Post on 27-Jan-2016
SEMINAR MATERNITAS
Comparing the Effects of Swaddled and Conventional Bathing Methods on Body
Temperature and Crying Duration in Premature Infants: A Randomized Clinical
Trial
Mitra Edraki, Maryam Paran, Sedigheh Montaseri, Mostajab Razavi Nejad, Zohre Montaseri
Disusun oleh:
Kelompok 4
Isty Oktavia K. 115070200131008
Kadek Nova P.D 115070201131001
Adinda Mawada R. 115070201131007
Krisna Widya B. 115070200131011
I Ketut Yoga S. 115070201131008
ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan Departemen Maternitas dengan judul “Comparing the
Effects of Swaddled and Conventional Bathing Methods on Body Temperature and
Crying Duration in Premature Infants: A Randomized Clinical Trial”. Ketertarikan
penulis akan topik ini didasari pada pentingnya pencegahan terjadinya gangguan
perkembangan pada bayi prematur khususnya dalam menjaga suhu tubuh bayi. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr. Bambang, selaku kepala Puskesmas Pakisaji.
2. Bu Khotik Alim, B.SST, selaku Clinical Instructur departemen Maternitas di
Peskesmas Pakisaji.
3. Ns. Fransiska Imavike, S.Kep, M.Nurs, selaku dosen pembimbing Departemen
Maternitas Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan Departemen Maternitas ini masih
kurang sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik
yang membangun bagi penulis, sehingga dapat bermanfaat untuk penulis khususnya
dan masyarakat secara umum.
Malang, Juni 2015
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................. 1
Daftar isi ............................................................................................................. 2
Latar Belakang ................................................................................................... 3
Metode .............................................................................................................. 4
Sampel .............................................................................................................. 4
Proses Penelitian .............................................................................................. 5
Hasil Penelitian ................................................................................................. 7
Pembahasan ..................................................................................................... 8
Kesimpulan ....................................................................................................... 11
Kekurangan dan Kelebihan Jurnal .................................................................... 11
Pembahasan Perbandingan dengan Jurnal yang Lain ...................................... 12
Penerapan di Indonesia ..................................................................................... 15
SOP Memandikan Bayi Prematur Menururt IDAI .............................................. 16
Daftar Pustaka ................................................................................................... 19
3
A. Latar Belakang
Kematian perinatal merupakan tolak ukur kemampuan suatu negara
dalam upaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
menyeluruh, akibatnya makin tinggi kematian perinatal menunjukkan bahwa
pelayanan kesehatan yang buruk. Salah satu penyebab tingginya angka
kematian perinatal atau sekitar 70% disebabkan oleh persalinan prematur
(Manuaba, 2007).
WHO (2012), menyatakan setiap tahun 15 juta bayi terlahir prematur di
seluruh dunia, atau 1 dari 10 kelahiran, bayi terlahir dengan prematur. Iran
adalah negara dengan angka kelahiran bayi prematur terbanyak di dunia dengan
angka kelahiran bayi prematur sebesar 12,9%. Di Indonesia, angka kejadian
bayi prematur adalah 16-18% dari semua kelahiran hidup (Sastrawinata, 2005).
Pada tahun 2005 angka kejadian persalinan prematur di rumah sakit Indonesia
sebayak 3142 kasus dan pada tahun 2006 yaitu sebayak 3063 kasus (Depkes
RI, 2008).
Bayi prematur membutuhkan penanganan yang khusus dibandingkan
dengan bayi normal dalam segala aspek, di awal kelahirannya bayi prematur
harus dimasukkan di ruang NICU dan diletakkan dalam inkubator untuk
mempertahankan suhunya. Di NICU Bayi mengalami berbagai stressor, seperti
prosedur yang menyakitkan, tidur yang terganggu, kebisingan yang berlebihan
dan pemisahan dari ibu. Stres ini dapat mempengaruhi pematangan dan
pembentukan penglihatan, pendengaran, pola tidur, pertumbuhan dan
perkembangan dan dalam jangka panjang akan menyebabkan gangguan pada
pembentukan syaraf bayi (Montirosso et al, 2012).
Pencegahan terjadinya gangguan perkembangan pada bayi prematur
sangatlah penting. Salah satu komponen penting dalam perawatan bayi adalah
memandikan bayi. Mandi adalah suatu tindakan yang sangat penting bagi
kesehatan bayi, namun cara memandikan bayi yang salah terutama pada bayi
prematur justru akan dapat memperburuk kondisi bayi (Edraki et al, 2014).
Berbagai masalah yang dapat timbul karena kesalahan dalam teknik
memandikan bayi terutama adalah turunnya suhu bayi. Luas permukaan tubuh
4
bayi prematur lebih besar dibandingkan dengan massa tubuh bayi,
menyebabkan lemak coklat pun terurai untuk termogenesis, selain itu kulit yang
lebih tipis, dan kurang kemampuan untuk mempertahankan fleksi ekstremitas
adalah salah satu faktor yang membuat bayi prematur lebih mungkin mengalami
kehilangan panas dan hipotermia dibandingkan dengan bayi normal (Loring et al,
2012).
Hipotermia dapat menyebabkan takipnea, apnea, hipoksia, asidosis
metabolik, hipoglikemia, cacat koagulasi, gagal ginjal akut, dan akhirnya
meninggal. Mengingat akibat yang disebutkan di atas, salah satu masalah yang
paling penting dalam memandikan bayi prematur adalah menjaga suhu tubuh
mereka. Salah satu metode mandi yang menggabungkan prinsip-prinsip
perkembangan dalam praktek perawatan memberikan adalah mandi
membedong atau swaddle. Dalam mandi membedong atau swaddle, bayi
ditempatkan dalam posisi tertekuk, garis tengah, terbungkus dalam selimut atau
handuk yang lembut, dan kemudian direndam dalam bak air hangat. Setiap
anggota badan kemudian secara lembut, dicuci, dibilas, dan segera dibungkus
kembali, dimana dengan metode tersebut memungkinkan bayi untuk tetap dalam
kehangatan (Edraki et al, 2014; Waldron & MacKinnon, 2007).
B. Metode
Penelitian ini menggunakan 50 bayi prematur di NICU RS. Hafez
selama Juli 2013-Januari 2014. Subjek penelitian dibagi menjadi dua dengan
masing-masing grup terdiri dari 25 subjek. Subjek dipilih secara random dan
dibagi kedalam kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
C. Sampel
Sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah 50 bayi premature,
dengan kriteria:
1. Kriteria inklusi
Usia bayi 30-36 minggu
Usia postnatal 7-30 hari
5
Tidak menggunakan sedative atau relaksan musculoskeletal
Tidak ada kelainan kongenital, kromosom atau neurologis
Tidak dalam operasi
Tidak ada masalah berat dari kelahiran
Tidak ada bukti kelas II atau perdarahan intraventrikular lebih tinggi
Parameter stabilitas psikologis anak
Tidak ada penyalahgunaan zat atau penggunaan narkoba penenang oleh
ibu.
2. Kriteria eksklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah terjadinya kejang atau
ketidakstabilan gejala fisiologis pada bayi, dan keengganan orangtua untuk
terus berpartisipasi dalam penelitian ini.
D. Proses Penelitian
Pada penelitian yang dilakukan dalam jurnal, kelompok perlakuan akan
dimandikan dengan menggunakan metode swaddled bathing dan kelompok
kontrol akan dimandikan dengan mandi konvensional. Pada kelompok perlakuan,
6
bayi akan ditampatkan fleksi, posisi tengah, masih terbungkus dengan handuk
yang lembut dan setelah dikeluarkan dari inkubator, mereka akan di masukkan
ke dalam bak mandi dengan air hangat. Bak mandi yang digunakan terbuat dari
plastik yang berstandar. Kedalaman dari air 10 cm. Kaki dari bayi diposisikan
bagian bawah, untuk membersihkan mata dan wajah digunakan air hangat dan
kapas yang berbentuk bola. Mata dibersihkan dari bagian dalam ke luar. Lengan
jUga dibersihkan menggunakan kapas dan hanya membuka satu ekstremitas
saja dalam satu waktu. Punggung bayi dibersihkan dengan posisi bedong tidak
terbuka, tetapi tangan perawat masuk ke dalam bedong untuk membersihkan
punggung bayidan yang terakhir adalah rambut bayi dibersihkan sebelum mandi
berakhir untuk mengurangi stres karena dingin. Untuk melengkapi mandi, baju
telah dibuka dan bayi berada di handuk.
Pada kelompok kontrol bayi dikeluarkan dari inkubator dan dibersihkan
secara konvensional dengan bagian masing-masing yang berbeda, kemudian
tubuh bayi dan kepalanya dibedong. Bayi dikembalikan dengan cepat ke dalam
tempat yang hangat. Untuk menjaga keakuratan hasil penelitian, perawat yang
terlibat adalah perawat profesional.
Mandi dilakukan satu jam setelah bayi minum susu dan bayi dalam
kondisi tenang dan stabil. Kondisi lingkungan saat memandikan digunakan
kondisi yang tenang. Baju yang digunakan oleh bayi selama penelitian juga
sama. Pada saat mulai mandi, suhu lingkungan 25o dan dilakukan oleh perawat
denganshift pagi. Suhu dari air antara 37-38o. Kehangatan dari air pada
kelompok kontrol dan perlakuan diperlakukan sama yaitu 36,5o.
Pada masing-masing kelompok, suhu bayi dihitung baik 10 menit
sebelum maupun sesudah mandi pada axila. Sedangkan untuk menghitung
lamanya tangisan bayi, digunakan kamera digital. Tangisan bayi dihitung selama
mandi dengan persentase yang akan digunakan adalah (total tangan/total waktu
mandi) x 100. Pada akhirnya, suhu tubuh berubah sebelum dan setelah mandi
serta persentase tangisan bayi pada kedua grup dibandingkan.
Data yang dikumpulkan termasuk data yang dikumpulkan dari hasil
rekaman tangisan bayi termasuk data karakteristik demografi dari subjek, suhu
7
tubuh selama 10 menit sebelum dan setelah perlakuan. Karakteristik demografi
meliputi menit pertama dan kelima apgar skor, berat lahir, berat ketika mandi,
usia gestasional, usia postnatal dan usia ibu. Data demografi sebagian
didapatkan dari orangtua bayi.
Penelitian tentang rekaman tangisan bayi direkam dengan interval 10
detik, total waktu mandi, dan total persentase tangisan dari masing-masing bayi.
Metode ini mengkaji tingkah laku atau respon selama mandi. Penelitian ini
sebagai dasar untuk mendukung validitas dari tangisan bayi selama penelitian.
Untuk meningkatkan reliabilitas rekaman tangisan bayi, digunakan interater
reliabilitas. Setelah observasi video rekaman tangisan bayi dan merekam semua
waktu tangisan bayi, 20 rekomendasi video dipilih secara random dan
diinterpretasikan oleh orang yang tidak terlibat dalam penelitian.
Data dikumpulkan kemudian dianalisis SPSS versi 13. data yang
dilaporkan sebagai mean dan standar deviation (SD) untuk variabel kuantitatif
dengan menggunakan chi-square. Sedangkan kolmogorov-smirov digunakan
untuk konfirmasi distribusi normal dari variabel. Hasil dari penelitian diindikasikan
bahwa semua variabel adalah kuantitatif kecuali tangisan bayi selama mandi
menunjukkan distribusi normal. Untuk membandingkan mean variabel antara
kedua grup, digunakan independent t-test dan mann-whitney untuk tangisan
bayi. Selain itu, paired t-test digunakan untuk membandingkan suhu tubuh pada
masing-masing grup.
E. Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan diantara
kelompok perlakuan dan control terkait gender, cara persalinan, umur gestasi,
usia ibu, usia postnatal, berat badan lahir, berat badan saat dimandikan, dan
APGAR score. Hasil dari penelitian juga menunjukkan tidak ada perbedaan
signifikan dalam suhu tubuh 10 menit sebelum mandi antara 2 kelompok.
Dengan menggunakan paired T test diketahui bahwa pada kelompok perlakuan
tidak ada perbedaan signifikan pada suhu tubuh sebelum dan sesudah
dimandikan. Suhu tubuh 10 menit sebelum dimandikan rata rata 36,500C dan 10
8
menit setelah dimandikan adalah 36,420C. Sedangkan di kelompok control,
terdapat perbedaan signifikan pada suhu tubuh sebelum dan sesudah
dimandikan dimana suhu tubuh 10 menit setelah dimandikan lebih rendah. Rata
rata suhu tubuh sebelum dimandikan pada kelompok control adalah 36,550C dan
setelah dimandikan adalah 35,960C. hilangnya panas tubuh pada kelompok
control lebih besar daripada kelompok perlakuan.
Sedangkan perbandingan durasi menangis di uji menggunakan mann-
whitney U test dan menunjukkan hasil bahwa durasi menangis pada kelompok
perlakuan lebih pendek daripada kelompok control.
F. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan efek dari metode swaddled
bathing dan konvensional pada suhu tubuh dan durasi menangis pada bayi
prematur . Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu tubuh setelah mandi pada
kelompok konvensional lebih rendah daripada kelompok swaddled bathing.
Perubahan suhu tubuh juga minimal dalam kelompok swaddled bathing
dibandingkan kelompok mandi konvensional . Hasil ini mendukung hipotesis
pertama penelitian. Oleh karena itu, swaddled bathing lebih efektif dalam
9
menjaga suhu tubuh dan mencegah kehilangan panas pada bayi prematur
dibandingkan dengan mandi konvensional. Satu keuntungan lain untuk metode
ini adalah mampu meminimalkan penurunan suhu pada neonatus. Namun, tidak
ada penelitian yang ditemukan dalam literatur Iran maupun internasional
mengenai efek swaddled bathing pada suhu tubuh pada bayi baru lahir prematur.
Hasil penelitian ini konsisten dengan studi lain tentang pengaruh bak mandi pada
suhu tubuh bayi. Misalnya, Bryanton et al. (2004), membandingkan efek dari bak
mandi dan spons pada perubahan suhu tubuh pada bayi dan hasilnya
menunjukkan bahwa kehilangan panas bayi dalam bak mandi lebih rendah
daripada spons ( P< 0,001 ). Selain itu , Loring et al., (2012), dalam penelitian
mereka pada membandingkan suhu tubuh bayi prematur sebelum dan sesudah
bak dan spons mandi, melaporkan bahwa bayi prematur pada kelompok mandi
bak menunjukkan perubahan suhu secara signifikan lebih rendah daripada
mereka dalam kelompok spons mandi ( P = 0,02 ).
Mengingat bahwa kehilangan panas tubuh terjadi sebagai akibat dari
penguapan, konduksi, dan proses radiasi, dapat disimpulkan bahwa metode
swaddled bathingefektif dalam mengurangi kehilangan panas tubuh. Selain itu,
bayi yang baru lahir tampaknya lebih terkena aliran udara dalam metode mandi
konvensional yang digunakan di sebagian besar NICU dan faktor ini sangat
mungkin memiliki dampak yang besar pada bayi kehilangan panas setelah
mandi. Dalam metode swaddled bathing, melindungi dan merendam bayi baru
lahir dapat mengurangi kehilangan panas melalui radiasi, konduksi dan
evaporasi.
Temuan lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa waktu menangis
selama mandi secara signifikan lebih rendah pada bayi baru lahir pada kelompok
swaddled bathing dibandingkan pada kelompok mandi konvensional. Hasil ini
mendukung hipotesis kedua penelitian ini. Keuntungan dari metode ini mandi
dinyatakan oleh Fern et al., (2002), yaitu penurunan durasi menangis dan agitasi
pada bayi baru lahir. Tidak ada studi yang ditemukan dalam literatur Iran maupun
internasional mengenai efek swaddled bathing terhadap durasi menangis pada
bayi baru lahir prematur. Namun, Liaw et al., (2010) dalam penelitian mereka
10
bertujuan untuk mengetahui pengaruh perilaku perawat pada bayi prematur
perilaku selama mandi melaporkan bahwa perilaku pemberian perawatan yang
lebih mendukung selama mandi (perilaku terutama seperti dukungan posisi dan
penahanan) menunjukkan dapat mengurangi stres dan perilaku self-regulatory.
Teknik Mandi bervariasi antara NICU, tetapi seperti yang disebutkan
sebelumnya mandi dianggap sebagai pengalaman stres untuk bayi. Sebuah
studi oleh Peters (1998), menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam
perilaku stres dalam mandi dengan spons. Selanjutnya, dalam sebuah studi oleh
Liaw et al., (2006), yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh bak mandi
terhadap stres pada bayi prematur, didapatkan kesimpulan bahwa bak mandi
dapat meningkatkan perilaku yang terkait dengan stres seperti menangis dan
agitasi pada bayi prematur (P < 0,001). Studi menunjukkan bahwa swaddled
bathing dapat membantu mengurangi rasa sakit pada bayi baru lahir dan efektif
dalam menurunkan stres pada mereka. Memberikan pertahanan untuk bayi yang
baru lahir selama proses mandi, dapat mengurangi stres. Dalam metode
swaddled bathing, mensimulasikan lingkungan rahim dan aman serta
mempromosikan pengalaman mandi yang tenang dan bebas stres untuk bayi
yang baru lahir.
Keterbatasan penelitian ini meliputi berikut ini: karena banyak kriteria
inklusi, sedikit peserta yang termasuk dalam penelitian ini dan tidak dapat
mengakses lebih banyak sampel dalam waktu yang terbatas. Oleh karena itu
disarankan untuk melakukan penelitian ini pada sejumlah sampel yang lebih
besar. Meskipun bayi baru lahir hanya difilmkanclose-up untuk mencatat waktu
menangis selama mandi dan pengamat tetap kurang informasi tentang tujuan
dan jenis intervensi, namun kemungkinan tanpa sadar pengamat mungkin telah
sadar akan metode yang digunakan dan tujuan penelitian. Satu saran untuk
mengurangi bias potensial ini dalam studi masa depan adalah untuk mencatat
waktu bayi menangis selama mandi melalui penggunaan alat perekam suara.
Kehadiran rangsangan lingkungan yang tidak diinginkan adalah keterbatasan
lain penelitian ini. Karena rangsangan lingkungan dapat mempengaruhi perilaku
bayi, upaya yang dilakukan selama penelitian untuk memiliki mandi dilakukan di
11
lingkungan yang tenang dan stimulus bebas. Namun, itu tidak mungkin untuk
sepenuhnya mengendalikan semua rangsangan lingkungan di lingkungan NICU.
Karena setiap bayi yang baru lahir adalah unik, respon perilaku yang disebabkan
oleh stres bervariasi antara bayi. Oleh karena itu, ini agak dapat mempengaruhi
hasil penelitian.
G. Kesimpulan
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa metode swaddled bathing
dapat membantu untuk menjaga suhu tubuh dan mengurangi stres pada bayi
prematur selama mandi.
H. Kekurangan dan Kelebihan Jurnal
1. Kekurangan
- Belum ada literatur (yang berasal dari Iran atau literatur internasional)
yang membahas tentang efek swaddle bathing pada suhu tubuh bayi baru
lahir dengan prematur.
- Belum ada literatur (yang berasal dari Iran atau literatur internasional)
yang membahas tentang efek swaddle bathing pada durasi menangis bayi
baru lahir dengan prematur.
- Dalam jurnal ini tidak dibahas mengapa dengan swaddle bathing dapat
mengurangi kemungkinan perubahan suhu tubuh dan dapat mengurangi
durasi menangis bada bayi baru lahir dengan prematuritas.
- Dalam jurnal ini juga belum dibahas apakah metode swaddled bathing ini
hanya dapat digunakan pada bayi prematur saja ataukah dapat digunakan
bada bayi baru lahir aterm maupun post-term baik secara pervaginam
ataukah SC
2. Kelebihan jurnal ini adalah:
- Merupakan jurnal keluaran terbaru tahun 2014
- Sumber yang dipakai berasal dari 10 tahun terakhir
- Di dalam jurnal memaparkan teknik swaddled bathing dan metode
konvensional dengan rinci.
12
- Kelompok sampel mencakup bayi prematur per vaginam dan saecar
sehingga bisa diterapkan di masyarakat oleh bidan
I. Pembahasan perbandingan dengan jurnal yang lain
No
.
Penulis Tahun Judul Negara Isi
1 Tulay
Ayyildiz,
Hulya
Kulakci,
Ferruh
Niyazi
Ayoglu,
Nihal
Kalinci, dan
Funda
Veren
2015 The Effects of
Two Bathing
Methods on the
Time of
Separation of
Umbilical Cord in
Term Babies in
Turkey
Turkey - Pada jurnal ini
penulis
membandingkan
pengaruh sponge
bathing dan tub
bathing terhadap
lama pelepasan
umbilical cord.
- Umbilical cord
lebih cepat lepas
dengan
menggunakan
sponge bathing
- Umbilical cord
yang basah
selama tub
bathing
menyebabkan
umbilical cord
lebih lama lepas,
sehingga sponge
bathing lebih
direkomendasika
n pada bayi baru
lahir
13
2 Loring C,
Gregory K,
Gargan B,
LeBlanc V,
Lundgren D,
Reilly J, et al
2012 Tub Bathing
Improves
Thermoregulation
of the Late
Preterm Infants
Amerika
Serikat
Bayi yang
dimandikan
dengan tub bathing
kurang signifikan
terhadap
variabilitas suhu
tubuh dan secara
keseluruhan lebih
hangat 10 menit
dan 30 menit
setelah mandi
dibandingkan
dengan bayi yang
dimandikan
dengan sponge
bathing.
3 Kerry Hall
RSCN, BS
2008 Practising
developmentally
supportive
care during infant
bathing: reducing
stress through
swaddle bathing
Inggris - Sponge bathing
untuk bayi
prematur
beresiko
menghilangkan
panas tubuh
- Teknik swaddle
bathing
menunjukkan
hasil
mengurangi
perilaku stres
yang terjadi
seperti
menangis,
14
cegukan dan
rewel dan
menjaga suhu
tubuh
4 Maria Luzia
Chollopetz
da Cunha,
RN, PhD
Renato S.
Procianoy,
MD, PhD
2005 Effect of Bathing
on Skin Flora of
Preterm
Newborns
Brazil Memandikan bayi
hanya dengan air
atau air ditambah
sabun mempunyai
efek yang sama
pada kolonisasi
bakteri di bayi
preterm.
Semuanya efektif
untuk mengurangi
kolonisasi bakteri
gram positif dan
negative
5 Bryanton J,
Walsh D,
Barrett M,
Gaudet D
2004 Tub bathing
versus traditional
sponge bathing
for the newborn
Canada Kehilangan suhu
tubuh lebih sedikit
pada Bayi yang
dimandikan
dengan metode tub
bathing
dibandingkan
metode sponge
bathing
J. Penerapan di Indonesia
Di Indonesia penerapan memandikan bayi premature menurut Ikatan
Dokter Anak Indonesia sedikit berbeda dengan penelitian dalam jurnal ini, di
Indonesia cara memandikan bayi premature yaitu dengan buka baju bayi secara
15
perlahan dengan memantau keadaan bayi, setelah semua baju terlepas
hangatkan bayi dengan menyelimutinya/membedong secara longgar. Celupkan /
ceburkan bayi secara perlahan ke dalam bak mandi dengan memegang kepala-
bahu dan ke dua kaki bersama selimut atau bedongnya. Jaga kepala berada di
atas air dengan memegang dasar kepala dan bahu sedangkan badan serta kaki
terendam di air. Gunakan tempat duduk khusus untuk bak mandi ataupun alas
anti licin. Buka dan angkat selimut atau bedong dari dalam air. Bersihkan wajah
tanpa sabun, bersihkan masing-masing mata dengan kapas yang berbeda dan
telah dicelup di air bersih dengan gerakan arah dalam ke luar (Roesiani, 2014).
Sedangkan dalam jurnal ini, saat memandikan bayi bedongnya tidak dilepaskan
semuanya tetapi hanya seperlunya saja. Setelah prosedur memandikan bayi
selesai, baru bedong/kain tersebut dilepas, bayi segera diangkat dari air, lalu
segera menutupi tubuh bayi dengan handuk sampai dengan kepala.
Cara Memandikan Bayi Prematur menurut IDAI:
1. Siapkan perlengkapan mandi di dekat bak mandi dan ajak ayah atau anggota
keluarga lain untuk menolong.
16
2. Jaga suhu ruangan tidak terlalu dingin maupun hangat (suhu ruangan 24-270 C),
tutup jendela dan sebaiknya tidak ramai/berisik dan ajak bicara bayi dengan
suara lemah lembut mengenai langkah-langkah yang akan dilalui seperti
membuka baju, menyelupkan badan dan lain-lain.
3. Siapkan air hangat, periksa dengan siku ibu sebaiknya air tidak terasa panas
ataupun dingin. Beberapa kepustakaan menganjurkan temperatur air mandi
menyerupai suhu tubuh bayi (98,60 F) yaitu berkisar antara 99-1000 F (37,2-
37,70C), bila menggunakan termometer untuk air.
4. Buka baju bayi secara perlahan dengan memantau keadaan bayi, bila bayi
merasa tidak nyaman mereka akan menguap, mengangkat tangan disertai
membuka jari-jarinya, dan menangis. Sebaiknya kita menghentikan tindakan
tersebut dan menunggu hingga bayi kembali ke posisi semula. Setelah semua
baju terlepas hangatkan bayi dengan menyelimutinya/membedong secara
longgar.
5. Celupkan / ceburkan bayi secara perlahan ke dalam bak mandi dengan
memegang kepala-bahu dan ke dua kaki bersama selimut atau bedongnya. Jaga
kepala berada di atas air dengan memegang dasar kepala dan bahu sedangkan
badan serta kaki terendam di air. Gunakan tempat duduk khusus untuk bak
mandi ataupun alas anti licin. Perhatikan apakah bayi menunjukkan tanda tidak
nyaman seperti di atas.
6. Buka dan angkat selimut atau bedong dari dalam air. Bersihkan wajah tanpa
sabun, bersihkan masing-masing mata dengan kapas yang berbeda dan telah
dicelup di air bersih dengan gerakan arah dalam ke luar.
7. Sabuni bayi dari bagian atas tubuh ke arah bawah, perhatikan daerah lipatan
seperti leher, siku, lutut, dan lain-lain.
8. Bilas dengan air bersih, angkat bayi dalam perlekatan kulit dan segera keringkan
menggunakan handuk yang telah dihangatkan, kembali perhatikan daerah
lipatan. Jangan lupa mengeringkan telinga dengan menggunakan handuk yang
sama atau handuk kering lainnya.
17
9. Bila bayi teraba dingin dapat dihangatkan dengan meletakannya di dada ibu dan
dilakukan perlekatan antara kulit ibu dan bayi dengan Perawatan Metode
Kanguru (PMK). Bayi diselimuti dan menggunakan topi.
10. Perawatan Metode KanguruBayi dipakaikan baju kembali dan sebaiknya tidak
menggunakan lotion, minyak, ataupun bedak.
11. Mandikan bayi prematur anda tiap 2-4 hari sekali, dapat lebih sering bila bayi
kerap gumoh, muntah atau terkena kotorannya. Kulit bayi prematur mudah
kering bila dimandikan terlalu sering. Seka wajah bayi dan lipatan leher setiap
hari.
12. Waktu yang tepat untuk memandikan bayi premature
Mandikan bayi 30 menit sebelum minum berikutnya untuk mencegah kembung
atau gangguan perut atau stomach upset. Setelah mandi bayi akan minum lahap
dan tidur lelap.
Dari segi penerapan, jurnal ini dapat diterapkan di Indonesia, sebab dalam jurnal
tersebut menjelaskan bahwa keuntungan dengan menggunakan teknik swaddled
bathing pada bayi prematur dapat menurunkan intensitas menangis bayi prematur saat
dimandikan dan lebih mampu menjaga kestabilan suhu tubuh bayi saat dimandikan,
walaupun tidak didapatkan perbedaan yang signifikan antara teknik memandikan
dengan bedong dan teknik memandikan konensional.
Namun dalam penerapan teknik swaddled bathing juga memiliki beberapa
kendala yaitu cara memandikan bayi yang cukup rumit karena harus dilakukan tanpa
membuka bedong yang dipakai bayi saat memandikan bayi juga kurangnya
pemahaman ibu mengenai langkah- langkah yang harus diterapkan dalam teknik
swaddled bathing salah satunya seperti menggunakan kapas bulat untuk membasuh
18
mata bayi dimana selama ini tidak pernah dilakukan dalam memandikan bayi di
Indonesia, sehingga dalam aplikasinya mungkin perlu dilakukan sosialisasi secara
intenif terlebih dahulu kepada ibu-ibu yang memiliki bayi prematur.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ayyildiz, et al,. 2015. The Effects of Two Bathing Methods on the Time of Separation of
Umbilical Cord in Term Babies in Turkey. doi:10.5812/ircmj.19503, 17(1):
e19053.
Bryanton J., Walsh D., Barrett M., Gaudet D.2004. Tub bathing versus traditional
sponge bathing for the newborn. JOGNN; 33(6): 704-12.
Depkes RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Depkes RI.
Edraki M, Maryam P, Sedigheh M, Mostajab RN, Zohre M. 2014. Comparing the effects
of swaddled and conventional bathing methods on body temperature and
crying duration in premature infants: A randomized clinical trial. Journal of
Caring Sciences. 3(2). 83-9.
Fern D, Graves C, L'Huillier M. Swaddled bathing in the newborn intensive care unit.
Newborn Infant Nurs Rev 2002; 2(1): 3-4.
Hall, Kerry. 2008. Practising developmentally supportive care during infant bathing:
reducing stress through swaddle bathing. Infant Journal; 4(6): 198-201.
Liaw JJ, Yang L, Chou HL, Yang MH, Chao SC. Relationships between nurse
care‐giving behaviours and preterm infant responses during bathing: a
preliminary study. J Clin Nurs 2010; 19(1‐2): 89-99.
Liaw JJ, Yang L, Yuh YS, Yin T. Effects of tub bathing procedures on preterm infants'
behavior. J Nurs Res 2006; 14(4): 297-305.
Loring C, Gregory K, Gargan B, LeBlanc V, Lundgren D, Reilly J, et al. 2012.Tub
bathing improves thermoregulation of the late preterm infant. J Obstet
Gynecol Neonatal Nurs. 41(2): 171-9.
Luzia, Maria. 2005. Effect of Bathing on Skin Flora of Preterm Newborns. Journal of
Perinatology (2005) 25, 375–379.
Manuaba, I.B.G. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
Montirosso R, Del Prete A, Bellù R, Tronick E, Borgatti R. 2012.Level of NICU quality of
developmental care and neurobehavioral performance in very preterm
infants. Pediatrics. 129(5): 1129-37.
20
Peters KL. Bathing premature infants: physiological and behavioral consequences. Am
J Crit Care 1998; 7(2): 90-100.
Roesiani, Rosalina Dewi. 2014. Memandikan Bayi Prematur di Rumah. Ikatan Dokter
Anak Indonesia. http://idai.or.id/public-articles/klinik/pengasuhan-anak/
memandikan-bayi-prematur-di-rumah.html Diakses tanggal 18 Juli 2015 Jam
20.00 WIB
Sastrawinata, Sulaiman. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetric Patologi Ed 2.
Jakarta : EGC.
Waldron S, MacKinnon R. 2007. Neonatal thermoregulation. Infant. 3(3):101-4.
WHO. 2012. The global action report on preterm birth. Geneva. http://www.who.int/pm
nch/media/news/201 2/preterm_birth_report/en. Diakses tanggal 17 Juli
2015.