1091-1179-1-PB

download 1091-1179-1-PB

of 5

Transcript of 1091-1179-1-PB

  • 7/25/2019 1091-1179-1-PB

    1/5

    Ar ti kel Penel it ia n Majalah Kesehatan PharmaMedika, 2011Vol,3, No,1 217

    Perbandingan Efektivitas Beberapa Pelarut Terhadap KelarutanCerumen ObturansSecara In Vitro

    Syahrijuita1),Sutji Pratiwi Rahardjo2), Nani . I. Djufri3)dan Riskiana Djamin4)

    Abstract

    Cerumen obturans is a pahtological condition with no harmfull to the patients but cancaused ear tumbness sensation, earache, hearing impairment, deafness anddecreasing the quality of life.The objections of the study are to compare theeffectivity of six solvents, that are aquadest, NaCl 0,9%, coconut oil, olive oil,carboglycerin 10% and sodium docusate 0,5% againts cerumen obturans by meansof in vitro study and to know the most effective duration contact of a solvent tocerumen osmolarity. The study is a laboratory experimental by using 30 specimen ofsolid cerumen with weight of 40 mg for each. The cerumen osmolarity is establishedby Spectronic 21 spectrophotometer. The effectivity comparison of solvents aretested with One Way Anova with alfa < 0,05.The effectivity of solvents have asignificant differentiation especially in 20

    th , 25

    th and 30

    th minutes. The

    spectrophotometer that used to established the osmolarity of cerumen have reveleada significant results only in aquadest and NaCl 0,9% againts coconut oil dan olive oil,

    The effective duration of contact by in vitro study is 20 minutes and tends toincreased to 30 minutes. In 20

    thand 25

    thminutes, NaCl 0,9 % is the most effective

    solvent, while aquadest is most effective in 30thminutes. Olive oil and coconut oil are

    less effective solvents. Water-based solvents are more effective than lipid-basedsolvents.

    Keywords : effectivity, solvents, cerumen obturans, in vitro

    Pendahuluan

    Serumen adalah hasil produksi kelenjarsebasea dan kelenjar serumenosa yang terdapat dikulit sepertiga luar liang telinga. Dalam keadaan

    normal serumen dapat keluar sendiri saatmengunyah atau menelan tanpa kita sadari.Serumen menimbulkan masalah bila terjadicerumen obturans yaitu suatu keadaan patologis dariserumen yang walaupun tidak membahayakan jiwatetapi dapat mengakibatkan rasa penuh di telinga,nyeri, gangguan pendengaran dan ketulian sertapenurunan kualitas hidup (Guest, 2004).

    Cerumen obturansmempunyai prevalensi yangcukup tinggi dan bisa mengenai semua umur.Cerumen obturans merupakan salah satu dari 10penyakit terbanyak di Poliklinik THT RS.Dr. WahidinSudirohusodo Makassar (Data primer, 2005). Hasilpenelitian dari Farida Muhammad (2008) dilaporkan

    2.015 orang dari 7.184 orang atau terdapat sekitar28% murid SD yang telah dilakukan pemeriksaanpada 14 SD di Makassar menderita cerumenobturans.

    Ada berbagai cara mengeluarkan serumenantara lain dengan menggunakan kait telinga, carapembilasan, pemberian serumenolitik maupunkombinasi antar ketiganya. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat umum menggunakan berbagaibahan untuk mengurangi keluhan telinga tersumbatakibat serumen tersebut dengan meneteskan air(H2O), minyak goreng (minyak kelapa), olive oil

    (minyak zaitun) dan lain-lain dengan tujuan agardapat melunakkan serumen yang keras dan padatsehingga dengan mudah dapat dikeluarkan daritelinga. Bahan-bahan yang digunakan tersebutmasih perlu penelitian untuk membuktikan manfaat

    dan khasiatnya secara ilmiah. Disamping itu, NaCl0,9% yang merupakan cairan fisiologis sering puladijadikan kontrol pembanding dalam melakukan ujiefektivitas serumenolitik secara in vitro maupun in

    vivodi luar negeri.

    Rumusan masalah

    1. Seberapa besar perbandingan efektivitasbeberapa pelarut (aquadest, NaCl 0,9%, minyakkelapa sawit, minyak zaitun, karbogliserin 10%,sodium dokusat 0,5%) terhadap kelarutancerumen obturanssecara in vitro ?

    2. Berapa lama waktu kontak yang paling efektif

    suatu pelarut terhadap kelarutan serumen.?

    Tujuan penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiperbandingan efektivitas enam pelarut yaituaquadest, NaCl 0,9%, minyak kelapa, minyak zaitun,karbogliserin 10 % dan sodium dokusat 0,5%terhadap cerumen obturans secara in vitro sertauntuk mengetahui lama waktu kontak yang palingefektif suatu pelarut terhadap kelarutan serumen.

    1)Bagian Biokimia,

    1-4)Bagian IK.TH, Fakultas

    Kedokteran Universitas

    Hasanudin Makasar.

    Correspondence

    dr. Riskiana Djamin, Sp

    THT-KL (K).

    [email protected]

    dan [email protected]

  • 7/25/2019 1091-1179-1-PB

    2/5

    218 Majalah Kesehatan PharmaMedika, 2011 Vol,3, No,1 Art ikel P enel iti an

    Metode penelitian

    Penelitian ini merupakan eksperimentallaboratorium dengan menggunakan 30 spesimencerumen obturans yang berasal dari 11 cerumenobturans dengan berat 250 mg, berwarna coklatkehitaman dan konsistensinya keras dan padat sertadapat dibagi 6 spesimen dengan berat masing-masing 40 mg .Cerumen obturansyang digunakanbukan merupakan keratosis obturans dan tidakterkontaminasi dengan darah, kapas dan zat lain.Setiap enam spesimen yang dipakai untukmembandingkan efektivitas berasal dari serumenyang sama dan dilarutkan masing-masing dalam 2ml aquadest, NaCl 0,9%, minyak kelapa, minyakzaitun, karbogliserin 10% dan sodium dokusat 0,5%. Dilakukan pengulangan 5 kali denganmenggunakan spesimen yang berasal dari empatcerumen obturans yang lain . Kelarutan serumendiukur menggunakan specrofotometer Spectronic 21(Soewotto dan Sadikin, 2001). Perbandinganefektifitas pelarut diuji dengan menggunakan uji OneWay Anovadengan alfa < 0,05.

    .

    Dari tabel di atas dapat diketahui rerataefektivitas kelarutan cerumen obtutans dalamaquadest, NaCl 0,9%, minyak kelapa, minyak zaitun,karbogliserin 10% dan sodium dokusat 0,5% yangmenunjukkan peningkatan kelarutan serumen seiringdengan peningkatan lama waktu kontak.

    Hasil Penelitian

    Didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaanbermakna secara analisis one way anova terhadapefektivitas beberapa pelarut pada menit ke 20(p=0,03), menit ke 25 dan (p=0,02) dan menit 30(p=0,011).Uji lanjut dengan Post Hoc Testmenunjukkan bahwa dengan menggunakanspectrofotomotor spectronic 21 perbedaan bermaknaefektivitas pelarut terhadap cerumen obturanshanyaantara aquadest dan NaCl 0,9 % terhadap minyakkelapa dan minyak zaitun. Hasil rerata kelarutankeenam pelarut berdasarkan lama watu kontak darimenit ke5 sampai menit ke 30 dapat dilihat padatabel berikut ini.

    Tabel 1.Perbandingan Efektitivitas Beberapa Pelarut TerhadapKelarutan Cerumen Obturans SecaraIn Vitro

    Pelarut Rerata Absorban Kelarutan Serumen (nm)

    5

    menit

    10 menit 15 menit 20 menit 25 menit 30 menit

    Aquadest 0.0568 0.2214 0.3252 0.3930 0.4444 0.5246

    NaCl 0,9% 0.0924 0.2346 0.3272 0.4378 0.4696 0.5156

    M.kelapa 0.0170 0.0296 0.0326 0.0348 0.0364 0.0382

    M.zaitun 0.0108 0.0324 0.0414 0.0552 0.0750 0.0866

    Karbogliserin 0.0722 0.1170 0.1364 0.1710 0.2062 0.2362

    S.Dokusat 0.0166 0.0650 0.1378 0.1732 0.1948 0.2198

    Sumber: Data Primer 2009

  • 7/25/2019 1091-1179-1-PB

    3/5

    Ar ti kel Penel it ia n Majalah Kesehatan PharmaMedika, 2011 Vol,3, No,1 219

    Gambar 1.Grafik Perbandingan Efektitivitas Beberapa Pelarut TerhadapKelarutan Cerumen ObturansSecaraIn Vitro di Makassar

    Dari grafik di atas terlihat bahwa NaCl 0,9%dan aquadest merupakan pelarut serumen yangpaling efektif.Minyak kelapa dan minyak zaitunmerupakan pelarut yang efektivitasnya paling rendah.Efektivitas Karborbogliserin 10% dan sodiumdokusat 0,5% terletak antara keduanya atau dengankata lain memiliki efektivitas yang sedang.

    Aquadest dan NaCl 0,9% yang merupakanpelarut berbasis air memilki efektivitas kelarutanyang lebih baik dibandingkan karbogliserin 10% dan

    sodium dokusat 0,5%, minyak zaitun dan minyakkelapa yang merupakan pelarut berbasis lemak.Pada penelitian ini didapatkan lama waktu

    kontak yang efektif terhadap kelarutan cerumenobturans secara in vitro adalah adalah 20 menitdan cenderung meningkat sampai batas 30 menit.Pada menit 20 efektivitas pelarut dari yang tertinggiberturut-turut yaitu NaCl 0,9%, aquadest, sodiumdokusat, karbogliserin 10%, minyak zaitun danminyak kelapa dan pada menit 25 efektivitasserumenolitik dari yang tertinggi berturut-turut adalahNaCl 0,9%, aquadest, karbogliserin 10%, sodiumdokusat 0,5%, minyak zaitun dan minyak kelapa.Sedang pada menit 30 yang terbaik efektivitaskelarutannya adalah aquadet, NaCl 0,9%,karbogliserin10 %, sodium dokusat 0,5%, minyakzaitun dan minyak kelapa.

    Pembahasan

    Pada penelitian ini digunakan 30 spesimenserumen yang berasal dari 11 cerumen obturansdengan berat 250 mg, berwarna coklat kehitamandan konsistensinya keras dan padat serta dapatdibagi 6 spesimen dengan berat masing-masing 40mg. Spesimen serumen yang digunakan dalam

    penelitian ini mengalami modifikasi berupapemadatan dan pencetakan ulang menggunakantabung silinder berdiameter 0,5 cm yang bertujuanmenghilangkan bias akibat perbedaan bentuk,ukuran dan konsistensi.

    Hasil efektvitas pelarut yang didapatkan padapenelitian ini berbeda dengan penelitian Made LeliRahayu (2008) yang , namun pada penelitian inimenunjukan daya larut paling tinggi terhadapcerumen obturans adalah hidrogen peroksida 3%

    (0,23867 nm) disusul aquadest (0,08417 nm),sodium dokusat (0,08017 nm), olium kokos (0,01600nm) dan karbogliserin 10% (0,01050 nm). Hal inidimungkinkan karena pada penelitian tersebut MadeLeli Rahayu menggunakan serumen yang tidakdipadatkan ulang dengan berat hanya 10 mg danmenggunakan beberapa pelarut yang berbeda pula.

    Aquadest/ air merupakan pelarut universal dantidak mengubah pH larutan oleh karena sifatnyayang netral pada penelitian ini merupakan pelarutpaling efektif di banding ke lima pelarut lain padamenit ke 30. Mengingat harganya murah dan mudahdiperoleh, aquadest dapat menjadi alternatifserumenolitik. Hasil penelitian ini jugamembenarkan hasil yang telah dilaporkansebelumnya oleh Bellini (1989) bahwa aquadestmerupakan serumenolitik yang lebih efektif dari yanglainnya. Disamping itu penelitian Robinson danHawke (1989) menunjukkan bahwa air sebagaiserumenolitik sama efektifnya dengan sodiumdokusat 0,5%.

    Adapun NaCl 0,9% yang merupakan larutanisotonis dan biasanya digunakan sebagai bahaninfus, sering pula digunakan sebagai kontrol dalampenelitian in vitro maupun in vivo. Pada penelitian ini

    Kelarutan cerumen dengan fotometer

    0

    0.1

    0.2

    0.3

    0.4

    0.5

    0.6

    5 menit 10 mnt 15 mnt 20 mnt 25 mnt 30 mnt

    rerata kelarutan

    Aquadest

    Nacl

    m.kelapa

    m.zaitun

    karbogliserin

    sodium

    Kelarutan cerumen dengan fotometer

  • 7/25/2019 1091-1179-1-PB

    4/5

    220 Majalah Kesehatan PharmaMedika, 2011 Vol,3, No,1 Ar ti kel Penel iti an

    NaCl 0,9% menunjukkan efektivitas terbaikpada menit ke 20 dan ke 25.. Hal ini mendukunghasil penelitian terdahulu bahwa NaCl 0,9 %merupakan serumenolitik yang sama baiknyadengan cerumenex (trietanolamin polipeptida danoleat kondensat 10%) dan murine (karbamideperoksida 6,5%) menurut penelitian Rolland (2004)secara in vivo.

    Pada aquadest dan NaCl 0,9% kadar air yangdikandungnya mengakibatkan hidrasi sel keratinyang selanjutnya dapat menginduksi keratolisissehingga terjadi disintegrasi bolus serumen.Sedangkan minyak zaitun dan minyak kelapamerupakan pelarut yang paling kurang efektifterhadap serumen obturans. Hal ini diduga akibatfungsi minyak yang cenderung sebagai pelembutdan tidak mengakibatkan disintegrasi dari bolusserumen. Walaupun demikian minyak zaitun danminyak kelapa merupakan pelarut lemak yangtersedia di rumah tangga, mudah didapat dan relatifaman sehinga dapat dipakai sebagai alternatifserumenolitik.

    Karbogliserin 10% dan sodium dokusat 0,5%efek serumenolitiknya berada antara aquadest danNaCl 0,9% dengan minyak zaitun dan minyakkelapa. Hal ini sesuai dengan penelitian Bellini(1989) yang menunjukkan bawa efektivitasserumenolitik sodium dokusat berada antara air danminyak zaitun.

    Karbogliserin 10% merupakan serumenolitikyang mengandung gliserin digunakan, sebagaipelarut lemak sekaligus mengandung air sehinggaefektifitasnya lebih baik dari sodium dokusat 0,5%tetapi lebih rendah dari air dan NaCl 0,9%.

    Semakin lama waktu kontak dengan suatupelarut semakin besar kelarutan cerumen obturansterbukti dalam penelitian ini .Berdasarkan hasil yangdapat dilihat pada tabel dan grafik di atas dapatdijelaskan lama waktu kontak yang efektif suatupelarut terhadap cerumen obturans minimal 20menit, dan bila waktu kontaknya lebih dari 20 menitmenunjukkan semakin tinggi tingkat kelarutan yangterjadi sampai batas waktu 30 menit. Berdasarkanhasil tersebut dapat direkomendasikan lama waktukontak efektif untuk serumenolitik dalam pelayananTHT adalah minimal 20 menit.

    Kelemahan pada penelitian ini adalah bahwahasil efektivitas beberapa pelarut berdasarkan

    penelitian in vitro, sehingga untuk dapat melakukanaplikasi langsung pada pasien perlulah sebelumnyadilakukan penelitian secara in vivo. Hal ini pentingmengingat kelarutan serumen secara in vivodipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:anatomi liang telinga, luas permukaan serumenobturans yang kontak dengan serumenolitik, dosisdan teknik/ cara pemberiannya, dibandingkanaplikasi in vitro yang memiliki lebih banyakketerbatasan, walaupun terbuka kesempatanmelakukan modifikasi yang tidak terbatas.

    Simpulan

    Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwaefektivitas pelarut terhadap cerumen obturansdengan menggunakan spektrofotometer meningkatseiring dengan peningkatan lama waktu kontak.Efektivitas pelarut berdasarkan lama waktu kontakmenggunakan spektofotometer secara in vitromenunjukkan bahwa pelarut berbasis air lebih efektifdibandingkan pelarut berbasis lemak.

    Saran

    Oleh karena penelitian ini masih bersifat in vitroperlu dilakukan penelian lanjut efektivitas beberapapelarut tersebut terhadap kelarutan cerumenobturans secara in vivo. Penelitian ini jugamerekomendasikan lama waktu kontak efektifsebuah serumenolitik dalam pelayanan THT adalahminimal 20 menit.

    Ucapan terimakasih

    Penulis menyampaikan terima kasih yangsebesar besarnya kepada Kepala Bagian BiokimiaFakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin danstaff atas segala bantuan dan sarana yang diberikandalam melakukan penelitian ini. Dan Kepada seluruhteman sejawat dokter spesialis THT yang telahmembantu mendapatkan sampel serumen yangsesuai untuk penelitian ini

    Daftar Pustaka

    Bellini MJ, Terry. RM, Lewis. F.A. 1989. AnEvaluation of Common CerumenolyticAgent: An In-Vitro Study. BlackwellSynergy-Clin Otolaryngol. Vol 14 Issue 1:23-23.

    Guest.JF, Greener.M.J, Robinson A.C, Smith A.F.

    2004. Impacted Cerumen: Composition,Production, Epidemiology andManagement. Q.J. Med. 97:77-488.

    Hawke M. 2007. Update Cerumen andCerumenolytics. http:/ www. ENT Journal.Com/ search.htm.02/20/2007

    Muhammad . Farida.2007. Faktor-Faktor YangMempengaruhi PrevalensiOtitis Media Pada Murid Sekolah Dasar diMakassar. Thesis. BagianI.K.THT-K.FK.UNHAS. Makassar. Hal 5-40.

  • 7/25/2019 1091-1179-1-PB

    5/5

    Ar ti kel Penel it ia n Majalah Kesehatan PharmaMedika, 2011 Vol,3, No,1 221

    Rahayu ML, Sudipta MI, Setiawan EP,2008.Perbedaan Daya Larut Karbogliserin 10%,Hidrogen Peroksida 3%, Olium Koos,Akuades dan Natrium Dokusat 0,5% DalamGliserin Terhadap Serumen Obturans(Suatu Uji in Vitro), Abstract the 2nd Headand Neck Surgery, The 3rd Annual OtologyMeeting (PITO) Conference, Jakarta,November 13-15, 2008

    Roland. PS, Smith T.L, et.al. 2008. Clinical PracticeGuideline: Cerumen Impaction. AmericanAcademy of Otolaryngology-Head andNeck Surgery Foundation139: S1-S21.

    Soewotto H, Sadikin M, dkk. 2001. BiokimiaEksperimen Laboratorium Cetakan I.Bagian Biokimia FKUI. Jakarta