijadanIain-lain, merupakanagendamendesakintemalummatIslamyangmendesakuntukdilakukan.

Page 10: (^1^1 - Journal Portal

64 .; Millah Vol. IV,No. 1, Agustus 2004

Ajaran KhairaUmmatin

(Ummat PalingBaik)

Alam atau

Dunia Se-

isinya/ekonomi

politik, sosial,budaya, militer

BaqarahAlilmran

c.ptsteme

Norma Al-

Wasathiyah,Ajaran

Syiihada'

Diagram dan Kesimpulan atas tigaposisi ummat Islam,E. Penutup

Sebagaikata akhir danpenutup atas tulisan ini, penulis akan coba memberijalanyangviableuntuk dialogantaragama.

Page 11: (^1^1 - Journal Portal

Siginifikansi Dialog Antaragama dalam Era... 65

Pertama, SelfConfidence^ ummatIslamhams mempimyai percayadiri, artinyaadalahmuhdsabah terhadapdirinya, apa saja achievement yang telah dicapai danbagaimanaketertinggalankitadariperadaban-peradabanummatyanglain. Secara intemalummat Islam hams percaya akan kemampuan dirinya sendiri untuk berkompetisi,kontestasi dan berkonfrontasi dengan peradaban dunia. Salah satu sebab inferioritasperadaban Islam adalah dikarenakankita sebagaipemilik peradaban tersebut tidakmemiliki senseofbelongingdantidakpercayadiriakanpotensiyangtelahkitamiliki.

KeduOy Persatuan. Minimnyakekuatan-kekuatanpemersatudi dalam intemummatIslammembuatkita selalusajaterkenapolitik devide etimpera, selalusajadiadudombadan dimanipulasi hak-hakpolitikdan hak-hak sipil yang telah kita miliki. Padahal hanyadengan persatuan danorganisasi yangbaiklah posisiketertinggalan kitaakansegeraberakhir. Dalam sebuahpepatahara,b dikatakan "al-haqqubildnizhdmyaghlibuhual'bdthilu bial-nizhdm "(bahwasesuatuyangbenar (haq) yang tidakdiorganisir (tidakbersatu) dengan baikakan mudah dikalahkan dandihancurkan olehsesuatu yang Bathiltapidiorganisir). Adagium iniperlukitabreakdown di dalam kehidupan kitasebagaisebuah ummat.

Ketiga, memperkuatDzikirdanPikir. Kelemahan Baratselama iniadalahkeringnyaspiritualitas dan nilai-nilai agama didalamkehidupan sehari-hari masyarakatnya, dansebaliknyaummatIslam tertinggal didalambidang ilmupengetahuandanteknologi, untukmengejarketertinggalan tersebutummatIslamharus mampumengkonvergensikan antaraduaentitas penting dzikir dan pikir, kedepan kitahams ihemikirkan secara sungguh-sungguhdanserius strategikebudayaansdiinggakitatidakteihegemoni olehBaratbesertaideologi kapitalismenya, dengan berpijakkepada al-Qur'andan"SunnahNabi", sunnahNabi didalamkonteks tulisan iniharus dimaknai sebagaimanayang telah dijelaskanolehFazlurRahman didalam bukunya yang telah menjadi klasik Membukapintu ijtihad, didalam bukunya iniFazlurRahjnan memaknai SunnahNabi dengan thelivingtradition

Page 12: (^1^1 - Journal Portal

66 Millah Vol. IV, No. I, Agustus 2004

(tradisiyanghidup)bukanhanyaterpatokdanmengacukq)ada tradisioralyangkemudianterkodifikasikankepadakitab-kitabkodifikasi,tetapitradisiyang dinamisdanprogresif.Wallahu A 'lam.

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Masykuri, 2000, "Gagasan dan Tradisi Bemegara dalam Islam: SebuahPrespektifSejarah dan Demokrasi Modem, ** dalam TashwirulAJkar, Jakarta:LAKSPESDAMNU.

Ahmad Bustamam, Kamaruzzaman, 2003, SatuDasawarsa The Clash of Civilization:MembongkarPolitikAmerikadiPentasDunia, Yogyakarta: Ar-Ruuz.

Amstrong, Karen, 2001, Sejarah Tuhan: Kisah Pencarian Tuhan YangDilakukanoleh Orang-Orang Yahudi, Kristen dan Islam Selama 4000 Tahun, Bandung:Mizan.

Azra, Azyumardi, 1993,"Pasca-Modemisme, Islam dan Politik, Kecenderungan danRelevansi", dalam Jurnal Ulumul Qur 'an, Jakarta: LSAF & ICMI.

Hans Kung dan Karl-JosefKuschel, 1999, Etik Global, Yogyakarta: SISIPHUS danPustaka Pelajar.

Hodgson, Marshall, 1974,77?^ Venture ofIslam: Conscience andHistory inA WorldCivilization,Chichago: The University ofChichago Press.

Kuntowijoyo, \99\,ParadigmaIslamInterpretasi UntukAksi,Bandung: Mizan.

Madjid,Nucholish, 1997,Islam Kemoderenandan Keindonesiaan,Bandung:Mizan.

Shihab, Alwi, 1997, Islam Inklusif: Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama,Bandung:Mizan.

Page 13: (^1^1 - Journal Portal

KELUARGABEDA AGAMA DALAMMASYARAKAT lAWA PERKGTAANStudi Kasus di Sinduadi Mlati Sleman Yogyakarta

Oleh: Nawari Ismail'

Abstract

This researchpurposes to explain the religiosity ofcouple both beforeand aftermarriage; todescribefunctionofculturein thesocial integrationamongthecouplewhich has different religion, beforeandafter marriage; andtostate thesocializationofvalue ofparentto theirchildren. This research uses ethnographical approachintheJavanese urban,especially in SinduadiMlatiSleman Yogyakarta. The researchis applied insomesteps; exploringdata, recognizingphysical sphere, the researchconducting, and writing report. The research revealed somepoint asfollow: (1)Mostcouple have highly religious and the other are sufficient. (2) Religion, asculturalsystem, isvery useful to integratesocialfactor ofthecouple inthereligiousintermarriage case that caused byvaluesof sincreticsm of 'abangan 'subcultureon theonehand, and theotherhandalsocausedby values of secularization of'santri'subculture, so that thetoleranceattitude towardothersreligion is increased.(3) The roleofreligious culture isnotdominant insocializing value and applyinginheritance law.

el—^ Olj—jS/l 1-4 ^15 «uL»^ 1 v• jJLajl'Sinduadi (3^

jJ—^ ^ ^ . eJ.A*i.l al^

(3 dl jw«J elj^l (3 I"

Olj .T" (J {3^ '̂ til -Tjji 4—) ^Lja^ Oj .1 c$j'••..•* ji-io aj—-Vl t3ajLs<3^ ^jA 4gj8-AJuJl 4 pJL^l j»-L—dl c/y {Jl*i

js—^ al—#^ ^U-sdl L^jA JSLiJj santria^ j abangan4 4 t3 bii 4^^l ajL^aji-l (jL L^ijl .Ot j»J—Jtlsantri «jl—sdp- 4—jiyiii)! abangan ajUiaa^ ^Vl ejL;a>JJ 2 . •n.

. (3 (jLttJjdl

Kata Kunci: Keluarga, Keberagamaan, Perkawinan Beda Agama*DosenUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta

Page 14: (^1^1 - Journal Portal

68 Millah Vol. IV,No. 1, Agustus 2004

A. PendahuluanP|adadataran realitas menunjukkan masyarakat Indonesiabersifat pluralis, baik darisegi agama maupun suku. Karena itu adanya toleransi dan pengakuan terhadap

pluralismeakan menghindarkankelompok-kelompok masyarakatbersikapeksklusif,sehinggamemudahkan teijadinyaintegrasi.Apalagi memasuki millenium ketiga,ketikaperubahansosial-budayaternsberlanjutdengan akselarasi yanglebfli cepat, seiring denganproses globalisasi yang menjadikanmasyarakatberada dalamsatujaringan desa-dunia.Dunia yang seperti desa menjadi tempat bertemunyaberbagai aspek sosial-budaya,*sehinggamemudarkan sekat-sekat geografisantamegara danberimplikasi juga kepadameretasnya sekat-sekat sosial, keagamaan, etnisitas dan keluarga.

Keluarga sebagai institusisosial terkecil mempunyaiperanyang sangatpentingdalamprosesalihkebudayaanantaigenerasi, termasukdalampengalihannilai-nilai moral,toleransi dan pengakuan terhadap perbedaan. Keluarga juga dapat berposisi sebagaistrukturmediasi penting dalam proses sosialisasi nilai-nilai dan ide-ide dari institusinegara (pemerintah) atau masyarakat kepada individu(anggota keluarga).

Dalam arus perubahan sosial-budaya tersebut keluarga moderenjuga ditandaidenganpluralisme latar-belakang sosial-budayaanggotakeluarga,misalnyaperbedaanagama.Keluargabeda agama walaupunbelum ada dataresmi daribasil sensus,temyatajumlahnyacukupbanyak terutamadipeikotaan. Sebagaicontoh IkatanKeluargaLintasAgama dan Suku Indonesia (IKLAS-Indonesia), menurut ketuanya, Ir. Sigit Susilo,^telah mempunyai anggota sebanyak 200 Kepala Keluarga (KK) khusus sebagian yangberada di Bali, Yogyakarta dan Jakarta.

Keluaigabedaagama,sebagaimanainstitusikeluargapadaumumnya, menqjakanpusatpembinaankebudayaanawalindividu, baikkebudayaanyangbersumberdari tradisisuku {kebudayaan-suku) maupun kebudayaan yang bersumber dari agamaikebudayaan-agamd) atau kebudayaan campuran. Sebagai suatu sistem simbol yangmempunyai makna bagi penganut dan pendukungnya, agama tentu akan berpengaruhterhadapsikap,perilakudan polahidup suami-isteridananggotakeluarga.Sebab sepertikerangka pikir sibemika Parsons bahwa, sistem budaya berpengaruh kepada sistemsosial.^ Hal inimengandaikanbahwa,agamasebagaisebuahkebudayaan, dalamintensitasseberapapun dapatmenjadi faktorindependen dalamhubungannya denganstrukturdanfungsikeluarga beda agama.

Di sisi lain dalam keluarga beda agama dimungkinkanteijadinyatarik-menarikkekuatan antarkebudayaan yang dilakukan orang tua yang berbeda agama terhadap

' James Beckford dan Thomas S. Kuhn, 1991, The Changing Face ofReligion, London:Sage, hal.11.

^Kedaulatan Rakyat, 24 Januari 2000.^Lihat Parsudi Suparlan, 1982, Pengetahuan Budaya, Ilmu-ilmuSosial dan Pengkajian

Masalah-masalah Agama, Jakarta: Proyek Penelitian Keagamaan Balitbang Depag RI, hal. 70.

Page 15: (^1^1 - Journal Portal

Keluarga Beda Agama dalam Masyarakat Jawa... 69

anak-anaknya. Selain itu keberadaan keluarga beda agama sering menimbulkankontroversidikalanganmasyarakat danseringdilihat hanyadarisisiyuridis-formalnya.

Intipenelitian iniberusaha mengkaj ihubungan kebudayaan (suku danagama)dengan struktur sosial dalam keluarga bedaagama. Adapun fokusnya adalah: (a)ada-tidaknya pengaruh perkawinan bedaagama terhadap kualitas keberagamaan masing-masing pihak; (b)fimgsi kebudayaan-agama dalam pengintegrasian sosial antara suami-isteriyangberbeda agama, baikketikateijadinya perkawinan maupunsetelahsuamiisteri berumah-tangga; (c)proses sosialisasi nilaiterhadap anakyangdilakukafi suami-isteri yangberbedaagama, termasukmengenai ada-tidaknya dominasi antarkebudayaan,dan faktor penyebab teijadinya dominasi

Dalammenjawab masalah tersebutdilakukanpendekatan struktural fiingsional.Adapun asumsinyaadalah hubungan antara sistembudaya (agama) dengan sistem sosial(strukturdalamkeluarga)merupakan hubungantimbal-balik. Agamasebagaisistembudaya mempengaruhi dandipengaruhirealitas.

B. Jinjauan Pustaka1. PenelitianTerdahulu

Institusi keluarga sudah lama menjadi sasaran penelitian. Dalam perspektifflingsionalisme-struktural, penelitian tentangkeluarga difokuskankepada strukturdanfungsinya. Di Indonesia penelitiankeluarga denganpendekatanflmgsionalismetersebutmisalnya penelitian yang dilakukan Hildred Geertz (1985). Geertz menggunakanpendekatanetnografi khusus mengkajikeluarga Jawa dengan memfokuskan kepadastruktur, peran keluarga dan sosialisasinilai tradisi dalam keluarga Jawa.

Untuk penelitian yang memfokuskan perhatian terhadap keluarga beda agamasebenamya sudah ada yang meneliti. Bahr (1982) melakukan penelitian di keluargabeda agama (religious intermarriage) diAmerika,demikianjugadenganNelsen (1990)diAustralia.Keduapeneliti tersebut menyorotiaspek sosialisasinilaikeagamaan dalamkeluarga beda agama dan peran yang dimainkan suami-isteri dalam sosialisasi nilaikeagaamaan tersebut.

Di Indonesiasendirisudahadapenelitiantentangkeluargabedaagama,sepertiyangditelitiolehAini (1997/1998) danA\^ludjeng(1991).Aini melakukanpenelitiandatasekunder(darihasilsensusSUSENAS, 1980)khususDaerahIstimewaYogyakaita tentangkeluaiga yangberagama Islam,KristendanKatolik.Aspekyangdikaji adalahafiliasiagamaanak dalamkeluargabeda agamadanperanmasing-masingsuami-isteri. SementaraituWiludjeng khusus mengkajipelaksanaanjanjiperkawinandari suami-isteriyangkawindengan umatnon-Katolikdanpengaruhnya teihadap proses pengafilisiananak.2. Kebudayaan, Agama, danlnteraksi Sosial

Kebudayaan adalahseperangkat ideataupengetahuan yangdimiliki manusiasebagai makhluk sosial yang secara selektif digunakan untuk memahami dan

Page 16: (^1^1 - Journal Portal

70 Millah Vol. IV,No. 1, Agustus 2004

menginterpretasikan lingkungan yangdihadapi sertadijadikansebagaikriteriadalambersikap, bertindak dan berinteraksi dengan prang lain/

Kebudayaan dapatbersumberdariajaran agama (kebudayaan-agama) dannilai-nilai suku (kebudayaan-suku). Sebuah komunitas suku dan agama dapat memilikikebudayaankhusus yang disebut dengan subkebudayaan, misalnya dalam masyarakatagama (Islam) di Jawa ada subkebudayaan abangan dan santri. Sementara dalammasyarakat suku Jawa ada subkebudayaan Jawa-pesisirdanJawa-pedalaman.

Dalamhal hubunganantarakebudayaan dsag^mstruhursosial, seperti interaksisosial,kegiatansosialisasi nilai,dapatdilakukan melalui berbagai pendekatan, misalnyapendekatanhermeneutik,semiotik,danpendekatanfimgsionalisme-Parsons. Pendekatanfimgsionalisme memandangadanyahubungantimbal-balikantarakeduavariabel tersebuL^

Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antar individu atau antarkelompoksosialdalam masyarakatDalamkonteks kehidupankeluaiga beraitihubungantimbalbalik antar anggotakeluarga.Bentuk interaksisosialantaranggota keluarga bedasuku-agama dapat bersifatpositifdan negatif. Bersifatpositifjika ada integrasi,bersifatnegatifjika teijadi pertengkaran danbahkan perceraian antara suami dan isteri.

Dalam hal ini integrasisosialberarti penyatuan antara laki-lakidan perempuanyang berbeda agama-suku dalam sebuah perkawinan. Kemudian setelah berada dalamsuatuperkawinan merekamemeliharakeharmonisanrumahtangganya. Keharmonisanmerupakantujuanutama darisetiaporangyangmelakukanpeikawinan. Konflik bukantujuan namun sangatmungkinhanya dipandangsebagaiprosessementara.Persoalannyamengapateijadi integrasi di antaraorangyang berbedaagama.Hal inidapatdijelaskandari teori modemitas yang menyatakan bahwa, masyarakatmoderen cendening bersifattoleran terhadap agamaIain(Nottingham, 1983). Di Indonesia dariketiga varianagamaJawa seperti dikemukakan Clifford Geertz (1989) nampak varian abangan sangatmemperlihatkan ciri-ciri seperti masyarakatmoderenyaituadanyatoleransi beragamayangtinggi (Hildred Geertz, 1985). Sikaptoleransi iniyangdimungkinkan mempengaruhiberkembangnya perkawinan beda agama.

Untuk itu Hildred Geertz^ menemukan kenyataan bahwa, kategori abangandalammasyarakat IslamJawa,memperlihatkan ciri-ciri seperti masyarakat moderenyaituadanya toleransi beragama yangtinggi, sehingga mempengaruhi berkembangnyaperkawinan bedaagama. Sementara Collins (1987), yangmelakukan penelitian padamasyarakatAmerika, menemukan kenyataan bahwa, konflik (perceraian) lebihseringteijadidikalangan keluarga bedaagama dibandingkan dengan keluarga satuagama.

•* LihatSudjangi, 1992, KajianAgamadan Masyarakat, Jakarta: Balitbang DepagRI,hal.84.

^Jeffrey C.AlexanderdanSteven Seidman (eds.), 1990, CultureandSociety, ContemporaryDebates,Cambridge: CambridgeUniversity Press,hal. 3-10.

^HildredGeertz,1985,KeluargaJawa, Jakarta: GrafitiPress,hal.3-4

Page 17: (^1^1 - Journal Portal

Keluarga Beda Agama dalam Masyarakat Jawa... 71

Hal senada dikemukakan oleh Elliott dan Merrill (dalam Khoiruddin, 1997) bahwa,perbedaanagama dalam keluarga merupakansumberkonflik terutama setelahanak-anaklahir dankonflikakan lebihseriuslagijika suami-isteri memiliki kesadaran beragamayangtinggi. Dalamkaitannyadenganpemyataan ElliottdanMerrillini,makaperlumenelitimengenai keberagamaan suami-isteri.3. Keberagamaan

Keberagamaan dapatjuga disamakan denganketerlibatan agamaataukomitmenagama merupakan suatu konsekuensi dari penganutan agama seseorang. Konsepkeberagamaan mengandung beberapa indikator, dan di antara ahli ada perbedaan.Dengan mengacu dan memadukan indikatoryang diberikan oleh beberapa ahli sepertiFukuyamayangdilansirolehDemerath, Glackdan Ringer, LarryBlackwoodyangdikutipAbdullah Fajar, dan Demerath, maka dalam penelitian ini indikator konsepkeberagamaan meliputi; keanggotaan formal dalam organisai agama, kehadiran ataupelaksanaan ritualagama,partisipasi dalamkegiatan keagamaan,danupayamemperolehpengetahuan keagamaan.4. Sosialisasi Nilai dan Peranan

Sosialisasinilai adalah proses peralihan nilai-nilai (agama dan suku) dari seorangatau kelompok kepada orang lain, dari orang tua kepada anak-anak. Ada dua jenissosialiasi nilai kepada anak-anak yaitu sosialisasi primer {primarysocialization), dansosialisasi sekunder {secondary socialization).^Sosialisasi primer berlangsung ketikaanak pertama kali memperoleh identitasnya sebagai pribadi. Pada tahapan ini anaksebagian besar menerima sosialisasi dari orang tua. Adapun sosialisasi sekundermerupakan sosialisasi setelah anak beranjak dewasa, dalam masa ini anak menjadianggota masyarakat yang lebih luas dan menerima nilai-nilai dari masyarakatnya.

Proses sosialisasi dalam keluarga terkandung adanya peranan-peranan yangdimainkan orang tua. Peranan adalah aspek dinamis dari status atau kegiatan yangdilakukanseseorang sesuaidengan statusyangdimilikinya. Bergerdan Luckman(1971)menyatakan bahwa, peranan ditentukan dan dikonstruksikan secara sosial. Artinyaperanan individu atau kelompok ditentukan oleh konsep dasar perilaku atau nilai-nilaiyangdijadikan pedomandalammasyarakat. Dalammasyarakat yangmenganut ideologjpatriarici misalnya, peranan laki-laki dan perempuan umumnya dibedakan (Budiman,1985). Laki-laki dikonstruksi untukberperan di sektorpublik,sedangkan perempuanmengurusi sektor domestik,

Adanyapembagian peran antara laki-lakidan perempuan (suami-isteri)tentuakanberdampak terhadap kuantitas waktu dalam pemberian sosialisasi nilai kepadaanak, sehinggaakan menimbulkan dominasi peranan dari suami atau isteri dalamkeluaiga

' Phillip Robinson, 1989, Beberapa PerspektifSosiologi Pendidikan, Jakarta: RajawaliPress, hal. SO

Page 18: (^1^1 - Journal Portal

72 Millah Vol IV,No. 1, Agusius 2004

Jika teijadidominasiperanandalamprosessosialisasi nilai,makasangatdimimgkinkanteijadi dominasikebudayaan atau subkebudayaandalam keiuarga.khususnya dalamkeluarga beda agama.

Teori tentangperanan tersebutjuga didukungolehtemuanbeberapa penelitian.Bahr (1982) dan Nelson (1990) sama-sama menemukan bahwapengaruh maternalsecarasignifikan lebihbesardankuatdaripadapengaruhpatemaldalamsosialisasi nilai(agama) anak dalam keluarga beda agama. Bahkan Nelsenjuga menemukan bahwa,anakperempuancenderung kuat mengikuti agama ibu dan sebaliknya anak laki-lakicenderung ikut agama bapak. SementaradiIndonesia,Aini (1997/1998) menemukanhal yang senada yaitu pengaruh orang tua dari keluarga beda agama dalam sosialisasinilai agama (afiliasi agama) terhadap anak ditentukan oleh jenis kelamin. Dengan katalain,peranan sosial suami-isteri yang didasarkan atas konsep pembagiankeija secarajenderdalammasyarakatpatriarki, ibu lebihdominandaripada bapak dalam sosialisasinilaiagama.Berdasaikan teoridantemuantentangperanandalamsoalisasi nilai tersebut,Toakadimungkinkanjuga berlakudalam aspekpenerapankewarisan,jikasatudiantaraorang tua tersebut meninggal dunia.

Dalam kaitan ini perlu dipertimbangkan determinasi sosial budaya suami-isteri,misalnya dari segi latar belakang lapisan sosialnya, dan keberagamaan serta tingkatkeketatan ajaran (ortodoksi) agama dalam melihat perkawinan beda agama. Dalamkontekini Wiludjeng (1991) menemukan bahwa pihak (suami-isteri) KatolikdanIslam(yang dianggap lebih ortodokdaripadaKristen) lebih kuat dalammengkatolikkandanmengislamkan anak-anaknya. Kuatnyapengaruhpihak suami-isteriKatolikkarenamereka hams melakukanjanji di dan oleh gereja yang disebut dengan antinuptial-agreement, sebuah perjanjian yang menghamskan mengkatolikkan pasangan dananaknya. Hal ini sejalan dengan temuan Nelsen (1990) bahwa, tingkat ortodoksiajaran agama berhubimgan erat dengan penganutan agama anak dalam keluarga bedaagama.

C. Manfaat PenelitianPenelitian ini bermanfaat dalam pengembangan wawasan mengenai sosiologi

keluarga. Kajian ini belum banyak dilakukan di Indonesia, khususnya dalam kajianhubungan antammat beragama. Karena ituhasil penelitian ini dapat dijadikan sebagaiacuandalampembinaan danpengembangankebudayaan nasional,khususnyadalampembinaan keluargasejahtera manuju masyarakat madani. Apalagidi tengah-tengahberkembangnya konflikbemuansa agama. Hasilpenelitianinijuga bermanfaatdalammemberikan wawasan dan pemahaman yang baik dalam hubungan antaragama diIndonesia. Dengandemikian hasil penelitian inibermanfeatdalampengambilankebijakandalamhal perkawinandanmodel pembinaan keagamaanpadakeluarga bedaagamapadamasa-masa yang akandatang.

Page 19: (^1^1 - Journal Portal

Keluarga Beda Agama dalam Masyarakat Jawa... 73

D. Metode Penelitian

Penelitianinimenggunakanpendekatanetnografidenganmodel beipikir secaraholistikmaksudnyapenelitianyangbenisahamencari uraianmenyeluruhmengenaigejala-gejala yang berkaitandengankeluarga beda agama. Setiap gejala diperlakukan sebagaiunsur-unsur yang satu dengan lainnya saling teikait. .

Penelitiandilakukandi lokasi yangbanyakteijadi perkawinan beda agama dimasyarakatyang lebihbersifatperkotaan yaitu diKelurahan SinduadiKecamatan MlatiSleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Lokasi penelitian dipusatkanterutamadi Gemawang,Sendowodan Karangjati,danPogung.

Penelitiandilakukandalambeberapatahap.PertamOy penelusurandatamonografidan Kartu Keluarga di Kantor Kecamatan Mlati dan Kantor Kelurahan Sinduadi.SementaradiKantorUtusanAgamaMlatipeneliti memperoleh datatentang tugasmasing-masing, proses administrasi perkawinan, dan kebijakan yang diambil ketika ada calonpasangankawin beda agama.Kedua, pengenalan lingkunganfisik.Ketiga, penelitianlapanganyangsebenamya, termasukpenyebaranangket Ketigatahapan tersebutpertamadilakukan mulai bulan awalJuli sampai akhir September2002.Keempat, penulisanlaporan.

Pengumpulandatadilakukanmelalui wawancaiamendalam, observasi-partisipan,angket, dandokumenten Wawancaramendalamberfimgsi dalamduahalyaitu: (1)sebagaipelengkap atautindak-lanjut dariobservasi partisipan, karenaadadatayangtidakdapatdiperoleh hanyamelalui observasi partisipanatauuntukmempeijelas datayangsudahdiperolehmelalui angket, misalnyadatatentangmengapa suami-isteri melakukan tindakansosialtertentu,atauhukumkewarisanyang akanditerapkan(2)wawancaramendalammandiri/utama, misalnyafaktor-faktorpenyebab integrasisosial-budaya. Observasipartisipandilakukan antara lainlintukmengetahui proses sosialisasi nilaidalam keluarga.Sementaraangketdigunakanuntukmengungkap datatentangkeberagamaan danhukumkewarisan yang akan ditetapkan. Informan yang diwaw^carai selain informan kunciyang berbedaagamadansuami-isteri yang berbedaagama,juga pejabat pemerintahtingkatdusun, kelurahan dankecamatan, termasuk pejabatKantorUrusanAgama.Pengamatan dilakukan pada banyak peristiwa dantempatseperti empat keluarga bedaagama, dan kondisigeografis.

Analisis data dilakukan, seperti dikemukakan Bogdan, dalam duatahap yaituketika didalamproses penelitiandilapangan dan analisis setelah penelitian dilapangan.^Pertama, analisis ketika di lapangan meliputi berbagai langkah, pertama datayangdiperoleh ditulis dalam catatansakuyang kemudianditulisulang kedalambukucatatan

®Noeng Muhadjir, 1989, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasinhal.171

Page 20: (^1^1 - Journal Portal

74 Millah Vol. IV,No. 1, Agustus 2004

deskripsi dan refleksi: Data yang ditulis dalam catatan deskripsidan refleksi dianalisissecara induktif. Tujuannya untuk menemukan simpul-simpul sementara. Kemudiandikembangkan pertanyaan atau hipotesis bam, selanjutnyamengadakanpenelitian lagiuntuk memperolehjawaban dan perluasan data dan setemsnya (prinsip snow-ball).Kedua,analisissetelahdi lapangandilakukandenganmengkategori, menemukankonseplokal dan menghubungkan antarkonsep, sehinggaditemukanprofil budaya masyarakatataukeluargabeda agama setempat.

E. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1.Keberagamaan dan Penerapan Hukum Kewarisana. Keberagamaan Suami-Isteri

Sesudah perkawinan tingkat keberagamaan suami-isteri dari keluarga bedaagamabanyakyangteigolong cukup/sedang danrendah (masing-masing 38%),walaupunbegitu ada seperempat dari mereka yang tergolong tinggi. Sementara sebelum merekakawindenganpasangannyamasing-masingyangberbedaagama, lebihdariseparuh (56%)dari mereka tergolong tinggi keberagamaannya, dan hanya sedikit yang memilikikeberagamaan rendah.

Kalau dibandingkan tingkat keberagamaan sebelum dan sesudah perkawinanmenunjukkan sebagai berikut: setelah perkawinan berlangsung ada kecenderungankeberagamaan suami atau isteri mengalami penurunan tingkat keberagamaannya, dansebaliknyasemakinbanyakdi antaramerekayang memiliki keberagamaan rendah.

Perubahan tingkat keberagamaan tersebut mayoritas terdapat pada pemelukKatolik/Kristen, baik dari kalangan suami maupun isteri.Adapun padapenganut Islamhanya terdapat pada isteri. Seperti pada kasus suami Katolik/Kristen, isteri Katolik/Kristenjugabanyakmengalamipembahan tingkatkeberagamaan. Merekayangteimasukkategori tinggi semakin sedikitdan yang termasukkategori sedang semakin banyak.Sementara pada isteri Islam mereka yang termasuk tinggi juga semakin sedikit dansebaliknya yang termasukkategori rendah semakin banyak.

b. PenerapanHukumKewarisanWalaupunhukumkewarisanbaruakanberlakujikaorang sudahmeninggal dunia,

namun jawaban subyek pada saat sekarang terhadap persoalan ini menunjukkankecenderungan atausikapyangakandiambilolehmerekanantinya. Sikapyangdiambiloleh mereka tersebut menggambarkanjugasejauhmana dominasikebudayaan tertentumempengaruhimereka.

Mayoritas subyekakanmenerapkan hukum kewarisan adat, baikdarikalangansuami-isteri Islammaupunsuami-isteri Katolik/Kristen. Padaintinyamerekaberalasanhukumadatdianggap lebihsesuaidanpatutdihormati. Dengankatalain,kebudayaansuku, khususnyadibidang kewarisan, lebihdominan dibandingkan dengan kebudayaan aagama.

Page 21: (^1^1 - Journal Portal

Keluarga Beda Agama dalam Masyarakat Jawa... 75

2. Perkawinan BedaAgama dan Harmonisasi Keluargaa. Faktor-FaktorTeijadinya Perkawinan BedaAgama

Walaupunbanyakagama tidak membolehkan umatnya kawin dengan orang yangberbeda agama, namun dalam realitas, khususnya di Sinduadi, masih banyak teijadiperkawinan beda agama. Hal ini teijadi karena beberapa faktor yaitu: (1) teijadinyaproses kontraksi dari keluarga luas ke keluarga inti, (2) dominasi subbudaya abangandalam masyarakat, (3) perubahan prinsip-prinsip dalam pranata perkawinan.

Pertama, perubahan struktur keluarga yang teijadi dalam masyarakat teijadipula pada keluaigabeda agama.Perubahanstrukturituberupa proses kontraksikeluargayaitu prosesperubahan darikeluarga luasmenjadikeluarga inti (batih).Proses kontraksikeluaiga inimemunculkanotonomidan liberalisasikeluaiga intiyang lebihkuatAdanyaotonomimenunjukkan tingkatkemandiriankeluargaintiyang tinggi.Otonomiinidiiringidengan teijadinya liberalisasi dari (anggota) keluarga inti.Anggota keluarga inti lebihmempunyai kebebasandalam memutuskansemua halyang bericaitan dengan persoalanintemal keluarga.

Semakin kuatnyaotonomidanmunculnya liberalisasi keluaigaintiakibatproseskontraksi keluarga dapatmenjadi penyebab teijadinya perkawinan bedaagama. Sebabdari faktor-faktor tersebutmengindikasikanjuga adanyakontrol sosial yang melemahdari kerabat luas terhadap(anggota)keluarga inti.Hal ini pada akhimya memberikankeleluasaanbagi(anggota) keluarga inti menentukanpasanganperkawinantanpateipakudengan nilai-nilai yangmenjadi anutankerabat luas, terutamanilai-nilai keberagamaan.

Kedua, fenomena perkawinan beda agama ini terutama dapat dilihat daripandangah keagamaan suami isteri yang berbeda agama. Pada intinya merekamemandang semuaagamaitubaikdansekedarsebagaialtematifpilihan.Merekaselalumemadukan nilai-nilaikeagamaandan lokaldenganmengalahkannilai keagamaan(sinkritdsisme). Pandangan inipadaakhimya melahiikan sikaptoleran danpadagilirannyatidakmemberi ruanggerakbagisimbol-simbol keagamaan imtukbeiperan. Sebaliknyasimbol-simbol keagamaan dimanipulasi untukkepentinganpribadi, sehinggaperbedaanagama bukan menjadi penghalang bagibersatunya individu yangberbedaagamadalamikatan perkawinan. Kecenderungan inisekaligus mengandaikan bahwakebudayaan(agama) tidakselalumenjadipenghalangsebagaipengintegrsi sosial,justru,karenaadanyasubkebudayaanabangan yang bersifat sinkritik.

Gejala inilebih mempertegas dan mendukung temuan Hildred Geertz (1985)hampirsetengah abadyanglalu,yangdilakukan di Mojokuto, danteorimodemitasseperti dikemukakan Nottingham (1983). Teori modemitas menyatakan bahwa setiapmasyarakat moderen cendenmg bersifat toleran terhadap agamalain. SementaraHildredGeertzmenemukan bahwadari tiga aliran agamaJawa yaitu santri, abangan, danpriyayiseperti dikemukakan CliffordGeertz, kategori abangan memperlihatkanciri-ciri sepertimasyarakat modem yaitu adanya toleransi beragama yang tinggi. Sikap toleransi ini

Page 22: (^1^1 - Journal Portal

76 Millah Vol. IV,No. 1, Agustus 2004

akhimyamempengaruhi berkembangnyaperkawinan bedaagama,karenadalamsetiaphubungan sosial antarindividu tidak membeda-bedakan agama yang dipeluk olehseseorang.

Ketiga, pembahanbudayaJawa,khususnya dalampranataperkawinan, misalnyaprinsip gudel nyusu kebo yang telah berubah menjadi kebo nyusu gudel (orang tuamengikuti kemauan anak). Prinsip ini menunjukkan kemandirian dan kebebasan anakdalam menentukanjodohnya.

b. Harmonisasi KeluargaFaktor-faktorpenyebabnyaterusberlangsungnyakeluargabeda agamameliputi

(1) dominasi sub budaya abangan, (2) gejala sekularisme, (3) formalisme agama, (4)pola hubungan tenggang rasa, dan (5) faktor anak.

Pertama, sebagaimana diulas sebelumnya bahwa pandangan keagamaansubgolongan abanganyangbersifat sinkritiktelahmelahiikan sikapdanperilaku toleransiterhadap orang yang berbeda agama. Agama juga hanya menjadi salah satu alternatifjMihandarisekianpilihan. Simbol-simbolagamayangberbedabukanmenjadi penghalangbagi bersatunya individu yang berbeda agama. Akibatnya bukan saja dapatmenumbuhsuburkan perkawinan beda agama, namun lebihjauh menjadikan keluargabeda agama terus mampu memelihara keutuhan rumah- tangganya. Simbol-simbolkeagamaanyangberbeda,yangtelahtermanipulasi, justrumenjadifaktorpengintegrasikeberlangsungankeluargabedaagama dansebaliknyamenyebabkanhampir tidakpemahteijadi perceraian di kalangan mereka.

Tidak adanya perceraian di kalangan keluarga beda agama sangat berbedadengan kecenderungan yang ada diAmerika Serikat seperti dikemukakan beberapapeneliti.Collins (1987) mencatatbahwaperceraiandi kalangankeluargabeda agama(religious intermarriage) lebihseringteijadidibandingkandengankeluargayang satuagama. Elliot dan Merrill (dalam Khairuddin, 1997)menjelaskanyang senada yaituperbedaan agamadalamkeluargamenyebabkan seringnya konflikinternal, terutamasetelahanaklahir. Konflikakan lebihseriuslagijika suami-isteri memilikiketaatanagamayangtinggi.

Kedua, tesisElliot dan Merrillyangmenyatakankonflikakan lebihtajamjikasuami-isteri yangberbedaagamamemilikiketaatanberagamaperludikritisi.Sebabdalam beberapa kasus temyataketaatan agama yamg tinggi belum tentuberpengaruhkepadamunculnyakonflikdiantarasuami-isteri tersebut, masihada faktor lainyangperludipertimbangkan yaitu mengenai pandangan keagamaan masyarakatpandangandanperilakuyang sekularistikdari suami atau isteri, khususnyadalampersoalanhubungan ritualagama(keberagamaan) dengan aspeksosial. Merekamemisahkanantara aspekritual keagamaandenganaspeksosial.Akibatnyawalaupuntingkatkeberagamaan mereka tinggi dan sedang namun tidak mempengaruhi terhadap aspeksosial mereka.

Page 23: (^1^1 - Journal Portal

Keluarga Beda Agama dalam Masyarakat Jawa... 77

Ketiga, kalau perilaku sekularisfne berusaha mensubordinasi agama dalammenghadapipersoalansosial,khususnyahubimgansosialantarasuami-isteri, makadalamformalisme agamasebaliknya.Agama dijadikansumberacuandalammelakukantindakansosial,khususnya dalam memelihara hubungan yang baik dan mencegah konflik mmahtangga, terutamauntuktidakteijadinyaperceraian.

Keempat dan kelima, pola hubungan yang didasarkan atas tenggang-rasa diantara suami-isteri.Suatuhubungan yang penuh kasih-sayangdan selalu mencegah danmemperkecil teijadinya perselisihan, sehingga perbedaan sistem sosial budaya-agamatidak menjadi permasalahan. Hal ini terkait dengan kehidupan rumah tangga yangberorientasi kepada kepentingan anak-anak.3. SosialisasiNilaiAgama

a. Pembinaan AgamaAnakBagi orang tua di kalangan masyarakat Jawa, khususnya dari keluarga beda

agama,agamabagianak-anakyangbelumdewasamasihdianggap bersifattentatifatausementara,karenapenganutanagamayang sesungguhnyaadalahketika mereka sudahmenginjakdewasa. Batasan kedewasaaninisetidak-tidaknyapadausiaSMA.Walaupunbegitu kebanyakananakakan tetap memilihagamayangsudahdianutnyaketika masatentatif. Ada duapolapembinaanyang diambilolehorangtua:

Pertama, kebanyakanorang tua dalamkeluargabeda agamakurang bahkanhampirtidakmemberikanpembinaankeagamaan secara langsung kepada anak-anaknyamisalnyapengajarando'aharian sepertidoa makan,do'a sholat,pembiasaanmembacaal-Qur'andanal-Kitab dirumah ataupunmelalui pengadaansuasana rumah yangreligiusseperti melalui pemberian simbol-simbol keagamaan berupa tulisan, salibataukaligrafiayatal-Qur'an.Anakdiberikankebebasanmemilihagamanyasendiri.

Kedua, orang tua mengarahkan dan membina agama anaknya. Dalam hal imadaduabentuk: (1).Orang tuamemberi pengertian tentang agamayangdianutmasing-masing suami-isteri, namun anaktidakdipaksa untukmengikuti agamatertentu, pilihan(akhir) diserahkankepada anak-anak.Dalamkasus ini kebanyakanprang tua tidakmemberikan pembinaan keagamaan secaralangsung di rumah, adajuga yanghanyamemberikan motivasi untukmemperoleh pengetahuan keagamaan melalui lembagakeagamaan seperti remaja masjid. (2).Orangtuamemberi pengertian tentang agamayang dianutnyamasing-masing, namunsejakawal anaksudah ditentukanafiliasi agamanyaolehorang tuanya. Haliniteijadi karena adanyapeijanjian antara suami (Islam) danisteri (Katolik)sebelum merekamempunyai anak. Anaksejak dini sudahdibina dengannilai-nilai agama Katolik, baiksecaralangsung didalam rumah maupun di luarrumah.Data tersebut menunjukkan bahwa, kebanyakan orang tua kurang atau bahkan hampirtidak memberikan perhatian terhadap pembinaan agama anak-anaknya. Rendahnyapembinaankeagamaanyang dilakukanorangtuaberpengaruhterhadaprendahnyakualitasagama anak-anaknya.

Page 24: (^1^1 - Journal Portal

78 Millah Vol. IV,No. I, Agustus 2004

' "Temuaninisekaligusinenunjukkanbahwa,perananorangtuaaBangahdarikeluargabeda agamadalamhal sosialisasi agama,khususnyapembinaanagama,tidakbersifatprimer. Hal iniberbedadenganperananyangdimainkanmerekadalamsosialisasikejawen (budaya Jawa) seperti juga ditemukan Hildred Geertz (1985).

Memang ada anak dari keluarga beda agama yang memiliki kualitas agama yangbaik, namun umumnya mereka berasal dari suami atau isteri yang masuk kategori taatdan atau adanyapengaruh kerabat atau lingkungansosialseperti masjid, sekolah agamadan kelompok pengajian.Kerabat dan atau lingkungansosial secara sendiri-sendiriataubersama-sama ikut berperan dalam pembinaan agama anak dari keluarga beda agama.Peranan lingkungan sosial memang tidak dapat dipisahkan dengan prakarsa atau sikappasif orang tua. Kalau ada prakarsa dan dorongan orang tua, terutama dari orang tuayangsantri (tradisional). Lingkunigan sosial lebihkuatlagiperandalam pembinaan anakjika anak berasal dari orang tua agama-penuturan.

b. Proses AfiliasiAgamaAnakAda dua hal yang penting dicatat dalam afiliasi agama anak ini. Pertama, ibu

lebih besar perannya dibandingkan dengan ayah dalam afiliasi agama anak. Rasioperbandinganpengaruh paternal dengan matemalhanyamencapai 1:1,06. Pengaruhayah dan ibu terhadapanak laki-laki dan anak perempuanmasing-masing 1:1,25 dan 1: 1.Hal ini berarti pengaruh maternal lebih kuat daripada pengaruh paternal, terutamaterhadap anak laki-laki.

Kedua, kalau dibandingkan pengaruh ibu dan ayah terhadap anaknya yangberbedajenis kelamin menunjukkan bahwa, anak laki-laki justru cenderung kuat ikutagama ibu, sedangkan untuk anak perempuan tidak selalu ikut agama ayah, anakperempuansama-samakuat ikutagama ibudanayah,walaupunbegituselisihpersentaseanak laki-laki masih lebih besar daripada anak perempuan yang berada dibawah anakperempuan yang ikutagama ibu.

Kecenderunganpertama tidakjauh berbedadengantemuan penelitiandi Indonesiamaiq^undiluarIndonesia.PenelitianAini(1997) diIndonesiamenemukanrasiopeibandinganpengaruhpaternaldanmaternalterhadapafiliasi agamaanak 1:1,7. SedangkanNelson(1990)diAustraliamenemukanperbandinganyanglebihbesar lagiyaitu 1:2.

Kecenderungan pertama ini nampaknyarelevan dengan teori peranan sosialbudaya. Dalam masyarakat yang masih didominasibudaya patriarki, peranan laki-lakidibedakan, isterimengurusbidangreproduktiftermasukpengasuhananak, sedangkanayah lebih mengurus sektor produktifdan sosial.Hal ini akan beipengaruh terhadapkualitasdankuantitasdalammengurusanak-anak, sehinggaanak-anaknya dimungkinkanlebih dekat dengan ibu, baik laki-laki maupun anakperempuan. Pada akhimya anakakanmengikuti perilakusosialdannilaibudayayangdianutolehibu.

Kecenderungankeduaagakberbeda dengan temuanbeberapapenelitian. Nelsonmenemukankenyataan bahwa, anaklaki-laki cenderung kuatikutagama ayah, sebaliknya

Page 25: (^1^1 - Journal Portal

Keluarga Beda Agama dalam Masyarakat Jawa... 79

anakperempuan cenderungkuatikutagamaibu.HalyangsamaditemukanLandis(1949)diAmerikadanAini.Kecendemngan keduaini sekaligusmemberikan koreksiterfiadapteori psikodinamika. Teori ini menyatakan bahwa setiap anak melakukan prosesidentifikasi diridalamstruktur sosial-budayayangmenjadidayapaksabaginya. Kemudiansejalandenganberkembangnyakesadaranakanjenis kelaminyang dimilikinya,makaproses identifikasisiMdirinyadidasadcanpada kesadarankesamaanseksedengan orangtuanya. Karena itu dalam konteks penganutan agama anak laki-laki akan cenderungkuatikutagamaayahnya, sebaliknya anakperempuan cenderungkuatikutagamaibunyaAd^un dalampenelitian ini,meskipunanakmengidentifikasiperilakusosial-budaya orangtuanya,termasukdalampenganutanagama,namunidentifikasi itutidakselaluberdasarkankesamaan sekte antara anak dan orang tuanya. Artinya anak laki-laki tidak selalucenderung ikut agama ayahnya,namunjustru lebihkuat ikut agama ibu.4. Aspek Keberagamaan dan Sosial

Ada dua hal yang penting dicatat dalam melihat hubungan antara aspek sosial(upayaharmonisasi keluarga,penerapanhukum kewarisan dan sosialisasinilai) dengankeberagamaan suami-isteri yang berbeda agama.

Pertama, walaupun tingkat keberagamaan suami-isteri tinggi dan sedang, disisi lain mereka tetap harmonis. Fenomena ini bisa teijadi karena berkembangnya sifatsekularistiksuami-isteri dalamkeluarga beda agama tersebut.Agama hanyadianggapmencakupurusanpribadi antara individudenganTuhannya.

Kedua, hal yang samajuga terjadi pada sosialisasi nilai dalam keluarga danpenerapan hukum kewarisan. Pada kedua bidang ini menunjukkan faktor kualitaskeberagamaan yang dimiliki suami-isteri tidak berpengaruh pada aktivitas sosialisasinilai danpenerapan hukum kewarisan.Dalam kedua bidang ini suami-isterijustru lebihbanyak dipengaruhi kebudayaan tradisidibandingkan dengan kebudayaan agama.

F. PenutupHasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertamay tingkat

keberagamaan suami-isteri cukup banyak yang tinggi, dan cukupan, terutama sebelummerekakawin,namuntidakmempunyai pengaruhpada aspeksosialsepertidisintegrasidalamkeluarga,peran suami-isteridalamsosialisasi nilai, dan penerapan kewarisan.Tingkatkeberagamaansuami-isterimengalamipenunmansetelahpeikawinanberlangsung.

Kedua, agama, sebagai sistembudaya, dapat beflmgsisebagai pengintegrasisosialantarasuami-isteri yangberbedaagama karenaadanyanilai-nilai modemitasdarisubbudayaabangan yang bersifatsinkritikdan subbudayasantriyang sekularistik,sehingga berkembangsikaptoleranterhadappenganutagamaIain.

Ketiga, kebudayaan agama berperan sedikit dalam sosialisasi nilai-nilai dankewarisan daripada kebudayaan sukujustrukarena adanya subbudayaabangaan yangbersifatsinkritikdan subbudayasantri yang sekularistik, sehingga berkembang toleransi.

Page 26: (^1^1 - Journal Portal

80 Millah Vol. IV.No. I. Agustus 2004 •

V Pada dataranpraksispembangunan di bidangkeagamaan, pemerintahdan ataulembaga sosialkemasyarakatanperlumemberi perhatiaridalam meningkatkan kualitaskeberagamaansuami-isteri darikeluargabedaagama,termasukterhadapanak-anakmereka. Di sisilainkepada keluarga bedaagamatersebutperlulebihditingkatkan nilai-nilaitoleransi yangsudahada, dansekaligus mengurangi sikap sekularistikdansinkritikdalam memahami agama. Untuklingkup keluargadanmasyarakatyang lebih luas, denganmengambil hikmahdarikondisi keluarga bedaagamaini,makanilai-nilai toleransi dankeberagamaan, yang tinggi yang tidak bersikap sekularistik-sinkritik, harusditumbuhkembangkan secara simultan, sehinggaproses integrasi dalam masyarakat dapat.berlangsung terus, tanpaharusmembonsai keberagamaan penganut agama. Sebabtoleransiterhadappenganutagamalain merupakanbagiandaripengakuanterhadappluralismeyang dihormati setiap agama dan sekaligusmenjadipersyaratanmutlaktumbuh-kembangnyamasyarakatmadani. Hanya denganpolasepeiti, maka agama sebagai sistembudayaakanmenampilkan sosoknya sebagaipengintegrasi sosial, bukan sebagai pemecahbelah.

Darihasil penelitian ini sebenamya masih banyakhal yang perlu ditindaklanjutiuntukditeliti, misalnya latarbelakangsuku, ataufokus penelitian ataujugaperluasansubyek dari perbedaan agama kekeluarga yang berbeda agama sekaligus suku.

Page 27: (^1^1 - Journal Portal

Keluarga Beda Agama dalam Masyarakat Jawa... 81

DAFTAR PUSTAKA

Aini,Noryamin, l997l\99SjAfiliasiAgamaAnakdanKeluatgaPemikahanBerbedaAgama, Jakarta: IAIN SyarifHidayatullah.

Alexander, Jeffrey C. & Steven Seidman (eds.), 1990, Culture and Society,ContemporaryDebates, CdJxAm^gQ: University Press.

Bahr,HM, 1982,"ReligiousIntermariageand DivorceinUtah and theMountainStates,"dalam Journalfor the Scientific Study ofReligion. Vol. 20.

Beckford, James & Thomas S. Kuhn, 1991, The ChangingFace ofReligion, London:Sage.

Berger, Peter dan Luckman, 1990, TafsirSosialAtas Kenyataan. Terjemahan HasanBasari, Jakarta: LP3ES.

Budiman, Arif, 1985, Pembagian Kerja Secara Seksual Sebuah PembahasanSosiologis tentangPeran Wanitadalam Masyarakat, Jakarta: Gramedia.

Collins, Randall, 1987, Sociology ofMarriage and the Family, Gender Love andProperty, Chicago: Nelson-Hall.

Geertz, Clifford, \9^9,Abangan, Santri,Priyayidalam Masyarakat Jawa, TeijemahanAswab Mahasin, Jakarta: Pustaka Jaya.

Geertz, Hildred, 1985,KeluargaJawa, TeijemahanGrafiti Pers, Jakarta: GrafitiPers.

Hariyono, P., 1994,Kultur Cina dan Jawa, Jakarta: Sinar Harapan.

Ibrahim,Anwar, 1996, TheAsianRenaissance, Singapore-KualaLumpur: HmesBooksIntemational.

Khaimddin, \991,SosiologiKeluarga, Yogyakarta: Liberty.

Muhadjir, Noeng, 1989, MetodologiPenelitianKualitatif Yogyakarta: RakeSarasin.

Nelson, 1990, "SecularazationinAustraliaBetween1966and 1985;AResearchNote"dalsmAustralianandNewZealandJournal ofSociology, vol.23.

Page 28: (^1^1 - Journal Portal

82 Millah Vol. IV,No. 1, Agustus 2004

Nottingham, Elizabeth, 1993, Agama dan Masxyarakaty Terjemahan Abdul MuisNaharong, Jakarta: Rajawali.

Robinson, Philip, 1989,BeberapaPerspektifSosiologiPendidikan, Jakarta: Rajawali.

Saadah H, Sri. Hartati, 1991, DampakPerkawinan Campuran terhadap TatakramaDaerah BalUJakarta: Depdiknas.

Sudjangi (peny.), 1992, Kajian Agama dan Masyarakat, Jakarta: Balitbang DepagRI.

Suparlan, Parsudi, 1982, Pengetahuan Budaya, Ilmu-ilmu Sosial dan PengkajianMasalah-masalahAgama, Jakarta: Proyek Penelitian Keagamaan BalitbangDepag RI.

Tibi, Bassam, 1991,Islam andthe CulturalAccomodation ofSocial Change, Boulder:WestviewPress.

Wiludjeng, JHM, 1991, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan JanjiPerkawinan Campur di KeuskupanAgungJakarta, Jakarta: Pusat PenelitianUAJ.