Quiver dari Aljabar Lintasan Terhubung The Quiver of a ...

Post on 21-Oct-2021

4 views 0 download

Transcript of Quiver dari Aljabar Lintasan Terhubung The Quiver of a ...

Online Journal of Natural Science Vol 5(3) :318-329 ISSN-p: 2338-0950

Desember 2016 ISSN-e : 2541-1969

Coresponding Author : vikayugi@staff.uns.ac.id (phone: +62-856-2528-707)

318

Quiver dari Aljabar Lintasan Terhubung

The Quiver of a Connected Path Algebra

Vika Yugi Kurniawan

Program Studi Matematika FMIPA UNS

ABSTRACT

A directed graph can be viewed as a 4-tuple ๐‘„ = (๐‘„0, ๐‘„1, ๐‘ , t) where ๐‘„0 and ๐‘„1 are

finite sets of vertices and arrows respectively, and ๐‘ , ๐‘ก are two maps from ๐‘„1 to ๐‘„0. A

directed graph is often called a quiver. For a quiver ๐‘„ and a field ๐พ, we can define a ๐พ-

algebra with basis the set of all paths in ๐‘„. This ๐พ-algebra is called path algebra ๐พ๐‘„. In this

paper, we study the properties of a path algebra over a field ๐พ. These properties are used to

show interplay betwen a connected path algebra and its quiver. In the end of discussion, we

show that the path algebra KQ is connected if and only if Q is a connected quiver.

Keywords: Idempotent, Indecomposable, Path Algebra, Primitive orthogonal.

ABSTRAK

Graf berarah dapat dipandang sebagai pasangan 4-tupel yang terdiri dari dua himpunan

serta dua pemetaan dan disebut sebagai quiver ๐‘„ = (๐‘„0, ๐‘„1, ๐‘ , ๐‘ก). Untuk sebarang quiver ๐‘„

dan lapangan ๐พ, dapat didefinisikan suatu ๐พ-aljabar yang disebut dengan aljabar lintasan ๐พ๐‘„

yang memiliki basis berupa himpunan semua lintasan yang ada pada quiver ๐‘„. Pada makalah

ini, dipelajari sifat-sifat dari suatu aljabar lintasan atas lapangan ๐พ. Selanjutnya sifat-sifat

tersebut digunakan untuk menunjukkan keterkaitan antara aljabar lintasan terhubung dengan

quivernya. Diakhir pembahasan ditunjukan bahwa suatu aljabar lintasan ๐พ๐‘„ dari suatu quiver

๐‘„ merupakan aljabar terhubung jika dan hanya jika ๐‘„ merupakan quiver terhubung

Kata Kunci : Aljabar lintasan, Idempoten, Indekomposabel, Ortogonal primitif.

PENDAHULUAN

Teori graf adalah bagian dari

matematika diskrit yang banyak digunakan

sebagai alat bantu untuk menggambarkan

atau menyatakan suatu persoalan agar lebih

mudah dimengerti dan diselesaikan.

Banyak persoalan akan lebih jelas untuk

difahami apabila direpresentasikan dalam

bentuk graf. Konsep graf karya Euler dalam

menyelesaikan masalah Jembatan

Konigsberg pada tahun 1735 merupakan

awal dari lahirnya teori graf. Meskipun

brought to you by COREView metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

provided by Natural Science: Journal of Science and Technology

Online Journal of Natural Science Vol 5(3) :318-329 ISSN-p: 2338-0950

Desember 2016 ISSN-e : 2541-1969

Quiver dari Aljabar Lintasan Terhubung

(Vika Yugi Kurniawan)

319

umurnya relatif muda, teori graf telah

berkembang sangat pesat akhir-akhir ini,

baik dalam bidang pengembangan teori

maupun aplikasi di berbagai bidang.

Graf secara umum merupakan

obyek kombinatorial yang terdiri dari garis-

garis (edges) dan titik-titik (vertex).

Apabila setiap garis dari graf memiliki

orientasi arah, maka graf tersebut disebut

sebagai graf berarah. Dalam beberapa

literatur, graf berarah dapat dipandang

sebagai pasangan 4-tupel yang terdiri dari

dua himpunan serta dua pemetaan dan

disebut sebagai quiver ๐‘„ = (๐‘„0, ๐‘„1, ๐‘ , ๐‘ก).

Himpunan yang dimaksud adalah

himpunan titik ๐‘„0 dan himpunan panah ๐‘„1.

Sedangkan pemetaan ๐‘  dan ๐‘ก adalah

pemetaan dari himpunan panah ke

himpunan titik, yaitu ๐‘ , ๐‘ก โˆถ ๐‘„1 โ†’ ๐‘„0,

dengan ๐‘ (๐›ผ) โˆˆ ๐‘„0 disebut sebagai sumber

dari panah ๐›ผ โˆˆ ๐‘„1 dan ๐‘ก(๐›ผ) โˆˆ ๐‘„0 disebut

sebagai target dari panah ๐›ผ โˆˆ ๐‘„1. Barisan

panah-panah pada quiver ๐‘„ disebut sebagai

lintasan. Dengan mendefinisikan suatu

operasi perkalian pada himpunan lintasan,

maka himpunan semua lintasan pada quiver

membentuk struktur semigrup. Selanjutnya

untuk sebarang quiver ๐‘„ dan lapangan ๐พ

dapat didefinisikan suatu K-aljabar yang

disebut dengan aljabar lintasan ๐พ๐‘„ yang

memiliki basis berupa himpunan semua

lintasan yang ada pada quiver tersebut.

Teori tentang aljabar lintasan sangat

bermanfaat untuk mempelajari hal-hal yang

berkaitan dengan lintasan dari suatu graf

berarah atau quiver. Salah satunya pada

makalah Redrigues dan Neubaeur (2011)

yang memberikan kesimpulan bahwa

secara umum aljabar lintasan dapat

digunakan untuk mengkonstrusi suatu

pembangun melintang dari graf multi-

relasional (a multi-relational graph

tranversal engine). Karena itu

perkembangan kajian tentang aljabar

lintasan ini cukup pesat sekali, antara lain

yang ditulis oleh Abrams dan Kanuni

(2013), Alahmadi dan Alasulami (2014),

Ara dan Cortinas (2013), Hazrat (2013),

Ruiz dan Tomforde (2013), dan Tomforde

(2011).

Pada makalah ini, dipelajari sifat-

sifat dari suatu alabar lintasan atas

lapangan. Selajutnya sifat-sifat tersebut

digunakan untuk menunjukkan keterkaitan

antara quiver terhadap keterhubungan dari

aljabar lintasannya. Penulisan makalah ini

bersifat studi kepustakaan, dimana penulis

menghimpun hasil-hasil penelitian dari

berbagai referensi kemudian

menyajikannya kembali secara runtut dan

disertai contoh-contoh supaya pembaca

lebih mudah dalam memahami konsep

aljabar lintasan atas lapangan.

ALJABAR ATAS LAPANGAN

Sebelum membahas tentang aljabar

lintasan, terlebih dahulu akan

Online Journal of Natural Science Vol 5(3) :318-329 ISSN-p: 2338-0950

Desember 2016 ISSN-e : 2541-1969

Quiver dari Aljabar Lintasan Terhubung

(Vika Yugi Kurniawan)

320

diperkenalkan pengertian aljabar beserta

contoh dan sifat-sifatnya. Perlu diketahui

bahwa beberapa pengertian dalam makalah

ini diambil dari Assem (2005) dan Dummit

(2004).

Definisi 2.1 Aljabar A atas lapangan K

atau K-aljabar adalah sebuah ring A

dengan elemen identitas sedemikian

sehingga sebagai K-ruang vektor A

memenuhi kondisi:

โ‹‹ (๐‘Ž๐‘) = (๐‘Ž โ‹‹)๐‘ = ๐‘Ž(โ‹‹ ๐‘)

untuk setiap โ‹‹โˆˆ ๐พ dan ๐‘Ž, ๐‘ โˆˆ ๐ด.

Dalam hal ini perkalian vektor

dengan skalar dari kanan didefinisikan

sama dengan perkalian skalar dari kiri,

yaitu ๐‘Ž โ‹‹=โ‹‹ ๐‘Ž. Jika A dan B merupakan K-

aljabar, pemetaan ๐‘“: ๐ด โ†’ ๐ต disebut suatu

homomorfisma K-aljabar jika ๐‘“ merupakan

pemetaan linier dan untuk setiap ๐‘Ž, ๐‘ โˆˆ ๐ด

berlaku ๐‘“(๐‘Ž๐‘) = ๐‘“(๐‘Ž)๐‘“(๐‘). Jika ๐‘“ bijektif

maka A dan B dikatakan isomorfis yang

dinotasikan ๐ด โ‰… ๐ต. Berikut akan diberikan

beberapa contoh aljabar.

Contoh 2.2

1. Setiap lapangan K merupakan K-

aljabar, dengan operasi penjumlahan

dan perkaliaannya seperti yang

terdefinisi dalam lapangannya.

Demikian pula dengan operasi

perkalian skalarnya.

2. Matriks berukuran ๐‘› ร— ๐‘› atas lapangan

๐พ, yaitu

๐‘€๐‘›ร—๐‘›(๐พ) = {[

๐‘Ž11 โ‹ฏ ๐‘Ž1๐‘› โ‹ฎ โ‹ฑ โ‹ฎ๐‘Ž๐‘›1 โ‹ฏ ๐‘Ž๐‘›๐‘›

] ; ๐‘Ž๐‘–๐‘—

โˆˆ ๐พ, untuk 1 โ‰ค ๐‘–, ๐‘— โ‰ค ๐‘›}

dengan operasi penjumlahan dan

perkalian antar matriks biasa serta

perkalian skalar dengan matriks

merupakan aljabar atas lapangan ๐พ.

Setelah memahami definisi aljabar,

berikut akan diberikan definisi dari sub

aljabar.

Definisi 2.3 Diberikan K-aljabar A. Sub

ruang B di A disebut sub aljabar dari A

jika elemen identitas A merupakan elemen

identitas B dan untuk setiap ๐‘Ž, ๐‘ โˆˆ ๐ต

berlaku ๐‘Ž๐‘ โˆˆ ๐ต.

Perhatikan contoh 2.2 nomor 2.

Salah satu sub aljabar dari ๐‘€๐‘›ร—๐‘›(๐พ) adalah

himpunan matriks segitiga atas berukuran

๐‘› ร— ๐‘›. Matriks identitas I dengan ukuran

๐‘› ร— ๐‘› merupakan elemen identitas pada

matriks segitiga atas. Hasil kali matriks

segitiga atas juga berupa matriks segitiga

atas. Dengan demikian operasi

perkaliaannya bersifat tertutup. Begitu juga

himpunan matriks segitiga bawah

berukuran ๐‘› ร— ๐‘› merupakan sub aljabar

dari ๐‘€๐‘›ร—๐‘›(๐พ).

QUIVER DAN ALJABAR LINTASAN

Pada bagian ini akan diberikan

pengertian dasar beserta contoh dari quiver

dan aljabar lintasan.

Online Journal of Natural Science Vol 5(3) :318-329 ISSN-p: 2338-0950

Desember 2016 ISSN-e : 2541-1969

Quiver dari Aljabar Lintasan Terhubung

(Vika Yugi Kurniawan)

321

Definisi 3.1 Quiver adalah pasangan 4-

tupel (๐‘„0, ๐‘„1, ๐‘ , ๐‘ก) yang terdiri atas dua

himpunan, yaitu ๐‘„0 (yang elemen-

elemennya disebut titik) dan ๐‘„1 (yang

elemen-elemennya disebut panah), serta

dua pemetaan ๐‘ , ๐‘ก: ๐‘„1โŸถ ๐‘„0 dengan

๐‘ (๐›ผ) โˆˆ ๐‘„0 disebut sumber dari panah ๐›ผ โˆˆ

๐‘„1 dan ๐‘ก(๐›ผ) โˆˆ ๐‘„0 disebut target dari

panah ๐›ผ โˆˆ ๐‘„1.

Pada definisi di atas, jika ๐›ผ โˆˆ ๐‘„1

bersumber di ๐‘Ž = ๐‘ (๐›ผ) dan bertarget

di ๐‘ = ๐‘ก(๐›ผ) maka biasa ditulis ๐›ผ โˆถ ๐‘Ž โŸถ ๐‘.

Quiver ๐‘„ = (๐‘„0, ๐‘„1, ๐‘ , ๐‘ก) biasa ditulis

secara lebih ringkas ๐‘„ = (๐‘„0, ๐‘„1) atau ๐‘„

saja. Quiver ๐‘„ dikatakan berhingga jika ๐‘„0

dan ๐‘„1 merupakan himpunan berhingga.

Apabila graf ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ adalah quiver ๐‘„ yang arah

dari setiap panahnya diabaikan, maka

quiver ๐‘„ terhubung jika ๏ฟฝฬ…๏ฟฝ graf terhubung.

Selanjutnya, berikut akan diberikan

pengertian subquiver.

Definisi 3.2 Subquiver dari quiver ๐‘„ =

(๐‘„0, ๐‘„1, ๐‘ , ๐‘ก) merupakan pasangan 4-tupel

๐‘„โ€ฒ = (๐‘„0โ€ฒ, ๐‘„1โ€ฒ, ๐‘ โ€ฒ, ๐‘กโ€ฒ) sedemikian hingga

๐‘„0โ€ฒ โŠ† ๐‘„0, ๐‘„1โ€ฒ โŠ† ๐‘„1, ๐‘ โ€ฒ = |๐‘  ๐‘„1โ€ฒ, ๐‘กโ€ฒ =

|๐‘ก ๐‘„1โ€ฒ. Selain itu juga dipenuhi jika ๐›ผ โˆถ

๐‘Ž โŸถ ๐‘ merupakan panah di ๐‘„1 sedemikian

hingga ๐›ผ โˆˆ ๐‘„1โ€ฒ dan ๐‘Ž, ๐‘ โˆˆ ๐‘„0โ€ฒ maka

๐‘ โ€ฒ(๐›ผ) = ๐‘Ž dan ๐‘กโ€ฒ(๐›ผ) = ๐‘.

Setelah diberikan beberapa pengertian

dasar dari quiver, berikut akan diberikan

pengertian aljabar lintasan yang merupakan

aljabar yang dibangun oleh lintasan-

lintasan yang ada pada quiver. Tapi

sebelumnya perlu diketahui definisi dari

lintasan pada suatu quiver yang akan

diberikan sebagai berikut.

Definisi 3.3 Diberikan quiver ๐‘„ =

(๐‘„0, ๐‘„1, ๐‘ , ๐‘ก) dan ๐‘Ž, ๐‘ โˆˆ ๐‘„0. Barisan

(๐‘Ž|๐›ผ1, ๐›ผ2, โ€ฆ , ๐›ผ๐‘™|๐‘) dengan ๐›ผ๐‘˜ โˆˆ ๐‘„1 untuk

setiap 1 โ‰ค ๐‘˜ โ‰ค ๐‘™, dan berlaku ๐‘ (๐›ผ1) = ๐‘Ž,

๐‘ก(๐›ผ๐‘˜) = ๐‘ (๐›ผ๐‘˜+1) untuk setiap 1 โ‰ค ๐‘˜ โ‰ค ๐‘™

dan ๐‘ก(๐›ผ๐‘™) = ๐‘ disebut lintasan dengan

panjang ๐‘™ โ‰ฅ 1 yang bersumber di ๐‘Ž dan

bertarget di ๐‘.

Lintasan dapat ditulis juga sebagai

barisan panah ๐›ผ1๐›ผ2โ€ฆ๐›ผ๐‘™ dan digambarkan

sebagai berikut

๐‘Ž = ๐‘Ž0๐›ผ1โ†’ ๐‘Ž1

๐›ผ2โ†’ ๐‘Ž2 โ†’ โ‹ฏ

๐›ผ๐‘™โ†’ ๐‘Ž๐‘™ = ๐‘.

Himpunan semua lintasan pada ๐‘„ dengan

panjang ๐‘™ dinotasikan dengan ๐‘„๐‘™. Dalam hal

ini setiap ๐‘Ž โˆˆ ๐‘„0 juga dipandang lintasan

yang dengan panjang ๐‘™ = 0, disebut sebagai

lintasan trivial pada ๐‘Ž dan dinotasikan

dengan ๐œ€๐‘Ž = (๐‘Ž||๐‘Ž).

Definisi 3.4 Lintasan dengan panjang ๐‘™ โ‰ฅ

1 yang memiliki sumber dan target pada

titik yang sama disebut siklus. Siklus

dengan panjang 1 disebut loop. Quiver ๐‘„

disebut asiklis jika tidak memiliki siklus.

Pada quiver ๐‘„, jika terdapat lintasan

dari ๐‘Ž ke ๐‘ maka ๐‘Ž disebut sebagai

pendahulu dari ๐‘ dan ๐‘ disebut sebagai

pengikut dari ๐‘Ž. Selanjutnya, jika terdapat

panah dari ๐‘Ž ke ๐‘ maka ๐‘Ž disebut sebagai

pendahulu langsung dari ๐‘ dan ๐‘ disebut

sebagai pengikut langsung dari ๐‘Ž. Untuk

setiap ๐‘Ž โˆˆ ๐‘„0, ๐‘Žโˆ’ didefinisikan sebagai

Online Journal of Natural Science Vol 5(3) :318-329 ISSN-p: 2338-0950

Desember 2016 ISSN-e : 2541-1969

Quiver dari Aljabar Lintasan Terhubung

(Vika Yugi Kurniawan)

322

himpunan semua pendahulu langsung dari

๐‘Ž, dan ๐‘Ž+ adalah himpunan semua pengikut

langsung dari ๐‘Ž. Untuk selanjutnya, ๐‘Ž+ โˆช

๐‘Žโˆ’ disebut sebagai tetangga dari ๐‘Ž.

Pada penelitian ini diasumsikan

semua quiver yang diberikan merupakan

quiver berhingga. Dengan mendefinisikan

suatu operasi perkalian pada himpunan

lintasan yang berupa barisan panah-panah,

maka himpunan semua lintasan pada quiver

membentuk struktur semigrup. Dengan

demikian himpunan lintasan dengan operasi

penjumlahan dan perkalian merupakan

sebuah ring. Selanjutnya untuk sebarang

lapangan K dan quiver ๐‘„ dapat

didefinisikan suatu K-aljabar yang disebut

dengan aljabar lintasan atas lapangan K

pada ๐‘„.

Definisi 3.5 Diberikan quiver ๐‘„. Aljabar

atas K yang sebagai basisnya adalah

himpunan semua lintasan

(๐‘Ž|๐›ผ1, ๐›ผ2, โ€ฆ , ๐›ผ๐‘™|๐‘) dengan panjang ๐‘™ โ‰ฅ 0

di ๐‘„ disebut sebagai aljabar lintasan ๐พ๐‘„.

Pada aljabar lintasan ๐พ๐‘„, hasil kali

dua buah lintasan ๐›ผ1โ€ฆ๐›ผ๐‘™ dan ๐›ฝ1โ€ฆ๐›ฝ๐‘˜

didefinsikan dengan

(๐›ผ1โ€ฆ๐›ผ๐‘™)(๐›ฝ1โ€ฆ๐›ฝ๐‘˜) =

{(๐›ผ1โ€ฆ๐›ผ๐‘™๐›ฝ1โ€ฆ๐›ฝ๐‘˜) ; jika ๐‘ก(๐›ผ๐‘™) = ๐‘ (๐›ฝ1)

0 ; jika ๐‘ก(๐›ผ๐‘™) โ‰  ๐‘ (๐›ฝ1).

Untuk lebih memperjelas pengertian aljabar

lintasan yang telah diberikan di atas,

berikut akan diberikan beberapa contoh

sederhana dari aljabar lintasan.

Contoh 3.6 Diberikan quiver Q yang terdiri

dari dua buah titik dengan dua buah panah

yang menghubungkan keduanya seperti

pada gambar berikut

Himpunan {ฮต1, ฮต2, ฮฑ} merupakan basis

dari aljabar lintasan KQ dengan definisi

perkalian yang diberikan pada tabel

berikut

โ‹… ฮต1 ฮต2 ฮ‘ ฮฒ

ฮต1 ฮต1 0 0 0

ฮต2 0 ฮต2 ฮ‘ ฮฒ

ฮฑ ฮฑ 0 0 0

ฮฒ ฮฒ 0 0 0

Dapat ditunjukkan bahwa KQ isomorfis

dengan aljabar matriks segitiga bawah,

yaitu

T2(K) = [K 0K2 K

]

= { [a 0

(b, c) d] | a, b, c, d โˆˆ K}.

Isomorfisma tersebut diberikan oleh

suatu pemetaan linier sedemikian

hingga

ฮต1โŸผ [1 0

(0,0) 0] , ฮต2โŸผ [

0 0(0,0) 1

],

ฮฑ โŸผ [0 0

(0,1) 0] , ฮฒ โŸผ [

0 0(1,0) 0

].

๐›ผ

f

๐›ฝ

f

1 2

Online Journal of Natural Science Vol 5(3) :318-329 ISSN-p: 2338-0950

Desember 2016 ISSN-e : 2541-1969

Quiver dari Aljabar Lintasan Terhubung

(Vika Yugi Kurniawan)

323

SIFAT-SIFAT ALJABAR LINTASAN

Setelah mamahami definisi aljabar

lintasan beserta contoh-contohnya, berikut

akan diberikan sifat-sifat aljabar lintasan.

Beberapa sifat di makalah ini diambil dari

Assem (2005) yang akan disajikan dengan

lebih terurut dan bukti-bukti yang lebih

jelas. Sifat yang pertama menunjukkan

hubungan antara keberhinggaan quiver

dengan aljabar lintasannya. Ada tidaknya

siklus dan keberhinggaan jumlah titik pada

suatu quiver memiliki hubungan terhadap

keberhinggan dimensi aljabar lintasannya.

Lema 4.1 Diberikan quiver ๐‘„ dan ๐พ๐‘„

merupakan aljabar lintasan dari ๐‘„, maka

berlaku:

(a) ๐พ๐‘„ adalah aljabar asosiatif,

(b) ๐พ๐‘„ memiliki sebuah elemen identitas

jika dan hanya jika ๐‘„0 berhingga,

(c) ๐พ๐‘„ berdimensi hingga jika dan hanya

jika ๐‘„ berhingga dan asikslis.

Bukti:

(a) Dengan memperhatikan kembali definisi

pergandaan dua buah lintasan pada aljabar

lintasan, dapat diketahui bahwa hasil kali

vektor-vektor basis merupakan komposisi

lintasan yang jelas bersifat asosiatif.

(b) Jelas bahwa setiap lintasan stasioner ๐œ€๐‘Ž =

(๐‘Ž||๐‘Ž) merupakan sebuah idempoten dari

๐พ๐‘„. Diambil sebarang lintasan ๐‘ค =

(๐‘Ž0| โ€ฆ |๐‘Ž๐‘›) di ๐‘„, diperoleh

(โˆ‘ ๐œ€๐‘Ž๐‘–๐‘Ž๐‘–โˆˆ๐‘„0)๐‘ค = (๐œ€๐‘Ž1 + ๐œ€๐‘Ž2 +โ‹ฏ+ ๐œ€๐‘Ž๐‘›)๐‘ค

= ๐œ€๐‘Ž1๐‘ค +โ‹ฏ+ ๐œ€๐‘Ž0๐‘ค +โ‹ฏ+ ๐œ€๐‘Ž๐‘›๐‘ค

= 0 +โ‹ฏ+ 0 + ๐œ€๐‘Ž0๐‘ค + 0 +โ‹ฏ+ 0

= ๐œ€๐‘Ž0๐‘ค = ๐‘ค.

Jika ๐‘„0 berhingga, maka โˆ‘ ๐œ€๐‘Ž๐‘Žโˆˆ๐‘„0 adalah

identitas untuk ๐พ๐‘„.

Sebaliknya diandaikan bahwa ๐‘„0 tak

berhingga. Misalkan 1 = โˆ‘ โ‹‹๐‘– ๐‘ค๐‘–๐‘š๐‘–=1 adalah

elemen identitas dari ๐พ๐‘„, dengan โ‹‹๐‘– adalah

skalar tak nol dan ๐‘ค๐‘– lintasan di ๐‘„.

Himpunan semua sumber dari lintasan-

lintasan ๐‘ค๐‘–, katakan ๐‘„0โ€ฒ, paling banyak

memiliki ๐‘š elemen dan jelas berhingga.

Diambil sebarang ๐‘Ž โˆˆ ๐‘„0\๐‘„0โ€ฒ, karena

๐‘ก(๐œ€๐‘Ž) โ‰  ๐‘ (๐‘ค๐‘–) maka ๐œ€๐‘Ž. 1 = 0, terjadi

kontradiksi. Jadi, diperoleh bahwa ๐‘„0

berhingga.

(c) Andaikan ๐‘„ tak berhinga, maka basis dari

๐พ๐‘„ juga berdimensi tak hingga. Jika

๐‘ค = ๐›ผ1๐›ผ2โ€ฆ๐›ผ๐‘™ merupakan siklus di ๐‘„,

maka untuk setiap ๐‘ก โ‰ฅ 0 diperoleh vektor

basis ๐‘ค๐‘ก = (๐›ผ1๐›ผ2โ€ฆ๐›ผ๐‘™)๐‘ก sehingga ๐พ๐‘„ juga

berdimensi tak hingga. Sebaliknya, jika ๐‘„

berhingga dan asikslis, maka ๐‘„ hanya

memuat lintasan sebanyak berhingga

sehingga ๐พ๐‘„ berdimensi hingga. โˆŽ

Sebelum membahas lebih lanjut

tentang keterhubungan suatu aljabar

lintasan, akan diberikan pengertian dari

elemen idempoten yang akan bermanfaat

untuk mendefinisikan aljabar terhubung

dan membahas sifat-sifatnya.

Definisi 4.2 Diberikan sebuah K-aljabar ๐ด.

Elemen ๐‘’ dikatakan idempoten jika ๐‘’2 = ๐‘’.

Elemen idempoten ๐‘’ dikatakan idempotent

pusat jika untuk setiap ๐‘Ž โˆˆ ๐ด berlaku ๐‘’๐‘Ž =

Online Journal of Natural Science Vol 5(3) :318-329 ISSN-p: 2338-0950

Desember 2016 ISSN-e : 2541-1969

Quiver dari Aljabar Lintasan Terhubung

(Vika Yugi Kurniawan)

324

๐‘Ž๐‘’. Elemen idempotent ๐‘’1, ๐‘’2 โˆˆ ๐ด

dikatakan saling ortogonal jika ๐‘’1๐‘’2 =

๐‘’2๐‘’1 = 0. Elemen idempoten ๐‘’ dikatakan

primitif jika ๐‘’ tidak dapat ditulis sebagai

jumlahan dari dua elemen idempoten

ortogonal tak nol di ๐ด.

Untuk lebih memahami definisi di

atas, berikut akan diberikan sebuah contoh.

Contoh 4.3 Diberikan sebuah K-aljabar

matriks ๐ด berukuran 2 ร— 2 yaitu

๐ด = ๐‘€2(๐พ) = [๐พ ๐พ๐พ ๐พ

].

Perhatikan bahwa ๐ด memiliki empat buah

idempoten yaitu 0๐ด = [0 00 0

], 1๐ด =

[1 00 1

], ๐‘’1 = [1 00 0

], dan ๐‘’2 = [0 00 1

].

Jelas bahwa 0๐ด merupakan idempoten pusat

karena untuk setiap ๐‘ฅ โˆˆ ๐ด berlaku ๐‘ฅ0๐ด =

0๐ด๐‘ฅ = 0๐ด. Diambil sebarang ๐‘ฅ = [๐‘Ž ๐‘๐‘ ๐‘‘

] โˆˆ

๐ด, diperoleh

๐‘ฅ1๐ด = [๐‘Ž ๐‘๐‘ ๐‘‘

] [1 00 1

] = [๐‘Ž ๐‘๐‘ ๐‘‘

]

= [1 00 1

] [๐‘Ž ๐‘๐‘ ๐‘‘

] = 1๐ด๐‘ฅ.

Dengan demikian 1๐ด juga merupakan

idempoten pusat. Selanjutnya perhatikan

bahwa ๐‘’1๐‘’2 = [1 00 0

] [0 00 1

] = [0 00 0

]

dan ๐‘’2๐‘’1 = [0 00 1

] [1 00 0

] = [0 00 0

],

sehingga ๐‘’1 dan ๐‘’2 merupakan idempoten

yang saling ortogonal. Selain itu ๐‘’1 dan ๐‘’2

juga merupakan idempoten primitif karena

tidak dapat ditulis sebagai jumlahan dari

dua buah idempoten ortogonal tak nol di ๐ด.

Sedangkan 1๐ด bukan merupakan elemen

idempoten primitif karena 1๐ด = ๐‘’1 + ๐‘’2.

Definisi idempoten pusat yang telah

diberikan di atas digunakan untuk

menyatakan definisi dari aljabar terhubung

berikut.

Definisi 4.4 Aljabar ๐ด disebut aljabar

terhubung (atau aljabar indekomposabel)

jika ๐ด bukan merupakan jumlahan

langsung dari dua aljabar, atau secara

ekuivalen, ๐ด dikatakan aljabar terhubung

jika ๐ด tidak memiliki idempotent pusat

selain 0 dan 1.

Sebagai contohnya perhatikan

Contoh 4.3. Aljabar matriks ๐ด = ๐‘€2(๐พ)

merupakan aljabar terhubung karena ๐ด

tidak memiliki idempoten pusat selain 0๐ด

dan 1๐ด. Setiap aljabar ๐ด memiliki dua

idempotent trivial yaitu 0 dan 1. Jika ๐‘’

merupakan idempoten yang tidak trivial

dari ๐ด maka 1 โˆ’ ๐‘’ juga idempotent yang

tidak trivial, dengan sifat ๐‘’ dan 1 โˆ’ ๐‘’ saling

ortogonal. Akibat lainnya juga akan

terdapat dekomposisi ๐ด-modul kanan ๐ด๐ด =

๐‘’๐ดโŠ• (1 โˆ’ ๐‘’)๐ด. Sebaliknya, jika ๐ด๐ด =

๐‘€1โŠ•๐‘€2 adalah dekomposisi ๐ด-modul

yang tidak trivial dan 1 = ๐‘’1 + ๐‘’2 dengan

๐‘’๐‘– โˆˆ ๐‘€๐‘–, maka ๐‘’1, ๐‘’2 adalah pasangan

idempoten ortogonal dari ๐ด, dan ๐‘€๐‘– = ๐‘’๐‘–๐ด

indekomposabel jika dan hanya jika ๐‘’๐‘–

primitif.

Jika ๐‘’ merupakan idempotent pusat,

maka 1 โˆ’ ๐‘’ juga idempotent pusat,

Online Journal of Natural Science Vol 5(3) :318-329 ISSN-p: 2338-0950

Desember 2016 ISSN-e : 2541-1969

Quiver dari Aljabar Lintasan Terhubung

(Vika Yugi Kurniawan)

325

sehingga ๐‘’๐ด dan (1 โˆ’ ๐‘’)๐ด adalah ideal dua

sisi dan keduanya menjadi ๐พ-aljabar

dengan elemen identitas ๐‘’ โˆˆ ๐‘’๐ด dan 1 โˆ’

๐‘’ โˆˆ (1 โˆ’ ๐‘’)๐ด. Pada kasus ini dekomposisi

๐ด๐ด = ๐‘’๐ดโŠ• (1 โˆ’ ๐‘’)๐ด adalah dekomposisi

jumlahan langsung dari aljabar ๐ด.

Setiap himpunan {๐‘’1, โ€ฆ , ๐‘’๐‘›} yang

merupakan idempoten-idempoten

orthogonal primitif dari ๐ด dengan sifat 1 =

๐‘’1 +โ‹ฏ+ ๐‘’๐‘› mengakibatkan terdapat

sebuah dekomposisi ๐ด๐ด = ๐‘ƒ1โจโ€ฆโจ๐‘ƒ๐‘›

dengan ๐‘ƒ1 = ๐‘’1๐ด,โ€ฆ, ๐‘ƒ๐‘› = ๐‘’๐‘›๐ด merupakan

ideal-ideal kanan indekomposabel.

Dekomposisi seperti diatas selanjutnya

disebut sebagai dekomposisi

indekomposabel dan himpunan {๐‘’1, โ€ฆ , ๐‘’๐‘›}

disebut himpunan lengkap idempoten

ortogonal primitif dari ๐ด.

Contoh 4.5 Diberikan K-aljabar ๐ด =

[๐พ 0 00 ๐พ 0๐พ ๐พ ๐พ

]. Idempoten-idempoten

ortogonal primitif dari ๐ด adalah ๐‘’1 =

[1 0 00 0 00 0 0

], ๐‘’2 = [0 0 00 1 00 0 0

], dan ๐‘’3 =

[0 0 00 0 00 0 1

] dengan ๐‘’1 + ๐‘’2 + ๐‘’3 = 1๐ด.

Diperoleh

๐‘’1๐ด = [1 0 00 0 00 0 0

] [๐พ 0 00 ๐พ 0๐พ ๐พ ๐พ

]

= [๐พ 0 00 0 00 0 0

],

๐‘’2๐ด = [0 0 00 1 00 0 0

] [๐พ 0 00 ๐พ 0๐พ ๐พ ๐พ

]

= [0 0 00 ๐พ 00 0 0

],

๐‘’3๐ด = [0 0 00 0 00 0 1

] [๐พ 0 00 ๐พ 0๐พ ๐พ ๐พ

]

= [0 0 00 0 0๐พ ๐พ ๐พ

].

Dengan demikian ๐ด memiliki dekomposisi

๐ด = ๐‘ƒ1โŠ•๐‘ƒ2โŠ•๐‘ƒ3 dengan ๐‘ƒ1 = ๐‘’1๐ด, ๐‘ƒ2 =

๐‘’2๐ด, dan ๐‘ƒ3 = ๐‘’3๐ด merupakan ideal-ideal

kanan indekomposabel. Jadi {๐‘’1, ๐‘’2, ๐‘’3}

merupakan himpunan lengkap idempoten-

idempoten ortogonal primitif dari aljabar ๐ด.

Selanjutnya akan diberikan sebuah

lema yang menyatakan sifat dari suatu

elemen idempoten primitif. Sifat berikut

akan sangat bermanfaaat dalam pembuktian

sifat-sifat berikutnya.

Lema 4.6 Sebuah idempoten ๐‘’ โˆˆ ๐ด primitif

jika dan hanya jika aljabar ๐‘’๐ด๐‘’ hanya

memiliki idempoten 0 dan ๐‘’.

Bukti:

(โŸน) Diketahui ๐‘’ โˆˆ ๐ด merupakan elemen

idempoten primitif, artinya ๐‘’ tidak dapat

ditulis sebagai ๐‘’ = ๐‘’1 + ๐‘’2 dengan ๐‘’1, ๐‘’2

elemen idempoten ortogonal tak nol di ๐ด.

Diambil sebarang idempoten ๐‘ฅ โˆˆ ๐‘’๐ด๐‘’,

katakan ๐‘ฅ = ๐‘’๐‘Ž๐‘’ dengan ๐‘Ž โˆˆ ๐ด.

Karena ๐‘ฅ merupakan idempoten maka

๐‘ฅ2 = ๐‘ฅ sehingga diperoleh

Online Journal of Natural Science Vol 5(3) :318-329 ISSN-p: 2338-0950

Desember 2016 ISSN-e : 2541-1969

Quiver dari Aljabar Lintasan Terhubung

(Vika Yugi Kurniawan)

326

๐‘ฅ2 = (๐‘’๐‘Ž๐‘’)(๐‘’๐‘Ž๐‘’) = ๐‘’๐‘Ž๐‘’2๐‘Ž๐‘’

= ๐‘’๐‘Ž๐‘’๐‘Ž๐‘’ = ๐‘’(๐‘Ž๐‘’๐‘Ž)๐‘’ = ๐‘’๐‘ฅ๐‘’ = ๐‘ฅ

Dengan demikian diperoleh ๐‘ฅ = 0 atau ๐‘ฅ =

๐‘’.

(โŸธ) Akan ditunjukkan dengan

kontraposisi. Diandaikan ๐‘’ โˆˆ ๐ด bukan

merupakan elemen idempoten

primitif,katakan ๐‘’ = ๐‘’1 + ๐‘’2 dengan

๐‘’1, ๐‘’2 โ‰  0 tetapi ๐‘’1๐‘’2 = 0 dan ๐‘’1๐‘’2 = 0

atau dengan kata lain ๐‘’1, ๐‘’2 merupakan

idempoten yang saling orthogonal.

Perhatikan bahwa

๐‘’๐‘’1๐‘’ = (๐‘’1 + ๐‘’2)๐‘’1(๐‘’1 + ๐‘’2)

= (๐‘’1๐‘’1 + ๐‘’2๐‘’1)(๐‘’1 + ๐‘’2)

= ๐‘’1๐‘’1๐‘’1 + ๐‘’1๐‘’1๐‘’2 + ๐‘’2๐‘’1๐‘’1 +

๐‘’2๐‘’1๐‘’2

= ๐‘’1

Diperoleh idempoten ๐‘’1 โˆˆ ๐‘’๐ด๐‘’.

Dengan demiian aljabar ๐‘’๐ด๐‘’ memiliki

idempoten selain 0 dan ๐‘’. Terjadi

kontradiksi sehingga ๐‘’ merupakan elemen

idempoten primitif. โˆŽ

Setelah diberikan pengertian dari

idempoten ortogonal primitif, berikut akan

diberikan lema yang mengatakan bahwa

himpunan semua lintasan stasioner dari ๐พ๐‘„

merupakan himpunan lengkap idempoten-

idempoten ortogonal primitif.

Lema 4.7 Diberikan sebuah quiver

berhingga ๐‘„. Elemen 1 = โˆ‘ ๐œ€๐‘Ž๐‘Žโˆˆ๐‘„0

merupakan identitas dari ๐พ๐‘„ dan {๐œ€๐‘Ž|๐‘Ž โˆˆ

๐‘„0} yang merupakan himpunan dari semua

lintasan stasioner ๐œ€๐‘Ž = (๐‘Ž||๐‘Ž) adalah

himpunan lengkap idempoten-idempoten

ortogonal primitif untuk ๐พ๐‘„.

Bukti:

Sesuai dengan definisi pergandaan, ๐œ€๐‘Ž

merupakan idempoten ortogonal untuk ๐พ๐‘„.

Karena ๐‘„0 berhingga, maka 1 = โˆ‘ ๐œ€๐‘Ž๐‘Žโˆˆ๐‘„0

adalah identitas dari ๐พ๐‘„. Selanjutnya

tinggal ditunjukkan bahwa ๐œ€๐‘Ž primitif, atau

ekuivalen dengan menunjukkan bahwa

aljabar ๐œ€๐‘Ž(๐พ๐‘„)๐œ€๐‘Ž tidak memiliki

idempoten selain 0 dan ๐œ€๐‘Ž.

Diambil sebarang idempoten ๐œ€ โˆˆ

๐œ€๐‘Ž(๐พ๐‘„)๐œ€๐‘Ž. Jelas bahwa ๐œ€ dapat ditulis

dengan ๐œ€ =โ‹‹ ๐œ€๐‘Ž + ๐‘ค, dengan โ‹‹โˆˆ ๐พ dan ๐‘ค

adalah kombinasi linier dari siklus-siklus

yang memuat ๐‘Ž dengan panjang โ‰ฅ 1.

Karena ๐œ€ idempoten maka ๐œ€2 = ๐œ€, sehingga

diperoleh persamaan

0 = ๐œ€2 โˆ’ ๐œ€ = (โ‹‹2โˆ’โ‹‹)๐œ€๐‘Ž + (2 โ‹‹ โˆ’1)๐‘ค

+ ๐‘ค2.

Dari persamaan diatas diperoleh ๐‘ค = 0 dan

โ‹‹2โˆ’โ‹‹= 0, sehingga โ‹‹= 0 atau โ‹‹= 1. Jika

โ‹‹= 1, maka ๐œ€ =โ‹‹ ๐œ€๐‘Ž + ๐‘ค = ๐œ€๐‘Ž. Di sisi

lain jika โ‹‹= 0, maka ๐œ€ =โ‹‹ ๐œ€๐‘Ž + ๐‘ค = 0.

Dengan demikian ๐œ€๐‘Ž(๐พ๐‘„)๐œ€๐‘Ž tidak memiliki

idempoten selain 0 dan ๐œ€๐‘Ž, sehingga

terbukti ๐œ€๐‘Ž primitif. โˆŽ

Himpunan {๐œ€๐‘Ž|๐‘Ž โˆˆ ๐‘„0} yang

merupakan himpunan lengkap idempoten

ortogonal primitif untuk ๐พ๐‘„ tidak selalu

Online Journal of Natural Science Vol 5(3) :318-329 ISSN-p: 2338-0950

Desember 2016 ISSN-e : 2541-1969

Quiver dari Aljabar Lintasan Terhubung

(Vika Yugi Kurniawan)

327

tunggal. Seperti pada contoh 3.6(2), selain

himpunan {๐œ€1, ๐œ€2}, himpunan {๐œ€1 + ๐›ผ, ๐œ€2 โˆ’

๐›ผ} juga merupakan himpunan lengkap

idempotent ortogonal primitif untuk ๐พ๐‘„.

Berikutnya akan diberikan sebuah

lema yang menyatakan keterkaitan suatu

aljabar dengan partisi himpunan lengkap

idempoten ortogonal primitif untuk aljabar

tersebut.

Lema 4.8 Diberikan ๐ด aljabar asosiatif

dengan elemen identitas, dan dimisalkan

bahwa {๐‘’1, โ€ฆ , ๐‘’๐‘›} adalah himpunan

lengkap berhingga dari idempotent-

idempoten orthogonal primitif. Aljabar ๐ด

terhubung jika dan hanya jika tidak

terdapat suatu partisi yang tidak trivial

๐ผ โˆชฬ‡ ๐ฝ dari himpunan {1,2, โ€ฆ , ๐‘›} sedemikian

hingga untuk ๐‘– โˆˆ ๐ผ dan ๐‘— โˆˆ ๐ฝ berakibat

๐‘’๐‘–๐ด๐‘’๐‘— = 0 = ๐‘’๐‘—๐ด๐‘’๐‘–.

Bukti:

(โŸน) Diandaikan terdapat sebuah partisi

yang tidak trivial dan dimisalkan ๐‘ =

โˆ‘ ๐‘’๐‘—๐‘—โˆˆ๐ฝ . Karena partisi tersebut tidak trivial,

maka ๐‘ โ‰  0 dan ๐‘ โ‰  1. Dan karena ๐‘’๐‘—

merupakan idempoten-idempoten

otrogonal, maka ๐‘ merupakan idempoten.

Untuk setiap ๐‘– โˆˆ ๐ผ, ๐‘๐‘’๐‘– = ๐‘’๐‘–๐‘ = 0, dan

untuk setiap ๐‘— โˆˆ ๐ฝ, ๐‘๐‘’๐‘— = ๐‘’๐‘—๐‘ = ๐‘’๐‘—.

Selanjutnya diambil sebarang ๐‘Ž โˆˆ ๐ด. Dari

yang diketahui ๐‘’๐‘–๐‘Ž๐‘’๐‘— = 0 = ๐‘’๐‘—๐‘Ž๐‘’๐‘–, ketika

๐‘– โˆˆ ๐ผ dan ๐‘— โˆˆ ๐ฝ. Akibatnya

๐‘๐‘Ž = (โˆ‘ ๐‘’๐‘—๐‘—โˆˆ๐ฝ )๐‘Ž = (โˆ‘ ๐‘’๐‘—๐‘—โˆˆ๐ฝ ๐‘Ž)1

= (โˆ‘ ๐‘’๐‘—๐‘—โˆˆ๐ฝ ๐‘Ž)(โˆ‘ ๐‘’๐‘–๐‘–โˆˆ๐ผ + โˆ‘ ๐‘’๐‘˜๐‘˜โˆˆ๐ฝ )

= โˆ‘ ๐‘’๐‘—๐‘Ž๐‘’๐‘—๐‘—,๐‘˜โˆˆ๐ฝ

= (โˆ‘ ๐‘’๐‘—๐‘—โˆˆ๐ฝ + โˆ‘ ๐‘’๐‘–๐‘–โˆˆ๐ผ )๐‘Ž(โˆ‘ ๐‘’๐‘˜๐‘˜โˆˆ๐ฝ ) = ๐‘Ž๐‘.

Jadi ๐‘ adalah idempoten pusat, dan ๐ด =

๐‘๐ดโŠ• (1 โˆ’ ๐‘)๐ด adalah dekomposisi yang

tidak trivial dari ๐ด. Terjadi kontradiksi

karena diketahui ๐ด aljabar terhubung.

(โŸธ) Diandaikan aljabar ๐ด tidak terhubung,

maka sesuai definisi ๐ด memuat idempoten

pusat ๐‘ dengan ๐‘ โ‰  0 dan ๐‘ โ‰  1. Diperoleh

๐‘ = 1. ๐‘. 1 = (โˆ‘ ๐‘’๐‘–๐‘›๐‘–=1 )๐‘(โˆ‘ ๐‘’๐‘—

๐‘›๐‘—=1 )

= โˆ‘ ๐‘’๐‘–๐‘๐‘’๐‘—๐‘›๐‘–,๐‘—=1 = โˆ‘ ๐‘’๐‘–๐‘๐‘’๐‘–

๐‘›๐‘–=1 ,

karena ๐‘ pusat. Diambil ๐‘๐‘– = ๐‘’๐‘–๐‘๐‘’๐‘– โˆˆ ๐‘’๐‘–๐ด๐‘’๐‘–,

maka diperoleh

๐‘๐‘–2 = (๐‘’๐‘–๐‘๐‘’๐‘–)(๐‘’๐‘–๐‘๐‘’๐‘–) = ๐‘’๐‘–๐‘

2๐‘’๐‘– = ๐‘๐‘–,

sehingga ๐‘๐‘– idempoten dari ๐‘’๐‘–๐ด๐‘’๐‘–. Karena

๐‘’๐‘– primitif, ๐‘๐‘– = 0 atau ๐‘๐‘– = ๐‘’๐‘–. Misalkan

๐ผ = {๐‘–|๐‘๐‘– = 0} dan ๐ฝ = {๐‘–|๐‘๐‘– = ๐‘’๐‘–}. Karena

๐‘ โ‰  0,1, jelas ๐ผ โˆชฬ‡ ๐ฝ sebuah partisi yang

tidak trivial dari {1,2, โ€ฆ , ๐‘›}. Jika ๐‘– โˆˆ ๐ผ,

diperoleh ๐‘๐‘’๐‘– = ๐‘’๐‘–๐‘ = 0, dan jika ๐‘— โˆˆ ๐ฝ,

diperoleh ๐‘๐‘’๐‘— = ๐‘’๐‘—๐‘ = ๐‘’๐‘—. Dengan

demikian, jika ๐‘– โˆˆ ๐ผ dan ๐‘— โˆˆ ๐ฝ, diperoleh

๐‘’๐‘–๐ด๐‘’๐‘— = ๐‘’๐‘–๐ด๐‘๐‘’๐‘— = ๐‘’๐‘–๐‘๐ด๐‘’๐‘— = 0.

Secara analog diperoleh juga ๐‘’๐‘—๐ด๐‘’๐‘– = 0. โˆŽ

Dari beberapa sifat di atas dapat

ditarik syarat perlu dan cukup dari suatu

aljabar lintasan terhubung. Telah

ditunjukkan pada Lema 4.7 bahwa {๐œ€๐‘Ž|๐‘Ž โˆˆ

๐‘„0} yang merupakan himpunan dari semua

Online Journal of Natural Science Vol 5(3) :318-329 ISSN-p: 2338-0950

Desember 2016 ISSN-e : 2541-1969

Quiver dari Aljabar Lintasan Terhubung

(Vika Yugi Kurniawan)

328

lintasan stasioner ๐œ€๐‘Ž = (๐‘Ž||๐‘Ž) adalah

himpunan lengkap idempoten-idempoten

ortogonal primitif untuk aljabar lintasan

๐พ๐‘„. Padahal menurut Lema 4.8 dikatakan

suatu aljabar terhubung jika dan hanya jika

himpunan lengkap idempoten-idempoten

ortogonal primitif tidak terpartisi. Dengan

demikian aljabar lintasan ๐พ๐‘„ dari suatu

quiver ๐‘„ merupakan aljabar terhubung jika

dan hanya jika {๐œ€๐‘Ž|๐‘Ž โˆˆ ๐‘„0} yang

merupakan himpunan dari semua lintasan

stasioner ๐œ€๐‘Ž = (๐‘Ž||๐‘Ž) tidak terpartisi. Hal

tersebut hanya akan terpenuhi jika ๐‘„

merupakan quiver terhubung. Lebih

jelasnya akan ditunjukkan dalam teorema

sebagai berikut.

Teorema 4.9 Diberikan ๐‘„ quiver

berhingga. Aljabar lintasan ๐พ๐‘„ terhubung

jika dan hanya jika ๐‘„ quiver terhubung.

Bukti:

(โŸน) Diketahui ๐พ๐‘„ terhubung. Diandaikan

๐‘„ tidak terhubung, dan misalkan ๐‘„โ€ฒ

komponen terhubung dari ๐‘„. Misalkan ๐‘„"

subquiver penuh dari ๐‘„ yang memiliki

himpunan titik ๐‘„0" = ๐‘„0\๐‘„0โ€ฒ. Jelas bahwa

๐‘„โ€ฒ maupun ๐‘„" tidak kosong. Diambil ๐‘Ž โˆˆ

๐‘„0โ€ฒ dan ๐‘ โˆˆ ๐‘„0". Karena ๐‘„ tidak

terhubung, maka sebarang lintasan ๐‘ค di ๐‘„

berada di salah satu ๐‘„โ€ฒ atau ๐‘„". Dipilih

kasus jika ๐‘ค๐œ€๐‘ = 0 maka ๐œ€๐‘Ž๐‘ค๐œ€๐‘ = 0.

Kasus yang lain, jika ๐œ€๐‘Ž๐‘ค = 0 maka

๐œ€๐‘Ž๐‘ค๐œ€๐‘ = 0. Hal ini menunjukkan bahwa

๐œ€๐‘Ž(๐พ๐‘„)๐œ€๐‘ = 0 dan juga ๐œ€๐‘(๐พ๐‘„)๐œ€๐‘Ž = 0.

Dengan Lema 4.8, diperoleh ๐พ๐‘„ tidak

terhubung, sehingga terjadi kontradiksi.

Jadi ๐‘„ adalah quiver terhubung.

(โŸธ) Diketahui ๐‘„ adalah quiver terhubung.

Diandaikan ๐พ๐‘„ tidak terhubung. Dengan

Lema 4.8, maka terdapat partisi gabungan

terpisah ๐‘„0 = ๐‘„0โ€ฒ โˆชฬ‡ ๐‘„0" sedemikian hingga

jika ๐‘ฅ โˆˆ ๐‘„0โ€ฒ dan ๐‘ฆ โˆˆ ๐‘„0" maka

๐œ€๐‘ฅ(๐พ๐‘„)๐œ€๐‘ฆ = 0 = ๐œ€๐‘ฆ(๐พ๐‘„)๐œ€๐‘ฅ. Karena ๐‘„

terhubung maka terdapat ๐‘Ž โˆˆ ๐‘„0โ€ฒ dan ๐‘ โˆˆ

๐‘„0" yang bertetangga. Tanpa mengurangi

keumuman, terdapat panah ๐›ผ โˆถ ๐‘Ž โŸถ ๐‘

karena ๐‘Ž dan ๐‘ bertentangga. Akan tetapi

diperoleh ๐œ€๐‘Ž๐›ผ๐œ€๐‘ โˆˆ ๐œ€๐‘Ž(๐พ๐‘„)๐œ€๐‘ = 0, terjadi

kontradiksi. Jadi, ๐พ๐‘„ adalah aljabar

terhubung. โˆŽ

Dari pembahasan di atas, dapat

disimpulkan bahwa keterhubungan suatu

aljabar lintasan terkait erat dengan

quivernya. Telah ditunjukkan bahwa suatu

aljabar lintasan ๐พ๐‘„ dari suatu quiver ๐‘„

merupakan aljabar terhubung jika dan

hanya jika ๐‘„ merupakan quiver terhubung.

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi

dasar untuk penelitian lebih lanjut dengan

mempelajari teori representasi dan kategori.

Sebagaimana disebutkan Savage (2006),

bahwa kategori modul-modul berdimensi

hingga atas aljabar lintasan ๐พ๐‘„ ekuivalen

dengan kategori representasi-representasi

berdimensi hingga dari quiver ๐‘„.

Online Journal of Natural Science Vol 5(3) :318-329 ISSN-p: 2338-0950

Desember 2016 ISSN-e : 2541-1969

Quiver dari Aljabar Lintasan Terhubung

(Vika Yugi Kurniawan)

329

DAFTAR PUSTAKA

Abrams, G., Kanuni, M., 2013, Cohn path

algebras have Invariant Basis

Number. ArXiV: 1303.2122v2.

Alahmadi, A., Alsulami, H., 2014,

Simplicity of the Lie algebra of skew

symmetric elements of a Leavitt path

algebra. ArXiv:1304.2385.

Ara, P., Cortiหœnas, G., 2013, Tensor

products of Leavitt path algebras,

Proc. Amer. Math. Soc. 141(8): 2629

โ€“ 2639.

Assem, I., Simson, D. & Skowronski, A.,

2005 Elemens of the Representation

Theory of Associative Algebras,

London Math.Soc Student Text 65.

Cambridge University Press.

Dummit, D.S., and Foote, R.M., 2004,

Abstract Algebra, Third Edition, John

Wiley & Sons, United State of

America.

Hazrat, R., 2013, A note on the

isomorphism conjectures for Leavitt

path algebras, J. Algebra 375 : 33โ€“

40.

Rodriguez, M.A., Neubauer, P., 2011, A

path algebra for multi-relational

graphs, Proceedings of the 2011

IEEE 27th International Conference

on Data Engineering Workshops,

Vol. April 11-16 : 128-131.

Ruiz, E., Tomforde, M., 2013,

Classification of unital simple Leavitt

path algebras of infinite graphs, J.

Algebra 384 45โ€“83.

Savage A., 2006, Finite-dimensional

algebras and quivers, Encyclopedia

or Mathematical Physics, 2 : 313-320.

Tomforde, M., 2011, Leavitt path algebras

with coefficients in a commutative

ring, J. Pure Appl. Algebra 215(4) :

471-484.