Document
-
Upload
doni-luter -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
description
Transcript of Document
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An. “J”
DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIARE
DI RUANG PERAWATAN ANAK RSU. HAJI – MAKASSAR
TANGGAL 8 s/d 13 AGUSTUS 2005
O L E H :
K E L O M P O K V
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKAASSAR
2005
LAPORAN PENDAHULUAN
DIARE
I. KONSEP MEDIK
A. Pengertian
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi
dan lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi feces encer, dapat berwarna hijau atau
dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 1997).
Hal ini biasanya dihubungkan dengan dorongan ketidak nyamanan
perianal, inkontinensia, atau kombinasi dari kedua faktor ini. Adanya kondisi yang
menyebabkan perubahan pada sekresi usus, absorpsi mukosa atau motilitas dapat
menimbulkan diare. Diare dapat bersifat akut atau kronis. Ini dapat diklasifikasikan
sebagai volume tinggi, volume darah, sekresi, osmotik, atau campuran. Diare dengan
volume banyak terjadi bila terdapat lebih dari 1 liter feces cair/hari. Diare dengan
volume sedikit terjadi bila terdapat kurang dari 1 liter feces cair yang dihasilkan
perhari.
Diare dapat disebabkan oleh obat-obatan tertentu (penggantian hormon
thyroid, pelunak feces dan laksatif, antibiotik dan kemoterapi, dan antasida),
pemberian makanan per selang, gangguan metabolik, dan endokrin (diabetes,
adisson, thyrotoksikosis), serta proses infeksi oleh virus atau bakteri (disentri,
shigellosis, keracunan makanan). Proses penyakit lain yang dihubungkan dengan
diare adalah gangguan nutrisi dan malabsorpsi (sindrom usus pekak, kolitis ulseratif,
enteritis regional, dan penyakit siliaka), defisit springter anal, sindrom Zollinger –
Ellison, paralitik ileus dan obstruksi usus.
B. Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:
Infeksi bakteri; Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,
Campylobakter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
Infeksi virus; Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis),
Adenovirus, Rotavirus, Antrovirus dan lain-lain.
Infeksi parasit; Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides),
Protozoa (Entamoeba histolitika, Giardia lambia, Trichomonas
hominis), Jamur (Candida albicans).
b. Infeksi Parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti;
otitis media akut (OMA), tonsilitis/tonsilofaringitis, bronchopneumonia,
enchefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak berumur dibawah 2 tahun.
2. Faktor Malabsorpsi
Malabsorpsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa): monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi
laktosa.
Malabsorpsi lemak
Malabsorpsi protein
3. Faktor Makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar)
C. Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya
timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan menyebabkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul
diare pula.
D. Pathofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehydrasi) yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan asam basah (asidosis metabolik, hopokalemia).
2. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah).
3. Hipoglikemia
4. Gangguan sirkulasi darah
E. Gejala Klinik
Tergantung dari jenis diare, secara umum gejalanya :
1. BAB lebih dari 4 kali dengan jumlah 200 – 250 gr.
2. Anoreksia, pucat, iretable.
3. Vomoting, kejang, feces encer.
4. Terjadi perubahan perilaku.
5. Nyeri saat BAB.
6. Urine out put menurun.
7. Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat,
kemudian timbul diare. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena
bercampur empedu.
8. Anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam.
9. BB menurun. Pada bayi ubun-ubun besar, cekung.
10. Tonus dan turgor kulit berkurang.
11. Selaput lendir mulut dan bibir kering.
F. Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat menjadi
berbagai komplikasi sebagai berikut :
1. Dehydrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia,
perubahan elektrokardiogram).
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim
laktose.
6. Kejang, terjadi pada dehydrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan tinja: makroskopis dan mikroskopis, pH dan kadar gula jika
diduga ada intoleransi gula (sugar intolerance), biakan kuman untuk mencari
kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare
persisten).
2. Pemeriksaan darah: darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit
(terutama natrium, kalium, kalsium dan phospor serum pada diare yang disertai
kejang).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
4. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan
kualitatif terutama pada diare kronik.
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengertian
Keperawatan adalah ilmu dan kiat yang berkenaan dengan masalah-masalah
fisik, psikologis, sosiologis, udaya dan spiritual dari individu.
Ilmu keperawatan didasarkan atas kerangka teori yang luas; kiatnya
tergantung pada ketrampilan merawat dan kemampuan perawat secara individual.
Pentingnya perawat dalam sistem perawatan kesehatan telah dikenal dalam banyak
hal yang posiif, dan profesi keperawatan itu sendiri sedang mengatakan kebutuhan
untuk para praktisinya agar menjadi profesional dan bertanggung jawab.
B. Proses Keperawatan
Proses keperawatan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1950-an sebagai
proses yang meliputi tiga tahap yaitu pengkajian, perencanaan, dan evaluasi yang
berdasarkan pada metode ilmiah yaitu mengobservasi, mengukur, mengumpulkan
data dan menganalisis temuan-temuan tertentu. Dengan penelitian, penggunaan data
dan perbaikaan selama bertahun-tahun telah menghantarkan perawat untuk
memperluas proses keperawatan menjadi 5 tahap yang memberikan metode proses
berpikir yang terorganisasi untuk pengambilan keputusan klinik, pemecahan
masalah, dan memberikan perawatan yang berkualitas, perawatan klien secara
individual.
Tahap-tahap proses keperawatan
Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaang spesifik yaitu :
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
klien. Hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan diare dehydrasi adalah:
a. Data Subyektif;
- Frekuensi BAB 3 – 4 kali/hari atau lebih.
- Napsu makan berkurang.
- Nyeri perut.
- Konsistensi feces encer yang terjadi perubahan warna.
- Mual.
- Vomoting
- Lemas, lemah.
- Orang tua cemas
b. Data Obyektif
- Feces encer mungkin disertai lendir atau darah.
- Anak menjadi cengeng dan gelisah.
- Suhu badan meningkat (36ºC - 37ºC)
- Muntah
- Anus dan daerah sekitarnya lecet/iritasi karena seringnya BAB.
- BB menurun.
- Turgor kulit menurun atau jelek.
- Selaput lendir dan bibir kering.
- Peristaltik meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurun, membatasi, mencegah, dan mengubah (A. Carpenito, 200)
Tujuan diagnosa keperawatan untuk mengidentifikasi;
1) Masalah dimana adanya respon klien terhadap status
kesehatan atau penyakit.
2) Faktor-faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu
masalah (etiologis); dan
3) Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan
masalah.
Langkah-langkah menentukan diagnosa keperawatan
Langkah-langkah dalam diagnosa keperawatan dapat dibedakan
menjadi :
1) Klasifikasi dan analisa data.
2) Interpretasi data.
3) Validasi data.
4) Penentuan diagnosa keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian, maka ditemukan beberapa diagnosa
keperawatan pada anak dengan diare yaitu :
1) Gangguan keseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan
diare.
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat.
3) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi
pada usus.
4) Resiko terjadi infeksi sekunder berhubungan dengan iritasi pada
anus akibat diare.
5) Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
seringnya BAB.
6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan aktivasi
RAS.
7) Kecemasan (orang tua) berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit anaknya.
3. Intervensi Keperawatan
1) Gangguan keseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan diare.
Tujuan : Klien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat
dengan keseimbangan input dan out put serta bebas dari
tanda dehidrasi.
Intervensi :
- Observasi TTV, takikardia dan demam. Kaji turgor kulit dan
kelembabab membran mukosa.
Rasional : Merupakan indikator adanya dehidrasi/hipovolemia
dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.
- Pantau input dan out put cairan, catat/ukur diare dan kehilangan
cairan melalui oral.
Rasional : Untuk mengidentifikasi tingkat dehidrasi dan
pedoman untuk penggantian cairan .
- Penuhi kebutuhan cairan individu dengan menentukan jadwal
pemberian.
Rasional : Pemberian cairan yang teratur dapat membantu
mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit klien .
- Timbang BB klien secara teratur/sesuai jadwal.
Rasional : Penurunan BB menunjukan adanya kehilangan
cairan yang berlebihan .
- Anjurkan ibu klien untuk meningkatkan masukan oral bila
mampu.
Rasional : Memungkinkan penghentian tindakan dukungan
cairan invasif dan membantu mengembalikan fungsi
usus normal.
- Berikan cairan tambahan infus sesuai indikasi.
Rasional : Menggantikan kehilangan cairan dan memperbaiki
keseimbangan cairan.
- Observasi tetesan infus secara ketat.
Rasional : Memberikan informasi tentang status cairan.
Kecenderungan keseimbangan cairan negatif dapat
menunjukan terjadinya defisit.
- Penatalaksanaan pemberian obat sesuai instruksi.
Rasional : Mempercepat proses penyembuhan dan berguna
untuk meminimalkan kehilangan cairan.
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
Tujuan : Klien akan mempertahankan intake makanan dan minuman
yang adekuat untuk mepertahankan berat badan dalam
rangka pertumbuhan dengan kriteria hasil porsi makan
dihabiskan, BB meningkat atau dipertahankan.
Intervensi :
- Buat jadwal masukan tiap jam, anjurkan mengukur cairan atau
makanan dan minuman sedikit demi sedikit.
Rasional : Pemberian makanan dan minuman yang teratur
dapat membantu mempertahankan keseimbangan
nutrisi klien.
- Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
Rasional: Merupakan indikator terhadap asupan makanan
yang adekuat.
- Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen.
Rasional : Gangguan keseimbangaan cairan elektrolit dapat
menurunkan motilitas/fungsi lambung.
- Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan dan
elektrolit dengan segera jika klien dapat mentoleransinya
melalui pemberian cairan oral.
Rasional : Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika
klien sadar dan fungsi ganstrointestinalnya baik.
- Libatkan keluarga (ibu klien) pada perencanaan makanan sesuai
indikasi.
Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatan keluarga dalam
perawatan klien dan memberikan informasi untuk
memahami kebutuhan nutrisi pasien.
3) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi pada
usus.
Tujuan : Anak menunjukan suhu tubuh dalam batas normal (36-37˚C)
Intervensi :
- Pantau suhu tubuh klien setiap 1 jam, perhatikan apakah klien
menggigil.
Rasional : Untuk memantau peningkatan suhu tiba-tiba. Suhu
38,9˚ C – 41,1˚ C menunjukan proses infeksi.
Menggigil sering mendahului puncak peningkatan
suhu.
- Pertahankan lingkungan yang sejuk.
Rasional : Suhu ruangan harus diubah untuk mempertahakan
suhu mendekati normal.
- Beri kompres hangat dan hindari penggunaan alkohol/es.
Rasional : Membantu mengurangi demam. Alkohol / air es
dapat menyebabkan kedinginan dan mengeringkan
kulit.
- Kolaborasi untuk memberikan antipiretik (asetaminofen,
ibuprofen) sesuai indikasi.
Rasional : Mengurangi demam dengan aksi sentral pada
hipotalamus.
4) Resiko terjadi infeksi sekunder berhubungan dengan iritasi pada anus
akibat diare.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi sekunder dengan kriteria klien bebas
dari tanda-tanda infeksi sistemik atau lokal.
Intervensi :
- Pertahankan keadaan kulit sekitar anus tetap kering dan bersih.
Rasional : Mencegah terjadinya kontaminasi dan penyebaran
bakteri dan kontaminasi silang.
- Pertahankan teknik aseptik dalam melakukan tindakan invasif.
Rasional : Menurunkan resiko terjadinya infeksi silang.
- Kolaborasi untuk pemberian antimikrobial/antibiotik sesuai
indikasi.
Rasional : Menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur disekitar
anus.
- Libatkan keluarga dalam program perawatan klien untuk
mempertahankan kulit tetap kering.
Rasional : Membantu meningkatkan peran keluarga dan
memberikan pemahaman tentang perawatan klien.
5) Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
seringnya BAB.
Tujuan : Klien dapat mempertahankan integritas kulit dalam keadaan
normal.
Intervensi :
- Pertahankan keadaan kulit sekitar anus tetap kering dan bersih.
Rasional : Mencegah terjadinya kontaminasi dan iritasi.
- Berikan perawatan kulit secara rutin, observasi pakaian klien
agar tetap kering dan steril.
Rasional : Mencegah terjadinya kerusakan dan meningkatkan
penyembuhan.
- Pertahankan keadaan kulit sekitar anus tetap kering dan bersih.
Observasi ketat pada lipatan kulit
Rasional : Kelembaban atau akskroriasi meningkatkan
pertumbuhan bakteri yang dapat menyebabkan
infeksi.
- Ajarkan kepada keluarga untuk tidak memberikan tekanan pada
bagian tubuh tertentu.
Rasional : Menurunkan tekanan sehingga dapat meningkatkan
sirkulasi perifer dan menurunkan resiko kerusakan
kulit.
6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan aktivasi RAS.
Tujuan : Klien dapat beristirahat dan tidur sesuai dengan kebutuhan
secara teratur.
Intervensi :
- Kaji kebiasaan tidur dan perubahan yang terjadi.
Rasional: Mengidentifikasi dan menentukan intervensi yang
tepat.
- Ciptakan tempat tidur yang nyaman.
Rasional: Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan
fisiologi – psikologis.
- Ciptakan lingkungan yang kondusif dengan mengurangi
kebisingan.
Rasional: Memberikan situasi yang kondusif untuk
tidur/istirahat.
- Hindari mengganggu klien bila mungkin (misalnya;
membangunkan untuk obat dan terapi)
Rasional: Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa
segar dan klien mungkin tidak dapat tidur setelah di
bangunkan.
7) Kecemasan (orang tua) berhubungan dengan kurangnya kurangnya
pengetahuan tentang penyakit anaknya.
Tujuan : Kecemasan orang tua berkurang yang ditandai dengan
meningkatnya kemampuan mereka dalam mendampingi dan
memberi dukungan pada anak dengan menjelaskan
kondisinya.
Intervensi :
- Berikan informasi yang adekuat pada orang tua dan keluarga.
Rasional : Informasi yang adekuat merupakan suatu aspek
penting dalam membantu proses perawatan klien.
- Biarkan orang tua tetap mendampingi klien selama
hospitalisasi.
Rasional : Orang tua dapat mengetahui perkembangan
informasi tentang kondisi anaknya.
- Kaji pehaman orang tua tentang kondisi anaknya dan gambaran
perawatan.
Rasional : Mengetahui seberapa jauh pemahaman orang tua
tentang konsi anaknya dan gambaran perawatan
sehingga dapat membantu dalam melaksanakan
intervensi selanjutnya.
- Jelaskan semua prosedur pada orang tua (keluarga).
Rasional : Untuk meminimalkan rasa takut/cemas terhadap
hal-hal yang tidak diketahui.
- Beri dukungan emosional pada orang tua selama anak masih
dirawat di RS.
Rasional : Diharapkan orang tua dapat mengenal dan
menghadapi rasa cemas dengan adanya dukungan
dan konseling.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arif Mansjoer, 2002, Kapita Salekta Kedoktern, Edisi 3 Jilid 2, EGC, Jakarta.
2. Brunner & Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2, EGC, Jakarta.
3. Doenges, moorhouse & Burley, 2001, Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan, Edisi 2, EGC, Jakarta.
4. Yusuf M., 2004, Diktat Kebutuhan Dasar Manusia I, Makassar.
5. Nursalam, 2001, Proses dan Dokumentasi Keperawatan; konsep dan Praktik Edisi I, Salemba Medika, Jakarta.
6. Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
7. Syahar Yakup, SKp., 2004, Dikatat PPKDM II, Makassar.
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
A. Pengertian Cairan
Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan air.
Air tubuh lebih banyak meningkat tonisitus adalah terminologi guna perbandingan
osmolalitas dari salah satu cairan tubuh yang normal. Cairan tubuh terdiri dari cairan
eksternal dan cairan internal. Volume cairan intrasel tidak dapat diukur secara
langsung dengan prinsip difusi oleh karena tidak ada bahan yang hanya terdapat
dalam cairan intrasel. Volume cairan intrasel dapat diketahui dengan mengurangi
jumlah cairan ekternal, terdiri dari cairan tubuh total.
Cairan eksternal terdiri dari cairan tubuh total :
- Cairan interstitiel: bagian cairan ekstra sel yang ada diluar pembulu darah.
- Plasma darah
- Cairan transeluler, cairan yang terdapat pada rongga khusus seperti dalam pleura,
perikardium, cairan sendi, cairan serebrospinalis.
☻ Pertukaran cairan tubuh
1. Pemasukan :
Cairan tubuh sebagian besar berasal dari makanan dan minuman setiap hari dan
sebagian kecil berasal dari proses oksidasi H2 dalam makanan.
2. Pengeluaran :
Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti;
a. Ginjal
- Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170
liter darah untuk disaring setiap hari.
- Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam.
- Pada orang dewasa produksi urine sekitaar 1,5 liter/hari.
- Jumlah urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan
aldosteron.
b. Kulit
- Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang
merangsang aktivitas kelenjar keringat.
- Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot,
temperatur lingkungan meningkat dan demam.
c. Paru-paru
Meningkatnya cairan hilang sebagai respon terhadap perubahan kecepatan
dan kedalaman napas akibat pergerakan atau demam.
d. Gastrointestinal
Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari
sekitar 100 – 1200 ml.
☻ Gangguan keseimbangan cairan pada defisit cairan yaitu :
a Isotonis
Bila sel dimasukan kedalam suatu larutan tanpa menyebabkan sel
membengkak atau mengkerut disebut larutan isotonis.
b Hipotonis
Larutan yang bila dimasukan kedalamnya akan menyebabkan sel menjadi
bengkak.
c Hipertonis
Larutan yang menyebabkan sel mengkerut jika dimasukan kedalam larutan
tadi.
☻ Pengaturan keseimbangan cairan
a. Rasa dahaga
Mekanisme rasa dahaga :
1. Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada
akhirnya menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat
merangsang hipothalamus untuk melepaskaan substrat neural yang
bertanggung jawab terhadap sensasi haus.
2. Osmoreseptor dihipothalamus mendeteksi peningkatan osmotik dan
mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa
dahaga.
b. Antidiuretik Hormon
ADH dibentuk dihipofisis dan disimpan didalam neuro hipofisis dari
hipofisis posterior stimulasi utaama untuk sekresi ADH adalah peningkatan
osmolalitas dan penurunan cairan ekstra sel. Hormon ini meningkatkan
reabsorbsi air pada ductus koligentes, dengan demikin dapat menghemat
air.
c. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjaar adrenal yang bekerja pada tubulus
ginjal untuk meningkatkan absorbsi natrium. Pelepasan aldosteron
dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium natrium serum dan sistem
angiotensin renin dan sangat efektif dalam mengendalikan hiperkalemia.
B. Pengertian Elektrolit
Elektrolit adalah substansi yanag menyebabkan ion kation (+) dan anion (-).
Ada tiga cairan elektrolit yang paling esensial yaitu :
1. Kation (K ) fungsinya;
- Untuk transmisi dan konduksi impuls saraf.
- Kontraksi otot rangka, otot polos dan otot jantung.
2. Natrium (Na )
Kation utama dari pada cairan ekstra seluler juga dijumpai dalam pada dan
jaringan.
- Merupakan kation paling banyak yang terdapat pada cairan ekstra sel.
- Natrium mempengaruhi keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan
kontraksi otot.
- Sosdium diatur intake garam., aldosteron dan pengeluaran urine normalnya
sekitar 135 dan 148 mEq / 1 liter
3. Kalsium (Ca ), fungsinya :
- Membanu aktifitas saraf dan otot normal.
- Meningkatkan kontrasi otot jantung.
- Berguna untuk integritas kulit dan sel, konduksi jantung, pembekuan darah,
serta pembentukan tulang-tulang dan gigi.
☻ Gejala klinis kekurangan elektrolit:
- Haus
- Anoreksia
- Perubahan tanda-tanda vital
- Lemas atau pucat
- Anak rewel
- Kejang-kejang
- Kulit dingin
- Rasa malas
☻ Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan elektrolit :
1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang
diperlukan dan berat badan.
2. Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat
mengalami kehilangan NaCl sebanyak 15 – 30 gr/hr.
3. Diet
Pada saat nutrisi kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi,
proses ini akan menimbulkan pegerakan cairan dari intertistial keintra
seluler.
4. Keadaan sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung,
gangguan hormon akan menganggu keseimbangan cairan.
5. Situasi stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metaabolisme sel, konsentrasi darah
dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan
air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan
produksi urine.
Penatalaksanaan :
1. Penatalaksanaan medis utama diarahkan pada pengendalian atau pengobatan
penyakit dasar. Obat-obatan tersebut misalnya; prednison yang dapat
mengurangi beratnya diare dan penyakit.
2. Untuk diare ringan cairan oral dengan segera ditingkatkan dan glukosa oral
serta larutan elektrolit dapat diberikan untuk rehydrasi pasien.
3. Untuk diare sedang, akibat sumber non infeksius, obat-obatan tidak spesifik
seperti defenosiklat (lomotil) dan loperamit (imodium) juga diberikan untuk
menurunkan motilitas.
4. Preparat anti mikrobial diberikan bila preparat infeksius telah teridentifiksi atau
bila diare sangat berat.
5. Terapi cairan intra vena mungkin diperlukan untuk hydrasi cepat, khususnya
untuk anak kecil dan lansia.
TINJAUAN KASUS
I. Identitas
A. Data Biografi
1. Nama : An.” J “
2. Umur : 4 bulan
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Alamat : Jl. Dangko No.
125
5. Agama : Islam
6. Suku/bangsa : Makassar / Indonesia
7. Pendidikan : -
8. Status perkawinan : Belum kawin
9. Tanggal masuk : 09 Agustus 2005
10. Tanggal pengkajian : 09 Agustus 2005
11. Diagnosa medik : Diare
12. No. medikal record : 07 99 25
B. Data Penanggung Jawab
1. Nama : Ny.” S “
2. Umur : 26 tahun
3. Alamat : Jl. Dangko No.
125
4. Pekerjaan : Ibu Rumah
Tangga
5. Hubungan dengan klien : Ibu kandung
II. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama : Berak-berak
Riwayat keluhan utama :
Ibu klien mengatakan bahwa klien mengalami berak-berak lebih dari 5 kali
sehari disertai dengan muntah sejak hari senin pagi tanggal 8 agustus 2005.
Keadaan ini dialami tanpa diketahui apa penyebabnya sampai klien dibawa ke
RS. Menurut ibu klien, belum ada pengobatan yang diberikan kepada anaknya,
dan klien akan merasa enak bila diteteki.
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu :
Menurut ibu klien, penyakit ini baru dialami pertama kali. Sebelumnya klien
pernah menderita flu dan batuk ringan tetapi tidak sampai dirawat di RS. Klien
juga mempunyai riwayat alergi terhadap keringat dan telah mendapat imunisasi
BCG dan hepatitis I dan II.
3. Informasi Kesehatan Sekarang :
Klien tidak alergi terhadap obat-obatan dan klien juga tidak punya kebiasaan
tertentu.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Genogram 3 generasi
G 1
G 11 ? ? 27 26 20 16 9
G111 6 3 4
Keterangan :
: Laki-laki : Tinggal serumah
: Perempuan X : Meninggal
: Klien ? : Tidak diketahui
? 56 55 45
G 1 : Kakek dan nenek klien baik dari pihak ayah dan ibu masih hidup
tetapi tidak tinggal serumah dengan klien, hanya kakek dari pihak
ayah yang tinggal serumah dengan klien.
G 11 : Ayah dan ibu klien tidak pernah menderita penyakit yang sama
dengan klien dan berbadan sehat.
Hubungan orang tua klien dengan anggota keluarga yang lain
harmonis.
G111 : Klien adalah anak ketiga dari 3 bersaudara. Kedua saudara kandung
klien tidak pernah menderita penyakit yang sama dengan klien.
III. Keadaan Umum
A. Penampilan
Klien nampak lemah dan pucat.
B. Kesadaran
Klien dalam keadaan sadar dan bisa diajak bermain tapi kadang-kadang klien
menangis.
C. Tanda-tanda vital :
N : 130 x/mnt
S : 38,4 º C
P : 46 x/menit
Atropometri :
BB : 6,2 kg
PB : 62 cm
LLA : 16 cm
LLB : 14 cm
LK : 42 cm
LP : 43 cm
IV. Pemeriksaan Fisik
A. Kepala
Inspeksi :
- Kulit kepala bersih tidak ada luka, dan berbentuk mesocepalus.
- Rambut baru mulai tumbuh.
Palpasi :
- Tidak ada massa.
- Rambut tidak mudah tercabut.
B. Mata
Inspeksi :
- Mata nampak cekung.
- Konjungtiva nampak anemis.
- Sklera mata putih.
- Bola mata mengikuti arah telunjuk.
Palpasi :
- Tidak ada penonjolan bola mata.
C. Kulit
Inspeksi :
- Warna kulit sawo matang.
Palpasi :
- Turgor kulit jelek.
D. Telinga
Inspeksi :
- Pendengaran klien baik dan tidak menggunakan alat bantu.
- Bentuk telinga simetris kiri dan kanan.
- Tidak nampak cairan.
E. Hidung
Inspeksi :
- Bentuk hidung simetris kiri dan kanan.
- Klien tidak menggunakan pernapasan cuping hidung.
- Lubang hidung nampak kotor.
Palpasi :
- Tidak ditemukan benjolan
F. Mulut
Inspeksi :
- Bibir klien tidak nampak kering.
- Gigi belum tumbuh.
- Tidak ada perdarahan pada gusi.
G. Leher
Inspeksi :
- Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid.
Palpasi :
- Tidak ada massa.
H. Dada dan Paru
Inspeksi :
- Bentuk dada simetris kiri dan kanan.
- Gerakan dada mengikuti pernapasan.
- Retraksi subcostal tidak nampak.
- Frekuensi pernapasan 46 x/menit.
- Tidak terjadi retraksi dinding dada.
Palpasi :
- Tidak teraba massa.
Auskultasi :
- Tidak ada bunyi napas tambahan.
I. Abdomen
Inspeksi :
- Bentuk abdomen simtris kiri dan kanan.
- Gerakan perut mengikuti gerakan napas.
- Warna kulit abdomen sawo matang.
Palpasi :
- Tidak teraba adanya masa.
Auskultasi :
- Peristaltik ↑ 17 x/menit.
Perkusi :
- Terdengar bunyi timpani.
J. Genitalia
Inspeksi :
- Nampak kemerahaan disekitar anus dan alat kelamin.
- Turgor kulit disekitar genitalia jelek.
K. Ekstremitas
1) Ekstremitas atas
Inspeksi :
- Tidak terdat kelainan.
- Keadaan jari-jari dan kuku normal.
- Nampak terpasang infus KAEN – 3B 36 tetes/menit.
2) Ekstremitas bawah
Inspeksi :
- Tidak terdapat kelainan.
- Tidak ada edema.
- Kekuatan otot-otot untuk menggerakan baik.
Pola Aktivitas Sehari-hari
A. Nutrisi
No. Jenis Kegiatan Sebelum Sakit Saat Sakit1
2.
MakanNapsu makan Porsi makan Frekuensi makanMenu
Minum
BaikDihabiskan 3 kali sehariSUN beras merah
KurangTidak dihabiskan2 kali sehariSUN beras merah
Jenis air minumSumber airFrekuensi Jumlah
ASI, air putihLedengTidak tentu¼ gelas
ASI, air putihLedeng Tidak tentu¼ gelas
b. Eliminasi
No Jenis kegiatan Sebelum sakit Saat sakit
1.
2.
BAB
Tempat
Frekuensi
Konsistensi
Warna
BAK
Tempat
Frekuensi
Warna
Celana
2 kali sehari
Lembek
Kuning
Celana
Tidak tentu
Kuning
Celana
Lebih dari 5 x/hari
Cair / encer
Kuning kehijau-
hijauan
Celana
Tidak tentu
Kuning
Istirahat dan Tidur
No Jenis kegiatan Sebelum sakit Saat sakit
1.
2.
Siang
Waktu
Kebiasaan sebelum tidur
Tempat
Malam
Waktu
Pkl. 13.00
Menetek dan dinina-
bobokan
Ayunan
19.00
Menetek dan dinina-
Tidak tentu
Menetek dan dinina-
bobokan
Kasur
Tidak tentu
Menetek dan dinina-
Kebiasaan sebelum tidur
Tempat
bobokan
Ayunan
bobokan
Kasur
PENGKAJIAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1. Riwayat kebutuhan cairan dan elektrolit;
a. Riwayat kesehatan masa lalu
1. Pola intake cairan dan makanan yang dikonsumsi dalam 24 jam
Jenis air minum : ASI
2. Pola pengeluaran cairan
Banyak mengeluarkan cairan melalui BAB
3. Pernah menderita penyakit flu dan batuk ringan.
b. Riwayat kesehatan saat ini
1. Ada tanda-tanda dehidrasi;
- Klien nampak lemah
- Klien nampak pucat
- Mata cekung
- BAB 5 kali / hari dengan konsistensi cair / encer.
- Turgor kulit jelek.
2. Pengobatan / cairan yang diberikan;
- Cairan infus KAEN – 3B 36 tetes / menit.
- Obatnya : Vomitrol 3 x ¼
3. Pengukuran tanda-tanda vital
Nadi : 130 x/mnt
Suhu : 38,4 º C
Pernapasan: 46 x/mnt.
DATA FOKUS
Nama : An. “J”
No. Med. Rec : 07 99 25
Ruangan : P. Anak RSU. Haji Makassar
Data Subyektif Data Obyektif
- Ibu klien mengatakan
anaknya BAB > 5 kali / hari
disertai muntah
- Ibu klien mengatakan
anaknya merasa lemas.
- Ibu klien mengatakan
anaknya tidak seceria sebelum ia
sakit.
- Klien tampak lemah.
- Klien nampak pucat.
- Mata cekung.
- Turgor kulit jelek.
- BAB > 5 x/hr dengan
konsistensi BAB cair / encer.
- TTV :
N : 130 x/mnt
S : 38,4 ºC
P : 46 x/mnt
BB : 6,2 kg
- Tampak terpasang
infus KAEN – 3B 36 tetes / menit.
ANALISA DATA
Nama : An. “J”
No. Med. Rec : 07 99 25
Ruangan : P. Anak RSU. Haji Makassar
Data Etiologi Masalah
DS :- Ibu klien mengatakan
anaknya BAB > 5 kali / hari disertai muntah.
- Ibu klien mengatakan anaknya merasa lemas.
- Ibu klien mengatakan anaknya tidak seceria sebelum ia sakit.
DO :- Klien tampak lemah.- Klien nampak pucat.- Mata cekung.- Turgor kulit jelek.- BAB > 5 x/hr dengan
konsistensi BAB cair / encer.- TTV :
N : 130 x/mntS : 38,4 ºCP : 46 x/mntBB : 6,2 kg
- Tampak terpasang infus KAEN – 3B 36 tetes / menit.
Invasi bakteri kedalam saluran intestinal
Mengiritasi usus
Peristaltik usus meningkat
Transit chyme untuk absorbsi terganggu
Sari-sari makanan sulit diserap
air dan garam mineral terbawa kedalam usus
cairan dan elektrolit terbuang melalui feces
gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit
Gangguan
keseimbangan
cairan elektrolit.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : An. “J”
No. Med. Rec : 07 99 25
Ruangan : P. Anak RSU. Haji Makassar
Diagnosa Keperawatan Tanggal ditemukan Tanggal teratasi
Gangguan keseimbangan
cairan elektrolit berhubungan
dengan diare.
09 Agustus 2005 -
RENCANA TINDAKAN
Nama : An. “J”No. Med. Rec : 07 99 25Ruangan : P. Anak RSU. Haji Makassar
NDx dan Data Tujuan Intervensi RasionalGangguan keseim-bangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan diare., yang ditandai dengan :DS :- Ibu
klien menga-takan anaknya BAB > 5 kali/hari disertai muntah.
- Ibu klien menga-takan anaknya merasa lemas.
- Ibu klien menga-takan anaknya tidak seceria sebelum ia sakit.
DO :- Klien
tampak lemah.- Klien
nampak pucat.- Mata
cekung.- Turgo
r kulit jelek.
Kebutuhan cairan dan elektrolit klien terpenuhi, dengan kriteria hasil :- B
AB 1 x/hr.- K
lien ceria.- K
eadaan umum baik.
- Mata tidak cekung
- BAB dengan konsistensi lembek.
- Turgor kulit baik.
1. Observasi TTV, takikardia dan demam. Kaji turgor kulit dan kelembaban membran mukosa.
2. Pantau input dan out put cairan, catat / ukur diare dan kehilangan cairan melalui oral.
3. Penuhi kebutuhan cairan individu dengan menen-tukan jadwal pemberian.
4. Timbang BB klien secara teratur / sesuai jadwal.
5. Anjurkan ibu klien untuk meni-ngkatkan masu-kan oral bila mampu.
Merupakan indikator adanya dehidrasi / hipovolemia dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.
Untuk mengidentifi-kasi tingkat dehi-drasi dan pedoman untuk penggantian cairan.
Pemberian cairan yang teratur dapat membantu memper-tahankan keseim-bangan cairan dan elektrolit klien.Penurunan BB menunjukan adanya kehilangan cairan yang berlebihan.Memungkinkan penghentian tindakan dukungan cairan invasif dan membantu mengem-balikan fungsi usus
- BAB > 5 x/hr cair / encer.
- TTV :
N : 130 x/mntS : 38,4 ºCP : 46 x/mntBB : 6,2 kg
- Tampak terpasang infus KAEN – 3B 36 tetes / menit.
6. Berikan cairan tambahan infus sesuai indikasi.
7. Observasi tetesan infus.
8. Penatalaksanaan pemberian obat sesuai instruksi
normal.Menggantikan kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan cairanMemberikan infor-masi tentang status cairan. Kecenderu-ngan keseimbangan cairan negatif dapat menunjukan terjadi-nya defisit.Mempercepat proses penyembuhan dan berguna untuk meminimalkan kehilangan cairan.
CATATAN TINDAKAN
Nama : An. “J”No. Med. Rec : 07 99 25Ruangan : P. Anak RSU. Haji Makassar
Hari/tgl NDx Jam Implementasi dan HasilRabu, 10 Agustus 2005
1 14.00 1. Observasi TTV, takikardia dan demam. Kaji turgor kulit dan kelembaban membran mukosa.Hasil: N ; 130 x/mnt, P; 46 x/mnt, S; 38,4
ºC. Turgor kulit jelek, membran mukosa tampak kering.
2. Pantau input dan out put cairan, catat / ukur diare dan kehilangan cairan melalui oral.Hasil: Klien minum air putih ½ gelas
sehari dan infus RL. Klien BAB > 5 x/hr.
3. Penuhi kebutuhan cairan individu dengan menentukan jadwal pemberian.Hasil: Klien minum ASI ditambah air
putih dengan waktu yang tidak tentu. Terpasang infus Kaen-3B dengan kecepatan 36 tetes / menit.
4. Anjurkan ibu klien untuk meningkatkan masukan oral bila mampu.Hasil: Klien minum rata-rata ½ gelas air
putih/hr ditambah ASI.5. Berikan cairan tambahan infus sesuai
indikasi.Hasil: Terpasang infus Kaen-3B dengan
kecepatan 36 tetes / menit.6. Observasi tetesan infus.
Hasil: Infus Kaen-3B berjalan lancar dengan kecepatan 36 tetes / menit.
7. Penatalaksanaan pemberian obat sesuai
Kamis, 11 Agustus 2005
Jumat, 12 Agustus 2005
1
1
08.00
21.00
instruksiHasil: Klien diberi obat .
1. Timbang BB klien secara teratur / sesuai jadwal.Hasil: BB klien 6,2 kg.
2. Observasi TTV, catat perubahan TD, takikardia dan demam. Kaji turgor kulit dan kelembaban membran mukosa.Hasil: N ; 130 x/mnt, P; 46 x/mnt, S; 38,4
ºC. Turgor kulit jelek, membran mukosa tampak kering.
3. Pantau input dan out put cairan, catat / ukur diare dan kehilangan cairan melalui oral.Hasil: Klien minum air putih ½ gelas
sehari dan infus RL. Klien BAB > 5 x/hr.
4. Penuhi kebutuhan cairan individu dengan menentukan jadwal pemberian.Hasil: Klien minum ASI ditambah air
putih dengan waktu yang tidak tentu. Terpasang infus Kaen-3B dengan kecepatan 36 tetes / menit.
5. Anjurkan ibu klien untuk meningkatkan masukan oral bila mampu.Hasil: Klien minum rata-rata ½ gelas air
putih/hr ditambah ASI.6. Penatalaksanaan pemberian obat sesuai
instruksiHasil: Klien diberi obat.
1. Observasi TTV, catat perubahan TD, takikardia dan demam. Kaji turgor kulit dan kelembaban membran mukosa.Hasil: N ; 130 x/mnt, P; 46 x/mnt, S; 38,4
ºC. Turgor kulit jelek, membran mukosa tampak kering.
2. Pantau input dan out put cairan, catat / ukur diare dan kehilangan cairan melalui oral.Hasil: Klien minum air putih ½ gelas
sehari dan infus RL. Klien BAB > 5 x/hr.
3. Penuhi kebutuhan cairan individu dengan menentukan jadwal pemberian.Hasil: Klien minum ASI ditambah air
putih dengan waktu yang tidak tentu. Terpasang infus Kaen-3B dengan kecepatan 36 tetes / menit.
4. Anjurkan ibu klien untuk meningkatkan masukan oral bila mampu.Hasil: Klien minum rata-rata ½ gelas air
putih/hr ditambah ASI.
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : An. “J”No. Med. Rec : 07 99 25Ruangan : P. Anak RSU. Haji Makassar
Hari/tgl NDx Jam Evaluasi Rabu, 10 Agustus 2005
Kamis, 11 Agustus 2005
Jumat, 12 Agustus 2005
1
1
1
15.00
09.00
22.00
S : Ibu klien mengatakan anaknya BAB > 5 kali sehari disertai muntah.
O : Klien nampak pucat, mata cekung, turgor kulit jelek. Keadaan umum klien tampak lemah
A : Masalah belum teratasiP : Lanjutkan intervensi 1 s/d 8
S : Ibu klien mengatakan anaknya BAB 3 kali sehari.
O : Klien nampak pucat, mata cekung, turgor kulit mulai membaik. Keadaan umum klien masih lemah
A : Masalah sebagian teratasiP : Lanjutkan intervensi
1. Observasi TTV, turgor kulit dan kelembaban membran mukosa.
2. Pantau input dan out put cairan, catat / ukur diare dan kehilangan cairan melalui oral.
3. Penuhi kebutuhan cairan individu dengan menentukan jadwal pemberian.
5. Anjurkan ibu klien untuk meningkatkan masukan oral bila mampu.
8. Penatalaksanaan pemberian obat sesuai instruksi.
S : Ibu klien mengatakan anaknya BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lembek.
O : Klien nampak, mata tidak cekung, turgor
kulit baik, keadaan umum baik, BAB dengan konsistensi lembek.
A : Masalah teratasiP : Intervensi selesai