Post on 14-Jan-2017
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR
INTERNAL PERUSAHAAN TERHADAP
INCOME SMOOTHING
Etty M. Nasser Tobia Parulian
Fakutas Ekonomi Usakti
Abstract
The objective of this research is to identify the influence of internal factor, such as size, profitability, operating leverage and sectors to the income smoothing practice. And the other objective is to examine the diffrerence between internal factors such as, size, profitability, operating leverage, industrial sectors from companies's income smoothing practice and the other companies’s income smoothing practice. This research examine 47 companies listed in Jakarta Stock Exchange and issues an audited finanacial statement since 2002-2004. The statistical methods used to test the hypothesis are univariate test, such as one-sample Kolmogorov-Smirnov test, Mann-Whitney test, Chi- Square Test, and multivariate test that is Logistic Regression. To calculate the income smoothing used Eckel indexs. The result of the univariate test showed that industrial sectors and profitability between companies's income smoothing practice and the other companies's income smoothing practice has significantly differences. The multivariate test with logistic regression give result that only profitability have significant influence to income smoothing practice.
Keywords : Income smoothing, size, profitability, operating leverage, and industrial sectors.
75
76 Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi. Vol. 6, No. 1 April 2006 : 75 - 100
PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan suatu bentuk komunikasi antara pemilik
dengan para pengelola perusahaan. Para pemakai laporan keuangan adalafi :
Manajemen perusahaan, pemegang saham, kreditor, pemerintah, karyawan
perusahaan, konsumen, dan masyarakat umum. Para pemakai laporan
keuangan tersebut dibedakan menjadi dua pihak, yaitu pihak internal dan
eksternal. Pihak manajemen mempunyai kewajiban untuk menyusun laporan
keuangan dalam hal pertanggungjawaban atas aktiva yang secara langsung
mereka kelola. Berdasarkah laporan keuangan tersebut pemilik dan pihak-
pihak, yang hartanya berada di dalam perusahaan (investor dan kreditor),
mengambil keputusan-keputusan ekonomi atas perusahaan.
Manajemen laba (Earning Managements) merupakan kecenderungan yang
umurh dilakukan oleh pihak manajemen, seringkali juga diartikan sebagai
manipulasi laba. Manajemen laba akan membuat laba tidak sesuai dengan
reaJitas ekonomi yang ada, ini menjelaskan bahwa kualitas laba yang
dilaporkan menjadi rendah, karena keinginan manajemen untuk
memperlihatkan sedemikian rupa laba yang baik atau untuk menutupi realitas
yang ada. Manajemen laba dapat diklasifikasiakan menjadi : menaikkan laba
(income increasing) atau menurunkan laba (income decreasing), perataan laba (Income
Smoothing), dan pencucian laporan keuangan.
Praktik perataan laba telah dikenal sebagai praktik yang rasional dan
logis dan dilakukan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang
dilaporkan dan meningkatkan kemampuan investor untuk
meramalkan arus kas di masa yang akan datang (Barnea, Ronen dan
Sadan, 1975). Perataan laba (income smoothing) dapat didefinisikan sebagai suatu
sarana yang digunakan manajemen untuk mengurangi variabilitas urut-urutan
target yang terlihat karena adanya manipulasi variabel- variabel (akuntansi)
semu atau (transaksi) riil (Koch, 1981:Salno dan Baridwan,&000). Menurut
Prasetio dan Wiryawan (2002:46) praktik perataan laba meliputi usaha untuk
memperkecil jumlah laba yang dilaporkan jika laba aktual lebih besar dari laba
normal, dan usaha untuk memperbeSar laba yang dilaporkan jika laba lebih
kecil dari laba normal.
Pengaruh Faktor-faktor Internal Perusahaan Terhadap income Smoothing 77
Tindakan perataan laba merupakan suatu fenomena umum dan banyak
dilakukan diberbagai perusahaan. Namun demikian, tindakan tersebut
menyebabkan pengungkapan informasi mengenai penghasilan bersih/ laba
menjadi menyesatkan, sehingga mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam
pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan khususnya pihak eksternal (Jatiningrum,2000).
Nasser dan Herlina (2003:292) mengemukakan bahwa perataan laba
merupakan salah satu strategi pada manajemen laba, untuk itu perlu
kecermatan dalam pemilihan metode akuntansi dalam rangka melakukan
perataan laba. Beberapa strategi yang bisa dilakukan antara lain : (1)
Increasing Income, yaitu dengan mempercepat pencatatan pendapatan,
menunda biaya dan memindahkan biaya untuk periode lain, (2) Big Bath
yang dilakukan saat perusahaan mengalami kemunduran kinerja atau saat
ada peristiwa luar biasa, (3) Income Smoothing, yaitu dengan sengaja
menurunkari atau meningkatkan.laba untuk mengurangi gejolak dalam
pelaporan laba, sehingga perusahaan terlihat stabil. Penelitian mengenai
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perataan laba merupakan salah
satu hal yang cukup menarik.Ashari, dkk (1994) menemukan adanya praktik
perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di Singapore Stock Exchange
dan melihat empat faktor yang berpengaruh pada praktik perataan laba yaitu
ukuran perusahaan, profitabilitas, jenis industri dan nasionalitas
kepemilikan. Liauw She Jin dan Mas'ud Machfoeds (1998) telah menemukan
adanya tindakan perataan laba pada perusahaan- perusahaan jpublik yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi
perilaku perataan laba adalah Ukuran perusahaan. Profitabili tas, Sektor
industri perusahaan, dan Leverage operasi perusahaan. Penelitian serupa
juga dilakukan oleh Jatiningrum (2000) menyatakan hal yang sama bahwa
benar telah ditemukan adanya tindakan perataan laba yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Faktor-faktor
yang dianggap mempengaruhi perataan laba dalam penelitian tersebut
adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, dan sektor industri.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nasser dan Herlina (2003),
ditemukan adanya praktik perataan laba pada perusahaan go publik yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan melihat tiga faktor yang
78 Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Vol. 6, No. 1 April 2006 : 75 - 100
mempengaruhi praktik perataan laba, adapun faktor-faktor tersebut adalah
besaran perusahaan (size?), profitabilitas dan leverage operasi.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah
dilakukan oIeh,Nasser dan Herlina (2003). Dalam penelitian ini, peneliti
menambah variabel yang diduga akan mempengaruhi praktik perataan
laba, yaitu sektor industri perusahaan.
Penelitian ini bertujuan: pertama, untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan yang signifikan antara faktor internal seperti: besaran
perusahaan, profitabilitas, leverage operasi dan sector industri pada
perusahaan perata laba dengan perusahaan bukan perata laba. Kedua,
Untuk mengetahui apakah faktor internal seperti: besaran perusahaan,
profitabilitas; leverage operasi dan sektor industri perusahaan memiliki
pengaruh terhadap perataan laba.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan
pertimbangan bagi perusahaan-perusahaan yang terdapat di Bursa Efek
Jakarta untuk tidak melakukan perataan laba ini dengan sengaja sehingga
tidak merugikan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi laba
dan sebagai bahan masukan bagi para pemakai laporan keuangan dalam
kaitannya dengan praktik perataan laba yang sudah menjadi fenomena
umum.
KERANGKA TEORITIS DAN PERUMUSAN
HIPOTESlS
Perataan laba Perataan laba (income smoothing) terkait dengan konsep manajemen laba
(earnings management). Dalam konsep manajemen laba, pembahasan konsep
perataan laba ini juga menggunakan kerangka teori keagenan, bahwa
perataan laba timbul ketika terjadi konflik kepentingan antara manajemen
dan pemilik. Kesenjangan informasi diantara kedua pihak memicu
perataan laba (Fudenberg dan Tirol. 1995). Pertentangan yang dapat terjadi
antara pihak-pihak tersebut antara lain: 1) Manajemen berkeinginan meningkatkan kesejahteraannya
Pengaruh Faktor-faktor Internal Perusahaan Terhadap Income Smoothing 79
sedangkan pemegang saham berkeinginan. meningkatkan
kekayaannya.
2) Mahajemen berkeinginan membayar pajak sekecil mungkin
sedangkan pemerintah ingin memungut pajak setinggi mungkin.
3) Manajemen berkeinginan memperoleh kredit sebesar mungkin
dengan bunga rendah, sedangkan kreditor hanya ingin memberi
kredit sesuai dengan kemampuan perusahaan.
Selain pertentangan tersebut diatas, Hepworth (1953)
mengungkapkan bahwa manajer yang termotivasi untuk melakukan
perataan laba karena ingin mendapatkan berbagai keuntungan ekonomis
dan psikologis, yaitu :
1) Mengurangi total pajak yang terhutang.
2) Meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan
karena penghasilan yang stabil mendukung kebijakan deviden
yang stabil.
3) Meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan karena
pelaporan laba yang meningkat tajam memberi kemungkinan
munculnya tuntutan kenaikan gaji dan upah.
4) Siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapat
ditandingkan dan gelombang optimisme dan pesimisme dapat
diperlunak.
Menurut Nasser dan Herlina (2003:292), perataan laba mempunyai
tujuari untuk mengurangi variabilitas atas laba yang dilaporkan guna
mengurangi resiko pasar atas saham perusahaan, yang pada akhirnya
dapat meningkatkan harga pasar perusahaan. Salah satu bentuk perataan
laba adalah dengan membentuk accounting cushion, sehingga laba akan
mengalami kurang dilaporkan (understate), indikasi perataan laba yang
dilakukan oleh perusahaan, dapat dilihat dari kecenderungan (trend) laba
diperbandingkan dengan discretionary cost. Kecenderppgan laba yang
stabil atau meningkat dengan stabil, diperbandingkan dengan
kecenderungan discretionary cost yang fluktuatif, maka dapat
diindikasikani terjadi perataan laba. Menurut Eckel (1981), perataan laba
dapat dibedakan menjadi dua jenis utama, yaitu : (1) Artificial Smoothing
yaitu perataan laba yang dilakukan melalui prosedur akuntansi yang
80 Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Vol. 6, No. 1 April 2006 : 75 - 100
diterapkan untuk memindahkan biaya atau pendapatan dari satu periode ke
periode yang lain yaitu dengan mengubah kebijakan akuntansi. (2) Real
Smoothing yaitu perataan laba real yang dimanipulasi melalui transaksi nyata,
yaitu dengan mengatur (menunda atau mempercepat transaksi).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perataan laba
Perataan laba dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendorong
para pengelola perusahaan yang dalam hal ini adalah manajer untuk
melakukan perataan laba. Beberapa penelitian empiris terdahulu telah
melakukan pengujian terhadap faktor-faktor tersebut dan menunjukkan hasil
yang tidak konsisten satu dengan yang lainnya, karena beberapa faktor masih
didapat berpengaruh dan tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Berikut
melalui tabel 1 disajikan penelitian- penelitian terdahulu yang menguji faktor-
faktor yang mempengaruhi dan yang tidak mempengaruhi perataan laba.
Tabel 1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Perataan laba
No Faktor yjtng berpengaruh Peneliti (tahun) 1 Besaran Perusahaan Toial Aktiva Moses (1987) 2 Profilabilitas Archibald (1967): White (1970): Ashari
dkk. (1994): Jatiningrum (2000) 3 Kelompok Usaha Albrecht dan Richardson (1990):
Ashari dkk. (1994) 4 Kebangsaan Ashari dkk. (1994) 5 Harga Saham llmainir (1993). Moses (1987),
Michelson • (1995). Utami dan Suhamiadi (1998). Assih dan Gundono (2000)
6 Perbedaan laba aktual dan laba normal
llmainir (1993)
7 Kebijakan akuntansi mengenai laba llmainir (1993)
8 Leverage operasi Lambert (1984), Dye (1988), Zuhroh (1996): Jin dan Machfoedz (1998): Nasser dan Herlina (2003)
9 Pengcndalian perusahaan Smith (1978), Kamin dan Ronen (1978)
10 Seklor industri Ronen dan Sadan (1981): Albercht dan Richarson (1990)
Pengaruh Faktor-faktor Internal Perusahaan Terhadap Income Smoothing 81
Tabel 2 Faktor-faktor yang Tidak Mempengaruhi Perataan Laba
No Faktor yang tidak berpengaruh Penefiti (tahun)
1 Besaran Perusahaan : - Total Aktiva - Penjualan - Nilai pasar saham
llmainir (1993); Ashari dkk. (1994);
Zuhroh (1994); Jin dim Much food/.
(1998); Assih (1998); Salno dan Baridwan
(2000); Jatiningrum (2000); Nasser dan
Herlina (2003) 2 Profitabilitas Zuhroh (1996); Jin dan Much toed/. (1998);
Nasser dan Herlina (2003) 3 Kelompok Usaha Jin dan Machtbedz (1998); Assih (1998) 4 Rencana Bonus llmainir (1993) 5 Sektor Industri Jin dan Machtbedz (1998)
Faktor-faktor yang Digunakan untuk Mempengaruhi
Perataan laba
Perataan laba dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang meliputi :
pendapatan dan beban (beban depresiasi, beban riset dan pengembangan,
beban iklan, dividen anak perusahaan, kas dividen dan opsi saham, pos luar
biasa penjualan aktiva tetap), kredit pajak investasi (investment tax credit),
investasi jangka panjang atau investasi saham pada perusahaan lain, selisihj
kurs, perubahan kebijakan akuntansi, klasifikasi dan pembentukan
cadangan. Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut : Hepworth (1953),
menurut hasil penelitiannya tindakan perataan laba melalui depresiasi dapat
dilakukan dalam beberapa cara : (1) meningkatkan biaya depresiasi selama
satu periode tertentu; (2) melakukan revaluasi aktiva tetap dengan
menggunakan metode nilai sekarang (current value); (3) penggunaan metode
depresiasi yang berbeda dengan periode sebelumnya. Gordon, Horwitz dan
Meyers (1966) mengamati hubungan antara metode akuntansi untuk kredit
investasi pajak dengan tingkat pertumbuhan laba per lembar saham dan
hasil ekuitas pem£gang saham. Adapun hasil penelitian yang didapalkan
menunjukkart adanya hubungan yang signifikan antara kedua hal ini yang
membuktikan adanya tindakan perataan laba. Copeland dan Licastro (1968)
menunjukkan hubungan laba dan dividen anak perusahaan yang tidak
dikonsolidasikan tidak membuktikan adanya praktik perataan laba. Beattie,
dkk. (1994) menyatakan bahwa hasil yang diperoleh adalah terdapat
hubungan antara variabilitas laba, pembayaran dividen, dan
82 Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Vol. 6, No. 1 April 2006 : 75 - 100
opsi saham. Sementara penelitian oleh Ronen dan Sadan (1975) yang
dijadikan1 obyek perataan laba adalah aliran laba sebelum pos luar
biasa. Hasil dari penelitian menunjukkan adanya tindakan perataan
laba.
Hasil Penelitian yang Mendukung Tindakan Perataan laba Hasil
penelitian yang yang dilakukan oleh Moses (1987) menemukan bahwa
praktik perataan laba dapat dihubungkan dengan ukuran perusahaan,
perbedaan antara laba sesungguhnya dengan yang diharapkan dan ada
tidaknya rencana kompensasi bonus. Michelson dkk (1995) melakukan
penelitian di Amerika yang bertujuan untuk menguji hubungan antara
perataan laba dengan kinerja di pasar. Adapun hal yang diuji adalah
kecenderungan perusahaan utama untuk melakukan perataan laba
dalam rata-rata return dari saham diantara perusahaan perata dan
tidak serta resiko pasar yang diperkirakan dengan perataan laba. Hasil
yang diperoleh adalah bahwa perusahaan yang meratakan laba
memiliki rata-rata return tahunan yang lebih rendah dibandingkan
dengan yang tidak melakukan perataan laba.
2.5 Kerangka Pemikiran
Gambar 1 kerangka Pemikiran untuk mengetahui pengaruh faktor internal seperti; besaran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi, dan faktor ekstemal seperti; sektor industri.
Pengaruh Faktor-faktor Internal Perusahaan Terhadap Income Smoothing 83
Kerangka pemikiran didasarkan pada tujuan penelitian untuk
mengetahui pengaruh faktor internal seperti: besaran perusahaan,
profitabilitas, leverage operasi, dan sektor industri terhadap tindakan
perataan laba, yang diuji dengan Regresi Logististik. Sedangkan
perbedaart antara faktor internal seperti: besaran perusahaan,
profitabilitas, leverage operasi dan sektor industri pada perusahaan
perata laba dengan perusahaan bukan perata laba akan diuji dengan
menggunakan Kolmogorov-Smirnov yang selanjutnya akan diuji dengan
mengunakan uji Mann-Whitney dan Chi-Square Test. Dengan
menggunakan level signifikansi (a) sebesar 0.05 maka Ha diterima
apabila p-value < 0.05 dan sebaliknya
Hipotesis yang dibentuk pada penelitian ini selain mengacu pada
hasil penelitian sebelumnya juga mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut. Perusahaan yang memiliki aktiva yang besar biasanya disebut
perusahaan besar dan akan mendapat lebih banyak perhatian dari
berbagai pihak seperti para analisis, investor maupun pemerintah. Untuk
itu perusahaan besar juga diperkirakan akan menghindari fluktuasi laba
yang terlalu dratis sebab kenaikan laba yang drastis akan menyebabkan
bertambahrtya pajak, sebaliknya penurunan laba yang drastis akan
memberi image yang kurang baik. Maka perusahaan besar diperkirakan
memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan tindakan
perataan laba. Moses (1987) mengemukakan bahwa perataan laba dapat
dihubungkan dengan ukuran perusahaan.Smith (1976), Kamin dan
Ronen (1978) menunjukkan perusahaan yang dikendalikan oleh manajer
cenderung melakukan perataan laba dibanding yang dikendalikan
pemilik. Koch (1981) menemukan bukti empiris bahwa perataan laba
lebih banyak dilakukan oleh widely held company daripada closely held
company. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah profitabilitas yang
merupakan tolak ukur kinerja perusahaan bagi pihak eksternal. Maka
dapat diduga bahwa fluktuasi profitabilitas yang rendah atau menurun
memiliki kecenderungan bagi perusahaan tersebut untuk melakukan
tindakan perataan laba. Hasil penelitian Archibald (1987), White (1970),
dan Ashari, dkk (1994) menunjukkan bahwa perataan laba dilakukan
oleh perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang rendah dan
perusahaan yang memiliki resiko besar, dan perusahaan dengan rasio
leverage yang tinggi
84 Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Vol. 6, No. 1 April 2006 : 75 - 100
akan memiliki risiko besar, hal ini akan mendorong perusahaan
melakukan perataan laba. Lambert (1984), Dye (1988), Zuhroh (1986)
serta Jin dan Machfoedz (1988) mengatakan bahwa manajer yang
menolak risiko pinjaman di pasar modal memiliki inisiatif untuk
meratakan laba/ penghasilan bersih. Sedangkan jumlah perusahaan
publik yang termasuk dalam kelompok usaha manufaktur, kelompok
usaha bank dan lembaga keuangan lainnya, dan kelompok
perhotelan dan property terlihat mendominasi keseluruhan
perusahaan publik yang terdaftar di BEJ. Jin dan Machfoedz (1998),
dan Salno dan Baridwan (2000) yang menggunakan variabel dummy
kelompok usaha untuk menguji apakah dominasi tersebut
berpengaruh terhadap perataan laba.
Sehubungan dengan hal tersebut diduga akan terdapat
perbedaan antara faktor internal seperti: besaran perusahaan,
profitabilitas, leverage operasi dan sektor industri pada perusahaan
perata laba dengan perusahaan bukan perata laba. Berdasarkan
uraian tersebut maka hipotesisi alternatif yang akan diuji pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ha 1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara antara
faktor internal seperti: besaran perusahaan,
profitabilitas, leverage operasi dan sektor industri
pada perusahaan perata laba dengan perusahaan
bukan perata laba.
Ha 2 : faktor internal seperti: besaran perusahaan,
profitabilitas, leverage operasi dan sektor industri
mempengaruhi tindakan perataan laba.
METODOLOGI PENELITIAN
Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder perusahaan publik
yang terdaftar di BEJ yang diperoleh dari Directory BEJ, JSX
Statistics, homepage BEJ, dan Pojok BEJ. Periodisasi penelitian
mencakup data tahun 2002, 2003, dan 2004 yang dipandang cukup
mewakili kondisi BEJ yang relatif st&bil dan normal. Penggunaan
data beberapa periode akan
Pengaruh Faktor-faktor Internal Perusahaan Terhadap Income Smoothing 85
mengungkap kinerja perataan laba, sedangkan pengunaan data satu periode
hanya merefleksikan usaha-usaha perataan laba (Moses, 1987).
Jumlah sampel awal yang diperoleh sebanyak 114 perusahaan industri
yang go public, dan penentuan sampel dilakukan dengan cara purposive
sampling (judgement sampling), artinya populasi yang akan dijadikan sampel
penelitian ini adalah yang memenuhi krileria yang dikehendaki peneliti, dan
kemudian dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan
penelitian. Tabel 3 menyajikan hasil seleksi sampel.
Pelanggaran krileria 3 :
Selama periode peristiwa, perusahaan mengalami restrukturisasi
perusahaan, seperti merger dan akuisisi serta perusahaan mengalami j ( 2 8 )
perubahan kelompok
usaha Pelanggaran
kriteria 4 :
Perusahaan mengftlami kerugian mulai tahun 2002-2004
Jumlah Sampel Akhir
Setelah melalui proses tersebut diatas, maka jumlah perusahaan yang
masuk dalam kriteria sampel adalah sebanyak 47 perusahaan yang terdiri
dari 27 perusahaan manufaktur, 11 perusahaan lembaga keuangan, dan 9
perusahaan hotel dan property. Jumlah perusahaan ini mencerminkan 41%
dari jumlah populasi sebanyak 114 perusahaan dengan total subsampel
sebanyak 141 laporan keuangan, kemudian sampel dikelompokkah ke
dalam kelompok yang melakukan tindakan perataan laba dan yang tidak
dengan menggunakan rumus Indeks Eckel (1981) sebagai berikut
Tabel 3 Seleksi Sampel
Jumlah sampel awal
Pelanggaran kritei-ia I :
Perusahaan tidak menerbitkan laporan keuangunnyu per 31 Descmbcr (I)
2002 sampai dengan 31 Desember 2004
Pelanggaran krileria 2 :
Perusahaan mengalami delisting selama periode penelitian
Kriteria Seieksi Sampel Jumlah 114 (1)
(26)
(28) (12)
47
86 Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Vol. 6, No. 1 April 2006 : 75 - 100
Indeks Perataan laba : CVΔS > CVΔl
Di mana :
ΔS = Perubahan penjualan dalam satu periode.
Δl = Perubahan laba dalam satu periode
CV = Koefisien Variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai
yang diharapkan.
Jadi,
CVAS = Koefisien variasi untuk perubahan penjualan
CVAl = Koefisien variasi untuk perubahan laba
bimana CVS dan CVAl dapat dihitung sebagai berikut:
CVΔl dan C V ΔS = V a r i a n c e Expected Value
Atau
CVΔl dan CVAΔ = ∑(Δx-Δx)2 : Δx
n-1 Dimana,
Δx = perubahan laba (I) atau penjualan (S) antara tahun
n dengan n-1
ΔX = rata-rata perubahan laba (I) atau penjualan (S) antara
tahun n dengan n-1
n = banyaknya tahun yang diamati
Perusahaan dikelompokkan melakukan tindakan perataan laba apabila
indeks lebih besar atau sama dengan satu atau CV"S > CV"1 Tabel 4
menyajikan hasil perhitungan indeks Eckel.
Tabel 4 Hasil Perhitungan Indeks Eckel
Perusahaan Perata Bukan Perata Total Manufaktur 19 8 27 Lembaga Keuangan 0 11 11 Hotel daijj Properly 3 6 9
Total 22 25 47
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari pemisahan sampel kedalam
kelompok perusahaan perata laba dan perusahaan bukan perata
Pengaruh Faktor-faktor Internal Perusahaan Terhadap Income Smoothing 87
laba untuk 47 perusahaan yang dijadikan sampel, terdapat 22 perusahaaan yang
melakukan praktik perataan laba dan 25 perusahaan yang tidak melakukan
praktik perataan laba.
Nampak bahwa 19 dari 27 perusahaan di sektor manufaktur yang melakukan
pejrataan laba atau 70,37% dari total sampel yang diuji. Sedangkan untuk sektor
lembaga keuangan tidak terdapat perusahaan yang melakukan praktik perataan
laba, atau 0% dari total sampel yang diuji. Sedangkan untuk sektor hotel dan
property hanva 3 dari 9 perusahaan, yang melakukan praktik perataan laba atau
sekilar 33,33% dari total sampel yang diuji.
Variabel Penelitian
Penelitian Ini menggunakan variabel-variabel seperti status perataan laba,
besaran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi , dan sektor industri dengan
menggunakan skala nominal. Pengukuran yang digunakan sebagai berikut :
1. Status perataan laba diklasifikasi dengan Indeks Eckel (198*1).
2. Besaran perusahaan, pengukuran variabel ini menggunakan total aktiva.
3. Profitabilitas perusahaan, pengukuran variabel ini adalah rasio antara
laba setelah pajak dengan total aktiva sehingga didapat persentase (%).
4. Leverage operasi, pengukuran variabel ini adalah rasio antara total biaya
depresiasi dan amortisasi dengan total biaya yang merupakan
penjumlahan dari harga pokok penjualan, biaya penjualah serta biaya
administrasi dan umum sehingga didapat persentase (%).
5. Sektor industri perusahaan, digunakan variabeLdummy untuk
menentukan sektor perusahaan manufaktur, lembaga keuangan, serta
perhotelan dan property.
88 Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Vol. 6. No. 1 April 2006 : 75 - 100
Metoda Analisis Data
Metode statistik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan (1) uji beda rata-rata (statistik Inferensial) dengan
menggunakan uji Mann-Whitney dan uji Chi-Square dimana sebelumnya
dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan one sample
Kolmogorov Smirnov dan (2) uji Regresi Logistik (Logistic Regression Test).
Uji hipotesis pertama dengan menggunakan pengujian Univarite
dengan One Sample Kolmgorov Smirnov Test ini bertujuan untuk
menentukan apakah data dari masing-masing variabel terdistribusi secara
normal. Pengolahan data dalam software SPSS (Statistical Product and Sovice
Solution) dengan tingkat signifikansi 0.05 maka dapat diambil kesimpulan,
jika p-value (dalam hal ini Asymp. Sig. -2 tailed) > 0.05 maka Ho diterima
dan Ha ditolak, berarti data terdistribusi secara normal. Uji perbedaan
antara variabel independen pada perusahaan perata laba dan bukan perata
laba digunakan Mann Whitney U Test untuk total aktiva, profitabilitas,
serta leverage operasi dan Chi-Square Test untuk sektdr industri. Variabel
yang diuji harus merupakan variabel yang datanya tidak terdistribusi
secara normal. Dalam pengujian Mann- Whitney, penggolongan data
perusahaan perata laba = 1, dan perusahaan bukan perata laba = 0.
pengolahan data dalam software SPSS dengan tingkat sighifikansi 0.05
maka dapat diambil kesimpulan jika p-value (dalam hal ini Asymp. Sig. - 2
tailed) > 0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti tidak terdapat
perbedaan diantara variabel yang diuji. Dan untuk pengujian Chi-Square
pengolahan data dalam software SPSS dengan tingkat signifikansi 0.05
maka dapat diambil kesimpulan jika p- value (dalam hal ini Asymp. Sig. - 2
tailed) < 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, Berarti bahwa terdapat
perbedaan signifikansi antara frekuensi yang diamati dengan frekuensi
yang diharapkan untuk sektor industri di antara perusahaan yang
melakukan perataan laba dan yang tidak.
Uji hipotesis kedua menggunakan Multivariate dengan analisis regresi
logit (logistic regression) yang dilakukan untuk melihat apakah variabel
independen yaitu besaran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi, dan
sektor industri berpengaruh terhadap varabel dependennya
Pengaruh Faktor-faktor Internal Perusahaan Terhadap Income Smoothing 89
yaitu perataan laba. Model logit yang digunakan dalam penelitian ini dijabarkan
sebagai berikut :
Status = a + b(TA) + c(PROF) + d(OL) + e(DIS)
Dimana:
Status = Status perusahaan sampel; 1 untuk perusahaan perata laba dan 0
untuk perusahaan bukan perata laba TA -Total aktiva
PROF = Profitabilitas
DIS = Sektor Industri
OL = Leverage operasi
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Uji Statistik Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama bermaksud untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
yang signifikan antara faktor internal, seperti: besaran perusahaan, profitabilitas;
leverage operasi, dan sektor industri pada perusahaan perata laba dengan
perusahaan bukan perata laba. Hasil analisis pengujian dengan One Sample
Kolmogorov Smirnov Test yang merupakan langkah awal pengujian hipotesis,
dimaksudkan untuk mengetahui pertgujian apakah yang harus digunakan
selanjutnya dalam menguji hipotesis yang timbul dalam penelitian ini
berdasarkan normalitas data dari masing-masing variabel. Dengan tingkat
signifikansi (3) sebesar 0.05,,maka hasil yang diperoleh dari uji normalitas atas
data- data tersebut adalah seperti yang dijabarkan dalam tabel 5.
90 Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Vol. 6, No. 1 April 2006 : 75 - 100
Tabel 5 Hasil Pengujian One-Sample Kolmogorov Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Aktiva Profit Leverage Sektor Industri
N 141 141 141 141 Normal Parameters
a.b Mean 6.3E+13 .10 ,26 1,19
Std. Deviation 1.4E+14 ,245 ,969 ,446 Most Extreme Absolute ,327 ,341 ,393 ,453 Differences Positive .319 ,314 ,360 ,453
Negative -.327 -.341 -,393 -,313 Kolmogorov-Smirnov Z 3,889 4,047 4,670 5,384 Asymp. Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 .000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Analisis
No Variabel Asymp.Sig (2- tailed) Keterangan Distribusi Data
1 Total Aktiva 0.000 P < 0.05 Tidak Normal 2 Profitabilitas 0.000 P < 0.05 Tidak Normal 3 Leverage Operasi 0.000 P < 0.05 Tidak Normal 4 Sektor Industri 0.000 P < 0.05 Tidak Normal
Pada tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa variabel total aktiva,
profitabilitas, leverage operasi, dan sektor industri memiliki distribusi
data yang tidak normal sebab nilai probabilita dari empat variabel
tersebut kurang dari 0,05 atau dengan kata lain hipotesis yang
menyatakah bahwa variabel-variabel tersebut terdistribusi secara normal
ditolak. Dengan demikian maka pengujian univariate yang akan
digunakan selanjutnya adalah pengujian non-parametrik, yakni Mann-
Whitney U Test dan Chi-square Test.
Pengujian Mann-Whitney U Test. Pengujian yang kedua ini
merupakan pengujian ini yang digunakan untuk melihat apakah ada
perbedaan yang nyata atau tidak diantara variabel yang diuji. Dalam hal
ini variabel yang akan diuji dengan menggunakan uji Mann-whitney
adalah total aktiva, profitabilitas, dan leverage operasi perusahaan.
Pengaruh Faktor-faktor Internal Perusahaan Terhadap Income Smoothing 91
Dengan tingkat signifikansi (a) sebesar 0,05, maka hasil yang diperoleh
adalah sebagai berikut;
Tabel 6 Hasil Pengujian Mann-Whitney U Test
Test Statisticsa
Aktiva Profit Leverage
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z Asymp. Sig. (2-tailed)
187.000 440.000
-1.693 .090
93,000 393.000
-3.760 .000
219.000 519.000
990 322
a. Grouping Variable:PERATAAN
Analisis
No Variabel Asymp.Sig (2- tailed Keterangan Ho
1 Total Aktiva 0,090 P > 0.05 Diterima 2 Profitabilitas 0,000 P < 0.05 Ditolak 3 Leverage Operasi 0.322 P > 0.05 Diterima
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk ketiga variabel yang
diuji, yaitu total aktiva, profitabilitas, dan leverage operasi perusahaan,
ternyata nilai signifikansi dari uji Mann-Whitney terhadap total aktiva
dan leverage operasi lebih besar dari 0,05. Hasil pengujian ini
menunjukkan bahwa Ho kedua variabel tersebut diterima. Dengan
diterimanya Ho berarti bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata total
aktiva dan leverage operasi di antara perusahaan yang melakukan
praktik perataan laba dan yang tidak. Sedangkan untuk variabel
profitabilitas memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05, yang
mengakibatkan Ho dari variabel tersebut ditolak. Dengan ditolaknya
Ho berarti bahwa terdapat perbedaan rata-rata profitabilitas di antara
perusahan yang melakukan praktik perataan laba dan yang tidak.
Pengujian Chi-Square test. Pengujian yang ketiga ini dilakukan
untuk membedakan dua proporsi kategori dari variabel yang diuji.
Dalam hal ini variabel'yang akan diuji dengan menggunakan uji Chi-
Square adalah sektor industri perusahaan. Dengan tingkat signifikansi
(a) sebesar 0,05, maka hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :
92 Media Riset Akuntansi. Auditing & Informasi, Vol. 6, No. 1 April 2006 : 75 - 100
Tabel 7
Hasil Pengujian Chi-Square Test
Test Statistics
Sektor
Industri
Chi-Squarea
df
Asymp. Sig.
126,511
2
,000
a. 0 cells (,0%) have expected frequencies less than
5. the minimum expected cell frequency is 47,0.
Analisis
No Variabel Asymp.Sig (2-tailed) Keterangan Ho
I Sektor Industri 0.000 P<0.05 Ditolak
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk sektor industri
memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 sehingga hasil pengujian
ini mengakibatkan Ho ditolak. Berarti bahwa terdapat perbedaan
signifikansi antara frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang
diharapkan untuk sektor industri di antara perusahaan yang melakukan
perataan laba dan yang tidak.
Uji Statistik Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua bermaksud untuk mengetahui apakah faktor
internal sfeperti: besaran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi,
dan sektor industri perusahaan mempengaruhi perataan laba. Pengujian
Multivariate dilakukan dengan mengunakan regresi logistik untuk
melihat faktor-faktor tersebut yang dapat dikaitkan dengan variabel
dependen dalam suatu penelitian, yang dalam penelitian ini adalah
Pengaruh Faktor-faktor Internal Perusahaan Terhadap Income Smoothing 93
perataan laba. Dengan tingkat signifikansi sebesar 0.05, maka hasil yang
diperoleh dari pengujian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 8 Hasil Pengujian Multivariate secara serentak
Model Change in –
2 Log
df
Sig. of the
Variebel Likelihood Likelihood Change
Step 1 Profit -97.446 13.987 1 .000
Variables not in the Equationa
Score df Sig.
Step Variable Aktiva 2.294 1 .130 1 Leverage .667 1 .414
Sektor.lndustri 1.971 1 .160
a. Residual Chi-Squares are not computed because of redundancies.
Analisis
No Variabel p-value Keterangan Ho Diterima
I Total Aktiva 0.130 P > 0.05 2 Profitabilitas 0.009 P < 0.05 Ditolak 3 Leverage operasi 0.414 P > 0,05 Diterima 4 Sektor Industri 0.160 P > 0,05 Diterima
Dengan pengujian multivariate secara serentak.ini, dapat dilihat
bahwa variabel independen, yaitu total aktiva, leverage operasi, dan
sektor industri memiliki nilai p yang lebih besar dari 0,05, yang
mengakibatkan Ho untuk variabel tersebut diterima atau dan dengan
demikian Ha ditolak. Dan dengan diterimanya Ho menunjukkan bahwa
variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Dan
94 Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Vol. 6, No. 1 April 2006 : 75- 100
variabel profitabilitas memiliki nilai p yang lebih kecil dari 0,05, yang
mengakibatkan Ho untuk variabel tersebut di tolak dan dengan demikian
Ha diterima. Dan dengan ditolaknya Ho menunjukkan bahwa variabel
profitabilitas berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Berdasarkan pengujian hipotesis pertama menunjukkan diterimanya
hipotesis alternatif dari variabel profitabilitas dan sektor industri, hal
ini berarti terdapat perbedaan profitabilitas dan sektor industri antara
perusahaan perata laba dengan perusahaan bukan perata laba.
Sedangkan besaran perusahaan dan leverage menunjukkan bahwa
kedua variabel tersebut tidak terdapat perbedaan antara perusahaan
perata laba dengan perusahaan bukan perata laba. Dengan demikian,
pembuktian ini menunjukkan bahwa variabel profitabilitas dan sektor
industri dapat digunakan sebagai indikator yamg dikaitkan dengan
tindakan perusahaan yang melakukan perataan laba.
2. Berdasarkcin pengujian hipotesis kedua, dapat disimpulkan bahwa
besaran perusahaan tidak mempengaruhi dilakukannya tindakan
perataan laba pada perusahaan. hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
beberapa peneliti Indonesia sebelumnya yaitu llmainir (1993); Ashari
dkk. (1994); Zuhroh (1994); Jin dan Machfoedz (1998); Jatiningrtim
(2000); Nasser dan Herlina (2003), sedangkan Moses (1987) yang
menggunakan sampel perusahaan di luar negeri menyatakan hal yang
sebaliknya yaitu besaran perusahaan mempengaruhi tindakan. perataan
laba pada perusahaan. Leverage operasi tidak berhasil dibuktikan
sebagai salah satu faktor yang mendorong terjadinya praktik perataan
laba. Demikian juga dengan Sektor Irldustri, penelitian ini tidak
berhasil untuk membuktikan sebagai s^lah satu faktor yang mendorong
terjadinya praktik perataan laba. Penelitian ini inkonsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Albrecht dan Richardson (1990); Ashari
dkk. (1994) yang berhasil
Pengaruh Faktor-faktor Internal Perusahaan Terhadap Income Smoothing 95
membuktikan bahwa sektor industri menjadi salah satu faktor yang
mendorong terjadinya praktik perataan laba.Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Zuhroh (1996); Jin dan Machfoedz (1998); Nasser dan
Herlina (2003) yang tidak berhasil membuktikan Profitabilitas sebagai
salah satu faktor pendorong terjadinya praktik perataan laba. Namun
dalam penelitian ini berhasil membuktikan bahwa Profitabilitas
merupakan salah satu faktor yang mendorong terjadinya praktik
perataan laba. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Archibald (1967); White (1970); Ashari dkk. (1994); dan Jatiningrum
(2000).
Saran
1. Deng&n mengacu pada kajian hasil penelitian sebelumnya bahwa
penelitian di Indonesia sebagian besar terfokus pada faktor-faktor
yang mempengaruhi perataan laba dan hasil penelitian sebelumnya
tidak konsisten dengan peneliti yang lain, maka dari itu
pengembangan teori akuntansi masih diperlukan dalam mencari
bukti empiris pada faktor-faktor yang digunakan untuk tindakan
perataan laba. Dalam penelitian lanjutan sebaiknva
dipertimbangkan penggunaan jumlah sampel penelitian yang lebih
besar dan rentang waktu yang lebih lama, sehngga hasil yang
diharalpkan dapat lebih akurat untuk digunakan.
2. Konsdp laba digunakan sebagai alat peramalan yang dapat
mendorong tindakan perataan laba karena masyarakatcenderung
menganggap bahwa laba yang tidak berfluktuasi (smooth) dan stabil
diyakini lebih baik daripada laba yang bergejolak. Dengan
demikian, agar tidak merugikan pihak pengguna laporan keuangan
dan memperkaya hasil penelitian berikutnya hendaknya perlu
untuk dipertimbangkan variabel arus kas dan perlu juga untuk
mengkaji apakah tindakan perataan laba tetap diikuti dengan
konsistensi dalam pembayaran deviden.
96 Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Vol. 6, No. 1 April 2006 : 75 - 100
3. Perataan laba merupakan salah satu bentuk perilaku yang tidak
semestinya dilakukan, sebab hal ini menyebabkan laporan
keuangan tidak mencerminkan kinerja perusahan yang sebenarnya.
Sehingga, dalam pengambilan keputusan sebaiknya investor
memperhatikan hal-hal yang bersifat kualitatif di sampingjaporan
keuangan.
4. Penelitian berikutnya dapat menerapkan pengaruh standar
akuntansi dan peraturan perpajakan yang baru untuk menilai
perataan laba di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Albrecth, W.D., dan Richardson, F.M, 1990, Income Smoothing by
Economics Sector, Journal of Business Finance and Accounting, pp 713-
730..
Archibald, T.R, 1967, The Return to Straight line Depreciation: An Analysis
of a Change in Accounting Method. Journal of Accounting Research,
Suplement, pp 164-180.
Ashari, N., Hian Chye Koh, Soh Leng Tan dan Wei Har Wong. 1994. factors
Affecting Income Smoothing Among Listed Companies in
Singapore. Journal of Accounting and Business Research, 24:96.
Assih, Prihat, dan Gudono. 2000. "Hubungan Tindakan Perataan Laba
dengan reaksi pasar atas pengumuman Informasi Laba Perusahaan
yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta". Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.
Volume III No.3, pp.35-53.
Pengaruh Faktor-faktor Internal Perusahaan Terhadap Income Smoothing 97
Beattie, V., Stephen, B., David, E., Brian, J., Stuart. M., Dylan, T., dan
Michael, T, 1994, Extraordinary items and Income Smoothing: A
Positive Accounting Approach, Journal of Bussines Finance and
Accounting, p 791-811,
Bornea, A.,Ronen, J., dan Sadan, S, 1975, The implementation of
Accounting Objective an Application to Extraordinary items. The
Accounting Review, pp 653-667.
Copeland, R.M, 1968, Income Smoothing, lounial of Accounting Research,
Supplement.
Dye, R, 19$8, Earning Management in an Overlapping Gebnerations
Models. Journal of Accounting Research, pp 195-235.
Eckel,. N, 1981, The Income Smoothing Hypothesis Rensited, Abacus,
pp.32-39
Fudenbergi Drew dan Jean Tirole. 1995, " A Theory of Income and
Dividend Smoothing Based on Incumbency Rates", journal of
Political Economicy.
Gordon, ivi, J., Horwitz, B., dan Meyers, R, 1966, Accounting
Measurement and Normal Growth of The Firm, Research in
Accounting Measurement. American Accounting Assosiation, p 221-
231.
Hepworth, G, 1953, Smoothing Periodic Income. Accounting Review, pp 32-
39.
98 Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Vol. 6, No. 1 April 2006 : 75- 100
Jatiningrurn. Agustus. 2000. "Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh
terhadap Perataan Pengahsilan Bersih/Laba pada Perusahaaan
yang Terdaftar di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Volume III
No.2, pp.145-155!
Kamin, J.Y., dan Ronen, J, 1978, Smoothing of Income Numbers : Some
Empirical Evidence of Systematic Differences among Management-
controlled and Owner-controlled Firms. Accounting Organization and
Society, p.141-157.
Koch, B.S. Juli, 1981, Income Smoothing: An Experiment. The Accounting
Review, LVI(3): 574-586.
Ulmainir, 1'993, ''Perataan Laba dan Faktor-faktor Pendorong pada
Perusahaan Publik di Indonesia. Thesis S2. Program Pasca Sarjana
Universitas Gajah Mada.
Lambert, R, 1984, Income Smoothing as Rational Equilibrium Behavior,
Accounting Review.
Liauw She Jin dan Machfoedz, M. Juli, 1998, 'Faktor-faktor yang
mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta". lurnal Riset Akuntansi Indonesia.
Volume I No.2, pp. 174-191.
Michelson, S.E., Wagner, J.J., and Wooton, C.W., 1995, A Market Based
analysis of Income Smoothing. Journal of Business Finance and
Accounting.
Pengaruh Faktor-faktor Interna! Perusahaan Terhadap Income Smoothing 99
Moses, O.D. 1987. Income Smoothing and Incentives: Empirical Test Using
Accounting Changes. Accounting Review, 358-377.
Nasser, Etty-M., dan Herlina, 2003, "Pengaruh Size, Profitabilitas dan
Leverage terhadap Perataan Laba pada Perusahaan Co Public". Jurnal
Ekonomi, Volume VII No.7, pp.292.
Prasetio, Januar Eko., Astuti, Sri., Wiryawan Agung, 2002, "Praktik Perataan
Laba dan Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal
Analisis Akuntansi Indonesia, Volume VI no.2, pp.46.
Ronen, J., dan Sadan, S., 1981, Smoothing Income Number, Addison-
Wesley.
Salno, H.M.,i dan Baridwan, Z., 2000, Analisis Perataan Penghasilan
(Income Smoothing): Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan
Kaitarmya dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia.
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.3.
Smith, E.D, 1976, Effects of Separation of Ownership from Control on
Accounting Policy Decision, Accounting Review, p 703-723.
Utami, W., dan Suharmadi, 1998, Pengaruh Informasi Penghasilan
Perusahaan terhadap Harga Saham di BEJ. ]umal Riset Akuntansi
Indonesia. Vol. 1, No.2.
100 Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, Vol. 6, No. 1 April 2006 : 75 - 100
White, G.E., 1970, Discreationary Accounting Decision and Income
Normalization, journal of Accounting Research, p.260-274.
Zuhroh, D., 1997, Faktor-faktor yang berpengaruh pada Tindakan
Perataan Laba pada Perusahaan Go Publik di Indonesia,
Makalah Simposium Nasional Akuntansi I, Yogyakarta.