Post on 11-Jun-2015
PROSPEK PENGEMBANGAN BANK SYARI’AH DI INDONESIA
(STUDI KASUS PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, TBK)
SAMDIN 1) & ASMIRANDA IRVIANDY 2)
ABSTRACT
The research held in PT. Muamalat Bank of Indonesia, Tbk. aimed to know the prospect of development of PT. Muamalat Bank of Indonesia, Tbk in the future observed from the financial view. The variables of financial ratio used in this research were liquidity ratio (current ratio, fund to deposit ratio), and profitability ratio (net profit margin, return om asset, return an equity).
From the data obtained and processed by using analisys tool namely simple moving average three years with different types of financial ratio variables can be concluded that it is predicted that CR and FDR of Muamalat Bank will have fluctuation because it is influenced by the national and global economy, however the function of BMI has already run well. NPM of BMI is predicted to have stable increase obtained from share spread. It was also predicted that ROA and ROE of BMI remained to be persistent since 2006. In general, the condition of this capital reversion was already good. Considering that the competition faced was too tight (can be seen from the fluctuation of profit and balance) but it can be balanced by the stable financial management. Development prospect of BMI is also predicted will be widely open which is influenced by the support of many stakeholders.
Key Words: Current Ratio, Fund To Deposit Ratio, Net Profit Margin, ROA, ROE
PENDAHULUAN
Sejak tahun 1997 hingga sekarang
krisis ekonomi di Indonesia belum
menunjukkan tanda-tanda kepulihan yang
membaik. Diawali dengan adanya krisis
perbankan, kondisi perbankan kemudian
menjadi semakin rawan. Perbankan di
Indonesia tidak lagi mampu beroperasi
secara normal, pelanggaran terhadap prinsip
kehati-hatian meningkat, kecukupan
likuiditas dan permodalan perbankan
menurun drastis dan ketergantungan
perbankan kepada bantuan likuiditas dari
Bank Indonesia naik tajam. Berbagai
perkembangan ini mengakibatkan proses
intermediasi oleh perbankan terganggu
sehingga memberikan dampak yang kurang
menguntungkan bagi perekonomian.
Krisis perbankan berkembang
semakin dalam dengan munculnya isu
negatif mengenai kondisi perbankan
nasional. Turunnya peringkat dan
gambaran pesimis yang diberikan lembaga
pemeringkat internasional kepada
perbankan nasional juga telah
mengakibatkan semakin merosotnya
kepercayaan masyarakat, baik dalam
maupun luar negeri, terhadap perbankan
nasional. Belajar dari kegagalan
pengelolaan perbankan nasional yang
berbasis bunga dan ditunjang dengan
mismanagement kelembagaan perbankan,
mendorong munculnya sistem perbankan
baru. Meskipun, munculnya sistem
perbankan ini dimunculkan pada tahun
1992, dengan berdasarkan pada UU No. 7
Jurnal Manajemen & Kewirausahaan VOL. 1. No. 1. Januari 2009
1
tahun 1992. Dimana pada tahun ini di
Indonesia belum mengalami krisis ekonomi.
Namun, setelah terjadi krisis ekonomi dan
perbankan, maka UU No. 7 tahun 1992
tersebut dilakukan revisi, menjadi UU No. 10
tahun 1998. Berangkat dari UU inilah,
akhirnya mendorong tumbuh kembangnya
lembaga keuangan berbasis syari’ah. Saat
ini telah banyak bank konvensional yang
melakukan konversi dari sistem bunga ke
syari’ah.
Bank syari’ah adalah sistem perbankan
yang dalam kegiatan operasionalnya
menghindari dampak negatif dari sistem
bunga dalam perekonomian untuk
menciptakan keadilan dalam dunia
perbankan. Bank syari’ah juga merupakan
bank umum yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syari’ah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran. (UU No. 10 tahun
1998 tentang perubahan UU No. 7 tahun
1992 tentang perbankan).
Totok Budisantoso dan Sigit Triandaru
(2006 : 9) mengemukakan bahwa
keberadaan bank (termasuk bank syari’ah)
pada dasarnya memiliki fungsi utama pada 3
(tiga) aspek yaitu : (1) Agent of trust, yaitu
fungsi perbankan sebagai agen yang dapat
dipercaya dalam mengelola dana
masyarakat/nasabah yang dititipkan
kepadanya; (2) Agent of development, yaitu
fungsi bank sebagai agen pembangunan
yang akan mendorong sektor-sektor ekonomi
produktif dan potensial sehingga
memberikan manfaat lebih kepada
masyarakat; dan (3) Agent of services,
fungsi bank dalam memberikan pelayanan
jasa lainnya kepada masyarakat disamping
menabung dan kredit, antara lain jasa
pengiriman uang, penitipan barang-barang
berharga, pemberian jaminan bank dan
penyelesaian tagihan.
Bank Muamalat Indonesia adalah
bank syari’ah pertama di Indonesia. PT.
Bank Muamalat Indonesia,Tbk sebagai
pelopor bank syari’ah telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat sejak
didirikan pada 1 Mei 1992. PT. BMI telah
menunjukkan eksistensinya sebagai salah
satu pendukung dalam perkembangan
sistem keuangan syari’ah dengan prinsip-
prinsip bagi hasil (Profit and loss Sharing)
atau pembagian laba yang merupakan
suatu sistem yang berdasarkan prinsip-
prinsip keadilan sesuai dengan tuntunan Al-
Qur’an ( [2 : 275], [3 : 130], [ 4 : 146], [2 :
276], [2 : 278] ) dan As-Sunnah sehingga
diharapkan dengan sistem ini akan tercipta
keadilan dan kesejahteraan dalam
perekonomian Indonesia.
Kinerja keuangan pada PT. Bank
Muamalat Indonesia,Tbk. periode 2000 s/d
2006 memiliki total aktiva sebesar Rp.
8,370.59 milyar, atau meningkat sebesar
12,70% dari tahun 2005 sebesar Rp.
7.427,05 milyar. Jika dibandingkan
pergerakan total pembiayaan pada tahun
2006 sebesar RP. 6,628.09 atau naik
sebesar 12,57% dari total pembiayaan
Jurnal Manajemen & Kewirausahaan VOL. 1. No. 1. Januari 2009
2
pada tahun 2005 yang sebesar RP. 5,887.74
milyar. Dan total penerimaan DPK
mengalami peningkatan yang sama dengan
total pembiayaan yaitu sebesar 12,57 %
pada tahun 2006. Hal ini menunjukkan
bahwa dalam dua tahun terakhir, PT. Bank
Muamalat Indonesia,Tbk mengalamai
peningkatan dari total aset, DPK dan
pembiayaan. Namun, hal tersebut belum
dapat menjamin keberhasilan PT. Bank
Muamalat pada masa yang akan datang,
mengingat semakin tajamnya persaingan
dalam industri perbankan pada umumnya
dan pada industri syari’ah pada khususnya.
Selain kondisi keuangan Bank
Muamalat yang cukup baik, keberadaannya
sebagai bagian dari komponen
perekonomian nasional juga mendapat
dukungan dari beberapa elemen
masyarakat, sehingga ini memberikan
prospek tersendiri bagi perbankan syari’ah
khususnya Muamalat untuk tumbuh dan
berkembang. Tidak dikenalnya sistem
bunga/riba dalam operasional Bank
Muamalat karena dapat merugikan nasabah,
mendapat dukungan dari MUI yang
mengeluarkan fatwa tentang haramnya
bunga bank. Fatwa tersebut menyebabkan
lonjaknya dana pihak ketiga (DPK) lebih
cepat dari pada pembiayaan. PT. Bank
Muamalat Indonesia,Tbk telah memperoleh
berbagai penghargaan. Berdasarkan rating
majalah Infobank 2003, PT. Bank Muamalat
Indonesia,Tbk masuk sepuluh besar dengan
predikat “sangat bagus” dan menempati
rangking ke-tujuh dalam kategaori asset
Rp. 1 Triliun s/d Rp. 20 Triliun, serta
termasuk dalam “sepuluh besar bank
devisa terbaik di Indonesia dengan predikat
“sangat bagus”. PT. Bank Muamalat
Indonesia,Tbk telah menjadi bank syari’ah
pertama di Indonesia, dengan total asset
Rp. 8 Triliun hingga akhir 2006.
Mengacu pada kondisi empiris yang
telah diuraikan di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian tentang
prospek pengembangan jangka panjang
bank syari’ah di Indonesia. Disebabkan
karena melihat kondisi persaingan dalam
industri perbankan yang makin merebak
diantara konvensional dan syari’ah, untuk
dapat tetap mempertahankan posisi dalam
industri guna meningkatkan perekonomian
nasional. Olehnya itu, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan fokus
permasalahan bagaimana prospek
pengembangan PT. Bank Muamalat
Indonesia,Tbk pada masa yang akan
datang ditinjau dari segi keuangan.
Selanjutnya tujuan yang dicapai dalam riset
ini untuk mengetahui prospek
pengembangan pada PT. Bank Muamalat
Indonesia,Tbk pada masa yang akan
datang dari segi keuangan.
Fokus kajian dalam riset ini dibatasi
pada prospek pengembangan dari segi
keuangan, penulis melihat data masa lalu
selama sebelas tahun yaitu periode 1996
s/d 2006. Dalam hal ini penulis melihat
kondisi keuangan dalam neraca dan
Jurnal Manajemen & Kewirausahaan VOL. 1. No. 1. Januari 2009
3
laporan rugi-laba PT. Bank Muamalat
Indonesia,Tbk, yang akan dihitung dalam
rasio keuangan yang meliputi rasio likuiditas
(current ratio, dan fund to deposit ratio), dan
rasio profitabilitas ( net profit margin, return
on asset, dan return on equity).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dapat dikategorikan
sebagai penelitian studi kasus yaitu
penelitian yang menjelaskan prospek
pengembangan PT. Bank Muamalat
Indonesia,Tbk. ditinjau dari aspek finansial.
Jenis data yang digunakan adalah data
sekunder berupa total DPK, total
pembiayaan yang disalurkan, total aktiva,
berbagai kewajiban, dan lain-lain yang
terdapat dalam laporan keuangan. Sumber
data sekunder diperoleh dari publikasi PT.
Bank Muamalat Indonesia,Tbk. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah
dokumentasi dan wawancara.
Metode analisis data yang digunakanan
dalam riset ini adalah metode analisis rata-
rata bergerak sederhana tiga tahunan yaitu
analisis prediksi didasarkan pada proyeksi
serial data yang dimuluskan dengan rata-rata
bergerak. Metode rata-rata bergerak
sederhana tiga tahunan merupakan metode
peramalan rata-rata bergerak sederhana
yang dianggap mampu menghilangkan
pengaruh fluktuatif random dalam peramalan
yang menggunakan data masa lalu untuk
memprediksikan prospek PT. Bank
Muamalat Indonesia,Tbk pada masa yang
akan datang ditinjau dari aspek keuangan.
Formulasi yang digunakan (Eddy Herjanto,
1999:119) adalah:
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Bank Muamalat pada
sebelas tahun terakhir cukup fluktuatif
berdasarkan hasil perhitungan rasio-rasio
keuangan. Mengacu pada data selama 11
tahun terakhir, penulis memprediksikan
prospek perkembangan rasio keuangan
pada Bank Muamalat dimasa medatang di
tinjau dari segi keuangan sebagai berikut :
Perkembangan Current Ratio
Prospek perkembangan current ratio 4
tahun mendatang pada Bank Muamalat
menggunakan analisis rata-rata bergerak
tiga tahunan menunjukan nilai sebesar
1,18. Berarti kemampuan untuk melunasi
hutang jangka pendeknya karena
pembentukan aktiva lancar lebih cepat
dibandingkan hutang lancar dengan spread
= 1,18. Dari CR Bank Muamalat tersebut,
menunjukkan berada di bawah standar CR
ideal yaitu 2 : 1. Nilai ini masih cukup baik
karena perkembangan aktiva lancar relatif
lebih cepat dibandingkan hutang lancarnya.
Mengacu pada pertumbuhan CR selama
tahun 1996 s/d 2006 dan prediksi tahun
2007 s/d 2010 dapat disajikan pada grafik
berikut.
Jurnal Manajemen & Kewirausahaan VOL. 1. No. 1. Januari 2009
4
Grafik 1. Prediksi Current Ratio Bank Muamalat Tahun 2007-2010
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
1,60
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Ra
Periode (t)
CR
(%
)
Current Ratio Nilai Prediksi Current Ratio
Sumber: Hasil pengolahan data sekunder Bank Muamalat Tahun 1996 – 2006
Grafik di atas, diprediksikan bahwa
pada tahun 2007 current ratio Bank
Muamalat sebesar 1,23 atau mengalami
peningkatan sebesar 8,85 % dari tahun
2006. Namun pada tahun 2008 kembali
mengalami penurunan sebesar 6%, yang
diperkirakan dipengaruhi oleh kemungkinan
menurunnya aktiva lancar yang dimiliki oleh
Bank Muamalat sebagai imbas dari adanya
kecenderungan menurunnya pembiayaan
yang disalurkan kepada masyarakat. Hal ini
didasarkan pada asumsi bahwa,
kemungkinan disebabkan oleh kondisi
perekonomian yang tidak menentu sebagai
imbas dari gejolak politik yang diprediksikan
akan marak pada pertengahan tahun 2008
sehubungan dengan rencana Pemilihan
Umum yang akan digelar pada tahun 2009,
sehingga variabel pembentuk aktiva lancar
menurun di satu pihak sementara hutang
lancar relatif tetap (dana pihak ketiga).
Pada tahun 2009 dan 2010
diprediksikan current ratio Bank Muamalat
mengalami peningkatan sebesar 2%. Hal
ini diprediksikan, disebabkan oleh berbagai
upaya yang dilakukan oleh pemerintah
untuk terus mendorong pertumbuhan
perbankan syari’ah akan mulai terasa
dampak positifnya pada tahun 2009 dan
2010. Indikasi upaya pemerintah (termasuk
Bank Indonesia sebagai regulator) untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi syari’ah
terlihat dari penyelenggaraan Festival
Ekonomi Syari’ah pada pertengahan
Januari 2008. Menurut Anggota DPR
Komisi Keuangan Nursanita Nasution,
adanya Arsitektur Perbankan Indonesia
(API) maka seharusnya Indonesia tidak
kehilangan momentum untuk memajukan
pertumbuhan ekonomi syari’ah di
Indonesia. Peningkatan kepercayaan
masyarakat untuk menggunakan lembaga
Jurnal Manajemen & Kewirausahaan VOL. 1. No. 1. Januari 2009
5
perbankan syari’ah khususnya Bank
Muamalat dalam menyimpan ataupun
melakukan pinjaman pada Bank Muamalat.
Perkembangan Fund to deposit ratio
Perkembangan fund to deposit ratio
untuk empat tahun mendatang pada Bank
Muamalat dengan menggunakan analisis
rata-rata bergerak tiga tahunan, diperoleh
hasil prediksi rata-rata Fund to Deposit Ratio
adalah sebesar 0,82. Ini berarti bahwa
perkembangan pembiayaan yang diberikan
lebih tinggi dibandingkan dengan dana pihak
ketiga dengan spread sebesar 82 % atau
dengan kata lain dana pihak ketiga yang
berhasil dihimpun oleh Bank Muamalat
sebagian besar (82 % dari DPK) langsung
disalurkan dalam bentuk pembiayaan
kepada dunia usaha dan masyarakat. Ini
menunjukkan fungsi intermediasi Bank
Muamalat berjalan baik, sebagai mediator
antara masyarakat yang kelebihan dana
dengan masyarakat yang kekurangan dan
membutuhkan dana. Fluktuasi/naik
turunnya rasio pembiayaan terhadap
simpanan (DPK) dapat digambarkan dalam
grafik sebagai berikut.
Grafik 2. Prediksi Fund to deposit ratio Bank Muamalat Tahun 2007-2010
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Periode (t)
FD
R (
%)
Fund to Deposit Ratio Nilai Prediksi FDR
Sumber: Hasil pengolahan data sekunder Bank Muamalat Tahun 1996-2006
Grafik di atas, diprediksikan bahwa
pada tahun 2007 fund to deposit ratio Bank
Muamalat mengalami penurunan sebesar
sebesar 21 % dari tahun 2006. Penurunan
rasio pembiayaan terhadap DPK tersebut
dipengaruhi meningkatnya penghimpunan
DPK oleh Bank Muamalat pada tahun 2007,
dimana prosentase peningkatannya
diperkirakan tidak diikuti oleh peningkatan
pembiayaan yang diberikan. Namun pada
tahun 2008 hingga 2009 diprediksikan FDR
Bank Muamalat akan kembali mengalami
peningkatan sebesar 6 %, yang
dipengaruhi oleh tingginya peningkatan
pembiayaan pada tahun 2008 dan 2009 di
satu pihak sementara DPK meskipun
Jurnal Manajemen & Kewirausahaan VOL. 1. No. 1. Januari 2009
6
meningkat namun peningkatannya relatif
lebih kecil dibandingkan dengan
pembiayaan. Hal ini memberikan indikasi
bahwa di tahun 2008 dan 2009, fungsi
intermediasi Bank Muamalat akan berjalan
lebih baik seiring dengan berbagai upaya
untuk mendorong pertumbuhan bank
syari’ah khususnya dari aspek pembiayaan
kepada dunia usaha. Pada akhir periode
estimasi yaitu tahun 2010 diperkirakan FDR
akan kembali mengalami penurunan sebesar
5%, dipengaruhi oleh tingginya persaingan
dalam industri syari’ah sehubungan dengan
mulai diberlakukannya pasar bebas untuk
kawasan Asia Tenggara dan Pasifik.
Perkembangan Net profit margin
Prospek perkembangan net profit
margin yang diperoleh Bank Muamalat
selama tahun 1996-2006 sebesar 0,09.
Berarti spread kemampuan Bank Muamalat
dalam memupuk laba jika dibandingkan
dengan total pendapatan yang diperoleh
adalah sebesar 9%. Gejolak naik turunnya
laba Bank Muamalat selama periode
pengamatan dan estimasi, dapat
digambarkan dalam grafik sebagai berikut.
Grafik 3. Prediksi Net Profit Margin Bank Muamalat Tahun 2007-2010
-1,2
-1
-0,8
-0,6
-0,4
-0,2
0
0,2
0,4
0,6
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Periode (t)
PM
(%)
Profit Margin Nilai Prediksi PM
Sumber: Hasil pengolahan data sekunder Bank Muamalat Tahun 1996 – 2006
Mengacu pada hasil perhitungan yang
ditunjukan pada grafik di atas diprediksikan
bahwa pada tahun 2007 net profit margin
Bank Muamalat mengalami peningkatan
16% dari tahun 2006. Peningkatan tersebut
diperkirakan dipengaruhi oleh asumsi biaya-
biaya operasional Bank Muamalat relatif
tetap dan harapan akan meningkatnya
pembentukan laba perusahaan yang
bersumber dari bagi hasil yang diterima
perusahaan, baik bersumber dari bagi hasil
pembiayaan (kredit), maupun yang
bersumber dari penanaman modal bank
dalam bentuk surat berharga dan jasa
lainnya. Salah satu sumber pembentukan
laba perbankan adalah spread antara suku
Jurnal Manajemen & Kewirausahaan VOL. 1. No. 1. Januari 2009
7
bunga (bagi hasil) pembiayaan dan
penanaman modal lainnya dengan suku
bunga simpanan nasabah, artinya bahwa
semakin tinggi penanaman modal pada
kegiatan produktif maka akan semakin besar
pula laba atau keuntungan yang diperoleh.
Pada tahun 2008 net profit margin PT.
Bank Muamalat Indonesia,Tbk kembali
mengalami penurunan sebesar 5 %, namun
relatif tetap hingga tahun 2010. Hal ini
diperkirakan, dipengaruhi oleh gejolak politik
pada pertengahan tahun 2008 yang dapat
mempengaruhi kemampuan Bank Muamalat
dalam menghasilkan keuntungan. Hal ini
dasarkan pada asumsi bahwa, gejolak politik
yang timbul sehingga dapat menurunkan
pendapatan operasi yaitu bagi hasil dan jual-
beli. Sedangkan pada periode selanjutnya
(2009-2010) relatif tetap dari tahun 2008,
diperkirakan dipengaruhi oleh kemungkinan
adanya gejolak-gejolak pada periode ini yang
secara langsung atau tidak langsung dapat
mempengaruhi laba yang diperoleh dan
pendapatan operasional Bank Muamalat,
sehingga margin keuntungan yang
diperoleh relatif tetap. Hal ini didasari atas
asumsi bahwa, Bank Muamalat mengalami
peningkatan dalam menghasilkan laba
bersih dan pendapatan operasional yang
tidak besar perubahannya.
Perkembangan Return On Asset
Prospek perkembangan return on
asset untuk empat tahun mendatang pada
Bank Muamalat dengan menggunakan
analisis rata-rata bergerak tiga tahunan,
kemampuan manajemen Bank Muamalat
dalam menghasilkan pendapatan atas
keseluruhan aktiva yang dimilikinya adalah
sebesar 1,97. Ini berarti bahwa setiap
manajemen mengelola aktiva sebesar
Rp.1,- maka akan menghasilkan tambahan
pendapatan sebesar Rp.1,97. Gambaran
fluktuasi tingkat pengembalian asset dapat
digambarkan dalam grafik sebagai berikut.
Grafik 4 Prediksi Retun On Asset Bank Muamalat Tahun 2007-2010
-2
0
2
4
6
8
10
12
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Periode (t)
RO
A (
%)
Return On Assets Nilai Prediksi ROA
Sumber: Hasil pengolahan data sekunder Bank Muamalat Tahun 1996 – 2006
Jurnal Manajemen & Kewirausahaan VOL. 1. No. 1. Januari 2009
8
Pada grafik di atas, diprediksikan
bahwa pada tahun 2007 hingga 2010 return
on asset Bank Muamalat relatif tetap sejak
tahun 2006. Meskipun rasionya tidak
meningkat, namun secara umum manajemen
Bank Muamalat mampu menjaga
kelangsungan usaha pada empat tahun
mendatang. Hal ini didasarkan atas asumsi
bahwa, Bank Muamalat masih mampu
menghasilkan laba rata-rata Rp. 0,02,-. Hal
ini disebabkan oleh pengaruh net profit
margin Bank Muamalat tidak menunjukkan
peningkatan yang begitu besar, sehingga
kemampuan Bank Muamalat dalam
mengelola aktiva yang dimiliki untuk
menghasilkan laba juga tidak menunjukkan
peningkatan yang besar. Namun, fluktuasi
pembentukan laba dan kegiatan operasional
dapat diimbangi dengan pengelolaan sistem
keuangan yang baik, melalui pengaturan
prosentase pembiayaan dan penempatan
dalam bentuk surat berharga. Tingginya
persaingan pada usaha sejenis (bank
konvensional termasuk unit syari’ahnya)
turut mempengaruhi kinerja pengembalian
asset pada Bank Muamalat. Diprediksikan
bahwa pada masa mendatang persaingan
dalam industri syari’ah semakin meningkat,
hal tersebut dapat mempengaruhi kinerja
Bank Muamalat dalam mengelola dana
(menghimpun dana dan menyalurkan dana)
untuk menghasilkan laba.
Perkembangan Return On Equity
Prospek perkembangan return on
equity menunjukan rata-rata kemampuan
manajemen dalam menghasilkan laba atas
modal yang dimilikinya selama periode
pengamatan adalah sebesar 0,14. Ini
berarti bahwa setiap manajemen
menanamkan modal sebesar Rp.1,-, maka
akan menghasilkan laba bersih sebesar
Rp.0,14,-. Gambaran fluktuasi tingkat
pengembalian modal sendiri dapat
digambarkan dalam grafik sebagai berikut.
Grafik 5. Prediksi Retun On Equity Bank Muamalat Tahun 2007-2010
Sumber: Hasil pengolahan data sekunder Bank Muamalat Tahun 1996 – 2006
Jurnal Manajemen & Kewirausahaan VOL. 1. No. 1. Januari 2009
9
Grafik di atas, diprediksikan bahwa
pada tahun 2007 hingga 2010 return on
equity Bank Muamalat tidak mengalami
perubahan dari tahun 2006 atau relatif tetap,
yang diperkirakan hal ini disebabkan oleh
perolehan pendapatan operasional dan
beban operasional relatif konstan Hal ini
menunjukkan bahwa, manajemen Bank
Muamalat mampu menjaga kelangsungan
usahanya selama empat tahun mendatang
atas modal sendiri yang dimiliki sebesar 14
% untuk menghasilkan keuntungan.
Walaupun rasio ini tidak mengalami
perubahan, namun secara umum kondisi
tingkat pengembalian modal ini cukup baik.
Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa
persaingan di masa mendatang akan
semakin meningkat dalam industri
perbankan khususnya industri syari’ah,
sehingga akan turut mempengaruhi Bank
Muamalat dalam menghasikan keuntungan
atas modal sendiri. Namun, hal tersebut
dapat diimbangi dengan pengelolaan
manajemen keuangan yang stabil dalam
menghadapi persaingan dalam industri pada
masa yang akan datang.
Pendapat Pemerintah, Ulama dan Masyarakat Tentang Bank Muamalat
Untuk mendukung penelitian ini, selain
menggunakan angka-angka statistik, penulis
juga melakukan telaah pustaka atas
penelitian terdahulu. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui dukungan-dukungan dari pihak
eksternal, terhadap prospek Bank Muamalat
pada masa yang akan datang. Sebab, tanpa
dukungan dari pihak eksternal usaha Bank
Muamalat tidak akan mampu tumbuh
dengan baik.
Sebagaimana diketahui, bahwa salah
satu faktor diakomodirnya sistem
perbankan syari’ah dalam Undang-undang
No. 10 Tahun 1998 adalah semakin
maraknya wacana tentang perbankan
syari’ah pada awal tahun 1990-an. Bahkan
ketika rancangan UU tersebut dibahas oleh
pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat,
realisasi ide pendirian PT. Bank Muamalat
Indonesia,Tbk sedang gencar dilakukan.
Walaupun disadari bahwa Undang-undang
No. 7 Tahun 1992, belum memberikan
dasar hukum yang kuat bagi operasional
perbankan syari’ah di Indonesia. Namun
dengan adanya undang-undang itu
memberikan landasan hukum bagi PT.
Bank Muamalat Indonesia,Tbk untuk
menjalankan operasi usahanya. Hal ini
merupakan salah satu bentuk dukungan
dari pemerintah terhadap lahirnya Bank
Muamalat. Disadari bahwa kelemahan itu
berimplikasi terhadap perkembangan Bank
Muamalat dalam kurun waktu 1992 s/d
1998, yang kemudian direvisi menjadi
Undang-undang No. 10 Tahun 1998.
Dengan direvisinya UU No. 7 Tahun 1992
menjadi UU No. 10 tahun 1998, semakin
besar kesempatan bagi bank syari’ah untuk
tumbuh dan berkembang, khususnya Bank
Muamalat sebagai pelopor, yang makin
besar peluangnya untuk memperluas
jaringan dengan pendirian kantor-kantor
baru di beberapa daerah tanah air
(www.syariahsupport.co.id : 2008).
PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbk
didukung juga oleh para Majelis Ulama
Indonesia (MUI) yang juga merupakan
Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) dan
Dewan Syari’ah Nasional (DSN). DSN
diharapkan berfungsi sebagai pendorong
penerapan ajaran Islam dalam kehidupan
ekonomi. DSN berwenang mengeluarkan
fatwa yang mengikat DPS di masing-masing
lembaga keuangan syari’ah dan menjadi
dasar tindakan hukum pihak-pihak terkait,
dalam hal ini salah satunya adalah pihak
Bank Muamalat. Dewan Pengawas Syari’ah
PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbk diketuai
oleh K.H. M.A. Sahal Mahfudh, yang
beranggotakan tiga orang yaitu Prof. Dr. H.
Muardi Chatib, Prof. Dr. H. Umar Shihab,
dan K.H. Ma’ruf Amin. DPS Bank Muamalat
mengatakan bahwa Bank Muamalat sebagai
bank syari’ah terkemuka memberikan
pelayanan jasa perbankan secara Islami, di
mana BMI mencatat perkembangan yang
menggembirakan yaitu berhasil
mengupayakan pengembangan jaringan
pelayanannya dan produknya secara inovatif
demi lebih mendekatkan jasa perbankan
syari’ah ke nasabah maupun masyarakat
luas. DPS juga mengatakan bahwa seluruh
kegiatan operasional BMI sepenuhnya
sesuai dengan fatwa-fatwa Dewan Syari’ah
Nasional dan keputusan yang dikeluarkan
oleh DPS. (Annual report PT. Bank
Muamalat Indoensia, Tbk : 2006).
Ulama merupakan sosok yang
memiliki pengetahuan luas tentang
berbagai aspek agama yang merupakan
landasan berdirinya perbankan syari’ah,
berfungsi sebagai pengayom masyarakat
dan pengarah jalannya perbankan syari’ah
tersebut. Peran ulama dalam
perkembangan perbankan syari’ah
khususnya bagi Bank Muamalat bukan
hanya sekedar memberikan pengarahan
terhadap jalannya operasional perbankan
syari’ah agar tetrap berjalan di atas
landasan syari’ah, melainkan lebih dari itu
harus memberikan sosialisasi kepada
masyarakat luas baik masyarakat muslim
maupun masyarakat non muslim. Dalam
eksistensinya sebagai pengayom, maka
ulama melalui lembaga formalnya “Majelis
Ulama Indonesia” (MUI), mengeluarkan
fatwa-fatwa guna membentengi perbankan
syari’ah dari berbagai praktek dan upaya-
upaya penyimpangan dengan ajaran
syari’ah sehubungan dengan semakin
berkembangnya dinamika kehidupan di era
global yang serba tidak menentu saat ini
dan mungkin juga di masa yang akan
datang. Olehnya itu, fatwa MUI tentang
haramnya bunga bank juga merupakan
faktor penyebab PT. Bank Muamalat
Indonesia memperoleh apresiasi positif dari
kalangan masyarakat luas. Fatwa tersebut
menyebabkan melonjaknya Dana Pihak
Ketiga (DPK) lebih cepat dari pada
pembiayaan Bank Muamalat telah
memperoleh berbagai penghargaan.
Berdasarkan rating majalah Infobank 2003,
Bank Muamalat masuk sepuluh besar
dengan predikat “sangat bagus” dan
menempati rangking ke-tujuh dalam
kategaori asset Rp. 1 Triliun s/d Rp. 20
Triliun, serta termasuk dalam sepuluh besar
bank devisa terbaik di Indonesia dengan
predikat “sangat bagus”. PT. Bank Muamalat
Indonesia,Tbk telah menjadi bank syari’ah
pertama di Indonesia, dengan total asset Rp.
8 Triliun hingga akhir 2006. (Samdin : 2007)
Berdasarkan telaah pustaka di atas,
dapat disimpulkan bahwa Bank Muamalat
mendapatkan dukungan yang positif dari
para MUI dengan didukung oleh fatwa-fatwa
yang menyebabkan Bank Muamalat dan
mendapatkan apresiasi yang positif dari
masyarakat luas dan memperoleh beberapa
penghargaan. Dari segi dukungan
Pemerintah dan MUI, penulis melihat bahwa
Bank Muamalat mempunyai prospek yang
baik pada masa yang akan datang, dengan
asumsi bahwa Bank Muamalat tetap
menjalankan kegiatan operasionalnya
dengan berdasarkan fatwa yang telah
ditetapkan oleh MUI yang berprinsipkan
ekonomi Islami. Serta memberikan
pelayanan yang berbasiskan prinsip Islam
kepada masyarakat agar apresiasi
masyarakat tidak berubah.
Perbankan syari’ah akan menjadi
percepatan pertumbuhan dan pemerataan
ekonomi di masa mendatang, jika sebagian
besar masyarakat utamanya muslim dapat
memahami arti penting dan manfaat
perbankan syari’ah tersebut, sehingga
mereka mau menjadi mitra atau nasabah
atau menganggapnya sebagai suatu
lembaga yang dapat memberikan manfaat
dan kenyamanan dalam kehidupan
individu, keluarga dan kelompok atau
usaha-usahanya melebihi bank-bank
konvensional. Diperolehnya kenyamanan
karena perbankan syari’ah (Bank
Muamalat) menerapkan prinsip bagi hasil
yang memberikan keuntungan bagi kedua
belah pihak atas kesepakatan bersama. Hal
ini bersebelahan dengan sistem bank
konvensional yang menetapkan bunga
secara sepihak dan akan tetap
berkewajiban membayar atau
mengembalikan kreditnya walaupun
usahanya menderita kerugian. (Samdin :
2007)
Penelitian yang dilakukan oleh DR.
Jazim Hamidi, SH. MH. (2007) dengan judul
”Persepsi dan Sikap Masyarakat Santri
Jawa Timur Terhadap Bank Syari’ah”.
Dalam penelitian tersebut didapatkan
bahwa persepsi masyarakat santri di Jawa
Timur baik yang merupakan nasabah
maupun yang bukan nasabah bank
syari’ah, ditinjau dari pendekatan budaya,
sosial, pribadi dan psikologis, adalah positif
terhadap bank syari’ah. Perbedaan yang
terdapat pada kelompok masyarakat santri
nasabah dan bukan nasabah adalah pada
sikap atau pilihan mereka untuk memilih
atau tidak memilih bank syari’ah. Melalui
indepth interview diperoleh jawaban bahwa
walau secara konsep bank syari’ah sudah
baik, akan tetapi dalam praktek perbankan
syari’ah saat ini masih menunjukkan
ketidaksesuaian dengan konsep yang ada,
sehingga hal ini perlu mendapat perhatian.
(www.yahoo.com)
Dari penelitian tersebut di atas, dapat
menjadi salah satu rekomendasi bagi pihak
Bank Muamalat, bahwa terdapat persepsi
masyarakat yang mengatakan bahwa bank
syari’ah di Indonesia secara konsep sudah
baik namun secara praktek masih perlu
mendapat perhatian lebih lanjut. Dalam hal
ini, Bank Muamalat harus mampu
membuktikan bahwa operasional usahanya
sesuai syari’at secara murni, untuk
menghapuskan persepsi nasabah yang
seperti itu untuk perkembangan usaha pada
masa yang akan datang. Hal di atas juga
memberikan gambaran bahwa, terdapat
tanggapan yang positif dari masyarakat
tentang bank syari’ah khususnya Bank
Muamalat.
Penelitian yang dilakukan oleh Wa Ode
Muchlia (2007), dengan judul “Pengaruh
Image Nasabah Terhadap Kecenderungan
Perilaku Nasabah pada PT. Bank
Muamalat Indonesia,Tbk Cabang Kendari”.
Dalam penelitian tersebut meneliti tentang
apakah image nasabah khususnya
mengenai produk tabungan berpengaruh
signifikan terhadap kecenderungan perilaku
nasabah pada Bank Muamalat Cabang
Kendari. Adapun kesimpulan dari penelitian
tersebut, bahwa terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan antara image nasabah
dengan perilaku positif nasabah terhadap
produk tabungan Bank Muamalat (Shar-e,
Tabungan haji Arafah, dan tabungan
Arafah). Artinya bahwa semakin baik image
nasabah terhadap produk yang ditawarkan
Bank Muamalat, maka kecenderungan
perlaku positif nasabah akan semakin
meningkat (baik).
Dalam penelitian tersebut
memberikan indikasi bahwa, image
nasabah (masyarakat) tentang produk
tabungan Bank Muamalat adalah positif
(baik). Hal ini tentunya akan dapat
mendukung prospek pengembangan Bank
Muamalat pada masa yang akan datang,
dengan asumsi bahwa kemurnian produk
tabungan Bank Muamalat tetap dijalankan
sesuai syari’at Islam dengan prinsip jual-
beli. Sehingga image nasabah tidak
berubah.
Selain mendapatkan dukungan dari
pemerintah, ulama dan masyarakat,
pengembangan bank syari’ah juga harus
didukung oleh lembaga pendidikan dan
bermitra dengan lembaga lain guna untuk
meningkatkan pengetahuan tentang
perbankan syari’ah dalam hal ini
menyediakan SDM yang mampu berkiprah
di dunia perbankan syari’ah sebagai tujuan
jangka pendek dan menengah dan
meningkatkan upaya sosialisasi dan
pemahaman kepada masyarakat yang
berpendidikan sehingga dapat
menyampaikannya kepada masyarakat
awam dimana mereka berdomisili, sebagai
tujuan jangka panjang. Bermitra dengan
lembaga lain yang dimaksud antara lain
adalah lembaga-lembaga keuangan lain
seperti : asuransi, pegadaian, yayasan, LSM,
BAZIS, LAZ, dan semacamnya. Lembaga-
lembaga ini dimaksudkan agar dapat
menjadi nasbah atau perpanjangan tangan
dari perbankan syari’ah khususnya Bank
Muamalat. (Samdin : 2007)
Dengan dukungan-dukungan tersebut
di atas, memberikan indikasi bahwa prospek
pengembangan Bank Muamalat ke depan
masih cerah seiring dengan meningkatnya
kepercayaan masyarakat untuk “menitipkan”
dananya atau mempercayakan pembiayaan
usahanya pada Bank Muamalat. Data yang
ada menunjukkan bahwa dilihat dari segi
perkembangannya, maka pertumbuhan bank
syari’ah sejak tahun 2000 hingga 2004,
terlihat cukup tinggi yakni rata-rata lebih dari
50% setiap tahunnya. Bahkan pada tahun
2003 dan 2004, pertumbuhan Bank Syari’ah
melebihi 90% dari tahun-tahun sebelumnya.
Namun, pada tahun 2005, hal tersebut
dirasakan agak melambat meskipun tetap
tumbuh sebesar 37%. Walaupun demikian
pertumbuhan bank syari’ah tetap merupakan
prestasi tersendiri di tengah tekanan yang
cukup berat terhadap kondisi perekonomian
dan perbankan. (www.yahoo.com: 2008)
Sosialisasi bank syari’ah yang semakin
marak dilakukan, salah satunya melalui
kegiatan besar yaitu “Festival Ekonomi
Syari’ah pada Januari 2008”, diperkirakan
akan semakin mendorong peningkatan
kepercayaan masyarakat untuk bermitra
dengan Bank Muamalat. Deputi Gubernur
Bank Negara Malaysia Mohd Razif Abdul
Kadir, di sela- sela acara Festival Ekonomi
Syari’ah, di JCC, Jakarta, Kamis
(17/1/2008), menuturkan pangsa pasar
syari’ah di Indonesia masuk dalam kategori
bagus. Antara lain, karena jumlah
penduduk Indonesia relatif banyak dan
penduduk yang mayoritas yang beragama
Islam. (www.yahoo.com : 2008)
Prospek pengembangan yang
terbuka lebar bagi Bank Syari’ah,
khususnya Bank Muamalat, tersebut
tentunya perlu ditanggapi secara dini
melalui penyiapan strategi
pengembangan usaha yang dijalankan,
karena meskipun prospek usaha terbuka
lebar namun tantangan juga siap
menghadang. Tantangan utama yang
ada didepan mata adalah pertama,
mampukah perbankan syari’ah menjadi
sebuah lembaga intermediasi secara baik
sehingga mampu menggerakan sektor riil.
Kedua, mampukah perbankan syari’ah
berkembang “dihabitatnya yang subur’
(negeri dengan penduduk muslim
terbesar di dunia) dan menjadi contoh
pengembangan perbankan syari’ah?.
Ketiga, dapatkah dimasa depan
perbankan syari’ah menjadi rahmatan lil
‘alamin, artinya perbankan syari’ah tidak
hanya bermanfaat bagi umat muslim, tapi
juga bagi seluruh umat manusia.
Dalam menghadapi tantangan
tersebut, strategi utama dalam konsep
pengembangan Bank Muamalat dan
perbankan syari’ah pada umumnya di
masa depan adalah Transformasi.
Transformasi ini terutama harus dilakukan
oleh kalangan internal perbankan syari’ah.
Adapun proses transformasi yang
diperlukan adalah :
1. Transformasi dari Produk Syari’ah ke
Corporate Syari’ah Di masa depan,
perbankan syari’ah tidak cukup hanya
mendasarkan pada produk-produk
syari’ahnya. Masyarakat tidak hanya
menilai produknya, tetapi juga sistem
manajemen, profil personalia, serta
service delivery-nya. Dengan kata lain,
perbankan syari’ah juga harus berarti
semua aspek operasional yang
dijalankan benar-benar berlandaskan
pada syari’ah.
2. Transformasi dari Sentimen Emosional
ke Rasional Professional. Salah satu
kelemahan perbankan syari’ah adalah
masih banyaknya kalangan perbankan
syari’ah yang membidik sasarannya
pada para loyalis syari’ah atau yang
fanatik pada syari’ah. Artinya,
perbankan lebih mencari pelanggan
yang mementingkan sentimen-
emosional daripada pertimbangan
rasional-professional. Content dari
komunikasinya masih menonjolkan isu
halal-haram atau isu riba, dan kurang
menonjolkan isu value yang diraih
oleh pelanggan.
3. Transformasi dari Pelanggan Muslim
ke Pelanggan Umum. Perbankan
syari’ah juga harus membuka diri dan
secara proaktif 'menjemput bola'
pelanggan umum dan non-muslim.
Kesan bahwa perbankan syari’ah
hanya untuk kaum muslim harus
segera diubah. Dengan demikian,
maka komunikasi yang dijalankan
tidak lagi mengangkat isu riba, tetapi
isu-isu profesionalisme.
4. Transformasi dari Pengusaha Besar
kepada Orientasi yang lebih Adil.
Konsep perbankan syari’ah di masa
depan harus mampu menciptakan
distribusi yang adil antar pengusaha
besar dan kecil, serta antar pusat dan
daerah. Untuk mendukung konsep ini,
harus ada pemetaan segmentasi
pasar. perbankan syari’ah umum
harus membatasi pembukaan kantor
cabangnya hanya pada
kota/kabupaten.
5. Transformasi dari Motif Investasi ke
Akumulasi Modal. Dalam pandangan
hukum Islam, investasi yang bernilai
adalah pada sektor usaha karena
akan membuka lapangan kerja,
mengolah sumberdaya, serta
meningkatkan pendapatan. Oleh
karena itu, di masa depan perbankan
syari’ah harus mempelopori
pemberian "kredit murah" sehingga
memotivasi masyarakat untuk
berinvestasi pada sektor-sektor usaha
dan pada akhirnya pergerakan pada
sektor-sektor usaha riil ini akan
membuka lapangan pekerjaan baru.
Agar proses transformasi berjalan
dengan baik, paling tidak dibutuhkan tiga
faktor penunjang, yaitu pertama, adanya
dukungan dari pemerintah dan DPR dalam
bentuk perundang-undangan serta dalam
menciptakan iklim perekonomian yang
kondusif. Kedua, adanya pengembangan
produk. Agar dapat bersaing dengan
perbankan konvensional maka produk-
produk yang diberikan harus lebih lengkap
dengan melakukan berbagai terobosan baru
dalam bentuk produk-produk baru yang
mengimplementasikan kebutuhan
masyarakat. Ketiga, adanya dukungan
positif dari masyarakat. Hal ini bisa terjadi
jika dikembangkan program komunikasi
dan sosialisasi secara terpadu. Program ini
bertujuan untuk meningkatkan awareness
dan attitude terhadap perbankan syari’ah,
dan image building.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengolahan menunjukkan selama
periode 1996 s/d 2006 rata-rata Current
Ratio PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbk
sebesar 1,18, artinya kemampuan Bank
dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya dengan menggunakan aktiva
lancar yang dimiliki. Fund deposit to
ratio rata-rata sebesar 0,82, yang
menunjukkan bahwa fungsi intermediasi
Bank muamalat telah berjalan dengan
baik, dimana sebesar 82 % dari DPK
yang dihimpun disalurkan dalam bentuk
pembiayaan kepada dunia usaha. Rata-
rata net profit margin sebesar 0,09,
artinya bahwa manajemen Bank
Muamalat mempunyai kemampuan
untuk memupuk laba atas pendapatan
operasi sebesar 9 %. Rata-rata return
on asset sebesar 1,97, artinya bahwa
manajemen Bank Muamalat mampu
menghasilkan laba sebesar Rp.1,97,-
atas pengelolaan aktiva sebesar Rp.1,-.
Rata-rata return on equity sebesar 0,04,
artinya manajemen Bank Muamalat
mempunyai kemampuan untuk
menghasilkan laba sebesar Rp.0,04,-
atas penanaman modal sendiri sebesar
Rp.1,-.
2. Hasil analisis rata-rata bergerak tiga
tahunan untuk melihat prospek
pengembangan Bank Muamalat pada
empat tahun mendatang yaitu 2007 s/d
2010, menunjukkan bahwa rata-rata
prediksi perkembangan current ratio
sebesar 1,19. Fund to Deposit Ratio
sebesar 0,77, atau 77 %. Rata-rata
prediksi perkembangan profit margin
Bank Muamalat sebesar 0,21, artinya
adanya prospek yang baik pada masa
yang akan datang untuk menghasilkan
laba atas keseluruhan pendapatan
operasional. Rata-rata prediksi
perkembangan return on asset sebesar
0,02. Rata-rata prediksi return on equity
sebesar 0,14, artinya bahwa Bank
Muamalat mempunyai prospek yang baik
dalam menghasilkan laba atas modal
sendiri pada masa yang akan datang.
3. Prospek pengembangan Bank Muamalat
pada tahun mendatang masih baik. Hal
ini didasari atas asumsi: (1) pertumbuhan
Bank Muamalat didukung pemerintah,
DPR serta dalam menciptakan iklim
perekonomian yang kondusif. (2) adanya
pengembangan produk bank syari’ah
dengan melakukan terobosan baru
dalam produknya yang lebih lengkap
agar dapat bersaing dengan bank
konvensional yang memperhatikan
kebutuhan masyarakat. (3) adanya
dukungan positif dari masyarakat
dengan program komunikasi dan
sosialisasi secara terpadu tentang bank
syari’ah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Karim dan Al-hadits
Ahmad, N dan Haron, S. 2001. Perception of Malaysian Corporate Customers Toward Islamic Banking Products & Services, International Journal of Islamic Financial Service, Vol. 3 No. 4.
Almossawi, M. 2001. Bank selection criteria employed by college students in Bahrain: an emperical analysis, The International Journal of Bank Marketing, Vol.19 No. 3, pp 115.
Bank Indonesia. 2001. Potensi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat terhadap Bank Syariah di Jawa Barat. Jakarta.
Boyd, W., Leonard, M., & White, C. 1994. Customer preferences for financial services: an analysis, International Journal of Bank Marketing, Vol. 12 , No.1, pp 9-15. Coyle, T. 1999. The bank of tomorrow, American Community Banker, Vol 8, No.7, pp. 16-18
Ho, P. F., Ong, P.Y and Thia, B. H. 1995. Bank selection criteria and multiple banking phenomena in Singapore. Unphublished MBA dissertation, School of Accountacy and Business, Nanyang Technological University
Kompas. 2005. Pangsa Perbankan Syariah 2011 diprediksi 20 persen. Senin 7 Maret 2005. Kompas. 2004. Tahun 2005 sebanyak 19 bank akan buka unit syariah. Kamis 2 Desember 2006.
Kaynak, E. 2005. American consumers’ attitudes towards commercial banks, The International Journal of Bank Marketing, Vol.23, No. 1, pp 73-89
Metawa, S. A., & Almossawi, M. 1998. Banking behavior of Islamic bank customers: Perspectives and implications, International of Bank Marketing, Vol. 16, No. 7, pp. 299-313.
Nicholls, J.A.F., Roslow,S.and Tsalikis, J. 1993. “Time is central”, International Journal of Bank Marketing, Vol. 11 No. 5, pp.12-18
Redaksi Info Bank. 1990. Info Bank April No. 241, Jakarta The Point (Newspaper), Syariah Banking in Indonesia, Tuesday 12 December 2006.
PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KINERJA USAHA
MIKRO SEKTOR PERDAGANGAN DI KOTA KENDARI
Hasanuddin Bua 1) & Sinarwaty 2)
ABSTRACT
The objective of this research is to explain and evaluate empirically the effect of entrepreneurship behaviour towards the sector of micro businesse performance in Kendari Town. Data that is used is primary data that is collected through cross section by using questionare. Analysis method that is used are descriptive and regrsbivariat analysis. The result of this research shows that respondents averagely have already given their agreement statement in deciding and think of entrepreneurship behaviour factor. Hence, the exsitance of good entrepreneurship behaviour in sector of micro businesse in Kendari Town has an important role in the increasing of businesse performance. The result of regresi bivariat analysis shows that entrepreneurship behaviour has a positife and sifnificant effect toward sector of micro businesse performance in Kendari Town. It means that if we increase behaviour in entrepreneurship, it can increase the performance of micro businesse sector in Kendari Town as well. It proves that entrepreneurship behaviour done by entrepreners give a significant improvement in businesse performance. Thus, implementation of effective entrepreneurship behaviour will be able to increase to the performance of micro businesse sector in Kendari Town.
Key Words: Entrepreneurship Behaviour, Working Performance
PENDAHULUAN
Upaya pengembangan dan
pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) dewasa ini mendapat
perhatian yang cukup besar dari berbagai
pihak, baik pemerintah/BUMN, perbankan,
swasta, lembaga swadaya masyarakat
maupun lembaga-lembaga internasional. Hal
ini dilatar belakangi oleh besarnya potensi
UMKM yang perlu diefektifkan sebagai motor
penggerak perekonomian nasional setelah
mengalami krisis ekonomi yang
berkepanjangan. Berbagai upaya dalam
rangka pengembangan dan pemberdayaan
usaha mikro telah dilakukan oleh berbagai
pihak antara lain dengan memperkenalkan
pola pendekatan dalam rangka pembiayaan
usaha mikro seperti pola kemitraan.
Konsep kemitraan dalam
pembangunan UKM di Indonesia
setidaknya mulai dicanangkan oleh
pemerintah setelah berlakunya UU No.9
Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dan
Inpres No. 10 Tahun 1998 tentang Usaha
Menengah. Kemitraan dianggap menjadi
salah satu alternatif upaya untuk mengatasi
berbagai problem internal yang dihadapi
mencakup aspek kualitas SDM, terutama
kewirausahaan (entrepreneurship),
penguasaan teknologi dan informasi, struktur
organisasi, sistem manajemen, kultur/budaya
bisnis, kekuatan modal dan jaringan bisnis
dengan pihak luar. Kemitraan yang
dimediatori oleh pemerintah banyak
melibatkan lembaga bisnis pemerintah dan
swasta sebagai mitra usaha UMKM.
Kemitraan yang telah terjalin antara
pengusaha kecil dengan pengusaha besar
swasta, BUMN atau BUMD di Kota Kendari
masih sangat terbatas. Di antara pengusaha
mikro kecil yang bermitra, maka bentuk
kemitraan yang terjalin adalah dagang
umum, keagenan, sub-kontrak, waralaba
dan inti-plasma, serta dalam bentuk lainnya.
Sebagian besar kemitraan responden usaha
mikro yang terjalin adalah atas dasar saling
menguntungkan, kemudian atas dasar untuk
memenuhi anjuran pemerintah, dan atas
dasar adanya keterkaitan bidang usaha.
Data dari Kadis Koperasi, UKM, dan
PMD Provinsi Sultra menyatakan sejak
diprogramkannya bantuan dana bergulir oleh
pemerintah melalui BUMN kepada
Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi
(PUKK) atau Pembinaan Kelompok Bina
Lingkungan (PKBL) sejak tahun 1995 hingga
2005, dana seluruhnya yang telah
tersalurkan sebesar Rp169, 525 miliar lebih.
Di propinsi Sulawesi Tenggara ada 12
BUMN yang memberikan bantuan kepada
UMKM. Dari ke 12 BUMN yang ditunjuk
untuk membantu menyalurkan bantuan
secara bergulir itu baru lima BUMN yang
telah merealisasi antara 75-100%,yaitu PT
Telkom, PT Aneka Tambang Tbk, PT Jasa
Raharja, PT Pelabuhan Indonesia IV.
Sementara BUMN lainnya seperti PLN
(persero) Cabang Kendari dan PT
Jamsostek Kendari baru mencapai 39,56%.
Khusus kepada enam BUMN yaitu Bank
Mandiri, Pos Indonesia, Bank Rakyat
Indonesia, Pertamina, Taspen, dan PT
Askes Indonesia, kemungkinan juga sudah
menyalurkan namun secara administrasi
belum melaporkannya.
Usaha mikro yang banyak
mendapatkan bantuan dari BUMN di Kota
Kendari adalah usaha yang bergerak di
sektor perdagangan meliputi perdagangan
besar dan eceran, termasuk pertokoan.
(Dinas Koperasi, UKM, dan PMD Provinsi
Sultra,2006). Ada beberapa alasan: (1)
sektor perdagangan merupakan salah satu
sektor yang jumlah usaha mikro/kecil
terbesar di Kota Kendari dan pelaku usaha
di sektor ini pada umumnya mempunyai
minat dalam menambah modal tambahan
untuk menjalankan usaha mereka, (2) bagi
BUMN, sektor perdagangan memiliki
potensi untuk dikembangkan karena di
antara peminjam, hanya sebagian kecil
yang mengalami kemandegan dalam
mengembalikan kreditnya ini disebabkan
perputaran uang pada sebagian besar
usaha mikro sektor perdagangan adalah
relatif cepat sehingga menciptakan aliran
penerimaan yang relatif konstan dan
konsisten
Pembinaan dan pemberdayaan usaha
kecil mikro yang dilakukan oleh BUMN
tersebut diantaranya adalah melalui program
terintegrasi dalam pendanaan dan
pembinaan dengan memberikan pendidikan,
pelatihan dan pendampingan yang
menunjang kemampuan wirausaha untuk
usaha kecil mikro.
Suatu perusahaan yang mendapatkan
bantuan pemerintah, baik bantuan
manajemen maupun permodalan akan dapat
meningkatkan usaha karena lebih efisien
dibandingkan dengan yang belum diberikan
bantuan (Fisseha dalam Hadiyati, 2006).
Dengan bantuan tersebut pemerintah
mengharapkan adanya peningkatan
kemampuan wirausaha sehingga pengusaha
kecil mikro mampu meningkatkan kinerja
usahanya. Untuk meningkatkan kinerja
usaha mikro melalui program pelatihan
kewirausahaan, pemerintah harus
memperhatikan mekanisme pembinaan
dengan melibatkan berbagi instansi terkait.
Kemampuan kewirausahaan yang
dimiliki oleh pengusaha mikro yang
mendapat bantuan BUMN akan berpengaruh
terhadap keberhasilan perusahaan.
Keberhasilan atau kinerja perusahaan dapat
dilihat dari keuntungan (profit) dan tingkat
pertumbuhan penjualan. Hindle dan Cutting
(2002) menyatakan bahwa pengusaha
mikro/kecil yang melakukan pendidikan
kewirausahaan menunjukan kinerja
keuangan yang berhasil meningkat atau
berkembang.
Mengacu pada fenomena emiris dan
pernyataan tesebut dapat dijelaskan bahwa
kewirausahaan berpengaruh terhadap
kinerja keuangan perusahaan. Dengan
adanya kemampuan kewirausahaan yang
dimiliki oleh pengusaha mikro akan mampu
meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan. Berdasarkan uraian-uraian di
atas perilaku kewirausahaan, kinerja usaha
mikro dan bentuk pengaruh dari variabel
tersebut, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan permasalahn
pokok apakah perilaku kewirausahaan
berpengaruh signifikan terhadap kinerja
usaha mikro sektor perdagangan di Kota
Kendari. Tujuan yang ingin dicapai dalam
riset ini adalah untuk menjelaskan dan
menguji secara empiris perilaku
kewirausahaan berpengaruh signifikan
terhadap kinerja usaha mikro sektor
perdagangan di Kota Kendari.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk dalam kategori
penelitian survey dengan maksud
mengonfirmasi prediksi yang dibuat dan
menjelaskannya berdasarkan fakta atau
keadaan dilapangan. Jenis penelitian
survey yang akan dilakukan adalah
penelitian penjelasan (explanatory). Hasan
(2002) manyatakan bahwa penelitian
penjelasan adalah merupakan penelitian
yang menggunakan data yang sama
dimana peneliti menjelaskan hubungan
kausal antara variabel-variabel melalui
pengujian hipotesis. Penelitian ini
menggunakan pendekatan cross sectional
study untuk melihat pengaruh di antara
variabel-variabel yang diidentifikasi dan
merupakan serangkain pengaruh sebab-
akibat atau kausalitas. Pengukuran masing-
masing item pertanyaan dalam setiap
variabel menggunakan skala 5 point dari
likert, yaitu: “sangat setuju”: dengan skor 5,
“setuju” dengan skor 4, “netral” dengan skor
3, “tidak setuju” dengan skor 2 dan “sangat
tidak setuju” dengan skor 1.
Mengacu pada tujuan penelitian ini
mengkaji, dan menganalisis fenomena dalam
bentuk hubungan antara variabel atau
disebut sebagai penelitian eksplanatif
asosiatif dengan pendakatan kuantitatif
(mainstream). Variabel yang diteliti adalah
perilaku kewirausahan (X) dan kinerja usaha
mikro sektor perdagangan di Kota Kendari
sebagai variabel (Y). Tipe hubungan antara
variabel-variabel yang diteliti adalah bersifat
causalitas (sebab-akibat) yaitu variabel X
sebagai variabel bebas (independent
variable) menjelaskan atau mempengaruhi
variabel Y sebagai dependent variable..
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua pelaku usaha mikro sektor
perdagangan yang telah menerima bantuan
BUMN Non Perbankan di Kota Kendari
periode tahun 2004 yang berjumlah 255
pelaku usaha. Penentuan jumlah sampel
dalam riset ini menggunakan judment
sampling yaitu penentuan sampel
berdasarkan tujuan.
Metode analisis data yang digunakan
adalah (1) analisis deskriptif, bertujuan
untuk mengkaji dan menganalisis
pengendalian internal terhadap kinerja
usaha kecil-menengah di Kota Kendari
khususnya pada industri meubel dalam
bentuk jumlah, rata-rata dan angka
persentase; (2) Analisis Regresi Bivariat,
untuk mengetahui pengaruh pengendalian
internal terhadap kinerja usaha meubel di
Kota Kendari dengan model persamaan: Y
= b1X + ei
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis data dalam penelitian
ini dengan mengkombinasikan hasil temuan
dari pendekatan analisis statistika deskriptif
dan regresi multivariat yang dilakukan
sebelumnya agar terjadi proses sintesa
demi penyempurnaan hasil temuan
penelitian ini. Hasil analisis regresi
multivariat ternyata juga sama dengan hasil
analisis statistika dekriptif, sehingga dapat
memperkuat hasil temuan studi ini. Lebih
jelasnya urain hasil pengujian dan analisis
statistika dekriptif dan regresi multivariat
sebagai berikut:
Deskriptif variabel penelitian
bertujuan untuk menginterprestasikan
mengenai distribusi frekwensi persepsi
responden dari data yang terkumpul atas
variabel bantuan BUMN, kewirausahaan,
dan kinerja pada Usaha Mikro Sector
Perdagangan di Kota Kendari. Hasil
pengumpulan data dari 51 responden
diperoleh jawaban atas penilaian perilaku
kewirausahaan, dan kinerja pada Usaha
Mikro Sector Perdagangan di Kota Kendari
disajikan pada Tabel berikut:
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas, dari 51
responden para pelaku Usaha mikro sektor
perdagangan di Kota Kendari, dalam
memberikan tanggapan dan penilaian atas
variabel dalam studi ini bervariasi. Lebih
jelasnya deskripsi tanggapan responden
diurakan sebagai berikut:
Perilaku Kewirausahaan
Perilaku kewirausahaan adalah sikap,
pola tingkah laku atau tindakan manusia
dengan karakteristik: ketekunan adalah
kesabaran yang dimiliki dalam menyikapi
kegagalan usaha, perhatian terhadap hal-hal
kecil yang dapat menghambat usahanya,
keinginan terus belajar/berusaha walaupun
banyak tantangan yang dihadapi. persepsi
responden atas variabel ketekunan dalam
berusaha mayoritas menyatakan baik
sebanyak 30 orang atau 58,82. Rata-rata
pernyataan responden atas indikator
ketekunan adalah baik (3,61) dengan
kategori tinggi.
Pengambilan keputusan adalah
perencanaan dan pengambilan keputusan
dalam pengembangan usaha, bayangan
mengenai pengembangan usaha , langkah
yang dilakukan dalam memecahkan
masalah, kepandaian berusaha,
pengetahuan bisnis. Persepsi responden
mayoritas menyatakan baik sebanyak 15
orang atau 29,41% dan cukup baik
sebanyak 25 orang atau 49,02%. Rata-rata
pernyataan responden atas indikator
pengambilan keputusan adalah baik (3,20)
dengan kategori Sedang.
Perencanaan strategik yang dimaksud
adalah strategi pemasaran, lokasi usaha,
promosi dalam memasarkan produk,
penetapan harga barang
(mempertimbangkan faktor-faktor: biaya,
keinginan konsumen, tingkat persaingan),
pelayanan jaminan dan kemasan terhadap
produk yang dijual, pemberian pelayanan
kredit dalam penjualan barang ke
konsumen/pelanggan, pengadaan barang/
variasi barang. Persepsi responden
mayoritas menyatakan cukup baik sebanyak
33 orang atau 64,71. Rata-rata pernyataan
responden atas indikator perencanaan
strategik adalah baik (3,47) dengan kategori
Sedang.
Pengambilan resiko merupakan pilihan
berbagai macam jalur, sarana dan prasarana
yang dipercaya dalam memasarkan/
mendistribusikan produk, membagikan
kepemilikan usahanya kepada orang/pihak
lain (keluarga dan bukan keluarga) yang
dipercaya dan mau diajak sukses, pemikiran
dan pelaksanakan gagasan baru,
pengutamaan keyakinan ketimbang
kenyataan (intuisi), prinsip yang dimiliki yaitu
” cepat dan tepat ” ketimbang ” lambat tetapi
selamat ”,tidak menyalahkan diri sendiri
(sering tidak menyesal). Persepsi responden
mayoritas menyatakan baik sebanyak 29
orang atau 56,86. Rata-rata pernyataan
responden atas indikator pengambilan resiko
adalah baik (3,59) dengan kategori tinggi.
Memiliki visi yang merupakan
perwujudan cita-cita pengembangan usaha
yang disesuaikan dengan peluang dan
sumberdaya yang dimiliki, penetapan tujuan
secara terus menerus karena adanya
perubahan, minat dan bakat terhadap
pekerjaan/usaha yang dilakukan sekarang,
pandangan usaha jangka panjang,
kemampuan berpikir. persepsi responden
mayoritas menyatakan baik sebanyak 35
orang atau 68,63%. Rata-rata pernyataan
responden atas indikator visi adalah baik
(3,69) dengan kategori tinggi.
Kinerja Usaha
Kinerja adalah pengukuran
keberhasilan atau kesuksesan perusahaan.
Keberhasilan atau kesuksesan perusahaan
diukur dengan menggunakan rasio
keuangan meliputi: rasio efisiensi penjualan
(sales efficiency ratio), penjualan bersih
(net sales), margin penjualan (net profit
margin) dan perputaran jumlah aktiva (total
asset turnover). Pengukuran keberhasilan
atau kesuksesan pemilik usaha
menggunakan rasio keuangan dengan
skala interval.
Penilaian pelanggan terhadap ketiga
indikator kinerja terdiri atas lima kategori
yaitu sangat tinggi skor 5; tinggi skor 4;
kurang tinggi skor 3; rendah skor 2 dan
sangat rendah skor 1. Lebih jelasnya
penilaian atas variabel kinerja pelaku usaha
mikro sektor perdagangan sebagai berikut:
Rasio efisiensi penjualan (sales efficiency
ratio), mayoritas responden menyatakan
sangat baik sebanyak 29 orang atau
56,86%. Rata-rata kinerja usaha yang
dimiliki responden atas indikator rasio
efisiensi penjualan (sales efficiency ratio),
adalah baik (4,45) dengan kategori tinggi.
Kinerja usaha dilihat dari aspek profit
margin, mayoritas responden yang
menyatakan cukup baik sebanyak 41 orang
atau 80,39%. Rata-rata kinerja usaha yang
dimiliki responden atas indikator profit margin
adalah baik (3,27) dengan kategori sedang.
Kemudian perputaran jumlah aktiva (total
asset turnover), mayoritas responden
menyatakan sangat baik baik sebanyak 43
orang atau 84,31%. Rata-rata kinerja usaha
yang dimiliki responden atas indikator
perputaran jumlah aktiva (total asset
turnover), adalah baik (4,82) dengan
kategori tinggi.
Pada pembahasan deskriptif
sebelumnya telah dikemukakan bahwa
analisis statistika inferensial yang
digunakan bertujuan untuk menjawab
permasalahan yang diajukkan dalam
penelitian ini, yaitu pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat sehingga
dilanjutkan dengan analisis regresi bivariat.
Ringkasan hasil perhitungan analisis
regresi bivariat dapat dilihat pada tabel 2.
Berdasarkan tabel 2. di atas maka hasil
analisis regresi bivariat untuk variabel
perilaku kewirausahaan terhadap kinerja
usaha menujukkan besarnya nilai koefisien
determinasi (R2) sebesar 0,734 dapat
diartikan bahwa 73,40% proporsi variasi dari
kinerja kinerja usaha mikro sektor
perdagangan di Kota Kendari.diterangkan
oleh keseluruhan variabel perilaku
kewirausahaan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa akurasi model untuk
kepentingan prediksi semakin akurat,
sehingga variabel perilaku kewirausahaan,
dapat memberikan kontribusi pengaruh
sebesar 73,40% terhadap kinerja usaha
mikro sektor perdagangan di Kota Kendari.
Sisanya 26,60% dijelaskan atau ditentukan
oleh variabel lain di luar model analisis.
Hasil analisis regersi bivariat
menunjukkan bahwa variabel perilaku
kewirausahaan mempunyai nilai sig t
sebesar 0,000, jika dibandingkan taraf
signifikansi α=0,05, maka nilai sig t < α =
0,05 atau 5%. Hal ini dapat diartikan bahwa
terdapat pengaruh signifikan antara
variabel perilaku kewirausahaan terhadap
kinerja usaha mikro sektor perdagangan di
Kota Kendari.
Berdasarkan hasil analisis data baik
secara deskriptif maupun inferensial dalam
penelitian ini, sebelum dilakukan
pembahasan pada terlebih dahulu peneliti
mengkombinasikan beberapa hasil temuan.
Hasil analisis regresi bivariat ternyata juga
sama dengan hasil analisis statistika dekriptif
yang dilakukan sebelumnya, sehingga dapat
memperkuat hasil temuan dalam penelitian
ini. Dari analisis deskriptif atas variabel
perilaku kewirausahaan mempunyai nilai
sebesar 3,51 dapat diartikan bahwa rata-rata
responden dalam penelitian ini memberikan
tanggapan setuju dalam penentuan dan
mempertimbangkan faktor perilaku
kewirausahaan yaitu ketekunan adalah
kesabaran yang dimiliki dalam menyikapi
kegagalan usaha, perhatian terhadap hal-hal
kecil yang dapat menghambat usahanya,
keinginan terus belajar/berusaha walaupun
banyak tantangan yang dihadapi,
pengambilan keputusan perencanaan
strategi dan pelaksanaan visi dan misi
Dengan demikian perilaku kewirausahaan
pada usaha mikro sektor perdagangan di
Kota Kendari memegang peranan penting
dalam peningkatan kinerja usaha.
Pada variabel kinerja usaha mayoritas
responden menilai kinerja dari usaha mikro
sektor perdagangan di Kota Kendari diukur
melalui rasio efisiensi penjualan (sales
efficiency ratio), mayoritas responden
menyatakan sangat baik sebanyak 29 orang
atau 56,86%. Rata-rata kinerja usaha yang
dimiliki responden atas indikator rasio
efisiensi penjualan (sales efficiency ratio),
adalah baik (4,45) dengan kategori tinggi.
kinerja usaha dilihat dari aspek profit margin,
mayoritas responden yang menyatakan
cukup baik sebanyak 41 orang atau
80,39%. Rata-rata kinerja usaha yang
dimiliki responden atas indikator profit
margin adalah baik (3,27) dengan kategori
sedang. Kemudian perputaran jumlah
aktiva (total asset turnover), mayoritas
responden menyatakan sangat baik baik
sebanyak 43 orang atau 84,31%. Rata-rata
kinerja usaha yang dimiliki responden atas
indikator perputaran jumlah aktiva (total
asset turnover), adalah baik (4,82) dengan
kategori tinggi. Indikator yang digunakan
untuk mengukur kinerja usaha dalam
penelitian ini adalah tingkat pertumbuhan
penjualan dan kemampuan dari usaha ini
dalam menciptakan keuntungan dilihat dari
capaiannya dalam lima tahun terakhir.
Kesempatan yang luas dalam
mengembangkan kreativitas pekerja,
ternyata memberikan dampak langsung
bagi peningkatan kinerja usaha mikro
sektor perdagangan di Kota Kendari.
Sehingga dapat dikatakan bahwa jika
pedagang di Kota Kendari ingin
meningkatkan kinerja usahanya maka
perilaku kewirausahaan menjadi prioritas
utama untuk dilakukan. Berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan secara tidak
terstruktur terhadap pemilik dan pengelola
yang ada pada industri usaha mikro sektor
perdagangan di Kota Kendari terungkap
bahwa perlakuan yang diberikan pihak
manajemen baik itu upaya pemberdayaan
maupun penilaian terhadap kinerja usaha
lebih menumbuhkan komitmen pekerja
untuk melakukan yang terbaik bagi
perusahaan dalam memberikan kepuasan
bagi pelanggan atau konsumen. Dari hasil
pengamatan ke lokasi usaha bisa dilihat
bagaimana pekerja mau untuk memberikan
respon bagi upaya-upaya perbaikan
terhadap produk yang mereka jual atau agar
konsumen merasa puas. Ini sebagai suatu
bukti bahwa komitmen dan rasa memiliki
pekerja tumbuh dengan upaya
pemberdayaan dan penilaian kinerja yang
sebahagian besar mengarah pada aspek
perilaku kewirausahaan, yaitu kepuasan dari
pelanggan atau konsumen.
Hasil analisis inferensial (regresi
bivariat) menunjukan bahwa perilaku
kewirausahaan memiliki pengaruh langsung
dan signifikan terhadap kinerja usaha mikro
sektor perdagangan di Kota Kendari. Hal ini
dapat dilihat dari nilai signifingkasi t pada
analisis regresi bivariat yaitu sig t = 0,000 < α
= 0,05. Hal ini membuktikan bahwa perilaku
kewirausahaan yang dilakukan oleh para
usaha mikro sektor perdagangan di Kota
Kendari memberikan pengaruh yang
signifikan bagi peningkatan kinerja usaha
mikro sektor perdagangan di Kota Kendari.
Oleh karena itu pemberdayaan yang
dilakukan oleh para pelaku usaha mikro
sektor perdagangan di Kota Kendari dan
penilaian terhadap kinerja memberikan
dampak secara langsung bagi peningkatan
kinerja usaha, namun bagi pemilik dan
pengelolah diharpakan agar mampu akses
dan meningkatkan kinerja usaha yang
berkelanjutan tetap memprioritaskan
pelanggan melalui perilaku kewirausahaan.
Dalam kaitannya dengan perilaku
kewirausahaan ini, pihak manajemen dalam
usaha mikro sektor perdagangan di Kota
Kendari harus selalu berorientasi pada
konsumen, berorientasi pada pesaing dan
melihat pada kerjasama inter-fungsi yang
ada dalam usaha. Melihat hubungan secara
langsung ini, maka pihak manajemen dapat
memanfaatkan kemampuan organisasi
dalam perilaku kewirausahaan untuk
meningkatkan keunggulan dalam
persaingan usahanya. dengan perilaku
kewirausahaan ini perusahaan selalu dapat
memberikan nilai tambah bagi
pelanggannya, memiliki informasi pasar
yang akurat tentang pesaing dan
pelanggan, serta tetap dapat menjaga
kerjasama inter-fungsi yang ada dalam
perusahaan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahan
dalam penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa perilaku kewirausahaan dapat
memberikan peran dan kontribusi sebesar
73,40% terhadap usaha mikro sektor
perdagangan di Kota Kendari. Hasil analisis
deskriptif menunjukkan perilaku
kewirausahaan telah dimplementasikan
dalam operasional usaha mikro sektor
perdagangan di Kota Kendari. Hal ini
dibuktikan dengan pernyataan responden
secara rata-rata sebesar 3.51. Dapat
diartikan bahwa rata-rata responden telah
memberikan pernyataan setuju dalam
penentuan dan mempertimbangkan faktor
perilaku kewirausahaan. Dengan demikian
adanya perilaku kewirausahaan yang baik
pada usaha mikro sektor perdagangan di
Kota Kendari memegang peranan penting
dalam peningkatan kinerja usahanya.
Hasil analisis regersi bivariat
menunjukkan perilaku kewirausahaan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja usaha mikro sektor perdagangan di
Kota Kendari. Artinya semakin ditingkatkan
perilaku dalam berwirausaha maka kinerja
usaha mikro sektor perdagangan di Kota
Kendari semakin tinggi pula. Dengan
demikian implementansi perilaku
kewirausahaan yang efekatif mampu
memberikan peningkatan bagi kinerja usaha
mikro sektor perdagangan di Kota Kendari.
DAFTAR PUSTAKA
Adu, Kwaku Appiah. 1997. Market Orientation and Performance: Do the Findings Established in Large Firm Hold in the Small Business Sector?. Journal of Euro-Marketing; 6, 3; ABI/INFORM Global.
Carree, M.A. and Thurik, A.R. 2002. The Impact of Entrepreneurship on Economic Growth. International Handbook of Entrepreneurship Research. Internet: m.caree@mw.unimaas.
Kasmir, 2006. Kewirausahaan. Rajawali Pers. Jakarta
Kotler P., 2000. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan Implementasi dan Pengendalian, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Kumar, Kamalesh. 2002. Market Orientation, Organizational Competencies and Performance: An Empirical Investigation of a Path-Analytical Model, Journal of American Academy of Business, Cambridge.
Lau, Theresa et.al. 2004. Organizational Capabilities and Performance of SMEs in Dynamic and Stable Environments. Entrepreneurship and Innovation journal.
Neufeldt Victoria dan Guralnik David, 1988, Kamus Webster’s, Dictonary of American English, Thiad College Edition
Purnomo, 2003. Pencapaian Keunggulan Bersaing Berkelanjutan Melalui Fungsi dan Peran Sumber Daya Manusia. STIE Stikubank, Semarang
Richard Daft. 1999. Tranformational Leadership : A Pescription for Contemporary Organizations. Copyright 1999.
Riyanti B. P. D. 2003. Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian. Grasindo, Jakarta
Raju, P.S et.al. 2000. The Relationship between Market Orientation and Performance in the Hospital Industry: A Structural Equation Modeling Approach. Health Care Management Science.
Tambunan, 2004. The Performance of Small Enterprises During Economic Crisis: Evidence from Indonesia. Journal of Small Business Management.
Tambunan, T. 2002. Usaha Kecil dan Menegah di Indonesia, Beberapa Isu Penting. Salemba Empat. Jakarta.
Zukkieflimansyah dan Banu Muhamad H, 2003. Refleksi Dinamika Inovasi Teknologi UKM di Indonesia: Studi Kasus Industri Logam dan Permesinan. Usahawan Indonesia No. 08/TH. XXXII
SISTEM PENGAWASAN PERSONALIA RETRIBUSI PADA PERUSAHAAN DAERAH
PASAR (PDP) UNIT PASAR WUA-WUA KOTA KENDARI
Asrip Putra 1) & Awaluddin Muchtar 2)
ABSTRACT
This Research is done as a mean to know the system of personnel controling applied by Company Market Area Town Kendari to personnel retribution Unit Market Wua-Wua Town Kendari of what have as according to standard specified or not. this Research type is eksplanatori so that use the primary data collected through the kuesioner. Responder withdrawal done by census and use appliance analysis method. Result this research indicate that the system of personnel observation going into effect and applied in Company Market Area Town Kendari at personnel retribution of Unit Market Wua-Wua Town Kendari have as according to specified standard, is visible from result analyse the percentage responder answer of direct controling variable, indirect observation, and sudden controling expressing according to is 57,2 - 100 %, while 14,3 - 42,8 % expressing inappropriate, hence pursuant to way of measurement specified by that is taking highest value from percentage responder answer. This indicate that the controling retribution personnel at Unit Market Wua-Wua Company Market Area Town Kendari have as according to controling standard specified.
Key Word : Direct Controling, Indirect Controling And Sudden Controling.
PENDAHULUAN
Organisasi adalah suatu sistem
perserikatan, berstruktur dan terkoordinasi
dari sekelompok orang yang bekerja sama
dalam mencapai tujuan tertentu. Malayu S.P
Hasibuan (1996 : 130) Organisasi hanya
merupakan alat dan wadah tempat bagi para
manajer melakukan kegiatan-kegiatannya
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Sebagaimana yang diketahui bahwa di
dalam organisasi terdapat beberapa unsur,
diantaranya manusia, tujuan, pekerjaan dan
struktur. Dalam suatu organisasi harus ada
kesatuan yang ingin dicapai dimana
organisasi secara keseluruhan dan tiap-tiap
bagiannya harus berusaha untuk mencapai
tujuan tersebut karena organisasi akan
kacau jika tidak ada kesatuan tujuan.
Olehnya itu dalam suatu organisasi
dibutuhkan manajer yang memiliki
kemampuan memimpin, pengetahuan dan
keterampilan.
Manajer sebagai pemimpin sangat
dibutuhkan untuk menyusun rencana
kegiatan kerja kedepan dan melaksanakan
rencana tersebut agar supaya tujuan
organisasi dapat tercapai dengan baik
sesuai dengan apa yang diharapkan
sebelumnya. Demikian mendesaknya
pemenuhan akan manajer, sehingga usaha
dilakukan secara intensif untuk
mempersiapkan manajer yang efektif,
bukan hanya para ilmuwan pun terus
bekerja keras untuk mengembangkan teori
manajemen sehingga para manajer
dilapangan semakin mampu menjalani
proses manajemen itu dengan tingkat
efisiensi, efektivitas dan produktivitas yang
semakin tinggi.
Salah satu bidang yang terus menerus
mendapat perhatian dari para ilmuwan dan
para praktisi adalah fungsi-fungsi manajerial.
Bidang ini mendapat perhatian serius karena
efektivitas manajerial seseorang pada
akhirnya tercermin dan diukur dengan
kemampuannya menyelenggarakan semua
fungsi-fungsi tersebut. Siagian (1988 : 165)
menjelaskan salah satu fungsi manajerial
adalah pengawasan. Titik tolak yang
digunakan dalam membahas pengawasan
sebagai fungsi pokok manajemen adalah
merupakan proses pengamatan dari seluruh
kegiatan organisasi guna lebih menjamin
bahwa semua pekerjaan yang sedang
dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya”. Sedangkan
Sebagai fungsi organiknya, pengawasan
merupakan salah satu tugas yang mutlak
diselenggarakan oleh semua orang yang
menduduki jabatan manajerial, mulai dari
manajer puncak hingga para manajer rendah
yang langsung mengendalikan kegiatan-
kegiatan teknis yang diselenggarakan oleh
semua petugas operasional.
Membahas pengawasan sebagai fungsi
pokok manajerial sesungguhnya berarti
berusaha menemukan jawaban terhadap
pertanyaan mengapa pengawasan mutlak
perlu dilaksanakan. Pertanyaan yang sangat
mendasar tidak selalu mudah dan tidak pula
sederhana karena proses administrasi dan
manajemen merupakan hal yang sangat
kompleks, yang jelas bahwa usaha mencari
jawaban terhadap pertanyaan tersebut
tidak bisa didekati hanya secara teknis dan
mekanistik saja, akan tetapi harus dikaitkan
dengan sifat dasar manusia sebagai
pelaksana kegiatan-kegiatan operasional
dalam suatu organisasi. Ini berarti bahwa
pendekatan teknis dan keperilakuan harus
digabung agar terjadi proses pengawasan
yang mendatangkan hasil sesuai dengan
harapan semua pihak dalam organisasi
yang bersangkutan. Agar kegiatan
pengawasan membuahkan hasil yang
diharapkan, perhatian serius perlu diberikan
kepada berbagai dasar pemikiran yang
sifatnya fundamental.
Perusahaan Daerah Pasar (PDP)
Kota Kendari adalah perusahaan yang
bergerak dibidang pembangunan kios dan
retribusi kios, dimana konsumennya adalah
para pemilik kios yang ada di pasar wilayah
Kota Kendari. Dalam hal penarikan retribusi
ini tidak dilakukan secara langsung oleh
Perusahaan Daerah Pasar Kota Kendari
melainkan dilakukan oleh petugas retribusi
yang ada pada masing-masing Unit Pasar,
salah satunya adalah petugas retribusi
yang ada pada Unit Pasar Wua-Wua yang
pegawainya berjumlah 8 orang yang
dipimpin oleh seorang Kepala Pasar yang
ditunjuk langsung oleh Perusahaan Daerah
Pasar Kota Kendari agar supaya para
petugas retribusi dapat diawasi setiap hari
sebab pihak perusahaan tidak dapat
mengawasi semua petugas retribusi setiap
hari karena letak kantor berjauhan. Retribusi
pada Perusahaan Daerah Pasar Kota
Kendari terdiri atas empat jenis, yaitu:
retribusi sewa tanah, retribusi jualan,
retribusi kebersihan dan keamanan.
Mencermati pentingnya pengawasan
personalia, untuk melakukan pengamatan
dan pengukuran kegiatan operasional
beserta hasil yang dicapai, apakah dalam
kegiatan operasional tersebut terjadi
penyimpangan-penyimpangan, kemudian
dibandingkan dengan sasaran dan standar
yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal inilah
yang menyebabkan penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang sistem
pengawasan terhadap personalia retribusi.
Masalah pokok yang menjadi perhatian
peneliti apakah sistem pengawasan yang
diterapkan oleh Perusahaan Daerah Pasar
terhadap personalia retribusi sudah sesuai
standar yang ditetapkan. Tujuan yang ingin
dicapai adalah untuk mengetahui sistem
pengawasan personalia yang diterapkan
oleh Perusahaan Daerah Pasar (PDP) Kota
Kendari terhadap personalia retribusi Unit
Pasar Wua-Wua Kota Kendari sudah sesuai
dengan standar yang ditetapkan atau tidak.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada
Perusahaan Daerah Pasar (PDP) Kota
Kendari, dan Unit Pasar Wua-Wua Kota
Kendari. Sumber data yang dipakai dalam
penelitian ini adalah: (a) data primer adalah
data yang diperoleh secara langsung dari
karyawan yang melakukan pengawasan
pada personalia Retribusi Unit Pasar Wua-
Wua Kota Kendari yang sekaligus dijadikan
responden penelitian ini; (b) data sekunder
yaitu data yang diperoleh dari PDP Kota
Kendari, meliputi gambaran umum, jumlah
karyawan, struktur organisasi, uraian tugas,
dan standar pengawasan.
Metode pengumpulan data dilakukan
dengan cara interview yaitu pengumpulan
data yang dilakukan dengan mengadakan
tanya jawab kepada responden yang
berupa pertanyaan lisan dan juga dengan
menggunakan panduan kuesioner dan
dokumentasi yaitu dengan cara mengambil
data yang telah didokumentasikan oleh
Perusahaan Daerah Pasar Kota Kendari
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh karyawan yang diberi tugas dan
berwenang melakukan pengawasan
terhadap personalia retribusi yang
berjumlah 7 orang dan juga karyawan atau
petugas retribusi yang diawasi berjumlah 8
orang. Jadi jumlah keseluruhan populasi
adalah 15 orang sehingga seluruh populasi
dijadikan sebagai responden dalam
penelitian ini.
Alat analisis yang akan digunakan
dalam pembahasan penelitian ini adalah
analisis deskriptif, yaitu mengungkapkan
keadaan atau tanggapan dari responden
lalu kemudian membandingkannya dengan
standar yang telah ditetapkan oleh
Perusahaan Daerah Pasar (PDP) Kota
Kendari. Sifat dari analisis adalah kualitatif,
sedangkan penganalisaannya dengan
menghitung persentase dari jawaban yang
diberikan oleh responden.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengawasan personalia retribusi pada
Perusahaan Daerah Pasar (PDP) Kota
Kendari sudah sesuai dengan yang
ditetapkan. Hasil penelitian memberikan
ukuran sesuai dengan tidak sesuai. Lebih
jelasnya uraian dari masing-masing indikator
penukuran variabel sebagai berikut:
Pengawasan Langsung
Pengawasan langsung ini dilakukan
secara langsung oleh para direksi dan para
pegawai yang telah diberi tugas untuk
mengawasi jalannya perusahaan sesuai
dengan Peraturan Daerah nomor 302 tahun
2004 tentang pembentukan susunan
organisasi dan tata kerja Perusahaan
Daerah Pasar Kota Kendari. Menurut
Peraturan Daerah ini, ada 7 orang yang
ditugaskan untuk mengawasi pelaksanaan
penagihan yaitu Direktur Utama, Direktur
Teknik & Operasional, Direktur Administrasi
& Keuangan, Kabag Fisik & Prasarana, Kasi
Pemasaran & Penagihan, Kabag Keuangan,
Kepala Unit Pasar. Pengawasan Langsung
terdiri dari pengamatan langsung dan
pemeriksaan langsung. Pernyataan
responden dapat dilihat pada urain berikut:
a. Pengamatan Dan Pemeriksaan
Langsung di Lapangan mayoritas
responden memberikan jawaban “Ya”
yang terdiri dari 7 orang responden atau
100% yang berarti dilakukan
pengawasan dan pemeriksaan
langsung di lapangan, tetapi hanya
satu saja dari tujuh responden ini yang
melakukan pengamatan dan
pemeriksaan langsung setiap hari
sedangkan sisanya melakukan
pengamatan dan pemeriksaan langsung
sebanyak satu kali dalam satu bulan
sebab semua itu tergantung dari
perintah atasan.
b. Perlunya Dilakukan Pengamatan Dan
Pemeriksaan Langsung di Lapangan
Untuk Mengetahui Kesesuaian Dengan
Standar Yang Ditetapkan secara
keseluruhan responden yang terdiri dari
7 orang atau 100 % menjawab “Ya”,
sebab kinerja bawahan akan dapat
diketahui jika dilakukan pengamatan
secara langsung. ini menunjukkan
bahwa pengamatan dan pemeriksaan
langsung dilapangan perlu dilakukan
untuk mengetahui kesesuaian dengan
standar yang ditetapkan. Jadi,
berdasarkan uraian diatas, untuk
mengetahui kesesuaian dengan standar
yang ditetapkan, maka perlu dilakukan
pengamatan dan pemeriksaan langsung
di lapangan kepada personalia retribusi
di Unit Pasar Wua-Wua Kota Kendari.
c. Hasil Pengamatan dan Pemeriksaan
Langsung, Personalia Retribusi Bekerja
Sesuai Dengan Jam Kerja Yang
Ditentukan, sebanyak 6 orang atau
85,7% menjawab Ya, yang berarti
petugas retribusi sudah bekerja sesuai
dengan jam kerja yang ditentukan karena
mereka melihat dari daftar hadir petugas
dan semuanya datang dan pulang tepat
pada waktunya yakni petugas datang jam
08.00 dan pulang pada jam 15.00 WITA,
dan 1 orang atau 14,3 % menjawab tidak
sesuai dengan jam kerja yang ditentukan
karena masih ada petugas retribusi yang
biasa datang terlambat dan masih
terdapat juga petugas retribusi yang
biasanya pulang sebelum waktunya.
Jadi, berdasarkan uraian di atas
menunjukkan bahwa para petugas
retribusi sudah bekerja sesuai dengan
standar yang ditetapkan oleh
Perusahaan Daerah Pasar Kota Kendari.
d. Hasil Pengamatan Dan Pemeriksaan
Langsung Jumlah Uang Retribusi Yang
Diperoleh Petugas Retribusi Sesuai
Dengan Jumlah Karcis Yang Dikeluarkan
4 orang responden atau 57,2 %
menjawab Ya, yang berarti jumlah uang
retribusi yang diperoleh petugas retribusi
sudah sesuai dengan jumlah karcis yang
dikeluarkan, sedangkan 3 orang
responden atau 42,8 % menjawab tidak
karena biasanya petugas retribusi
memungut retribusi tanpa memberikan
karcis retribusi pada orang yang telah
membayar uang retribusi. Dan uang
tersebut tidak disetor ke Perusahaan
Daerah Pasar Kota Kendari. Sebab uang
retribusi yang disetor ke Perusahaan
Daerah Pasar Kota Kendari hanyalah
uang retribusi yang diperoleh dari karcis
karena pihak Perusahaan Daerah Pasar
Kota Kendari selalu menyesuaikan
jumlah pungutan retribusi yang
disetorkan oleh petugas retribusi
dengan banyaknya karcis yang
dikeluarkan serta sesuai dengan
besarnya tarif karcis tersebut.
Misalanya, seperti yang terjadi pada
daftar realisasi pengeluaran karcis
untuk retribusi jualan bulan februari
tahun 2007, pada bulan tersebut terlihat
bahwa jumlah pengeluaran karcis
sudah sesuai dengan jumlah
penerimaan retribusi, dimana para
petugas retribusi berhasil menarik
retribusi sebanyak Rp. 3.750.000 untuk
jenis retribusi kios yang tarifnya Rp.
1.500/lbr dengan pengeluaran karcis
sebanyak 2.500 lembar, dan Rp.
2.700.000 untuk jenis retribusi lods
yang tarifnya Rp.1.000/lbr dengan
pengeluaran karcis sebanyak 2.700
lembar, serta Rp. 1.851.000 untuk jenis
retribusi pelataran (PKL) yang tarifnya
Rp. 1.000/lbr dengan pengeluaran
karcis sebanyak 1.851 lembar. Ini
berarti, tidak ada penyimpangan antara
jumlah penerimaan retribusi dengan
jumlah pengeluaran karcis yang
dilakukan oleh petugas retribusi. Jadi,
berdasarkan uraian di atas
menunjukkan bahwa hasil pengamatan
dan pemeriksaan langsung jumlah uang
retribusi yang diperoleh petugas
retribusi sudah sesuai dengan jumlah
karcis yang dikeluarkan.
e. Hasil Pengamatan Dan Pemeriksaan
Langsung Jumlah Uang Retribusi Yang
Diperoleh Petugas Retribusi Sudah
Sesuai Target Yang Telah Ditentukan
oleh Perusahaan Daeerah Pasar (PDP)
Kota Kendari sebanyak 5 orang
responden atau 71,4 % menjawab Ya
karena para petugas retribusi telah
berhasil mencapai bahkan beberapa kali
melampaui target untuk tahun 2007
seperti yang terlihat pada daftar realisasi
penerimaan retribusi untuk tahun 2007.
Ini berarti jumlah uang retribusi yang
diperoleh petugas retribusi sudah sesuai
dengan target yang ditentukan,
sedangkan 2 orang resonden atau 28,6
% menjawab tidak sebab mereka melihat
dari realisasi penerimaan retribusi tahun
2007 bahwa petugas retribusi pernah
sekali dalam tahun 2007 tidak mencapai
target ini terlihat pada realisasi
penerimaan pada bulan oktober dimana
petugas retribusi hanya mendapatkan
uang retribusi sebanyak Rp. 17.824.450.
dan mereka menganggap bahwa
penerimaan tersebut sangat jauh dari
target yang seharusnya yaitu Rp.
21.600.000 per bulannya, sebab target
mereka per hari adalah Rp. 720.000 dan
jika dikalikan dengan 30 hari (Satu
Bulan) maka target per bulannya adalah
Rp. 21.600.000. inilah yang menjadi
alasan mengapa ada responden yang
mengatakan tidak mencapai target. Lain
lagi halnya bagi responden yang
mengatakan ya, mereka menganggap
bahwa jumlah uang retribusi yang
diperoleh petugas retribusi sudah
sesuai dengan target yang ditentukan
dan adapun menurunnya pungutan
retribusi pada bulan oktober itu
bukanlah hal yang disengaja oleh
petugas retribusi untuk tidak mencapai
target melainkan disebabkan karena
adanya beberapa faktor: pertama:
karena pada bulan oktober banyak
pedagang yang tidak berjualan sebab
masih dalam bulan ramadhan (puasa),
kedua: karena adanya hujan sehingga
pedagang banyak yang tidak berjualan,
ketiga: karena terdapat hari raya idul fitri
dan adanya cuti bersama para PNS
selama lima hari sehingga pegawai Unit
Pasar Wua-Wua tidak masuk kantor
selama lima hari, ke empat: karena
setelah hari raya masih banyak
pedagang yang belum berjualan dan
biasanya pasar akan kembali normal
satu minggu setelah hari raya. Selain
alasan tersebut diatas, ditambahkan
juga bahwa jika keseluruhan
penerimaan retribusi tersebut di rata-
ratakan maka realisasi penerimaan
retribusi dari bulan Januari sampai
Nopember sebenarnya telah
melampaui target yang ditentukan oleh
Perusahaan Daerah Pasar Kota
Kendari dimana target per bulannya
adalah Rp. 21.600.000, jika dikalikan
dengan sebelas bulan maka jumlahnya
hanya Rp. 237.600.000, sedangkan
realisasi penerimaan retribusi yang
dicapai oleh petugas retribusi dari bulan
Januari sampai dengan bulan Nopember
adalah mencapai Rp. 256.701.750. ini
berarti bahwa petugas retribusi telah
melampaui target yang ditentukan. Jadi,
berdasarkan uraian di atas menunjukkan
bahwa hasil pengamatan dan
pemeriksaan langsung mengenai jumlah
uang retribusi yang diperoleh petugas
retribusi sudah sesuai dengan target
yang ditetapkan oleh PDP Kota Kendari.
Pengawasan Tidak Langsung
Pengawasan Tidak Langsung yang
dilakukan oleh Perusahaan Daerah Pasar
Kota Kendari adalah pengawasan jarak jauh,
artinya dengan melalui laporan yang
diberikan oleh personalia retribusi baik
kepada Kepala Unit Pasarnya maupun
kepada Perusahaan Daerah Pasar Kota
Kendari. Untuk mengetahui jawaban dari
responden mengenai pengawasan tidak
langsung yang dilakukan oleh Perusahaan
Daerah Pasar Kota Kendari dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Laporan Petugas Retribusi Diadakan
Secara Teratur atau Terjadwal seluruh
responden atau 100 % menjawab Ya,
sebab laporan yang dilakukan secara
teratur atau terjadwal akan dapat
memudahkan pihak Perusahaan Daerah
Pasar (PDP) Kota Kendari dalam
mengawasi para petugas retribusi
karena mengingat bahwa tidak semua
responden dapat mengawasi para
petugas retribusi setiap hari sebab letak
kantor yang berjauhan. Jadi,
berdasarkan uraian diatas bahwa dalam
pengawasan tidak langsung dengan
laporan-laporan petugas retribusi yang
ada pada Unit Pasar Wua-Wua
dilakukan secara teratur atau terjadwal.
b. Laporan petugas retribusi baik dan
sangat membantu untuk mengetahui
kesesuaian hasil kerja dengan standar
yang ditetapkan seluruh responden atau
100 % menjawab Ya, karena laporan
petugas retribusi sangat membantu
sekali bagi mereka yang mengawasi
petugas retribusi guna untuk
menyesuaikan hasil kerja petugas
retribusi dengan standar yang telah
ditetapkan. Jadi, berdasarkan uraian
diatas diketahui bahwa laporan-laporan
petugas retribusi sangat baik dan
sangat membantu para responden yang
melakukan pengawasan pada
personalia retribusi guna mengetahui
kesesuaian hasil kerja dengan standar
yang ditetapkan oleh Perusahaan
Daerah Pasar Kota Kendari.
c. Hasil laporan petugas retribusi, wilayah
penagihan mereka sudah sesuai
dengan wilayah penagihan yang
ditentukan 6 orang atau 85,7%
menjawab Ya, ini berarti bahwa hasil
laporan petugas retribusi mengenai
wilayah penagihan mereka sudah sesuai
dengan wilayah penagihan yang
ditentukan. 1 orang responden atau 14,3
% menjawab tidak sesuai dengan
wilayah penagihan yang ditentukan,
sebab biasanya petugas retribusi lebih
senang menagih di daerah-daerah
kering daripada di daerah yang basah.
Akibatnya terkadang ada petugas yang
nakal dan mereka menagih bukan pada
wilayah yang sudah ditentukan, yang
mereka pikirkan adalah bagaimana
caranya supaya target per hari dapat
mereka capai dengan cepat, hal inilah
yang biasanya menyebabkan para
pedagang merasa heran karena saat
mereka sudah membayar uang retribusi
tiba-tiba pada beberapa waktu
kemudian ada lagi petugas lain yang
datang menagih untuk retribusi yang
sama. Misalnya bagi petugas yang nakal
saat ditugaskan untuk menagih kios pada
blok A, karena daerah tersebut banyak
kerabat maka dia menagih sebagian kios
saja pada blok tersebut dan
membebaskan retribusi bagi kerabatnya
dan ia pindah ke blok kios yang bukan
daerahnya untuk menutupi kekurangan
target, yang ia pikirkan hanyalah yang
penting target penerimaan per harinya
terpenuhi dan mengabaikan wilayah
penagihannya. Jadi, dari uraian diatas,
menunjukkan bahwa dari hasil laporan
petugas retribusi pada Unit Pasar Wua-
Wua Kota Kendari, wilayah penagihan
mereka sudah sesuai dengan wilayah
penagihan yang ditentukan.
d. Hasil Laporan Petugas Retribusi, Para
Petugas Retribusi Mengisi Daftar Hadir
Setiap Hari Kerja sebanyak 5 orang
atau 71,4 % menjawab Ya, ini berarti
bahwa hasil laporan petugas retribusi,
para petugas retribusi mengisi daftar
hadir setiap hari kerja. 2 orang
responden atau 28,6 % menjawab tidak,
karena mereka beranggapan bahwa
ada beberapa petugas retribusi yang
mengabaikan daftar hadir saat mereka
masuk ataupun pulang kantor dan
biasanya mereka akan mengisi daftar
hadir tersebut pada keesokan harinya,
kemudian juga biasanya ada petugas
yang lupa untuk mengisi daftar
hadirnya. Dari uraian diatas,
menunjukkan bahwa dari hasil laporan
petugas retribusi pada Unit Pasar Wua-
Wua, para petugas retribusi mengisi
daftar hadir setiap hari kerja.
e. Hasil Laporan Petugas Retribusi,
Jumlah Uang Retribusi Yang Disetor
Sesuai Dengan Jumlah Yang Mereka
Peroleh sebanyak 4 orang atau 57,2%
menjawab Ya karena petugas retribusi
menyetorkan uang retribusi yang
diperoleh semuanya sesuai dengan
jumlah pengeluaran karcis yang telah
dicocokkan oleh pihak perusahaan dan
mengenai uang retribusi yang dipungut
tanpa karcis sangat sulit diketahui
kebenarannya. sedangkan 3 orang
responden atau 42,8 % menjawab tidak
sesuai dengan jumlah yang mereka
peroleh karena adanya beberapa
petugas retribusi yang nakal dan
biasanya menarik uang retribusi tetapi
orang yang dimintai retribusi tidak
diberikan karcis yang biasanya terjadi
pada retribusi lain-lain (retribusi parkir)
dan uang tersebut biasanya diambil dan
tidak diserahkan kepada Perusahaan
sebab uang yang dimasukkan ke
Perusahaan Daerah Pasar Kota Kendari
hanyalah jumlah uang yang sesuai
dengan jumlah dan jenis karcis yang
dikeluarkan oleh petugas retribusi
sedangkan uang yang diperoleh tanpa
mengeluarkan karcis biasanya sulit untuk
diketahui oleh pihak Perusahaan Daerah
Pasar Kota Kendari. Jadi, uraian di atas,
menunjukkan bahwa dari hasil laporan
petugas retribusi pada Unit Pasar Wua-
Wua Kota Kendari, jumlah uang retribusi
yang disetor sesuai dengan jumlah uang
retribusi yang mereka peroleh.
Pengawasan Mendadak
Pengawasan Mendadak (Sidak) yang
dilakukan oleh Perusahaan Daerah Pasar
(PDP) Kota Kendari adalah pengawasan
yang dilakukan secara mendadak untuk
mengetahui apa pelaksanaan atau
peraturan-peraturan yang ada dilaksanakan
atau tidak dilaksanakan dengan baik.
Pengawasan Mendadak dilakukan dengan
cara melakukan uji petik yang dilaksanakan
sebanyak empat kali dalam satu tahun guna
untuk mengetahui hal-hal apa saja yang
menyebabkan petugas retribusi tidak dapat
mencapai target yang ditetapkan oleh
Perusahaan Daerah Pasar (PDP) Kota
Kendari jika seandainya petugas retribusi
yang ada pada Unit Pasar Wua-Wua tidak
mencapai target. Uji petik ini rutin dilakukan
setiap tahun baik target telah dicapai oleh
petugas retribusi maupun tidak dicapai,
sebab uji petik ini dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya penyimpangan yang
mungkin saja dilakukan oleh petugas
retribusi. Tanggapan responden atas
indicator pengukuran pengawan mendadak
dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Hasil uji petik, harus dilakukan tiap
tahun guna mengetahui kesesuaian
hasil kerja petugas retribusi dengan
target yang ditetapkan sebanyak 6
orang responden atau 85,7 %
menjawab Ya, bahwa uji petik harus
dilakukan tiap tahun guna mengetahui
kesesuaian hasil kerja petugas retribusi
dengan target yang ditetapkan maka
perlu dilakukan tiap tahun agar supaya
pengawasan yang dilakukan terhadap
petugas retribusi betul-betul dapat
mengatasi kemungkinan terjadinya
pelanggaran-pelanggaran yang
dilakukan oleh petugas retribusi. 1
orang responden atau 14,3% menjawab
Tidak karena menganggap bahwa uji
petik itu harus dilakukan apabila target
yang ditetapkan oleh Perusahaan
Daerah Pasar (PDP) Kota Kendari tidak
dapat dicapai oleh petugas retribusi yang
ada pada Unit Pasar Wua-Wua maka
barulah uji petik itu dilakukan agar
supaya pihak Perusahan Daerah Pasar
(PDP) Kota Kendari dapat mengetahui
dimana letak kesalahan para petugas
retribusi mengenai mengapa target
tersebut tidak dapat dicapai, apakah ada
kecurangan yang dilakukan oleh petugas
retribusi atau tidak. Jadi, berdasarkan
uraian diatas diketahui bahwa uji petik
harus dilakukan tiap tahun guna
mengetahui kesesuaian hasil kerja
petugas retribusi dengan target yang
ditetapkan oleh Perusahaan Daerah
Pasar (PDP) Kota Kendari.
b. Hasil uji petik, tidak jauh berbeda antara
jumlah pungutan retribusi yang diperoleh
pada saat uji petik oleh perusahaan
daerah pasar dengan jumlah pungutan
retribusi yang diperoleh petugas retribusi
yang ada pada unit pasar wua-wua
sebanyak 5 orang responden atau 71,4%
menjawab Ya, tidak jauh berbeda karena
tim uji petik biasanya memperoleh
pungutan retribusi yang jumlahnya tidak
jauh berbeda dengan yang biasa
diperoleh petugas retribusi Unit Pasar
Wua-Wua dan biasanya perbedaan
pungutan retribusi petugas dengan tim uji
petik hanya berkisar antara Rp. 5.000
sampai dengan Rp. 10.000 dan menurut
mereka yang terpenting adalah bahwa
pungutan retribusi yang diperoleh
petugas retribusi Unit Pasar Wua-Wua
sudah melampaui target jadi perbedaan
tersebut tidak perlu dipermasalahkan.
sedangkan 2 orang responden atau
28,6 % menjawab Tidak karena
pungutan retribusi yang dilakukan saat
uji petik hasilnya jauh berbeda dengan
pungutan yang didapat oleh petugas
retribusi Unit Pasar Wua-Wua selama
ini karena mereka melihat bahwa
perbedaan antara Rp. 5.000 sampai
dengan Rp. 10.000 itu adalah
perbedaan yang cukup jauh. Jadi,
berdasarkan uraian diatas diketahui
bahwa tidak ada perbedaan jauh antara
jumlah pungutan retribusi yang
diperoleh pada saat uji petik oleh
Perusahaan Daerah Pasar dengan
jumlah pungutan retribusi yang
diperoleh petugas retribusi yang ada
pada Unit Pasar Wua-Wua Kota
Kendari.
c. Hasil uji petik, petugas retribusi unit
pasar wua-wua dianggap berhasil
mengerjakan tugasnya dengan baik
seluruh responden atau 100 %
menjawab Ya, karena walaupun ada
perbedaan antara jumlah pungutan
retribusi yang diperoleh petugas
retribusi dengan tim uji petik tetapi
petugas Unit Pasar Wua-Wua sudah
bekerja dengan baik hal ini dapat dilihat
melalui realisasi penerimaan retribusi
pada tahun 2007 dimana para petugas
retribusi telah berhasil melampaui target
yang ditetapkan oleh Perusahaan
Daerah Pasar. Jadi, berdasarkan uraian
diatas diketahui bahwa petugas retribusi
telah berhasil menjalankan tugasnya
dengan baik dan mengikuti standar yang
ditetapkan oleh PDP Kota Kendari.
Pembahasan Hasil Penelitian
Dari persentase pengukuran
kesesuaian standar pengawasan personalia
retribusi pada Unit Pasar Wua-Wua Kota
Kendari, menunjukkan bahwa hasil
persentase jawaban responden, yang
menyatakan bahwa pengawasan personalia
pada bagian retribusi yang ada pada Unit
Pasar Wua-Wua sesuai dengan standar
yang ditetapkan pada variabel pengawasan
langsung, pengawasan tidak langsung, dan
pengawasan mendadak adalah 57,2 % - 100
%. Sedangkan 14,3 % - 42,8 % menyatakan
pengawasan dilakukan pada personalia
retribusi yang ada du Unit Pasar Wua-Wua
tidak sesuai dengan standar ditetapkan.
Berdasarkan cara pengukuran yang
ditetapkan, yaitu mengambil nilai tertinggi
dari hasil persentase jawaban responden
terlihat bahwa nilai tertinggi adalah 57,2 % -
100 % menyatakan sesuai dengan standar
yang ditetapkan. Jadi, pengawasan yang
diterapkan pada personalia retribusi Unit
Pasar Wua-Wua telah sesuai dengan
standar yang ditetapkan oleh Perusahaan
Daerah Pasar (PDP) Kota Kendari.
KESIMPULAN
Hasil analisis persentase jawaban
responden pada variabel pengawasan
langsung dan pengawasan tidak langsung
yang menyatakan sesuai adalah 57,2%-
100%, sedangkan 14,3%-42,8%
menyatakan tidak sesuai, maka
berdasarkan cara pengukuran yang
ditetapkan yaitu mengambil nilai tertinggi
dari persentase jawaban responden. Hal ini
menunjukkan bahwa pengawasan
personalia yang dilakukan di Perusahaan
Daerah Pasar (PDP) pada personalia
retribusi Unit Pasar Wua-Wua Kota Kendari
sudah sesuai dengan standar pengawasan
yang ditetapkan. Sistem pengawasan
personalia yang berlaku dan diterapkan di
Perusahaan Daerah Pasar (PDP) Kota
Kendari pada personalia retribusi Unit
Pasar Wua-Wua Kota Kendari sudah
sesuai dengan standar yang ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Alex S. Nittismito, 1983. Manajemen Suatu Dasar dan pengantar. Balai Aksara. Jakarta
Alex S. Nittismito, 1996. Manajemen Personalia (Manajemen Sumber Daya Manusia). Ghalia Indonesia. Jakarta
Arifin Abdul rachman, 1994. Aspek Hukum Dalam Lingkungan Aparatur Pemerintah Rineka Cipta. Jakarta
Bulizuar Buyung, 1986. Modul sistem Administrasi Negara Indonesia. Karunika Jakarta
Edwin B. Flippo, 1998. Manajemen Personalia. BPFE. UGM. Yogyakarta
H. A. Harding, 1984. Manajemen Produksi. Balai Aksara. Jakarta
Henry Simamora, 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. STIE. YKPN. Yogyakarta
H. S Hadibroto dan Oemar Witarsa, 1984. Sistem Pengawasan Internal. FEUI. Jakarta
IG. Wursanto, 1989. Manajemen Kepegawaian 1. Kanisius. Yogyakarta
Imran Latif, 2004. Skripsi Hubungan Intensitas Pengawasan Dengan Kinerja TenagaKerja Pada PT. PLN (Persero)Wilayah VIII Cabang kendari. FEUH. Kendari
Jusuf Irianto, 2001. Tema-Tema Pokok Manajemen Sumber Daya Manusia. Insan Cendekia. Surabaya
Moh. Mas’ud, 1984. Manajemen Personalia. Erlangga. Jakarta
Malayu S. P. Hasibuan, 1996. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. PT. Toko Gunung Agung
Manullang, 1991. Manajemen Personalia. Ghalia Indonesia. Jakarta
Peraturan Daerah Nomor 3, 2004. Tentang Pembentukan Perusahaan Daeah Pasar (PDP) Kota Kendari. Bagian
Hukum Sekretariat Kota Kendari. Kendari
Raymon Meleod, JR, 1996. Sistem Informasi Manajemen Jilid 1 Edisi Indonesia. PT. Prenhallindo. Jakarta
Sondang P. Siagian, 1988. Fungsi-Fungsi manajerial. Bumi Aksara. Jakarta
Sujamto, 1985. Beberapa Pengertian Dibidang Pengawasan. edisi revisi.
Ghalia Indonesia. Jakarta
Sujamto, 1994. Aspek-Aspek Pengawasan Di Indonesia. Sinar Grafika. Jakarta
Sukarna, 1988. Pengendalian Mutu. BPFE UI. Jakarta
Sutjiono EK. N, 1977. Kamus Ilmiah Populer. Bintang Pelajar. Jakarta
T. Hani Handoko, 2000. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia edisi 2. BPFE. Yogyakarta
V. M. Situmorang dan Jusuf Juhir, 1994. Aspek Hukum Pengawasan Melekat Dalam Lingkungan Aparatur Pemerintah. Rineka Cipta. Jakarta
Winardi, 1983. Asas-Asas Manajemen. Alumni Bandung. Bandung
Winardi, 1989. Manajemen Pemasaran. PT. Bina Aksara. Jakarta
STRATEGI SEGMENTASI, TARGETING DAN POSITIONONG PADA PT. KENDARI POS
Rahmat Madjid 1) & Agus Novianto 2)
ABSTRACT
This research has purpose to know about, would the segmentation, targeting and positioning strategy of PT Kendari Pos can be improve the market segmentation which using segmentation matrix, targeting using matrix strategy approach and positioning using qualitative approach. The result of this research show that based on descriptive analysis which using segmentation matrix, descriptive using matrix strategy approach and descriptive using qualitative approach indicate the marketing activity of Kendari Pos newspaper has done entirely to the markets segment, includes small and large shop that is gone around in whole of South East Sulawesi doing by lockers and sales agent who are becoming a business partner of PT Kendari Pos. Targeting market of Kendari Pos newspaper are consumer 10- 29 years old, 30-49 years old and over 50 years old, that is the students, officer, entrepreneur, merchant and pensioner. So that, PT Kendari Pos can improve its sale volume over the last five years. Product positioning of Kendari Pos newspaper as the local newspaper getting a first place offeredly five sheets and twenty pages, includes local news, national and international news and advertising which differs from its competitor. Kendari Pos newspaper at its everyday publication reach for and maintain its position as the local media print in South East Sulawesi.
Key Words : Segmentation, Targeting and Positioning Strategy
PENDAHULUAN
Upaya untuk mempertahankan
segmen pasar yang telah dibentuk selama
menjalankan aktivitasnya, setiap perusahaan
berupaya untuk menetapkan target pasar
dan menempati posisi yang strategi dengan
produk yang relevan untuk memenuhi
kebutuhan konsumen. Disisi lain preferensi
konsumen terhadap produk yang ditawarkan
membuat perusahaan-perusahaan bersaing
secara kompetitif untuk mendapat posisi dan
menciptakan keunggulan dalam berusaha.
Strategi dari setiap perusahaan untuk
mencapai sasaran yang diinginkan, adalah
bagian dan kegiatan perusahaan yang
mendorong perusahaan tersebut untuk
meraih pasar dan memperluas segmen
pasarnya di tengah persaingan usaha.
Perusahaan yang memutuskan untuk
beroperasi dalam pasar yang luas biasanya
tidak dapat melayani seluruh pelanggan
dalam pasar tersebut. Sehingga
perusahaan perlu mengidentifikasi segmen
pasar yang dapat dilayani secara efektif.
Memilih pasar dan melayani pelanggan
dengan baik, setiap perusahaan
menerapkan pemasaran sasaran dengan
membeda-bedakan segmen utama,
membidik satu atau dua segmen dan
mengembangkan produk serta
merencanakan segmentasi pasar baru.
Kajian segmentasi pasar untuk
pemasaran produk dengan kemasan tertentu
membutuhkan sasaran pasar yang didukung
oleh loyalitas konsumen terhadap produk
yang dipasarkan. Segmentasi pasar
menunjukkan usaha perusahaan untuk
menetapkan pasar sasaran dan untuk
mencapai hal tersebut setiap perusahaan
menggunakan mitra usaha dan distributor
untuk menyalurkan produk yang dihasilkan
oleh perusahaan kepada konsumen.
Perusahaan-perusahaan distributor yang
menjadi mitra usaha dalam memasarkan
produk, juga mempunyai segmentasi pasar
yang ditargetkan untuk memperoleh posisi.
Produk yang dipasarkan seperti koran
merupakan salah satu dari sejumlah produk
media cetak dipasarkan oleh perusahaan
seperti yang dilakukan oleh PT. Kendari Pos.
Perkembangan usaha PT. Kendari Pos
didukung oleh sarana dan prasarana serta
kualitas sumber daya manusia yang handal
untuk mengelola bisnis media cetak yang
menghasilkan koran setiap hari kerja untuk
memenuhi kebutuhan informasi kepada
masyarakat di Kota Kendari. Penerbitan
koran setiap hari merupakan strategi
positioning produk yang ditujukan untuk
menjaga ketersediaan produk dipasar.
Strategi yang mendukung pemasaran
koran harian kendari pos ini meliputi strategi
segmentasi targeting dan positioning dengan
tujuan meningkatkan keunggulan dalam
bersaing. Hal ini tentunya disebabkan oleh
makin banyaknya perusahaan-perusahaan
yang bergerak dalam media cetak dan
menghasilkan produk yang sama. PT.
Kendari Pos dalam mengantisipasi
persaingan bisnis media cetak memberikan
kemasan produknya dengan jumlah lembar
pada setiap eksemplar koran sebanyak 14
halaman yang terdiri dari berbagai redaksi
dan promosi, informasi dan berita terkini.
Cara perusahaan untuk menbidik
pasar membuat PT.Kendari Pos melakukan
evaluasi terhadap perjualan di masa
lampau dan menetapkan mitra kerja (agen
dan pedagang) pelanggan tetap serta
pembeli potensial terhadap koran harian
kendari pos. Selain itu dari evaluasi yang
dilakukan, perusahaan juga merancang
penjualan yang dilakukan dan menetapkan
posisi koran harian kendari pos.
Pemasaran koran harian kendari pos
merupakan tindakan manajemen untuk
menyalurkan produk dan merancang
strategi pemasaran untuk dapat
melaksanakan kegiatan pemasaran dan
mempertahankan posisi produk dipasar.
Banyaknya pesaing dengan produk yang
sama membuat manajemen perusahaan
berupaya untuk meningkatkan kinerja
pemasaran dengan melakukan strategi
segmentasi, targeting dan positioning
produk. Mitra usaha yang mendukung
proses pemasaran koran harian kendari
pos tersebar di seluruh wilayah Sultra
disalurkan melalui loker-loker dan pedagang
serta agen. Para mitra ini menjadikan PT.
Kendari Pos sebagai produsen besar dalam
menghasilkan produk koran. Kekuatan PT.
Kendari Pos didukung oleh aset perusahaan
berupa Gedung Graha Pena, artinya rumah
tulis dimana para wartawan dan jurnalis
melakukan aktivitas untuk menghasilkan
produk koran harian kendari pos. Kinerja
usaha penerbitan koran ini dilakukan dengan
menggunakan sarana dan prasarana yang
ada pada PT. Kendari Pos.
Disisi lain persaingan di dunia
informasi khususnya media cetak semakin
kompetitif, salah satu sisinya adalah
munculnya sejumlah media cetak seperti
Kendari Ekspress, dan Media Sultra yang
dibentuk sebagai badan usaha yang sama-
sama meliput berita dan sama-sama
menerbitkan berita sesuai dengan varsi kerja
atau model kerja masing masing
perusahaan. Bentuk persaingan ini membuat
manajemen PT. Kendari Pos berupaya untuk
meningkatkan kinerja untuk menjaga
eksistensi kualitas perusahaan dalam
menghasilkan produk korannya yang
menjadi sumber pendapatan bagi
perusahaan dan memenuhi permintaan
masyarakat akan informasi dari media cetak.
Berkembangnya usaha media cetak
yang semakin kompetitif memungkinkan ada
strategi untuk memperluas segmen pasar
dan target produk serta upaya untuk
memperkuat posisi produk dari masing-
masing perusahaan. Mecermati fenomena
empiris tersebut maka permasalahan pokok
yang dikaji dalam riset ini bagaimana
strategi segmentasi dan targeting serta
positioning PT. Kendari Pos. Tujuan yang
ingin dicapai adalah menjelasakan dan
mengakaji strategi segmentasi dan
targeting serta positioning yang dilakukan
pada PT.Kendari Pos.
METODE PENELITIAN
Obyek penelitian ini adalah strategi
segmentasi, targeting serta positioning
yang diterapkan pada PT.Kendari Pos.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah primer baik yang bersifat data
kualitatif maupun kuantitatif. data kualitatif
yaitu data yang meliputi kegiatan-kegiatan
perusahaan, seperti kegiatan produksi dan
pemasaran koran, dan data yang terkait
dengan segmentasi targeting serta
positioning. Sedangkan data kuantitatif
yaitu yang meliputi : volume produksi,
harga jual, volume penjualan, jumlah
pesaing. Sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini dari PT. Kendari Pos
dengan menggunakan teknik pengumpulan
data interview dokumentasi.
Peralatan Analisis yang digunakan
untuk mencapai tujuan riset ini adalah
analisis deskriptif guna menjelaskan
variabel yang meliputi: (1) segmentasi
dengan pendekatan matriks segmentasi,
(2) targeting dengan menggunakan
pendekatan matriks strategis, dan (3)
positioning dengan menggunakan
pendekatan kualitatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui strategi pemasaran koran
harian kendari pos dengan menggunakan
variable, dapat dijelaskan sebagai berikut :
Segmentasi Pasar (Market Segmentation)
Segmentasi pasar dilakukan untuk
mengidentifikasi dan membentuk kelompok
pembeli yang berbeda-beda sehingga dapat
menerapkan dan menetapkan sasaran pasar
dengan menempatkan produk koran harian
Kendari Pos serta usaha perusahaan untuk
memisahkan pasar Koran harian kendari pos
dari kelompok-kelompok pembeli koran.
Selain itu perlu juga dijelaskan kelompok
pembeli berdasarkan usia (Ages) yang
menjadi pembaca koran harian kendari pos
dikelompokkan berdasarkan segmen tingkat
pendapatan dan tingkat usia. Segmen pasar
koran harian kendari pos mencakup
konsumen yang berpendapatan kurang dari
Rp 500.000 hingga lebih dari Rp.1.000.000
dengan tingkat usia 10-29 tahun hingga lebih
dari 50 tahun.
Sasaran Pasar (Targeting Market)
Penentuan sasaran pasar yang akan
dilayani oleh PT. Kendari Pos dibentuk
dalam berbagai segmen yang akan ditujukan
atau ditetapkan sebagai sasaran pasar
seperti konsumen dengan tingkat usia 10-29
tahun, 30-49 tahun dan konsumen yang
berusia lebih dari 50 tahun, yaitu pelajar,
mahasiswa, pegawai/karyawan pegusaha,
pedagang, wiraswasta, pensiunan.
Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh bahwa sasaran pasar yang
ditujukan untuk dapat menjangkau pasar
konsumen yang seluas-luasnya sehingga
dapat memasarkan koran harian Kendari
Pos kepada konsumen secara langsung
baik melalui loper maupun agen penjualan
yang tersebar diseluruh wilayah Sulawesi
Tenggara. Konsumen yang menjadi
sasaran pasar bagi perusahaan dalam
penelitian ini ditetapkan untuk
memudahkan peneliti dalam mengkaji
sasaran pasar koran harian Kendari Pos
dibandingkan dengan koran pesaing yang
dijual pada lokasi pasar yang sama.
Posisi Produk (Product Positioning)
Posisi produk dalam penelitian ini
mengarah pada posisi dimana perusahaan
berupaya untuk menempatkan koran harian
Kendari Pos yang dihasilkan diantara koran
pesaing yang ada di pasar sebagai koran
yang mempunyai isi berita yang tepat dan
akurat, dengan harga yang dapat di
jangkau masyarakat. Pada umumnya berita
yang dicantumkan dalam koran harian
Kendari Pos, tidak beda jauh dengan berita
yang ada pada koran pesaing. Koran harian
Kendari Pos memuat berita dan informasi
yang lebih akurat untuk dapat
mempertahankan posisi di pasar.
Dalam penentuan posisi produk,
perusahaan melakukan diferensiasi produk
untuk membedakan jenis berita yang akan
dicantumkan pada setiap kolom halaman
dengan persentase yang telah ditetapkan
oleh tim redaksi. Kemampuan dalam
memasarkan koran harian Kendari Pos
mendapatkan posisinya, sangat tergantung
pada kualitas wartawan atau tenaga
lapangan yang meliput dan mencari berita
cermat dan tepat untuk dicantumkan dalam
koran tersebut. Hal ini berkaitan dengan
kepuasan yang diperoleh konsumen atas
sejumlah berita yang dibutuhkan dari koran
harian Kendari Pos maupun pesaing.
Perkembangan Penjualan
Perkembangan penjualan koran harian
Kendari Pos yang dilakukan oleh PT.
Kendari Pos dari tahun ke tahun mengalami
perkembangan yang telah disajikan pada
tabel 3 dalam satuan karton yang dijual sejak
tahun 2002 - 2006. Perusahaan melakukan
kegiatan usaha dengan memanfaatkan hari
kerja setiap hari dan kegiatan pemasaran
dilakukan setiap hari untuk memberikan
informasi kepada masyarakat sebagai
bagian dari perkembangan informasi media
cetak yang dibutuhkan masyarakat untuk
memperoleh berita, iklan, promosi dan
pesan lainnya dalam koran harian kendari
pos.
Perkembangan penjualan koran
harian Kendari Pos setiap hari dalam 5
tahun terakhir (2002-2006) mengalami
perkembangan setiap tahunnya mencapai
23,45%. Secara rata-rata mencapai 20,02%
hal ini menggambarkan bahwa PT. Kendari
Pos masih aktif melakukan penerbitan dan
penjualan koran harian Kendari Pos pada
setiap hari kerjanya.
Komposisi informasi yang dimuat
dalam koran harian Kendari Pos terbagi
atas berita lokal, berita nasional dan
internasional, serta iklan-iklan dari berbagai
perusahaan yang hendak memperkenalkan
diri kepada publik dengan memanfaatkan
jasa koran harian Kendari Pos. Persentase
berita yang dimuat pada koran harian
Kendari Pos berdasarkan kelompok dan
jenis berita disajikan pada Tabel berikut.
Strategi Pemasaran Produk Koran harian Kendari Pos
Penelitian yang mengkaji tentang
strategi pemasaran ini dilakukan dengan
menggunakan 3 strategi pemasaran yang
mendukung proses penjualan koran harian
Kendari Pos. Strategi yang dilakukan
adalah strategi segmentasi pasar, strategi
targeting market dan strategi positioning
product sebagai berikut:
Segmentasi Pasar
Penjualan koran harian Kendari Pos
yang dianalisis dengan menggunakan
matriks segmentasi diperoleh hasil yang
disajikan pada Tabel berikut :
Sasaran Pasar (Targeting Market)
Pasar sasaran (Targeting Market)
koran harian Kendari Pos adalah semua
kalangan yang senang membaca dan ingin
menambah wawasan, mereka mempunyai
keinginan untuk mencari berita dan informasi
melalui koran, dan menggunakan koran
sebagai media untuk mengetahui
perkembangan hukum, politik dan bisnis.
Pasar sasaran PT. Kendari Pos dalam
memasarkan korannya untuk pelangan
kantor/instansi, pelangan pribadi/perumahan
dan eceran (pembaca yang tidak setiap hari
membaca koran) sehingga hal ini dapat
mendukung penjualan koran harian Kendari
Pos. Segmen pasar ini mempunyai daya beli
dan keinginan pembaca untuk mengetahui
informasi berita lokal yang dapat mendukung
loyalitas penjualan koran harian Kendari Pos.
Berdasarkan target pasar, perusahaan
menetapkan sasaran pasar dengan jumlah
konsumen yang sangat menentukan untuk
melakukan pembelian koran harian Kendari
Pos di kios, dan toko. Hasil penelitian pada
akhir tahun 2006 diperoleh bahwa jumlah
kios yang dilayani sebanyak 743 unit dan
took sebanyak 694 unit yang menjadi mitra
usaha dalam penjualan koran harian
kendari pos.
Posisi Produk (Positioning Product)
Koran harian Kendari Pos yang
dipasarkan memposisikan produknya
melalui berita yang aktual, lugas dan
terpercaya. Dengan menampilkan 5 lembar
dan 20 halaman yang memuat berita lokal,
nasional dan iklan dengan harga yang
dapat terjangkau. Koran harian Kendari
Pos mengembangkan produknya dengan
memposisikan kualitas produknya melalui
strategi pemasaran yang dilakukan oleh
perusahaan.
Koran harian Kendari Pos memiliki
produk koran yang berbeda dari
pesaingnya dan mengembangkan strategi
penjualan koran Kendari Pos dengan
mempertegas citra koran Kendari sebagai
koran lokal yang sebagian besar beritanya
membahas berita lokal. Kendari Pos juga
merupakan media cetak lokal yang memiliki
fasilitas percetakan sendiri, dan media cetak
lokal terbesar di Sulawesi Tenggara.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukan bahwa PT. Kendari Pos dalam
mencapai sasaran yang di inginkan terutama
koran harian Kendari Pos mendorong
perusahan untuk melakukan strategi
segmentasi, targeting dan positioning
perusahaan
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukan bahwa PT. Kendari Pos
mensegmen koran harian Kendari Pos
berdasarkan pendapatan dan usia dengan
menyajikan jenis berita yang menguasai
semua segmen baik itu pelajar, mahasiswa,
pegawai/karyawan pegusaha, pedagang,
wiraswasta, dan pensiunan dengan
menyalurkan koran melalui kios dan toko
yang tersebar di seluruh Kabupaten/kota di
Sulawesi Tenggara yang dilakukan oleh para
loper dan agen penjualan yang menjadi mitra
bisnis dari PT Kendari Pos.
PT. Kendari Pos menetapkan pasar
sasaran koran Kendari Pos dengan target
yang akan di tuju adalah pelajar, mahasiswa,
pegawai/karyawan, pegusaha, pedagang,
wiraswasta, dan pensiunan. Dengan
menawarkan jenis berita seperti hukum dan
kriminal, ekonomi, pendidikan, hiburan,
olah raga, kesehatan, politik, opini, bumi
anoa
Koran harian Kendari Pos yang di
pasarkan oleh PT. kendari Pos
memposisikan perusahaannya melalui isi
koran degan berita yang mengulas semua
isu-isu, sehingga masyarakat tertarik untuk
membacanya. Selain itu koran harian
Kendari Pos sudah lama dikenal oleh
masyarakat, jadi citra merek koran Kendari
Pos ini tertanam dibenak masyarakat,
khususya bagi pelanggan dan pembaca
koran harian Kendari Pos. sehinga Kendari
Pos memposisikan korannya sebagai koran
lokal yang mengulas berita lokal, nasional
dan internasional dengan harga yang dapat
terjangkau dan dikenal oleh masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian,
mengunakan analisis deskriptif dengan
pendekatan matriks segmentasi,
pendekatan matriks strategis, dan
pendekatan kualitatif menunjukan strategi
segmentasi dan targeting serta positioning
yang dilakukan pada PT.Kendari Pos
mampu meningkatkan penjualan koran
harian Kendari Pos.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa kegiatan pemasaran
koran harian Kendari Pos dilakukan
perusahaan secara menyeluruh pada
segmen pasar yang meliputi kios dan toko
serta yang tersebar di seluruh
Kabupaten/kota di Sultra yang dilakukan oleh
para loper dan agen penjualan yang menjadi
mitra bisnis dari PT Kendari Pos.
Sasaran pasar (Tergeting Market)
koran harian Kendari Pos adalah konsumen
dengan tingkat usia 10-29 tahun, 30-49
tahun dan konsumen yang berusia lebih dari
50 tahun, yaitu pelajar, mahasiswa,
pegawai/karyawan pegusaha, pedagang,
wiraswasta, dan pensiunan. Sehinga PT.
Kendari Pos dapat meningkatkan volume
penjualan dalam 5 (lima) tahun terakhir.
Kemudian posisi produk (Product
Positioning) koran harian Kendari Pos
sebagai koran lokal mendapat tempat
pertama untuk jenis media cetak dengan
menawarkan 5 lembar dan 20 halaman yang
mencakup berita lokal, nasional/internasional
dan iklan yang berbeda dari koran pesaing.
Koran harian Kendari Pos pada setiap hari
penerbitannya meraih dan mempertahankan
posisi sebagai media cetak lokal yang ada di
Sulawesi Tenggara.
Mengacu pada kesimpulan yang
dikemukakan sebelumnya, maka dapat
disarankan: (1) Memperluas segmen pasar,
maka manajemen perusahaan harus
melakukan ekspansi usaha dan
mengembangkan sistem kemitraan untuk
dapat membentuk pasar potensial yang
mendukung volume penjualan koran harian
Kendari Pos pada masa mendatang; (2)
Menetapkan pasar target dan posisi produk,
perusahaan harus meningkatkan kinerja
usaha dan memanfaatkan kemampuan
perusahaan untuk menjangkau pasar baik
untuk penjualan dalam kota maupun
penjualan diluar kota pada masa
mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Assael, 1992 Dalam Sutisna, 2002, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, Rosdakarya, Jakarta.
Buchari. A, 2005, Manajemen Pemasaran Jasa, Alfabeta, Jakarta
Corey dan Dolan 1991 Strategi Pemasaran, Penerbit Swadaya, Jakarta :
David W. Cravens, 1997 The Strategic Marketing, Fiften Edition, Richard D. Irwin, USA.
Heriyanto, 2000, Strategi Segmentasi, targeting dan Positioning Produk Mie Intan Pada CV. Landipo, Skripsi, Unhalu Kendari
Indriyo Gitosudarmo, 1994 Strategi Pemasaran Binarupa Aksara, Jakarta
Jaka Wasana 1997 Manajemen Pemasaran PT. Perhalindo, Jakarta.
James. F. Engel, Roger D Blackwell dan Paul W. Miniard, 1994, Perilaku Konsumen, Binarupa Aksara, Jakarta
Julius Onggo, 2005, Strategi Membidik Pasar Target, Artikel Pemasaran, http://www.google.com/artikel
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 1997. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan Implementasi dan Kontrol, PT. Perhalindo, Jakarta
Parmadi, 1995. Dasas-Dasar Manajemen Pemasaran Produk, LPFE-UI Jakarta.
Rhenald Kasali, 1999, Mendidik Pasar Indonesia : Strategi Segmentasi, Targeting dan Positioning, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Rismiati, , 2001 Pemasaran Barang dan Jasa, Kansius Yogyakarta
Sofyan Assauri, 2000. Manajemen Pemasaran Dasar, Konsep dan Strategi. Rajawali apers: Jakarta.
Suparjo, 2007, Strategi Segmentasi, Targeting dan Positioning, Jurnal, www.google.com/jurnal
Sutisna, 2002, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, Rosdakarya, Jakarta.
Tjiptono, F. 2000 Pemasaran Jasa, Bumi Aksara, Jakarta
HUBUGAN TUNJANGAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DENGAN
PRODUKTIVITAS KERJA PUSTAKAWAN DI KOTA KENDARI
Darmawati 1) & Abdul Kadir 2)
ABSTRACT
The problem of research is how the correlation between Librarian functional allowance and the working productivity. The aim of this research is to know how the correlation between librarian functional allowance andtheir productivity., while the advantages are in order to be used as an evaluation towards who have an authority in determining librarian functional allowance appropriately, the working productivity can be reached well, also a siurce of motivation to librarian in developing of career in functional position. This research used qualitative-descriptive Method and Moment Product Correlation analysis. Sampling was drawn abaut 30 samples. Thes data colleted by technique Such as, observation, interview, questionarie and literatures as primary and secondary data respectively.
The result or this research indicated that there’s correlation between Librarian functional allowance whit working productivity wich has r hit
= 0,3708 and r tab =0,3494. r hit more than r tab with the interval correlation
coefficient was in 0,20 - 0,0399 with low garde significant. ThusThe hypothesis accepted (Ha) and rejected of (Ho). This research showed that asignifficant correlation which means that the higher of fungtion allowance the more working productivity.
Key Word: Librarian Functional, Productivity
PENDAHULUAN
Perhatian pemerintah terhadap profesi
pustakawan cukup tinggi hal ini ditandai
denga dikeluarkannya Keputusan baru,
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 132/KEP/M.PAN/12/2002 tentang
jabatan fungsional pustakawan dan angka
kreditnya dan KEPRES Nomor 86 Tahun
2003 tentang tunjangan jabatan fungsional
pustakawan yang cukup memberikan
kelegahan sebagai dasar motivasi fiansial
terhadap pustakawan.
Tunjangan fungsional pustakawan
merupakan motivasi penggerak dalam
memberikan semangat kerja kepada para
pustakawan, agar lebih berperilaku positif
dalam usaha mencpai pengkatan
produktivitas kerja, karena tanpa ada
motivasi berupa tunjangan, maka tujuan
kepustakawanan tidak akan tercapai. Agar
pustakawan dapat menjalankan fungsi dan
misinya dengan baik, maka harus
memenuhi beberapa unsure diantaranya
adalah kebutuhan, kepuasan kerja dan
sumber daya manusia (SDM).
Dengan penerapan system jabatan
fungsional pustakawan dan kenaikan jabatan
berdasarkan prestasi kerja yang diatur dan
ditentukan muatan, bobot dan jumlahnya
dalam angka kredit dapat memberikan
kesempatan bagi pustakawan fungsional
untuk meneliti karier lebih cepat.
Disamping meniti karir yang terbuka
system fungsional relative mendorong
kreativitas dan motivasi kerja karena pejabat
fungsional pustakawan mendapat tunjangan
fungsional sebagai konsekuensi penilaian
prestasi kerja sesuai standar SK Menpan
Nomor : 132/KEP/M.PAN/12/2002, hal ini
merupakan suatu tantangan yang menuntut
pengetahuan dan kerja keras terhadap
kenaikan jabatan. Dengan demikian
pustakawan dituntut mampu mandiri dan
bekerja professional dalam melaksanakan
tugasnya diharapkan bersikap aktif dan
pandai mengelola dan mendayagunakan
informasi melayani kebutuhan masyarakat.
Keseluruhan aktivitas pustakawan yang
bergerak dalam bidang informasi diperlukan
berbagai factor pendukung. Produktivitas
kerja dan keberhasilan kerja maupun
pekerjaan yang terarah pada sasaran yang
ditetapkan. Produktivitas kerja mencakup
sikap mental yang selalu berpandangan
dinamis, optimis, kreatif dan innovatif dalam
meraih sesuatu secara maksimal.
Dalam meningkatka Produktivitas kerja
dalam suatu organisasi dipengaruhi oleh
banyak factor seperti semangat dan
kegairahan kerja juga motivasi yang berupa
tunjangan, ini merupakan factor yang
sangat penting, hal ini dapat dikatakan
bahwa dengan pemberian tunjangan, maka
menghasilkan produktivitas kerja yang
tinggi pula, demikian sebaliknya.
Berdasarkan latar belakang di atas maka
penulis mengambil judul penelitian yaitu
“hubugan tunjangan fungsional pustakawan
dengan produktivitas kerja pustakawan di
Kota Kendari”. Permasalahan yang
dijadikan fokus kajian dalam riset ini
Bagaimana hubungan antara tunjangan
fungsional pustakawan dengan
produktivitas kerja. Tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah
menjelaskan hubungan antara tunjangan
fungsional pustakawan dengan
produktivitas kerja. Hasil penelitian ini
diharapkan bermanfaat: sebagai motivasi
kepada pustakawan untuk dapat
mengembangkan karir, dijadikan bahan
evaluasi kepada pihak yang berwewenang
dalam penetapan tunjangan fungsional
pustakawan yang tepat, agar produktivitas
kerja dapat tercapai dengan baik.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan untuk
memperoleh gambaran dengan cara
menganalisa dan menafsirkan variabel-
variabel yang diteliti oleh Koentjaraningrat
(1979:45). Penelitian korelasional dalam
kasus ini dimaksudkan untuk menentukan
apakah ada hubungan antara variable-
variabel yang diteliti. Berdasarkan tujuan
yang telah ditetapkan aka jenis penelitian ini
adalah eksplanasi. Faisal (1995:21)
penelitian eksplanasi (explanatory research)
adalah untuk menguji hubungan antara
variabel yang dihipotesiskan.
Rancangan studi ini meliputi: populasi
dan sampel, variabel penelitian, jenis dan
sumber data, metode pengumpulan data,
skala pengukuran data, uji validitas dan
reliabilitas dan metode analisis data. Data
yang digunakan adalah data primer yang
dikumpul secara cross-section melalui
kuisioner. Skala pengukuran data adalah
skala likert 5 point. Penentuan skala dibuat
dari skala 5 (sangat setuju/secara total
diaplikasikan) sampai dengan skala 1 (tidak
setuju/tidak diaplikasikan). Kemudian untuk
memperoleh data yang valid dan reliabel
terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas
dan reliabilitas instrumen.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pegawai Pustakawan di Kota
Kendari. Sampel dalam penelitian ini
ditentukan dengan menggunakan purposive
sampling yaitu pengambilan sampel secara
sengaja sebanyak 30 responden dengan
pertimbangan karena : (1). Pemimpin bukan
sampel tetapi yang menilai para karyawan
(2). Para karyawan tersebut berkompoten
dalam bidang Human Resource pada setiap
divisi/bagian khususnya kepustakaan, (3).
Cukup representatif untuk mewakili populasi
(4). Telah memenuhi kriteria penguji dan
analisis statistika inferensial.
Peralatan analisis yang digunakan
adalah deskriptif, yaitu menjelaskan secara
persentase mengenai kondisi nyata dari
masing-masing variabel yang diteliti, dan
analisis inferensial dengan menggunakan
rumus Korelasi Product Moment Pearson
(Santoso, 2004:283). yaitu:
dimana : r = koefisien korelasi
n = banyaknya sampel
X = skor item X
Y = skor item Y
HASIL DAN PEMBAHSAN
Hasil penelitian berdasarkan studi
korelasi yang merupakan hasil jawaban
responden dari sejumlah pertayaan dalam
angket /kuesioner yang disebabkan hasil
penelitian didistribusikan dalam bentuk
table dan diolah secara statistik. Angket ini
diharapkan mampu mengajikan pertanyaan
tertulis guna memperoleh data variabel
tunjangan fungsional dan produktivitas
kerja dan dianalisis lebih lanjut.
Dari 30 orang responden yang
dijadikan sampel dalam penelitian
mayoritas responden menyatakan setuju
adanya tunjangan fungsional pustakawan.
Distribusi tanggapan responden dan
pengujian hubungan tunjangan fungsional
pustakawan dengan produktivitas kerja
dapat diuraikan sebagai berikut:
Tabel 1. Tanggapan Responden Mengenai Tunjangan Fungsional Pustakawan Dengan
Produktivitas Kerja
Sumber: Data primer diolah (kuesioner)
Berdasarkan tabel 1 diatas, lalu
dimasukkan ke rumus analisa korelasi
Product moment sebagai berikut :
Hasil perhitungan tersebut didapat
nilai r hitung 0,3708, sedangkan nilai rtabel
untuk derajat kebebasan n = 30 dan taraf
kepercayaan 0,05 yakni rtabel= 0,3494, nilai r
hitung lebih besar dari rtabel. Dengan demikian
ada hubungan yang signifikan antara
tunjangan fungsional pustakawan dengan
produktifitas kerja.
Tabel 2. Tanggapan Responden Mengenai Tunjangan Fungsional Pustakawan Sebelum SK
Menpan No. 132 Hubungannya Denagn Produktivitas Kerja
Sumber: Data primer diolah (kuesioner)
Berdasarkan tabel 2 di atas, analisis
korelasi Product Moment dapat dihitung
sebagai berikut :
Hasil perhitungan di atas didapat nilai
rhitung = 0,0112 sedangkan rtabel dengan
derajat kebebasan n = 30 dengan taraf
kepercayaan 0,05 yakni rtabel = 0,3494, jadi r
hitung lebih kecil dari rtabel, maka nilai r hitung
berada pada interval koefisien antara
0,000-0,199 dengan taraf kepercayaan
yang sangat rendah. Dengan demikian
tunjangan fungsional pustakawan sebelum
adanya SK Menpan 132 sangat rendah,
sehingga dapat mempengaruhi
produktivitas kerja.
Tabel 3. Tanggapan Responden Mengenai Tunjangan Fungsional Pustakawan Sekarang
Hubungannya Denagn Produktivitas Kerja
Sumber: Data primer diolah (kuesione)
Berdasarkan tabel 3 di atas , maka
analisfs korelasi Product Moment dapat
dihitung sebagai berikut :
Hasil perhitungan di atas nilai rhitung=
0,01021 sedangkan rtabel dengan derajat
kebebasan n = 30 dan taraf kepercayaan
0,05 yakni rtabel = 0,3494, jadi r hitung lebih
kecil dari rtabel, maka nilai r berada pada
interval koefisien antara 0,000-0,199
dengan taraf kepercayaan yang rendah.
Dengan demikian tunjangan fungsional
pustakawan sekarang masih rendah,
hubungannya dengan produktivitas kerja.
Tabel 4. Tanggapan Responden Mengenai Revisi Kenaikan Tunjangan Fungsional
Pustakawan Hubungannya Dengan Produktivitas Kerja
Sumber: Data primer diolah (kuesioner)
Berdasarkan tabel 4, analisis korelasi
Product Moment dapat dihitung sebagai
berikut :
Hasil perhitungan di atas diperoleh
nilai rhitung = 0,0223 sedangkan rtabel dengan
derajat kebebasan n = 30 dan taraf
kepercayaan 0,05 yakni rtabel = 0,3494, jadi
rhitung lebih kecil dari r rtabel, maka nilai r
berada pada interval koefisien antara
0,000-0,199 dengan taraf kepercayaan
yang sangat rendah. Dengan demikian
tunjangan fungsional pustakawan perlu
direvisi kembali sehubungan dengan
produktivitas kerja.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pembahasan yang
menyangkut hubungan tunjangan fungsional
pustakawan dengan produktivitas kerja,
maka penulis mengambil kesimpulan bahwa:
hubungan tunjangan fungsional pustakawan
sangat berpengaruh terhadap produktivitas
kerja. Hubungan tersebut menunjukkan
korelasi yang signifikan artinya semakin
tinggi tunjangan fungsional pustakawan,
maka produktivitas semakin meningkat.
Tunjangan fungsional pustakawan
sekarang masih sangat rendah dibangingkan
tugas yang dilakukan. Hubungan tersebut
menunjukkan korelasi yang tidak signifikan
artinya tunjangan yang diberikan sangat
rendah sementara tugas pustakawan
banyak, sehingga dapat mengurangi
produktivitas kerja. Kenaikan tunjangan
fungsional pustakawan perlu direvisi kembali
hubungannya dengan produktivitas kerja,
sehingga revisi tunjangan fungsional
pustakawan perlu ditinjau kembali
Agar meningkatkan produktivitas kerja
pustakawan, peneliti menyarankan sebagai
berikut : (1) diharapkan agar tunjangan
fungsional pustakawan masih perlu adanya
revisi kenaikan supaya pustakawan dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab
dengan hasil yang efektif dan efisien; (2)
diharapkan agar para pustakawan lebih
disiplin waktu baik dalam jam kerja,
pengumpilan angka kredit maupun
kenaikan jabatan/pangkat; (3) diharapkan
agar pustakawan dapat memberikan
pelayanan dengan baik kepada masyarakat
pengguna, agar eksistensi Perpustakaan
dirasakan manfaatnya, khususnya dalam
penyediaan informasi yang actual; (4) untuk
mendukung peningkatan produktivitas kerja
pustakawan, maka perlu diperhatikan
berbagai faktor yang bersifat memotivasi
seperti mengikutsertakan pustakawan dalam
pelatihan dan pendidikan yang sesuai
dengan bidang dan tugasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Amrin, M Tatang. 1990. Menyusun Rencana Penelitian.
Harsono, 1985. Peningkatan Produktivitas Tata Pemerintahan. Jakarta : LAN. R.I.
Hasibuan, SP.Malayu. 1996. Dasar-Dasar Organisasi Manajemen. Jakarta : Gunung Agung.
Hidayat. 1980. Peningkatan Produktivitas Karyawan. Seri Manajemen No. 95. Jakarta : LPPM Erlangga.
Keputusan Menpan No. 132/KEP/M.PAN/12/2002. 2004 Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka kreditnya. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI
Keputusan Kepala Perpystakaan Nasional RI No. 10 tahun 2004. Petunjuk teknis jabatan fungsional pustakawan dan angka kreditnya. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.
Sarwoto. 1985 Aspek Produktivitas dalam Pengembangan Karyawan. Jakarta : Prima
Soetimah. 1994. Perpustakaan, Kepustakawanan dan Pustakawan. Yogyakarta : Kanisius
Sulistyo-Basuki.1992. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
PENGARUH STRATEGI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) TERHADAP
PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. TELKOM KANDATEL KENDARI
Haliswiaty 1) & Marini 2)
ABSTRACT
The research this doing with purpose for to know influence of Strategic Management Human Resource for performance appraisal employee to PT. Telkom Kandatel Kendari. The kind of research this is ecsplanatory so that use the primer data and collected with cross-section through questioner. The pulling of the sample technique is purposive sampling with Description and Multiple linear regression analysis method. The result of research this to indicate that the influence of Strategic Human Resource Management (SDM) have significant to influenced for performance appraisal to PT. Telkom Kandatel Kendari. The result of test probability at level of significant 0,000 < 0,05. According to result analysis that can summarized that Strategy of Human resource Management (SDM) have significant to influenced for performance appraisal employee to PT. Telkom Kandatel Kendari. The result Summarized, then to suggest to PT. Telkom Kandatel Kendari so that attention seurious Strategic of Human Resource Management (SDM) so that can increase performance appraisal employee.
Key Word : Training, Empowerment, Performance Appraisal
PENDAHULUAN
Adanya perubahan dan tekanan
kompetitif menuntut setiap perusahaan
harus mengubah atau mengadopsi strategi
baru agar tetap mampu bersaing.
Perubahan strategi akan menentukan arah
setiap fungsi dari organisasi perusahaan,
termasuk fungsi Manajemen Sumber Daya
Manusia (MSDM). Penekanan pentingnya
pendekatan strategis bagi setiap perusahaan
melibatkan adanya hubungan starategi
perusahaan dengan Manajemen Sumber
Daya Manusia (MSDM) strategis dalam
bidang struktur, budaya, dan pengembangan
sumber daya perusahaan.
Strategi Manajemen Sumber Daya
Manusia adalah praktek-praktek manajemen
SDM yang umumnya dilakukan pada
perusahaan. Hal ini sesuai dengan asumsi
universal, yang menyatakan bahwa praktek
manajemen SDM lebih baik dalam
mendorong kinerja dibandingkan dengan
yang lain dan oleh karena itu perusahaan-
perusahaan harus mengdopsi cara ini
(Harel, et, al.1999). Harris dan Ogbonna
(2001) berpendapat bahwa Strategi SDM
saat ini menjadi menarik untuk di
kembangkan dalam peningkatan kinerja.
Peningkatan kinerja dapat dilakukan melalui
pengembangan budaya organisasi yang di
fokuskan secara internal dengan
menggunakan pendekatan strategi
fungsional yaitu (Human Resource
Management Strategy).
Dalam mengatur praktek-praktek
manajemen SDM, mengacu pada item-item
yang dikembangkan oleh (Huselid, et,
al.1997). Item-item tersebut disesuaikan
dengan kondisi pada umumnya khususnya
pada perusahaan. Ada tiga indikator dari
praktek manajemen SDM yang
mencerminkan strategi SDM yang, meliputi :
pelatihan (training), Pemberdayaan
(empowerment) dan Penilaian Kinerja
(performance appraisal).
Pelatihan (training) haruslah
meningkatkan efektifitas karyawan,
meningkatkan kepuasan karyawan, dan
memenuhi program kesempatan kerja
sama karyawan. Diagnosis aspek situasi
lingkungan dan organisasional serta
analisis pekerjaan merupakan langkah
pertama dalam menyusun program
pelatihan dan pengembangan.
Selanjutnya salah satu cara yang bisa
digunakan pemimpin untuk menciptakan
tingkat motivasi yang tinggi dari bawahan
adalah melalui pemberdayaan.
Pemberdayaan (empowerment) diartikan
sebagai membagi kekuasaan (power
sharing) atau mendelegasikan kekuasaan
dan wewenang di dalam organisasi (Daft,
1999). Senada dengan pendapat Luthans
(1995) pemberdayaan adalah wewenang
untuk membuat keputusan dalam kegiatan
operasional individual tanpa harus
memperoleh persetujuan dari siapapun.
Dalam pendegelasian tersebut, pemimpin
bisa memberikan pengetahuan kepada
bawahan tentang seluk beluk tugas dan
wewenangnya sehingga bawahan bisa
berhasil dalam menyelesaikan tugas dan
wewenang yang diembannya. Penilaian
Kinerja (performance appraisal) penilaian
kinerja berbicara tentang kinerja karyawan
dan akuntabilitas ditengah kompetisi global,
perusahaan menuntut kinerja yang tinggi
seiring dengan itu, karyawan membutuhkan
umpan balik atas kinerja.
PT. Telkom Kandatel Kendari
mempunyai disiplin yang tinggi dan
solidaritas antara karyawan dan karyawan
maupun pimpinan dan karyawan. PT.
Telkom Kandatel Kendari sangat menghargai
hasil kerja dari para karyawan sesuai dengan
balas jasa (gaji) yang diberikan. Apabila ada
pekerjaan-pekerjaan di luar kantor namun
masih berhubungan tetap di berikan bonus
sebagai hasil kerja mereka, oleh karena itu
sangat dibutuhkan Strategi Manajemen SDM
yang berkualitas tinggi untuk itu diperlukan
pelatihan, pemberdayaan, dan penilaian
kinerja sangat penting dalam meningkatkan
prestasi kerja pada PT. Telkom Kandatel
Kendari.
Mencermati fenomena empiris dan
berdasarkan kajian teori, penelitian ini
penting dilakukan dengan fokus
permasalahan bagaimana penerapan dan
apakah strategi manajemen sumber daya
manusia (SDM) terhadap prestasi kerja
karyawan pada PT. Telkom Kandatel
Kendari. Tujuan yang ingin dicapai adalah
untuk mengetahui dan mengkaji secara
empiris penerapan dan pengaruh signifikan
antara variabel Starategi Manajemen
Sumber Daya Manusia yang terdiri Training,
Empowerment dan Performance Appraisal
terhadap Prestasi Kerja Karyawan pada PT.
Telkom Kandatel Kendari.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini didilakukan pada PT.
Telkom Kandatel Kendari yang beralamat di
jalan Jend. Achmad Yani No. 8 Kendari,
kelurahan Kadia, Kecamatan Mandonga,
Kota Kendari. Pendekatan studi ini adalah
conclusive research dengan menggunakan
metode causal research yang bertujuan
untuk memperoleh pengujian yang tepat
dalam menarik kesimpulan hubungan
sebab akibat antara variabel dan
selanjutnya memilih alternatif tindakan.
Alasan yang mendasari menggunakan
penelitian konklusif dengan menggunakan
metode causal research karena tujuan
penelitian adalah menganalisis dan menguji
secara empiris besarnya tingkat signifikansi
pengaruh Starategi Manajemen Sumber
Daya Manusia yang terdiri Training,
Empowerment dan Performance Appraisal
terhadap Prestasi Kerja Karyawan pada
PT. Telkom Kandatel Kendari. Selanjutnya
menarik kesimpulan menerima atau
menolak teori atau hasil penelitian
terdahulu.
Rancangan studi ini meliputi: populasi
dan sampel, variabel penelitian, jenis dan
sumber data, metode pengumpulan data,
skala pengukuran data, uji validitas dan
reliabilitas dan metode analisis data. Data
yang digunakan adalah data primer yang
dikumpul secara cross-section melalui
kuisioner. Skala pengukuran data adalah
skala likert 5 point. Penentuan skala dibuat
dari skala 5 (sangat setuju/secara total
diaplikasikan) sampai dengan skala 1 (tidak
setuju/tidak diaplikasikan). Kemudian untuk
memperoleh data yang valid dan reliabel
terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas
dan reliabilitas instrumen.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh karyawan PT. Telkom Kandatel
Kendari sebanyak 73 orang. Sampel dalam
penelitian ini ditentukan dengan
menggunakan purposive sampling yaitu
pengambilan sampel secara sengaja
sebanyak 43 responden dengan
pertimbangan karena : (1). Pemimpin bukan
sampel tetapi yang menilai kinerja para
karyawan (2). Para karyawan tersebut
berkompoten dalam bidang Human
Resource pada setiap divisi/bagian, (3).
Cukup representatif untuk mewakili populasi
(4). Telah memenuhi kriteria penguji dan
analisis secara statistika inferensial.
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan
yaitu : (a) Analisis statistika deskriptif,
bertujuan untuk mendeskriptifkan masing-
masing variabel penelitian ini dalam bentuk
jumlah, rata-rata maupun angka persentase,
dan (b) Analisis statistika inferensial, yaitu
Regresi multivariat dengan tujuan untuk
mengetahui dan menguji secara empiris
pengaruh Starategi Manajemen Sumber
Daya Manusia yang terdiri Training,
Empowerment dan Performance Appraisal
terhadap Prestasi Kerja Karyawan pada
PT. Telkom Kandatel Kendari baik secara
parsial maupun simultan dengan
persamaan : Y = b1X1+ b2X2 + b3X3 + ei.
Kemudian tingkat kepercayaan yang
ditetapkan adalah 95% atau α=0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis data dalam penelitian ini
dengan mengkombinasikan hasil temuan
dari pendekatan analisis statistika deskriptif
dan regresi multivariat yang dilakukan
sebelumnya agar terjadi proses sintesa
demi penyempurnaan hasil temuan
penelitian ini. Hasil analisis regresi
multivariat ternyata juga sama dengan hasil
analisis statistika dekriptif, sehingga dapat
memperkuat hasil temuan studi ini. Lebih
jelasnya rekapitulasi hasil pengolahan data
dapat baik secara deskriptif maupun
inferensial dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data Deskriptif dan Regresi Multivariat
Variabel BebasDeskriptif Regresi Multivariat
Rata-Rata Standardized Koefisien (Beta)
thitung Sig.t Ket.
Training (X1)
Empowerment (X2)
Perf. Appraisal (X3)
4,60
4,80
4,05
0,573
0,438
- 0,057
5,075
3,612
-0,441
0,000
0,001
0,662
Signifikan
Signifikan
Tidak Signifikan
Prestasi Kerja (Y) 4,40
R = 0,826 Fhitung = 42,737
R Square = 0,767 Sig F = 0,000
Sumber : Hasil olahan data primer
Pada Tabel 1 di atas, menunjukkan
hasil analisis deskriptif dan regresi
multivariate terhadap maing-masing variabel
dalam studi ini. Lebih jelasnya urain hasil
pengujian dan analisis dekriptif dan regresi
multivariat sebagai berikut:
X1. Variabel Training
Hasil perhitungan analisis regresi
multivariat diperoleh nilai Standardized
Coefficients (Beta) sebesar 0,573 dan nilai
thitung variabel training (X1) sebesar 5,075
lebih besar dari nilai ttabel sebesar 2,021.
Selanjutnya berdasarkan nilai sig. t = 0,000 <
= 0,05 berarti variabel training secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap
prestasi kerja pada PT. Telkom Kandatel
Kendari. Kemudian nilai rata-rata variabel
training 4,60 menunjukkan mayoritas
responden menyatakan sangat setuju
adanya program training dengan alasan
perusahaan telah memberikan kesempatan
yang sama bagi karyawan untuk mengikuti
pelatihan, dan memberikan pelatihan yang
luas bagi karyawannya.
X2. Variabel Empowerment
Nilai Standardized Coefficients (Beta)
variabel empowerment = 0,438 dan nilai
rata-rata pernyataan responden sebesar
4,80 yang berarti bahwa perusahaan sangat
setuju dalam penerapan konsep
pemberdayaan bagi karyawan yang ada
dengan alasan telah diberikan keleluasaan
dalam berkreatifitas. Keterlibatan mereka
dalam pengambilan keputusan dengan
alasan perusahaan memberikan kebebasan
karyawan dalam mengembangkan inisiatif.
Pemberian upah yang relatif lebih tinggi
dari pada perusahaan sejenis. Pemberian
peluang yang cukup dalam ikut
berpartisipasi dalam perusahaan serta
keterlibatan langsung dalam pengambilan
keputusan. Hasil perhitungan analisis
regresi multivariat, menunjukkan bahwa
nilai thitung variabel empowerment (X2) =
3,612 > ttabel = 2,021 atau Sig. t = 0,001 <
= 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
empowerment (X2) secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap prestasi
kerja pada PT. Telkom Kandatel Kendari.
X3.Variabel Performance Appraisal
Variabel performance Appraisal
memiliki nilai Standardized Coefficients
(Beta) sebesar - 0,057 dan nilai rata-rata
4,05 berarti mayoritas responden setuju
dengan kebijakan perusahaan dalam
menentukan besarnya upah selalu
didasarkan pada kemampuan kerja dari
para karyawan dan perusahaan juga
memberikan perhatian yang cukup bagi
pengembangan karyawannya. Selanjutnya
hasil perhitungan regresi multivariat,
diperoleh thitung variabel Performance
Appraisal (X3) = -0,441 < ttabel = 2,021
dengan nilai sig. t = 0,662 > dari = 0,05
menunjukkan variabel performance
appraisal (X3) secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap prestasi
kerja PT. Telkom Kandatel Kendari.
Y. Variabel Prestasi Kerja
Dalam penelitian ini, pengukuran
prestasi kerja dari 43 karyawan melalui
penilaian pimpinan pada setiap divisi,
dengan maksud untuk mengetahui
bagaimana kemampuan dan keterampilan
setiap karyawan dalam melaksanakannya
pekerjaan. Sehubungan dengan penilaian
prestasi kerja maka dapat diukur melalui :
kualitas kerja, kemampuan melakukan
pekerjaan, keterampilan kerja, tanggung
jawab dan disiplin. Mean variabel prestasi
kerja sebesar 4,4 berarti pimpinan rata-rata
memberikan penilaian baik untuk setiap
karyawan dalam hal kualitas kerja,
kemampuan melakukan pekerjaan,
keterampilan kerja, tanggung jawab dan
disiplin, dengan alasan setiap karyawan
dalam melaksanakan kewajiban harus
bertanggung jawab atas pekerjaan yanh
dilakukan pada perusahaan.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data dalam
penelitian ini, dapat dijelaskan masing-
masing variabel baik variabel bebas maupun
terikat adalah sebagai berikut:
Pengaruh Variabel Training Terhadap Prestasi Kerja
Training adalah salah satu bentuk
pengembangan Sumber Daya Manusia
(SDM) dalam meningkatkan kemampuan
atau ketrampilan khusus karyawan PT.
Telkom Kandatel Kendari. Berdasarkan
hasil analisis deskripsi terhadap variabel
training yang dimaksud disini adalah
kesempatan yang luas dala mengikuti
pelatihan, perencanaan yang baik tentang
pelatihan dan luasnya pelatihan bagi
karyawan memberikan dampak langsung
bagi prestasi kerja. Diperoleh rata-rata
tanggapan responden mengenai training
yang diberikan yakni sangat setuju. Hasil uji
t yang dilakukan dengan cara
membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel,
serta nilai signifikan t dengan level of
signifikan = 0,05 (5%). Variabel training
secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap prestasi kerja pada PT. Telkom
Kandatel Kendari. Dapat disimpulkan
variabel training terbukti menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi prestasi kerja
dimana pelatihan yang dilakukan adalah
penggunaan internet dengan berbagai
aplikasinya dan pemeliharaan/perawatan
jaringan telepon. Sehingga dapat dikatakan
bahwa perusahaan ingin meningkatkan
prestasi kerja maka pelatihan menjadi
prioritas utama dalam strategi manajemen
sumber daya manusia untuk dilakukan.
Hasil temuan dalam penelitian ini
sesuai dengan teori universalistik yang
dikemukan oleh Delery dan Doty (1996),
yang menyatakan bahwa srategi
manajemen sumber daya manusia yang
dijabarkan dalam praktek-praktek
manajemen sumber daya manusia yang
salah satunya adalah training akan dapat
memberikan pengaruh langsung bagi
peningkatan kinerja organisasi. Hasil
penelitian ini juga sesuai dengan riset
terdahulu yanng dilakukan oleh Wan et.al
(2002); Harel dan Tzafrir (1999), dimana
praktek-praktek manajemen sumber daya
manusia dilihat dari indikator training dan
beberapa praktek-praktek Manajemen
Sumber Daya Manusia lain, memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
perusahaan.
Pengaruh Variabel Empowerment Terhadap Prestasi Kerja
Empowerment merupakan bentuk
pengembangan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang memberdayakan potensi yang
mereka miliki baik kemampuan maupun
keterampilan. Berdasarkan hasil analisis
deskripsi terhadap variabel empowerment
yanng dimaksud dalam studi ini adalah
karyawan diberikan keleluasaan dalam
bekreatifitas dan keterlibatan karyawan
dalam pengambilan keputusan. Tanggapan
responden mengenai variabel empowerment
mayoritas menyatakan sangat setuju.
Berdasarkan uji t variabel empowerment
secara parsial mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap prestasi kerja pada PT.
Telkom Kandatel Kendari.
Mengacu pada temuan di atas berarti
variabel empowerment terbukti menjadi
salah satu faktor yang mempengaruhi
prestasi kerja pada PT. Telkom Kandatel
Kendari. Hal ini juga sesuai dengan teori
Universalistik yang dikemukan oleh Delery
dan Doty (1996), yang menyatakan bahwa
srategi manajemen sumber daya manusia
yang dijabarkan dalam praktek-praktek
manajemen sumber daya manusia yang
meliputi training dan empowerment akan
dapat memberikan pengaruh langsung bagi
peningkatan kinerja organisasi. Hasil
temuan dalam penelitian ini juga sesuai
dengan riset terdahulu yanng dilakuakn
oleh Wan et.al (2002); Harel dan Tzafrir
(1999), dimana praktek-praktek manajemen
sumber daya manusia yang meliputi
training dan empowerment yang memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
perusahaan.
Pengaruh Variabel Performance Appraisal Terhadap Prestasi Kerja
Performance Appraisal adalah salah
satu bentuk pengembangan sumber daya
manusia (SDM) dalam mengevaluasi
pelaksanaan kerja individu karyawan
maupun proses evaluasi seberapa baik
karyawan mengerjakan pekerjaan mereka.
Berdasarkan hasil analisis deskripsi
terhadap variabel performance appraisal
yang pengukuranya melalui pemberian
upah yang selalu didasarkan pada
kemampuan kerja dari para karyawan dan
perusahaan juga memberikan penekanan
bagi pengembangan diri karyawannya.
Tanggapan responden mengenai variabel
empowerment mayoritas responden
menyatakan setuju. Kemudian hasil uji t
yang dilakukan dengan cara
membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel
menunjukkan bahwa nilai thitung variabel
performance appraisal sebesar -0,441 < ttabel
sebesar 2,021 dengan nilai signifikan t =
0,662 < =0,05. Dapat disimpulkan variabel
performance appraisal secara parsial tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap
prestasi kerja pada PT. Telkom Kandatel
Kendari.
Temuan dalam penelitian ini berarti
bahwa variabel performance appraisal bukan
merupakan faktor yang berpengaruh
signifikan terhadap prestasi kerja pada PT.
Telkom Kandatel Kendari walaupun dilihat
dari deskripsi variabel penelitian dapat
disimpulkan bahwa karyawan PT. Telkom
Kandatel Kendari setuju dalam performance
appraisal yang diberikan pihak PT. Telkom
Kandatel Kendari. Mengenai pemberian
besarnya upah selalu didasarkan pada
kemampuan kerja dari para karyawan dan
perusahaan juga memberikan penekanan
bagi pengembangan diri karyawan. Hal ini
dikarenakan bahwa karyawan tidak
menginginkan dengan adanya penekanan
dalam pengembangan. Pada dasarnya para
karyawan ingin diberi kebebasan dalam
berkreatifitas untuk meningkatkan
kemampuan diri. Namun penilaian kinerja
karyawan secara tidak langsung
memberikan dampak terhadap prestasi kerja
karyawan sebagai bukti bahwa penilain
kinerja yang sebahagian besar mengarah
pada aspek organisasi. Dengan demikian
performance apraisal tidak akan berdampak
langsung terhadap prestasi kerja karyawan.
Hasil analisis sesuai dengan riset yang
telah dilakukan oleh Harris dan Ogbonna
(2000), yang menyimpulkan bahwa strategi
manajemen sumber daya manusia tidak
sepenuhnya berdampak langsung bagi
peningkatan prestasi kerja karyawan.
KESIMPULAN
Hasil analisis deskriptif variabel mean
variabel training = 4,60 menunjukkan
mayoritas responden menyatakan sangat
setuju adanya program training; variabel
empowerment = 4,80 berarti karyawan
sangat setuju dalam penerapan konsep
pemberdayaan; variabel performance
Appraisal = 4,05 artinya mayoritas
responden setuju dengan kebijakan
perusahaan dalam menentukan besarnya
upah didasarkan pada kemampuan kerja
dan perhatian bagi pengembangan diri
karyawan; variabel prestasi kerja = 4,40
berarti pimpinan memberikan penilaian baik
setiap karyawan dengan alasan karyawan
dalam melaksanakan tugas harus
bertanggung jawab atas pekerjaan yang
diembannya.
Hasil analisis regresi multivariat
menunjukkan aktivitas strategi manajemen
sumber daya manusia terdiri dari : training,
empowerment dan performance appraisal
secra simultan berpengaruh signifikan
terhadap prestasi kerja. Sedangkan secara
parsial ada dua variabel berpengaruh
secara signifikan yaitu, variabel training
dan variabel empowerment sedangkan
variabel yang tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap prestasi kerja yaitu
variabel performance appraisal.
Koefisien determinasi (R2) sebesar
0,767 dapat diartikan 76,70% proporsi
variabel dari prestasi kerja dijelaskan oleh
variabel training; empowerment; dan
performance appraisal. Dengan demikian
training, empowerment, dan performance
appraisal dapat memberikan kontribusi
pengaruh sebesar 76,7% terhadap prestasi
kerja dan sisanya 23,3% dijelaskan atau
ditentukan oleh variabel lain diluar model
dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Syaifuddin, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia: Strategi Keunggulan Kompetitif. Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE
Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang : Universitas Dipanegoro
Glueck, F. William and Lawrence R. Jauch, 1999. Strategi Management and Business Policy. Edisi Kedua. Terjemahan, Murad dan Henri Sitanggang. Jakarta.
Gujarati, Dahmodar & Sumarno Zain. 1998. Ekonometrika Dasar. Jakarta : Erlangga
Harris, Lioyd C. And Emmanuel Ogbonna. 2000. Strategic Human Resource Management, Market Orientation, and Organizational Performance, Journal of Business Research, 51.p.157-166
Herel, Gedaliahu H. and Shay S. Tzafrir. 1999. The The Effecct of Human Resource Management Practices on The Perceptions of Organizational and
Market Performance of The Firm. Journal of Human Resource Management, Vol. 38.
Kuncoro, Mudrajad, 2003. Metode riset Untuk bisnis dan Ekonomi, Bagaimana menulis tesis? Erlangga, Surabaya.
Kochan T.A, and Dyer L. 1993. Managing Transformational Change: The role of Human Resource Professionalls. Internasional Journal Human Reseource Management.4.p.569-590
Mangkuprawira, Tb. Sjafri.2003.Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik. Jakarta : Ghalia Indonesia
Notoatmodjo, 1992. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Rineka Cipta. Jakarta
Pearce and Robinson. 1997.Manajemen Strategik : formulasi, Implementasi, dan Pengendalian, terjemahan, Ir. Agus Maulana MSM. Jakarta : Binarupa Aksara
Purnomo, Ratno. 2003. Pencapaian Keunggulan Bersaing yang Berkelanjutan Melalui Fungsi dan Peran Sumber Daya Manusia. Semarang : STIE Stikubank.
Santoso, Singgih, 2004. SPSS Statistika Multivariat. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo
Simamora, Henry. 2004. Manajemen SDM. Edisi Ke III.. Yogyakarta : STIE. YKPN
Sudjana. 2002. Metode Statistik. Edisi ke-6. Bandung : Tarsito
Supranto, J. 1997. Metode Riset. Jakarta : Rineka Cipta
Wan,David et, al. 2002. Strategic Human Resource Management and Organizational Performance in Singapore. Compensation & Benefits Review
HUBUNGAN KOMPENSASI DENGAN PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA
PT. POS INDONESIA (PERSERO) CABANG KENDARI
Endro Sukotjo 1) & Rudi Indraputra 2)
ABSTRACT
The aim of this research is to explain and assess empirically the relation of compensation with the working achievement in PT. POS Indonesia ( persero ) branch Kendari. The result of this research shows that : (1) compensation has significant relation with working achievement if we see from indicator of ability to keep responsible done, which is proven by the score of X2 hitung = 22,04 > X2 tabel = 9,49. (2) There is significant relation between compensation with working achievement of workers from the indicator of ability to carry out work effectively and efficiently, which is marked with score of X2 hitung = 28,47 > X2
tabel = 9,49, (3) there is a significant relation between compensation with working achievement if we see from the assessment indicator towards seriousity in carrying out the work, which is marked with the score X2 hitung = 21,28 > X2 tabel = 9,49. (4) there is significant relation between compensation with working achievement of workers if we see from the ability indicator in designing working implementation carefully, which is marked with the score nilai X2 hitung = 21,92 > X2 tabel 9,49. (5) there is significant relation between compensation with working achievement of workers from the ability indicator technical working which is marked with the score X2 hitung = 11,46 > X2 tabel 9,49.
Key Words: Kompensasi, Working Achievement
PENDAHULUAN
Kompensasi diberikan guna
memotivasi agar karyawan dapat bekerja
sebaik mungkin dalam menyelesaikan tugas
dan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Namun demikian kompensasi
merupakan salah satu masalah yang rumit
dan juga merupakan pengeluaran terbesar.
Jika salah dalam penentuan pemberian
kompensasi akan membawa dampak buruk
bagi perusahaan karena biasanya terjadi
aksi mogok kerja. Sebaliknya pemberian
kompensasi yang benar akan membawa
dampak positif bagi perusahaan karena
karyawan merasa termotivasi dalam bekerja
sehingga mampu berprestasi. Oleh karena
itu pemberian kompensasi harus layak bagi
karyawan disatu sisi dan sisi lain tidak
merugikan perusahaannya. Kondisi ini
adalah kondisi yang sesungguhnya
diharapkan terjadi disetiap perusahaan.
Pemberian kompensasi ini dimaksud
sebagai imbalan yang dianggap layak bagi
setiap pekerja di dalam suatu perusahaan
guna memenuhi kebutuhan hidup serta
keluarganya, sistem pemberian kompensasi
umumnya didasarkan perjanjian antara
majikan/manajemen dengan serikat pekerja.
Pemberian kompensasi secara wajar dan
profesional perlu diperhatikan, artinya layak
menurut pekerja untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
PT. POS Indonesia (Persero) Cabang
Kendari merupakan salah satu perusahaan
yang bergerak dalam pelayanan jasa POS,
adapun pelayanan yang dikelola yaitu:
Surat Pos, Surat Kilat Khusus (SKH),
Ekspress Mail Service (EMS), Retron
Simpati, Layanan Surat Bisnis Elektronik
(SBEN) Wesel Pos, Giro Pos, Cek Pos
Wisata (CPW), Paket Pos Domestik, Paket
Pos Internasional dan Filateli. Organisasi ini
juga mempunyai tujuan yang sama dengan
organisasi lain yaitu kelangsungan hidup
dengan laba yang optimal untuk mencapai
tujuan tersebut, tidak terlepas dari
pemberian kompensasi kepada karyawan
agar bekerja dengan baik sehingga prestasi
kerja yang diharapkan dapat tercapai.
Mengacu pada uraian di atas, dapat
diketahui betapa pentingnya pengelolaan
sumber daya manusia dalam suatu
perusahaan seperti halnya PT. Pos
Indonesia (Persero) Cabang Kendari yang
terus memacu para karyawannya untuk
mau bekerja secara efektif dan efisien
terutama dalam pemberian kompensasi
yang layak agar prestasi kerja yang
diharapkan dapat tercapai. Dengan demikin
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan fokus permasalahan apakah
kompensasi mempunyai hubungan yang
signifikan dengan prestasi kerja. Tujuan
yang ingin dicapai adalah menguji dan
membuktikan secara empiris hubungan
kompensasi dengan prestasi kerja
karyawan pada PT. Pos Indonesia
(Persero) Cabang Kendari.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada PT. Pos
Indonesia (Persero) Cabang Kendari yang
terletak di Jalan Samratulangi No. 79
Kelurahan Mandonga, Kecamatan
Mandonga Kota Kendari. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh karyawan yang
ada pada PT. Pos Indonesia (Persero)
Cabang Kendari yang berjumlah 59 orang.
Dengan demikian, maka responden
penelitian ini sebanyak 59 orang karyawan.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu data primer yaitu data yang
diperoleh secara langsung dari karyawan
pada PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang
Kendari dengan mengunakan kuesioner,
yaitu mengedarkan daftar pertanyaan
kepada karyawan yang dijadikan dalam
penelitian.
Peralatan analisis yang digunakan
adalah deskriptif, yaitu menjelaskan secara
persentase mengenai kondisi nyata dari
masing-masing variabel yang diteliti
(kompensasi dan prestasi kerja karyawan),
dan analisis statistik inferensial dengan
menggunakan uji chi-kuadrat (X2) oleh
Wiyato dan Momi,1986 dengan formulasi
sebagai berikut :
dimana :X2 = Nilai Chi-Kuadrat hitungOij = Nilai pengamatan (observasi) Eij = Nilai harapan (ekspektasi) dihitung
dengan rumus :
nbi = Nilai sel pada kolom ke-inki = Nilai sel pad akolom ke-j n = Jumlah karyawan yang diteliti
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sesuai dengan hasil penelitian jumlah
gaji yang diterima karyawan berbeda-beda
disebabkan karena status dan jabatannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas karyawan PT. Pos Indonesia
(persero) cabang Kendari 59,32%
menerima gaji pada kisaran antara Rp.
2.000.000-Rp. 2.900.000 perbulan.
Menyusul yang menerima gaji antara Rp.
3.000.000-Rp. 3.500.000 sebanyak
25,42%. Sedangkan yang menerima, gaji
antara Rp. 1.000.000-Rp. 1.900.000
perbulan hanya 15,26% karyawan yang
diteliti. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa jumlah gaji yang diterima. karyawan
PT. Pos Indonesia (persero) cabang
Kendari cukup ideal.
Berdasarkan kategori tersebut di atas
maka presepsi karyawan PT. Pos
Indonesia (persero) cabang Kendari
terhadap besarnya kompensasi (gaji) yang
diterima menunjukkan bahwa mayoritas
karyawan 59,42% mempunyai presepsi
bahwa gaji yang diperoleh dari PT. Pos
Indonesia (persero) cabang Kendari
termasuk dalam kategori sedang, menyusul
yang mengatakan kategori tinggi 25,42%.
Sedangkan yang mempunyai presepsi
dengan kategori gaji rendah 15,26% pada
PT. Pos Indonesia (persero) cabang
Kendari. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa kompensasi gaji yang dibayarkan PT.
Pos Indonesia (persero) cabang Kendari
terhadap seluruh karyawan tergolong dalam
kategori sedang.
Hubungan Kompensasi Dengan Prestasi Kerja Karyawan
Analisis hubungan kompensasi dengan
prestasi kerja karyawan yang meliputi:
indikator kemampuan untuk memikul
tanggung jawab, kemampuan dalam
menjalankan tugas secara efektif dan efisien,
kesungguhan dalam melaksanakan tugas,
kemampuan dalam merencanakan
pelaksanaan pekerjaan dengan hati-hati,
kemampuan teknis pekerjaannya dapat
dilakukan secara terperinci sebagai berikut:
1. Presepsi pimpinan terhadap prestasi
kerja karyawan dengan indikator
kemampuan untuk memikul tanggung
jawab dari 59 responden yang diteliti,
mayoritas responden yaitu sebanyak 28
orang (47,46%) dikategorikan baik sekali,
17 orang (28,81%) dikategorikan sangat
baik sekali, dan sebanyak 14 orang
(23,73%) dikategorikan baik. Hubungan
kompensasi dengan prestasi kerja
karyawan dengan indikator kemampuan
memikul tanggung jawab, menunjukkan
ternyata 28 orang kemampuan dalam
memikul tanggung jawab dikategorikan
sangat baik, oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa semakin tinggi besarnya
kompensasi yang diperoleh karyawan
akan semakin tinggi pula prestasi
kerjanya. Namun demikian pernyataan ini
masih perlu diuji lebih lanjut dengan
metode statistika X2 (chi-kuadrat). Hasil
perhitungan di atas menunjukkan bahwa
X2 hitung = 22,04 dengan menggunakan
taraf signifikan α=0,05. Oleh karena itu
X2 hitung = 22,04 > X2 tabel = 9,49.
2. Presepsi pimpinan terhadap prestasi
kerja karyawan dengan indikator
kemampuan dalam menjalankan tugas
secara efektif dan efisien, mayoritas
karyawan yakni sebanyak 37 orang
(62,71%) dikategorikan baik sekali, 14
orang (23,73%) dikategorikan sangat
baik sekali, dan 8 orang (13,56%)
dikategorikan baik. Hubungan
kompensasi dengan prestasi kerja
karyawan dengan indikator kemampuan
dalam menjalankan tugas secara efektif
dan efisien, mayoritas responden yang
diteliti ternyata 37 orang kemampuan
dalam menjalankan tugas secara efektif
dan efisien dikategorikan baik sekali,
oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
semakin tinggi besarnya kompensasi
yang diperoleh karyawan akan semakin
tinggi pula prestasi kerjanya. Pernyataan
ini masih perlu diuji lebih lanjut dengan
metode statistika X2 (chi-kuadrat). Hasil
perhitungan di atas menunjukkan bahwa
X2 hitung = 28,47 dengan menggunakan
taraf signifikan α=0,05, maka X2 hitung =
28,47 > X2 tabel = 9,49.
3. Presepsi pimpinan terhadap prestasi
kerja karyawan dengan indikator
penilaian terhadap kesungguhan dalam
menjalankan tugas, mayoritas karyawan
yaitu sebanyak 31 orang (52,54%)
dikategorikan baik sekali, 12 orang
(20,34%) dikategorikan sangat baik sekali,
dan sebanyak 16 orang (27,12%)
dikategorikan baik. Hubungan
kompensasi dengan indikator penilaian
terhadap kesungguhan dalam
melaksanakan tugas, ternyata 31
menyatakan baik sekali, oleh karena itu
dapat dikatakan bahwa semakin tinggi
besarnya kompensasi yang diperoleh
karyawan akan semakin tinggi pula
prestasi kerjanya. Untuk membuktikan
pernyataan ini, perlu diuji lebih lanjut
dengan X2 (chi-kuadrat). Hasil
perhitungan menunjukkan X2 hitung =
21,28 dengan menggunakan taraf
signifikan α=0,05, maka X2 hitung = 21,28
> X2 tabel = 9,49.
4. Prespsi pimpinan terhadap prestasi
kerja karyawan dengan indikator
kemampuan dalam merencanakan
pelaksanaan pekerjaan dengan hatihati,
mayoritas karyawan sebanyak 28 orang
(47,46%) dikategorikan baik sekali, 12
orang (20,34%) dikategorikan sangat baik
sekali, dan sebanyak 19 orang (32,20%)
dikategorikan baik. Hubungan
kompensasi dengan prestasi kerja
karyawan dengan indikator kemampuan
dalam merencanakan pelaksanaan
pekerjaan dengan hati-hati, ternyata 28
orang kemampuan dalam merencanakan
pelaksanaan pekerjaan dengan hati-hati
dikategorikan baik sekali, oleh karena itu
dapat dikatakan bahwa semakin tinggi
besarnya kompensasi yang diperoleh
karyawan akan semakin tinggi pula
prestasi kerjanya. Pernyataan ini masih
perlu diuji dengan X2 (Chi-Kuadrat).
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
X2 hitung = 21,92 dengan menggunakan
taraf signifikan α=0,05. Dengan demikian
X2 hitung = 21,92 > X2 tabel = 9,49.
5. Prespsi pimpinan terhadap prestasi
kerja karyawan dengan indikator
kemampuan teknik pekerjaan, mayoritas
karyawan atau sebanyak 33 orang
(55,93%) dikategorikan baik sekali, 15
orang (25,42%) dikategorikan sangat
baik sekali, dan sebanyak 11 orang
(18,65%) dikategorikan baik. Hubungan
kompensasi dengan prestasi kerja
karyawan dengan indikator kemampuan
teknis pekerjaannya. Dari 59 karyawan
yang diteliti ternyata 33 orang
kemampuan teknis pekerjaannya
dikategorikan baik sekali, oleh karena itu
dapat dikatakan bahwa semakin tinggi
besarnya kompensasi yang diperoleh
karyawan akan semakin tinggi pula
prestasi kerjanya. Pernyataan ini masih
perlu diuji lebih lanjut dengan metode
statistika X2 (chi-kuadrat). Hasil
perhitungan di atas menunjukkan X2
hitung = 11,46, dengan menggunakan
taraf signifikan α=0,05. Sehingga nilai X2
hitung = 11,46 > X2 tabel = 9,49.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil nalisis data, maka
pembahasan hasil penelitian ini dapat
diuraikan bahwa kompensasi memiliki
hubungan yang signifikan dengan prestasi
kerja karyawan bila, dilihat dari indikator
kemampuan untuk memikul tanggung jawab.
Artinya dengan memberikan kompensasi
yang baik atau layak kepada karyawan,
maka prestasi kerja yang dimiliki oleh
karyawan tersebut akan cenderung
meningkat. Hal ini disebabkan karena
dengan kompensasi yang dapat memenuhi
kebutuhan karyawan, maka seorang
karyawan akan merasa puas dengan apa
yang diperolehnya dari perusahaan sehingga
karyawan tersebut akan memiliki motivasi
yang tinggi untuk melakukan pekerjaan,
pada akhirnya meningkatkan prestasi
kerjanya termasuk kemampuannya dalam
memikul tanggung jawab.
Kompensasi memiliki hubungan yang
signifikan dengan prestasi kerja karyawan
bila dilihat dari indikator kemampuan dalam
menjalankan tugas secara efektif dan efisien.
Ini berarti bahwa dengan memberikan
kompensasi yang baik atau layak kepada
karyawan, maka prestasi kerja yang dimiliki
oleh karyawan tersebut cenderung
meningkat. Hal ini disebabkan karena
dengan kompensasi yang dapat memenuhi
kebutuhan karyawan, maka seorang
karyawan merasa puas dengan apa yang
diperolehnya dari perusahaan sehingga
karyawan tersebut akan memiliki motivasi
yang tinggi untuk melakukan pekerjaan, yang
pada akhirnya akan meningkatkan prestasi
kerjanya termasuk kemampuan dalam
menjalankan tugas secara efektif dan
efisien.
Kompensasi memiliki hubungan yang
signifikan dengan prestasi kerja karyawan
bila dilihat dari indikator penilaian terhadap
kesungguhan karyawan dalam
melaksanakan tugas. Ini berarti bahwa
dengan memberikan kompensasi yang baik
atau layak kepada karyawan, maka prestasi
kerja yang dimiliki oleh karyawan tersebut
akan cenderung meningkat. Hal ini
disebabkan karena dengan kompensasi
yang dapat memenuhi kebutuhan
karyawan, maka seorang karyawan akan
merasa puas dengan apa yang
diperolehnya dari perusahaan sehingga
karyawan tersebut akan memiliki motivasi
yang tinggi untuk melakukan pekerjaan,
yang pada akhirnya akan meningkatkan
prestasi kerjanya termasuk kesungguhan
karyawan dalam melaksanakan tugas.
Hubungan kompensasi dengan
prestasi kerja karyawan dengan indikator
kemampuan dalam merencanakan
pelaksanaan pekerjaan dengan hati-hati
memiliki hubungan yang signifikan. Artinya
memberikan kompensasi yang baik atau
layak kepada karyawan, maka prestasi
kerja yang dimiliki oleh karyawan tersebut
akan cenderung meningkat. Hal ini
disebabkan karena dengan kompensasi
yang dapat memenuhi kebutuhan
karyawan, maka seorang karyawan akan
merasa puas dengan apa yang diperolehnya
dari perusahaan sehingga karyawan tersebut
akan memiliki motivasi yang tinggi untuk
melakukan pekerjaan, pada akhirnya akan
meningkatkan prestasi kerjanya termasuk
kemampuan dalam merencanakan
pelaksanaan pekerjaan dengan hati-hati.
Kompensasi memiliki hubungan yang
signifikan dengan prestasi kerja karyawan
bila dilihat dari indikator kemampuan teknis
pekerjaannya. Ini berarti bahwa dengan
memberikan kompensasi yang baik atau
layak kepada karyawan, maka prestasi kerja
yang dimiliki oleh karyawan tersebut akan
cenderung meningkat. Hal ini disebabkan
karena dengan kompensasi yang dapat
memenuhi kebutuhan karyawan, maka
seorang karyawan akan merasa puas
dengan apa yang diperolehnya dari
perusahaan sehingga karyawan tersebut
memiliki motivasi yang tinggi untuk
melakukan pekerjaan dan akhirnya
meningkatkan prestasi kerjanya termasuk
kemampuan teknis pekerjaannya.
KESIMPULAN
Kompensasi memiliki hubungan
signifikan dengan prestasi kerja karyawan
pada PT. Pos Indonesia (persero) cabang
Kendari pada tingkat kepercayaan 95% dan
derajat bebas (db) = 4. Hal ini didasarkan
pada hasil analisis sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan yang signifikan
antara kompensasi dengan prestasi kerja
karyawan ditinjau dari indikator
kemampuan untuk memikul tanggung
jawab. Artinya semakin tinggi
kompensasi yang diberikan perusahaan
kepada karyawan, kemampuan untuk
memikul tanggung jawab semakin tinggi.
2. Terdapat hubungan signifikan antara
kompensasi dengan prestasi kerja
ditinjau dari indikator kemampuan
menjalankan tugas secara efektif dan
efisien. Artinya semakin tinggi
kompensasi yang diberikan perusahaan
kepada karyawan, maka kemampuan
menjalankan tugas secara efektif dan
efisien akan semakin tinggi.
3. Terdapat hubungan yang signifikan
antara kompensasi dengan prestasi
kerja karyawan ditinjau dari indikator
penilaian terhadap kesungguhan dalam
melaksanakan tugas. Berarti semakin
tinggi kompensasi yang diberikan
perusahaan kepada karyawan, maka
kemampuan akan semakin meningkat.
4. Terdapat hubungan signifikan antara
kompensasi dengan prestasi kerja
ditinjau dari indikator kemampuan dalam
merencanakan pelaksanaan pekerjaan
dengan hati-hati. Artinya semakin tinggi
kompensasi yang diberikan perusahaan
kepada karyawan, maka kemampuan
dalam merencanakan pelaksanaan
pekerjaan dengan hati-hati semakin
baik.
5. Terdapat hubungan yang signifikan
antara kompensasi dengan prestasi
kerja karyawan ditinjau dari indikator
kemampuan teknis pekerjaannya. Berarti
semakin tinggi kompensasi yang diberikan
perusahaan kepada karyawan, maka
kemampuan teknis karyawan dalam
melakukan pekerjaan semakin baik.
DAFTAR PUSTAKA
Filipo, Edwin B. (penerjemah : Moh. Mas'ud) 1990. Manajemen Personalia. Edisi ke-6. Erlangga : Jakarta.
Gorfles, 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Andi Offset : Yogyakarta.
Handoko T. Hani, 2000. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi ke-2 BPFE, UGM : Yogyakarta.
Hasibuan, Melayu, 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi revisi. PT. Bumi Aksara Jakarta
Manulang, 2005. Manajemen Personalia. Penerbit Ehalia : Jakarta.
Mangkuprawira, Sjafri, 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategi. Ehlia Indonesia : Jakarta.
Nawawi, Hadari, 1993. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang Kompetitif. PT. Rineka Cipta : Jakarta.
Notoatmojo, Soekidjo, 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia PT. Rineka Cipta : Jakarta
Rosdiana, 2002. Hubungan Kompensasi Dengan Motivasi Kerja Karyawan Pada Perusahaan Daerah Air Minum Kota Kendari, Skripsi Ekonomi, Unhalu Kendari.
Ruky, Achmad S. 2002. Sistem Manajemen Kerja. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Simamora, Henry. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Ehalia Indonesia : Jakarta.
Veithzal Rivai, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. PT. Rajagrafindo : Jakarta.
Winardi, 1992. Manajemen Perkantoran dan Pengevaluasian Alumni : Bandung
ANALISIS PERANAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN
LABA BERSIH PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA Tbk
Salma Saleh 1) & Awat Fauziah 2)
ABSTRACT
This research was conducted at PT Bank Rakyat Indonesia,Tbk which is located in Jend. Sudirman street no 44-46, Jakarta. The objective of this research was to explain and evaluate empirically the level of significansy and the effect of finance performance which covers : liquidity racio, rentability, solvability toward profit growth at PT Bank Rakyat Indonesia,Tbk. Type of data used in this research was secondary data, which was collected by researcher in the form of income statement report and balance from Jakarta market stock (BEJ). Analysis tools used konfirmatory factor analysis and double aregresi linear. Based on the result of konfirmatory factor analysis shows that factor of liquidity, rentability, solvability have eigenvalue >1. Besides that, loading factor value from the whole independent variables still above limitation score 0,60 or 60 %. The result of double regression linear is good both partial and simultaneously toward the significant effect among liquidity, rentability, and racio of solvability towards the profit growth at PT Bank Rakyat Indonesia,Tbk. Therefore, we can conclude that considering factor of liquidity, rentability, and racio solvability can give role or contribution about 97, 10 % to expain profit growth at PT Bank Rakyat Indonesia,Tbk.
Key Words: Liquidity, Rentability, Finance Performance, Profit Growth
PENDAHULUAN
Perkembangan dunia keuangan
dewasa ini, khususnya lembaga keuangan
makin berkembang dan kompleks. Dari segi
jumlah terlihat semakin banyaknya lembaga
keuangan yang didirikan. Hal ini seiring
dengan bertambahnya kebutuhan
masyarakat akan transaksi keuangan yang
kompleks dan cepat. Bank merupakan salah
satu lembaga keuangan yang yang paling
berkembang diantara lembaga keuangan
yang lain. Bank merupakan lembaga
keuangan yang memberikan jasa keuangan
yang paling lengkap. Usaha keuangan yang
dilakukan disamping menyalurkan dana atau
memberikan pinjaman juga menghimpun
dana dari masyarakat luas dalam bentuk
simpanan.
Sebagai sebuah badan usaha, maka
bank dalam mengelola usahanya harus
memperoleh laba (profit oriented). Laba
merupakan kunci dasar dalam menjalankan
operasional sebuah bisnis dimana sebuah
bisnis tersebut akan gagal bekerja jika tidak
memperoleh laba. Namun demikian prinsip
efisiensi harus tetap dipegang dalam rangka
menyeimbangkan antara laba dan efisiensi
usaha yang maksimum. Salah satu cara
untuk dapat mengetahui tingkat efisiensi
sebuah usaha adalah dengan melihat aspek
laporan keuangan. Secara garis besar, untuk
mengetahui kinerja keuangan sebuah bank
dapat diukur dengan menggunakan rasio
keuangan antara lain: Rasio likuiditas, Rasio
Rentabilitas, dan Rasio solvabilitas. Ketiga
rasio tersebut memberikan gambaran
mengenai efektivitas dan efisiensi
pengelolaan keuangan sebuah bank.
Rasio likuiditas sebuah bank yang
tinggi dapat menurunkan risiko yang ada,
akan tetapi juga dapat menurunkan tingkat
laba. Hal ini disebabkan banyaknya dana
yang menganggur atau tidak dimanfaatkan
dan tentu saja mempengaruhi kesehatan
bank yang bersangkutan. Untuk
mengetahui tingkat likuiditas dapat diukur
berdasarkan : Quick Ratio, investing policy
ratio, banking ratio, loan to assets ratio, dan
cash ratio. Rasio rentabilitas pada dasarnya
adalah mengukur profit yang diperoleh dari
modal-modal yang digunakan untuk operasi
sebuah bank atau mengukur profit yang
diperoleh dari modal-modal yang digunakan
untuk operasi sebuah bank atau mengukur
kemampuan sebuah bank untuk
memperoleh keuntungan. Untuk
mengetahui tingkat rentabilitas sebuah
bank dapat diukur berdasarkan : Gross
profit margin, net profit margin, Return on
equity, Return on total Assets, Rate of
return on loan, dan interest margin on
earning assets. Rasio Solvabilitas adalah
mengukur efisiensi bank dalam
menjalankan aktivitasnya. Semakin efisien
bank dalam menjalankan aktivitasnya
semakin meningkat laba yang didapat.
Berdasarkan data yang diperolah
pada observasi awal dalam riset ini
menunjukkan dari tahun 1993 sampai 1994
laba menurun sebesar 29,58% dikarenakan
menurunnya pendapatan/penerimaan. Pada
tahun 1995-1996 laba menurun dan
meningkat 18,21% dan 4,59%, penurunan
dan peningkatan ini disebabkan turun dan
naiknya revenue PT Bank Rakyat Indonesia
Tbk pada tahun tersebut. Selanjutnya pada
tahun 1997 laba mengalami kenaikan
sebesar 5,26% hal ini disebabkan naiknya
pendapatan. Tahun 1998-2000 mengalami
peningkatan masing-masing 8,64%, 2,47%
dan 7,89% disebabkan naiknya revenue dan
pendapatan operasi Bank Rakyat Indonesia
tahun 2001-2002 mengalami peningkatan
masing-masing 4,32% dan 29,70%
disebabkan oleh naiknya pendapatan dan
khusus untuk tahun 2002 ada peningkatan
pendapatan cukup signifikan. Tahun 2003
terjadi penurunan 15,48% dari tahun
sebelumnya disebabkan oleh turunnya
revenue dari Bank Rakyat Indonesia pada
tahun 2004-2006 mengalami peningkatan
masing 63,65%, 4,60%, dan 10,55%, hal ini
disebabkan naiknya pendapatan operasi
Bank Rakyat Indonesia.
Quick ratio tertinggi ada pada tahun
2006 yaitu sebesar 25,7% dan Quick ratio
terendah ada pada tahun 1993 yaitu sebesar
8.8%. Hal ini disebabkan karena pada tahun
2007 PT Bank Rakyat Indonesia Tbk memilki
total deposit dan harta paling likuid tertinggi
dari tahun 1993 dan pada tahun 1993 PT
Bank Rakyat Indonesia Tbk memiliki Quick
ratio terendah dikarenakan pada tahun ini PT
Bank Rakyat Indonesia memiliki total deposit
dan harta yang likuid paling rendah.
Net profit margin tertinggi ada pada
tahun 2002 yaitu sebesar 74,6% dan net
profit margin terendah pada tahun 1993
yaitu sebesar 49,4%. Perkembangan net
profit margin tahun 2004 mengalami
kenaikan sebesar 10,17 % dari tahun
sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya tingkat net income yang
dimiliki oleh PT Bank Rakyat Indonesia
Tbk.dari tahun sebelumnya tetapi tahun
selanjutnya mengalami penurunan.
Selanjutnya primary ratio terbesar ada
pada tahun 2004 dengan nilai 11,63% dan
primary ratio terendah ada pada tahun
1994 dengan nilai sebesar 2,09%. Hal ini
disebabkan oleh meningkatnya total equity
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk secara
signifikan pada tahun 2004. Primary ratio
pada tahun 1994 disebakan total equity PT
Bank Rakyat Indonesia Tbk pada tahun
1994 berada pada titik terendah.
Mengacu pada fenomena empiris di
atas nampak adanya variasi pertumbuhan
laba bersih (Net Income). Hal ini
disebabkan karena variasi quick ratio
(Likuiditas), net profit margin (Rentabilitas),
dan primary ratio (Solvabilitas). Oleh sebab
itu dibutuhkan peranan kinerja keuangan
yang baik dalam memprediksi pertumbuhan
laba bersih. Berdasarkan uraian-uraian
yang telah dikemukakan di atas maka
penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang peranan kinerja
keuangan terhadap pertumbuhan laba
bersih pada PT Bank Rakyat Indonesia
Tbk. Fokus permasalahan yang akan dikaji
dalam riset ini apakah rasio likuiditas, rasio
rentabilitas dan rasio solvabilitas
berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba pada PT Bank Rakyat
Indonesia Tbk. Dengan demikian tujuan yang
ingin dicapai adalah menjelaskan dan
menguji secara empiris besarnya tingkat
signifikan dan pengaruh kinerja keuangan
yang meliputi: rasio likuiditas, rasio
rentabilitas dan rasio solvabilitas terhadap
pertumbuhan laba bersih.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada PT Bank
Rakyat Indonesia,Tbk. Jenis data yang
digunakan adalah data sekunder, yang
dikumpulkan oleh penulis berupa laporan
rugi laba dan neraca dari Bursa Efek Jakarta
dengan website www.isx.co.id. dan website
PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk yaitu
www.bri.co.id. Pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara: (1)
Pengambilan data-data yang telah
didokumentasikan oleh pihak perusahaan
seperti laporan keuangan serta data lain
yang diperlukan melalui website Indonesia
Stock Exchange; (2) Penelitian
kepustakaan yaitu mengumpulkan data
lewat kepustakaan dengan mempelajari
buku dan literatur sebagai landasan teori.
Metode analisis data
Peralatan analisis yang digunakan
dalam riset ini adalah analisis faktor
konfirmatori yang dilakukan terhadap
indikator setiap variabel sehingga dapat
diperoleh skor faktor dari variabel laten,
dimana skor faktor variabel tersebut dipakai
untuk penentuan koefisien setiap variabel
dalam analisis regresi linear berganda.
Analisis regresi linear berganda yang
dilakukan sebagai lanjutan dari analisis
faktor digunakan untuk mengetahui
pengaruh variabel bebas baik secara
parsial maupun simultan. Persamaan
regresi untuk memprediksi digunakan
persamaan: Y = a + b1X1t + b2X2t + b3X3t.
Selanjutnya untuk melakukan
pengujian menggunakan level of signifikan
α = 0,05 atau tingkat kepercayaan
95%.Lebih jelasnya hubungan kausal yang
berdasarkan persamaan regresi linear
berganda digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Desain Hubungan antar Variabel Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bank Rakyat Indonesia merupakan
salah satu bank yang berada di Indonesia
yang kegiatan utamanya adalah sebagai
lembaga intermediasi atau lembaga yang
menghimpun dana dari masyarakat yang
kelebihan dana lalu menyalurkannya kembali
kepada masyarakat yang kekurangan dana.
Dalam penelitian ini digunakan analisis faktor
konfirmatori yang dilakukan terhadap
indikator setiap variabel sehingga dapat
diperoleh skor faktor dari variabel laten,
dimana skor faktor variabel tersebut akan
dipakai untuk penentuan koefisien setiap
variabel dalam analisi regresi linear
berganda. Ringkasan hasil analisis faktor
dan regresi linear berganda dalam riset ini
dapat dilihat pada Tabel di bawah:
Pada tabel 1 di atas menunjukkan hasil
analisis faktor yang digunakan untuk
menyederhanakan item variabel bebas
menjadi seperangkat variabel (faktor) baru,
namun melalui analsis faktor belum mampu
menjawab permasalahan dan tujuan riset ini,
sehingga dilanjutkan dengan analisis regresi
linear berganda. Uraian pembahasan
pembentukan faktor dan pengaruh antara
variabel bebas terhadap variabel terikat
dalam riset ini sebagai berikut:
Pengaruh Likuiditas Terhadap Pertumbuhan Laba
Koefisien regresi rasio likuiditas
mempunyai nilai negatif artinya setiap
kenaikan rasio likuiditas akan menurunkan
kemampuan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk
dalam membayar hutang jangka pendeknya,
yang berarti perusahaan tidak memiliki
peluang untuk meningkatkan pendapatan.
(Alwi, 1994:110). Pada koefisien regresi
nampak bahwa likuiditas sebesar -0,901
artinya bahwa setiap kenaikan Rp 1,00
likuiditas akan menurunkan pertumbuhan
laba sebesar Rp 0,901. Variabel Likuiditas
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
pertumbuhan laba. Hasil ini dapat dibuktikan
dengan variabel likuiditas mempunyai nilai
thitung = 16,588 dengan nilai sig t = 0,000, jika
dibandingkan dengan nilai ttabel = 1,7709
dengan taraf signifikansi 0,05, maka nilai
thitung > ttabel. Dapat diartikan variabel likuiditas
mempunyai pengaruh negatif dan signifikan
terhadap pertumbuhan laba PT Bank Rakyat
Indonesia Tbk.
Hasil analisis faktor likuiditas
menunjukan semua indikator variabel
hanya terdapat satu faktor yang signifikan
berarti indikator variabel yang digunakan
sebagai pengukur variabel atau faktor yang
terbentuk bersifat valid. Hal ini dapat dilihat
dari besarnya eigenvalue = 2,718 yang
menunjukan faktor likuiditas adalah paling
bagus untuk meringkas ke empat indikator
variabel dalam penelitian ini dan mampu
menjelaskan keragaman (cumulative %)
sebesar 67,96% terhadap varian total.
Selain itu dapat pula dilihat dari nilai
determinasi matriks korelasi sebesar
0.001786 yang mendekati 0 antara selurih
indikator variabel bebas terbukti saling
berkorelasi.
Namun communalities pada dasarnya
adalah jumlah varians dari suatu indikator
variabel yang dapat dijelaskan oleh faktor
terbentuk. Keempat variabel likuiditas lebih
besar dari 0,50 berarti semua variabel
mempunyai hubungan yang erat dengan
faktor terbentuk yaitu faktor likuiditas.
Kemudian nilai loading factor dari keempat
indikator variabel yaitu quick ratio = 66,3%,
cash ratio = 86,7%, banking ratio = 94,0%,
dan loan to assets ratio = 98,5%. Dengan
demikian nilai loading factor tersebut
mengindikasikan bahwa korelasi antara
semua variabel positif dengan faktor
likuiditas yang mempunyai rentang interval
antara 66,3%-98,5% masih di atas angka
pembatas 0,60 atau 60%. Sehingga dapat
diartikan bahwa semakin ditingkatkan
pertimbangan faktor likuiditas yang meliputi
quick ratio, cash ratio, banking ratio, dan
loan to assets ratio dapat meningkatkan
pertumbuhan laba PT Bank Rakyat
Indonesia Tbk.
Berdasarkan hasil perhitungan untuk
variabel bebas faktor likuiditas diperoleh
persentase ketepatan sebesar 70% dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa model
faktor untuk variabel bebas likuiditas dapat
diterima karena memiliki tingkat ketepatan di
atas 50%. Hasil di atas menunjukan bahwa
manajemen PT Bank Rakyat Indonesia Tbk
belum efektif dalam memaksimalkan
aktivanya yang ada untuk digunakan seperti
untuk menyalurkan kredit yang ada untuk
memperolah laba. Jadi pihak PT Bank
Rakyat Indonesia Tbk harus meningkatkan
pinjaman dengan menggunakan aktivanya
sehingga peluang untuk memperoleh
keuntungan di masa yang akan datang
semakin besar daripada uang tersebut
mengendap dan menjadi idle. Hal ini sesuai
dengan teori bahwa kenaikan likuiditas akan
menurunkan tingkat laba.
Pengaruh Rentabilitas Terhadap Pertumbuhan Laba
Variabel rentabilitas berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pertumbuhan laba
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. Hasil ini
dapat dibuktikan dengan analisis regresi
linear berganda yang menunjukan bahwa
variable rentabilitas mempunyai nilai thitung =
6,705 dengan nilai sig t = 0,000, jika
dibandingkan dengan nilai ttabel = 1,7709
dengan taraf signifikansi 0,05, maka nilai
thitung > ttabel. Koefisien regresi rasio
rentabilitas mempunyai nilai positif artinya
setiap kenaikan rasio rentabilitas akan
menaikan kemampuan PT Bank Rakyat
Indonesia Tbk dalam memperoleh laba,
karena rentabilitas yang tinggi menandakan
bahwa keuntungan bank meningkat
(Kasmir, 2004:281). Pada koefisien regresi
nampak bahwa rentabilitas sebesar +0,364
artinya setiap kenaikan Rp 1,00 rentabilitas
akan menaikan pertumbuhan laba Rp
0,364.
Hasil analisis faktor rentabilitas
menunjukan semua indikator variabel
hanya terdapat satu faktor yang signifikan
berarti indikator variabel yang digunakan
sebagai pengukur variabel atau faktor yang
terbentuk bersifat valid. Hal ini dapat dilihat
dari besarnya eigenvalue = 1,761 yang
menunjukan faktor rentabilitas adalah
paling bagus untuk meringkas ketiga
indikator variabel dalam penelitian ini dan
mampu menjelaskan keragaman
(cumulative %) sebesar 58,70 % terhadap
varian total. Selain itu dapat pula dilihat dari
nilai deterrminasi matriks korelasi sebesar
0,0426 yang mendekati 0 antara selurih
indikator variabel bebas terbukti saling
berkorelasi.
Namun communalities pada dasarnya
adalah jumlah varians dari suatu indikator
variabel yang dapat dijelaskan oleh faktor
terbentuk. Dalam penelitian ini angka
communalities dari ketigat variabel lebih
besar (lampiran) lebih besar dari 0,50 berarti
semua variabel mempunyai hubungan yang
erat dengan faktor terbentuk yaitu faktor
rentabilitas. Kemudian nilai loading factor
dari ketiga indikator variabel yaitu return on
assets = 90,5%, net profit margin = 93,7%,
dan return on equity = 85,2%. Dengan
demikian nilai loading factor tersebut
mengindikasikan bahwa korelasi antara
semua variabel positif dengan faktor
likuiditas yang mempunyai rentang interval
antara 85,2%-93,7% masih di atas angka
pembatas 0,60 atau 60%. Sehingga dapat
diartikan bahwa semakin ditingkatkan
pertimbangan faktor likuiditas yang meliputi
return on assets, net profit margin, dan return
on equity dapat meningkatkan pertumbuhan
laba Bank Rakyat Indonesia.
Berdasarkan hasil perhitungan untuk
variabel bebas faktor rentabilitas diperoleh
persentase ketepatan sebesar 76% dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa model
faktor untuk variabel bebas rentabilitas dapat
diterima karena memiliki tingkat ketepatan di
atas 50%. Dalam hal ini kinerja manajemen
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk sudah baik
dalam dalam memanfaatkan sumber daya
dana yang ada. Namun perlu ditingkatkan
lagi dalam memaksimalkan modal yang
diinvestasikan agar dimasa yang akan dating
dapat memperoleh laba dan meningkatkan
pertumbuhan laba PT Bank Rakyat
Indonesia Tbk. Hal ini sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa kenaikan
rentabilitas akan meningkatkan
pertumbuhan laba.
Pengaruh Solvabilitas Terhadap Pertumbuhan Laba
Variabel solvabilitas berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
laba PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. Hasil
analisis data menunjukan bahwa variable
solvabilitas mempunyai nilai thitung = 3,001
dengan nilai sig t = 0,013, jika dibandingkan
dengan nilai ttabel = 1,7709 dengan taraf
signifikansi 0,05, maka nilai thitung > ttabel. Nilai
koefisien regresi rasio solvabilitas positif
artinya setiap kenaikan rasio solvabilitas
akan menaikan kemampuan PT Bank
Rakyat Indonesia Tbk dalam membayar
utang jangka panjangnya berdasarkan
permodalan yang dimiliki dimana salah satu
unsurnya adalah laba. Semakin tinggi rasio
ini semakin bagus (Kasmir, 2004:275).
Pada koefisien regresi nampak bahwa
solvabilitas sebesar +0,163 artinya bahwa
setiap kenaikan Rp 1,00 rentabilitas akan
menaikan pertumbuhan laba sebesar Rp
0,163.
Hasil analisis faktor solvabilitas
menunjukan semua indikator variabel
hanya terdapat satu faktor yang signifikan
berarti indikator variabel yang digunakan
sebagai pengukur variabel atau faktor yang
terbentuk bersifat valid. Hal ini dapat dilihat
dari besarnya eigenvalue = 2,899 yang
menunjukan faktor solvabilitas adalah
paling bagus untuk meringkas ketiga
indikator variabel dalam penelitian ini dan
mampu menjelaskan keragaman (cumulative
%) sebesar 96,64% terhadap varian total.
Selain itu dapat pula dilihat dari nilai
deterrminasi matriks korelasi sebesar
0,00007005 yang mendekati 0 antara selurih
indikator variabel bebas terbukti saling
berkorelasi.
Namun communalities pada dasarnya
adalah jumlah varians dari suatu indikator
variabel yang dapat dijelaskan oleh faktor
terbentuk. Dalam penelitian ini angka
communalities dari keempat variabel lebih
besar dari 0,50 berarti semua variabel
mempunyai hubungan yang erat dengan
faktor terbentuk yaitu faktor solvabilitas.
Kemudian nilai loading factor dari keempat
indikator variabel yaitu primary ratio = 99,5%,
risk assets ratio = 98,7%, dan capital
adequacy ratio = 96,7%. Dengan demikian
nilai loading factor tersebut mengindikasikan
bahwa korelasi antara semua variabel positif
dengan faktor likuiditas yang mempunyai
rentang interval antara 96,7%-99,5% masih
di atas angka pembatas 0,60 atau 60%.
Sehingga dapat diartikan bahwa semakin
ditingkatkan pertimbangan faktor solvabilitas
yang meliputi primary ratio, risk assets ratio,
dan capital adequacy ratio dapat
meningkatkan pertumbuhan laba PT Bank
Rakyat Indonesia Tbk. Berdasarkan hasil
perhitungan untuk variabel bebas faktor
solvabilitas diperoleh persentase ketepatan
70% dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa model faktor untuk variabel bebas
solvabilitas dapat diterima karena memiliki
tingkat ketepatan di atas 50%.
Dalam hal ini kinerja manajemen
Bank Rakyat Indonesia sudah baik dalam
dalam memanfaatkan sumber modal yang
ada untuk membayar hutang jangka
panjangnya . Namun perlu ditingkatkan lagi
dalam memaksimalkan modal yang ada
agar dimasa yang akan datang dapat
dengan mudah membayar hutang jangka
panjangnya berdasarkan jumlah modal
(equity) yang ada yang salah satu unsurnya
adalah laba bersih. Hal ini sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa kenaikan
solvabilitas akan meningkatkan
pertumbuhan laba.
Peranan Kinerja Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Bersih
Berdasarkan hasil analisis faktor
konfirmatori dan regresi linear berganda
disajikan pada tabel 1 di atas, variabel F1,
F2, dan F3 terhadap Y menunjukan bahwa
besarnya nilai koefisien determinasi (R2)
sebesar 0,971 dapat diartikan bahwa
97,1% proporsi variasi dari kinerja
perusahaan diterangkan oleh keseluruhan
variabel likuiditas (F1), rentabilitas (F2) dan
solvabilitas (F3). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pertimbangan faktor
likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitas dapat
memberikan peranan atau kontribusi
sebesar 97,1% untuk menjelaskan
pertumbuhan laba PT Bank Rakyat
Indonesia Tbk dan sisanya 2,9% dijelaskan
atau ditentukan oleh variabel lain di luar
model analisis dalam penelitian ini. Secara
simultan variabel Likuiditas, Rentabilitas, dan
Solvabilitas berpengaruh positif dan
signifikan secara simultan terhadap
pertumbuhan laba PT Bank Rakyat
Indonesia Tbk Hasil analisis regresi linear
berganda menunjukan bahwa variabel
likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitas
mempunyai nilai Fhitung = 109,704 dengan
nilai sig F = 0,000, jika dibandingkan dengan
nilai Ftabel = 3,71 dengan taraf signifikansi
0,05, maka nilai Fhitung > Ftabel.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa hasil analisis faktor
konfirmatori menunjukan bahwa faktor
likuiditas, faktor rentabilitas, dan faktor
solvabilitas mempunyai nilai eigenvalue > 1.
Selain itu nilai loading factor dari seluruh
variabel bebas masih berada di atas angka
pembatas 0,60 atau 60%.
Hasil analisis regresi linear beganda
pada penelitian ini terbukti baik secara
parsial maupun simultan terdapat pengaruh
antara variabel yang dapat dinyatakan: (a)
Rasio likuiditas mempunyai pengaruh
terhadap pertumbuhan laba pada Bank
Rakyat Indonesia; (b) Rasio rentabilitas
berpengaruh terhadap pertumbuhan laba
pada Bank Rakyat Indonesia; (c) Rasio
solvabilitas mempunyai pengaruh terhadap
pertumbuhan laba pada Bank Rakyat
Indonesia, dan (d) Rasio likuiditas,
rentabilitas, dan solvabilitas mempunyai
pengaruh secara simultan terhadap
pertumbuhan laba Bank Rakyat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Anomalous. 2000- 2007. Indonesia Stock Exchange. BEJ: Jakarta www.bri.co.id: Jakarta.
Abdullah, Faisal. 2003. Manajemen Perbankan (Teknik Analsis Kinerja Keuangan Bank). Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Alwi, Syafaruddin. 1994. Alat-alat Analisis dalam Pembelanjaan. Yogyakarta: Andi Offset.
Gujarati, Dahmodar & Sumarno Zain.1998. Ekonometrika Dasar, Erlangga. Jakarta
Husnan, Suad. 2003. Manajemen Keuangan. Buku II. Edisi 4. Yogyakarta
Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Keown, Arthur J. 1995. Dasar-dasar Manajemen keuangan. Terjemahan oleh Djakman. Jakarta: Salemba Empat.
Malholtra, Naresh K. 1996. Marketing Research, An Applid Orientation. The Prantice- Hall. Inc., New Jersey.
Munawir.2001.Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty
Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.
Murniati. 2000. Analisis Rasio Keuangan dan Prediksi Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Indonesia. Tesis tidak dipublikasikan. Surabaya: Program Pasca Sarjana Ekonomi Airlangga.
Rivai, Veithzal dan Vithzal, Permata Andria. 2006. Credit Management Handbook (Teori, Konsep, Prosedur, dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir, dan Nasabah). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Riyanto, Bambang. 1997. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE
Santoso, Singgih. 2004. SPSS Statistik Multivariat. Jakarta. PT. Elex Media Komputindo.
Sawir, Agnes. 2003. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Simamora, Henry. 1999. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.
Supranto, J.2004. Analisis Multivariate. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Unga, Maharulla La Ode.2007. Peranan Kinerja Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Sisa Hasil Usaha (SHU) Pada Koperasi Wanita Kendari. Skripsi.
Widjaja Tunggal, Amin. 1996. Akuntansi Manajemen Untuk Usahawan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Weston dan Copeland. 1992. Manajemen Keuangan. Terjemahan oleh Jaka Waksana. 1994. Jakarta: Erlangga
Weston dan Brigham.1994. Manajemen Keuangan. Terjemahan oleh Wahid dan Kosasih.1997. Jakarta: Erlangga.
ANALISIS PENILAIAN SAHAM MELALUI PENDEKATAN PRICE EARNING RATIO
PADA INDUSTRI OTOMOTIF DI BURSA EFEK JAKARTA (BEJ)
Muh. Masri 1) & Astri Yulias Tanti 2)
ABSTRACT
This riset has purpose to know about the stock valuation through price earning ratio approach at the otomotif industry in Jakarta Stock Exchange. Type of data used in this riset is secondary data. The company which fulfilling the sample’s criteria is eight from fifteen otomotif companies. The data was analyzed by descriptive analysis. The result of riset show
that the otomotif industry which its stock prices was over priced, are: Good Year Indonesia Tbk in the year 2002- 2004, Gajah Tunggal Tbk in 2006, Indomobil Sukses Internasional Tbk in 2004 and 2005, Multi Prima Sejahtera Tbk in 2004 and 2006, and Nipress Tbk in 2004. The height of stock prices was caused by total share circulate too little. The overcome this matter, the company can do tha share resolving (stock split), right issue dan stock deviden. The otomotif company which its stock prices was under priced, are: Prima Alloy Steel Tbk in 2002-2006, Branta Mulia Tbk in 2002-2006, Good Year Indonesia Tbk in 2005 and 2006, Gajah Tunggal Tbk in 2002, 2003 and 2006, Multi Prima Sejahtera in 2002-2005, Nipress in 2002, 2003, 2005, and 2006, selamat sempurna tbk in 2002-2006. The low of stock prices was caused by total of share circulate to much. To anticipate this matter, hence company can do the prchasing return the share (repurchase of stock) and improving dividen share on chance that amount of share circulate will deciease and its stock prices will increase.
Key Word: Price Earning Ratio, Stock Valuation
PENDAHULUAN
Pelaksanaan pembangunan nasional,
diperlukan pembiayaan baik yang bersumber
dari pemerintah maupun dari masyarakat.
Kebutuhan pembangunan yang semakin
besar dimasa yang akan datang tidak akan
dapat dibiayai oleh pemerintah saja tetapi
juga dibutuhkan peran serta masyarakat.
Oleh karena itu dibutuhkan suatu wadah
yang dapat menggalang dana masyarakat
untuk menunjang pembangunan nasional.
Kegiatan pasar modal yang biasa
disebut bursa efek, meliputi seluruh kegiatan
jual beli efek/surat berharga perusahaan
yang ditawarkan kepada masyarakat umum
mempunyai peran yang penting yaitu
sebagai sarana untuk mendorong peran
serta masyarakat dalam pelaksanaan
pembangunan nasional. Oleh karena itu para
pemodal dapat melakukan investasi melalui
kepemilikan saham dan obligasi, dan dapat
berpartisipasi melalui pemilihan kegiatan
investasi yang di inginkan. Pasar modal juga
berperan dalam pemerataan tingkat
pendapatan, dengan memberi kesempatan
bagi masyarakat luas untuk mendapatkan
keuntungan yang diperoleh perusahaan
melalui kepemilikan saham. Atas dasar
inilah pasar modal dianggap sebagai salah
satu sarana efektif untuk mempercepat
pembangunan nasional.
Disisi lain pasar modal juga memiliki
peranan penting dalam peningkatan
pertumbuhan ekonomi, kehadiran pasar
modal akan menambah jumlah pilihan
dalam berinvestasi. Sehingga kesempatan
untuk memilih investasi yang sesuai
dengan referensi investor akan semakin
besar. Oleh karena itu pasar modal menjadi
sangat penting bagi seorang investor.
Sumantoro (1988) mengemukkan
perusahaan melakukan transaksi jual beli
efek berdasarkan atas beberapa
pertimbangan: (1) menghimpun dana yang
diperlukan bagi pembelanjaan perusahaan;
(2) memberi kesempatan kepada
masyarakat untuk turut serta dalam
pengelolaan dan perkembangan
perusahaan; (3) memberikan peluang untuk
berpartsipasi dalam pengawasan
pengelolaan perusahaan.
Tujuan seorang investor
menanamkan modal dipasar modal adalah
memperbesar laba dan memperkecil risiko.
Untuk mencapai tujuan tersebut, para
pemodal harus berusaha untuk menghindari
segala risiko yang ditimbulkan dengan cara
melakukan penilaian pada harga saham
yang akan dibeli. Oleh karena itu seorang
investor harus mengetahui apakah saham
tersebut layak untuk dibeli atau tidak.
Proses pengambilan keputusan
pembelian saham berdasarkan analisis yang
cermat akan menghasilkan tingkat
keuntungan yang maksimal. Proses tersebut
diawali dengan tingkat pengembalian yang
diharapkan dengan memperhitungkan faktor
risiko, kemudian menentukan nilai saham
yang seharusnya atau lebih dikenal dengan
nilai nominal. Jika nilai nominal saham lebih
besar daripada dari nilai pasar maka investor
dapat mengambil keputusan untuk membeli
saham tersebut sebaliknya jika nilai nominal
saham lebih kecil dari nilai pasar berarti nilai
saham tersebut mahal maka investor tidak
akan membeli saham tersebut.
Analisis yang dapat digunakan untuk
mengetahui nilai intrinsik suatu perusahaan
yaitu analisis fundamental, ide dasar
pendekatan ini adalah bahwa harga saham
akan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan
(Halim,2005:21). Sedangkan Sharpe
(1997:397) mengatakan bahwa untuk
pencarian sekuritas yang miscpriced
biasanya digunakan analisis fundamental.
Analisis fundamental perusahaan akan
menghasilkan pilihan jenis saham mana
yang sudah mahal dan mana yang masih
murah, Fokus analisis tersebut
terkonsentrasi pada analisis manajemen
dan analisis keuangan perusahaan
(Wahyudi, 2007 http://www.harian suara
merdeka, diakses 2 maret 2007).
Price earning ratio merupakan salah
satu pendekatan yang dapat digunakan
oleh para pemegang saham untuk menilai
saham yang diminatinya. Semakin tinggi
nilai saham tersebut maka semakin tinggi
pula nilai jual yang dimilikinya dan hal ini
akan berpengaruh terhadap kemampuan
perusahaan untuk memperoleh laba serta
menjaga kelangsungan usahanya, yang
berpengaruh terhadap hasil yang akan
diterimanya. Oleh karena itu setiap
perusahaan berusaha untuk meningkatkan
price earning rationya dengan harapan para
pemegang saham akan semakin tertarik
untuk ikut serta dalam perusahaan
tersebut.
Pertumbuhan price earning ratio pada
industri otomotif di Bursa Efek Jakarta pada
tahun 2006 perusahaan yang nilai
sahamnya berada di atas rata-rata nilai
PER industri otomotif (over priced), adalah
perusahaan Branta Mulia Tbk (BRAM)
sebesar 23,39 kali, perusahaan Gajah
Tunggal Tbk (GJTL) sebesar 13,78 kali Hal
ini berarti bahwa nilai saham kedua
perusahaan ini cukup tinggi dan akan
berdampak pada meningkatnya laba yang
diterima oleh perusahaan, pada tahun ini
rasio harga saham kedua perusahaan ini
cukup tinggi dan tidak layak untuk dibeli.
Sedangkan perusahaan yang nilai sahamnya
berada di bawah nilai rata-rata per industri
otomotif (under priced) adalah perusahaan
Prima Alloy Steel Tbk (PRAS) sebesar -
28,76 kali, perusahaan Indomobil Sukses
Sempurna Tbk (IMAS) sebesar -56,72 kali,
perusahaan Good Year Indonesia Tbk
(GDYR) sebesar 9,12 kali, perusahaan
Nipress Tbk (NIPS) sebesar 3,00 kali.,
perusahaan Multi Prima Sejahtera Tbk
(LPIN) sebesar 6,28 kali, dan perusahaan
Selamat Sejahtera Tbk sebesar 7,58 kali.
Kondisi empiris di atas menunjukkan
bahwa nilai saham ke enam perusahaan ini
cukup rendah dan akan berdampak pada
rendahnya tingkat laba yang akan diterima
oleh perusahaan, pada tahun ini rasio harga
saham ke enam perusahaan ini cukup
rendah dan layak untuk dibeli. maka hal ini
menarik perhatian penulis mengenai
bagaimana penilaian saham melalui
pendekatan price earning ratio sehingga
pada akhirnya dapat membantu stakeholder
dalam menilai perusahaan tersebut sebelum
mengambil keputusan untuk membeli atau
menjual sahamnya. Mengacu pada
fenomena empiris yang telah dipaparkan di
atas, peneliti tertarik untuk mengadakan
kajian dengan focus permasalahan
bagaimana analisis penilaian saham melalui
pendekatan Price earning ratio pada industri
otomotif di Bursa Efek Jakarta. Selanjutnya
tujuan yang ingin dicapai untuk
menjelaskan dan mengetahui penilaian
saham melalui pendekatan Price earning
ratio pada industri otomotif di Bursa Efek
Jakarta.
METODE PENELITIAN
Objek penelitian ini adalah
perusahaan-perusahaan industri otomotif
yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan-perusahaan industri otomotif
yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta,
sehingga diperoleh jumlah populasi
sebanyak 15 perusahaan. Teknik penarikan
sampel yang dilakukan adalah teknik
penarikan sampel dengan cara sengaja
dengan tujuan tertentu (Sugiyono,
2000:61). Tujuan penarikan sampel dengan
cara ini adalah agar penelitian ini dapat
representatif. Kriteria sampel yang
digunakan adalah: (1) Perusahaan industri
otomotif yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta selama 5 tahun berturut-turut sejak
tahun 2002-2006; (2) Perusahaan industri
otomotif yang menyerahkan laporan
keuangan secara rutin pada periode waktu
yang telah ditetapkan. Berdasarkan kriteria
yang ditetapkan diatas maka yang
memenuhi kriteria sampel yaitu sebanyak 8
perusahaan dengan periode penelitian 5
tahun.
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder. Data ini
bersumber dari Bursa Efek Jakarta (BEJ),
dengan situs (website) www.jsx.co.id (jakarta
stock exchange) serta dari sumber lain yang
berkaitan dengan penelitian ini. Untuk dapat
mencapai tujuan penelitian ini digunakan
metode analisis deskriptif yaitu menjelaskan
cara perhitungan penilaian saham melalui
pendekatan Price earning ratio.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Earning per share adalah rasio pasar
modal yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan bersih dari setiap lembar
saham yang beredar. Earning per share
yang tinggi berarti berarti makin tinggi pula
keuntungan yang diperoleh dari setiap
lembar saham yang beredar. Hasil
perhitungan earning per share perusahaan
otomotif selama 5 tahun (2002-2006).
Pada tabel 1 menunjukkan earning per
share setiap perusahaan otomotif berbeda-
beda dan mengalami perubahan yang cukup
bervariasi setiap tahunnya. Perusahaan
otomotif yang memiliki rata-rata earning
pershare rendah adalah Indomobil Sukses
Internasional Tbk yaitu sebesar Rp.52,156
artinya setiap satu lembar saham yang
dikeluarkan oleh perusahaan menghaslkan
laba sebesar Rp.52,156. Rendahnya earning
per share disebabkan ketidakmampuan
perusahaan menciptakan lebih banyak
sumber daya yang menjadi sumber untuk
membayar deviden. Sedangkan
perusahaan otomotif yang memiliki earning
per share tertinggi adalah Gajah Tunggal
Tbk sebesar Rp.305,002. Secara umum
dari 8 peusahaan otomotif yang dijadikan
sampel rata-rata memiliki earning per share
dalam kurun waktu 5 tahun terakhirsebesar
Rp 169,2812.
Selanjutnya harga saham adalah
harga dari saham di pasar bursa pada saat
tertentu yang ditentukan oleh dari
permintaan dan penawaran saham
bersangkutan oleh pelaku pasar. Rata-rata
harga saham pada industri otomotif di bursa efek Jakarta dapat dilihat tabel berikut:
Berdasarkan data pada tabel 2
menunjukan bahwa harga saham terendah
dimiliki oleh perusahaan Prima Alloy Stell
Tbk yaitu sebesar Rp.390 per lembar saham
dan harga saham tertinggi dimiliki oleh Good
Year Indonesia Tbk yaitu sebesar Rp.6.365
per lembar saham, hal tersebut menunjukkan
bahwa dari rata-rata kedelapan perusahaan
otomotif di atas, perusahaan Good Year
Indonesia Tbk memiliki harga saham yang
paling tinggi dan ini akan berpengaruh pada
jumlah laba per lembar saham yang diterima
oleh perusahaan. Rata-rata harga saham 8
perusahaan otomotif dijadikan sampel dalam
kurun 5 tahun terakhir mencapai Rp.
1.430,75 per lembar saham.
Selanjutnya price earning ratio adalah
perbandingan harga saham dengan laba
perlembar saham yang kemudian menjadi
landasan pertimbangan seorang investor
membeli saham sebuah perusahaan.
Setelah semua komponen diketahui
selanjutnya dilakukan perhitungan nilai
PERaktual dengan membagi antara harga
saham dengan laba perlembar saham,
adapun perkembangan price earning ratio
(PERaktual) pada industri otomotif di bursa
efek jakarta dapat dilihat pada tabel berikut:
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan
bahwa rata-rata price earning ratio pada
kedelapan perusahaan otomotif selama
priode 2002-2006 berbeda-beda dan
mengalami perubahan yang bervariasi
disetiap tahunnya ada yang rata-ratanya
tinggi atau overpriced dan ada pula yang
sangat rendah atau underpriced. Nilai price
earning ratio yang overpriced menunjukkan
bahwa nilai PER perusahaan tersebut
berada diatas rata-rata PER normal yang
berarti nilai sahamnya tinggi atau cukup
mahal jika dibandingkan dengan harga
saham sejenis lainnya pada industri yang
sejenis. Nilai saham yang underpriced
menunjukkan bahwa nilai PER perusahaan
tersebut berada dibawah rata-rata PER
normal yang berarti nilai sahamnya rendah.
Rata-rata PERaktual perusahaan
otomotif yang menjadi sampel penelitian
selama periode 2002-2006 menunjukan
bahwa rata-rata PER perusahaan memiliki
nilai yang cukup tinggi yaitu sebesar 1,73
kali dengan PER terendah pada tahun 2006
yaitu sebesar -2,79 kali dan tertinggi pada
tahun 2003 yaitu sebesar 3,64 kali. Setelah
PER aktual diketahui selanjutnya dilakukan
perhitungan nilai PER normal dengan
membagi antara nilai intrinsik saham
dengan laba persaham perusahaan,
adapun PERnormal perusahaan otomotif di
BEJ dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4 menunjukkan rata-rata nilai
PERnormal perusahaan otomotif yang
menjadi sampel penelitian selama periode
2002-2006 menunjukan bahwa rata-rata
PER perusahaan memiliki nilai yang cukup
rendah yaitu sebesar -31,97 kali dengan
PER terendah pada tahun 2006 yaitu
sebesar -364,69 kali dan tertinggi pada
tahun 2005 yaitu sebesar 136,01 kali.
PEMBAHASAN
Setelah diperoleh hasil perhitungan
nilai price earning ratio tahap selanjutnya
adalah melakukan analisis penilaian saham
perusahaan sampel sebagai berikut:
Prima Alloy Steel Tbk
Berdasarkan hasil perhitungan nilai
PERaktual perusahaan Prima Alloy Steel
Tbk sejak tahun 2002-2006 selalu lebih kecil
dari pada nilai PERnormal yang seharusnya
(under priced) pada tahun 2002 nilai PER
aktual yaitu sebesar 0,78 kali dimana nilai
PERnormal yang seharusnya adalah 2,42
kali, hal ini menunjukkan bahwa nilai saham
yang dimiliki oleh perusahaan Prima Alloy
Steel Tbk cukup rendah atau murah, melihat
nilai saham perusahaan yang seperti ini
maka para pemegang saham sebaiknya
segera menjual saham yang dimilikinya
karena dikhawatirkan nilai sahamnya
semakin menurun. Adapun tindakan yang
dapat dilakukan oleh perusahaan untuk
memperbaiki nilai saham yang rendah (under
priced) adalah dapat melakukan pembelian
kembali saham (repurchase of stock)
sehingga jumlah lembar saham yang
beredar berkurang dan diharapkan harga
pasar saham akan meningkat. Hasil
penelitian ini didukung oleh teori yang
dikemukakan oleh Halim (2005) yang
mengatakan bahwa dengan pembelian
kembali saham maka jumlah lembar saham
yang beredar berkurang sehingga harga
pasar saham akan meningkat.
Pada tahun 2003,2004,2005 dan
2006 nilai PER aktual perusahaan ini masih
lebih kecil daripada nilai PERnormalnya
(under priced) yaitu 2,96 kali dimana nilai
PERnormalnya sebesar 66,50 kali untuk
tahun 2003, pada tahun 2004 nilai
PERaktual perusahaan sebesar 0,47 kali
dimana nilai PERnormalnya sebesar 66,23
kali, di tahun 2005 nilai PERaktual
perusahaan adalah 17,26 kali lebih kecil
dari nilai PERnormal yang seharusnya yaitu
23,61 kali, sedangkan pada tahun 2006
nilai PERaktual perusahaan sebesar -28,76
kali dan nilai PERnormalnya sebesar 16,73
kali, rendahnya nilai saham perusahaan
prima alloy steel tbk bisa saja disebabkan
banyaknya jumlah lembar saham yang
beredar dipasaran, Kurangnya tingkat
kepercayaan investor tehadap perusahaan
dan juga karena rendahnya tingkat deviden
yang dibagikan kepada investor untuk
mengantisipasi hal ini, maka perusahaan
dapat melakukan pembelian kembali
saham dengan harapan jumlah lembar
saham yang beredar akan berkurang dan
nilai sahamnya akan meningkat dan
berusaha menambah tingkat kepercayaan
investor kepada perusahaan dengan cara
meningkatkan pembagian deviden.
Branta Mulia Tbk
Nilai PER aktual perusahaan branta
mulia tbk sejak tahun 2002-2006 selalu lebih
kecil daripada nilai PERnormalnya (under
priced) pada tahun 2002 nilai PERaktual
perusahaan adalah sebesar 1,85 kali nilai ini
lebih kecil daripada nilai PERnormal
perusahaan yaitu sebesar 37,96 kali
rendahnya nilai saham perusahaan Branta
mulia tbk bisa saja disebabkan karena
banyaknya jumlah lembar saham yang
beredar. Kurangnya tingkat kepercayaan
investor tehadap perusahaan karena
rendahnya tingkat deviden yang dibagikan
kepada investor. Untuk mengantisipasi hal
tersebut, perusahaan dapat melakukan
pembelian kembali saham dengan harapan
jumlah lembar saham yang beredar
berkurang dan nilai sahamnya meningkat
serta berusaha menambah tingkat
kepercayaan investor kepada perusahaan
dengan meningkatkan pembagian deviden.
Pada tahun 2003,2004,2005 dan 2006
nilai PERaktual perusahaan ini masih lebih
kecil daripada nilai PERnormalnya (under
priced) yaitu 5,78 kali dimana nilai
PERnormalnya sebesar 56,27 kali untuk
tahun 2003, pada tahun 2004 nilai
PERaktual perusahaan sebesar 8,49 kali
dimana nilai PERnormalnya sebesar 98,12
kali, di tahun 2005 nilai PERaktual
perusahaan adalah 3,54 kali lebih kecil dari
nilai PERnormal yang seharusnya yaitu
84,50 kali, sedangkan pada tahun 2006
nilai PERaktual perusahaan sebesar 23,39
kali dan nilai PERnormalnya sebesar 293
kali, hal ini menunjukkan bahwa nilai saham
yang dimiliki oleh perusahaan branta mulia
Tbk cukup rendah atau murah, melihat nilai
saham perusahaan yang seperti ini maka
para pemegang saham sebaiknya segera
menjual saham yang dimilikinya karena
dikhawatirkan nilai sahamnya semakin
menurun. Adapun tindakan yang dapat
dilakukan oleh perusahaan untuk
memperbaiki nilai saham yang rendah
(under priced) adalah dapat melakukan
pembelian kembali saham (repurchase of
stock) sehingga jumlah lembar saham yang
beredar berkurang dan diharapkan harga
pasar saham meningkat, berusaha
menambah tingkat kepercayaan investor
kepada perusahaan dengan cara
meningkatkan pembagian deviden.
Good Year Indonesia Tbk
Nilai PERaktual perusahaan good
year Indonesia Tbk sejak tahun 2002-2004
selalu lebih besar dari pada nilai
PERnormalnya (over priced) pada tahun
2002 nilai PERaktual perusahaan sebesar
10,85 kali nilai ini lebih besar daripada nilai
PERmnormal perusahaan yaitu sebesar
3,11 kali. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
saham yang dimiliki oleh perusahaan good
year Indonesia tbk cukup tinggi atau mahal,
melihat nilai saham yang seperti ini maka
para pemegang saham sebaiknya
menahan lembar saham yang dimilikinya
tetapi tidak untuk waktu yang lama
sedangkan perusahaan dapat melakukan
pemecahan saham (stock split) dengan
menggunakan nilai nominal yang lebih
rendah perlembarnya, serta melakukan right
issue dan deviden saham. Dimana tujuan
utama dilakukannya pemecahan saham,
right issue dan deviden saham adalah untuk
menjaga harga pasar saham agar tidak
terlalu tinggi sehingga sahamnya lebih
memasyarakat dan lebih banyak
diperdagangkan.
Pada tahun 2003-2004 nilai PERaktual
perusahaan masih lebih besar daripada nilai
PERnormalnya (over priced) yaitu 10,33 kali
dimana nilai PERnormalnya sebesar 3,44
kali pada tahun 2003 sedangkan pada tahun
2004 nilai PERaktual perusahaan sebesar
14,11 kali dimana nilai PERnormalnya
adalah sebesar 2,05 kali. Tingginya nilai
saham perusahaan bisa saja disebabkan
karena jumlah lembar saham yang beredar
terlalu sedikit, tingginya tingkat kepercayaan
investor pada perusahaan dan tingginya
tingkat pembagian deviden perusahaan,
untuk mengatasi hal ini perusahaan dapat
melakukan pemecahan saham (stock split),
right issue dan deviden saham.
Pada tahun 2005 dan 2006 nilai
PERaktual perusahaan ini lebih kecil
daripada nilai PERnormalnya (under priced)
yaitu -42,25 kali dimana nilai PERnormalnya
sebesar -2,35 kali untuk tahun 2005,
sedangkan pada tahun 2006 nilai PERaktual
perusahaan sebesar 9,12 kali dan nilai
PERnormalnya sebesar 17,44 kali,
rendahnya nilai saham perusahaan good
year Indonesia tbk bisa saja disebabkan
karena banyaknya jumlah lembar saham
yang beredar, Kurangnya tingkat
kepercayaan investor tehadap perusahaan
dan juga karena rendahnya tingkat deviden
yang dibagikan kepada investor untuk
mengantisipasi hal ini, maka perusahaan
dapat melakukan pembelian kembali
saham dengan harapan jumlah lembar
saham yang beredar akan berkurang dan
nilai sahamnya akan meningkat dan
berusaha menambah tingkat kepercayaan
investor kepada perusahaan dengan
meningkatkan pembagian deviden.
Gajah Tunggal Tbk
Nilai PERaktual perusahaan gajah
tunggalTbk sejak tahun 2002-2005 selalu
lebih kecil dari pada nilai PERnormal yang
seharusnya (under priced) pada tahun 2002
nilai PERaktual yaitu sebesar 0,19 kali
dimana nilai PERnormal yang seharusnya
adalah 4,58 kali, hal ini menunjukkan
bahwa nilai saham yang dimiliki oleh
perusahaan gajah tunggal Tbk cukup
rendah atau murah, melihat nilai saham
perusahaan yang seperti ini maka para
pemegang saham sebaiknya segera
menjual saham yang dimilikinya karena
dikhawatirkan nilai sahamnya semakin
menurun. Adapun tindakan yang dapat
dilakukan oleh perusahaan untuk
memperbaiki nilai saham yang rendah
(under priced) adalah dapat melakukan
pembelian kembali saham (repurchase of
stock) sehingga jumlah lembar saham yang
beredar berkurang dan diharapkan harga
pasar saham akan meningkat. Hasil
penelitian ini didukung oleh teori yang
dikemukakan oleh Halim (2005) mengatakan
bahwa pembelian kembali saham maka
jumlah lembar saham yang beredar
berkurang sehingga harga pasar saham
akan meningkat.
Pada tahun 2003,2004 dan 2005 nilai
PERaktual perusahaan ini masih lebih kecil
daripada nilai PERnormalnya (under priced)
yaitu 2,06 kali dimana nilai PERnormalnya
sebesar 20,64 kali untuk tahun 2003, pada
tahun 2004 nilai PERaktual perusahaan
sebesar 4,31 kali dimana nilai
PERnormalnya sebesar 36,44 kali,
sedangkan 2005 nilai PERaktual perusahaan
adalah 5,12 kali lebih kecil dari nilai
PERnormal yang seharusnya yaitu 703,32
kali, rendahnya nilai saham perusahaan
gajah tunggal tbk bisa saja disebabkan
karena banyaknya jumlah lembar saham
yang beredar untuk mengantisipasi hal ini,
perusahaan dapat melakukan pembelian
kembali saham dengan harapan jumlah
lembar saham yang beredar akan berkurang
dan nilai sahamnya meningkat dan berusaha
menambah tingkat kepercayaan investor
kepada perusahaan dengan cara
meningkatkan pembagian deviden.
Tahun 2006 nilai PER aktual
perusahaan lebih besar daripada nilai PER
normalnya (over priced) yaitu 13,78 kali
dimana nilai PERnormalnya sebesar -
2340,43 kali. Tingginya nilai saham
perusahaan bisa saja disebabkan karena
jumlah lembar saham yang beredar terlalu
sedikit, tingginya tingkat kepercayaan
investor pada perusahaan dan tingginya
tingkat pembagian deviden perusahaan,
untuk mengatasi hal ini perusahaan dapat
melakukan pemecahan saham (stock split),
right issue dan deviden saham.
Indomobil Sukses Internasional Tbk
Nilai PERaktual perusahaan
Indomobil sukses internasional Tbk sejak
tahun 2002-2003 selalu lebih kecil dari
pada nilai PERnormal yang seharusnya
(under priced) pada tahun 2002 nilai
PERaktual yaitu sebesar 0,67 kali dimana
nilai PERnormal yang seharusnya adalah
3,90 kali, sedangkan di tahun 2003 nilai
PERaktual perusahaan adalah 15,88 kali
lebih kecil dari nilai PERnormal yang
seharusnya yaitu 60,34 kali, hal ini
menunjukkan bahwa nilai saham yang
dimiliki oleh perusahaan indomobil sukses
internasional Tbk cukup rendah atau
murah, melihat nilai saham perusahaan
yang seperti ini maka para pemegang
saham sebaiknya segera menjual saham
yang dimilikinya karena dikhawatirkan nilai
sahamnya semakin menurun. Adapun
tindakan yang dapat dilakukan oleh
perusahaan untuk memperbaiki nilai saham
yang rendah (under priced) adalah dapat
melakukan pembelian kembali saham
(repurchase of stock) sehingga jumlah
lembar saham yang beredar berkurang dan
diharapkan harga pasar saham akan
meningkat dan berusaha menambah tingkat
kepercayaan investor kepada perusahaan
dengan cara meningkatkan pembagian
deviden. Hasil penelitian ini didukung oleh
teori yang dikemukakan oleh Halim (2005)
yang mengatakan bahwa dengan pembelian
kembali saham maka jumlah lembar saham
yang beredar berkurang sehingga harga
pasar saham akan meningkat.
Pada tahun 2004-2005 nilai PERaktual
perusahaan masih lebih besar daripada nilai
PERnormalnya (over priced) yaitu -15,83 kali
dimana nilai PERnormalnya sebesar -21,49
kali pada tahun 2004 sedangkan pada tahun
2005 nilai PERaktual perusahaan sebesar
26,76 kali dimana nilai PERnormalnya
adalah sebesar -21,49 kali. Tingginya nilai
saham perusahaan bisa saja disebabkan
karena jumlah lembar saham yang beredar
terlalu sedikit tingginya tingkat kepercayaan
investor pada perusahaan dan tingginya
tingkat pembagian deviden perusahaan,
untuk mengatasi hal ini perusahaan dapat
melakukan pemecahan saham (stock split),
right issue dan deviden saham.
Pada tahun 2006 nilai PERaktual
perusahaan ini lebih kecil daripada nilai
PERnormalnya (under priced) yaitu -56,72
kali dimana nilai PERnormalnya sebesar –
7,00 kali, rendahnya nilai saham perusahaan
Indomobil sukses internasional tbk bisa saja
disebabkan karena banyaknya jumlah
lembar saham yang beredar, Kurangnya
tingkat kepercayaan investor tehadap
perusahaan dan juga karena rendahnya
tingkat deviden yang dibagikan kepada
investor untuk mengantisipasi hal ini, maka
perusahaan dapat melakukan pembelian
kembali saham (repurchase of stock)
dengan harapan jumlah lembar saham
yang beredar akan berkurang dan nilai
sahamnya akan meningkat serta berusaha
menambah tingkat kepercayaan investor
kepada perusahaan dengan cara
meningkatkan pembagian deviden.
Multi Prima Sejahtera Tbk
Nilai PERaktual perusahaan multi
prima sejahtera Tbk sejak tahun 2002-2003
selalu lebih kecil dari pada nilai PERnormal
yang seharusnya (under priced) pada tahun
2002 nilai PERaktual yaitu sebesar 0,63
kali dimana nilai PERnormal yang
seharusnya adalah 9,42 kali, sedangkan di
tahun 2003 nilai PERaktual perusahaan
adalah -23,22 kali lebih kecil dari nilai
PERnormal yang seharusnya yaitu 69,53
kali, hal ini menunjukkan bahwa nilai
saham yang dimiliki oleh perusahaan multi
prima sejahtera Tbk cukup rendah atau
murah, melihat nilai saham perusahaan
yang seperti ini maka para pemegang
saham sebaiknya segera menjual saham
yang dimilikinya karena dikhawatirkan nilai
sahamnya semakin menurun. Adapun
tindakan yang dapat dilakukan oleh
perusahaan untuk memperbaiki nilai saham
yang rendah (under priced) adalah dapat
melakukan pembelian kembali saham
(repurchase of stock) sehingga jumlah
lembar saham yang beredar berkurang dan
diharapkan harga pasar saham akan
meningkat. Hasil penelitian ini didukung oleh
teori yang dikemukakan oleh Halim (2005)
yang mengatakan bahwa dengan pembelian
kembali saham maka jumlah lembar saham
yang beredar berkurang sehingga harga
pasar saham akan meningkat.
Pada tahun 2004 nilai PERaktual
perusahaan masih lebih besar daripada nilai
PERnormalnya (over priced) yaitu -5,61 kali
dimana nilai PERnormalnya sebesar -21,49
kali. Tingginya nilai saham perusahaan bisa
saja disebabkan karena jumlah lembar
saham yang beredar terlalu sedikit, tingginya
tingkat kepercayaan investor pada
perusahaan dan tingginya tingkat pembagian
deviden perusahaan, untuk mengatasi hal ini
perusahaan dapat melakukan pemecahan
saham (stock split), right issue dan deviden
saham. Pada tahun 2005 nilai PERaktual
perusahaan ini lebih kecil daripada nilai
PERnormalnya (under priced) yaitu -0,94 kali
dimana nilai PERnormalnya sebesar 231,23
kali pada tahun 2005, rendahnya nilai
saham perusahaan Multi prima sejahtera tbk
bisa saja disebabkan karena banyaknya
jumlah lembar saham yang beredar,
Kurangnya tingkat kepercayaan investor
tehadap perusahaan dan juga karena
rendahnya tingkat deviden yang dibagikan
kepada investor untuk mengantisipasi hal ini,
maka perusahaan dapat melakukan
pembelian kembali saham (repurchase of
stock) dengan harapan jumlah lembar
saham yang beredar akan berkurang dan
nilai sahamnya akan meningkat serta
berusaha menambah tingkat kepercayaan
investor kepada perusahaan dengan cara
meningkatkan pembagian deviden.
Tahun 2006 nilai PER aktual
perusahaan lebih besar daripada nilai
PERnormalnya (over priced) yaitu 6,28 kali
dimana nilai PERnormalnya sebesar -
961,12 kali. Tingginya nilai saham
perusahaan bisa saja disebabkan karena
jumlah lembar saham yang beredar terlalu
sedikit, tingginya tingkat kepercayaan
investor pada perusahaan dan tingginya
tingkat pembagian deviden perusahaan,
untuk mengatasi hal ini perusahaan dapat
melakukan pemecahan saham (stock split),
right issue dan deviden saham.
Nipress Tbk
Nilai PERaktual perusahaan nipress
Tbk sejak tahun 2002-2003 selalu lebih
kecil dari pada nilai PERnormal yang
seharusnya (under priced) pada tahun 2002
nilai PERaktual yaitu sebesar 2,01 kali
dimana nilai PERnormal yang seharusnya
adalah 12,54 kali, sedangkan di tahun 2003
nilai PERaktual perusahaan adalah 8,17
kali lebih kecil dari nilai PERnormal yang
seharusnya yaitu 41,92 kali, hal ini
menunjukkan bahwa nilai saham yang
dimiliki oleh perusahaan nipress Tbk cukup
rendah atau murah, melihat nilai saham
perusahaan yang seperti ini,
para pemegang saham sebaiknya segera
menjual saham yang dimilikinya karena
dikhawatirkan nilai sahamnya semakin
menurun. Adapun tindakan yang dapat
dilakukan oleh perusahaan untuk
memperbaiki nilai saham yang rendah (under
priced) adalah dapat melakukan pembelian
kembali saham (repurchase of stock)
sehingga jumlah lembar saham yang beredar
berkurang dan diharapkan harga pasar
saham akan meningkat. Hasil penelitian ini
didukung oleh teori yang dikemukakan oleh
Halim (2005) yang mengatakan bahwa
dengan pembelian kembali saham maka
jumlah lembar saham yang beredar
berkurang sehingga harga pasar saham
akan meningkat.
Pada tahun 2004 nilai PERaktual
perusahaan masih lebih besar daripada nilai
PERnormalnya (over priced) yaitu -8,35 kali
dimana nilai PERnormalnya -34,80 kali pada
tahun. Tingginya nilai saham perusahaan
disebabkan karena jumlah lembar saham
yang beredar terlalu sedikit, tingginya tingkat
kepercayaan investor pada perusahaan dan
tingginya tingkat pembagian deviden
perusahaan, untuk mengatasi hal ini
perusahaan dapat melakukan pemecahan
saham (stock split), right issue dan deviden
saham.
Pada tahun 2005 dan 2006 nilai
PERaktual perusahaan ini lebih kecil
daripada nilai PERnormalnya (under priced)
yaitu 8,47 kali dimana nilai PERnormalnya
sebesar 32,58 kali pada tahun 2005,
sedangkan pada tahun 2006 nilai
PERaktual perusahaan adalah 3 kali lebih
kecil dari nilai PERnormal yang seharusnya
yaitu 14,72 kali rendahnya nilai saham
perusahaan Nipress tbk bisa saja
disebabkan karena banyaknya jumlah
lembar saham yang beredar, Kurangnya
tingkat kepercayaan investor tehadap
perusahaan dan juga karena rendahnya
tingkat deviden yang dibagikan kepada
investor untuk mengantisipasi hal ini, maka
perusahaan dapat melakukan pembelian
kembali saham (repurchase of stock)
dengan harapan jumlah lembar saham
yang beredar akan berkurang dan nilai
sahamnya akan meningkat serta berusaha
menambah tingkat kepercayaan investor
kepada perusahaan dengan meningkatkan
pembagian deviden.
Selamat Sempurna Tbk
Nilai PERaktual perusahaan selamat
sempurna Tbk sejak tahun 2002-2006
selalu lebih kecil dari pada nilai PERnormal
yang seharusnya (under priced) pada tahun
2002 nilai PERaktual yaitu sebesar 9,36
kali dimana nilai PERnormal yang
seharusnya adalah 12,54 kali, hal ini
menunjukkan bahwa nilai saham yang
dimiliki oleh perusahaan selamat sempurna
Tbk cukup rendah atau murah, melihat nilai
saham perusahaan yang seperti ini maka
para pemegang saham sebaiknya segera
menjual saham yang dimilikinya karena
dikhawatirkan nilai sahamnya semakin
menurun. Adapun tindakan yang dapat
dilakukan oleh perusahaan untuk
memperbaiki nilai saham yang rendah (under
priced) adalah dapat melakukan pembelian
kembali saham (repurchase of stock)
sehingga jumlah lembar saham yang beredar
berkurang dan diharapkan harga pasar
saham akan meningkat. Hasil penelitian ini
didukung oleh teori yang dikemukakan oleh
Halim (2005) yang mengatakan dengan
pembelian kembali saham maka jumlah
lembar saham yang beredar berkurang
sehingga harga pasar saham meningkat.
Pada tahun 2003,2004,2005 dan 2006
nilai PERaktual perusahaan ini masih lebih
kecil daripada nilai PERnormalnya (under
priced) yaitu 7,18 kali dimana nilai
PERnormalnya sebesar 46,09 kali untuk
tahun 2003, pada tahun 2004 nilai
PERaktual perusahaan sebesar 6,56 kali
dimana nilai PERnormalnya sebesar 38,48
kali, di tahun 2005 nilai PERaktual
perusahaan adalah 6,59 kali lebih kecil dari
nilai PERnormal yang seharusnya yaitu
36,70 kali, sedangkan pada tahun 2006 nilai
PERaktual perusahaan sebesar 7,58 kali dan
nilai PERnormalnya sebesar 49,10 kali,
rendahnya nilai saham perusahaan selamat
sempurna tbk bisa saja disebabkan karena
banyaknya jumlah lembar saham yang
beredar Kurangnya tingkat kepercayaan
investor tehadap perusahaan dan juga
karena rendahnya tingkat deviden yang
dibagikan kepada investor untuk
mengantisipasi hal ini, maka perusahaan
dapat melakukan pembelian kembali saham
(repurchase of stock) dengan harapan
jumlah lembar saham yang beredar akan
berkurang dan nilai sahamnya akan
meningkat serta berusaha menambah
tingkat kepercayaan investor kepada
perusahaan dengan meningkatkan
pembagian deviden.
KESIMPULAN
Perusahaan-perusahaan industri
otomotif yang nilai sahamnya masuk dalam
golongan over priced disebabkan jumlah
lembar saham yang beredar terlalu sedikit,
tingginya tingkat kepercayaan investor
pada perusahaan dan tingginya tingkat
pembagian deviden perusahaan, untuk
mengatasi hal ini perusahaan melakukan
pemecahan saham (stock split), right issue
dan deviden saham.
Perusahaan-perusahaan industri
otomotif yang nilai sahamnya masuk dalam
golongan under priced disebabkan karena
banyaknya jumlah lembar saham yang
beredar, Kurangnya tingkat kepercayaan
investor tehadap perusahaan dan juga
karena rendahnya tingkat deviden yang
dibagikan kepada investor untuk
mengantisipasi hal ini, perusahaan dapat
melakukan pembelian kembali saham
(repurchase of stock) dengan harapan
jumlah lembar saham yang beredar akan
berkurang dan nilai sahamnya akan
meningkat serta berusaha menambah
tingkat kepercayaan investor kepada
perusahaan dengan meningkatkan
pembagian deviden.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah,A. A. 2006. Pengaruh Variabel Return On Asset, Divident Payout Ratio dan Debt Equity Ratio Terhadap Book Value Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta.
Adikoesoema, Soemita. 1986. Analisa Keuangan Perusahaan Edisi 2. Bandung: Tarsito.
Anoraga, Pandji; Widiyanti, Ninik. 1995. Pasar Modal, Keberadaannya dan Manfaat Bagi Pembangunan. Cetakan kedua. Jakarta:Rineka Cipta.
Anwar, Jusuf. 2005. Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan Investasi. Bandung: P.T. ALUMNI.
Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi, Jakarta: Salemba Empat.
Helfert, Erich A. 1997. Teknik Analisis Keuangan:Petunjuk Praktis Untuk Mengelola dan Mengukur Kinerja Perusahaan, Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Husnan, Suad. 1996. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedua Cetakan Kedua. Yogyakarta:AMP YKPN.
Keown, Arthur J. 2004. Manajemen Keuangan Prinsip-Prinsip dan Aplikasi Jilid 1. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.
Martin, Jhon. Dkk. 1993. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Edisi 5 Jilid 1. Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.
Miranda, st. ,MM. Dkk. 2005. Manajemen Keuangan. Jakarta:HVR.
Purnomo, Yogo. Desember, 1998. Keterkaitan Kinerja Keuangan Dengan Harga Saham. Manajemen Usahawan Indonesia.
Samuelson, Paul A; Nordhaus, William D. 1989. Ekonomi. Jilid satu Terjemahan Oleh Jaka Wasana. Jakarta:Erlangga.
Sharpe, William F;Gordon J. Alexander;Jeffrey v.Bailey;alih bahasa, Henry Njooliangtik;Agustiono. 1997. Investasi Jilid 2. Jakarta:Prenhallindo.
Simamora, Henry. 2003. Akutansi:Basis pengambilan Keputusan Bisnis jilid 2. UPP AMP YKPN.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Sumantoro P. 1988. Pengantar Tentang Pasar Modal Di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sunariyah. 1997. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal Cetakan Pertama. Yogyakarta: AMP YKPN.
Sutrisno. 2000. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi Cetakan Pertama. Yogyakarta: Ekonisia.
Syamsuddin, Lukman. 1994. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Wahyudi, Sugeng. 2007. (http://www.harian suara merdeka , Diakses 2 Maret 2007).
Weston, J. Fred; Thomas e. Copeland. 1998. Manajemen Keuangan Jilid 1 Edisi 9. Jakarta: Binarupa Aksara.
Widoatmojo, Sawidji. 2005. Cara Sehat Investasi Dipasar Modal, Pengantar menjadi Investor Profesional. Jakarta:PT GRAMEDIA.
Yuliati, Sri Handaru; Prasetyo, Handoyo; Tjiptono, Fandi. 1996. Manajemen Portofolio dan Analisis Investasi Edisi Pertama. Yogyakarta:Andi.
.
ANALISA USAHA VIRGIN COCONUT OIL DITINJAU DARI SEGI FINANSIAL DAN UJI
MANFAAT (DAYA HAMBAT TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI )
Ine Fausayana ¹) & Jufri ²)
ABSTRACT
This research is conducted in UKM Anaway in Countryside Anggopiu, Subdistrict of Uepai of Regency Konawe. Data to calculate the elegibility finansial at januari 2008, while resistivity test conducted at juni 2006. Research relied by consideration that UKM Anaway represent the single effort vco of exist in Regency Konawe. Data obtained in this research is analysed descriptively and quantitative.
From research obtained by result that by financial is effort competent vco UKM Anaway to be continued. This matter is based for analysis result indicating that value NPV>0, assess the NBCR>1 and assess the IRR bigger than storey;level rate of interest going into effect ( 24%), result analyse the sensitivitas, indicating that though expense go up 10% and benefit remain to, effort vco UKM Anaway still be competent by finansil to be continued, and from result test the resistivity vco to bacterium E.Coli show the VCO able to pursue the growth of bacterium E.Coli at concentration 50% broadly zona pursue 12,00 mm.
Key Word: VCO, Financial is Effort Competent
PENDAHULUAN
Kelapa (Cocos nucifera) merupakan
salah satu komoditi perkebunan penghasil
bahan pangan yang sangat penting. Rata-
rata 80 % dari hasil buah kelapa diseluruh
Nusantara dipakai sebagai bumbuh masak
dan 20 % dibuat minyak (Soejianto dan
Sianipar, 1984). Minyak kelapa telah
berabad-abad dikenal dalam kehidupan
manusia. Minyak ini memenuhi lebih dari 10
% kebutuhan minyak nabati dunia. Secara
fisik minyak kelapa berwarna kuning
kecoklatan muda. Minyak kelapa dihasilkan
dari pengolahan langsung putih lembaga
yang segar, atau dari kelapa (Setyamidjaya,
1984). Bahan baku dari yang penting bagi
Indonesia disamping tanaman perkebunan
lainnya. Tanaman ini sering disebut sebagai
”The Tree Of Live” karena hampir semua
bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan.
Kelapa sebagai tanaman komoditi rakyat
telah lama dikenal dan sangat berperan
bagi kehidupan Bangsa Indonesia baik
ditinjau dari aspek ekonomi maupun aspek
sosial budaya. Semula kelapa diusahakan
secara tradisional dan ditanam secara
monokultur dan sebagai tanaman
pekarangan serta tanaman campuran. Bagi
masyarakat pedesaan maupun perkotaan,
kelapa memiliki banyak kegunaan, antara
lain dapat digunakan sebagai sayuran,
buah, minuman maupun cocktail (Winarno,
1989) . Selain manfaat tersebut diatas juga
bagian lainnya seperti bungkil dan
ampasnya digunakan sebagai pakan ternak
maupun sebagai tepung kelapa, air kelapa
digunakan sebagai bahan baku pembuatan
nata de coco, nira untuk gula kelapa, daun
kelapa untuk kerajinan dan batang untuk
industri bangunan (Mahmud dan Budiman
dalam Anonim, 1990).
Di Indonesia kelapa diproduksi menjadi
minyak kelapa dan dikonsumsi sebagai
minyak goreng. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Taufik Kurahman dalam
Palungkun (1993), Marketing Analyst Asian
and Pasifik Coconut Community (APPC),
bahwa dari 700-800 ribu ton produksi minyak
kelapa Indonesia sekitar 500-600 ribu ton
dikonsumsi sebagai minyak goreng.
Propinsi Sulawesi Tenggara memiliki
sejumlah komoditas unggulan pertanian
yang seperti kakao, mente, lada, kopi dan
kelapa yang tersebar dihampir seluruh
wilayah Kabupaten/Kota, khususnya kelapa
dalam sebagai bahan baku untuk menghasil
VCO mulai Mei tahun 2007 telah ditetapkan
sebagai salah satu komoditas unggulan
daerah oleh Dinas perkebunan Propinsi
sebagai respon terhadap besarnya perhatian
dunia terhadap hasil produk olahan buah
kelapa baik berupa minyak kelapa
murni(VCO), arang batok kelapa, olahan
sabut, bahkan produk obat dan kosmetik
mulai menjadi pilihan alternatif oleh
konsumen. Sejak Januari 2007 telah
ditawarkan untuk mensuplai sebanya 40 ton
VCO, 1000 ton arang batok kelapa. Melihat
potensi tanaman kelapa rakyat seluas
35.211,6 Ha (1996) dan Kabupaten Konawe
seluas 11.000 Ha, maka sangat strategis
bila dikembangkan menjadi klaster industri
kelapa olahan dan hal ini akan sangat berarti
dalam meningkatkan pendapatan
masyarakat, membuka lapangan kerja baru
dan menjadi salah satu sumber pendapatan
asli daerah.
Potensi agroprocessing dan home
industri di daerah ini cukup besar terutama
dalam mendorong pengembangan sektor
riel (UKMK). Dengan difusi teknologi yang
secara terus menerus UKMK yang memiliki
multiplier pendapatan dan kesempatan
kerja tinggi memperkuat perekonomian
daerah.
Fermentasi (aerob anfotolitik) adalah
salah satu metode pembuatan VCO,
metode ini selaian sederhana dan mudah
diadopsi oleh masyarakat, juga diklaim
sebagai cara yang paling baik untuk
menghasilkan VCO. Teknologi ini sangat
sesuai diterapkan di daerah dengan
fasilitas listrik terbatas, ekonomis, dapat
melibatkan banyak masyarakat sehingga
akan dapat menumbuhkan gairah untuk
berusaha.
VCO memiliki kandungan asam laurat
yang relatif tinggi. Asam laurat adalah
sebuah lemak jenuh dengan rantai sedang
yang biasa disebut Trigliserida rantai
sedang (MCT). Trigliserida di dalam tubuh
kita dipecah menjadi digliserida dan
monogliserida serta asam lemak bebas.
Monogliserida dan asam lemak inilah yang
mempunyai sifat antimikroba.
VCO merupakan bahan baku industri
pangan, kosmetika dan farmasi. Dibidang
kosmetika, minyak kelapa murni digunakan
untuk perawatan tubuh. Disamping itu,
banyak penelitian terbaru berhasil membuka
tabir rahasia yang terkandung dalam buah
kelapa, terutama untuk meningkatkan
metabolisme tubuh dan menanggulangi
beragam penyakit (Nuralam, 2005).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada usaha
virgin coconut oil UKM Anaway di Desa
Anggopiu, Kecamatan Uepai Kabupaten
Konawe. Data untuk menghitung kelayakan
finansial diambil pada bulan januari 2008,
sedangkan uji manfaat dalam hal daya
hambat VCO terhadap bakteri Coli dilakukan
bulan juni 2006. Penelitian didasarkan pada
pertimbangan UKM Anaway merupakan
satu-satunya usaha VCO yang ada di
Kabupaten Konawe. Data yang diperoleh
dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif.
Analisis deskriptif menggambarkan
manajemen keuangan usaha dan manfaat
VCO dari segi kesehatan.
Untuk menilai kelayakan investasi
proyek dari sisi finansial, maka dilihat dari
beberapa komponen yang harus dipenuhi
antara lain : Net Present Value (NPV), Net
Benefit Cost Ratio (BNCR) maka dilakukan
pendekatan menurut Clive Gray, dkk (1985)
a) Analisis NPV, untuk menghitung nilai
dari usaha maka langkah awal perlu
diketahui berapa besar aliran net cash
flow termasuk nilai-nilai sisa yang masih
ada selama jangka waktu pengelolaan
proyek. NPV menunjukan besarnya
kelebihan atau kekurangan benefit
dibanding cost selama jangka waktu
pelaksanaan proyek dengan indikator
bahwa apabila :
NPV = 0 : memberikan makna bahwa
investasi yang akan dijalankan
dinyatakan tidak rugi dan tidak
untung untuk dijalankan.
NPV > 0 : memberikan makna bahwa
investasi yang akan dijalankan
dinyatakan layak dijalankan, dan
NPV < 0 : memberikan makna bahwa
investasi yang akan dijalankan
dinyatakan rugi dan tidak perlu
dijalankan.
b) Analisis kriteria Net Benefit Cost
(NBCR), menunjukan besarnya
keuntungan bersih yang diperoleh
setiap satu rupiah yang diinvestasikan
dalam jangka waktu pelaksanaan
proyek dengan indikator bahwa apabila:
NBCR = 0 : menunjukan bahwa
investasi usaha kembali modal
NBCR > 0 : menunjukan bahwa
investasi usaha layak
dijalankan
NBCR < 0 : menunjukan bahwa
investasi usaha tidak layak
dijalankan
c) Analisis kriteria Interna Rate of Return
(IRR), analisis ini menunjukan bahwa
persentase keuntungan yang diperoleh
dari investasi setiap tahun selama umur
proyek. Misalnya jika IRR 25%
menunjukan bahwa kemapuan proyek
dalam mencapai keuntungan sebesar
25% per tahun. Dengan demikian
indicator IRR adalah membandingkan
dengan tingkat bunga bank yang berlaku
dengan rumus:
Dimana: Df = discon factor, dengan
analisis sebagai berikut :
Jika IRR > bunga bank usaha layak
Jika IRR < bunga bank usaha tidak layak
Jika IRR = bunga bank usaha tidak rugi
dan juga tidak untung
d) Uji daya hambat, untuk menguji daya
hambat vco terhadap E. Coli dalam
penelitian ini dibuat VCO dengan
konsentrasi masing-masing 20%, 30%,
40% dan 50%. Untuk membuat VCO
dengan konsentrasi tersebut diganakan
etanol P sebagai pelarut karena
didasarkan dari sifat VCO yang praktis
tidak larut dalam air, mudah larut dalam
etanol (95%) P (Anonim, 1979), dan
untuk membuat suspensi bakteri E.coli
dilakukan dengan cara menambahkan
larutan NaCl 0,9% ke dalam biakan
bakteri tersebut pada agar mirin
sebanyak 9 ml atau pada pengenceran
101. Penelitian dilakukan di
Laboratorium Mikrobiologi Badan
Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM) Kendari. Kemudian Data yang
diperoleh dianalisis dengan
menggunakan Uji Anova (analisis one –
way varian) dan Uji Duncan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisa Kelayakan Finansial
NPV merupakan selisih antara
keseluruhan penerimaan dalam usia
investasi dengan keseluruhan biaya. Hasil
analisis menunjukkan bahwa besarnya nilai
NPV pada discount factor (df) 12% dan
26% masing-masing sebesar Rp.
147,975,386 dan Rp. (13,658,113). Hal ini
menunjukkan bahwa antara df 12% sampai
dengan 25% berarti bahwa, usaha vco
UKM Anaway layak dikembangkan karena
nilai NPV>0, sedangkan pada df 26% nilai
NPV menunjukkan angka negative
(13,658,113) yang berarti bahwa pada
tingkat suku bunga tersebut usaha vco
UKM Anaway tidak layak dikembangkan
karena nilai NPV<0.
Hasil analisis menunjukkan pada
tahun 1 usaha ini telah mendapatkan
keuntungan sebesar Rp 72,940,725.
Berikut dapat dilihat nilai kelayakan pada df
yang berbeda-beda.
Tabel 1. Nilai Kelayakan Pada Beberapa Discount Factor
Sumber: Hasil olahan data primer
Dari tabel diatas dapat diketahui
besarnya nilai NBCR pada df antara 12%
sampai dengan 25% masih menunjukkan
angka lebih besar dari satu artinya pada df
tersebut usaha vco UKM Anaway layak
dikembangkan karena nilai NBCR >1. Pada
df 12% NBCR 1,99 artinya setiap Rp. 1 yang
dikeluarkan akan menyebabkan kenaikan
pendapatan bersih sebesar 1,99 kali lipat
IRR menunjukkan nilai dimana NPV =
0, dan sampai seberapa jauh kemampuan
proyek usaha VCO untuk mengembalikan
pinjaman. Dari perhitungan secara
interpolasi menunjukkan besarnya IRR =
25,84%. Hal ini berarti bahwa kemampuan
mengembalikan modal yang diinvestasikan
oleh UKM Anaway adalah batas 25,84%.
Karena nilai IRR lebih besar dari nilai suku
bunga yang berlaku (jika suku bank dibawah
25,84%) maka usaha vco UKM Anaway
layak untuk dilanjutkan dan sebaliknya
apabila suku bunga diatas 25,84% maka
UKM Anaway akan merugi karena tidak
mampu mengembalikan pinjaman.
B. Analisa Sensitivitas
Analisis sensitivitas atau analisis
kepekaan bertujuan untuk melihat apa yang
akan terjadi dengan analisis proyek jika ada
sesuatu kesalahan atau perubahan dasar
dalam perhitungan cost atau benefit. Dalam
analisis kepekaan semua kemungkinan
harus dicoba yang berarti bahwa setiap kali
harus diadakan analisis balik. Ini perlu dan
penting karena dalam analisis proyek
didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang
mengandung banyak ketidakpastian
tentang apa yang akan terjadi dimasa yang
akan datang, seperti perubahan iklim,
perubahan harga, inflasi dan sebagainya.
Dalam penelitian ini analisis kepekaan yang
dilakukan apabila biaya naik 10%.
Dari hasi analisis diperoleh nilai NPV
(batas df 12 dan 26) adalah masing-masing
sebesar Rp.101.098.036 dan Rp.
(35,107,358), hal ini menunjukkan bahwa
meskipun biaya naik 10% dan penerimaan
tetap maka usaha vco UKM Anaway masih
layak untuk dikembangkan karena nilai
NPV >0 sampai pada batas df 26% dan
pada df ini NBCR telah menunjukkan nilai
0,77 dan nilai IRR sebesar 25,50, artinya
usaha ini layak pada df 25 % dan pada
tingkat bunga batas 25,50%.
C. Uji Daya Hambat
Hasil pengukuran diameter daerah
hambatan VCO dengan konsentrasi 20%,
30%, 40%, 50%, Etanol P, Ampisillin,
terhadap pertumbuhan bakteri E.coli serta
hasil pengujian statistik analisis varian
dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Daerah hambatan VCO dengan konsentrasi 20%-50%, Etanol P, Ampisillin
Sumber: Hasil olahan data primer
Untuk mengetahui daya hambat dari
VCOjuga dapat dilihat dari hasil uji Anova
yang signifikan 0,000 karena signifikan
0,05 maka terdapat perbedaan rata-rata
antara pengulangan I, II, dan III. Kemudian
diketahui bahwa F hitung sebesar 497,600
lebih besar dibandingkan dengan F tabel
yaitu 3,16. Karena terdapat perbedaan rata-
rata antara pengulangan I, II dan III maka uji
Anova dilanjutkan dengan uji Duncan untuk
melihat besarnya daya hambat VCO pada
masing-masing konsentrasi.
Untuk konsentrasi VCO terdiri dari 6
kelompok subset. Untuk alfa 0,05 VCO
dengan konsentrasi 20% berada pada
subset 2, VCO 30% pada subset 3, VCO
40% pada subset 4 dan VCO 50% pada
subset 5.
Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa VCO dapat menghambat
pertumbuhan bakteri E.coli dengan lebar
diameter hambatan yaitu : konsentrasi 20%
= 8,00 mm. Konsentrasi 30% = 9,33 mm,
konsentrasi 40% = 10,33 mm, dan
konsentrasi 50% = 12,00 mm. VCO
memiliki daya hambat terhadap bakteri
E.coli, hal ini dapat dilihat dari uji statistik
anova dimana F hitung 497.000 lebih besar
dibandingkan dengan F tabel 3,11.
Konsentrasi VCO mampu
menghambat pertumbuhan bakteri E.coli
terbesar pada konsentrasi 50%, sebab
berada pada subset 5 pada tabel Duncan
dengan zona hambat yaitu 12,00 mm
dibandingkan dengan zona hambat VCO
dengan konsentrasi 20%, 30%, dan 40%.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut : (a) secara financial usaha
vco UKM Anaway layak untuk dilanjutkan.
Hal ini didasarkan atas hasil analisis yang
menunjukkan bahwa nilai NPV>0, nilai
NBCR>1 dan nilai IRR lebih besar dari
tingkat suku bunga yang berlaku (paling
tinggi 24%), (b) hasil analisis sensitivitas,
menunjukkan bahwa meskipun biaya naik
10% dan benefit tetap, usaha vco UKM
Anaway masih layak secara finansil untuk
dilanjutkan, (c) dari hasil uji daya hambat vco
terhadap bakteri E.Coli menunjukkan VCO
mampu menghambat pertumbuhan bakteri
E.coli pada konsentrasi 50% dengan luas
zona hambat 12,00 mm.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim, 2006. Kabupaten Konawe Dalam Angka, BPS, Unaaha.
Clive Gray, dkk, 1985. Pengantar Evaluasi Proyek.Penerbit PT Gramedia, Jakarta.
Kadariah, dkk. 1976. Pengantar Evaluasi Proyek. LPFE. Universitas Indonesia, Jakarta.
Nitisemito, S.A. dan Burhan, U. 1990, Wawasan Studi Kelayakan dan Evaluasi Proyek. Bumi Aksara, Jakarta.
Nuralam, A, 2005. Virgin Coconut Oil Minyak Penakluk Aneka Penyakit, PT. Agromedia Pustaka, Bogor.
Palungkun, R, 1993. Aneka Produk Olahan Kelapa. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setyamidjaja, D, 1984. Bertanam Kelapa. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.