06_faishal-yasin-LAMP..12.pdf
Transcript of 06_faishal-yasin-LAMP..12.pdf
-
0
FENOMENA KEHIDUPAN MALAM REMAJA (Studi Kasus : Kecamatan Padang Barat)
Oleh
Faishal Yasin
(Dosen Tetap Prodi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Padang)
Abstract:
The reality of nightlife in the Padang because of the emerging field of entertainment. Entertainment is the main
attraction for the location where the indication crowded entertainment, frenzy, frenzied. Of the three types of
amusement places are; biliyar, cafe and discostic where the atmosphere is crowded, so many teens present to
perform the activity. The reality can be observed from 16 patterns by taking into account the type of
entertainment, activity time, subkulturnya, and typical action at each subculture. Impact of night life activities in
the context of Padang teenage sub-culture of the parent culture, can be seen from the two indicators: 1) how to
dress and 2) taste in music. Used clothing fashion teen nightclubs place different from the parent culture fashion
clothing that ultimately place a group of teenagers who indulge evening entertainment is a new group that is
different from the parent culture in terms of dress. Reality is only happening at the location where the
entertainment or in other words the way they dress more freely when compared with when they enter the parent
culture. Further musical tastes activity enjoyed by teenagers who place the evening entertainment is also
different from the musical tastes of its parent culture. Such differences can be observed through the use of
instruments and rhythms and lyrics.
Kata kunci: remaja, kehidupan malam, hiburan, pakaian, musik subkultur .
PENDAHULUAN
Manusia sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial, memiliki dorongan ingin tahu, ingin maju dan
berkembang. Melalui komunikasi manusia dapat memperoleh informasi yang baru. komunikasi adalah suatu
proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antar satu sama lain, yang
pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam. Kemudian dinyatakan komunikasi sebenarnya bukan
hanya ilmu pengetahuan, tapi juga seni bergaul. Selain itu dapat dikatakan bahwa melalui komunikasi dan
kontak sosial maka terjadi proses sosial, sehingga manusia dapat mengikuti perkembangan yang terjadi melalui
proses.
Pergaulan yang paling mencolok pada saat ini yaitu pada lingkungan remaja, khususnya pada kehidupan
malamnya. Keadaan ini juga didukung oleh munculnya tempat hiburan malam diskotik dan cafe di daerah
perkotaan. Hal ini menjadi perhatian untuk mengetahui lebih jauh lagi kehidupan malam remaja, khususnya yang
hidup di daerah perkotaan. Dengan adanya faktor hubungan sosial atau pergaulan, kemudian mempengaruhi
mereka untuk mengadopsi gaya pergaulan untuk mengunjungi tempat yang menyediakan sarana hiburan malam.
Dapat dikatakan bahwa perubahan sosial dan pengaruh lingkunganlah yang dapat memotivasi para anak muda
ini untuk menikmati hiburan dunia malam
Kehidupan malam dikenal dengan adanya aktivitas yang dilakukan pada malam hari, seperti Clubbing di
diskotik, yaitu tempat dimana semua orang bisa bercingkrak ria dan tempat yang memberikan kebebasan bagi
para peminatnya. Caf-cafe sebagai tempat-tempat kumpulnya anak muda-mudi sambil menikmati minuman dan
makanan, Biliyard tempat mengumpulnya dan bermain para remaja. Ini merupakan salah satu gaya hidup di era
modren sekarang yang merupakan hasil adopsi dari negara-negara barat. Kehidupan malam memang memiliki
fenomena yang sangat menarik. Faktanya tempat hiburan malam didirikan berdasarkan segala sesuatu yang
berkaitan dengan gaya remaja, tempat ini memberikan kebebasan atau tanpa batasan-batasan terhadap mereka.
Menurut Subandy (1997 : 14) dalam pentas itu ada pelipatgandaan kegairahan dan kegembiraan yang luar biasa
hingga mencapai kesadaran di luar kesadaran diri.
Hal serupa ini juga terjadi di Sumatera Barat yang beribu kotakan Padang, dimana setiap tampat hiburan
malam memiliki acaranya sendiri dengan tema yang berbeda-beda seperti di billiar diadakan event-event untuk
menarik remaja hadir di tempat ini, dan di cafe mulai dari pelayanan khusus, atau memberikan discaunt, seperti
hari biasa mendapatkan minuman free sebelum menikmati hiburan malam, dan peforma DJ (Disk Joky) di
diskotik.
Di Sumatera Barat dikenal dengan budaya Minangkabaunya, dari ciri khas adat Minangkabau adalah
prinsip keturunan yang diatur menurut garis keturunan ibu disebut Matriliniar. (LKAAM, 2002 : 41). Disini
anak Minangkabau setelah beranjak ke remaja sudah mulai meninggalkan rumah yang disebut Rumah
-
2
Gadang. Di dalam tradisinya remaja Minangkabau sudah diajarkan untuk tidur diluar rumah bersama teman sebayanya dan kakak laki-lakinya yang sekampung, mereka tidur di surau-surau. Di surau tersebut remaja
banyak melakukan kehidupan malamnya dengan kegiatan-kegiatan seperti belajar mengaji, belajar
beladiri/pencaksilat, hingga belajar budaya/adat dan kesenian minangkabau, dan kegiatan lainnya. Fenomena
yang terjadi di Kota Padang pada zaman sekarang adalah remaja mulai meninggalkan tradisi seperti yang
ditradisikan oleh adat Minangkabau, pada saat sekarang ini remaja memilih tempat beraktifitas pada malam hari
di luar lingkungan kultur induknya.
Berdasarkan fenomena yang terjadi pada kehidupan malam remaja maka tulisan ini ingin menguraikan
jawaban atas pertanyaan pada rumusan masalah dalam tulisan ini yaitu: bagaimana realitas kehidupan malam
remaja di tempat hiburan malam?
METODE
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan pendekatan etnografi, penelitian ini yang dilaksanakan
di Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Propinsi Sumatera Barat Indonesia. Adapun alasannya dikarenakan tempat ini ramai dikunjungi remaja dan memiliki kriteria tempat hiburan malam, penelitian ini mengggunakan
Teknik pengambilan data dengan teknik observasi partisipan, wawancara mendalam dan studi dokumentasi.
Informan dalam penelitian ini adalah remaja dan pelayan tempat hiburan. Informan remaja terdiri atas tiga
kategori: Pertama, informan remaja berdasarkan kelas atas. Kedua, informan remaja berdasarkan kelas
menengah. Ketiga, informan remaja berdasarkan kelas bawah.
HASIL
Realitas Kehidupan Malam Remaja di Padang Barat
Remaja berdasarkan kelas di tempat hiburan dikategorikan atas tiga jenis yaitu; (1) billiar, (2) cafe /
warung (3) diskotik. Ketiga jenis ini memiliki karakteristik yang berbeda baik dari segi kondisi fisik.
Berdasarkan keterlibatan remaja dalam kehidupan malam, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa remaja
yang melakukan aktifitas di tempat hiburan malam terdiri atas; 1) berdasarkan waktu biasa 20.00-22.00, waktu
rata-rata 22.00-00.00 dan waktu ekstrim 00.00-02.00, di tempat billiar, cafe/warung dan diskotik dengan
subkultur cara pakaian dan selera musik, 2) berdasarkan kelas, atas, menengah dan bawah dilihat dari cara
pakaian dan selera musik.
Aktifitas Kehidupan Malam Remaja di Billiar
Billiar biasanya hadir dari kalangan yang memang penikmat olah raga billiyar dan dari kalangan yang
menggemari ajang taruhan (judi). Mereka yang mampu bertahan hingga yang menjelang pagi di suatu tempat
billiyar biasanya adalah mereka yang terlibat taruhan (judi) atau juga orang yang terlibat pertandingan adu
gengsi sebagai pemain yang terbaik dalam suatu tempat billiar, ada juga hanya sekedar gemar main. Billiar
merupakan salah satu hiburan malam yang ada di Padang, walaupun billiar tidak hanya buka pada malam hari,
hal ini disebabkan karena biasanya beberapa tempat billiar buka hingga menjelang pagi, saat ini beberapa tempat
billiar telah mengembangkan konsep hiburan dengan memadukan konsep olah raga.
Billiar salah satu tempat untuk mencari kesenangan oleh remaja, selain mereka bermain billiar tempat ini
juga dijadikan tempat ajang berkumpul dengan teman-teman sebayanya, saat ini beberapa tempat billiar telah
mengembangkan konsep hiburan dengan memadukan konsep olah raga. Fasilitas pun mulai dari nonstop musik,
dan berbagai macam hidangan menu makanan dan minuman. Terlihat dari ramai pengunjung billiar, mulai dari
tempat kalangan atas (TB) dan menengah (BO, MT, Nusantara), dan kalangan bawah seperti tempat biiliar
diwarung-warung. Biasanya tempat ini mulai ramai dikunjungi remaja pada pukul 20.00 02.00 WIB.
Aktifitas Kehidupan Malam Remaja di Cafe/Warung
Cafe juga tidak luput dari kunjungan para remaja untuk mencari kesenangan tersendiri bagi remaja, ini
terlihat dari pengunjung yang hadir untuk makan dan minum sekaligus menikmati malam. Cafe ini memang
ramai dikunjungi remaja pada hari libur, pada hari-hari biasa cafe ini tetap dikunjungi remaja walaupun tidak
seramai hari libur. Di cafe ini menyediakan menu mulai makan ringan seperti roti bakar, snack dan sop special,
nasi goreng special, nasi goreng sunda, sampai makan berat seperti nasi ayam rica-rica, chiken steak dan sapi
dan lainya. Dan berbagai macam minuman juga disajikan di cafe ini, mulai dari jus buah-buahan hingga
minuman racikan softdrink.dan Ice italian blue.
Kebanyakan remaja datang ke cafe berkisar jam 20.00 sampai jam 02.00 WIB, dikarenakan cafe tempat
makan dan bercengkrama dan cafe di Padang Barat ini tutup jam 02.00 WIB, selain mencari makan dicafe ini
remaja juga bisa menikmati musik (live music), yang memang sudah diberikan untuk pengunjung, selain itu
pengunjung juga bebas untuk menyumbang lagu, dan tempat ini biasanya dijadikan remaja untuk tempat
berkumpul setelah mereka melakukan aktifitas lain seperti habis main billiar, karaoke, dan ada juga memang
disengaja datang dari rumah. cafe ini mulai dari tempat kalangan atas (CN) dan menengah (CF), dan kalangan
bawah seperti cafe di Jalan Samudra dekat Danau Cimpago.
-
3
Aktifitas Kehidupan Malam Remaja di Diskotik
Remaja yang hadir kedalam diskotik biasanya mereka yang benar untuk menikmati dentuman musik DJ
(Disk Jokey), dari hasil penelitian ini kebanyakan dari remaja memangdari kalangan remaja kelas atas dan
menengah, biasanya mereka sudah menjadi anggota tetap di diskotik, pengelola memberikan fasilitas untuk
mereka yang hobbi untuk bisa menjadi anggota tetap dalam diskotik, ini terlihat dari begitu dekatnya pelayan
dan sexy dance terhadap remaja yang baru saja hadir kedalam diskotik, aktifitas yang mereka lakukan hanya
menikmati sambil mengobrol dan minum alkohol dengan perempuan.
Selain itu mereka yang members memang dapat pelayanan yang berlebih dari mulai diantarnya ketempat
duduk, memberikan air mineral dan makanan ringan, remaja ini biasanya datang berkunjung sekitar jam 23.00
sampai 02.00 WIB.
PEMBAHASAN
Realitas Kehidupan Malam Remaja di Padang Barat
Mencermati realitas kehidupan malam remaja di Kota Padang (Padang Barat) dari segi konsep popular
culture memang sarana dan prasarananya (tempat aktifitas kehidupan malam remaja) sudah tersedia dilokasi
penelitian ini. Dengan kenyataan tersebut apabila merujuk kepada apa yang dinyatakan oleh Oconnor (Subandy 1997:22) aktifitas kehidupan malam remaja telah menggantikan aktifitas ideal kultur induknya, melalui
beberapa tempat aktifitas hiburan malam, seperti biliar, cafe dan diskotik. Adapun aktifitas ideal kultur induk
dalam penelitian ini kehidupan malam remaja tidak berlangsung di tempat hiburan malam seperti yang
dijelaskan diatas. Dalam hal ini aktifitas remaja seharusnya berlangsung di surau (mushala) atau mesjid serta
organisasi sosial yang bergerak dibidang seni. Aktifitas remaja di surau dapat berbentuk remaja melakukan
pendalaman tentang hal Ihwal Alquran. Realitasnya adalah ada kebijakan dari pemerintah Provinsi Sumatera Barat beserta tokoh adat di Sumatera Barat menetapkan kembali ke surau dan kembali ba nagari. Apabila
ditelusuri lebih jauh ketingkat lebih kecil (kelurahan) setiap mesjid menyelenggarakan TPA (taman pendidikan
Alquran) dan TPSA ( taman pendidikan seni Al quran). Aktifitas di mesjid ini khusus untuk remaja tidak berlangsung sampai larut malam.
Selanjutnya aktifitas remaja dalam organisasi sosial yang bergerak dalam seni dapat berbentuk remaja
dilatih barandai. Biasanya kegiatan ini dilakukan pada malam hari sampai jam 22.00 wib dan setelah itu
kegiatannya dilanjutkan latihan pencak silat yang dilakukan oleh orang dewasa dan bisa berlangsung sampai
02.00 dini hari. Faktual dari kegiatan ini di Kota Padang adalah adanya sanggar seni. Namun demikian sanggar
seni berskala kecil di lokasi penelitian yang melakukan kegiatan randai dan pencak silat tidak ditemukan.
Kegiatan randai dan pencak silat tersebut hanya peneliti temukan di lembaga resmi pemerintah yang disebut
dengan Taman Budaya. Sementara itu oreantasi kegiatan Taman Budaya tidak bersifat sistemik namun mereka
lebih memiliki orientasi promosi budaya keluar negeri dan mengadakan lomba-lomba seni budaya serta
pameran-pameran seni budaya minangkabau.
Keterjajahan budaya (imperialisme culture) melalui popular culture memang sudah terjadi di Kota Padang.
Remaja di kota padang diseret oleh medan magnet hiburan malam melalui billiar, cafe dan diskotik. Tidak ada
statistik yang menyebutkan berapa jumlah remaja di Kota Padang yang tersedot ke dalam aktifitas kehidupan
malam dengan mengunjungi billiar, cafe dan diskotik. Meskipun demikian, berdasarkan hasil penelitian satu
meja biliyar di kunjungi oleh 4 individu, hal ini setara dengan 160 orang dalam satu malam (terutama jumat malam dan sabtu malam). Peneliti berusaha menghitung secermat mungkin, setelah melakukan tiga observasi
pada masing-masing jumat malam dan malam minggu, peneliti berani memvalidasi data bahwa dari 160 orang pengunjung tempat biliyar terdapat 96 orang (60 %) pengunjungnya adalah remaja. Selanjutnya dari 96 orang
remaja tersebut terdapat 22 orang remaja perempuan.
Jumlah tersebut baru sebatas perhitungan kasar pada satu titik tempat hiburan. Yang menjadi pertanyaan
sekarang adalah berapa jumlah tempat biliyar di kota padang? Tentunya hal ini membutuhkan perhitungan yang
cermat. Namun demikian dilokasi penelitan ada 8 tempat permainan biliyar. Dari delapan tempat tersebut, hasil
identifikasi peneliti satu tempat untuk kelas atas, satu kelas menengah dan 6 tempat untuk kelas bawah.
Identifikasi peneliti lanjutkan apakah semua tempat tersebut dikunjungi oleh remaja. Ternyata kelas tempat
biliyar tersebut menunjukan pengunjungnya dari segi status sosialnya. Dalam hal ini kelas tempat biliyar
berkaitan erat dengan kelas sosial pengunjungnya.
Mencermati remaja pengunjung billiar tersebut apabila kelas sosialnya diabaikan maka peneliti
memberanikan diri melakukan estimasi (perkiraan) bahwa dari delapan lokasi tersebut menyedot remaja untuk
melakukan aktifitas kehidupan malam di tempat billiar seperti terlihat pada tabel 1.
-
7
Tabel 1, Estimasi Pengunjung Remaja Di Tempat Biliyar Berdasarkan Kelas
Di Kecamatan Padang Barat
N
No
Kelas Jumlah Tempat Estimasi Pengunjung
Remaja *
Ket
1 Atas 1 96 40 meja
2 Menengah 1 16 10 meja
3 Bawah 6 24 12 meja
Jumlah 8 136 52 meja
Sumber: Data Primer 2012
Ket :
* : Estimasi berlaku untuk jumat malam dan sabtu malam
Dari Tabel diatas menunjukan data estimasi untuk satu kecamatan. Jumlah remaja yang bermain billiar yang
terdapat pada tabel diatas baru sebatas estimasi pada satu kecamatan untuk satu jenis permainan pada hiburan malam,
yaitu billiar.
Aktifitas kehidupan malam remaja selain di billiar juga mereka lakukan di cafe dan di diskotik. Perilaku mereka
jelas berbeda bila dihubungkan dengan situasi fisik di ketiga tempat tersebut. Namun demikian ketiga tempat ini
dihubungkan dengan konteks popular culture maka gaya hidup mereka mewakili pencerminan bagaimana pupolar
culture mempengaruhi kultur induk sehingga terbentuk subkultur yang berbeda dari kultur induknya.
Dan tidak berlebihan pula alek nagari tersebut telah punah di Kota Padang. Pada hal keterikatan sejarah budaya
Kota Padang sangat dekat dengan Kabupaten Padang Pariaman. Dan tidak berlebihan pula aktifitas kehidupan malam
di Kota Padang telah di dominasi oleh bentuk-bentuk aktifitas yang masuk kedalam pupolar culture.
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya tiga sarana hiburan malam yang masuk ke dalam lingkup pupolar
culture (billiar, cafe, diskotik), billiar dan cafe telah menggantikan; (1) permainan billiar menggantikan permainan
silat dan randai, (2) menikmati hiburan di cafe (makan dan minum) menggantikan makanan dan minuman di alek
nagari. Selanjutnya dalam pembahasan ini peneliti berusaha menggali seperti apakah popular culture dalam bentuk
aktifitas hiburan malam di diskotik menggantikan kultur induknya? Diskotik seperti yang sudah di deskripsikan
dalam realitas pada temuan khusus bagian aktifitas kehidupan malam di diskotik mencerminkan sebuah kehidupan
glamor dengan gaya berpakaian yang seksi, musik dengan jenis disko (house music) dan orang-orang yang menikmati
musik disko tersebut jingkrak-jingkrak yang terkesan sensual. Realitas ini sangat berbeda dengan bagai mana aktor-aktor dalam kultur induk mengekspresikan diri dalam konteks musik dan gerakan tubuh. Dalam kultur induk (musik
dan gerakan tubuh ala kebudayaan Minangkabau) diekspresikan melalui serunai, saluang, rabab, talempong dan
tambur. Ketika alat musik tradisional tersebut dimainkan ada tarian yang menyertainya seperti tari piring, tari
gelombang, tari payung dan lain sebagainya.
Tarian dalam kultur induk tersebut tidak lagi mengakar dalam masyarakatnya khusus di lokasi penelitian.
Beberapa remaja yang peneliti wawancarai mereka tidak bisa membawakan tarian tersebut meskipun mereka
mempelajarinya disekolah-sekolah. Yang lebih naif lagi tarian tersebut dan yang diiringi alat tradisional itu
dipergelarkan ketika ada acara-acara penting di pemerintahan seperti menyambut tamu, pameran-pameran, dan
peresmian-peresmian tertentu. Masyarakat dalam kultur induk tersebut hanya menjadi penonton bukan menjadi
pelaku. Sementara itu di diskotik remaja adalah aktor bebas memerankan diri didalam diskotik tersebut. Mereka
bebas datang kapan saja setiap hari ke diskotik dan di dalam diskotik tersebut mereka bebas dari keterikatan norma,
baik norma bersikap, berpakaian, berbicara dan yang artinya tidak ada keterikatan dari kultur induknya.
KESIMPULAN
Perkembangan dan pertumbuhan kota secara tidak langsung telah mendorong perkembangan tempat-tempat
hiburan yang semakin beragam. Beragamnya pilihan hiburan juga memunculkan berbagai kelompok atau komunitas
yang mempunyai dalam hal mencari hiburan dan mencari kesenangan tersendiri. Billiar, Cafe dan Diskotik
merupakan tempat hiburan yang perkembangannya dipengaruhi oleh kemajuan kota dan berpengaruh kepada remaja.
Realitas kehidupan malam di kota padang muncul karena adanya hiburan. Hiburan tersebut menjadi daya tarik
karena dilokasi tempat hiburan itu indikasinya ramai, hiruk-pikuk, hingar-bingar. Sebuah tempat hiburan tidak akan
diminati oleh remaja dalam realitas kehidupan malamnya apabila tempat hiburan tersebut sepi. Dari tiga jenis tempat
hiburan yang diteliti; biliyar, cafe dan diskotik diminati oleh remaja apabila suasananya ramai, hiruk-pikuk dan
hingar-bingar. Melalui suasan inilah remaja menikmati realitas kehidupan malamnya di tempat hiburan malam atau
dengan kata lain ketika biliyar, cafe dan diskotik sepi pengunjung tentunya tidak tercipta suasana ramai, hiruk-pikuk,
dan hingar-bingar yang menjadi daya tarik tempat hiburan tersebut.
SARAN
Saran dari hasil penelitian ini, (1). Pemda Kota Padang konsisten menerapkan Perda tentang pemberantasan
Penyakit Masyarakat (Pekat). Seharusnya pihak instansi terkait lebih aktif dalam memantau hiburan malam yang
-
8
mulai berkembang Kota Padang, (2). Lembaga, baik formal maupun non formal serta informal mensosialisasikan
produk-produk budaya kultur induk baik dari segi pakaian, musik dan makan serta seni tari kepada remaja.
Pemahaman agama, remaja harus lebih ditingkatkan aktifitasnya di surau-surau, dalam hal ini surau tersebut surau
sebagai akar kearifan budaya lokal. Dinas Sosial Kota Padang lebih intensif memberikan penyuluhan kepada orang
tua berserta anaknya yang berusia remaja untuk mewujudkan kesadaran pada orang tua dan remaja terhadap dampak
negatif gaya hidup yang cendrung kepada konsumerisme yang relevan dalam kehidupan malam
DAFTAR PUSTAKA
Bayu Sagita, (2013), Gaya Hidup Rastafarian Sebagai Bentuk Eksistensi Subkultur Reggae, Surabaya, Skripsi
LKAAM, (2002), Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, Pedoman Hidup Banagari. Padang. Sako Batuah
Nur Prabowo S, M (2011) Meretas Kebahagiaan Utama Di Tengah Pusaran Budaya Konsumerisme Global, Journal,
LP2M STAI Al Muhksin. Yogyakarta
Poerwanto. Dr Hari (2008). Kebudayaan dan Lingkungan Dalam Prespektif Antropolgi, jakarta. Persada Pelajar
Sarwono,Sarlito.W. (2010) . Psikologi Remaja.Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Subandy, Idi Ibrahim (1997), Ecstasy Gaya Hidup, Kebudayaan Pop Alam Masyarakat Komoditas Indonesia,
Bandung, Mizan
Spradley. James. P (1997). Metode Etnografi. Penerjemah Misbah Zulfa Elizabeth. Jogjakarta. Tiara Wacana