Post on 06-Jul-2018
8/18/2019 Microsoft Word - UPI.pdf
1/25
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
1 3 " # $ %
FISIOLOGI
1. TAHAN NAFAS, TEKANAN PERNAFASAN
TUJUAN:
Pada akhir latihan ini mahasisiwa harus dapat :
1.
Menetapkan tercapainya breaking point seseorang pada waktu menahan napas
pada berbagai kondisi pernapasan.
2. Menerangkan perbedan lamanya menahan napas pada kondisi pernapasan yang
berbeda-beda.
3. Mengukur tekanan pernapsan dengan manometer air raksa dan manometer air.
DASAR TEORI
Apa yang terjadi saat kita menahan nafas ?
Kapasitas paru bervariasi sesuai ukuran dan umur seseorang. Volume tidal
merupakan jumlah udara yang digunakan pada satu kali inhalasi dan ekshalasi normal,
rata-rata volume tidal adalah 500 ml. Cadangan inspirasi merupakan jumlah udara
melebihi volume tidal yang bisa dicapai dengan bernafas sedalam mungkin. Normalnya
berkisar 2000 – 3000 ml. Cadangan ekspirasi merupakan jumlah udara melebihi tidal
yang bisa dikeluarkan dengan ekshalasi paling kuat. Normalnya berkisar 1000 – 1500ml
Ventilasi paru menyediakan oksigen untuk jaringan dan mengeluarkan
karbondioksida. Jadi pernafasan harus sangat sesuai dengan metabolisme untuk
penghantaran oksigen yang adekuat dan untuk mencegah penumpukan karbondioksida.
Faktor-faktor lain juga harus dipertimbangkan, seperti kebutuhan untuk bicara dan
batuk, dan keadaan terkini paru serta otot-otot pernafasan. Semua ini diintegrasi oleh
generator pola pusat yang terletak di batang otak. Generator ini menetapkan ritme dasar
dan pola ventilasi, dan dimodulasi oleh kemoreseptor untuk menyesuaikan ventilasi
dengan metabolisme, umpan balik dari reseptor paru, dan input yang lebih tinggi,
seperti emosi dan temperatur .
Pada saat menahan napas, CO2 yang dihasilkan melalui proses metabolisme
terus tertimbun dalam darah dan selanjutnya meningkatkan konsentrasi H+ di CES
otak. Akhirnya, stimulasi terhadap pernafasan yang ditimbulkan oleh PCO2-
H+ menjadi sedemikian kuat, sehingga masukkan eksitatorik kemoreseptor sentralmengalahkan masukan inhibitorik volunter untuk respirasi, sehingga bernafas kembali
dimulai walaupun berusaha menghentikannya. Bernafas telah pulih jauh sebelum
PO2arteri turun ke kadar yang sangat rendah yang mengancam nyawa dan memicu
kemoreseptor perifer. Dengan demikian anda tidak dapat dengan sengaja menahan
nafas untuk menciptakan kadar CO2 yang tinggi atau kadar O2 yang rendah di dalam
arteri yang dapat mengancam nyawa.
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
4 3 " # $ %
Walaupun CO2 memiliki sedikit efek perangsangan langsung terhadap neuron-
neuron area kemosensitif, tetapi CO2 sangat berpengaruh pada efek tidak langsung.
CO2 akan bereaksi dengan cairan jaringan untuk membentuk asam karbonat yang
berdisosiasi menjadi ion bikarbonat dan ion hidrogen. Ion hidrogen kemudian
berpengaruh terhadap rangsangan langsung terhadap pernafasan. Sawar darah otak
tidak terlalu permeable terhadap ion hidrogen, sedangkan karbondioksida melalui sawar
ini hampir seperti sawar ini tidak ada. Akibatnya, kapan pun PCO2 darah meningkat,
maka PCO2 cairan intersisial medula dan cairan serebrospinal juga ikut meningkat.
Dalam kedua cairan ini, CO2 segera bereaksi dengan air untuk membentuk ion
H+ yang baru. Dengan demikian, secara bertentangan, lebih banyak ion H+ dilepas
kedalam area sensoris kemosensitif pernafasan pada medula bila konsentrasi CO2darah
meningkat dari pada bila konsentrasi ion H+ darah meningkat. Oleh karena itu,
perubahan CO2 darah akan sangat meningkatkan aktivitas pusat pernafasan.
Titik dimana napas tidak bisa ditahan secara volunter atau “sengaja” disebut
denganbreaking pint. Breaking tercapai ketika terjadi peningkatan PCO2 arteri dan
penurunan dari PO2 arteri. seseorang bisa menahan napas lebih lama ketika carotid
bodiesdibuang. Menghirup oksigen 100 % sebelum menahan napas dapat
meningkatkan PO2 alveolus, yang akhirnya menyebabkan penundaan
tercapainya breaking point. Hal yang sama juga terjadi pada saat melakukan
hiperventilasi sebelum menahan nafas, hal ini dikarenakan banyak CO2 yang di
ekspirasi yang menyebabkan PCO2 rendah pada awal menahan nafas. Selain faktor
tersebut ada juga faktor psychological dimana seseorang yang dikatakan melakukan
tahan nafas dengan baik akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan yang dikatakantidak melakukan tahan napas dengan baik.
Bila seseorang melakukan latihan fisik, kemungkinan sinyal saraf langsung
merangsang pusat pernafasan dalam tingkat yang hampir sesuai dengan penyediaan
kebutuhan oksigen tambahan yang dibutuhkan selama latihan fisik, dan membuang
karbon dioksida ekstra. Namun, kadang-kadang, sinyal saraf pengatur pernafasan
terlalu kuat atau terlalu lemah. Kemudian, faktor-faktor kimia memegang peranan
penting dalam melakukan penyesuaian akhir pernapasan, yangdibutuhkan untuk
mempertahankan konsentrasi oksigen, karbon dioksida, dan ion hidrogen cairan tubuh
sedekat mungkin dengan konsentrasi normal. Hal ini dilukiskan pada gambar 4, yang
diperlihatkan oleh kurva bagian bawah, perubahan ventilasi alveolus selama periode
latihan 1 menit dan, oleh kurva bagian atas, yaitu perubahan PCO2. Perhatikan bahwa
pada saat latihan fisik dimulai, ventilasi alveolus dengan segera meningkat tanpa
didahului peningkatan dari PCO2 arteri. kenyataannya, peningkatan ventilasi alveolus
ini biasannya cukup besar sehingga pada awalnya menurunkan PCO2 arteri dibawah
normal, seperti diperlihatkan dalam gambar. Alasan yang diduga bahwa , ventilasi
mendahului peningkatan pembentukan karbon dioksida dalam darah, sehingga otak
mengadakan suatu rangsangan “antisipasi” pernapasan pada permulaan latihan,
menghasilkan ventilasi alveolus ekstra bahkan sebelum dibutuhkan. Namun, setelah
kira-kira 30-40 detik, jumlah karbon dioksida yang dilepas ke dalam darah dari otot
aktif hampir sama dengan peningkatan kecepatan ventilasi, dan PCO2 arteri kembali
normal bahkan selama latihan berlangsung.
8/18/2019 Microsoft Word - UPI.pdf
2/25
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
5 3 " # $ %
Alat yang diperlukan
1. stopwatch/arloji
2. Beberapa kantong plastik: -Yang kosong-Yang berisi O2
-Yang berisi CO 2 10%
3. Sfigmomanometer + stetoskop
4.
Alat analisis gas Fyrite: untuk CO2 5. Manometer air raksa + botol perangkap6. Manometer air
TATA KERJA
1. Tahan Nafas
Tetapkanlah lamanya op dapat menehan napas (dalam detik) dengan cara
menghentikan pernapasan dan menutup mulut dan hidungnya sendiri sehingga
tercapai breaking point pada berbagai kondisi pernapasan seperti tercantum
dalam daftar dibawah ini (berilah istirahat 5 menit antara 2 percobaan).
1. Pada akhir inspirasi biasa
P-IV.1.1 Apa yang dimaksud dengan breaking point ?
Jawab: Saat dimana seseorang tidak bisa menahan nafas lagi
P-IV.1.2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya breaking
point?Jawab: - peningkatan pCO2 dalam tubuh
-penurunan pO2 dalam tbuh
2. Pada akhir ekspirasi biasa.
3. Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat.
4. Pada akhir ekspirasi tunggal yang kuat.
5. Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat setelah o.p bernafas dalam dan
cepat selama 1 menit.
6. Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat dari kantong plastik berisi o2.
7. Pada akhir inspirasi tunggal setelah bernafas dalam dan cepat selama 3
menit dengan 3 kali pernapasan yang terakhir dari kantong plastic berisi
o2.
8. Pada akhir inspirasi yang kuat dari kantong plastic berisi co2 10%.
9. Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat segera sesudah berlari ditempat
selama 2 menit.
10. Setelah breaking point pada percobaan no.9 tercapai, biarkanlah o.p
bernapas lagi selama 40 detik, kemudian tentukanlah berkali-kali lama
menahan nafas sesudah inspirasi tunggal yang kuat dengan diselingi
bernapas selama 40 detik sampai o.p. bernapas lagi dengan tenang
seperti sebelum berlari.
P-IV.1.3 bagaimana perubahan pO2 dan pCO2 dalam udara alveoli
dan darah pada waktu kerja otot dan dalam keadaan hiperventilasi?
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
2 3 " # $ %
Jawab:
Lebih banyak O2 yang diekstraksi dari darah di tingkat jaringan,
sehingga PO2 vena sistemik berkurang menjadi lebih rendahdaripada 40 mmHg (misalnya 30 mmHg). Sewaktu darah ini
kembali ke paru, terbentuk gradien PO2 yang lebih besar darinormal antara darah yang baru datang dan udara alveolus.
Perbedaan PO2 antara alveolus dan darah menjadi 70 mmHg (PO2alveolus 100 mmHg dan PO2 darah 30 mmHg), dibandikan gradien
PO2 normal sebesar 60 mmHg (PO2 alveolus 100 mmHg dan PO2darah 40 mmHg). Dengan demikian, lebih banyak O2 yang
berdifusi dari alveolus dalam darah mengikuti penurunan gradientekanan parsial sebelum PO2 setara dengan PO2 alveolus.
Peningkatan perpindahan O2 ke dalam darah menggantikan jumlahO2 yang dikonsumsi, sehingga pemyerapan O2 sesuai dengan
pemakaian O2, bahkan sewaktu konsumsi O2 ditingkatkan ! ventilasi terangsang sehingga O2 dari atmosfer yang masuk ke
alveolus lebih cepat untuk mengganti O2 yang berdifusi ke dalamdarah. Jumlah CO2 yang disalurkan ke alveolus meningkat untukdikeluarkan ke atmosfer
Respons terhadap peningkatkan latihan fisik bertahap. Dengan
bertambahnya pembentukan asam laktat, peningkatan ventilasi dan pembentukan CO2 tetap berimbang, sehingga CO2 alveol dan
darah arteri hampir tidak berubah (pembuferan isokapnik). Olehadanya hiperventilasi, Po2 alveol meningkat. Dengan
bertambahnya akumulasi asam laktat, peningkatan ventilasimelampaui pembentukan CO2, sehingga Pco2 alveol dan Pco2
darah arteri berkurang. Penurunan Pco2 darah arteri merupakankompensasi pernapasan pada asidosis metabolik yang ditimbulkan
oleh kelebihan asam laktat.
HASIL PRAKTIKUM
NO. PERLAKUAN
(Tegar Maulana )
WAKTU
1 Pada akhir inspirasi biasa. 24 detik
2 Pada akhir ekspirasi biasa. 17 detik
3 Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat. 40 detik
4 Pada akhir ekspirasi tunggal yang kuat. 10 detik
5 Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat setelah o.p
bernafas dalam dan cepat selama 1 menit.
60 detik
6 Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat dari
kantong plastik berisi o2.
55 detik
7 Pada akhir inspirasi tunggal setelah bernafas
dalam dan cepat selama 3 menit dengan 3 kali
pernapasan yang terakhir dari kantong plastic
69 detik
8/18/2019 Microsoft Word - UPI.pdf
3/25
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
6 3 " # $ %
berisi o2.
8 Pada akhir inspirasi yang kuat dari kantong plastic
berisi co2 10%.
43 detik
9 Pada akhir inspirasi tunggal yang kuat segera
sesudah berlari ditempat selama 2 menit.
13 detik
10 Waktu Hasil (waktu
inspirasi kuat OP)
40 detik pertama 19 detik
40 detik kedua
40 detik ketiga
27 detik
32 detik
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum didapatkan kemampuan nafas OP baik, dimana terlihat dari waktu
terjadinya breaking point. Breaking point terbaik dicapai pada saat OP melakukan
inspirasi tunggal setelah bernapas dalam dan cepat selama 3 menit dengan 3 kali
pernafasan yang terakhir dari kantong plastic berisi O2 yakni pada waktu ke 69 detik.
Hal ini disebabkan karena menghirup oksigen 100 % sebelum menahan napas dapat
meningkatkan PO2 alveolus, yang akhirnya menyebabkan penundaan
tercapainya breaking point. Hal yang sama juga terjadi pada saat melakukan
hiperventilasi sebelum menahan nafas, hal ini dikarenakan banyak CO2 yang di
ekspirasi yang menyebabkan PCO2 rendah pada awal menahan nafas. Selain faktor
tersebut ada juga faktor psychological dimana seseorang yang dikatakan melakukan
tahan nafas dengan baik akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan yang dikatakan
tidak melakukan tahan napas dengan baik.
2.
Tekanan Pernapasan
DASAR REORI
Aliran udara pada paru tergantung dari gradien tekanan dan resistensi jalur
pernapasan yang ditimbulkan. Terdapat 3 macam tekanan yang sangat mempengaruhiventilasi pernafasan :
1. Tekanan atmosfer
Tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di atmosfer pada benda di permukaan bumi.
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
7 3 " # $ %
2. Tekanan intra-alveolus
Tekanan di dalam alveolus. Karena alveolus berhubungan dengan atmosfermelalui saluran napas penghantar, udaca cepat mengalir menuruni gradient
tekanannya setiap kali tekanan inttraalveolus berbeda dari tekanan atmosfer, udaraterus menerus menglir hingga kedua tekanan seimbang.
3.
Tekanan intrapleura
Tekanan yang ditimbulkan di luar paru di dalam rongga torak. Tekanan ini tidakmenyeimbangkan diri dengan tekanan atmosfer dan tekanan intra –alveolus
karena kantong pleura merupakan kantong tertutup tanpa permukaan sehinggaudara tidak dapat kelar masuk.
Aliran udara masuk dan keluar paru terjadi karena perubahan siklik tekanan
intra-alveolus
Karena udara mengalir mengikuti penurunan gradient tekanan, tekanan intra-alveolus
harus lebh kecil daripada tekanan atmosfer agar udara mengalir masuk ke dalam parusewaktu inspirasi (menarik nafas) dan harus lebih besar daripada tekanan atmosfer
agar udara mengalir keluar paru sewaktu ekspirasi (menghembuskan nafas). Tekananintra-alveol dapat diubah dengan mengubah volume paru, sesuai hukum boyle.
Kerja Pernapasan
Otot pernapasan melakukan kerja untuk meregangkan jaringan elastis dinding
dada dan paru (kerja elastis), menggerakkan jaringan non-elastis (tahanan viskositas),serta menggerakkan udara melalui jalan pernapasan. Komponen yang menimbulkan
kerja pernapasan selama inspirasi tenang terdiri dari komponen nonelastik (35%) danelastik (65%). Kerja nonelastik terdiri atas tahanan viskositas (7%) dan tahanan saluran
napas (28%).
Karena tekanan dikali volume memiliki besaran yang sama dengan kerja (gaya x
jarak), kerja pernapasan dapat dihitung dari kurva tekanan relaksasi. Intinya, kerjaelastik yang dibutuhkan untuk mengembangkan seluruh sistem pernapasan lebih kecil
dibanding jumlah kerja yang dibutuhkan untuk mengembangkan jaringan paru saja,karena sebagian energi kerja berasal dari energi elastik yang tersimpan di rongga dada.
Selama ventilasi tenang, tahanan gesekan akibat gerakan udara cukup relatif, namun
cukup untuk menimbulkan perubahan volume paru selama inspirasi dan ekspirasi,sehingga terbentuk suatu lengkung histeresis pada diagram perubahan tekanan danvolume selama inspirasi.
Perkiraan kerja total selama pernapasan tenang berkisar antara 0,3 sampai 0,8 kg-
m/menit. Nilai ini meningkat dengan jelas selama aktivitas fisik, namun kebutuhanenergi untuk pernapasan pada individu normal kurang dari 3% kebutuhan energi total
selama aktivitas fisik.
8/18/2019 Microsoft Word - UPI.pdf
4/25
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
8 3 " # $ %
Otot pernapasan menunjukkan hubungan panjang-tegangan seperti halnya otot rangkalain, dan bila otot pernapasan teregang secara berlebihan, kekuatan kontraksinya akan
berkurang. Otot-otot ini juga dapat menjadi lelah dan mengalami kegagalan pemompaan dan inadekuasi ventilasi.
TATA KERJA
A.
Pengukuran tekanan pernapasan normal.1. Suruh O.P. bernapas biasa selama 1-2 menit.
2. Dengan tetap bernapas melalui hidung, hubungkanlah pipa kaca manometerair dengan mulut o.p. (lihat gambar) sehingga permukaan air dalam
manometer naik turun mengikuti ekspirasi dan inspirasi.Catatlah besar tekanan inspirasi dan ekspirasi normal o.p.
B.
Tekanan Pernapasan maksimal.
1. Hubungkanlah pipa kaca manometer air raksa dengan mulut o.p. melalui botol perangkap.
2.
Suruhlah o.p. melakukan inspirasi dan ekspirasi sekuat-kuatnya beberapakali sambil menutup hidung. Permukaan air raksa dalam manometer akannaik turun mengikuti inspirasi dan ekspirasi. Catatlah besar tekanan
inspirasi dan ekspirasi maksimal o.p. P-IV.1.4. Apakah fungsi botol perangkap pada percobaan ini?
Jawab: Supaya air raksa tidak masuk ke dalam mulut o.p.
HASIL PRAKTIKUM
Pengukuran tekanan pernafasan normal dan maksimal
PERLAKUAN
(Tri Bakti Oktra Rizal)
INSPIRASI EKSPIRASI
Bernapas biasa/normal
(Manometer air)
70 mmHg 60 mmHg
Bernapas Maksimal
(manometer air raksa)
5 mmHg 5 mmHg
PERLAKUAN
(PUTAU )
INSPIRASI EKSPIRASI
Bernapas biasa/normal
(Manometer air)
50 mmHg 40 mmHg
Bernapas Maksimal
(manometer air raksa)
4 mmHg 3 mmHg
KESIMPULAN
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
9 3 " # $ %
Dari hasil praktikum didapatkan hasil kemampuan inspirasi dan ekspirasi terlihat dari
faktor jenis kelamin ,dimana didapatkan kemampuan ventilasi dari OP laki-laki lebih
besar daripada OP perempuan. Perbedaan selanjutnya adalah jenis perlakuan yang
dilakukan, pada saaat pernafasan normal didapatkan besar ventilasi pada pernafasan
normal lebih tinggi daripada pernafasan biasa. Hal ini disebabkan karena pengaruh
gradient tekanan OP. Pada saat berventilasi dalam keadaan pernafasan normal , tekanan
atmosfer dan tekanan intra alveolus masih dalam kadar normalnya yakni 760 mmHg.
Sedangkan pada saat berventilasi dalam keadaan pernafasan maksimal, tekanan
keduanya jauh lebih rendah.
3. Pernapasan pada orang
DASAR TEORI
Gambar 1 . Peristiwa Pernapasan Selama Bernapas Normal, Inspirasi
Maksimal, dan Ekspirasi Maksimal
Gambar di atas adalah sebuah spirogram yang menunjukkan perubahan volume paru
pada berbagai kondisi pernapasan. Untuk memudahkan penjelasan mengenai peristiwaventilasi paru, udara dalam paru pada diagram dibagi menjadi empat volume dan empatkapasitas yang merupakan nilai rata-rata pada laki-laki dewasa muda.
Volume Paru
Pada bagian kiri gambar dituliskan empat volume paru. Bila semuanya
dijumlahkan, sama dengan volume maksimal paru yang mengembang. Penjelasan darimasing-masing volume ini adalah sebagai berikut.
1.
Volume tidal (VT) adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi setiap
kali bernapas normal; besarnya kira-kira 500 mililiter.
8/18/2019 Microsoft Word - UPI.pdf
5/25
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
: 3 " # $ %
2. Volume cadangan inspirasi (IRV) adalah volume udara ekstra yang dapatdiinspirasi setelah dan di atas volume tidal normal bila dilakukan inspirasi kuat
dengan kontraksi maksimal dari diafragma, m. intercostalis externi, dan ototinspirasi aksesori; biasanya mencapai 3000 mililiter.
3.
Volume cadangan ekspirasi (ERV) adalah volume udara ekstra maksimal yangdapat diekspirasi melalui ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi tidak normal; jumlah
normalnya adalah sekitar 1100 mililiter.
4.
Volume residu (RV) yaitu volume udara yang masih tetap berada di paru setelah
ekspirasi paling kuat; volume ini besarnya kira-kira 1200 mililiter. Volume residutidak dapat diukur dengan spirometer karena volume udaranya tidak masuk
maupun keluar dari paru
Kapasitas Paru
1. Kapasitas inspirasi (IC) sama dengan volume tidal ditambah volume cadangan
inspirasi. Ini adalah jumlah udara (kira-kira) 3500 mililiter yang dapat dihirupoleh seseorang, dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru
sampai jumlah maksimum.2. Kapasitas residu fungsional (FRC) sama dengan volume cadangan ekspirasi
ditambah volume residu. Ini adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru padaakhir ekspirasi normal (kira-kira 2300 mililiter).
3. Kapasitas vital (VC) sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volumetidal dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara maksimum yang
dapat dikeluarkan seseorang dari paru setelah terlebih dahulu mengisi paru secaramaksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya (kira-kira 4600
mililiter). Nilai ini memberikan informasi yang berguna mengenai kekuatan otot-otot pernapasan dan aspek fungsi paru lainnya.
4. Kapasitas paru total (TLC) adalah volume maksimum yang dapat
mengembangkan paru sebesar mungkin dengan inspirasi sekuat mungkin (kira-kira 5800 mililiter); jumlah ini sama dengan kapasitas vital ditambah volume
residu. Forced Expiratory Flow (FEV1) adalah bagian dari kapasitas vital yang diekspirasi
secara paksa pada satu detik pertama. Nilai FEV1 dapat memberi informasi tambahan.Biasanya nilai FEV1 adalah sekitar 80% dari VC. Kapasitas vital mungkin saja normalsementara nilai FEV1 turun pada beberapa penyakit seperti asma (resistensi salurannapas meningkat karena konstriksi bronkial).
Ventilasi volunter maksimal (MVV) adalah volume udara terbesar yang dapatdimasukkan dan dikeluarkan dari paru selama 1 menit oleh usaha volunter. Nilai
normal MVV adalah 125-170 L/menit.
Volume dan kapasitas paru pada perempuan kira-kira 20 sampai 25 persen lebih kecildaripada laki-laki, dan lebih besar lagi pada orang yang atletis dan bertubuh besardaripada orang yang bertubuh kecil dan astenis. Volume pernapasan semenit adalah
jumlah total udara baru yang masuk ke dalam saluran pernapasan tiap menit, samadengan volume tidal dikalikan dengan frekuensi pernapasan permenit. Volume tidal
normal kira-kira 500 mililiter dan frekuensi pernapasan normal kira-kira 12 kali permenit sehingga rata-rata volume pernapasan adalah 6 liter/menit.
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
1; 3 " # $ %
Komplians Paru dan Dinding Dada
Interaksi recoil paru dan dada dapat didemonstrasikan d engan cara sebagai berikut. Lubang hidung dijepit dengan klip dan subjek bernapas melalui suatuspirometer yang memiliki katup tepat di bawah sambungan dengan mulut yang berisi
suatu alat pengukur tekanan. Setelah subjek menginhalasi sejumlah udara, katup ditutupsehingga jalan napas tertutup. Otot-otot pernapasan kemudian berelaksasi sementara
tekanan pada saluran napas diukur. Prosedur ini dilakukan berulang setelahmenginhalasi atau mengekshalasi berbagai volume secara aktif. Kurva tekanan saluran
napas yang didapatkan adalah kurva tekanan relaksasi dari sistem respirasi total.Tekanan bernilai nol pada volume paru setelah ekspirasi diam (volume relaksasi, sama
dengan FRC). Perubahan volume paru per unit perubahan tekanan saluran napas adalahkomplians paru dan dinding dada. Komplians biasa diukur pada kisaran tekanan ketika
bentuk kurva tekanan relaksasi paling curam. Nilai normalnya sekitar 0,2 L/cmH2O.Komplians bergantung pada volume paru; orang dengan satu paru memiliki sekitar
separuh perubahan volume untuk suatu nilai perubahan tekanan. Komplians jugasedikit lebih besar ketika diukur selama deflasi daripada selama inflasi.
Gambar 2 . Hubungan Tekanan Intrapulmoner dan Volume
Flow Volume Loop dan Keterbatasan Aliran Udara Ekspirasi Salah satu pengukuran paling praktis dari keseluruhan properti mekanik paru
adalah hubungan aliran-volume ekspirasi maksimum (MEFV) yang didapatkan ketika
subjek melakukan manuver kapasitas vital ekspirasi maksimal setelah inhalasi hinggaTLC.
8/18/2019 Microsoft Word - UPI.pdf
6/25
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
11 3 " # $ %
TUJUAN:
1. Kapasitas vital fungsional
2. Kapasitas vital3. Kapasitas residu fungsional
4. Kurva “Flow Volume”.
Alat yang diperlukan:
Autospirometer AS 500 lengkap dengan peralatannya yang terdiri dari Autospirometer
AS 500, Mouth piece, tranducer.
TATA KERJA
Mula-mula dicatat data mengenai o.p. yaitu jenis kelamin, umur, tinggi badan yang
kemudian dimasukan kedalam alat. Setelah alat-alat siap dihubungkan dengan listrik.
1.
Pemeriksaan Kapasitas Vital Fungsional
Tekan FVC, setelah itu tekan start/stop, lalu dilihat pesan yang ditulis di LCD dan
dikerjakan : - Ekspirasi pelan-pelan.
- Inspirasi maksimal.
- Ekspirasi paksa.
- Bernapas biasa.
2.
Pemeriksaan Kapasitas Vital
Tekan VC/MVV, Kemudian tekan start/stop lalu baca pesan yang tertulis di LCD.
Kemudian dilihat hasilnya di LCD.
3.
Pemeriksaan Kapasitas Residu Fungsional
Seperti diatas, tetapi dilakukan pernapasan tenang selama 3 kali, kemudian
ekspirasi komplit, bila tidak stabil tidak terdapat pesan di LCD, tetapi bila stabil
terdapat pesan dan dilakukan pernapasan dangkal, ekspirasi komplit kemudian
inspirasi penuh, dan lihat hasilnya di LCD.
4. Pemeriksaan Kapasitas Pernapasan Maksimal
Tekan VC/MVV lalu tekan start/stop, perhatikan pesan pada LCD, bernapas biasa
dan cepat selama 12 detik.
5.
Pemeriksaan Kurve “flow Volume”
Tekan FVC, lalu start dan stop ditekan, dan lihat pesan di LCD yaitu napas
semaksimal mungkin diluar alat kemudian ekspirasi secepat-cepatnya dan
sedalam-dalamnya kedalam mouth piece yang dihubungkan dengan transducer.
Dan setelah itu dilihat hasilnya dan bila perlu direkam.
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
14 3 " # $ %
HASIL PRAKTIKUM
KESIMPULAN
Kesimpilan yang diperoleh diperoleh dari autospirometer menunjukan kapasitas vital
dan kapasitas vital fungsional pada O.P normal karena hasil yang didapat sama dengan
nilai prediksi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.medicinesia.com/kedokteran-dasar/respirasi/volume-dan-kapasitas-
paru-2/ diakses pada tanggal 15 februari 2016. Pukul 20.00
Sherwood, L. 2016. Fisiologi manusia. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC
PBL B-04 ANGKATAN 2014
8/18/2019 Microsoft Word - UPI.pdf
7/25
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
15 3 " # $ %
PATOLOGI ANATOMI
1. PNEUMONIA LOBARIS (R3)
DEFINISI : peradangan pada lobus paru.
SKENARIO : wanita berumur 37 tahun dirawat dengan keluhan panas, batuk, sesaknafas selama 2 minggu. Penderota gelisah, suhu nadan tinggi dan batuk
bercampur dahak bewarna merah tua. Penderita meninggal. Dilakukan
otopsi.
MAKROSKOPIS : pada otopsi tampak rongga dada kiri terdapat cairan 150 cc warna
serohemoragik. Lobus berwarna merah, konsistensi padar. Pada
sayatan tampak bercak-bercak kuning pucat.
MIKROSKOPIS : tidak tampak lagi jaringan paru normal. Alveoli berisi fibrin,sel darah
merah, lekosit PMN, dinding alveoli menebal.
STADIUM:
& KONGESTIF = kapiler membengkak berwarna merah dan terdapat
cairan eksudat (jernih)
& HEPATISASI MERAH = seperti pada gambar diatas. Cairan eksudat
sudah berisi sel darah merah sehingga pada sediaan ditemukankonsistensi padat berwarna merah dan fibrin mulai masuk
& HEPATISASI KELABU = warna memucat
& HEPATISASI KUNING/RESOLUSI = eksudat sudah menghilang
dan sel makrofag alami peningkatan
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
12 3 " # $ %
2. EMFISEMA (R5)
DEFINISI : penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan(obstruksi) saluran napas, karena kantung udara di paru
menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan
yang luas.
SKENARIO : Sediaan diambil dari hasil otopsi seorang laki-laki yang
meninggal akibat kecelakaan.
MAKROSKOPIS : permukaan paru pucat, bullae subpleura, konsistensi lunak,
dan krepitasi (+). Pada sayatan terdapat pelebaran alveoli.
MIKROSKOPIS : tampak alveolus melebar, berisi sel darah merah, kadang
kadang ditemukan kelompok sel fagosit yang berpigmen
8/18/2019 Microsoft Word - UPI.pdf
8/25
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
16 3 " # $ %
3. TUBERKULOSIS PARU (R4)
DEFINISI : penyakit infeksi pada saluran pernafasan yang disebabkan
oleh mycobacterium tuberculosis.
SKENARIO : sediaan diambil dari otopsi penderita tuberkulosis yang
meninggal.MAKROSKOPIS : pada perabaan paru terasa bintil-bintil besar kecil, keras. Pada
sayatan bagian keras berwarna kekuningan, seperti keju.
MIKROSKOPIS : jaringan paru mengandung tuberkel-tuberkel terdiri atas sel
epiteloid yang pada bagian sentral alami nekrosis perkijauan
atau kaseosa, infiltrasi sel radang menahun dan sel datia
Langhans. Alveoli mengandung cairan edema.
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
17 3 " # $ %
4. KARSINOMA PARU PRIMER (R6)
SKENARIO : sediaan berasal dari hasil lobektomi seorang laki-laki, umur
45 tahun, perokok berat, dengan keluhan batuk dan sesak nafas,
berat badan menurun drastis.
Hasil foto thoraks tampak bayangan berbatas tegas pada
lobus kiri dengan diameter 5cm, diagnosis tumor paru
MAKROSKOPIS : permukaan pleura paru tidak menunjukan kelainan berarti,
kecuali ditemukan emfisema. Konsistensi pada suatu bagian
padat. Pada sayatan tampak massa putih, rapuh.
MIKROSKOPIS : karsinoma paru dibagi menjadi karsinoma sel skuamosa, small
cell, undifferentiated, dan adenokarsinoma. Sediaan terdiri atas
sel tumor dengan inti pleomorfik, hiperkromatik, tersusun
glanduler, sebagian papiler. Mitosis ditemukan. Gambaran ini
menunjukan adenokarsinoma.
8/18/2019 Microsoft Word - UPI.pdf
9/25
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
18 3 " # $ %
5. KARSINOMA PARU SEKUNDER (R7)
SKENARIO : sediaan berasal dari hasil otopsi seorang laki-laki berumur 47
tahun yang meninggal setelah beberapa hari post operasi usus
atas indikasi karsinoma rektum.
MAKROSKOPIS : jaringan paru tampak normal. Pada sayatan tampak fokus-
fokus putih dan nekrosis.
MIKROSKOPIS : alveoli dengan beberapa fokus adenokarsinoma.
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
19 3 " # $ %
HISTOLOGI
8/18/2019 Microsoft Word - UPI.pdf
10/25
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
1: 3 " # $ %
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
4; 3 " # $ %
8/18/2019 Microsoft Word - UPI.pdf
11/25
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
41 3 " # $ %
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
44 3 " # $ %
8/18/2019 Microsoft Word - UPI.pdf
12/25
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
45 3 " # $ %
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
42 3 " # $ %
8/18/2019 Microsoft Word - UPI.pdf
13/25
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
46 3 " # $ %
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
47 3 " # $ %
8/18/2019 Microsoft Word - UPI.pdf
14/25
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
48 3 " # $ %
MIKROBIOLOGI
PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIK
Streptococcus sp. DAN C.diphteriae
A. USAP TENGGOROK
Alat dan bahan
1. Swab steril
2. Spatel lidah steril3. Senter
4. Plat agar darah5. BHI
Cara kerja
1.
Siapkan swab steril dan spatel lidah steril, kemudian jelaskan tujuan pengambilan sampel pada pasien.
2. Pasien diminta untuk membuka mulut selebar mungkin dan mengucapkan kata“Aaagh..” sambil menekan lidah dengan spatel hingga uvula dan tonsil terlihat
jelas.3. Usapkan swab steril di bagian porsteior faring dan bagian uv ula dan tonsil.
4.
Usapkan swab steril tersebut dengan cara digulirkan diatas permukaan agardarah dan isolasi dengan metode “streak” menggunakan ose. Simpan di
inkubator. Swab yang telah dipakai lalu dimasukkan ke dalam BHI dandisimpan di inkubator untuk dibiakan.
B. USAP HIDUNG
Alat dan bahan
1. Swab steril2. Senter
3. Plat agar darah4. BHI
Cara kerja
1. siapkan swab steril dan senter, kemudian jelaskan tujuan pengambilan sampel
pada pasien.
2.
Pasien diminta untuk mengangkat sedikit kepalanya sehingga cavum nasiinterna lebih terlihat jelas.
3.
Minta pasien untuk menahan napas sebnetar, lalu usapkan swab steril tersebut
di daerah nasofaring4. Usapkan swab tersebut dengan cara digulirkan diatas permukaan agar darah
dan isolasi dengan menggunakan “streak” menggunakan ose. Simpandiinkubator. Swab yang telah dipakai lalu di masukkan ke dalam BHI dan
disimpan diinkubator untuk dibiakkan.
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
49 3 " # $ %
1. Hasil praktikum
Gambar :
UH UT
Data hasil pengamatan usap tenggorok :
No Jenis koloni Morfologi koloni
1 Smooth Warna putih dan halus
2 Mukoid Warna putih kehijauan
3 Rough Warna putih dan kasar
8/18/2019 Microsoft Word - UPI.pdf
15/25
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
4: 3 " # $ %
Usap Tenggorok (UT)
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada sediaan agar darah ditemukan beberapa koloni bakteri, antara lain:
1. Koloni berwarna putih seperti mutiara yaitu koloni smooth berukuran kecil berbentuk seperti bunga (d = ± 0,1 mm).
Sifat koloni : bulat, halus ,tidak menjalar, dan hemolisis !.
2. Koloni berwarna putih berukuran kecil yaitu koloni rough berbentuk seperti bunga (d = ± 0,2 mm)
Sifat koloni : bulat, kasar, menjalar, dan hemolisis !.
3. Koloni berwarna putih kehijauan yaitu koloni mukoid berukuran kecil berbentuk seperti bunga (d = ± 0,2 mm)
Sifat koloni : tidak bulat, kasar, menjalar, hemolisis ! .
Data hasil pengamatan usap hidung :
NO Jenis koloni Morfologi koloni
1 Smooth Warna putih dan halus
Usap Hidung (UH)
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada sediaan agar darah ditemukan 1 koloni bakteri,
yaitu :
1. Koloni berwarna putih seperti mutiara yaitu koloni smooth berukuran kecil
berbentuk seperti bunga (d = ± 0,1 mm).
Sifat koloni : bulat, halus ,tidak menjalar, dan hemolisis !.
Kesimpulan
Dari hasil praktikum kami, didapatkan hasil pada kedua usap tenggorok dan usap
hidung positif mengandung bakteri Streptococcus dan C.diphteri yang berwarna putih
dan putih kehijauan. Pada usap tenggorok terdapat lebih banyak bakteri dibandingkan
dengan pemeriksaan usap hidung. Kebanyakan bakteri tersebut berjenis koloni smooth,
bulat, tidak menjalar,dan tanpa hemolysis atau hemolisis !.
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
5; 3 " # $ %
II. FAMILI STREPTOCOCCACEAE
A. Morfologi
kuman berbentuk bulat, tersusun berderet seperti rantai, bersifat gram-positif.
B. Klasifikasi menurut lancefield
bila ditanam pada agar darah dapat dibedakan atas:
1. streptococcus yang membentuk zona hemolise ! (hemolysis sebagian),
misalnya S.viridans.
2. streptococcus yang membentuk zona hemolise " (hemolysis sempurna),
misalnya S.hemolyticus "
3. streptococcus yang membentuk zona hemolise # ( tidak hemolysis), misalnya
S.anhemolyticus
identifikasi streptokokus dilakukan berdasarkan pada:
1. pemeriksaan mikroskopis : pewarnaan gram.
2.
pemeriksaan makroskopis:
a. kultur dan isolasi dengan menanam pada pembenihan agar darah.
b.
pemeriksaan serologis
c. tes fibrinolisin/ streptokinase
S.viridans dan S. pneumonia pada agar darah menyebabkan hemodigesti sehingga
terdapat zona kehijauan di sekitar koloninya (hemolysis !). untuk membedakan
kedua spesies tersebut, dilakukan:
a. tes inulis! S.pneumoniae positif, S. viridans negatif
b. tes larut/lisis empedu!S.pneumoniae positif, S.viridans negative
c. tes cakram optokhin (Taxo-P)! S.pneumoniae positif (ada zona hambatan
di sekitas cakram atau sensitif terhadap optokhin), S.viridans negatif
d. tes quelling (pengembung simpai) ! S.pneumoniae positif , S.viridans
negatif
untuk penentuan Streptococcus hemolyticus " grup A dan non grup A dapat
dilakukan dengan cara:
a. tes serologic dengan cara reaksi koaglutinasi menggunakan serum anti
spesifik grup (tes Phadebact)
b. tes cakram basitrasin (Taxo-A)! positif apabila terdapat zoba hambatan di
sekitar cakram basitrasin (kuman sensitive terhadap basitrasin konsentrasi
8/18/2019 Microsoft Word - UPI.pdf
16/25
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
51 3 " # $ %
rendah), contohnya S. hemolyticus grup A (Streptococcua pyogenes).
negatif: S.hemolyticus non grup A
c. tes fibrinolisin/streptokinase, S.pyogenes ! positif (melisiskan plasma
manusia yang membeku.
Bahan yang disediakan:
1. Biakan kuman :
a. S.pyogenes
b. S.viridans
c. S. pneumonia
d. S. hemolyticus non grup A
2. lempeng agar darah.
3. cakram basitrasin dan cakram optokhin.
4. kaldu BHI steril 4 tabung masing masing 0,5 ml.
5. bahan untuk pewarnaan gram.
6. gelas alas.
7. lidi kapas steril.
8. pembenihan inulin.
Tugas:
1. melakukan pewarnaan gram terhadap kuman kuman yang disediakan.
2. melakukan tes basitrasin.
3. melakukan tes optokhin.
4. melakukan tes inulin.
5. melihat demonstrasi dan mencatat hasil praktikum.
Cara kerja
Tes basitrasin:
1. lempengan agar darah dibagi menjadi dua bagian dengan memberi tanda pada
tutup piring petri dengan pensil gelas.
2. buat suspense S.pyogened pada kaldu BHI sampai diperoleh suspensi dengan
standard Mc Farland 1.
3.
lidi kapas steril dicelupkan dan suspensi kuman kemudian diusapkan secara
merata pada setengah bagian lempeng agar darah.
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
54 3 " # $ %
4. lakukan hal yang sama terhadap S.hemolyticus non grup A kemudian oleskan
secara merata pada bagian lempeng agar darah yang belum diolesi kuman.
5. letakan cakram basitrasin ditenga-2 setiap bagian, kemudian pada suhu 37 °c
selama 24 jam dalam incubator.
6. lihat hasilnya adakah zona hambatan disekitar cakram.
Tes optokhin:
1.
buat suspense kuman S.pneumoniae dan S.viridans masing masing pada tabing
BHI.
2.
celupkan lidi kapas steril pada masing masing tabung dan oleskan pada lempeng
agardarah yang telah dibagi menjadi 2 bagian ! bagian I diolesi dengan
S.pneumonieae dan bagian II dengan S.viridans.
3. letakan cakram optokhin pada tiap-tiap bagian (ditengah), eram suhu 37°C, 24
jam dalam incubator.
4. lihat hasilnya adakah zona hambatan di sekitar cakram.
Tes inulin :
1.
ambil satu sengkelit kuman S.pneumoniae dan tanam pada inulin.
2. ambil satu sengkelit kuman S.viridans tanam pada inulin.
3.
eram pada 37°C , 24 jam.
4. lihat hasilnya, bla terjadi perubahan warna menjadi kuning berarti hasil positif.
Demonstrasi
1. pertumbuhan S.viridans, S.pneumoniae, S.hemolyticus ", S.anhemolyticus pada
lempeng agar darah.
2. sediaan gram kuman Streptopkokus.
3. sedian S.pneumoniae dengan pewarnaan Gram dan Gins-Burri..
4.
tes inulin.
5. tes lisis empedu.
6. tes basitrasin.
7. tes optokhin.
8.
tes fibrinolisin.
9. tes phadebact.
10. tes Quelung.
8/18/2019 Microsoft Word - UPI.pdf
17/25
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
55 3 " # $ %
DEMONSTRASI PRAKTIKUM DI LAB
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
52 3 " # $ %
8/18/2019 Microsoft Word - UPI.pdf
18/25
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
56 3 " # $ %
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
57 3 " # $ %
8/18/2019 Microsoft Word - UPI.pdf
19/25
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
58 3 " # $ %
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
59 3 " # $ %
8/18/2019 Microsoft Word - UPI.pdf
20/25
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
5: 3 " # $ %
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
2; 3 " # $ %
8/18/2019 Microsoft Word - UPI.pdf
21/25
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
21 3 " # $ %
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
24 3 " # $ %
8/18/2019 Microsoft Word - UPI.pdf
22/25
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
25 3 " # $ %
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
22 3 " # $ %
8/18/2019 Microsoft Word - UPI.pdf
23/25
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
26 3 " # $ %
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
27 3 " # $ %
1. Hasil praktikum
No Antibiotik Bakteri Panjang
sensitifitas
1 optokhin S.viridans Resisten
2 S.pneumonia
e
30 mm
3 basitrasin S.pyogenes 16 mm
4 S.hemolyticus non grup A Resisten
2.
Kesimpulan
Dari hasil praktikum kami dengan menggunakan antibiotic optochin yakni untuk
membedakan tingkat sensitifitas dari bakteri S.pneumoniae dengan S.viridans,
didapatkan hasil bahwa benar bakteri S.pneumoniae sensitif terhadap antibiotic
optochin sedangkan bakteri S.viridans resisten terhadap antibiotic tersebut. Sedangkandengan menggunakan antibiotic basitrasin yakni untuk membedakan tingkat sensitifitas
dari bakteri S.pyogenes dengan S.hemolyticus non grup A, didapatkan hasil bahwa
benar bakteri S.pyogenes sensitif terhadap antibiotic basitrasin sedangkan bakteri
S.hemolyticus non grup A resisten terhadap antibiotic tersebut
!"#$%&'($)*%!",)-).*$/
!"#0(1%$%/
!"2%'(304)5&/
$($ 1- 6
8/18/2019 Microsoft Word - UPI.pdf
24/25
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
28 3 " # $ %
PARASIT
Trematoda Paru
1. Paragonimus westermani
DAUR HIDUP
hospes : manusia& binatang pemakan ketam/ udang batu (kucing, luak, anjing,
harimau, serigala)
penyakit :PARAGONIMIASIS
bentuk infektif : metaserkaria
cara infeksi : makan ketam/ udang batu yang mengandung metaserkaria
HP I : keong air
HP II : ketam/udang batu
Diagnosis : menemukan telur dalam sputum
Pemeriksaan serologi: ELISA
Pengobatan : Prazikuantel ( 25 mg/kg bb, 3*1, 3 hari)
Triclabendazole ( 5mg/kg bb, daily, 4 hari)
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
29 3 " # $ %
Telur
Perhatikan:
& Bentuk:lonjong
&
Ukuran 95!!!
& Dinding tebal,warna kuning
tengguli
& Terdapat penebalan di ujung
kutub
&
Isi: sel ovum yang belummembelah
Cacing Dewas
Perhatikan:
&
Bentuk: tebal,seperti biji kopi
& Ukuran :!! !"
& Caecum: berkelok-kelok
& Testis: 2 buah, berlekuk dalam,
letak berdampingan
&
Ovarium: berlobus, craniolateral
dan testis&
Kel. Vitteline di sepanjang daerah
lateral
8/18/2019 Microsoft Word - UPI.pdf
25/25
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
2: 3 " # $ %
HOSPES PERANTARA II
KETAM (Potamon dehaani)
Udang( Cambaeus)
!" $%&'( ()*+' "%,,) -'.,' /0 !12
6; 3 " # $ %
2.
Tungau Debu Rumah ( Dermatophagoides pteronyssius)
Metamorphosis : tidak sempurna
Ditemukan di : dalam rumah, luar rumah, makanan
Penyakit : asma atopic (asma alergi, asma ekstrensik)
Diagnosis : tes kulit menggunakan ekstrak tungau debu
Pemberantasan : - menghilangkan debu dari tempat tidur &sekitarnya
insektisida: lindane 1% dalam larutan aseton
1. Dermatophagoides pteronyssius(Fam. Pryoglyphidae. Ordo Acari)
perhatikan:
& Ukuran: 340 ! (jantan)
380 ! (betina)
& Tubuh terdiri dari kapitulum
dan badan beupa kantong&
Kaki panjang, 2 pasang ke
depan dan 2 pasang ke belakang
Jantan:
Betina: