Post on 11-Mar-2019
1
APLIKASI MODEL
CONTEXTUAL AND CREATIVE TEACHING AND LEARNING (CCTL)
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
(Sebuah Gagasan Awal)
Oleh Muhbib Abdul Wahab
Abstrak
Pembelajaran bahasa Arab di lembaga pendidikan kita masih dihadapkan pada berbagai persoalan linguistik dan non-linguistik Salah satu persoalan dimaksud adalah kesan umum bahwa belajar bahasa Arab itu sangat sulit dan tidak menarik Sementara itu pendekatan metode dan teknik pembelajaran bahasa Arab sudah banyak bermunculan namun semua itu belum sepenuhnya dapat menyelesaikan masalah tersebut secara efektif Seiring dengan banyaknya model pembelajaran bahasa tampaknya model pembelajaran kontekstual dan kreatif (CCTL) patut dipertimbangkan sebagai alternatif karena model ini memberikan kesempatan terbuka kepada tenaga pendidik untuk mengembangkan proses pembelajaran bahasa Arab secara efektif dan menyenangkan dengan melakukan kontekstualisasi dan responsi terhadap kebutuhan siswa sesuai dengan konteks dan situasi pembelajaran yang riil (nyata) Hanya saja model ini menuntut tenaga pendidik untuk bekerja keras berpikir kreatif dan mampu menciptakan lingkungan pembelajaran bahasa Arab yang kondusif dan dinamis Selain itu model ini juga menghendaki adanya perumusan visi misi dan orientasi pembelajaran bahasa Arab yang jelas dari tenaga pendidik sehingga proses pembelajarannya berada pada ―jalur yang benar dan mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran bahasa Arab baik kognitif afektif maupun psikomotorik dan spiritual Efektivitas model ini dicirikan oleh kebermaknaan materi bahasa Arab yang diberikan dinamika situasi dan kondisi terciptanya lingkungan berbahasa Arab yang hidup dan produktivitas atau kreativitas peserta didik dalam berbahasa Arab (dapat dilihat dari performa empat keterampilan berbahasa plus keterampilan menerjemahkan) Kata Kunci Model CCTL visi misi dan orientasi pembelajaran kontekstual kreativitas dan keterampilan berbahasa Arab
ملخص البحث
ال يزال تعلم وتعليم اللغة العربية في مؤسساتنا التعليمية يواجو عدة مشاكل لغوية وغير لغوية ومن بينها شيوع االنطباع القائل إن تعلم العربية صعب للغاية وإنو غير جذاب ولقد
لوال للمشاكل حل حتكثرت المداخل والطرق واألساليب اإلجرائية لتعليم العربية إال أنـها لم بشكل فعال وفي الوقت الذي نشأت فيو أساليب متنوعة لعملية التعلم والتعليم يبدو أن أسلوب التعلم السياقي واإلبداعي صالح ألخذه في عين االعتبار ألن ىذا األسلوب يتيح
بي للمعلم والمتعلمين فرصة كافية لتطوير عملية تعلم العربية وتعليمها بشكل فعال ومريح يلاحتياجاتـهم ويتناسب مع السياق والمواقف التعليمية الواقعية غير أن ىذا األسلوب يتطلب من المعلم بذل المجهود في التفكير االبتداعي والمواظبة على جعل البيئة اللغوية العربية الحية وفي
اغة رؤية نهاية المطاف أن عملية تعلم وتعليم اللغة العربية بموجب ىذا األسلوب يقتضي صي
Penulis adalah Dosen dan Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2
مستقبلية ورسائل واتجاىات واضحة من قبل المعلم لتسير عملية التعلم والتعليم على نـهج سليم يوصل بو إلى األىداف المعرفية والوجدانية والنفسحركية والروحية الواقعية من تعليم العربية
المتعلم وتتمثل فعالية ىذا األسلوب في اختيار المادة ذات المعنى المناسب الحتياجات دينامية المواقف التعليمية وإيجاد البيئة اللغوية العربية الحيوية ومستوى اإلنتاج واالبتداع عند
المتعلم في األداء اللغوي أي في إجادة المهارات اللغوية األربع باإلضافة إلى مهارة الترجمة
A Pendahuluan
Model pembelajaran belakangan ini banyak bermunculan Di antaranya adalah
pembelajaran kolaboratif quantum learning dan active learning1 Yang pertama menekankan
proses pembelajaran dalam bentuk kerjasama antar pembelajar sedangkan yang kedua
menekankan pada optimalisasi potensi pembelajar melalui teori modelling dengan lompatan-
lompatan dalam belajar Adapun yang ketiga mengoptimalkan tingkat partisipasi pembelajar
Belajar tidak hanya melalui optimalisasi kecerdasan intelegensi tetapi juga perlu diperkuat
dengan kecerdasan emosi dan lingkungan belajar yang nyaman serta menyenangkan
Kekurangan kedua model pembelajaran tersebut adalah belum dioptimalkannya proses kreatif
kecerdasan spiritual dan kontekstualisasi Padahal proses kreatif kekuatan doa pengaitan
materi pelajaran dengan nilai-nilai religius dan realitas sosial diasumsikan dapat
mempengaruhi akselarasi prestasi dan kreativitas pembelajaran yang optimal
Model pembelajaran yang dikembangkan dan harus menjadi prioritas utama saat ini
adalah membelajarkan peserta didik how to learn and how to think Hanya dengan dua
―keterampilan super inilah ndashmeminjam istilah Colin Rose dan Malcolm J Nichollmdash kita
dapat mengatasi perubahan dan kompleksitas serta menjadi manusia yang secara ekonomi
tidak tergantung dan tidak akan menganggur pada abad ke-21 Kita memang membutuhkan
perubahan baik pada apa yang dipelajari dan dalam cara bagaimana ia dipelajari2 Perubahan
substansi dan metodologi pembelajaran memungkinkan lahirnya perubahan cara berpikir
bertindak dan berkarya sehingga pada gilirannya melahirkan perubahan kualitas hidup yang
lebih baik
Model pembelajaran tradisional yang menempatkan dosen sebagai sumber utama
informasi dan pengetahuan tidak relevan lagi Pembelajaran yang hanya mengandalkan indera
pendengaran kini dipandang tidak efektif Peserta didik akan menyerap lebih banyak informasi
ketika disampaikan dalam bentuk visual dan auditori (pandang dan dengar) atau keduanya
audio-visual seperti dalam multimedia Dosen dituntut mampu memberikan motivasi
1 Baca M Silberman Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects (Massachusetts A Simon amp
Schuster Company 1996) 2 Colin Rose dan Malcolm J Nicholl Accelerated Learning for The 21
st Century (Cara Belajar Cepat
Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa (Bandung Nuansa Cet II 2002) h 13-15
3
(motivating) yang kuat dan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan
sehingga peserta didik dapat belajar secara efektif kontekstual dan kreatif
Model-model pembelajaran yang sudah ada tentu tidak luput dari kelemahan Karena
itu Contextual and Creative Teaching and Learning (CCTL) dipandang sebagai model
pembelajaran alternatif Pembelajaran kontekstual dan kreatif ini diasumsikan tidak hanya
potensial memandirikan mahasiswa melainkan juga menumbuhkan kreativitas dalam belajar
transformasi proses kreatif sehingga segenap potensi dan kompetensi mahasiswa dapat
dioptimalkan Model pembelajaran ini mengandaikan akselerasi pemerolehan informasi ilmu
keterampilan penciptaan suasana religius yang menyenangkan transformatif serta bermuara
pada pengembangan kompetensi berekspresi meneliti dan menulis karya ilmiah Model ini
diasumsikan dapat menumbuhkan tradisi intelektualisme dan profesionalisme yang kreatif dan
produktif sehingga pada gilirannya diharapkan dapat menjadi salah satu faktor pendukung
dalam realisasi universitas riset Menurut penulis indikator terwujudnya universitas riset ndash
yang dicita-citakan oleh UIN Jakarta- adalah meningkatnya baik kuantitas maupun kualitas
hasil penelitian yang dilakukan oleh sivitas akademika banyak karya ilmiah yang diterbitkan
baik dalam bentuk buku maupun artikel yang dimuat dalam jurnal nasional maupun
internasional Untuk mencapai cita-ideal tersebut mutlak diperlukan adanya model
pembelajaran kontekstual dan kreatif
Tulisan ini berusaha menjawab bagaimana aplikasi model contextual and creative
teaching and learning (CCTL) dalam pembelajaran bahasa Arab Faktor apa saja yang
mempengaruhi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab tersebut Dan mengapa
model CCTL perlu dikembangkan dan diorientasikan kepada pembelajaran bahasa Arab
B Konsep Pembelajaran Sebuah Kerangka Teoritik
1 Pengertian Belajar
Usia pendidikan dan pembelajaran diyakini sudah setua usia perabadan manusia karena
hakekat hidup ini adalah belajar Semua proses yang dilalui manusia dalam hidup merupakan
proses pembelajaran Manusia adalah makhluk pembelajar Manusia belajar untuk hidup
Tanpa belajar hidup tak bernilai dan peradaban tidak akan pernah berkembang maju3
Banyak pengertian belajar diberikan oleh para ahli Menurut sebuah situs internet
wwwemtechnetlearning teories jumlah teori belajar saat ini lebih dari 70 teori antara lain
Behaviorism Theory Cognitivism Theory Gestalt Theory Social Learning Theory Situated
Learning Constructivism Cooperative Learning Mastery Learning Active Learning
Accelerated Learning dan sebagainya
3 Ahmad Zakicirc Shacirclih lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc (Kairo Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyyah 1988) Cet
X h 296
4
Behaviorisme mendefinisikan belajar sebagai proses pemberian respon terhadap
stimulus Sementara Morgan (1978) menyatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang
relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman
Belajar berarti mendayagunakan potensi (fisik intelektual emosional moral dan spiritual)
menuju suatu pemahaman dan perubahan sikap perilaku dan kepribadian4
Belajar merupakan kegiatan aktif peserta didik dalam membangun makna atau
pemahaman Karena itu belajar harus bermakna dan memberikan peningkatan pemahaman
peserta didik terhadap apa yang dipelajarinya Ada beberapa prinsip yang dapat dijadikan
sebagai pedoman dalam belajar yang bermakna yaitu (1) berpusat kepada peserta didik (2)
belajar dengan melakukan (learning by doing) (3) mengembangkan kemampuan sosial (4)
mengembangkan keingintahuan (curiosity) imajinasi dan fitrah bertuhan (5)
mengembangkan keterampilan dalam pemecahan masalah (6) mengembangkan kreativitas
peserta didik (7) mengembangkan kemampuan dalam menggunakan ilmu pengetahuan dan
teknologi (8) menumbuhkan kesadaran kebangsaan sebagai warga negara yang baik (9)
belajar sepanjang hayat dan (10) perpaduan kompetisi kerjasama dan solidaritas5
Robert M Gagne membedakan pola-pola belajar ke delapan tipe di mana yang satu
merupakan prasyarat bagi lainnya Delapan tipe belajar dimaksud adalah (1) belajar isyarat
(signal learning) (2) belajar stimulus-respon (stimulus-response learning) (3) perangkaian
(chaining) (4) asosiasi verbal (verbal association) (5) belajar diskriminasi (discrimination
learning) (6) belajar konsep (concept learning) (7) belajar aturan (rule learning) dan (8)
pemecahan masalah (problem solving)6 Kedelapan pola belajar ini menunjukkan hirarki
perkembangan psikologis mental intelektual dan sosial pembelajar
Pembelajaran tidak sama dengan pelatihan dan pengajaran karena pembelajaran
merupakan proses menjadi sedangkan pelatihan belajar melakukan dan pengajaran adalah
belajar mengetahui Tujuan pembelajaran adalah membentuk watak mendewasakan penalaran
dan pemikiran memandirikan sikap memerdekakan dan memberdayakan sementara tujuan
pelatihan adalah membentuk perilaku dan menerampilkan sedangkan tujuan pengajaran
adalah membentuk konsep dan mentransfer ilmu7 Pembelajaran merupakan upaya sistematis
dalam mengoptimalkan potensi manusia baik aspek kognitif afektif maupun psikomotorik
sosial dan spiritualnya sehingga peserta menjadi manusia dewasa dan memiliki integritas
keilmuan maupun moral
4 Ahmad Zakicirc Shacirclih lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc hellip h 380
5 Puskur Balitbang Depdiknas Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar (Jakarta Balitbang Depdiknas
2002) h 1-3 6 Saeful Bahri Djamarah dan Aswan Zain Strategi Belajar Mengajar (Jakarta Rineka Cipta 2002 dan
Robert M Gagne Condition of Learning (New York Holt Rinehart and Winson 1989) 7 Andreas Harefa Pembelajaran di Era Serba Otonomi (Jakarta Harian Kompas 2001) Cet I h 63-64
5
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan
sebuah proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang bertujuan untuk
pembentukan kepribadian dan kompetensi peserta didik sehingga memiliki kemampuan untuk
melakukan perubahan dan peningkatan kualitas hidup Pembelajaran tidak sekedar transfer
pengetahuan atau informasi melainkan juga penanaman nilai pembentukan sikap positif dan
penerampilan kecakapan-kecakapan profesional untuk kepentingan hidupnya (life skill) serta
kedewasaan berperilaku
2 Model Pembelajaran
Ernest Chang dan Don Simpson menawarkan model pembelajaran the circle of learning
individual and group process Model ini merupakan pengembangan dari model pembelajaran
tradisional yang lebih banyak menekankan pada tanggung jawab individual dalam proses
pembelajaran Pembelajaran dapat berlangsung tidak hanya tanggung jawab individual akan
tetapi dapat berbentuk kolaboratif melalui proses kehidupan kelompok Model ini
mendasarkan pada paradigma hubungan antara aktivitas dan orientasi Dalam proses
pembelajaran ada dua dimensi yaitu aktivitas pembelajaran dan orientasi proses Dari dimensi
aktivitas pembelajaran ada aktivitas yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan ada aktivitas yang
harus dilakukan bersama kelompok sebaya Dari dimensi orientasi proses ada proses
pembelajaran individu sebagai fokus dan ada proses pembelajaran kelompok sebagai fokus8
Hubungan dua dimensi itu menghasilkan lima pola atau model pembelajaran yaitu (1)
ceramah tradisional (traditional lectures) (2) belajar mandiri (self study) (3) pembelajaran
berbarengan (concurrent learning) (4) pembelajaran kolaboratif (collaborative learning) dan
(5) pembelajaran aktif (active learning)9 Masing-masing memiliki karakteristik dan pola
tersendiri
Pertama model pembelajaran dengan ceramah Strategi pembelajaran dengan model
ceramah bercirikan (1) mendengarkan penjelasan pengajar (2) kegiatan dan lingkungan
dikendalikan oleh pengajar (3) pengetahuan yang diperoleh tergantung pada penangkapan
pembicaraan pengajar (4) sedikit dukungan teknologi dan (5) berlangsung dalam suasana
otoriter Model ini dinilai sangat tradisional karena pembelajaran berpusat pada satu sumber
yaitu pengajar10
Model ini kurang memberdayakan kompetensi pembelajar karena gurudosen
masih terlalu ―dominan sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan sementara peserta
8 Lihat Ernest Chang amp Don Simpson ―The Circle of Learning Individual and Group of
Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7 1997 9 Ernest Chang amp Don Simpson ―The Circlehellip ibid
10Lihat Mohammad Surya Tantangan Pembelajaran di Era Millenium dalam Jurnal
Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta No 9 Oktober 2002
6
didik kurang mandiri dalam mencari dan mengembangkan pengetahuannya Peserta didik
kurang dilatih untuk bersikap kritis dan partisipatif dalam belajar
Kedua model belajar mandiri Dalam model ini strategi pembelajaran dilakukan secara
mandiri oleh pembelajar dalam keseluruhan aktivitasnya Ciri-ciri model ini adalah (1)
berfokus pada pemikiran sendiri (2) prosesnya diarahkan sendiri (3) isi pengetahuan berupa
refleksi dan integrasi (4) menggunakan multimedia (5) penghargaan diri secara otonom
Model ini menuntut disiplin diri yang kuat dari pembelajar11
Motivasi pembelajar harus kuat
dan stabil agar pencapaian tujuan pembelajaran optimal
Ketiga model pembelajaran berbarengan Pembelajaran dengan model ini pada dasarnya
dilakukan atas tanggung jawab pembelajar sendiri namun dalam suasana berbarengan dengan
yang lain dan saling berinteraksi Ciri utama model ini adalah (1) dilakukan secara
partisipatif (2) dalam satu forum terbuka (3) dalam suasana saling menghargai (4) perspektif
terhadap materi dapat berbeda-beda (5) suasana demokratis dan didukung oleh teknologi
informasi12
Model pembelajaran ini memungkinkan peserta didik untuk terampil
mengekspresikan pendapatnya dan mempunyai sikap toleran dalam perbedaan pemahaman
dan pendapat
Keempat model pembelajaran kolaboratif Pembelajaran dilakukan dalam bentuk
kolaboratif (kerja sama) antar pembelajar dalam satu tim Karakteristik utama model ini
adalah (1) dilakukan melalui satu bentuk kerja sama (2) untuk mendapatkan konsensus (3)
adanya berbagai pemahaman nilai dan (4) adanya keputusan yang dibuat bersama atas dasar
nilai yang disepakati bersama Model ini cenderung demokratis dan dapat menumbuhkan
kebersamaan13
Hanya saja jika tidak dibimbing dan diarahkan oleh tenaga pendidik yang
profesional model ini akan mengalami disorientasi kehilangan arah dan akibatnya tujuan
pembelajaran tidak tercapai secara optimal
Kelima model pembelajaran aktif (active learning) merupakan model pembelajaran
yang meniscayakan dinamika interaktif antara pembelajar dan gurudosen Pembelajaran aktif
adalah pembelajaran yang mengajak siswamahasiswa untuk belajar secara aktif Ketika
belajar secara aktif berarti siswamahasiswa mendominasi aktivitas pembelajaran Dengan ini
mereka secara aktif menggunakan otak baik untuk menemukan ide pokok dari materi kuliah
memecahkan persoalan atau mengaplikasikan hal baru yang mereka pelajari ke dalam suatu
persoalan yang ada dalam kehidupan nyata Belajar aktif sangat dibutuhkan oleh
siswamahasiswa untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal
11
Mohammad Surya Tantanganhellip ibid 12
Mohammad Surya Tantanganhellip ibid 13
Mohammad Surya Tantanganhellip Bandingkan dengan Anita Lie Cooperative Learning
Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas (Jakarta Grasindo 2002)
7
Belajar aktif adalah suatu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian
menyimpannya dalam otak Belajar aktif memungkinkan siswamahasiswa yang memiliki
learning style (gaya belajar) yang bervariasi dapat disinergikan dan dikolaborasikan satu sama
lain14
Menurut Silberman banyak strategi yang dapat dilakukan untuk menciptakan
pembelajaran aktif Di antaranya adalah (1) learning starts with question (belajar dimulai
dengan pertanyaan) (2) reading guide (membaca buku petunjuk) (3) Information search
(mencari informasi) (4) Critical incident (kejadian penting) (5) Everyone is teacher here
(setiap orang adalah guru dalam forum ini) (6) Jigsaw learning (pembelajaran ala Jigsaw) (7)
the Power of two (kekuatan berpasangan) (8) snowballing (belajar ala bola salaju) (9)
Brainstorming (curah gagasan) (10) Active debate (debat aktif) (11) Synergic teaching
(pengajaran bersinergi) (12) Role playing (bermain peran) dan (12) Concept mapping (peta
konsep atau pemetaan konsep)15
Selain kelima model tersebut ada pula model quantum learning Model ini pada
mulanya dicetuskan oleh Dr Georgi Lazanov Pembelajaran model ini didasarkan pada prinsip
bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi situasi belajar Melalui suggestology
pemercepatan belajar (accelarated learning) dapat dilakukan dengan dibarengi suasana penuh
kegembiraan Untuk menumbuhkan sugesti belajar positif dapat ditempuh melalui teknik
seperti memberikan kenyamanan meningkatkan partisipasi individu dan menghadirkan seni16
Model ini mensyaratkan lingkungan pembelajaran yang aman nyaman menggembirakan (ada
musiknya ruang belajar yang menarik dilengkapi gambar warna-warni ilustrasi peta dsb)
positif dan dilakukan dengan metode berupa mencontohkan permainan simulasi dan
simbol
3 Pembelajaran Kontekstual
Elaine B Johnson mendeskripsikan Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai
suatu sistem pembelajaran yang didasarkan pada filosofi bahwa pembelajar akan belajar
apabila mereka menemukan makna dalam materi akademispelajaran dan apabila mereka dapat
mengaitkan sebuah informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka
dapatkan sebelumnya Dalam hal ini beliau menyatakan ―The CTL system is an educational
process that aims to help students see meaning in the academic material they are studying by
14
Hisyam Zaini dkk Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi (Yogyakarta CTSD
2002) h xii-xv 15
Mel Silberman manawarkan 101 strategi belajar aktif Penjelasan rincinya lihat Mel
Silberman Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects (Massachusetts A Simon amp
Schuster Company 1996) 16
Bobbi DePotter dan Mike Hernacki Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo
(Bandung Kaifa 1999) h 14-16
8
connecting academic subjects with the context of their daily lives that is with the context of
their personal sosial and cultural circumstances To achieve this aim the system
encompasses certain components17
Pendekatan kontekstual merupakan suatu sistem pembelajaran dalam suatu proses
pendidikan yang bertujuan untuk membantu peserta didik dengan mengaitkan materi pelajaran
dengan situasi dan kondisi personal sosial dan kultural mereka Pengaitan ini tentu saja
dimaksudkan agar materi pembelajaran tidak kehilangan relevansi dengan kehidupan peserta
didik dan perkembangan sosial yang ada
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong
mereka membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari Dengan kata lain CTL merupakan konsep pembelajaran yang
menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta
didik secara nyata sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan
kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari18
Asumsinya adalah bahwa jika peserta
didik kembali ke masyarakat maka ia dapat menjadikan apa yang pernah diperolehnya dalam
proses pembelajaran sebagai bekal dan keterampilan hidupnya
Johnson menyebutkan adanya delapan komponen yang tercakup dalam sistem
pendidikan yang menggunakan pendekatan kontekstual atau CTL Kedelapan komponen
tersebut adalah (1) making meaningfull connections atau membuat kaitan yang bermakna (2)
doing significant work atau melakukan karya yang berarti (3) self-regulated learning atau
belajar dengan kontrol pribadi (4) collaborating atau bekerjasama (5) critical and creative
thinking atau berpikir kritis dan kreatif (6) nurturing the individual atau memupuk bakat
individu (7) reaching high standard atau mencapai standar yang cukup tinggi serta (8) using
authentic assessment atau menggunakan penilaian sebenarnya19
Sementara itu tim C-Star dari University of Washington memiliki pendapat serupa
meskipun beberapa dengan istilah yang sedikit berbeda dari yang dikemukakan oleh Johson
tersebut Tim ini menyebutkan adanya tujuh komponen utama CTL yang apabila diterapkan
ketujuhnya maka sebuah kelas dapat dikatakan menggunakan pendekatan CTL Ketujuh
komponen tersebut adalah (1) konstruktivisme (constructivism) (2) menemukan (inquiry) (3)
bertanya (questioning) (4) masyarakat belajar (learning community) (5) pemodelan
17
Elaine B Johnson Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos Here to Stay
(Thousand Oaks Corwin Press Inc 2002) p 25 18
E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 102 19
Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24
9
(modeling) (6) refleksi (reflection) serta (7) penilaian yang sebenarnya (authentic
assessment)20
Komponen pertama konstruktivisme (constructivism) merupakan pemikiran filosofis
yang mengasumsikan bahwa pengetahuan diperoleh dan dibangun manusia sedikit demi
sedikit kemudian hasilnya diperluas atau diperdalam melalui konteks yang terbatas dan
bukannya terjadi secara tiba-tiba (in a sudden) Sedangkan Menemukan (Inquiry) merupakan
suatu siklus pemerolehan pengetahuan yang terdiri dari langkah-langkah observasi bertanya
mengajukan dugaan pengumpulan data dan penyimpulan Bertanya (Questioning)
merupakan strategi utama yang bagi guru merupakan kegiatan untuk mendorong
membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa sementara bagi siswa bertanya
merupakan bagian penting untuk menggali informasi mengkonfirmasi pengetahuan dan
mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui
Komponen keempat adalah Masyarakat Belajar (Learning Community) yakni situasi
yang diciptakan berdasarkan konsep yang menyarankan agar proses dan hasil pembelajaran
diperoleh dari bekerjasama (collaborating) dengan orang lain baik itu kerjasama siswa-siswa
siswa-pengajar maupun siswa-ahli Dalam Pemodelan (Modeling) pengajar (meskipun
kadang melibatkan siswa) memberi contoh mempresentasikan atau mendemonstrasikan
tentang cara bekerja sesuatu sebelum siswa mengerjakan tugas Sedangkan Refleksi
(Reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang
(thinking back) tentang hal-hal yang sudah kita lakukan di masa lalu Refleksi merupakan
respon terhadap kejadian aktifitas maupun pengetahuan yang baru diterima Adapun
Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) adalah proses pengumpulan berbagai data
yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa yang diperoleh dari kegiatan
nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran
Pendekatan kontekstual merupakan pilihan strategi pembelajaran yang berpihak pada
dan memberdayakan siswa CTL memungkinkan proses belajar yang tenang dan
menyenangkan karena pembelajaran dilakukan secara alamiah sehingga peserta didik dapat
mempraktikkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya Pembelajaran kontekstual
mendorong peserta didik memahami hakekat makna dan manfaat belajar sehingga
memungkinkan rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar bahkan kecanduan belajar21
Dalam pembelajaran kontekstual tugas gurudosen adalah memberikan kemudahan
belajar kepada peserta didik dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang
memadai Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan tetapi
juga mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
20
Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24 21
E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 103
10
belajar Lingkungan belajar yang kondusif sangat menunjang pembelajaran kontekstual dan
keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan
Signifikansi lingkungan pembelajaran tampak pada hal-hal berikut (a) belajar efektif itu
dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik (b) pembelajaran harus
berpusat pada ˝bagaimana cara― peserta didik menggunakan pengetahuan baru mereka
Strategi belajar lebih dipentingkan daripada hasilnya dan (c) umpan balik sangat penting bagi
peserta didik yang berasal dari proses penilaian (assessment) yang benar dan (d)
menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting22
Jadi
kontekstualisasi pembelajaran diorientasikan kepada pemandirian peserta didik dalam
mengembangkan kompetensi dan kemampuannya untuk memecahkan masalah Belajar
memecahkan masalah mendorong peserta didik untuk mencari informasi atau melakukan
investigasi
4 Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif mengharuskan tenaga pendidik dapat memunculkan kreativitas
peserta didik dalam kelas baik kreativitas berpikir maupun kreativitas dalam melakukan
sesuatu Kreativitas berpikir merupakan kemampuan imajinatif tetapi rasional Berpikir kreatif
berawal dari berpikir kritis yaitu menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya belum
ada atau memperbaiki seseuatu yang sebelumnya tidak baik23
Pembelajaran kreatif adalah
pembelajaran yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas dengan cara memanfaatkan
segenap potensi dan multi-kecerdasan yang dimiliki peserta didik secara maksimal Secara
implisit pembelajaran ini mengandung muatan baru yang disesuaikan dengan keadaan
terutama dalam penyajiannya yang lebih inovatif
Bila di dalam ruangan kelas tidak tersedia fasilitas pembelajaran yang memadai guru
bisa memanfaatkan fasilitas yang ada termasuk mengeksploitasi secara maksimal alam
lingkungan di sekitarnya Dengan demikian pembelajaran ini mampu beradaptasi dengan
berbagai macam situasi dan keadaan sehingga bisa dilakukan di mana dan kapan saja
Karakter pembelajaran kreatif itu sangat fleksibel dan bergantung pada guru sang
kreator Ini menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut akan dapat disajikan oleh guru-guru
yang memiliki kreativitas tinggi Unsur kreativitas yang dipertaruhkan di sini pada dasarnya
dimiliki oleh setiap orang Orang-orang yang memiliki kreativitas tinggi biasanya dapat
memelihara unsur tersebut dengan baik begitu pun sebaliknya Pembelajaran kreatif dapat
dikembangkan melalui empat tahap Keempat tahap ini oleh Daniel Goleman disebut anatomi
22
Nurhadi Pendekatan Kontekstual (Malang Universitas Negeri Malang 2002) Cet I h 4 23
Abdul Rahman Shaleh Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta
Rajawali Pers 2005) Cet I h 158
11
momen kreatif24
Tahap pertama adalah persiapan yaitu proses pengumpulan berbagai
informasi untuk diuji Dalam tahap ini otak mengumpulkan informasi dan data yang berfungsi
sebagai dasar atau riset untuk karya kreatif yang sedang terjadi Pengalaman hidup turut
menyumbang proses persiapan menjadi kreatif
Kedua inkubasi (disebut juga tahap istirahat) yaitu suatu rentang waktu untuk
merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai memperoleh keyakinan bahwa hipotesis
tersebut rasional Hal ini antara lain dapat diperkuat dengan intuisi dan suara hati nurani
Dalam proses mengaitkan ide pikiran sebenarnya juga melakukan berbagai proses yaitu
menjajarkan memadukan memilah mengitari dan membayangkan ide
Ketiga illuminasi (pencerahan) Pengendapan informasi dan ―lamunan bahkan intuisi
akan membawa kepada pencerahan ketika secara seketika jawaban yang dicari datang
menemui pembelajar tanpa diketahui sumbernya Inilah tahapan yang biasanya memperoleh
limpahan perhatian Pembelajar mendapat inspirasi dan motivasi untuk menjawab tantangan
kreatif yang dihadapi25
Tahap lanjutannya adalah penerjemahan ketika pembelajar mengubah
wawasan menjadi tindakan
Keempat tahap pembuktianpelaksanaan (verifikasi) yaitu pengujian kembali hasil
hipotesis tersebut untuk dijadikan sebagai sebuah rekomendasi Dalam tahap ini ada gagasan
berhasil dengan cepat sedang yang lain perlu waktu berbulan-bulan atau bahkan tahunan
Kemampuan dan keterampilan berpikir dibarengi hasrat kuat dan rasa gembira memainkan
peran penting dalam aktualisasi kreativitas
Selain itu Teresa M Amabile berpendapat bahwa proses pembelajaran kreatif itu
melalui lima tahap dan diibaratkan seperti orang membuat sop Kelima tahap dimaksud adalah
(1) tahap presentasi masalah (pembelajar menyadari adanya suatu masalah yang harus
dipelajari dan dicarikan solusinya (2) tahap persiapan (menyiapkan diri untuk belajar
menelaah bacaan yang relevan dengan masalah) (3) tahap penyimpulan gagasan (hasil
pembacaan biasa melahirkan gagasan sehingga ada titik simpul yang dapat dijadikan sebagai
inspirasi dan media pemecahan masalah (4) tahap validasi (aktualisasi gagasan dalam bentuk
tindakan dan karya kreatif) dan (5) tahap pengukuran hasil (evaluasi)26
Adapun strategi pembelajaran kreatif adalah (1) menyatu dengan masyarakat luas
termasuk berkolega dengan ilmuwan (2) merancang lingkungan yang bernilai tambah seperti
musik pencahayaan aroma warna yang indah dan menarik (3) mengembara keluar dari dunia
24
Daniel Goleman The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah Tempat Kerja
dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo (Bandung MLC 2005) Cet I h
30-37 25 Ayan Jordan E Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Yoour Creative Spirit and
Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan (Bandung Kaifa 2003) Cet V h 56 26
Lihat Teresa M Amabile Growing up Creative (New York Pinguin 1998)
12
sempit dengan belajar menemukan sudut pandang baru dan perenungan pribadi (4) menyulut
inspirasi dari permainan dan humor termasuk olah raga (5) mengembangkan daya pikir
dengan membaca kreatif menjelajahi toko buku dan dunia maya (6) menggemari kesenian
dan memaknai musik dalam jiwa kreatif (7) menggeluti teknologi (8) menghadapi tantangan
dengan teknik berpikir ampuh (9) membebaskan alam kesadaran lain dengan
memvisualisasikan tantangan kreatif dan (10) menyatu dengan jiwa kreatif termasuk di dalam
berdolsquoa dan bermeditasi27
D Strategi Aplikasi CCTL dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Berdasarkan ulasan teoritik tersebut setidaknya ada 10 strategi atau langkah CCTL
yang perlu dipenuhi ketika diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa Arab Kesepuluh syarat
dan rukun dimaksud adalah (1) perumusan visi misi dan orientasi pembelajaran bahasa Arab
(2) desain rencana dan kontrak pembelajaran bahasa Arab (3) pendekatan dan strategi
pembelajaran kontekstual dan kreatif (4) penciptaan suasana pembelajaran yang religius
nyaman menyenangkan dan partisipatoris (5) pengembangan sikap positif dan berpikir
kreatif (6) optimalisasi multi-intelegensi dalam proses pembelajaran bahasa Arab (7)
pengembangan minat dan tradisi membaca meneliti dan menulis dengan bahasa Arab (8)
kontekstualisasi substansi pembelajaran dengan masalah-masalah sosial yang aktual dalam
kehidupan siswamahasiswa (9) optimalisasi pendayagunaan media dan teknologi pendidikan
dan (10) penciptaan sistem evaluasi pembelajaran yang kreatif dan efektif28
Oleh karena itu pembelajaran kontekstual dan kreatif dapat diorientasikan kepada
sebuah visi misi dan orientasi pembelajaran itu sendiri yaitu misalnya mendayagunakan
bahasa Arab secara optimal dalam pemahaman sumber-sumber ajaran Islam Dapat juga
dirumuskan ―Belajar bahasa Arab komunikatif sebagai media untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi Karenanya pembelajar yang kreatif akan berpikir bagaimana
memahami dan menguasai bahasa Arab ndashminimal pasifmdash dengan baik Bagaimana bahasa
Arab yang sudah dipahami itu dapat diaplikasikan dalam pemahaman literatur keislaman yang
berbahasa Arab dan juga menulis karya dalam bahasa Arab Bagaimana wujud pemahaman itu
dapat diaktualisasikan dalam bentuk produk pemikiran Bagaimana produk pemikiran itu
dapat dikembangkan dan dimasyarakatkan dan seterusnya Jadi pembelajaran kontekstual
27
Muhammad Fauzicirc Abd al-Maqshucircd al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah Muawwiqacirct wa
Acircliyacirct al-Muwacircjahah (Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah 2004) h 28
Kesepuluh ―syarat dan rukun tersebut diabstraksikan dari pemaduan model pembelajaran
kontekstual dan kreatif dan juga diperkuat dengan teori-teori linguistik dan psikologi belajar
Mengenai teori-teori dimaksud lihat Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm al-Ushailicirc al-Nazhariyyacirct al-
Lughawiyyah wa al-Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah (Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah 1999)
13
dan kreatif menghendaki adanya sense of creativity and making contextuality kedalaman dan
kontekstualitas dalam berpikir dan berkarya sehingga suatu persoalan dapat dipecahkan secara
tuntas dan kreatif
Strategi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dilakukan
melalui tiga tahap ndashmeminjam teori Tammacircm Hassacircn yaitu tahap tarsquoacircrruf (pengenalan)
tahap isticircrsquoacircb (pemahaman) dan istimtacircrsquo (apresiasi dan penikmatan)29
Pada tahap pertama
pembelajaran bahasa Arab baru merupakan pengenalan unsur-unsur bahasa Arab seperti
simbol bunyi morfem kosa kata frase dan struktur dasar bahasa Arab Pada tahap kedua
pembelajaran bahasa Arab diorientasikan kepada pemahaman terhadap hubungan antara
berbagai unsur bahasa Arab perbedaan penggunaan unsur-unsur itu dalam struktur kalimat
sehingga pembelajar bahasa Arab dapat membedakan berbagai bentuk kalimat Sedangkan
tahap ketiga pembelajaran bahasa Arab diarahkan untuk bisa mengapresiasi dan menikmati
struktur dan sistem bahasa Arab
Pembelajaran bahasa Arab tidak berada dalam ruang konteks dan orientasi yang
kering Bahasa Arab sebagai media komunikasi aktif maupun alat untuk memahami teks perlu
ditunjukkan fungsi-fungsinya secara optimal sehingga nilai dan signifikansi belajara bahasa
Arab itu tidak sia-sia belaka Jadi pada tahap awal diperlukan upaya-upaya pencitraan dan
pemberian kesan positif mengenai belajar bahasa Arab kepada para peserta didik Pencitraan
dan pengesanan positif ini menjadi titik tolak yang dapat menentukan perjalanan pembelajaran
bahasa Arab berikut Pengalaman menunjukkan bahwa sebelum belajar bahasa Arab sebagian
besar peserta didik sudah memiliki kesan dan citra kurang positif terhadap bahasa Arab
sehingga ―sugesti negatif ini menjadi hambatan psikologis awal yang dapat mengurangi
motivasi mereka dalam belajar bahasa Arab30
Pada tahap berikutnya penguatan motivasi dan orientasi belajar bahasa Arab perlu
dilakukan Pengamatan penulis menunjukkan bahwa para pembelajar bahasa Arab kebanyakan
posisinya seperti ―muallaf miskin bukan ―muallaf kaya Sebagai ―muallaf miskin dalam
belajar bahasa Arab ia perlu dibimbing dikuatkan hati keimanan dan kesabarannya Belajar
bahasa Arab perlu dikaitkan dengan kebutuhan dan tuntutan nyata peserta
Selain itu model CCTL dapat diaplikasikan dalam bentuk pembelajaran bahasa Arab
yang berbasis fungsi dan karakteristik bahasa Arab itu sendiri Misalnya saja fungsi bahasa
Arab sebagai instrumental function (al-wazhicircfah al-nafrsquoiyyah) dan interactional function (al-
29
Tammacircm Hassacircn al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna Bihacirc
(Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Quracirc 1984) h 7-8 30
Hasil dari berbagai diskusi di lingkungan dosen PBA FITK UIN Jakarta meneguhkan bahwa
belajar bahasa Arab tidak cukup hanya dengan motivasi religius (bahwa bahasa Arab itu bahasa
Alquran hadis Nabi bahasa salat doa dan sebagainya) tetapi juga motivasi praktis-pragmatis dan
akademis (misalnya banyak pakar bahasa Arab yang mampu memanfaatkan berbagai peluang
ekonomi memiliki kehidupan sosial ekonomi yang sejahtera dan sebagainya)
14
wazhicircfah al-tafacircrsquouliyyah)31
dalam kehidupan sehari-hari siswamahasiswa Dalam hal ini guru
bahasa Arab perlu mendesain materi pembelajarannya membuat para siswa dapat
menggunakan bahasa itu untuk memenuhi kebutuhannya seperti berkenalan menanyakan
alamat membeli sesuatu sehingga proses pembelajaran harus komunikatif Selain dituntut
memiliki kompetensi berbahasa aktif gurudosen juga proaktif dalam memfasilitasi dan
memotivasi siswamahasiswa untuk mau berkomunikasi menggunakan bahasa Arab secara
aktif betapun masih terjadi kesalahan berbahasa Dengan kata lain proses pembelajaran
bahasa Arab yang berorientasi komunikatif perlu memperhatikan konteks kebutuhan dan
lingkungan siswa sehingga dalam diri siswa tumbuh ―komitmen dan ―perasaan memerlukan
untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab
Bahasa Arab memiliki banyak karakteristik yang ndashboleh jadimdash tidak dimiliki oleh
bahasa lain Misalnya saja bahasa Arab itu lughat al-irsquoracircb wa al-isytiqacircq (bahasa irsquoracircb dan
derivasi)32
Jika guru memiliki visi bahwa pembelajaran bahasa Arab itu tidak identik dengan
pembelajaran nahwu lebih-lebih irsquoracircb maka bahasa Arab yang diajarkan semestinya tidak
sekedar membaca dan mengirsquorab Irsquoracircb hanyalah salah satu fenomena kebahasaan yang harus
dikaitkan dengan proses pemaknaan struktur kalimat Jadi konteks pembelajaran nahwu bukan
untuk menjelaskan mawacircqirsquo irsquoracircb itu sendiri melainkan untuk memahami dan memaknai
struktur kalimat
Bahasa Arab sebagai bahasa yang sangat kaya derivasi menuntut guru untuk kreatif
dalam memperkenalkan bentuk-bentuk dan perubahan kata berikut implikasi semantiknya
Tentu saja pengenalan tashricircf itu tidak harus melalui hafalan seperti yang dilakukan di
beberapa pesantren tetapi lebih produktif dan konstruktif jika dilakukan melalui intensifikasi
tadricircbat (latihan-latihan) terutama latihan berpola terstruktur dan kontekstual (diletakkan
dalam konteksnya yang tepat) Misalnya saja ketika gurudosen memperkenalkan bentuk
mashdar yang berwazan mufacircrsquoalah dan firsquoacircl maka sebaiknya dikenalkan bentuk kata lain
yang familiar dan fungsional dalam kalimat yang tepat misalnya
الشبهاتو يقوم الصائمون بمجاىدة النفس بامتثال األوامر واجتناب النواىي 1 الجهاد في سبيل اهلل ركن من أركان اإلسالم الستة عند الشيعة 2
Selain itu strategi lain yang dapat diaplikasikan adalah mendekatkan siswa atau
mahasiswa dengan penggunaan bahasa Arab yang riil lengkap dengan konteksnya tidak
31
Setidaknya ada tujuh fungsi utama bahasa yaitu instrumental function regulatory function
interactional function personal function heuristic function (al-wazhicircfah al-iktisyacircfiyyah)
imafinative function dan representational function (al-wazhicircfah al-bayacircniyyah) Lihat Rusydicirc Ahmad
Thulsquoaimah Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclicircbuhucirc
(Rabacircth Isisco 1989) h 119-120 32
Nacircyif Mahmucircd Malsquorucircf Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc (Beirut Dacircr al-
Nafacirclsquois 1998) Cet V h 43-45
15
berupa realitas bahasa Arab buatan Hal ini dimaksudkan agar siswamahasiswa langsung
dapat memahami penggunaan bahasa Arab itu sebagaimana mestinya dan sekaligus dapat
mengetahui konteksnya Sebagai contoh ketika mengajarkan ungkapan-ungkapan tertentu
dalam menulis (insyacircrsquo) guru perlu langsung merujuk kepada apa yang familiar digunakan oleh
orang Arab Dalam hal ini koran majalah dan buku-buku bahasa Arab standar (fushhacirc) dapat
dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran Misalnya saja tenaga pendidik
(gurudosen) membelajarkan informasi (dan istilah) tentang keadaan cuaca maka gambar
berikut dapat langsung menjadi sumber belajar yang kontekstual
CCTL dalam proses pembelajaran juga menghendaki adanya proses dan produk belajar
yang baik dan berguna bagi semua baik dalam bentuk kompetensi berbahasa Arab aktif
maupun karya-karya mulai dari ―kamus mini kumpulan ungkapan surat-surat dalam bahasa
Arab dan sebagainya Karena itu porsi praktik dan latihan dalam proses pembelajaran bahasa
Arab harus lebih ditingkatkan Latihan yang dikembangkan juga sebaiknya variatif dan
mengandung unsur ―games atau alrsquoacircb lughawiyyah Desain latihan media dan games ini
masih menjadi tantangan dan PR bagi kita semua
Selain itu sejak dini tenaga pendidik harus mulai mengasah kepekaannya terhadap
masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab33
Penentuan
masalah sebagai basis proses pembelajaran bahasa Arab misalnya adanya kesulitan
membedakan antara jumlah firsquoliyyah dan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa firsquol perlu
mendapat perhatian tersendiri dari tenaga pendidik dalam mengaplikasikan CCTL Jika tenaga
pendidik dapat mengetahui akar masalahnya misalnya mubtadarsquo (subyek) yang berupa jamak
khabar yang berupa firsquol itu harus jamak sementara pada jumlah firsquoliyyah tidak jamak maka
yang diperlukan adalah tadricircbacirct penggunaan dua jenis kalimat itu secara bergradasi sambil
memperkenalkan kaedahnya secara sederhana Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana
33
Lihat Tammacircm Hassacircn Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I (Kairo Acirclam al-Kutub
2006) Cet I h 34
16
pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah
dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan
dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau
majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah
E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL
Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab
ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-
linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu
1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa
Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam
mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang
profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa
Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik
untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan
dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas
belajar yang kontektual dan menyenangkan
2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab
keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang
menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan
(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa
butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai
3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran
bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)
Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan
sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang
kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk
memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya
sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional
4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga
pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan
berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan
hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini
adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin
untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta
17
didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya
dalam mempraktikkan bahasa Arab34
5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa
Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa
dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap
pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini
berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai
macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris
misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada
Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia
Mesir Syria dan sebagainya
6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku
bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur
tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih
mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur
Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan
―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada
pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi
akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan
penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku
(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya
7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari
dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung
kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada
umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan
daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin
berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja
keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi
pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau
belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa
Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke
arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola
atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya
34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab
―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab
dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta
Desember 2005
18
F Penutup
Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan
masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa
pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak
semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa
Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan
atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu
dicarikan solusinya secara lebih dini
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam
pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya
tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang
jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam
pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula
penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi
pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki
kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan
kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi
bahasa Arab yang efektif
Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang
mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber
lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua
pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga
pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa
asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan
Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di
Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab
yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang
dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada
konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif
senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam
mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk
dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif
model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb
19
Daftar Pustaka
Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah
Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah
Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam
Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika
Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember
2005
Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative
Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa
Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group
of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7
DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari
Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa
Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka
Cipta
Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson
Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah
Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo
Bandung MLC
Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-
Mishriyyah
Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I
Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura
Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-
Kutub
Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos
Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc
Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo
Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc
Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois
Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002
Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang
Depdiknas
Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara
Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II
Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa
Jakarta Rajawali Pers 2005
Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A
Simon amp Schuster Company
Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam
Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta
No 9 Oktober 2002
Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin
20
Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco
Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-
Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah
Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi
Yogyakarta CTSD
2
مستقبلية ورسائل واتجاىات واضحة من قبل المعلم لتسير عملية التعلم والتعليم على نـهج سليم يوصل بو إلى األىداف المعرفية والوجدانية والنفسحركية والروحية الواقعية من تعليم العربية
المتعلم وتتمثل فعالية ىذا األسلوب في اختيار المادة ذات المعنى المناسب الحتياجات دينامية المواقف التعليمية وإيجاد البيئة اللغوية العربية الحيوية ومستوى اإلنتاج واالبتداع عند
المتعلم في األداء اللغوي أي في إجادة المهارات اللغوية األربع باإلضافة إلى مهارة الترجمة
A Pendahuluan
Model pembelajaran belakangan ini banyak bermunculan Di antaranya adalah
pembelajaran kolaboratif quantum learning dan active learning1 Yang pertama menekankan
proses pembelajaran dalam bentuk kerjasama antar pembelajar sedangkan yang kedua
menekankan pada optimalisasi potensi pembelajar melalui teori modelling dengan lompatan-
lompatan dalam belajar Adapun yang ketiga mengoptimalkan tingkat partisipasi pembelajar
Belajar tidak hanya melalui optimalisasi kecerdasan intelegensi tetapi juga perlu diperkuat
dengan kecerdasan emosi dan lingkungan belajar yang nyaman serta menyenangkan
Kekurangan kedua model pembelajaran tersebut adalah belum dioptimalkannya proses kreatif
kecerdasan spiritual dan kontekstualisasi Padahal proses kreatif kekuatan doa pengaitan
materi pelajaran dengan nilai-nilai religius dan realitas sosial diasumsikan dapat
mempengaruhi akselarasi prestasi dan kreativitas pembelajaran yang optimal
Model pembelajaran yang dikembangkan dan harus menjadi prioritas utama saat ini
adalah membelajarkan peserta didik how to learn and how to think Hanya dengan dua
―keterampilan super inilah ndashmeminjam istilah Colin Rose dan Malcolm J Nichollmdash kita
dapat mengatasi perubahan dan kompleksitas serta menjadi manusia yang secara ekonomi
tidak tergantung dan tidak akan menganggur pada abad ke-21 Kita memang membutuhkan
perubahan baik pada apa yang dipelajari dan dalam cara bagaimana ia dipelajari2 Perubahan
substansi dan metodologi pembelajaran memungkinkan lahirnya perubahan cara berpikir
bertindak dan berkarya sehingga pada gilirannya melahirkan perubahan kualitas hidup yang
lebih baik
Model pembelajaran tradisional yang menempatkan dosen sebagai sumber utama
informasi dan pengetahuan tidak relevan lagi Pembelajaran yang hanya mengandalkan indera
pendengaran kini dipandang tidak efektif Peserta didik akan menyerap lebih banyak informasi
ketika disampaikan dalam bentuk visual dan auditori (pandang dan dengar) atau keduanya
audio-visual seperti dalam multimedia Dosen dituntut mampu memberikan motivasi
1 Baca M Silberman Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects (Massachusetts A Simon amp
Schuster Company 1996) 2 Colin Rose dan Malcolm J Nicholl Accelerated Learning for The 21
st Century (Cara Belajar Cepat
Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa (Bandung Nuansa Cet II 2002) h 13-15
3
(motivating) yang kuat dan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan
sehingga peserta didik dapat belajar secara efektif kontekstual dan kreatif
Model-model pembelajaran yang sudah ada tentu tidak luput dari kelemahan Karena
itu Contextual and Creative Teaching and Learning (CCTL) dipandang sebagai model
pembelajaran alternatif Pembelajaran kontekstual dan kreatif ini diasumsikan tidak hanya
potensial memandirikan mahasiswa melainkan juga menumbuhkan kreativitas dalam belajar
transformasi proses kreatif sehingga segenap potensi dan kompetensi mahasiswa dapat
dioptimalkan Model pembelajaran ini mengandaikan akselerasi pemerolehan informasi ilmu
keterampilan penciptaan suasana religius yang menyenangkan transformatif serta bermuara
pada pengembangan kompetensi berekspresi meneliti dan menulis karya ilmiah Model ini
diasumsikan dapat menumbuhkan tradisi intelektualisme dan profesionalisme yang kreatif dan
produktif sehingga pada gilirannya diharapkan dapat menjadi salah satu faktor pendukung
dalam realisasi universitas riset Menurut penulis indikator terwujudnya universitas riset ndash
yang dicita-citakan oleh UIN Jakarta- adalah meningkatnya baik kuantitas maupun kualitas
hasil penelitian yang dilakukan oleh sivitas akademika banyak karya ilmiah yang diterbitkan
baik dalam bentuk buku maupun artikel yang dimuat dalam jurnal nasional maupun
internasional Untuk mencapai cita-ideal tersebut mutlak diperlukan adanya model
pembelajaran kontekstual dan kreatif
Tulisan ini berusaha menjawab bagaimana aplikasi model contextual and creative
teaching and learning (CCTL) dalam pembelajaran bahasa Arab Faktor apa saja yang
mempengaruhi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab tersebut Dan mengapa
model CCTL perlu dikembangkan dan diorientasikan kepada pembelajaran bahasa Arab
B Konsep Pembelajaran Sebuah Kerangka Teoritik
1 Pengertian Belajar
Usia pendidikan dan pembelajaran diyakini sudah setua usia perabadan manusia karena
hakekat hidup ini adalah belajar Semua proses yang dilalui manusia dalam hidup merupakan
proses pembelajaran Manusia adalah makhluk pembelajar Manusia belajar untuk hidup
Tanpa belajar hidup tak bernilai dan peradaban tidak akan pernah berkembang maju3
Banyak pengertian belajar diberikan oleh para ahli Menurut sebuah situs internet
wwwemtechnetlearning teories jumlah teori belajar saat ini lebih dari 70 teori antara lain
Behaviorism Theory Cognitivism Theory Gestalt Theory Social Learning Theory Situated
Learning Constructivism Cooperative Learning Mastery Learning Active Learning
Accelerated Learning dan sebagainya
3 Ahmad Zakicirc Shacirclih lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc (Kairo Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyyah 1988) Cet
X h 296
4
Behaviorisme mendefinisikan belajar sebagai proses pemberian respon terhadap
stimulus Sementara Morgan (1978) menyatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang
relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman
Belajar berarti mendayagunakan potensi (fisik intelektual emosional moral dan spiritual)
menuju suatu pemahaman dan perubahan sikap perilaku dan kepribadian4
Belajar merupakan kegiatan aktif peserta didik dalam membangun makna atau
pemahaman Karena itu belajar harus bermakna dan memberikan peningkatan pemahaman
peserta didik terhadap apa yang dipelajarinya Ada beberapa prinsip yang dapat dijadikan
sebagai pedoman dalam belajar yang bermakna yaitu (1) berpusat kepada peserta didik (2)
belajar dengan melakukan (learning by doing) (3) mengembangkan kemampuan sosial (4)
mengembangkan keingintahuan (curiosity) imajinasi dan fitrah bertuhan (5)
mengembangkan keterampilan dalam pemecahan masalah (6) mengembangkan kreativitas
peserta didik (7) mengembangkan kemampuan dalam menggunakan ilmu pengetahuan dan
teknologi (8) menumbuhkan kesadaran kebangsaan sebagai warga negara yang baik (9)
belajar sepanjang hayat dan (10) perpaduan kompetisi kerjasama dan solidaritas5
Robert M Gagne membedakan pola-pola belajar ke delapan tipe di mana yang satu
merupakan prasyarat bagi lainnya Delapan tipe belajar dimaksud adalah (1) belajar isyarat
(signal learning) (2) belajar stimulus-respon (stimulus-response learning) (3) perangkaian
(chaining) (4) asosiasi verbal (verbal association) (5) belajar diskriminasi (discrimination
learning) (6) belajar konsep (concept learning) (7) belajar aturan (rule learning) dan (8)
pemecahan masalah (problem solving)6 Kedelapan pola belajar ini menunjukkan hirarki
perkembangan psikologis mental intelektual dan sosial pembelajar
Pembelajaran tidak sama dengan pelatihan dan pengajaran karena pembelajaran
merupakan proses menjadi sedangkan pelatihan belajar melakukan dan pengajaran adalah
belajar mengetahui Tujuan pembelajaran adalah membentuk watak mendewasakan penalaran
dan pemikiran memandirikan sikap memerdekakan dan memberdayakan sementara tujuan
pelatihan adalah membentuk perilaku dan menerampilkan sedangkan tujuan pengajaran
adalah membentuk konsep dan mentransfer ilmu7 Pembelajaran merupakan upaya sistematis
dalam mengoptimalkan potensi manusia baik aspek kognitif afektif maupun psikomotorik
sosial dan spiritualnya sehingga peserta menjadi manusia dewasa dan memiliki integritas
keilmuan maupun moral
4 Ahmad Zakicirc Shacirclih lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc hellip h 380
5 Puskur Balitbang Depdiknas Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar (Jakarta Balitbang Depdiknas
2002) h 1-3 6 Saeful Bahri Djamarah dan Aswan Zain Strategi Belajar Mengajar (Jakarta Rineka Cipta 2002 dan
Robert M Gagne Condition of Learning (New York Holt Rinehart and Winson 1989) 7 Andreas Harefa Pembelajaran di Era Serba Otonomi (Jakarta Harian Kompas 2001) Cet I h 63-64
5
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan
sebuah proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang bertujuan untuk
pembentukan kepribadian dan kompetensi peserta didik sehingga memiliki kemampuan untuk
melakukan perubahan dan peningkatan kualitas hidup Pembelajaran tidak sekedar transfer
pengetahuan atau informasi melainkan juga penanaman nilai pembentukan sikap positif dan
penerampilan kecakapan-kecakapan profesional untuk kepentingan hidupnya (life skill) serta
kedewasaan berperilaku
2 Model Pembelajaran
Ernest Chang dan Don Simpson menawarkan model pembelajaran the circle of learning
individual and group process Model ini merupakan pengembangan dari model pembelajaran
tradisional yang lebih banyak menekankan pada tanggung jawab individual dalam proses
pembelajaran Pembelajaran dapat berlangsung tidak hanya tanggung jawab individual akan
tetapi dapat berbentuk kolaboratif melalui proses kehidupan kelompok Model ini
mendasarkan pada paradigma hubungan antara aktivitas dan orientasi Dalam proses
pembelajaran ada dua dimensi yaitu aktivitas pembelajaran dan orientasi proses Dari dimensi
aktivitas pembelajaran ada aktivitas yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan ada aktivitas yang
harus dilakukan bersama kelompok sebaya Dari dimensi orientasi proses ada proses
pembelajaran individu sebagai fokus dan ada proses pembelajaran kelompok sebagai fokus8
Hubungan dua dimensi itu menghasilkan lima pola atau model pembelajaran yaitu (1)
ceramah tradisional (traditional lectures) (2) belajar mandiri (self study) (3) pembelajaran
berbarengan (concurrent learning) (4) pembelajaran kolaboratif (collaborative learning) dan
(5) pembelajaran aktif (active learning)9 Masing-masing memiliki karakteristik dan pola
tersendiri
Pertama model pembelajaran dengan ceramah Strategi pembelajaran dengan model
ceramah bercirikan (1) mendengarkan penjelasan pengajar (2) kegiatan dan lingkungan
dikendalikan oleh pengajar (3) pengetahuan yang diperoleh tergantung pada penangkapan
pembicaraan pengajar (4) sedikit dukungan teknologi dan (5) berlangsung dalam suasana
otoriter Model ini dinilai sangat tradisional karena pembelajaran berpusat pada satu sumber
yaitu pengajar10
Model ini kurang memberdayakan kompetensi pembelajar karena gurudosen
masih terlalu ―dominan sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan sementara peserta
8 Lihat Ernest Chang amp Don Simpson ―The Circle of Learning Individual and Group of
Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7 1997 9 Ernest Chang amp Don Simpson ―The Circlehellip ibid
10Lihat Mohammad Surya Tantangan Pembelajaran di Era Millenium dalam Jurnal
Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta No 9 Oktober 2002
6
didik kurang mandiri dalam mencari dan mengembangkan pengetahuannya Peserta didik
kurang dilatih untuk bersikap kritis dan partisipatif dalam belajar
Kedua model belajar mandiri Dalam model ini strategi pembelajaran dilakukan secara
mandiri oleh pembelajar dalam keseluruhan aktivitasnya Ciri-ciri model ini adalah (1)
berfokus pada pemikiran sendiri (2) prosesnya diarahkan sendiri (3) isi pengetahuan berupa
refleksi dan integrasi (4) menggunakan multimedia (5) penghargaan diri secara otonom
Model ini menuntut disiplin diri yang kuat dari pembelajar11
Motivasi pembelajar harus kuat
dan stabil agar pencapaian tujuan pembelajaran optimal
Ketiga model pembelajaran berbarengan Pembelajaran dengan model ini pada dasarnya
dilakukan atas tanggung jawab pembelajar sendiri namun dalam suasana berbarengan dengan
yang lain dan saling berinteraksi Ciri utama model ini adalah (1) dilakukan secara
partisipatif (2) dalam satu forum terbuka (3) dalam suasana saling menghargai (4) perspektif
terhadap materi dapat berbeda-beda (5) suasana demokratis dan didukung oleh teknologi
informasi12
Model pembelajaran ini memungkinkan peserta didik untuk terampil
mengekspresikan pendapatnya dan mempunyai sikap toleran dalam perbedaan pemahaman
dan pendapat
Keempat model pembelajaran kolaboratif Pembelajaran dilakukan dalam bentuk
kolaboratif (kerja sama) antar pembelajar dalam satu tim Karakteristik utama model ini
adalah (1) dilakukan melalui satu bentuk kerja sama (2) untuk mendapatkan konsensus (3)
adanya berbagai pemahaman nilai dan (4) adanya keputusan yang dibuat bersama atas dasar
nilai yang disepakati bersama Model ini cenderung demokratis dan dapat menumbuhkan
kebersamaan13
Hanya saja jika tidak dibimbing dan diarahkan oleh tenaga pendidik yang
profesional model ini akan mengalami disorientasi kehilangan arah dan akibatnya tujuan
pembelajaran tidak tercapai secara optimal
Kelima model pembelajaran aktif (active learning) merupakan model pembelajaran
yang meniscayakan dinamika interaktif antara pembelajar dan gurudosen Pembelajaran aktif
adalah pembelajaran yang mengajak siswamahasiswa untuk belajar secara aktif Ketika
belajar secara aktif berarti siswamahasiswa mendominasi aktivitas pembelajaran Dengan ini
mereka secara aktif menggunakan otak baik untuk menemukan ide pokok dari materi kuliah
memecahkan persoalan atau mengaplikasikan hal baru yang mereka pelajari ke dalam suatu
persoalan yang ada dalam kehidupan nyata Belajar aktif sangat dibutuhkan oleh
siswamahasiswa untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal
11
Mohammad Surya Tantanganhellip ibid 12
Mohammad Surya Tantanganhellip ibid 13
Mohammad Surya Tantanganhellip Bandingkan dengan Anita Lie Cooperative Learning
Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas (Jakarta Grasindo 2002)
7
Belajar aktif adalah suatu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian
menyimpannya dalam otak Belajar aktif memungkinkan siswamahasiswa yang memiliki
learning style (gaya belajar) yang bervariasi dapat disinergikan dan dikolaborasikan satu sama
lain14
Menurut Silberman banyak strategi yang dapat dilakukan untuk menciptakan
pembelajaran aktif Di antaranya adalah (1) learning starts with question (belajar dimulai
dengan pertanyaan) (2) reading guide (membaca buku petunjuk) (3) Information search
(mencari informasi) (4) Critical incident (kejadian penting) (5) Everyone is teacher here
(setiap orang adalah guru dalam forum ini) (6) Jigsaw learning (pembelajaran ala Jigsaw) (7)
the Power of two (kekuatan berpasangan) (8) snowballing (belajar ala bola salaju) (9)
Brainstorming (curah gagasan) (10) Active debate (debat aktif) (11) Synergic teaching
(pengajaran bersinergi) (12) Role playing (bermain peran) dan (12) Concept mapping (peta
konsep atau pemetaan konsep)15
Selain kelima model tersebut ada pula model quantum learning Model ini pada
mulanya dicetuskan oleh Dr Georgi Lazanov Pembelajaran model ini didasarkan pada prinsip
bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi situasi belajar Melalui suggestology
pemercepatan belajar (accelarated learning) dapat dilakukan dengan dibarengi suasana penuh
kegembiraan Untuk menumbuhkan sugesti belajar positif dapat ditempuh melalui teknik
seperti memberikan kenyamanan meningkatkan partisipasi individu dan menghadirkan seni16
Model ini mensyaratkan lingkungan pembelajaran yang aman nyaman menggembirakan (ada
musiknya ruang belajar yang menarik dilengkapi gambar warna-warni ilustrasi peta dsb)
positif dan dilakukan dengan metode berupa mencontohkan permainan simulasi dan
simbol
3 Pembelajaran Kontekstual
Elaine B Johnson mendeskripsikan Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai
suatu sistem pembelajaran yang didasarkan pada filosofi bahwa pembelajar akan belajar
apabila mereka menemukan makna dalam materi akademispelajaran dan apabila mereka dapat
mengaitkan sebuah informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka
dapatkan sebelumnya Dalam hal ini beliau menyatakan ―The CTL system is an educational
process that aims to help students see meaning in the academic material they are studying by
14
Hisyam Zaini dkk Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi (Yogyakarta CTSD
2002) h xii-xv 15
Mel Silberman manawarkan 101 strategi belajar aktif Penjelasan rincinya lihat Mel
Silberman Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects (Massachusetts A Simon amp
Schuster Company 1996) 16
Bobbi DePotter dan Mike Hernacki Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo
(Bandung Kaifa 1999) h 14-16
8
connecting academic subjects with the context of their daily lives that is with the context of
their personal sosial and cultural circumstances To achieve this aim the system
encompasses certain components17
Pendekatan kontekstual merupakan suatu sistem pembelajaran dalam suatu proses
pendidikan yang bertujuan untuk membantu peserta didik dengan mengaitkan materi pelajaran
dengan situasi dan kondisi personal sosial dan kultural mereka Pengaitan ini tentu saja
dimaksudkan agar materi pembelajaran tidak kehilangan relevansi dengan kehidupan peserta
didik dan perkembangan sosial yang ada
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong
mereka membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari Dengan kata lain CTL merupakan konsep pembelajaran yang
menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta
didik secara nyata sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan
kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari18
Asumsinya adalah bahwa jika peserta
didik kembali ke masyarakat maka ia dapat menjadikan apa yang pernah diperolehnya dalam
proses pembelajaran sebagai bekal dan keterampilan hidupnya
Johnson menyebutkan adanya delapan komponen yang tercakup dalam sistem
pendidikan yang menggunakan pendekatan kontekstual atau CTL Kedelapan komponen
tersebut adalah (1) making meaningfull connections atau membuat kaitan yang bermakna (2)
doing significant work atau melakukan karya yang berarti (3) self-regulated learning atau
belajar dengan kontrol pribadi (4) collaborating atau bekerjasama (5) critical and creative
thinking atau berpikir kritis dan kreatif (6) nurturing the individual atau memupuk bakat
individu (7) reaching high standard atau mencapai standar yang cukup tinggi serta (8) using
authentic assessment atau menggunakan penilaian sebenarnya19
Sementara itu tim C-Star dari University of Washington memiliki pendapat serupa
meskipun beberapa dengan istilah yang sedikit berbeda dari yang dikemukakan oleh Johson
tersebut Tim ini menyebutkan adanya tujuh komponen utama CTL yang apabila diterapkan
ketujuhnya maka sebuah kelas dapat dikatakan menggunakan pendekatan CTL Ketujuh
komponen tersebut adalah (1) konstruktivisme (constructivism) (2) menemukan (inquiry) (3)
bertanya (questioning) (4) masyarakat belajar (learning community) (5) pemodelan
17
Elaine B Johnson Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos Here to Stay
(Thousand Oaks Corwin Press Inc 2002) p 25 18
E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 102 19
Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24
9
(modeling) (6) refleksi (reflection) serta (7) penilaian yang sebenarnya (authentic
assessment)20
Komponen pertama konstruktivisme (constructivism) merupakan pemikiran filosofis
yang mengasumsikan bahwa pengetahuan diperoleh dan dibangun manusia sedikit demi
sedikit kemudian hasilnya diperluas atau diperdalam melalui konteks yang terbatas dan
bukannya terjadi secara tiba-tiba (in a sudden) Sedangkan Menemukan (Inquiry) merupakan
suatu siklus pemerolehan pengetahuan yang terdiri dari langkah-langkah observasi bertanya
mengajukan dugaan pengumpulan data dan penyimpulan Bertanya (Questioning)
merupakan strategi utama yang bagi guru merupakan kegiatan untuk mendorong
membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa sementara bagi siswa bertanya
merupakan bagian penting untuk menggali informasi mengkonfirmasi pengetahuan dan
mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui
Komponen keempat adalah Masyarakat Belajar (Learning Community) yakni situasi
yang diciptakan berdasarkan konsep yang menyarankan agar proses dan hasil pembelajaran
diperoleh dari bekerjasama (collaborating) dengan orang lain baik itu kerjasama siswa-siswa
siswa-pengajar maupun siswa-ahli Dalam Pemodelan (Modeling) pengajar (meskipun
kadang melibatkan siswa) memberi contoh mempresentasikan atau mendemonstrasikan
tentang cara bekerja sesuatu sebelum siswa mengerjakan tugas Sedangkan Refleksi
(Reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang
(thinking back) tentang hal-hal yang sudah kita lakukan di masa lalu Refleksi merupakan
respon terhadap kejadian aktifitas maupun pengetahuan yang baru diterima Adapun
Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) adalah proses pengumpulan berbagai data
yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa yang diperoleh dari kegiatan
nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran
Pendekatan kontekstual merupakan pilihan strategi pembelajaran yang berpihak pada
dan memberdayakan siswa CTL memungkinkan proses belajar yang tenang dan
menyenangkan karena pembelajaran dilakukan secara alamiah sehingga peserta didik dapat
mempraktikkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya Pembelajaran kontekstual
mendorong peserta didik memahami hakekat makna dan manfaat belajar sehingga
memungkinkan rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar bahkan kecanduan belajar21
Dalam pembelajaran kontekstual tugas gurudosen adalah memberikan kemudahan
belajar kepada peserta didik dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang
memadai Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan tetapi
juga mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
20
Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24 21
E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 103
10
belajar Lingkungan belajar yang kondusif sangat menunjang pembelajaran kontekstual dan
keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan
Signifikansi lingkungan pembelajaran tampak pada hal-hal berikut (a) belajar efektif itu
dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik (b) pembelajaran harus
berpusat pada ˝bagaimana cara― peserta didik menggunakan pengetahuan baru mereka
Strategi belajar lebih dipentingkan daripada hasilnya dan (c) umpan balik sangat penting bagi
peserta didik yang berasal dari proses penilaian (assessment) yang benar dan (d)
menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting22
Jadi
kontekstualisasi pembelajaran diorientasikan kepada pemandirian peserta didik dalam
mengembangkan kompetensi dan kemampuannya untuk memecahkan masalah Belajar
memecahkan masalah mendorong peserta didik untuk mencari informasi atau melakukan
investigasi
4 Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif mengharuskan tenaga pendidik dapat memunculkan kreativitas
peserta didik dalam kelas baik kreativitas berpikir maupun kreativitas dalam melakukan
sesuatu Kreativitas berpikir merupakan kemampuan imajinatif tetapi rasional Berpikir kreatif
berawal dari berpikir kritis yaitu menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya belum
ada atau memperbaiki seseuatu yang sebelumnya tidak baik23
Pembelajaran kreatif adalah
pembelajaran yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas dengan cara memanfaatkan
segenap potensi dan multi-kecerdasan yang dimiliki peserta didik secara maksimal Secara
implisit pembelajaran ini mengandung muatan baru yang disesuaikan dengan keadaan
terutama dalam penyajiannya yang lebih inovatif
Bila di dalam ruangan kelas tidak tersedia fasilitas pembelajaran yang memadai guru
bisa memanfaatkan fasilitas yang ada termasuk mengeksploitasi secara maksimal alam
lingkungan di sekitarnya Dengan demikian pembelajaran ini mampu beradaptasi dengan
berbagai macam situasi dan keadaan sehingga bisa dilakukan di mana dan kapan saja
Karakter pembelajaran kreatif itu sangat fleksibel dan bergantung pada guru sang
kreator Ini menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut akan dapat disajikan oleh guru-guru
yang memiliki kreativitas tinggi Unsur kreativitas yang dipertaruhkan di sini pada dasarnya
dimiliki oleh setiap orang Orang-orang yang memiliki kreativitas tinggi biasanya dapat
memelihara unsur tersebut dengan baik begitu pun sebaliknya Pembelajaran kreatif dapat
dikembangkan melalui empat tahap Keempat tahap ini oleh Daniel Goleman disebut anatomi
22
Nurhadi Pendekatan Kontekstual (Malang Universitas Negeri Malang 2002) Cet I h 4 23
Abdul Rahman Shaleh Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta
Rajawali Pers 2005) Cet I h 158
11
momen kreatif24
Tahap pertama adalah persiapan yaitu proses pengumpulan berbagai
informasi untuk diuji Dalam tahap ini otak mengumpulkan informasi dan data yang berfungsi
sebagai dasar atau riset untuk karya kreatif yang sedang terjadi Pengalaman hidup turut
menyumbang proses persiapan menjadi kreatif
Kedua inkubasi (disebut juga tahap istirahat) yaitu suatu rentang waktu untuk
merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai memperoleh keyakinan bahwa hipotesis
tersebut rasional Hal ini antara lain dapat diperkuat dengan intuisi dan suara hati nurani
Dalam proses mengaitkan ide pikiran sebenarnya juga melakukan berbagai proses yaitu
menjajarkan memadukan memilah mengitari dan membayangkan ide
Ketiga illuminasi (pencerahan) Pengendapan informasi dan ―lamunan bahkan intuisi
akan membawa kepada pencerahan ketika secara seketika jawaban yang dicari datang
menemui pembelajar tanpa diketahui sumbernya Inilah tahapan yang biasanya memperoleh
limpahan perhatian Pembelajar mendapat inspirasi dan motivasi untuk menjawab tantangan
kreatif yang dihadapi25
Tahap lanjutannya adalah penerjemahan ketika pembelajar mengubah
wawasan menjadi tindakan
Keempat tahap pembuktianpelaksanaan (verifikasi) yaitu pengujian kembali hasil
hipotesis tersebut untuk dijadikan sebagai sebuah rekomendasi Dalam tahap ini ada gagasan
berhasil dengan cepat sedang yang lain perlu waktu berbulan-bulan atau bahkan tahunan
Kemampuan dan keterampilan berpikir dibarengi hasrat kuat dan rasa gembira memainkan
peran penting dalam aktualisasi kreativitas
Selain itu Teresa M Amabile berpendapat bahwa proses pembelajaran kreatif itu
melalui lima tahap dan diibaratkan seperti orang membuat sop Kelima tahap dimaksud adalah
(1) tahap presentasi masalah (pembelajar menyadari adanya suatu masalah yang harus
dipelajari dan dicarikan solusinya (2) tahap persiapan (menyiapkan diri untuk belajar
menelaah bacaan yang relevan dengan masalah) (3) tahap penyimpulan gagasan (hasil
pembacaan biasa melahirkan gagasan sehingga ada titik simpul yang dapat dijadikan sebagai
inspirasi dan media pemecahan masalah (4) tahap validasi (aktualisasi gagasan dalam bentuk
tindakan dan karya kreatif) dan (5) tahap pengukuran hasil (evaluasi)26
Adapun strategi pembelajaran kreatif adalah (1) menyatu dengan masyarakat luas
termasuk berkolega dengan ilmuwan (2) merancang lingkungan yang bernilai tambah seperti
musik pencahayaan aroma warna yang indah dan menarik (3) mengembara keluar dari dunia
24
Daniel Goleman The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah Tempat Kerja
dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo (Bandung MLC 2005) Cet I h
30-37 25 Ayan Jordan E Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Yoour Creative Spirit and
Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan (Bandung Kaifa 2003) Cet V h 56 26
Lihat Teresa M Amabile Growing up Creative (New York Pinguin 1998)
12
sempit dengan belajar menemukan sudut pandang baru dan perenungan pribadi (4) menyulut
inspirasi dari permainan dan humor termasuk olah raga (5) mengembangkan daya pikir
dengan membaca kreatif menjelajahi toko buku dan dunia maya (6) menggemari kesenian
dan memaknai musik dalam jiwa kreatif (7) menggeluti teknologi (8) menghadapi tantangan
dengan teknik berpikir ampuh (9) membebaskan alam kesadaran lain dengan
memvisualisasikan tantangan kreatif dan (10) menyatu dengan jiwa kreatif termasuk di dalam
berdolsquoa dan bermeditasi27
D Strategi Aplikasi CCTL dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Berdasarkan ulasan teoritik tersebut setidaknya ada 10 strategi atau langkah CCTL
yang perlu dipenuhi ketika diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa Arab Kesepuluh syarat
dan rukun dimaksud adalah (1) perumusan visi misi dan orientasi pembelajaran bahasa Arab
(2) desain rencana dan kontrak pembelajaran bahasa Arab (3) pendekatan dan strategi
pembelajaran kontekstual dan kreatif (4) penciptaan suasana pembelajaran yang religius
nyaman menyenangkan dan partisipatoris (5) pengembangan sikap positif dan berpikir
kreatif (6) optimalisasi multi-intelegensi dalam proses pembelajaran bahasa Arab (7)
pengembangan minat dan tradisi membaca meneliti dan menulis dengan bahasa Arab (8)
kontekstualisasi substansi pembelajaran dengan masalah-masalah sosial yang aktual dalam
kehidupan siswamahasiswa (9) optimalisasi pendayagunaan media dan teknologi pendidikan
dan (10) penciptaan sistem evaluasi pembelajaran yang kreatif dan efektif28
Oleh karena itu pembelajaran kontekstual dan kreatif dapat diorientasikan kepada
sebuah visi misi dan orientasi pembelajaran itu sendiri yaitu misalnya mendayagunakan
bahasa Arab secara optimal dalam pemahaman sumber-sumber ajaran Islam Dapat juga
dirumuskan ―Belajar bahasa Arab komunikatif sebagai media untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi Karenanya pembelajar yang kreatif akan berpikir bagaimana
memahami dan menguasai bahasa Arab ndashminimal pasifmdash dengan baik Bagaimana bahasa
Arab yang sudah dipahami itu dapat diaplikasikan dalam pemahaman literatur keislaman yang
berbahasa Arab dan juga menulis karya dalam bahasa Arab Bagaimana wujud pemahaman itu
dapat diaktualisasikan dalam bentuk produk pemikiran Bagaimana produk pemikiran itu
dapat dikembangkan dan dimasyarakatkan dan seterusnya Jadi pembelajaran kontekstual
27
Muhammad Fauzicirc Abd al-Maqshucircd al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah Muawwiqacirct wa
Acircliyacirct al-Muwacircjahah (Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah 2004) h 28
Kesepuluh ―syarat dan rukun tersebut diabstraksikan dari pemaduan model pembelajaran
kontekstual dan kreatif dan juga diperkuat dengan teori-teori linguistik dan psikologi belajar
Mengenai teori-teori dimaksud lihat Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm al-Ushailicirc al-Nazhariyyacirct al-
Lughawiyyah wa al-Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah (Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah 1999)
13
dan kreatif menghendaki adanya sense of creativity and making contextuality kedalaman dan
kontekstualitas dalam berpikir dan berkarya sehingga suatu persoalan dapat dipecahkan secara
tuntas dan kreatif
Strategi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dilakukan
melalui tiga tahap ndashmeminjam teori Tammacircm Hassacircn yaitu tahap tarsquoacircrruf (pengenalan)
tahap isticircrsquoacircb (pemahaman) dan istimtacircrsquo (apresiasi dan penikmatan)29
Pada tahap pertama
pembelajaran bahasa Arab baru merupakan pengenalan unsur-unsur bahasa Arab seperti
simbol bunyi morfem kosa kata frase dan struktur dasar bahasa Arab Pada tahap kedua
pembelajaran bahasa Arab diorientasikan kepada pemahaman terhadap hubungan antara
berbagai unsur bahasa Arab perbedaan penggunaan unsur-unsur itu dalam struktur kalimat
sehingga pembelajar bahasa Arab dapat membedakan berbagai bentuk kalimat Sedangkan
tahap ketiga pembelajaran bahasa Arab diarahkan untuk bisa mengapresiasi dan menikmati
struktur dan sistem bahasa Arab
Pembelajaran bahasa Arab tidak berada dalam ruang konteks dan orientasi yang
kering Bahasa Arab sebagai media komunikasi aktif maupun alat untuk memahami teks perlu
ditunjukkan fungsi-fungsinya secara optimal sehingga nilai dan signifikansi belajara bahasa
Arab itu tidak sia-sia belaka Jadi pada tahap awal diperlukan upaya-upaya pencitraan dan
pemberian kesan positif mengenai belajar bahasa Arab kepada para peserta didik Pencitraan
dan pengesanan positif ini menjadi titik tolak yang dapat menentukan perjalanan pembelajaran
bahasa Arab berikut Pengalaman menunjukkan bahwa sebelum belajar bahasa Arab sebagian
besar peserta didik sudah memiliki kesan dan citra kurang positif terhadap bahasa Arab
sehingga ―sugesti negatif ini menjadi hambatan psikologis awal yang dapat mengurangi
motivasi mereka dalam belajar bahasa Arab30
Pada tahap berikutnya penguatan motivasi dan orientasi belajar bahasa Arab perlu
dilakukan Pengamatan penulis menunjukkan bahwa para pembelajar bahasa Arab kebanyakan
posisinya seperti ―muallaf miskin bukan ―muallaf kaya Sebagai ―muallaf miskin dalam
belajar bahasa Arab ia perlu dibimbing dikuatkan hati keimanan dan kesabarannya Belajar
bahasa Arab perlu dikaitkan dengan kebutuhan dan tuntutan nyata peserta
Selain itu model CCTL dapat diaplikasikan dalam bentuk pembelajaran bahasa Arab
yang berbasis fungsi dan karakteristik bahasa Arab itu sendiri Misalnya saja fungsi bahasa
Arab sebagai instrumental function (al-wazhicircfah al-nafrsquoiyyah) dan interactional function (al-
29
Tammacircm Hassacircn al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna Bihacirc
(Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Quracirc 1984) h 7-8 30
Hasil dari berbagai diskusi di lingkungan dosen PBA FITK UIN Jakarta meneguhkan bahwa
belajar bahasa Arab tidak cukup hanya dengan motivasi religius (bahwa bahasa Arab itu bahasa
Alquran hadis Nabi bahasa salat doa dan sebagainya) tetapi juga motivasi praktis-pragmatis dan
akademis (misalnya banyak pakar bahasa Arab yang mampu memanfaatkan berbagai peluang
ekonomi memiliki kehidupan sosial ekonomi yang sejahtera dan sebagainya)
14
wazhicircfah al-tafacircrsquouliyyah)31
dalam kehidupan sehari-hari siswamahasiswa Dalam hal ini guru
bahasa Arab perlu mendesain materi pembelajarannya membuat para siswa dapat
menggunakan bahasa itu untuk memenuhi kebutuhannya seperti berkenalan menanyakan
alamat membeli sesuatu sehingga proses pembelajaran harus komunikatif Selain dituntut
memiliki kompetensi berbahasa aktif gurudosen juga proaktif dalam memfasilitasi dan
memotivasi siswamahasiswa untuk mau berkomunikasi menggunakan bahasa Arab secara
aktif betapun masih terjadi kesalahan berbahasa Dengan kata lain proses pembelajaran
bahasa Arab yang berorientasi komunikatif perlu memperhatikan konteks kebutuhan dan
lingkungan siswa sehingga dalam diri siswa tumbuh ―komitmen dan ―perasaan memerlukan
untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab
Bahasa Arab memiliki banyak karakteristik yang ndashboleh jadimdash tidak dimiliki oleh
bahasa lain Misalnya saja bahasa Arab itu lughat al-irsquoracircb wa al-isytiqacircq (bahasa irsquoracircb dan
derivasi)32
Jika guru memiliki visi bahwa pembelajaran bahasa Arab itu tidak identik dengan
pembelajaran nahwu lebih-lebih irsquoracircb maka bahasa Arab yang diajarkan semestinya tidak
sekedar membaca dan mengirsquorab Irsquoracircb hanyalah salah satu fenomena kebahasaan yang harus
dikaitkan dengan proses pemaknaan struktur kalimat Jadi konteks pembelajaran nahwu bukan
untuk menjelaskan mawacircqirsquo irsquoracircb itu sendiri melainkan untuk memahami dan memaknai
struktur kalimat
Bahasa Arab sebagai bahasa yang sangat kaya derivasi menuntut guru untuk kreatif
dalam memperkenalkan bentuk-bentuk dan perubahan kata berikut implikasi semantiknya
Tentu saja pengenalan tashricircf itu tidak harus melalui hafalan seperti yang dilakukan di
beberapa pesantren tetapi lebih produktif dan konstruktif jika dilakukan melalui intensifikasi
tadricircbat (latihan-latihan) terutama latihan berpola terstruktur dan kontekstual (diletakkan
dalam konteksnya yang tepat) Misalnya saja ketika gurudosen memperkenalkan bentuk
mashdar yang berwazan mufacircrsquoalah dan firsquoacircl maka sebaiknya dikenalkan bentuk kata lain
yang familiar dan fungsional dalam kalimat yang tepat misalnya
الشبهاتو يقوم الصائمون بمجاىدة النفس بامتثال األوامر واجتناب النواىي 1 الجهاد في سبيل اهلل ركن من أركان اإلسالم الستة عند الشيعة 2
Selain itu strategi lain yang dapat diaplikasikan adalah mendekatkan siswa atau
mahasiswa dengan penggunaan bahasa Arab yang riil lengkap dengan konteksnya tidak
31
Setidaknya ada tujuh fungsi utama bahasa yaitu instrumental function regulatory function
interactional function personal function heuristic function (al-wazhicircfah al-iktisyacircfiyyah)
imafinative function dan representational function (al-wazhicircfah al-bayacircniyyah) Lihat Rusydicirc Ahmad
Thulsquoaimah Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclicircbuhucirc
(Rabacircth Isisco 1989) h 119-120 32
Nacircyif Mahmucircd Malsquorucircf Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc (Beirut Dacircr al-
Nafacirclsquois 1998) Cet V h 43-45
15
berupa realitas bahasa Arab buatan Hal ini dimaksudkan agar siswamahasiswa langsung
dapat memahami penggunaan bahasa Arab itu sebagaimana mestinya dan sekaligus dapat
mengetahui konteksnya Sebagai contoh ketika mengajarkan ungkapan-ungkapan tertentu
dalam menulis (insyacircrsquo) guru perlu langsung merujuk kepada apa yang familiar digunakan oleh
orang Arab Dalam hal ini koran majalah dan buku-buku bahasa Arab standar (fushhacirc) dapat
dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran Misalnya saja tenaga pendidik
(gurudosen) membelajarkan informasi (dan istilah) tentang keadaan cuaca maka gambar
berikut dapat langsung menjadi sumber belajar yang kontekstual
CCTL dalam proses pembelajaran juga menghendaki adanya proses dan produk belajar
yang baik dan berguna bagi semua baik dalam bentuk kompetensi berbahasa Arab aktif
maupun karya-karya mulai dari ―kamus mini kumpulan ungkapan surat-surat dalam bahasa
Arab dan sebagainya Karena itu porsi praktik dan latihan dalam proses pembelajaran bahasa
Arab harus lebih ditingkatkan Latihan yang dikembangkan juga sebaiknya variatif dan
mengandung unsur ―games atau alrsquoacircb lughawiyyah Desain latihan media dan games ini
masih menjadi tantangan dan PR bagi kita semua
Selain itu sejak dini tenaga pendidik harus mulai mengasah kepekaannya terhadap
masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab33
Penentuan
masalah sebagai basis proses pembelajaran bahasa Arab misalnya adanya kesulitan
membedakan antara jumlah firsquoliyyah dan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa firsquol perlu
mendapat perhatian tersendiri dari tenaga pendidik dalam mengaplikasikan CCTL Jika tenaga
pendidik dapat mengetahui akar masalahnya misalnya mubtadarsquo (subyek) yang berupa jamak
khabar yang berupa firsquol itu harus jamak sementara pada jumlah firsquoliyyah tidak jamak maka
yang diperlukan adalah tadricircbacirct penggunaan dua jenis kalimat itu secara bergradasi sambil
memperkenalkan kaedahnya secara sederhana Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana
33
Lihat Tammacircm Hassacircn Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I (Kairo Acirclam al-Kutub
2006) Cet I h 34
16
pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah
dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan
dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau
majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah
E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL
Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab
ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-
linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu
1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa
Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam
mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang
profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa
Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik
untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan
dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas
belajar yang kontektual dan menyenangkan
2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab
keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang
menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan
(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa
butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai
3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran
bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)
Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan
sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang
kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk
memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya
sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional
4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga
pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan
berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan
hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini
adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin
untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta
17
didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya
dalam mempraktikkan bahasa Arab34
5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa
Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa
dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap
pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini
berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai
macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris
misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada
Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia
Mesir Syria dan sebagainya
6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku
bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur
tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih
mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur
Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan
―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada
pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi
akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan
penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku
(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya
7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari
dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung
kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada
umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan
daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin
berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja
keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi
pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau
belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa
Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke
arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola
atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya
34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab
―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab
dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta
Desember 2005
18
F Penutup
Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan
masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa
pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak
semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa
Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan
atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu
dicarikan solusinya secara lebih dini
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam
pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya
tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang
jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam
pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula
penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi
pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki
kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan
kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi
bahasa Arab yang efektif
Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang
mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber
lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua
pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga
pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa
asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan
Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di
Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab
yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang
dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada
konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif
senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam
mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk
dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif
model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb
19
Daftar Pustaka
Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah
Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah
Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam
Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika
Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember
2005
Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative
Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa
Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group
of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7
DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari
Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa
Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka
Cipta
Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson
Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah
Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo
Bandung MLC
Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-
Mishriyyah
Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I
Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura
Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-
Kutub
Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos
Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc
Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo
Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc
Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois
Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002
Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang
Depdiknas
Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara
Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II
Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa
Jakarta Rajawali Pers 2005
Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A
Simon amp Schuster Company
Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam
Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta
No 9 Oktober 2002
Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin
20
Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco
Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-
Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah
Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi
Yogyakarta CTSD
3
(motivating) yang kuat dan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan
sehingga peserta didik dapat belajar secara efektif kontekstual dan kreatif
Model-model pembelajaran yang sudah ada tentu tidak luput dari kelemahan Karena
itu Contextual and Creative Teaching and Learning (CCTL) dipandang sebagai model
pembelajaran alternatif Pembelajaran kontekstual dan kreatif ini diasumsikan tidak hanya
potensial memandirikan mahasiswa melainkan juga menumbuhkan kreativitas dalam belajar
transformasi proses kreatif sehingga segenap potensi dan kompetensi mahasiswa dapat
dioptimalkan Model pembelajaran ini mengandaikan akselerasi pemerolehan informasi ilmu
keterampilan penciptaan suasana religius yang menyenangkan transformatif serta bermuara
pada pengembangan kompetensi berekspresi meneliti dan menulis karya ilmiah Model ini
diasumsikan dapat menumbuhkan tradisi intelektualisme dan profesionalisme yang kreatif dan
produktif sehingga pada gilirannya diharapkan dapat menjadi salah satu faktor pendukung
dalam realisasi universitas riset Menurut penulis indikator terwujudnya universitas riset ndash
yang dicita-citakan oleh UIN Jakarta- adalah meningkatnya baik kuantitas maupun kualitas
hasil penelitian yang dilakukan oleh sivitas akademika banyak karya ilmiah yang diterbitkan
baik dalam bentuk buku maupun artikel yang dimuat dalam jurnal nasional maupun
internasional Untuk mencapai cita-ideal tersebut mutlak diperlukan adanya model
pembelajaran kontekstual dan kreatif
Tulisan ini berusaha menjawab bagaimana aplikasi model contextual and creative
teaching and learning (CCTL) dalam pembelajaran bahasa Arab Faktor apa saja yang
mempengaruhi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab tersebut Dan mengapa
model CCTL perlu dikembangkan dan diorientasikan kepada pembelajaran bahasa Arab
B Konsep Pembelajaran Sebuah Kerangka Teoritik
1 Pengertian Belajar
Usia pendidikan dan pembelajaran diyakini sudah setua usia perabadan manusia karena
hakekat hidup ini adalah belajar Semua proses yang dilalui manusia dalam hidup merupakan
proses pembelajaran Manusia adalah makhluk pembelajar Manusia belajar untuk hidup
Tanpa belajar hidup tak bernilai dan peradaban tidak akan pernah berkembang maju3
Banyak pengertian belajar diberikan oleh para ahli Menurut sebuah situs internet
wwwemtechnetlearning teories jumlah teori belajar saat ini lebih dari 70 teori antara lain
Behaviorism Theory Cognitivism Theory Gestalt Theory Social Learning Theory Situated
Learning Constructivism Cooperative Learning Mastery Learning Active Learning
Accelerated Learning dan sebagainya
3 Ahmad Zakicirc Shacirclih lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc (Kairo Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyyah 1988) Cet
X h 296
4
Behaviorisme mendefinisikan belajar sebagai proses pemberian respon terhadap
stimulus Sementara Morgan (1978) menyatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang
relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman
Belajar berarti mendayagunakan potensi (fisik intelektual emosional moral dan spiritual)
menuju suatu pemahaman dan perubahan sikap perilaku dan kepribadian4
Belajar merupakan kegiatan aktif peserta didik dalam membangun makna atau
pemahaman Karena itu belajar harus bermakna dan memberikan peningkatan pemahaman
peserta didik terhadap apa yang dipelajarinya Ada beberapa prinsip yang dapat dijadikan
sebagai pedoman dalam belajar yang bermakna yaitu (1) berpusat kepada peserta didik (2)
belajar dengan melakukan (learning by doing) (3) mengembangkan kemampuan sosial (4)
mengembangkan keingintahuan (curiosity) imajinasi dan fitrah bertuhan (5)
mengembangkan keterampilan dalam pemecahan masalah (6) mengembangkan kreativitas
peserta didik (7) mengembangkan kemampuan dalam menggunakan ilmu pengetahuan dan
teknologi (8) menumbuhkan kesadaran kebangsaan sebagai warga negara yang baik (9)
belajar sepanjang hayat dan (10) perpaduan kompetisi kerjasama dan solidaritas5
Robert M Gagne membedakan pola-pola belajar ke delapan tipe di mana yang satu
merupakan prasyarat bagi lainnya Delapan tipe belajar dimaksud adalah (1) belajar isyarat
(signal learning) (2) belajar stimulus-respon (stimulus-response learning) (3) perangkaian
(chaining) (4) asosiasi verbal (verbal association) (5) belajar diskriminasi (discrimination
learning) (6) belajar konsep (concept learning) (7) belajar aturan (rule learning) dan (8)
pemecahan masalah (problem solving)6 Kedelapan pola belajar ini menunjukkan hirarki
perkembangan psikologis mental intelektual dan sosial pembelajar
Pembelajaran tidak sama dengan pelatihan dan pengajaran karena pembelajaran
merupakan proses menjadi sedangkan pelatihan belajar melakukan dan pengajaran adalah
belajar mengetahui Tujuan pembelajaran adalah membentuk watak mendewasakan penalaran
dan pemikiran memandirikan sikap memerdekakan dan memberdayakan sementara tujuan
pelatihan adalah membentuk perilaku dan menerampilkan sedangkan tujuan pengajaran
adalah membentuk konsep dan mentransfer ilmu7 Pembelajaran merupakan upaya sistematis
dalam mengoptimalkan potensi manusia baik aspek kognitif afektif maupun psikomotorik
sosial dan spiritualnya sehingga peserta menjadi manusia dewasa dan memiliki integritas
keilmuan maupun moral
4 Ahmad Zakicirc Shacirclih lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc hellip h 380
5 Puskur Balitbang Depdiknas Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar (Jakarta Balitbang Depdiknas
2002) h 1-3 6 Saeful Bahri Djamarah dan Aswan Zain Strategi Belajar Mengajar (Jakarta Rineka Cipta 2002 dan
Robert M Gagne Condition of Learning (New York Holt Rinehart and Winson 1989) 7 Andreas Harefa Pembelajaran di Era Serba Otonomi (Jakarta Harian Kompas 2001) Cet I h 63-64
5
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan
sebuah proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang bertujuan untuk
pembentukan kepribadian dan kompetensi peserta didik sehingga memiliki kemampuan untuk
melakukan perubahan dan peningkatan kualitas hidup Pembelajaran tidak sekedar transfer
pengetahuan atau informasi melainkan juga penanaman nilai pembentukan sikap positif dan
penerampilan kecakapan-kecakapan profesional untuk kepentingan hidupnya (life skill) serta
kedewasaan berperilaku
2 Model Pembelajaran
Ernest Chang dan Don Simpson menawarkan model pembelajaran the circle of learning
individual and group process Model ini merupakan pengembangan dari model pembelajaran
tradisional yang lebih banyak menekankan pada tanggung jawab individual dalam proses
pembelajaran Pembelajaran dapat berlangsung tidak hanya tanggung jawab individual akan
tetapi dapat berbentuk kolaboratif melalui proses kehidupan kelompok Model ini
mendasarkan pada paradigma hubungan antara aktivitas dan orientasi Dalam proses
pembelajaran ada dua dimensi yaitu aktivitas pembelajaran dan orientasi proses Dari dimensi
aktivitas pembelajaran ada aktivitas yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan ada aktivitas yang
harus dilakukan bersama kelompok sebaya Dari dimensi orientasi proses ada proses
pembelajaran individu sebagai fokus dan ada proses pembelajaran kelompok sebagai fokus8
Hubungan dua dimensi itu menghasilkan lima pola atau model pembelajaran yaitu (1)
ceramah tradisional (traditional lectures) (2) belajar mandiri (self study) (3) pembelajaran
berbarengan (concurrent learning) (4) pembelajaran kolaboratif (collaborative learning) dan
(5) pembelajaran aktif (active learning)9 Masing-masing memiliki karakteristik dan pola
tersendiri
Pertama model pembelajaran dengan ceramah Strategi pembelajaran dengan model
ceramah bercirikan (1) mendengarkan penjelasan pengajar (2) kegiatan dan lingkungan
dikendalikan oleh pengajar (3) pengetahuan yang diperoleh tergantung pada penangkapan
pembicaraan pengajar (4) sedikit dukungan teknologi dan (5) berlangsung dalam suasana
otoriter Model ini dinilai sangat tradisional karena pembelajaran berpusat pada satu sumber
yaitu pengajar10
Model ini kurang memberdayakan kompetensi pembelajar karena gurudosen
masih terlalu ―dominan sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan sementara peserta
8 Lihat Ernest Chang amp Don Simpson ―The Circle of Learning Individual and Group of
Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7 1997 9 Ernest Chang amp Don Simpson ―The Circlehellip ibid
10Lihat Mohammad Surya Tantangan Pembelajaran di Era Millenium dalam Jurnal
Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta No 9 Oktober 2002
6
didik kurang mandiri dalam mencari dan mengembangkan pengetahuannya Peserta didik
kurang dilatih untuk bersikap kritis dan partisipatif dalam belajar
Kedua model belajar mandiri Dalam model ini strategi pembelajaran dilakukan secara
mandiri oleh pembelajar dalam keseluruhan aktivitasnya Ciri-ciri model ini adalah (1)
berfokus pada pemikiran sendiri (2) prosesnya diarahkan sendiri (3) isi pengetahuan berupa
refleksi dan integrasi (4) menggunakan multimedia (5) penghargaan diri secara otonom
Model ini menuntut disiplin diri yang kuat dari pembelajar11
Motivasi pembelajar harus kuat
dan stabil agar pencapaian tujuan pembelajaran optimal
Ketiga model pembelajaran berbarengan Pembelajaran dengan model ini pada dasarnya
dilakukan atas tanggung jawab pembelajar sendiri namun dalam suasana berbarengan dengan
yang lain dan saling berinteraksi Ciri utama model ini adalah (1) dilakukan secara
partisipatif (2) dalam satu forum terbuka (3) dalam suasana saling menghargai (4) perspektif
terhadap materi dapat berbeda-beda (5) suasana demokratis dan didukung oleh teknologi
informasi12
Model pembelajaran ini memungkinkan peserta didik untuk terampil
mengekspresikan pendapatnya dan mempunyai sikap toleran dalam perbedaan pemahaman
dan pendapat
Keempat model pembelajaran kolaboratif Pembelajaran dilakukan dalam bentuk
kolaboratif (kerja sama) antar pembelajar dalam satu tim Karakteristik utama model ini
adalah (1) dilakukan melalui satu bentuk kerja sama (2) untuk mendapatkan konsensus (3)
adanya berbagai pemahaman nilai dan (4) adanya keputusan yang dibuat bersama atas dasar
nilai yang disepakati bersama Model ini cenderung demokratis dan dapat menumbuhkan
kebersamaan13
Hanya saja jika tidak dibimbing dan diarahkan oleh tenaga pendidik yang
profesional model ini akan mengalami disorientasi kehilangan arah dan akibatnya tujuan
pembelajaran tidak tercapai secara optimal
Kelima model pembelajaran aktif (active learning) merupakan model pembelajaran
yang meniscayakan dinamika interaktif antara pembelajar dan gurudosen Pembelajaran aktif
adalah pembelajaran yang mengajak siswamahasiswa untuk belajar secara aktif Ketika
belajar secara aktif berarti siswamahasiswa mendominasi aktivitas pembelajaran Dengan ini
mereka secara aktif menggunakan otak baik untuk menemukan ide pokok dari materi kuliah
memecahkan persoalan atau mengaplikasikan hal baru yang mereka pelajari ke dalam suatu
persoalan yang ada dalam kehidupan nyata Belajar aktif sangat dibutuhkan oleh
siswamahasiswa untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal
11
Mohammad Surya Tantanganhellip ibid 12
Mohammad Surya Tantanganhellip ibid 13
Mohammad Surya Tantanganhellip Bandingkan dengan Anita Lie Cooperative Learning
Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas (Jakarta Grasindo 2002)
7
Belajar aktif adalah suatu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian
menyimpannya dalam otak Belajar aktif memungkinkan siswamahasiswa yang memiliki
learning style (gaya belajar) yang bervariasi dapat disinergikan dan dikolaborasikan satu sama
lain14
Menurut Silberman banyak strategi yang dapat dilakukan untuk menciptakan
pembelajaran aktif Di antaranya adalah (1) learning starts with question (belajar dimulai
dengan pertanyaan) (2) reading guide (membaca buku petunjuk) (3) Information search
(mencari informasi) (4) Critical incident (kejadian penting) (5) Everyone is teacher here
(setiap orang adalah guru dalam forum ini) (6) Jigsaw learning (pembelajaran ala Jigsaw) (7)
the Power of two (kekuatan berpasangan) (8) snowballing (belajar ala bola salaju) (9)
Brainstorming (curah gagasan) (10) Active debate (debat aktif) (11) Synergic teaching
(pengajaran bersinergi) (12) Role playing (bermain peran) dan (12) Concept mapping (peta
konsep atau pemetaan konsep)15
Selain kelima model tersebut ada pula model quantum learning Model ini pada
mulanya dicetuskan oleh Dr Georgi Lazanov Pembelajaran model ini didasarkan pada prinsip
bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi situasi belajar Melalui suggestology
pemercepatan belajar (accelarated learning) dapat dilakukan dengan dibarengi suasana penuh
kegembiraan Untuk menumbuhkan sugesti belajar positif dapat ditempuh melalui teknik
seperti memberikan kenyamanan meningkatkan partisipasi individu dan menghadirkan seni16
Model ini mensyaratkan lingkungan pembelajaran yang aman nyaman menggembirakan (ada
musiknya ruang belajar yang menarik dilengkapi gambar warna-warni ilustrasi peta dsb)
positif dan dilakukan dengan metode berupa mencontohkan permainan simulasi dan
simbol
3 Pembelajaran Kontekstual
Elaine B Johnson mendeskripsikan Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai
suatu sistem pembelajaran yang didasarkan pada filosofi bahwa pembelajar akan belajar
apabila mereka menemukan makna dalam materi akademispelajaran dan apabila mereka dapat
mengaitkan sebuah informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka
dapatkan sebelumnya Dalam hal ini beliau menyatakan ―The CTL system is an educational
process that aims to help students see meaning in the academic material they are studying by
14
Hisyam Zaini dkk Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi (Yogyakarta CTSD
2002) h xii-xv 15
Mel Silberman manawarkan 101 strategi belajar aktif Penjelasan rincinya lihat Mel
Silberman Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects (Massachusetts A Simon amp
Schuster Company 1996) 16
Bobbi DePotter dan Mike Hernacki Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo
(Bandung Kaifa 1999) h 14-16
8
connecting academic subjects with the context of their daily lives that is with the context of
their personal sosial and cultural circumstances To achieve this aim the system
encompasses certain components17
Pendekatan kontekstual merupakan suatu sistem pembelajaran dalam suatu proses
pendidikan yang bertujuan untuk membantu peserta didik dengan mengaitkan materi pelajaran
dengan situasi dan kondisi personal sosial dan kultural mereka Pengaitan ini tentu saja
dimaksudkan agar materi pembelajaran tidak kehilangan relevansi dengan kehidupan peserta
didik dan perkembangan sosial yang ada
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong
mereka membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari Dengan kata lain CTL merupakan konsep pembelajaran yang
menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta
didik secara nyata sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan
kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari18
Asumsinya adalah bahwa jika peserta
didik kembali ke masyarakat maka ia dapat menjadikan apa yang pernah diperolehnya dalam
proses pembelajaran sebagai bekal dan keterampilan hidupnya
Johnson menyebutkan adanya delapan komponen yang tercakup dalam sistem
pendidikan yang menggunakan pendekatan kontekstual atau CTL Kedelapan komponen
tersebut adalah (1) making meaningfull connections atau membuat kaitan yang bermakna (2)
doing significant work atau melakukan karya yang berarti (3) self-regulated learning atau
belajar dengan kontrol pribadi (4) collaborating atau bekerjasama (5) critical and creative
thinking atau berpikir kritis dan kreatif (6) nurturing the individual atau memupuk bakat
individu (7) reaching high standard atau mencapai standar yang cukup tinggi serta (8) using
authentic assessment atau menggunakan penilaian sebenarnya19
Sementara itu tim C-Star dari University of Washington memiliki pendapat serupa
meskipun beberapa dengan istilah yang sedikit berbeda dari yang dikemukakan oleh Johson
tersebut Tim ini menyebutkan adanya tujuh komponen utama CTL yang apabila diterapkan
ketujuhnya maka sebuah kelas dapat dikatakan menggunakan pendekatan CTL Ketujuh
komponen tersebut adalah (1) konstruktivisme (constructivism) (2) menemukan (inquiry) (3)
bertanya (questioning) (4) masyarakat belajar (learning community) (5) pemodelan
17
Elaine B Johnson Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos Here to Stay
(Thousand Oaks Corwin Press Inc 2002) p 25 18
E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 102 19
Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24
9
(modeling) (6) refleksi (reflection) serta (7) penilaian yang sebenarnya (authentic
assessment)20
Komponen pertama konstruktivisme (constructivism) merupakan pemikiran filosofis
yang mengasumsikan bahwa pengetahuan diperoleh dan dibangun manusia sedikit demi
sedikit kemudian hasilnya diperluas atau diperdalam melalui konteks yang terbatas dan
bukannya terjadi secara tiba-tiba (in a sudden) Sedangkan Menemukan (Inquiry) merupakan
suatu siklus pemerolehan pengetahuan yang terdiri dari langkah-langkah observasi bertanya
mengajukan dugaan pengumpulan data dan penyimpulan Bertanya (Questioning)
merupakan strategi utama yang bagi guru merupakan kegiatan untuk mendorong
membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa sementara bagi siswa bertanya
merupakan bagian penting untuk menggali informasi mengkonfirmasi pengetahuan dan
mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui
Komponen keempat adalah Masyarakat Belajar (Learning Community) yakni situasi
yang diciptakan berdasarkan konsep yang menyarankan agar proses dan hasil pembelajaran
diperoleh dari bekerjasama (collaborating) dengan orang lain baik itu kerjasama siswa-siswa
siswa-pengajar maupun siswa-ahli Dalam Pemodelan (Modeling) pengajar (meskipun
kadang melibatkan siswa) memberi contoh mempresentasikan atau mendemonstrasikan
tentang cara bekerja sesuatu sebelum siswa mengerjakan tugas Sedangkan Refleksi
(Reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang
(thinking back) tentang hal-hal yang sudah kita lakukan di masa lalu Refleksi merupakan
respon terhadap kejadian aktifitas maupun pengetahuan yang baru diterima Adapun
Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) adalah proses pengumpulan berbagai data
yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa yang diperoleh dari kegiatan
nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran
Pendekatan kontekstual merupakan pilihan strategi pembelajaran yang berpihak pada
dan memberdayakan siswa CTL memungkinkan proses belajar yang tenang dan
menyenangkan karena pembelajaran dilakukan secara alamiah sehingga peserta didik dapat
mempraktikkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya Pembelajaran kontekstual
mendorong peserta didik memahami hakekat makna dan manfaat belajar sehingga
memungkinkan rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar bahkan kecanduan belajar21
Dalam pembelajaran kontekstual tugas gurudosen adalah memberikan kemudahan
belajar kepada peserta didik dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang
memadai Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan tetapi
juga mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
20
Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24 21
E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 103
10
belajar Lingkungan belajar yang kondusif sangat menunjang pembelajaran kontekstual dan
keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan
Signifikansi lingkungan pembelajaran tampak pada hal-hal berikut (a) belajar efektif itu
dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik (b) pembelajaran harus
berpusat pada ˝bagaimana cara― peserta didik menggunakan pengetahuan baru mereka
Strategi belajar lebih dipentingkan daripada hasilnya dan (c) umpan balik sangat penting bagi
peserta didik yang berasal dari proses penilaian (assessment) yang benar dan (d)
menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting22
Jadi
kontekstualisasi pembelajaran diorientasikan kepada pemandirian peserta didik dalam
mengembangkan kompetensi dan kemampuannya untuk memecahkan masalah Belajar
memecahkan masalah mendorong peserta didik untuk mencari informasi atau melakukan
investigasi
4 Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif mengharuskan tenaga pendidik dapat memunculkan kreativitas
peserta didik dalam kelas baik kreativitas berpikir maupun kreativitas dalam melakukan
sesuatu Kreativitas berpikir merupakan kemampuan imajinatif tetapi rasional Berpikir kreatif
berawal dari berpikir kritis yaitu menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya belum
ada atau memperbaiki seseuatu yang sebelumnya tidak baik23
Pembelajaran kreatif adalah
pembelajaran yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas dengan cara memanfaatkan
segenap potensi dan multi-kecerdasan yang dimiliki peserta didik secara maksimal Secara
implisit pembelajaran ini mengandung muatan baru yang disesuaikan dengan keadaan
terutama dalam penyajiannya yang lebih inovatif
Bila di dalam ruangan kelas tidak tersedia fasilitas pembelajaran yang memadai guru
bisa memanfaatkan fasilitas yang ada termasuk mengeksploitasi secara maksimal alam
lingkungan di sekitarnya Dengan demikian pembelajaran ini mampu beradaptasi dengan
berbagai macam situasi dan keadaan sehingga bisa dilakukan di mana dan kapan saja
Karakter pembelajaran kreatif itu sangat fleksibel dan bergantung pada guru sang
kreator Ini menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut akan dapat disajikan oleh guru-guru
yang memiliki kreativitas tinggi Unsur kreativitas yang dipertaruhkan di sini pada dasarnya
dimiliki oleh setiap orang Orang-orang yang memiliki kreativitas tinggi biasanya dapat
memelihara unsur tersebut dengan baik begitu pun sebaliknya Pembelajaran kreatif dapat
dikembangkan melalui empat tahap Keempat tahap ini oleh Daniel Goleman disebut anatomi
22
Nurhadi Pendekatan Kontekstual (Malang Universitas Negeri Malang 2002) Cet I h 4 23
Abdul Rahman Shaleh Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta
Rajawali Pers 2005) Cet I h 158
11
momen kreatif24
Tahap pertama adalah persiapan yaitu proses pengumpulan berbagai
informasi untuk diuji Dalam tahap ini otak mengumpulkan informasi dan data yang berfungsi
sebagai dasar atau riset untuk karya kreatif yang sedang terjadi Pengalaman hidup turut
menyumbang proses persiapan menjadi kreatif
Kedua inkubasi (disebut juga tahap istirahat) yaitu suatu rentang waktu untuk
merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai memperoleh keyakinan bahwa hipotesis
tersebut rasional Hal ini antara lain dapat diperkuat dengan intuisi dan suara hati nurani
Dalam proses mengaitkan ide pikiran sebenarnya juga melakukan berbagai proses yaitu
menjajarkan memadukan memilah mengitari dan membayangkan ide
Ketiga illuminasi (pencerahan) Pengendapan informasi dan ―lamunan bahkan intuisi
akan membawa kepada pencerahan ketika secara seketika jawaban yang dicari datang
menemui pembelajar tanpa diketahui sumbernya Inilah tahapan yang biasanya memperoleh
limpahan perhatian Pembelajar mendapat inspirasi dan motivasi untuk menjawab tantangan
kreatif yang dihadapi25
Tahap lanjutannya adalah penerjemahan ketika pembelajar mengubah
wawasan menjadi tindakan
Keempat tahap pembuktianpelaksanaan (verifikasi) yaitu pengujian kembali hasil
hipotesis tersebut untuk dijadikan sebagai sebuah rekomendasi Dalam tahap ini ada gagasan
berhasil dengan cepat sedang yang lain perlu waktu berbulan-bulan atau bahkan tahunan
Kemampuan dan keterampilan berpikir dibarengi hasrat kuat dan rasa gembira memainkan
peran penting dalam aktualisasi kreativitas
Selain itu Teresa M Amabile berpendapat bahwa proses pembelajaran kreatif itu
melalui lima tahap dan diibaratkan seperti orang membuat sop Kelima tahap dimaksud adalah
(1) tahap presentasi masalah (pembelajar menyadari adanya suatu masalah yang harus
dipelajari dan dicarikan solusinya (2) tahap persiapan (menyiapkan diri untuk belajar
menelaah bacaan yang relevan dengan masalah) (3) tahap penyimpulan gagasan (hasil
pembacaan biasa melahirkan gagasan sehingga ada titik simpul yang dapat dijadikan sebagai
inspirasi dan media pemecahan masalah (4) tahap validasi (aktualisasi gagasan dalam bentuk
tindakan dan karya kreatif) dan (5) tahap pengukuran hasil (evaluasi)26
Adapun strategi pembelajaran kreatif adalah (1) menyatu dengan masyarakat luas
termasuk berkolega dengan ilmuwan (2) merancang lingkungan yang bernilai tambah seperti
musik pencahayaan aroma warna yang indah dan menarik (3) mengembara keluar dari dunia
24
Daniel Goleman The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah Tempat Kerja
dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo (Bandung MLC 2005) Cet I h
30-37 25 Ayan Jordan E Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Yoour Creative Spirit and
Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan (Bandung Kaifa 2003) Cet V h 56 26
Lihat Teresa M Amabile Growing up Creative (New York Pinguin 1998)
12
sempit dengan belajar menemukan sudut pandang baru dan perenungan pribadi (4) menyulut
inspirasi dari permainan dan humor termasuk olah raga (5) mengembangkan daya pikir
dengan membaca kreatif menjelajahi toko buku dan dunia maya (6) menggemari kesenian
dan memaknai musik dalam jiwa kreatif (7) menggeluti teknologi (8) menghadapi tantangan
dengan teknik berpikir ampuh (9) membebaskan alam kesadaran lain dengan
memvisualisasikan tantangan kreatif dan (10) menyatu dengan jiwa kreatif termasuk di dalam
berdolsquoa dan bermeditasi27
D Strategi Aplikasi CCTL dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Berdasarkan ulasan teoritik tersebut setidaknya ada 10 strategi atau langkah CCTL
yang perlu dipenuhi ketika diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa Arab Kesepuluh syarat
dan rukun dimaksud adalah (1) perumusan visi misi dan orientasi pembelajaran bahasa Arab
(2) desain rencana dan kontrak pembelajaran bahasa Arab (3) pendekatan dan strategi
pembelajaran kontekstual dan kreatif (4) penciptaan suasana pembelajaran yang religius
nyaman menyenangkan dan partisipatoris (5) pengembangan sikap positif dan berpikir
kreatif (6) optimalisasi multi-intelegensi dalam proses pembelajaran bahasa Arab (7)
pengembangan minat dan tradisi membaca meneliti dan menulis dengan bahasa Arab (8)
kontekstualisasi substansi pembelajaran dengan masalah-masalah sosial yang aktual dalam
kehidupan siswamahasiswa (9) optimalisasi pendayagunaan media dan teknologi pendidikan
dan (10) penciptaan sistem evaluasi pembelajaran yang kreatif dan efektif28
Oleh karena itu pembelajaran kontekstual dan kreatif dapat diorientasikan kepada
sebuah visi misi dan orientasi pembelajaran itu sendiri yaitu misalnya mendayagunakan
bahasa Arab secara optimal dalam pemahaman sumber-sumber ajaran Islam Dapat juga
dirumuskan ―Belajar bahasa Arab komunikatif sebagai media untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi Karenanya pembelajar yang kreatif akan berpikir bagaimana
memahami dan menguasai bahasa Arab ndashminimal pasifmdash dengan baik Bagaimana bahasa
Arab yang sudah dipahami itu dapat diaplikasikan dalam pemahaman literatur keislaman yang
berbahasa Arab dan juga menulis karya dalam bahasa Arab Bagaimana wujud pemahaman itu
dapat diaktualisasikan dalam bentuk produk pemikiran Bagaimana produk pemikiran itu
dapat dikembangkan dan dimasyarakatkan dan seterusnya Jadi pembelajaran kontekstual
27
Muhammad Fauzicirc Abd al-Maqshucircd al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah Muawwiqacirct wa
Acircliyacirct al-Muwacircjahah (Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah 2004) h 28
Kesepuluh ―syarat dan rukun tersebut diabstraksikan dari pemaduan model pembelajaran
kontekstual dan kreatif dan juga diperkuat dengan teori-teori linguistik dan psikologi belajar
Mengenai teori-teori dimaksud lihat Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm al-Ushailicirc al-Nazhariyyacirct al-
Lughawiyyah wa al-Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah (Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah 1999)
13
dan kreatif menghendaki adanya sense of creativity and making contextuality kedalaman dan
kontekstualitas dalam berpikir dan berkarya sehingga suatu persoalan dapat dipecahkan secara
tuntas dan kreatif
Strategi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dilakukan
melalui tiga tahap ndashmeminjam teori Tammacircm Hassacircn yaitu tahap tarsquoacircrruf (pengenalan)
tahap isticircrsquoacircb (pemahaman) dan istimtacircrsquo (apresiasi dan penikmatan)29
Pada tahap pertama
pembelajaran bahasa Arab baru merupakan pengenalan unsur-unsur bahasa Arab seperti
simbol bunyi morfem kosa kata frase dan struktur dasar bahasa Arab Pada tahap kedua
pembelajaran bahasa Arab diorientasikan kepada pemahaman terhadap hubungan antara
berbagai unsur bahasa Arab perbedaan penggunaan unsur-unsur itu dalam struktur kalimat
sehingga pembelajar bahasa Arab dapat membedakan berbagai bentuk kalimat Sedangkan
tahap ketiga pembelajaran bahasa Arab diarahkan untuk bisa mengapresiasi dan menikmati
struktur dan sistem bahasa Arab
Pembelajaran bahasa Arab tidak berada dalam ruang konteks dan orientasi yang
kering Bahasa Arab sebagai media komunikasi aktif maupun alat untuk memahami teks perlu
ditunjukkan fungsi-fungsinya secara optimal sehingga nilai dan signifikansi belajara bahasa
Arab itu tidak sia-sia belaka Jadi pada tahap awal diperlukan upaya-upaya pencitraan dan
pemberian kesan positif mengenai belajar bahasa Arab kepada para peserta didik Pencitraan
dan pengesanan positif ini menjadi titik tolak yang dapat menentukan perjalanan pembelajaran
bahasa Arab berikut Pengalaman menunjukkan bahwa sebelum belajar bahasa Arab sebagian
besar peserta didik sudah memiliki kesan dan citra kurang positif terhadap bahasa Arab
sehingga ―sugesti negatif ini menjadi hambatan psikologis awal yang dapat mengurangi
motivasi mereka dalam belajar bahasa Arab30
Pada tahap berikutnya penguatan motivasi dan orientasi belajar bahasa Arab perlu
dilakukan Pengamatan penulis menunjukkan bahwa para pembelajar bahasa Arab kebanyakan
posisinya seperti ―muallaf miskin bukan ―muallaf kaya Sebagai ―muallaf miskin dalam
belajar bahasa Arab ia perlu dibimbing dikuatkan hati keimanan dan kesabarannya Belajar
bahasa Arab perlu dikaitkan dengan kebutuhan dan tuntutan nyata peserta
Selain itu model CCTL dapat diaplikasikan dalam bentuk pembelajaran bahasa Arab
yang berbasis fungsi dan karakteristik bahasa Arab itu sendiri Misalnya saja fungsi bahasa
Arab sebagai instrumental function (al-wazhicircfah al-nafrsquoiyyah) dan interactional function (al-
29
Tammacircm Hassacircn al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna Bihacirc
(Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Quracirc 1984) h 7-8 30
Hasil dari berbagai diskusi di lingkungan dosen PBA FITK UIN Jakarta meneguhkan bahwa
belajar bahasa Arab tidak cukup hanya dengan motivasi religius (bahwa bahasa Arab itu bahasa
Alquran hadis Nabi bahasa salat doa dan sebagainya) tetapi juga motivasi praktis-pragmatis dan
akademis (misalnya banyak pakar bahasa Arab yang mampu memanfaatkan berbagai peluang
ekonomi memiliki kehidupan sosial ekonomi yang sejahtera dan sebagainya)
14
wazhicircfah al-tafacircrsquouliyyah)31
dalam kehidupan sehari-hari siswamahasiswa Dalam hal ini guru
bahasa Arab perlu mendesain materi pembelajarannya membuat para siswa dapat
menggunakan bahasa itu untuk memenuhi kebutuhannya seperti berkenalan menanyakan
alamat membeli sesuatu sehingga proses pembelajaran harus komunikatif Selain dituntut
memiliki kompetensi berbahasa aktif gurudosen juga proaktif dalam memfasilitasi dan
memotivasi siswamahasiswa untuk mau berkomunikasi menggunakan bahasa Arab secara
aktif betapun masih terjadi kesalahan berbahasa Dengan kata lain proses pembelajaran
bahasa Arab yang berorientasi komunikatif perlu memperhatikan konteks kebutuhan dan
lingkungan siswa sehingga dalam diri siswa tumbuh ―komitmen dan ―perasaan memerlukan
untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab
Bahasa Arab memiliki banyak karakteristik yang ndashboleh jadimdash tidak dimiliki oleh
bahasa lain Misalnya saja bahasa Arab itu lughat al-irsquoracircb wa al-isytiqacircq (bahasa irsquoracircb dan
derivasi)32
Jika guru memiliki visi bahwa pembelajaran bahasa Arab itu tidak identik dengan
pembelajaran nahwu lebih-lebih irsquoracircb maka bahasa Arab yang diajarkan semestinya tidak
sekedar membaca dan mengirsquorab Irsquoracircb hanyalah salah satu fenomena kebahasaan yang harus
dikaitkan dengan proses pemaknaan struktur kalimat Jadi konteks pembelajaran nahwu bukan
untuk menjelaskan mawacircqirsquo irsquoracircb itu sendiri melainkan untuk memahami dan memaknai
struktur kalimat
Bahasa Arab sebagai bahasa yang sangat kaya derivasi menuntut guru untuk kreatif
dalam memperkenalkan bentuk-bentuk dan perubahan kata berikut implikasi semantiknya
Tentu saja pengenalan tashricircf itu tidak harus melalui hafalan seperti yang dilakukan di
beberapa pesantren tetapi lebih produktif dan konstruktif jika dilakukan melalui intensifikasi
tadricircbat (latihan-latihan) terutama latihan berpola terstruktur dan kontekstual (diletakkan
dalam konteksnya yang tepat) Misalnya saja ketika gurudosen memperkenalkan bentuk
mashdar yang berwazan mufacircrsquoalah dan firsquoacircl maka sebaiknya dikenalkan bentuk kata lain
yang familiar dan fungsional dalam kalimat yang tepat misalnya
الشبهاتو يقوم الصائمون بمجاىدة النفس بامتثال األوامر واجتناب النواىي 1 الجهاد في سبيل اهلل ركن من أركان اإلسالم الستة عند الشيعة 2
Selain itu strategi lain yang dapat diaplikasikan adalah mendekatkan siswa atau
mahasiswa dengan penggunaan bahasa Arab yang riil lengkap dengan konteksnya tidak
31
Setidaknya ada tujuh fungsi utama bahasa yaitu instrumental function regulatory function
interactional function personal function heuristic function (al-wazhicircfah al-iktisyacircfiyyah)
imafinative function dan representational function (al-wazhicircfah al-bayacircniyyah) Lihat Rusydicirc Ahmad
Thulsquoaimah Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclicircbuhucirc
(Rabacircth Isisco 1989) h 119-120 32
Nacircyif Mahmucircd Malsquorucircf Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc (Beirut Dacircr al-
Nafacirclsquois 1998) Cet V h 43-45
15
berupa realitas bahasa Arab buatan Hal ini dimaksudkan agar siswamahasiswa langsung
dapat memahami penggunaan bahasa Arab itu sebagaimana mestinya dan sekaligus dapat
mengetahui konteksnya Sebagai contoh ketika mengajarkan ungkapan-ungkapan tertentu
dalam menulis (insyacircrsquo) guru perlu langsung merujuk kepada apa yang familiar digunakan oleh
orang Arab Dalam hal ini koran majalah dan buku-buku bahasa Arab standar (fushhacirc) dapat
dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran Misalnya saja tenaga pendidik
(gurudosen) membelajarkan informasi (dan istilah) tentang keadaan cuaca maka gambar
berikut dapat langsung menjadi sumber belajar yang kontekstual
CCTL dalam proses pembelajaran juga menghendaki adanya proses dan produk belajar
yang baik dan berguna bagi semua baik dalam bentuk kompetensi berbahasa Arab aktif
maupun karya-karya mulai dari ―kamus mini kumpulan ungkapan surat-surat dalam bahasa
Arab dan sebagainya Karena itu porsi praktik dan latihan dalam proses pembelajaran bahasa
Arab harus lebih ditingkatkan Latihan yang dikembangkan juga sebaiknya variatif dan
mengandung unsur ―games atau alrsquoacircb lughawiyyah Desain latihan media dan games ini
masih menjadi tantangan dan PR bagi kita semua
Selain itu sejak dini tenaga pendidik harus mulai mengasah kepekaannya terhadap
masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab33
Penentuan
masalah sebagai basis proses pembelajaran bahasa Arab misalnya adanya kesulitan
membedakan antara jumlah firsquoliyyah dan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa firsquol perlu
mendapat perhatian tersendiri dari tenaga pendidik dalam mengaplikasikan CCTL Jika tenaga
pendidik dapat mengetahui akar masalahnya misalnya mubtadarsquo (subyek) yang berupa jamak
khabar yang berupa firsquol itu harus jamak sementara pada jumlah firsquoliyyah tidak jamak maka
yang diperlukan adalah tadricircbacirct penggunaan dua jenis kalimat itu secara bergradasi sambil
memperkenalkan kaedahnya secara sederhana Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana
33
Lihat Tammacircm Hassacircn Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I (Kairo Acirclam al-Kutub
2006) Cet I h 34
16
pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah
dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan
dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau
majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah
E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL
Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab
ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-
linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu
1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa
Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam
mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang
profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa
Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik
untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan
dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas
belajar yang kontektual dan menyenangkan
2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab
keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang
menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan
(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa
butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai
3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran
bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)
Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan
sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang
kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk
memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya
sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional
4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga
pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan
berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan
hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini
adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin
untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta
17
didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya
dalam mempraktikkan bahasa Arab34
5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa
Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa
dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap
pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini
berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai
macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris
misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada
Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia
Mesir Syria dan sebagainya
6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku
bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur
tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih
mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur
Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan
―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada
pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi
akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan
penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku
(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya
7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari
dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung
kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada
umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan
daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin
berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja
keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi
pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau
belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa
Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke
arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola
atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya
34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab
―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab
dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta
Desember 2005
18
F Penutup
Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan
masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa
pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak
semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa
Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan
atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu
dicarikan solusinya secara lebih dini
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam
pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya
tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang
jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam
pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula
penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi
pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki
kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan
kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi
bahasa Arab yang efektif
Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang
mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber
lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua
pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga
pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa
asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan
Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di
Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab
yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang
dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada
konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif
senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam
mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk
dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif
model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb
19
Daftar Pustaka
Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah
Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah
Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam
Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika
Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember
2005
Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative
Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa
Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group
of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7
DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari
Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa
Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka
Cipta
Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson
Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah
Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo
Bandung MLC
Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-
Mishriyyah
Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I
Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura
Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-
Kutub
Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos
Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc
Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo
Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc
Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois
Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002
Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang
Depdiknas
Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara
Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II
Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa
Jakarta Rajawali Pers 2005
Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A
Simon amp Schuster Company
Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam
Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta
No 9 Oktober 2002
Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin
20
Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco
Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-
Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah
Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi
Yogyakarta CTSD
4
Behaviorisme mendefinisikan belajar sebagai proses pemberian respon terhadap
stimulus Sementara Morgan (1978) menyatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang
relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman
Belajar berarti mendayagunakan potensi (fisik intelektual emosional moral dan spiritual)
menuju suatu pemahaman dan perubahan sikap perilaku dan kepribadian4
Belajar merupakan kegiatan aktif peserta didik dalam membangun makna atau
pemahaman Karena itu belajar harus bermakna dan memberikan peningkatan pemahaman
peserta didik terhadap apa yang dipelajarinya Ada beberapa prinsip yang dapat dijadikan
sebagai pedoman dalam belajar yang bermakna yaitu (1) berpusat kepada peserta didik (2)
belajar dengan melakukan (learning by doing) (3) mengembangkan kemampuan sosial (4)
mengembangkan keingintahuan (curiosity) imajinasi dan fitrah bertuhan (5)
mengembangkan keterampilan dalam pemecahan masalah (6) mengembangkan kreativitas
peserta didik (7) mengembangkan kemampuan dalam menggunakan ilmu pengetahuan dan
teknologi (8) menumbuhkan kesadaran kebangsaan sebagai warga negara yang baik (9)
belajar sepanjang hayat dan (10) perpaduan kompetisi kerjasama dan solidaritas5
Robert M Gagne membedakan pola-pola belajar ke delapan tipe di mana yang satu
merupakan prasyarat bagi lainnya Delapan tipe belajar dimaksud adalah (1) belajar isyarat
(signal learning) (2) belajar stimulus-respon (stimulus-response learning) (3) perangkaian
(chaining) (4) asosiasi verbal (verbal association) (5) belajar diskriminasi (discrimination
learning) (6) belajar konsep (concept learning) (7) belajar aturan (rule learning) dan (8)
pemecahan masalah (problem solving)6 Kedelapan pola belajar ini menunjukkan hirarki
perkembangan psikologis mental intelektual dan sosial pembelajar
Pembelajaran tidak sama dengan pelatihan dan pengajaran karena pembelajaran
merupakan proses menjadi sedangkan pelatihan belajar melakukan dan pengajaran adalah
belajar mengetahui Tujuan pembelajaran adalah membentuk watak mendewasakan penalaran
dan pemikiran memandirikan sikap memerdekakan dan memberdayakan sementara tujuan
pelatihan adalah membentuk perilaku dan menerampilkan sedangkan tujuan pengajaran
adalah membentuk konsep dan mentransfer ilmu7 Pembelajaran merupakan upaya sistematis
dalam mengoptimalkan potensi manusia baik aspek kognitif afektif maupun psikomotorik
sosial dan spiritualnya sehingga peserta menjadi manusia dewasa dan memiliki integritas
keilmuan maupun moral
4 Ahmad Zakicirc Shacirclih lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc hellip h 380
5 Puskur Balitbang Depdiknas Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar (Jakarta Balitbang Depdiknas
2002) h 1-3 6 Saeful Bahri Djamarah dan Aswan Zain Strategi Belajar Mengajar (Jakarta Rineka Cipta 2002 dan
Robert M Gagne Condition of Learning (New York Holt Rinehart and Winson 1989) 7 Andreas Harefa Pembelajaran di Era Serba Otonomi (Jakarta Harian Kompas 2001) Cet I h 63-64
5
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan
sebuah proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang bertujuan untuk
pembentukan kepribadian dan kompetensi peserta didik sehingga memiliki kemampuan untuk
melakukan perubahan dan peningkatan kualitas hidup Pembelajaran tidak sekedar transfer
pengetahuan atau informasi melainkan juga penanaman nilai pembentukan sikap positif dan
penerampilan kecakapan-kecakapan profesional untuk kepentingan hidupnya (life skill) serta
kedewasaan berperilaku
2 Model Pembelajaran
Ernest Chang dan Don Simpson menawarkan model pembelajaran the circle of learning
individual and group process Model ini merupakan pengembangan dari model pembelajaran
tradisional yang lebih banyak menekankan pada tanggung jawab individual dalam proses
pembelajaran Pembelajaran dapat berlangsung tidak hanya tanggung jawab individual akan
tetapi dapat berbentuk kolaboratif melalui proses kehidupan kelompok Model ini
mendasarkan pada paradigma hubungan antara aktivitas dan orientasi Dalam proses
pembelajaran ada dua dimensi yaitu aktivitas pembelajaran dan orientasi proses Dari dimensi
aktivitas pembelajaran ada aktivitas yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan ada aktivitas yang
harus dilakukan bersama kelompok sebaya Dari dimensi orientasi proses ada proses
pembelajaran individu sebagai fokus dan ada proses pembelajaran kelompok sebagai fokus8
Hubungan dua dimensi itu menghasilkan lima pola atau model pembelajaran yaitu (1)
ceramah tradisional (traditional lectures) (2) belajar mandiri (self study) (3) pembelajaran
berbarengan (concurrent learning) (4) pembelajaran kolaboratif (collaborative learning) dan
(5) pembelajaran aktif (active learning)9 Masing-masing memiliki karakteristik dan pola
tersendiri
Pertama model pembelajaran dengan ceramah Strategi pembelajaran dengan model
ceramah bercirikan (1) mendengarkan penjelasan pengajar (2) kegiatan dan lingkungan
dikendalikan oleh pengajar (3) pengetahuan yang diperoleh tergantung pada penangkapan
pembicaraan pengajar (4) sedikit dukungan teknologi dan (5) berlangsung dalam suasana
otoriter Model ini dinilai sangat tradisional karena pembelajaran berpusat pada satu sumber
yaitu pengajar10
Model ini kurang memberdayakan kompetensi pembelajar karena gurudosen
masih terlalu ―dominan sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan sementara peserta
8 Lihat Ernest Chang amp Don Simpson ―The Circle of Learning Individual and Group of
Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7 1997 9 Ernest Chang amp Don Simpson ―The Circlehellip ibid
10Lihat Mohammad Surya Tantangan Pembelajaran di Era Millenium dalam Jurnal
Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta No 9 Oktober 2002
6
didik kurang mandiri dalam mencari dan mengembangkan pengetahuannya Peserta didik
kurang dilatih untuk bersikap kritis dan partisipatif dalam belajar
Kedua model belajar mandiri Dalam model ini strategi pembelajaran dilakukan secara
mandiri oleh pembelajar dalam keseluruhan aktivitasnya Ciri-ciri model ini adalah (1)
berfokus pada pemikiran sendiri (2) prosesnya diarahkan sendiri (3) isi pengetahuan berupa
refleksi dan integrasi (4) menggunakan multimedia (5) penghargaan diri secara otonom
Model ini menuntut disiplin diri yang kuat dari pembelajar11
Motivasi pembelajar harus kuat
dan stabil agar pencapaian tujuan pembelajaran optimal
Ketiga model pembelajaran berbarengan Pembelajaran dengan model ini pada dasarnya
dilakukan atas tanggung jawab pembelajar sendiri namun dalam suasana berbarengan dengan
yang lain dan saling berinteraksi Ciri utama model ini adalah (1) dilakukan secara
partisipatif (2) dalam satu forum terbuka (3) dalam suasana saling menghargai (4) perspektif
terhadap materi dapat berbeda-beda (5) suasana demokratis dan didukung oleh teknologi
informasi12
Model pembelajaran ini memungkinkan peserta didik untuk terampil
mengekspresikan pendapatnya dan mempunyai sikap toleran dalam perbedaan pemahaman
dan pendapat
Keempat model pembelajaran kolaboratif Pembelajaran dilakukan dalam bentuk
kolaboratif (kerja sama) antar pembelajar dalam satu tim Karakteristik utama model ini
adalah (1) dilakukan melalui satu bentuk kerja sama (2) untuk mendapatkan konsensus (3)
adanya berbagai pemahaman nilai dan (4) adanya keputusan yang dibuat bersama atas dasar
nilai yang disepakati bersama Model ini cenderung demokratis dan dapat menumbuhkan
kebersamaan13
Hanya saja jika tidak dibimbing dan diarahkan oleh tenaga pendidik yang
profesional model ini akan mengalami disorientasi kehilangan arah dan akibatnya tujuan
pembelajaran tidak tercapai secara optimal
Kelima model pembelajaran aktif (active learning) merupakan model pembelajaran
yang meniscayakan dinamika interaktif antara pembelajar dan gurudosen Pembelajaran aktif
adalah pembelajaran yang mengajak siswamahasiswa untuk belajar secara aktif Ketika
belajar secara aktif berarti siswamahasiswa mendominasi aktivitas pembelajaran Dengan ini
mereka secara aktif menggunakan otak baik untuk menemukan ide pokok dari materi kuliah
memecahkan persoalan atau mengaplikasikan hal baru yang mereka pelajari ke dalam suatu
persoalan yang ada dalam kehidupan nyata Belajar aktif sangat dibutuhkan oleh
siswamahasiswa untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal
11
Mohammad Surya Tantanganhellip ibid 12
Mohammad Surya Tantanganhellip ibid 13
Mohammad Surya Tantanganhellip Bandingkan dengan Anita Lie Cooperative Learning
Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas (Jakarta Grasindo 2002)
7
Belajar aktif adalah suatu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian
menyimpannya dalam otak Belajar aktif memungkinkan siswamahasiswa yang memiliki
learning style (gaya belajar) yang bervariasi dapat disinergikan dan dikolaborasikan satu sama
lain14
Menurut Silberman banyak strategi yang dapat dilakukan untuk menciptakan
pembelajaran aktif Di antaranya adalah (1) learning starts with question (belajar dimulai
dengan pertanyaan) (2) reading guide (membaca buku petunjuk) (3) Information search
(mencari informasi) (4) Critical incident (kejadian penting) (5) Everyone is teacher here
(setiap orang adalah guru dalam forum ini) (6) Jigsaw learning (pembelajaran ala Jigsaw) (7)
the Power of two (kekuatan berpasangan) (8) snowballing (belajar ala bola salaju) (9)
Brainstorming (curah gagasan) (10) Active debate (debat aktif) (11) Synergic teaching
(pengajaran bersinergi) (12) Role playing (bermain peran) dan (12) Concept mapping (peta
konsep atau pemetaan konsep)15
Selain kelima model tersebut ada pula model quantum learning Model ini pada
mulanya dicetuskan oleh Dr Georgi Lazanov Pembelajaran model ini didasarkan pada prinsip
bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi situasi belajar Melalui suggestology
pemercepatan belajar (accelarated learning) dapat dilakukan dengan dibarengi suasana penuh
kegembiraan Untuk menumbuhkan sugesti belajar positif dapat ditempuh melalui teknik
seperti memberikan kenyamanan meningkatkan partisipasi individu dan menghadirkan seni16
Model ini mensyaratkan lingkungan pembelajaran yang aman nyaman menggembirakan (ada
musiknya ruang belajar yang menarik dilengkapi gambar warna-warni ilustrasi peta dsb)
positif dan dilakukan dengan metode berupa mencontohkan permainan simulasi dan
simbol
3 Pembelajaran Kontekstual
Elaine B Johnson mendeskripsikan Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai
suatu sistem pembelajaran yang didasarkan pada filosofi bahwa pembelajar akan belajar
apabila mereka menemukan makna dalam materi akademispelajaran dan apabila mereka dapat
mengaitkan sebuah informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka
dapatkan sebelumnya Dalam hal ini beliau menyatakan ―The CTL system is an educational
process that aims to help students see meaning in the academic material they are studying by
14
Hisyam Zaini dkk Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi (Yogyakarta CTSD
2002) h xii-xv 15
Mel Silberman manawarkan 101 strategi belajar aktif Penjelasan rincinya lihat Mel
Silberman Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects (Massachusetts A Simon amp
Schuster Company 1996) 16
Bobbi DePotter dan Mike Hernacki Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo
(Bandung Kaifa 1999) h 14-16
8
connecting academic subjects with the context of their daily lives that is with the context of
their personal sosial and cultural circumstances To achieve this aim the system
encompasses certain components17
Pendekatan kontekstual merupakan suatu sistem pembelajaran dalam suatu proses
pendidikan yang bertujuan untuk membantu peserta didik dengan mengaitkan materi pelajaran
dengan situasi dan kondisi personal sosial dan kultural mereka Pengaitan ini tentu saja
dimaksudkan agar materi pembelajaran tidak kehilangan relevansi dengan kehidupan peserta
didik dan perkembangan sosial yang ada
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong
mereka membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari Dengan kata lain CTL merupakan konsep pembelajaran yang
menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta
didik secara nyata sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan
kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari18
Asumsinya adalah bahwa jika peserta
didik kembali ke masyarakat maka ia dapat menjadikan apa yang pernah diperolehnya dalam
proses pembelajaran sebagai bekal dan keterampilan hidupnya
Johnson menyebutkan adanya delapan komponen yang tercakup dalam sistem
pendidikan yang menggunakan pendekatan kontekstual atau CTL Kedelapan komponen
tersebut adalah (1) making meaningfull connections atau membuat kaitan yang bermakna (2)
doing significant work atau melakukan karya yang berarti (3) self-regulated learning atau
belajar dengan kontrol pribadi (4) collaborating atau bekerjasama (5) critical and creative
thinking atau berpikir kritis dan kreatif (6) nurturing the individual atau memupuk bakat
individu (7) reaching high standard atau mencapai standar yang cukup tinggi serta (8) using
authentic assessment atau menggunakan penilaian sebenarnya19
Sementara itu tim C-Star dari University of Washington memiliki pendapat serupa
meskipun beberapa dengan istilah yang sedikit berbeda dari yang dikemukakan oleh Johson
tersebut Tim ini menyebutkan adanya tujuh komponen utama CTL yang apabila diterapkan
ketujuhnya maka sebuah kelas dapat dikatakan menggunakan pendekatan CTL Ketujuh
komponen tersebut adalah (1) konstruktivisme (constructivism) (2) menemukan (inquiry) (3)
bertanya (questioning) (4) masyarakat belajar (learning community) (5) pemodelan
17
Elaine B Johnson Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos Here to Stay
(Thousand Oaks Corwin Press Inc 2002) p 25 18
E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 102 19
Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24
9
(modeling) (6) refleksi (reflection) serta (7) penilaian yang sebenarnya (authentic
assessment)20
Komponen pertama konstruktivisme (constructivism) merupakan pemikiran filosofis
yang mengasumsikan bahwa pengetahuan diperoleh dan dibangun manusia sedikit demi
sedikit kemudian hasilnya diperluas atau diperdalam melalui konteks yang terbatas dan
bukannya terjadi secara tiba-tiba (in a sudden) Sedangkan Menemukan (Inquiry) merupakan
suatu siklus pemerolehan pengetahuan yang terdiri dari langkah-langkah observasi bertanya
mengajukan dugaan pengumpulan data dan penyimpulan Bertanya (Questioning)
merupakan strategi utama yang bagi guru merupakan kegiatan untuk mendorong
membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa sementara bagi siswa bertanya
merupakan bagian penting untuk menggali informasi mengkonfirmasi pengetahuan dan
mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui
Komponen keempat adalah Masyarakat Belajar (Learning Community) yakni situasi
yang diciptakan berdasarkan konsep yang menyarankan agar proses dan hasil pembelajaran
diperoleh dari bekerjasama (collaborating) dengan orang lain baik itu kerjasama siswa-siswa
siswa-pengajar maupun siswa-ahli Dalam Pemodelan (Modeling) pengajar (meskipun
kadang melibatkan siswa) memberi contoh mempresentasikan atau mendemonstrasikan
tentang cara bekerja sesuatu sebelum siswa mengerjakan tugas Sedangkan Refleksi
(Reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang
(thinking back) tentang hal-hal yang sudah kita lakukan di masa lalu Refleksi merupakan
respon terhadap kejadian aktifitas maupun pengetahuan yang baru diterima Adapun
Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) adalah proses pengumpulan berbagai data
yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa yang diperoleh dari kegiatan
nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran
Pendekatan kontekstual merupakan pilihan strategi pembelajaran yang berpihak pada
dan memberdayakan siswa CTL memungkinkan proses belajar yang tenang dan
menyenangkan karena pembelajaran dilakukan secara alamiah sehingga peserta didik dapat
mempraktikkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya Pembelajaran kontekstual
mendorong peserta didik memahami hakekat makna dan manfaat belajar sehingga
memungkinkan rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar bahkan kecanduan belajar21
Dalam pembelajaran kontekstual tugas gurudosen adalah memberikan kemudahan
belajar kepada peserta didik dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang
memadai Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan tetapi
juga mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
20
Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24 21
E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 103
10
belajar Lingkungan belajar yang kondusif sangat menunjang pembelajaran kontekstual dan
keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan
Signifikansi lingkungan pembelajaran tampak pada hal-hal berikut (a) belajar efektif itu
dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik (b) pembelajaran harus
berpusat pada ˝bagaimana cara― peserta didik menggunakan pengetahuan baru mereka
Strategi belajar lebih dipentingkan daripada hasilnya dan (c) umpan balik sangat penting bagi
peserta didik yang berasal dari proses penilaian (assessment) yang benar dan (d)
menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting22
Jadi
kontekstualisasi pembelajaran diorientasikan kepada pemandirian peserta didik dalam
mengembangkan kompetensi dan kemampuannya untuk memecahkan masalah Belajar
memecahkan masalah mendorong peserta didik untuk mencari informasi atau melakukan
investigasi
4 Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif mengharuskan tenaga pendidik dapat memunculkan kreativitas
peserta didik dalam kelas baik kreativitas berpikir maupun kreativitas dalam melakukan
sesuatu Kreativitas berpikir merupakan kemampuan imajinatif tetapi rasional Berpikir kreatif
berawal dari berpikir kritis yaitu menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya belum
ada atau memperbaiki seseuatu yang sebelumnya tidak baik23
Pembelajaran kreatif adalah
pembelajaran yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas dengan cara memanfaatkan
segenap potensi dan multi-kecerdasan yang dimiliki peserta didik secara maksimal Secara
implisit pembelajaran ini mengandung muatan baru yang disesuaikan dengan keadaan
terutama dalam penyajiannya yang lebih inovatif
Bila di dalam ruangan kelas tidak tersedia fasilitas pembelajaran yang memadai guru
bisa memanfaatkan fasilitas yang ada termasuk mengeksploitasi secara maksimal alam
lingkungan di sekitarnya Dengan demikian pembelajaran ini mampu beradaptasi dengan
berbagai macam situasi dan keadaan sehingga bisa dilakukan di mana dan kapan saja
Karakter pembelajaran kreatif itu sangat fleksibel dan bergantung pada guru sang
kreator Ini menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut akan dapat disajikan oleh guru-guru
yang memiliki kreativitas tinggi Unsur kreativitas yang dipertaruhkan di sini pada dasarnya
dimiliki oleh setiap orang Orang-orang yang memiliki kreativitas tinggi biasanya dapat
memelihara unsur tersebut dengan baik begitu pun sebaliknya Pembelajaran kreatif dapat
dikembangkan melalui empat tahap Keempat tahap ini oleh Daniel Goleman disebut anatomi
22
Nurhadi Pendekatan Kontekstual (Malang Universitas Negeri Malang 2002) Cet I h 4 23
Abdul Rahman Shaleh Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta
Rajawali Pers 2005) Cet I h 158
11
momen kreatif24
Tahap pertama adalah persiapan yaitu proses pengumpulan berbagai
informasi untuk diuji Dalam tahap ini otak mengumpulkan informasi dan data yang berfungsi
sebagai dasar atau riset untuk karya kreatif yang sedang terjadi Pengalaman hidup turut
menyumbang proses persiapan menjadi kreatif
Kedua inkubasi (disebut juga tahap istirahat) yaitu suatu rentang waktu untuk
merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai memperoleh keyakinan bahwa hipotesis
tersebut rasional Hal ini antara lain dapat diperkuat dengan intuisi dan suara hati nurani
Dalam proses mengaitkan ide pikiran sebenarnya juga melakukan berbagai proses yaitu
menjajarkan memadukan memilah mengitari dan membayangkan ide
Ketiga illuminasi (pencerahan) Pengendapan informasi dan ―lamunan bahkan intuisi
akan membawa kepada pencerahan ketika secara seketika jawaban yang dicari datang
menemui pembelajar tanpa diketahui sumbernya Inilah tahapan yang biasanya memperoleh
limpahan perhatian Pembelajar mendapat inspirasi dan motivasi untuk menjawab tantangan
kreatif yang dihadapi25
Tahap lanjutannya adalah penerjemahan ketika pembelajar mengubah
wawasan menjadi tindakan
Keempat tahap pembuktianpelaksanaan (verifikasi) yaitu pengujian kembali hasil
hipotesis tersebut untuk dijadikan sebagai sebuah rekomendasi Dalam tahap ini ada gagasan
berhasil dengan cepat sedang yang lain perlu waktu berbulan-bulan atau bahkan tahunan
Kemampuan dan keterampilan berpikir dibarengi hasrat kuat dan rasa gembira memainkan
peran penting dalam aktualisasi kreativitas
Selain itu Teresa M Amabile berpendapat bahwa proses pembelajaran kreatif itu
melalui lima tahap dan diibaratkan seperti orang membuat sop Kelima tahap dimaksud adalah
(1) tahap presentasi masalah (pembelajar menyadari adanya suatu masalah yang harus
dipelajari dan dicarikan solusinya (2) tahap persiapan (menyiapkan diri untuk belajar
menelaah bacaan yang relevan dengan masalah) (3) tahap penyimpulan gagasan (hasil
pembacaan biasa melahirkan gagasan sehingga ada titik simpul yang dapat dijadikan sebagai
inspirasi dan media pemecahan masalah (4) tahap validasi (aktualisasi gagasan dalam bentuk
tindakan dan karya kreatif) dan (5) tahap pengukuran hasil (evaluasi)26
Adapun strategi pembelajaran kreatif adalah (1) menyatu dengan masyarakat luas
termasuk berkolega dengan ilmuwan (2) merancang lingkungan yang bernilai tambah seperti
musik pencahayaan aroma warna yang indah dan menarik (3) mengembara keluar dari dunia
24
Daniel Goleman The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah Tempat Kerja
dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo (Bandung MLC 2005) Cet I h
30-37 25 Ayan Jordan E Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Yoour Creative Spirit and
Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan (Bandung Kaifa 2003) Cet V h 56 26
Lihat Teresa M Amabile Growing up Creative (New York Pinguin 1998)
12
sempit dengan belajar menemukan sudut pandang baru dan perenungan pribadi (4) menyulut
inspirasi dari permainan dan humor termasuk olah raga (5) mengembangkan daya pikir
dengan membaca kreatif menjelajahi toko buku dan dunia maya (6) menggemari kesenian
dan memaknai musik dalam jiwa kreatif (7) menggeluti teknologi (8) menghadapi tantangan
dengan teknik berpikir ampuh (9) membebaskan alam kesadaran lain dengan
memvisualisasikan tantangan kreatif dan (10) menyatu dengan jiwa kreatif termasuk di dalam
berdolsquoa dan bermeditasi27
D Strategi Aplikasi CCTL dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Berdasarkan ulasan teoritik tersebut setidaknya ada 10 strategi atau langkah CCTL
yang perlu dipenuhi ketika diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa Arab Kesepuluh syarat
dan rukun dimaksud adalah (1) perumusan visi misi dan orientasi pembelajaran bahasa Arab
(2) desain rencana dan kontrak pembelajaran bahasa Arab (3) pendekatan dan strategi
pembelajaran kontekstual dan kreatif (4) penciptaan suasana pembelajaran yang religius
nyaman menyenangkan dan partisipatoris (5) pengembangan sikap positif dan berpikir
kreatif (6) optimalisasi multi-intelegensi dalam proses pembelajaran bahasa Arab (7)
pengembangan minat dan tradisi membaca meneliti dan menulis dengan bahasa Arab (8)
kontekstualisasi substansi pembelajaran dengan masalah-masalah sosial yang aktual dalam
kehidupan siswamahasiswa (9) optimalisasi pendayagunaan media dan teknologi pendidikan
dan (10) penciptaan sistem evaluasi pembelajaran yang kreatif dan efektif28
Oleh karena itu pembelajaran kontekstual dan kreatif dapat diorientasikan kepada
sebuah visi misi dan orientasi pembelajaran itu sendiri yaitu misalnya mendayagunakan
bahasa Arab secara optimal dalam pemahaman sumber-sumber ajaran Islam Dapat juga
dirumuskan ―Belajar bahasa Arab komunikatif sebagai media untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi Karenanya pembelajar yang kreatif akan berpikir bagaimana
memahami dan menguasai bahasa Arab ndashminimal pasifmdash dengan baik Bagaimana bahasa
Arab yang sudah dipahami itu dapat diaplikasikan dalam pemahaman literatur keislaman yang
berbahasa Arab dan juga menulis karya dalam bahasa Arab Bagaimana wujud pemahaman itu
dapat diaktualisasikan dalam bentuk produk pemikiran Bagaimana produk pemikiran itu
dapat dikembangkan dan dimasyarakatkan dan seterusnya Jadi pembelajaran kontekstual
27
Muhammad Fauzicirc Abd al-Maqshucircd al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah Muawwiqacirct wa
Acircliyacirct al-Muwacircjahah (Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah 2004) h 28
Kesepuluh ―syarat dan rukun tersebut diabstraksikan dari pemaduan model pembelajaran
kontekstual dan kreatif dan juga diperkuat dengan teori-teori linguistik dan psikologi belajar
Mengenai teori-teori dimaksud lihat Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm al-Ushailicirc al-Nazhariyyacirct al-
Lughawiyyah wa al-Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah (Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah 1999)
13
dan kreatif menghendaki adanya sense of creativity and making contextuality kedalaman dan
kontekstualitas dalam berpikir dan berkarya sehingga suatu persoalan dapat dipecahkan secara
tuntas dan kreatif
Strategi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dilakukan
melalui tiga tahap ndashmeminjam teori Tammacircm Hassacircn yaitu tahap tarsquoacircrruf (pengenalan)
tahap isticircrsquoacircb (pemahaman) dan istimtacircrsquo (apresiasi dan penikmatan)29
Pada tahap pertama
pembelajaran bahasa Arab baru merupakan pengenalan unsur-unsur bahasa Arab seperti
simbol bunyi morfem kosa kata frase dan struktur dasar bahasa Arab Pada tahap kedua
pembelajaran bahasa Arab diorientasikan kepada pemahaman terhadap hubungan antara
berbagai unsur bahasa Arab perbedaan penggunaan unsur-unsur itu dalam struktur kalimat
sehingga pembelajar bahasa Arab dapat membedakan berbagai bentuk kalimat Sedangkan
tahap ketiga pembelajaran bahasa Arab diarahkan untuk bisa mengapresiasi dan menikmati
struktur dan sistem bahasa Arab
Pembelajaran bahasa Arab tidak berada dalam ruang konteks dan orientasi yang
kering Bahasa Arab sebagai media komunikasi aktif maupun alat untuk memahami teks perlu
ditunjukkan fungsi-fungsinya secara optimal sehingga nilai dan signifikansi belajara bahasa
Arab itu tidak sia-sia belaka Jadi pada tahap awal diperlukan upaya-upaya pencitraan dan
pemberian kesan positif mengenai belajar bahasa Arab kepada para peserta didik Pencitraan
dan pengesanan positif ini menjadi titik tolak yang dapat menentukan perjalanan pembelajaran
bahasa Arab berikut Pengalaman menunjukkan bahwa sebelum belajar bahasa Arab sebagian
besar peserta didik sudah memiliki kesan dan citra kurang positif terhadap bahasa Arab
sehingga ―sugesti negatif ini menjadi hambatan psikologis awal yang dapat mengurangi
motivasi mereka dalam belajar bahasa Arab30
Pada tahap berikutnya penguatan motivasi dan orientasi belajar bahasa Arab perlu
dilakukan Pengamatan penulis menunjukkan bahwa para pembelajar bahasa Arab kebanyakan
posisinya seperti ―muallaf miskin bukan ―muallaf kaya Sebagai ―muallaf miskin dalam
belajar bahasa Arab ia perlu dibimbing dikuatkan hati keimanan dan kesabarannya Belajar
bahasa Arab perlu dikaitkan dengan kebutuhan dan tuntutan nyata peserta
Selain itu model CCTL dapat diaplikasikan dalam bentuk pembelajaran bahasa Arab
yang berbasis fungsi dan karakteristik bahasa Arab itu sendiri Misalnya saja fungsi bahasa
Arab sebagai instrumental function (al-wazhicircfah al-nafrsquoiyyah) dan interactional function (al-
29
Tammacircm Hassacircn al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna Bihacirc
(Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Quracirc 1984) h 7-8 30
Hasil dari berbagai diskusi di lingkungan dosen PBA FITK UIN Jakarta meneguhkan bahwa
belajar bahasa Arab tidak cukup hanya dengan motivasi religius (bahwa bahasa Arab itu bahasa
Alquran hadis Nabi bahasa salat doa dan sebagainya) tetapi juga motivasi praktis-pragmatis dan
akademis (misalnya banyak pakar bahasa Arab yang mampu memanfaatkan berbagai peluang
ekonomi memiliki kehidupan sosial ekonomi yang sejahtera dan sebagainya)
14
wazhicircfah al-tafacircrsquouliyyah)31
dalam kehidupan sehari-hari siswamahasiswa Dalam hal ini guru
bahasa Arab perlu mendesain materi pembelajarannya membuat para siswa dapat
menggunakan bahasa itu untuk memenuhi kebutuhannya seperti berkenalan menanyakan
alamat membeli sesuatu sehingga proses pembelajaran harus komunikatif Selain dituntut
memiliki kompetensi berbahasa aktif gurudosen juga proaktif dalam memfasilitasi dan
memotivasi siswamahasiswa untuk mau berkomunikasi menggunakan bahasa Arab secara
aktif betapun masih terjadi kesalahan berbahasa Dengan kata lain proses pembelajaran
bahasa Arab yang berorientasi komunikatif perlu memperhatikan konteks kebutuhan dan
lingkungan siswa sehingga dalam diri siswa tumbuh ―komitmen dan ―perasaan memerlukan
untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab
Bahasa Arab memiliki banyak karakteristik yang ndashboleh jadimdash tidak dimiliki oleh
bahasa lain Misalnya saja bahasa Arab itu lughat al-irsquoracircb wa al-isytiqacircq (bahasa irsquoracircb dan
derivasi)32
Jika guru memiliki visi bahwa pembelajaran bahasa Arab itu tidak identik dengan
pembelajaran nahwu lebih-lebih irsquoracircb maka bahasa Arab yang diajarkan semestinya tidak
sekedar membaca dan mengirsquorab Irsquoracircb hanyalah salah satu fenomena kebahasaan yang harus
dikaitkan dengan proses pemaknaan struktur kalimat Jadi konteks pembelajaran nahwu bukan
untuk menjelaskan mawacircqirsquo irsquoracircb itu sendiri melainkan untuk memahami dan memaknai
struktur kalimat
Bahasa Arab sebagai bahasa yang sangat kaya derivasi menuntut guru untuk kreatif
dalam memperkenalkan bentuk-bentuk dan perubahan kata berikut implikasi semantiknya
Tentu saja pengenalan tashricircf itu tidak harus melalui hafalan seperti yang dilakukan di
beberapa pesantren tetapi lebih produktif dan konstruktif jika dilakukan melalui intensifikasi
tadricircbat (latihan-latihan) terutama latihan berpola terstruktur dan kontekstual (diletakkan
dalam konteksnya yang tepat) Misalnya saja ketika gurudosen memperkenalkan bentuk
mashdar yang berwazan mufacircrsquoalah dan firsquoacircl maka sebaiknya dikenalkan bentuk kata lain
yang familiar dan fungsional dalam kalimat yang tepat misalnya
الشبهاتو يقوم الصائمون بمجاىدة النفس بامتثال األوامر واجتناب النواىي 1 الجهاد في سبيل اهلل ركن من أركان اإلسالم الستة عند الشيعة 2
Selain itu strategi lain yang dapat diaplikasikan adalah mendekatkan siswa atau
mahasiswa dengan penggunaan bahasa Arab yang riil lengkap dengan konteksnya tidak
31
Setidaknya ada tujuh fungsi utama bahasa yaitu instrumental function regulatory function
interactional function personal function heuristic function (al-wazhicircfah al-iktisyacircfiyyah)
imafinative function dan representational function (al-wazhicircfah al-bayacircniyyah) Lihat Rusydicirc Ahmad
Thulsquoaimah Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclicircbuhucirc
(Rabacircth Isisco 1989) h 119-120 32
Nacircyif Mahmucircd Malsquorucircf Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc (Beirut Dacircr al-
Nafacirclsquois 1998) Cet V h 43-45
15
berupa realitas bahasa Arab buatan Hal ini dimaksudkan agar siswamahasiswa langsung
dapat memahami penggunaan bahasa Arab itu sebagaimana mestinya dan sekaligus dapat
mengetahui konteksnya Sebagai contoh ketika mengajarkan ungkapan-ungkapan tertentu
dalam menulis (insyacircrsquo) guru perlu langsung merujuk kepada apa yang familiar digunakan oleh
orang Arab Dalam hal ini koran majalah dan buku-buku bahasa Arab standar (fushhacirc) dapat
dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran Misalnya saja tenaga pendidik
(gurudosen) membelajarkan informasi (dan istilah) tentang keadaan cuaca maka gambar
berikut dapat langsung menjadi sumber belajar yang kontekstual
CCTL dalam proses pembelajaran juga menghendaki adanya proses dan produk belajar
yang baik dan berguna bagi semua baik dalam bentuk kompetensi berbahasa Arab aktif
maupun karya-karya mulai dari ―kamus mini kumpulan ungkapan surat-surat dalam bahasa
Arab dan sebagainya Karena itu porsi praktik dan latihan dalam proses pembelajaran bahasa
Arab harus lebih ditingkatkan Latihan yang dikembangkan juga sebaiknya variatif dan
mengandung unsur ―games atau alrsquoacircb lughawiyyah Desain latihan media dan games ini
masih menjadi tantangan dan PR bagi kita semua
Selain itu sejak dini tenaga pendidik harus mulai mengasah kepekaannya terhadap
masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab33
Penentuan
masalah sebagai basis proses pembelajaran bahasa Arab misalnya adanya kesulitan
membedakan antara jumlah firsquoliyyah dan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa firsquol perlu
mendapat perhatian tersendiri dari tenaga pendidik dalam mengaplikasikan CCTL Jika tenaga
pendidik dapat mengetahui akar masalahnya misalnya mubtadarsquo (subyek) yang berupa jamak
khabar yang berupa firsquol itu harus jamak sementara pada jumlah firsquoliyyah tidak jamak maka
yang diperlukan adalah tadricircbacirct penggunaan dua jenis kalimat itu secara bergradasi sambil
memperkenalkan kaedahnya secara sederhana Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana
33
Lihat Tammacircm Hassacircn Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I (Kairo Acirclam al-Kutub
2006) Cet I h 34
16
pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah
dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan
dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau
majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah
E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL
Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab
ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-
linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu
1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa
Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam
mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang
profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa
Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik
untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan
dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas
belajar yang kontektual dan menyenangkan
2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab
keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang
menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan
(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa
butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai
3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran
bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)
Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan
sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang
kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk
memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya
sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional
4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga
pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan
berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan
hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini
adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin
untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta
17
didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya
dalam mempraktikkan bahasa Arab34
5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa
Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa
dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap
pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini
berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai
macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris
misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada
Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia
Mesir Syria dan sebagainya
6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku
bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur
tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih
mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur
Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan
―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada
pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi
akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan
penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku
(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya
7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari
dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung
kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada
umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan
daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin
berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja
keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi
pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau
belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa
Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke
arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola
atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya
34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab
―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab
dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta
Desember 2005
18
F Penutup
Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan
masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa
pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak
semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa
Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan
atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu
dicarikan solusinya secara lebih dini
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam
pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya
tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang
jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam
pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula
penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi
pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki
kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan
kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi
bahasa Arab yang efektif
Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang
mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber
lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua
pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga
pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa
asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan
Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di
Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab
yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang
dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada
konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif
senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam
mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk
dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif
model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb
19
Daftar Pustaka
Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah
Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah
Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam
Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika
Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember
2005
Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative
Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa
Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group
of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7
DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari
Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa
Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka
Cipta
Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson
Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah
Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo
Bandung MLC
Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-
Mishriyyah
Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I
Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura
Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-
Kutub
Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos
Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc
Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo
Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc
Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois
Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002
Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang
Depdiknas
Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara
Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II
Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa
Jakarta Rajawali Pers 2005
Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A
Simon amp Schuster Company
Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam
Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta
No 9 Oktober 2002
Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin
20
Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco
Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-
Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah
Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi
Yogyakarta CTSD
5
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan
sebuah proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang bertujuan untuk
pembentukan kepribadian dan kompetensi peserta didik sehingga memiliki kemampuan untuk
melakukan perubahan dan peningkatan kualitas hidup Pembelajaran tidak sekedar transfer
pengetahuan atau informasi melainkan juga penanaman nilai pembentukan sikap positif dan
penerampilan kecakapan-kecakapan profesional untuk kepentingan hidupnya (life skill) serta
kedewasaan berperilaku
2 Model Pembelajaran
Ernest Chang dan Don Simpson menawarkan model pembelajaran the circle of learning
individual and group process Model ini merupakan pengembangan dari model pembelajaran
tradisional yang lebih banyak menekankan pada tanggung jawab individual dalam proses
pembelajaran Pembelajaran dapat berlangsung tidak hanya tanggung jawab individual akan
tetapi dapat berbentuk kolaboratif melalui proses kehidupan kelompok Model ini
mendasarkan pada paradigma hubungan antara aktivitas dan orientasi Dalam proses
pembelajaran ada dua dimensi yaitu aktivitas pembelajaran dan orientasi proses Dari dimensi
aktivitas pembelajaran ada aktivitas yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan ada aktivitas yang
harus dilakukan bersama kelompok sebaya Dari dimensi orientasi proses ada proses
pembelajaran individu sebagai fokus dan ada proses pembelajaran kelompok sebagai fokus8
Hubungan dua dimensi itu menghasilkan lima pola atau model pembelajaran yaitu (1)
ceramah tradisional (traditional lectures) (2) belajar mandiri (self study) (3) pembelajaran
berbarengan (concurrent learning) (4) pembelajaran kolaboratif (collaborative learning) dan
(5) pembelajaran aktif (active learning)9 Masing-masing memiliki karakteristik dan pola
tersendiri
Pertama model pembelajaran dengan ceramah Strategi pembelajaran dengan model
ceramah bercirikan (1) mendengarkan penjelasan pengajar (2) kegiatan dan lingkungan
dikendalikan oleh pengajar (3) pengetahuan yang diperoleh tergantung pada penangkapan
pembicaraan pengajar (4) sedikit dukungan teknologi dan (5) berlangsung dalam suasana
otoriter Model ini dinilai sangat tradisional karena pembelajaran berpusat pada satu sumber
yaitu pengajar10
Model ini kurang memberdayakan kompetensi pembelajar karena gurudosen
masih terlalu ―dominan sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan sementara peserta
8 Lihat Ernest Chang amp Don Simpson ―The Circle of Learning Individual and Group of
Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7 1997 9 Ernest Chang amp Don Simpson ―The Circlehellip ibid
10Lihat Mohammad Surya Tantangan Pembelajaran di Era Millenium dalam Jurnal
Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta No 9 Oktober 2002
6
didik kurang mandiri dalam mencari dan mengembangkan pengetahuannya Peserta didik
kurang dilatih untuk bersikap kritis dan partisipatif dalam belajar
Kedua model belajar mandiri Dalam model ini strategi pembelajaran dilakukan secara
mandiri oleh pembelajar dalam keseluruhan aktivitasnya Ciri-ciri model ini adalah (1)
berfokus pada pemikiran sendiri (2) prosesnya diarahkan sendiri (3) isi pengetahuan berupa
refleksi dan integrasi (4) menggunakan multimedia (5) penghargaan diri secara otonom
Model ini menuntut disiplin diri yang kuat dari pembelajar11
Motivasi pembelajar harus kuat
dan stabil agar pencapaian tujuan pembelajaran optimal
Ketiga model pembelajaran berbarengan Pembelajaran dengan model ini pada dasarnya
dilakukan atas tanggung jawab pembelajar sendiri namun dalam suasana berbarengan dengan
yang lain dan saling berinteraksi Ciri utama model ini adalah (1) dilakukan secara
partisipatif (2) dalam satu forum terbuka (3) dalam suasana saling menghargai (4) perspektif
terhadap materi dapat berbeda-beda (5) suasana demokratis dan didukung oleh teknologi
informasi12
Model pembelajaran ini memungkinkan peserta didik untuk terampil
mengekspresikan pendapatnya dan mempunyai sikap toleran dalam perbedaan pemahaman
dan pendapat
Keempat model pembelajaran kolaboratif Pembelajaran dilakukan dalam bentuk
kolaboratif (kerja sama) antar pembelajar dalam satu tim Karakteristik utama model ini
adalah (1) dilakukan melalui satu bentuk kerja sama (2) untuk mendapatkan konsensus (3)
adanya berbagai pemahaman nilai dan (4) adanya keputusan yang dibuat bersama atas dasar
nilai yang disepakati bersama Model ini cenderung demokratis dan dapat menumbuhkan
kebersamaan13
Hanya saja jika tidak dibimbing dan diarahkan oleh tenaga pendidik yang
profesional model ini akan mengalami disorientasi kehilangan arah dan akibatnya tujuan
pembelajaran tidak tercapai secara optimal
Kelima model pembelajaran aktif (active learning) merupakan model pembelajaran
yang meniscayakan dinamika interaktif antara pembelajar dan gurudosen Pembelajaran aktif
adalah pembelajaran yang mengajak siswamahasiswa untuk belajar secara aktif Ketika
belajar secara aktif berarti siswamahasiswa mendominasi aktivitas pembelajaran Dengan ini
mereka secara aktif menggunakan otak baik untuk menemukan ide pokok dari materi kuliah
memecahkan persoalan atau mengaplikasikan hal baru yang mereka pelajari ke dalam suatu
persoalan yang ada dalam kehidupan nyata Belajar aktif sangat dibutuhkan oleh
siswamahasiswa untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal
11
Mohammad Surya Tantanganhellip ibid 12
Mohammad Surya Tantanganhellip ibid 13
Mohammad Surya Tantanganhellip Bandingkan dengan Anita Lie Cooperative Learning
Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas (Jakarta Grasindo 2002)
7
Belajar aktif adalah suatu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian
menyimpannya dalam otak Belajar aktif memungkinkan siswamahasiswa yang memiliki
learning style (gaya belajar) yang bervariasi dapat disinergikan dan dikolaborasikan satu sama
lain14
Menurut Silberman banyak strategi yang dapat dilakukan untuk menciptakan
pembelajaran aktif Di antaranya adalah (1) learning starts with question (belajar dimulai
dengan pertanyaan) (2) reading guide (membaca buku petunjuk) (3) Information search
(mencari informasi) (4) Critical incident (kejadian penting) (5) Everyone is teacher here
(setiap orang adalah guru dalam forum ini) (6) Jigsaw learning (pembelajaran ala Jigsaw) (7)
the Power of two (kekuatan berpasangan) (8) snowballing (belajar ala bola salaju) (9)
Brainstorming (curah gagasan) (10) Active debate (debat aktif) (11) Synergic teaching
(pengajaran bersinergi) (12) Role playing (bermain peran) dan (12) Concept mapping (peta
konsep atau pemetaan konsep)15
Selain kelima model tersebut ada pula model quantum learning Model ini pada
mulanya dicetuskan oleh Dr Georgi Lazanov Pembelajaran model ini didasarkan pada prinsip
bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi situasi belajar Melalui suggestology
pemercepatan belajar (accelarated learning) dapat dilakukan dengan dibarengi suasana penuh
kegembiraan Untuk menumbuhkan sugesti belajar positif dapat ditempuh melalui teknik
seperti memberikan kenyamanan meningkatkan partisipasi individu dan menghadirkan seni16
Model ini mensyaratkan lingkungan pembelajaran yang aman nyaman menggembirakan (ada
musiknya ruang belajar yang menarik dilengkapi gambar warna-warni ilustrasi peta dsb)
positif dan dilakukan dengan metode berupa mencontohkan permainan simulasi dan
simbol
3 Pembelajaran Kontekstual
Elaine B Johnson mendeskripsikan Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai
suatu sistem pembelajaran yang didasarkan pada filosofi bahwa pembelajar akan belajar
apabila mereka menemukan makna dalam materi akademispelajaran dan apabila mereka dapat
mengaitkan sebuah informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka
dapatkan sebelumnya Dalam hal ini beliau menyatakan ―The CTL system is an educational
process that aims to help students see meaning in the academic material they are studying by
14
Hisyam Zaini dkk Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi (Yogyakarta CTSD
2002) h xii-xv 15
Mel Silberman manawarkan 101 strategi belajar aktif Penjelasan rincinya lihat Mel
Silberman Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects (Massachusetts A Simon amp
Schuster Company 1996) 16
Bobbi DePotter dan Mike Hernacki Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo
(Bandung Kaifa 1999) h 14-16
8
connecting academic subjects with the context of their daily lives that is with the context of
their personal sosial and cultural circumstances To achieve this aim the system
encompasses certain components17
Pendekatan kontekstual merupakan suatu sistem pembelajaran dalam suatu proses
pendidikan yang bertujuan untuk membantu peserta didik dengan mengaitkan materi pelajaran
dengan situasi dan kondisi personal sosial dan kultural mereka Pengaitan ini tentu saja
dimaksudkan agar materi pembelajaran tidak kehilangan relevansi dengan kehidupan peserta
didik dan perkembangan sosial yang ada
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong
mereka membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari Dengan kata lain CTL merupakan konsep pembelajaran yang
menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta
didik secara nyata sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan
kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari18
Asumsinya adalah bahwa jika peserta
didik kembali ke masyarakat maka ia dapat menjadikan apa yang pernah diperolehnya dalam
proses pembelajaran sebagai bekal dan keterampilan hidupnya
Johnson menyebutkan adanya delapan komponen yang tercakup dalam sistem
pendidikan yang menggunakan pendekatan kontekstual atau CTL Kedelapan komponen
tersebut adalah (1) making meaningfull connections atau membuat kaitan yang bermakna (2)
doing significant work atau melakukan karya yang berarti (3) self-regulated learning atau
belajar dengan kontrol pribadi (4) collaborating atau bekerjasama (5) critical and creative
thinking atau berpikir kritis dan kreatif (6) nurturing the individual atau memupuk bakat
individu (7) reaching high standard atau mencapai standar yang cukup tinggi serta (8) using
authentic assessment atau menggunakan penilaian sebenarnya19
Sementara itu tim C-Star dari University of Washington memiliki pendapat serupa
meskipun beberapa dengan istilah yang sedikit berbeda dari yang dikemukakan oleh Johson
tersebut Tim ini menyebutkan adanya tujuh komponen utama CTL yang apabila diterapkan
ketujuhnya maka sebuah kelas dapat dikatakan menggunakan pendekatan CTL Ketujuh
komponen tersebut adalah (1) konstruktivisme (constructivism) (2) menemukan (inquiry) (3)
bertanya (questioning) (4) masyarakat belajar (learning community) (5) pemodelan
17
Elaine B Johnson Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos Here to Stay
(Thousand Oaks Corwin Press Inc 2002) p 25 18
E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 102 19
Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24
9
(modeling) (6) refleksi (reflection) serta (7) penilaian yang sebenarnya (authentic
assessment)20
Komponen pertama konstruktivisme (constructivism) merupakan pemikiran filosofis
yang mengasumsikan bahwa pengetahuan diperoleh dan dibangun manusia sedikit demi
sedikit kemudian hasilnya diperluas atau diperdalam melalui konteks yang terbatas dan
bukannya terjadi secara tiba-tiba (in a sudden) Sedangkan Menemukan (Inquiry) merupakan
suatu siklus pemerolehan pengetahuan yang terdiri dari langkah-langkah observasi bertanya
mengajukan dugaan pengumpulan data dan penyimpulan Bertanya (Questioning)
merupakan strategi utama yang bagi guru merupakan kegiatan untuk mendorong
membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa sementara bagi siswa bertanya
merupakan bagian penting untuk menggali informasi mengkonfirmasi pengetahuan dan
mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui
Komponen keempat adalah Masyarakat Belajar (Learning Community) yakni situasi
yang diciptakan berdasarkan konsep yang menyarankan agar proses dan hasil pembelajaran
diperoleh dari bekerjasama (collaborating) dengan orang lain baik itu kerjasama siswa-siswa
siswa-pengajar maupun siswa-ahli Dalam Pemodelan (Modeling) pengajar (meskipun
kadang melibatkan siswa) memberi contoh mempresentasikan atau mendemonstrasikan
tentang cara bekerja sesuatu sebelum siswa mengerjakan tugas Sedangkan Refleksi
(Reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang
(thinking back) tentang hal-hal yang sudah kita lakukan di masa lalu Refleksi merupakan
respon terhadap kejadian aktifitas maupun pengetahuan yang baru diterima Adapun
Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) adalah proses pengumpulan berbagai data
yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa yang diperoleh dari kegiatan
nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran
Pendekatan kontekstual merupakan pilihan strategi pembelajaran yang berpihak pada
dan memberdayakan siswa CTL memungkinkan proses belajar yang tenang dan
menyenangkan karena pembelajaran dilakukan secara alamiah sehingga peserta didik dapat
mempraktikkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya Pembelajaran kontekstual
mendorong peserta didik memahami hakekat makna dan manfaat belajar sehingga
memungkinkan rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar bahkan kecanduan belajar21
Dalam pembelajaran kontekstual tugas gurudosen adalah memberikan kemudahan
belajar kepada peserta didik dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang
memadai Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan tetapi
juga mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
20
Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24 21
E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 103
10
belajar Lingkungan belajar yang kondusif sangat menunjang pembelajaran kontekstual dan
keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan
Signifikansi lingkungan pembelajaran tampak pada hal-hal berikut (a) belajar efektif itu
dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik (b) pembelajaran harus
berpusat pada ˝bagaimana cara― peserta didik menggunakan pengetahuan baru mereka
Strategi belajar lebih dipentingkan daripada hasilnya dan (c) umpan balik sangat penting bagi
peserta didik yang berasal dari proses penilaian (assessment) yang benar dan (d)
menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting22
Jadi
kontekstualisasi pembelajaran diorientasikan kepada pemandirian peserta didik dalam
mengembangkan kompetensi dan kemampuannya untuk memecahkan masalah Belajar
memecahkan masalah mendorong peserta didik untuk mencari informasi atau melakukan
investigasi
4 Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif mengharuskan tenaga pendidik dapat memunculkan kreativitas
peserta didik dalam kelas baik kreativitas berpikir maupun kreativitas dalam melakukan
sesuatu Kreativitas berpikir merupakan kemampuan imajinatif tetapi rasional Berpikir kreatif
berawal dari berpikir kritis yaitu menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya belum
ada atau memperbaiki seseuatu yang sebelumnya tidak baik23
Pembelajaran kreatif adalah
pembelajaran yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas dengan cara memanfaatkan
segenap potensi dan multi-kecerdasan yang dimiliki peserta didik secara maksimal Secara
implisit pembelajaran ini mengandung muatan baru yang disesuaikan dengan keadaan
terutama dalam penyajiannya yang lebih inovatif
Bila di dalam ruangan kelas tidak tersedia fasilitas pembelajaran yang memadai guru
bisa memanfaatkan fasilitas yang ada termasuk mengeksploitasi secara maksimal alam
lingkungan di sekitarnya Dengan demikian pembelajaran ini mampu beradaptasi dengan
berbagai macam situasi dan keadaan sehingga bisa dilakukan di mana dan kapan saja
Karakter pembelajaran kreatif itu sangat fleksibel dan bergantung pada guru sang
kreator Ini menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut akan dapat disajikan oleh guru-guru
yang memiliki kreativitas tinggi Unsur kreativitas yang dipertaruhkan di sini pada dasarnya
dimiliki oleh setiap orang Orang-orang yang memiliki kreativitas tinggi biasanya dapat
memelihara unsur tersebut dengan baik begitu pun sebaliknya Pembelajaran kreatif dapat
dikembangkan melalui empat tahap Keempat tahap ini oleh Daniel Goleman disebut anatomi
22
Nurhadi Pendekatan Kontekstual (Malang Universitas Negeri Malang 2002) Cet I h 4 23
Abdul Rahman Shaleh Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta
Rajawali Pers 2005) Cet I h 158
11
momen kreatif24
Tahap pertama adalah persiapan yaitu proses pengumpulan berbagai
informasi untuk diuji Dalam tahap ini otak mengumpulkan informasi dan data yang berfungsi
sebagai dasar atau riset untuk karya kreatif yang sedang terjadi Pengalaman hidup turut
menyumbang proses persiapan menjadi kreatif
Kedua inkubasi (disebut juga tahap istirahat) yaitu suatu rentang waktu untuk
merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai memperoleh keyakinan bahwa hipotesis
tersebut rasional Hal ini antara lain dapat diperkuat dengan intuisi dan suara hati nurani
Dalam proses mengaitkan ide pikiran sebenarnya juga melakukan berbagai proses yaitu
menjajarkan memadukan memilah mengitari dan membayangkan ide
Ketiga illuminasi (pencerahan) Pengendapan informasi dan ―lamunan bahkan intuisi
akan membawa kepada pencerahan ketika secara seketika jawaban yang dicari datang
menemui pembelajar tanpa diketahui sumbernya Inilah tahapan yang biasanya memperoleh
limpahan perhatian Pembelajar mendapat inspirasi dan motivasi untuk menjawab tantangan
kreatif yang dihadapi25
Tahap lanjutannya adalah penerjemahan ketika pembelajar mengubah
wawasan menjadi tindakan
Keempat tahap pembuktianpelaksanaan (verifikasi) yaitu pengujian kembali hasil
hipotesis tersebut untuk dijadikan sebagai sebuah rekomendasi Dalam tahap ini ada gagasan
berhasil dengan cepat sedang yang lain perlu waktu berbulan-bulan atau bahkan tahunan
Kemampuan dan keterampilan berpikir dibarengi hasrat kuat dan rasa gembira memainkan
peran penting dalam aktualisasi kreativitas
Selain itu Teresa M Amabile berpendapat bahwa proses pembelajaran kreatif itu
melalui lima tahap dan diibaratkan seperti orang membuat sop Kelima tahap dimaksud adalah
(1) tahap presentasi masalah (pembelajar menyadari adanya suatu masalah yang harus
dipelajari dan dicarikan solusinya (2) tahap persiapan (menyiapkan diri untuk belajar
menelaah bacaan yang relevan dengan masalah) (3) tahap penyimpulan gagasan (hasil
pembacaan biasa melahirkan gagasan sehingga ada titik simpul yang dapat dijadikan sebagai
inspirasi dan media pemecahan masalah (4) tahap validasi (aktualisasi gagasan dalam bentuk
tindakan dan karya kreatif) dan (5) tahap pengukuran hasil (evaluasi)26
Adapun strategi pembelajaran kreatif adalah (1) menyatu dengan masyarakat luas
termasuk berkolega dengan ilmuwan (2) merancang lingkungan yang bernilai tambah seperti
musik pencahayaan aroma warna yang indah dan menarik (3) mengembara keluar dari dunia
24
Daniel Goleman The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah Tempat Kerja
dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo (Bandung MLC 2005) Cet I h
30-37 25 Ayan Jordan E Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Yoour Creative Spirit and
Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan (Bandung Kaifa 2003) Cet V h 56 26
Lihat Teresa M Amabile Growing up Creative (New York Pinguin 1998)
12
sempit dengan belajar menemukan sudut pandang baru dan perenungan pribadi (4) menyulut
inspirasi dari permainan dan humor termasuk olah raga (5) mengembangkan daya pikir
dengan membaca kreatif menjelajahi toko buku dan dunia maya (6) menggemari kesenian
dan memaknai musik dalam jiwa kreatif (7) menggeluti teknologi (8) menghadapi tantangan
dengan teknik berpikir ampuh (9) membebaskan alam kesadaran lain dengan
memvisualisasikan tantangan kreatif dan (10) menyatu dengan jiwa kreatif termasuk di dalam
berdolsquoa dan bermeditasi27
D Strategi Aplikasi CCTL dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Berdasarkan ulasan teoritik tersebut setidaknya ada 10 strategi atau langkah CCTL
yang perlu dipenuhi ketika diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa Arab Kesepuluh syarat
dan rukun dimaksud adalah (1) perumusan visi misi dan orientasi pembelajaran bahasa Arab
(2) desain rencana dan kontrak pembelajaran bahasa Arab (3) pendekatan dan strategi
pembelajaran kontekstual dan kreatif (4) penciptaan suasana pembelajaran yang religius
nyaman menyenangkan dan partisipatoris (5) pengembangan sikap positif dan berpikir
kreatif (6) optimalisasi multi-intelegensi dalam proses pembelajaran bahasa Arab (7)
pengembangan minat dan tradisi membaca meneliti dan menulis dengan bahasa Arab (8)
kontekstualisasi substansi pembelajaran dengan masalah-masalah sosial yang aktual dalam
kehidupan siswamahasiswa (9) optimalisasi pendayagunaan media dan teknologi pendidikan
dan (10) penciptaan sistem evaluasi pembelajaran yang kreatif dan efektif28
Oleh karena itu pembelajaran kontekstual dan kreatif dapat diorientasikan kepada
sebuah visi misi dan orientasi pembelajaran itu sendiri yaitu misalnya mendayagunakan
bahasa Arab secara optimal dalam pemahaman sumber-sumber ajaran Islam Dapat juga
dirumuskan ―Belajar bahasa Arab komunikatif sebagai media untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi Karenanya pembelajar yang kreatif akan berpikir bagaimana
memahami dan menguasai bahasa Arab ndashminimal pasifmdash dengan baik Bagaimana bahasa
Arab yang sudah dipahami itu dapat diaplikasikan dalam pemahaman literatur keislaman yang
berbahasa Arab dan juga menulis karya dalam bahasa Arab Bagaimana wujud pemahaman itu
dapat diaktualisasikan dalam bentuk produk pemikiran Bagaimana produk pemikiran itu
dapat dikembangkan dan dimasyarakatkan dan seterusnya Jadi pembelajaran kontekstual
27
Muhammad Fauzicirc Abd al-Maqshucircd al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah Muawwiqacirct wa
Acircliyacirct al-Muwacircjahah (Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah 2004) h 28
Kesepuluh ―syarat dan rukun tersebut diabstraksikan dari pemaduan model pembelajaran
kontekstual dan kreatif dan juga diperkuat dengan teori-teori linguistik dan psikologi belajar
Mengenai teori-teori dimaksud lihat Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm al-Ushailicirc al-Nazhariyyacirct al-
Lughawiyyah wa al-Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah (Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah 1999)
13
dan kreatif menghendaki adanya sense of creativity and making contextuality kedalaman dan
kontekstualitas dalam berpikir dan berkarya sehingga suatu persoalan dapat dipecahkan secara
tuntas dan kreatif
Strategi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dilakukan
melalui tiga tahap ndashmeminjam teori Tammacircm Hassacircn yaitu tahap tarsquoacircrruf (pengenalan)
tahap isticircrsquoacircb (pemahaman) dan istimtacircrsquo (apresiasi dan penikmatan)29
Pada tahap pertama
pembelajaran bahasa Arab baru merupakan pengenalan unsur-unsur bahasa Arab seperti
simbol bunyi morfem kosa kata frase dan struktur dasar bahasa Arab Pada tahap kedua
pembelajaran bahasa Arab diorientasikan kepada pemahaman terhadap hubungan antara
berbagai unsur bahasa Arab perbedaan penggunaan unsur-unsur itu dalam struktur kalimat
sehingga pembelajar bahasa Arab dapat membedakan berbagai bentuk kalimat Sedangkan
tahap ketiga pembelajaran bahasa Arab diarahkan untuk bisa mengapresiasi dan menikmati
struktur dan sistem bahasa Arab
Pembelajaran bahasa Arab tidak berada dalam ruang konteks dan orientasi yang
kering Bahasa Arab sebagai media komunikasi aktif maupun alat untuk memahami teks perlu
ditunjukkan fungsi-fungsinya secara optimal sehingga nilai dan signifikansi belajara bahasa
Arab itu tidak sia-sia belaka Jadi pada tahap awal diperlukan upaya-upaya pencitraan dan
pemberian kesan positif mengenai belajar bahasa Arab kepada para peserta didik Pencitraan
dan pengesanan positif ini menjadi titik tolak yang dapat menentukan perjalanan pembelajaran
bahasa Arab berikut Pengalaman menunjukkan bahwa sebelum belajar bahasa Arab sebagian
besar peserta didik sudah memiliki kesan dan citra kurang positif terhadap bahasa Arab
sehingga ―sugesti negatif ini menjadi hambatan psikologis awal yang dapat mengurangi
motivasi mereka dalam belajar bahasa Arab30
Pada tahap berikutnya penguatan motivasi dan orientasi belajar bahasa Arab perlu
dilakukan Pengamatan penulis menunjukkan bahwa para pembelajar bahasa Arab kebanyakan
posisinya seperti ―muallaf miskin bukan ―muallaf kaya Sebagai ―muallaf miskin dalam
belajar bahasa Arab ia perlu dibimbing dikuatkan hati keimanan dan kesabarannya Belajar
bahasa Arab perlu dikaitkan dengan kebutuhan dan tuntutan nyata peserta
Selain itu model CCTL dapat diaplikasikan dalam bentuk pembelajaran bahasa Arab
yang berbasis fungsi dan karakteristik bahasa Arab itu sendiri Misalnya saja fungsi bahasa
Arab sebagai instrumental function (al-wazhicircfah al-nafrsquoiyyah) dan interactional function (al-
29
Tammacircm Hassacircn al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna Bihacirc
(Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Quracirc 1984) h 7-8 30
Hasil dari berbagai diskusi di lingkungan dosen PBA FITK UIN Jakarta meneguhkan bahwa
belajar bahasa Arab tidak cukup hanya dengan motivasi religius (bahwa bahasa Arab itu bahasa
Alquran hadis Nabi bahasa salat doa dan sebagainya) tetapi juga motivasi praktis-pragmatis dan
akademis (misalnya banyak pakar bahasa Arab yang mampu memanfaatkan berbagai peluang
ekonomi memiliki kehidupan sosial ekonomi yang sejahtera dan sebagainya)
14
wazhicircfah al-tafacircrsquouliyyah)31
dalam kehidupan sehari-hari siswamahasiswa Dalam hal ini guru
bahasa Arab perlu mendesain materi pembelajarannya membuat para siswa dapat
menggunakan bahasa itu untuk memenuhi kebutuhannya seperti berkenalan menanyakan
alamat membeli sesuatu sehingga proses pembelajaran harus komunikatif Selain dituntut
memiliki kompetensi berbahasa aktif gurudosen juga proaktif dalam memfasilitasi dan
memotivasi siswamahasiswa untuk mau berkomunikasi menggunakan bahasa Arab secara
aktif betapun masih terjadi kesalahan berbahasa Dengan kata lain proses pembelajaran
bahasa Arab yang berorientasi komunikatif perlu memperhatikan konteks kebutuhan dan
lingkungan siswa sehingga dalam diri siswa tumbuh ―komitmen dan ―perasaan memerlukan
untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab
Bahasa Arab memiliki banyak karakteristik yang ndashboleh jadimdash tidak dimiliki oleh
bahasa lain Misalnya saja bahasa Arab itu lughat al-irsquoracircb wa al-isytiqacircq (bahasa irsquoracircb dan
derivasi)32
Jika guru memiliki visi bahwa pembelajaran bahasa Arab itu tidak identik dengan
pembelajaran nahwu lebih-lebih irsquoracircb maka bahasa Arab yang diajarkan semestinya tidak
sekedar membaca dan mengirsquorab Irsquoracircb hanyalah salah satu fenomena kebahasaan yang harus
dikaitkan dengan proses pemaknaan struktur kalimat Jadi konteks pembelajaran nahwu bukan
untuk menjelaskan mawacircqirsquo irsquoracircb itu sendiri melainkan untuk memahami dan memaknai
struktur kalimat
Bahasa Arab sebagai bahasa yang sangat kaya derivasi menuntut guru untuk kreatif
dalam memperkenalkan bentuk-bentuk dan perubahan kata berikut implikasi semantiknya
Tentu saja pengenalan tashricircf itu tidak harus melalui hafalan seperti yang dilakukan di
beberapa pesantren tetapi lebih produktif dan konstruktif jika dilakukan melalui intensifikasi
tadricircbat (latihan-latihan) terutama latihan berpola terstruktur dan kontekstual (diletakkan
dalam konteksnya yang tepat) Misalnya saja ketika gurudosen memperkenalkan bentuk
mashdar yang berwazan mufacircrsquoalah dan firsquoacircl maka sebaiknya dikenalkan bentuk kata lain
yang familiar dan fungsional dalam kalimat yang tepat misalnya
الشبهاتو يقوم الصائمون بمجاىدة النفس بامتثال األوامر واجتناب النواىي 1 الجهاد في سبيل اهلل ركن من أركان اإلسالم الستة عند الشيعة 2
Selain itu strategi lain yang dapat diaplikasikan adalah mendekatkan siswa atau
mahasiswa dengan penggunaan bahasa Arab yang riil lengkap dengan konteksnya tidak
31
Setidaknya ada tujuh fungsi utama bahasa yaitu instrumental function regulatory function
interactional function personal function heuristic function (al-wazhicircfah al-iktisyacircfiyyah)
imafinative function dan representational function (al-wazhicircfah al-bayacircniyyah) Lihat Rusydicirc Ahmad
Thulsquoaimah Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclicircbuhucirc
(Rabacircth Isisco 1989) h 119-120 32
Nacircyif Mahmucircd Malsquorucircf Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc (Beirut Dacircr al-
Nafacirclsquois 1998) Cet V h 43-45
15
berupa realitas bahasa Arab buatan Hal ini dimaksudkan agar siswamahasiswa langsung
dapat memahami penggunaan bahasa Arab itu sebagaimana mestinya dan sekaligus dapat
mengetahui konteksnya Sebagai contoh ketika mengajarkan ungkapan-ungkapan tertentu
dalam menulis (insyacircrsquo) guru perlu langsung merujuk kepada apa yang familiar digunakan oleh
orang Arab Dalam hal ini koran majalah dan buku-buku bahasa Arab standar (fushhacirc) dapat
dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran Misalnya saja tenaga pendidik
(gurudosen) membelajarkan informasi (dan istilah) tentang keadaan cuaca maka gambar
berikut dapat langsung menjadi sumber belajar yang kontekstual
CCTL dalam proses pembelajaran juga menghendaki adanya proses dan produk belajar
yang baik dan berguna bagi semua baik dalam bentuk kompetensi berbahasa Arab aktif
maupun karya-karya mulai dari ―kamus mini kumpulan ungkapan surat-surat dalam bahasa
Arab dan sebagainya Karena itu porsi praktik dan latihan dalam proses pembelajaran bahasa
Arab harus lebih ditingkatkan Latihan yang dikembangkan juga sebaiknya variatif dan
mengandung unsur ―games atau alrsquoacircb lughawiyyah Desain latihan media dan games ini
masih menjadi tantangan dan PR bagi kita semua
Selain itu sejak dini tenaga pendidik harus mulai mengasah kepekaannya terhadap
masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab33
Penentuan
masalah sebagai basis proses pembelajaran bahasa Arab misalnya adanya kesulitan
membedakan antara jumlah firsquoliyyah dan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa firsquol perlu
mendapat perhatian tersendiri dari tenaga pendidik dalam mengaplikasikan CCTL Jika tenaga
pendidik dapat mengetahui akar masalahnya misalnya mubtadarsquo (subyek) yang berupa jamak
khabar yang berupa firsquol itu harus jamak sementara pada jumlah firsquoliyyah tidak jamak maka
yang diperlukan adalah tadricircbacirct penggunaan dua jenis kalimat itu secara bergradasi sambil
memperkenalkan kaedahnya secara sederhana Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana
33
Lihat Tammacircm Hassacircn Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I (Kairo Acirclam al-Kutub
2006) Cet I h 34
16
pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah
dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan
dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau
majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah
E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL
Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab
ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-
linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu
1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa
Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam
mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang
profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa
Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik
untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan
dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas
belajar yang kontektual dan menyenangkan
2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab
keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang
menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan
(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa
butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai
3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran
bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)
Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan
sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang
kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk
memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya
sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional
4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga
pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan
berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan
hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini
adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin
untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta
17
didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya
dalam mempraktikkan bahasa Arab34
5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa
Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa
dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap
pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini
berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai
macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris
misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada
Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia
Mesir Syria dan sebagainya
6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku
bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur
tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih
mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur
Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan
―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada
pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi
akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan
penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku
(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya
7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari
dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung
kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada
umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan
daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin
berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja
keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi
pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau
belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa
Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke
arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola
atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya
34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab
―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab
dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta
Desember 2005
18
F Penutup
Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan
masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa
pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak
semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa
Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan
atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu
dicarikan solusinya secara lebih dini
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam
pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya
tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang
jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam
pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula
penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi
pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki
kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan
kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi
bahasa Arab yang efektif
Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang
mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber
lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua
pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga
pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa
asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan
Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di
Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab
yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang
dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada
konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif
senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam
mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk
dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif
model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb
19
Daftar Pustaka
Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah
Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah
Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam
Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika
Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember
2005
Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative
Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa
Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group
of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7
DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari
Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa
Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka
Cipta
Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson
Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah
Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo
Bandung MLC
Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-
Mishriyyah
Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I
Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura
Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-
Kutub
Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos
Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc
Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo
Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc
Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois
Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002
Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang
Depdiknas
Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara
Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II
Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa
Jakarta Rajawali Pers 2005
Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A
Simon amp Schuster Company
Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam
Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta
No 9 Oktober 2002
Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin
20
Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco
Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-
Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah
Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi
Yogyakarta CTSD
6
didik kurang mandiri dalam mencari dan mengembangkan pengetahuannya Peserta didik
kurang dilatih untuk bersikap kritis dan partisipatif dalam belajar
Kedua model belajar mandiri Dalam model ini strategi pembelajaran dilakukan secara
mandiri oleh pembelajar dalam keseluruhan aktivitasnya Ciri-ciri model ini adalah (1)
berfokus pada pemikiran sendiri (2) prosesnya diarahkan sendiri (3) isi pengetahuan berupa
refleksi dan integrasi (4) menggunakan multimedia (5) penghargaan diri secara otonom
Model ini menuntut disiplin diri yang kuat dari pembelajar11
Motivasi pembelajar harus kuat
dan stabil agar pencapaian tujuan pembelajaran optimal
Ketiga model pembelajaran berbarengan Pembelajaran dengan model ini pada dasarnya
dilakukan atas tanggung jawab pembelajar sendiri namun dalam suasana berbarengan dengan
yang lain dan saling berinteraksi Ciri utama model ini adalah (1) dilakukan secara
partisipatif (2) dalam satu forum terbuka (3) dalam suasana saling menghargai (4) perspektif
terhadap materi dapat berbeda-beda (5) suasana demokratis dan didukung oleh teknologi
informasi12
Model pembelajaran ini memungkinkan peserta didik untuk terampil
mengekspresikan pendapatnya dan mempunyai sikap toleran dalam perbedaan pemahaman
dan pendapat
Keempat model pembelajaran kolaboratif Pembelajaran dilakukan dalam bentuk
kolaboratif (kerja sama) antar pembelajar dalam satu tim Karakteristik utama model ini
adalah (1) dilakukan melalui satu bentuk kerja sama (2) untuk mendapatkan konsensus (3)
adanya berbagai pemahaman nilai dan (4) adanya keputusan yang dibuat bersama atas dasar
nilai yang disepakati bersama Model ini cenderung demokratis dan dapat menumbuhkan
kebersamaan13
Hanya saja jika tidak dibimbing dan diarahkan oleh tenaga pendidik yang
profesional model ini akan mengalami disorientasi kehilangan arah dan akibatnya tujuan
pembelajaran tidak tercapai secara optimal
Kelima model pembelajaran aktif (active learning) merupakan model pembelajaran
yang meniscayakan dinamika interaktif antara pembelajar dan gurudosen Pembelajaran aktif
adalah pembelajaran yang mengajak siswamahasiswa untuk belajar secara aktif Ketika
belajar secara aktif berarti siswamahasiswa mendominasi aktivitas pembelajaran Dengan ini
mereka secara aktif menggunakan otak baik untuk menemukan ide pokok dari materi kuliah
memecahkan persoalan atau mengaplikasikan hal baru yang mereka pelajari ke dalam suatu
persoalan yang ada dalam kehidupan nyata Belajar aktif sangat dibutuhkan oleh
siswamahasiswa untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal
11
Mohammad Surya Tantanganhellip ibid 12
Mohammad Surya Tantanganhellip ibid 13
Mohammad Surya Tantanganhellip Bandingkan dengan Anita Lie Cooperative Learning
Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas (Jakarta Grasindo 2002)
7
Belajar aktif adalah suatu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian
menyimpannya dalam otak Belajar aktif memungkinkan siswamahasiswa yang memiliki
learning style (gaya belajar) yang bervariasi dapat disinergikan dan dikolaborasikan satu sama
lain14
Menurut Silberman banyak strategi yang dapat dilakukan untuk menciptakan
pembelajaran aktif Di antaranya adalah (1) learning starts with question (belajar dimulai
dengan pertanyaan) (2) reading guide (membaca buku petunjuk) (3) Information search
(mencari informasi) (4) Critical incident (kejadian penting) (5) Everyone is teacher here
(setiap orang adalah guru dalam forum ini) (6) Jigsaw learning (pembelajaran ala Jigsaw) (7)
the Power of two (kekuatan berpasangan) (8) snowballing (belajar ala bola salaju) (9)
Brainstorming (curah gagasan) (10) Active debate (debat aktif) (11) Synergic teaching
(pengajaran bersinergi) (12) Role playing (bermain peran) dan (12) Concept mapping (peta
konsep atau pemetaan konsep)15
Selain kelima model tersebut ada pula model quantum learning Model ini pada
mulanya dicetuskan oleh Dr Georgi Lazanov Pembelajaran model ini didasarkan pada prinsip
bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi situasi belajar Melalui suggestology
pemercepatan belajar (accelarated learning) dapat dilakukan dengan dibarengi suasana penuh
kegembiraan Untuk menumbuhkan sugesti belajar positif dapat ditempuh melalui teknik
seperti memberikan kenyamanan meningkatkan partisipasi individu dan menghadirkan seni16
Model ini mensyaratkan lingkungan pembelajaran yang aman nyaman menggembirakan (ada
musiknya ruang belajar yang menarik dilengkapi gambar warna-warni ilustrasi peta dsb)
positif dan dilakukan dengan metode berupa mencontohkan permainan simulasi dan
simbol
3 Pembelajaran Kontekstual
Elaine B Johnson mendeskripsikan Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai
suatu sistem pembelajaran yang didasarkan pada filosofi bahwa pembelajar akan belajar
apabila mereka menemukan makna dalam materi akademispelajaran dan apabila mereka dapat
mengaitkan sebuah informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka
dapatkan sebelumnya Dalam hal ini beliau menyatakan ―The CTL system is an educational
process that aims to help students see meaning in the academic material they are studying by
14
Hisyam Zaini dkk Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi (Yogyakarta CTSD
2002) h xii-xv 15
Mel Silberman manawarkan 101 strategi belajar aktif Penjelasan rincinya lihat Mel
Silberman Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects (Massachusetts A Simon amp
Schuster Company 1996) 16
Bobbi DePotter dan Mike Hernacki Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo
(Bandung Kaifa 1999) h 14-16
8
connecting academic subjects with the context of their daily lives that is with the context of
their personal sosial and cultural circumstances To achieve this aim the system
encompasses certain components17
Pendekatan kontekstual merupakan suatu sistem pembelajaran dalam suatu proses
pendidikan yang bertujuan untuk membantu peserta didik dengan mengaitkan materi pelajaran
dengan situasi dan kondisi personal sosial dan kultural mereka Pengaitan ini tentu saja
dimaksudkan agar materi pembelajaran tidak kehilangan relevansi dengan kehidupan peserta
didik dan perkembangan sosial yang ada
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong
mereka membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari Dengan kata lain CTL merupakan konsep pembelajaran yang
menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta
didik secara nyata sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan
kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari18
Asumsinya adalah bahwa jika peserta
didik kembali ke masyarakat maka ia dapat menjadikan apa yang pernah diperolehnya dalam
proses pembelajaran sebagai bekal dan keterampilan hidupnya
Johnson menyebutkan adanya delapan komponen yang tercakup dalam sistem
pendidikan yang menggunakan pendekatan kontekstual atau CTL Kedelapan komponen
tersebut adalah (1) making meaningfull connections atau membuat kaitan yang bermakna (2)
doing significant work atau melakukan karya yang berarti (3) self-regulated learning atau
belajar dengan kontrol pribadi (4) collaborating atau bekerjasama (5) critical and creative
thinking atau berpikir kritis dan kreatif (6) nurturing the individual atau memupuk bakat
individu (7) reaching high standard atau mencapai standar yang cukup tinggi serta (8) using
authentic assessment atau menggunakan penilaian sebenarnya19
Sementara itu tim C-Star dari University of Washington memiliki pendapat serupa
meskipun beberapa dengan istilah yang sedikit berbeda dari yang dikemukakan oleh Johson
tersebut Tim ini menyebutkan adanya tujuh komponen utama CTL yang apabila diterapkan
ketujuhnya maka sebuah kelas dapat dikatakan menggunakan pendekatan CTL Ketujuh
komponen tersebut adalah (1) konstruktivisme (constructivism) (2) menemukan (inquiry) (3)
bertanya (questioning) (4) masyarakat belajar (learning community) (5) pemodelan
17
Elaine B Johnson Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos Here to Stay
(Thousand Oaks Corwin Press Inc 2002) p 25 18
E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 102 19
Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24
9
(modeling) (6) refleksi (reflection) serta (7) penilaian yang sebenarnya (authentic
assessment)20
Komponen pertama konstruktivisme (constructivism) merupakan pemikiran filosofis
yang mengasumsikan bahwa pengetahuan diperoleh dan dibangun manusia sedikit demi
sedikit kemudian hasilnya diperluas atau diperdalam melalui konteks yang terbatas dan
bukannya terjadi secara tiba-tiba (in a sudden) Sedangkan Menemukan (Inquiry) merupakan
suatu siklus pemerolehan pengetahuan yang terdiri dari langkah-langkah observasi bertanya
mengajukan dugaan pengumpulan data dan penyimpulan Bertanya (Questioning)
merupakan strategi utama yang bagi guru merupakan kegiatan untuk mendorong
membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa sementara bagi siswa bertanya
merupakan bagian penting untuk menggali informasi mengkonfirmasi pengetahuan dan
mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui
Komponen keempat adalah Masyarakat Belajar (Learning Community) yakni situasi
yang diciptakan berdasarkan konsep yang menyarankan agar proses dan hasil pembelajaran
diperoleh dari bekerjasama (collaborating) dengan orang lain baik itu kerjasama siswa-siswa
siswa-pengajar maupun siswa-ahli Dalam Pemodelan (Modeling) pengajar (meskipun
kadang melibatkan siswa) memberi contoh mempresentasikan atau mendemonstrasikan
tentang cara bekerja sesuatu sebelum siswa mengerjakan tugas Sedangkan Refleksi
(Reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang
(thinking back) tentang hal-hal yang sudah kita lakukan di masa lalu Refleksi merupakan
respon terhadap kejadian aktifitas maupun pengetahuan yang baru diterima Adapun
Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) adalah proses pengumpulan berbagai data
yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa yang diperoleh dari kegiatan
nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran
Pendekatan kontekstual merupakan pilihan strategi pembelajaran yang berpihak pada
dan memberdayakan siswa CTL memungkinkan proses belajar yang tenang dan
menyenangkan karena pembelajaran dilakukan secara alamiah sehingga peserta didik dapat
mempraktikkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya Pembelajaran kontekstual
mendorong peserta didik memahami hakekat makna dan manfaat belajar sehingga
memungkinkan rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar bahkan kecanduan belajar21
Dalam pembelajaran kontekstual tugas gurudosen adalah memberikan kemudahan
belajar kepada peserta didik dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang
memadai Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan tetapi
juga mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
20
Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24 21
E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 103
10
belajar Lingkungan belajar yang kondusif sangat menunjang pembelajaran kontekstual dan
keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan
Signifikansi lingkungan pembelajaran tampak pada hal-hal berikut (a) belajar efektif itu
dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik (b) pembelajaran harus
berpusat pada ˝bagaimana cara― peserta didik menggunakan pengetahuan baru mereka
Strategi belajar lebih dipentingkan daripada hasilnya dan (c) umpan balik sangat penting bagi
peserta didik yang berasal dari proses penilaian (assessment) yang benar dan (d)
menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting22
Jadi
kontekstualisasi pembelajaran diorientasikan kepada pemandirian peserta didik dalam
mengembangkan kompetensi dan kemampuannya untuk memecahkan masalah Belajar
memecahkan masalah mendorong peserta didik untuk mencari informasi atau melakukan
investigasi
4 Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif mengharuskan tenaga pendidik dapat memunculkan kreativitas
peserta didik dalam kelas baik kreativitas berpikir maupun kreativitas dalam melakukan
sesuatu Kreativitas berpikir merupakan kemampuan imajinatif tetapi rasional Berpikir kreatif
berawal dari berpikir kritis yaitu menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya belum
ada atau memperbaiki seseuatu yang sebelumnya tidak baik23
Pembelajaran kreatif adalah
pembelajaran yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas dengan cara memanfaatkan
segenap potensi dan multi-kecerdasan yang dimiliki peserta didik secara maksimal Secara
implisit pembelajaran ini mengandung muatan baru yang disesuaikan dengan keadaan
terutama dalam penyajiannya yang lebih inovatif
Bila di dalam ruangan kelas tidak tersedia fasilitas pembelajaran yang memadai guru
bisa memanfaatkan fasilitas yang ada termasuk mengeksploitasi secara maksimal alam
lingkungan di sekitarnya Dengan demikian pembelajaran ini mampu beradaptasi dengan
berbagai macam situasi dan keadaan sehingga bisa dilakukan di mana dan kapan saja
Karakter pembelajaran kreatif itu sangat fleksibel dan bergantung pada guru sang
kreator Ini menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut akan dapat disajikan oleh guru-guru
yang memiliki kreativitas tinggi Unsur kreativitas yang dipertaruhkan di sini pada dasarnya
dimiliki oleh setiap orang Orang-orang yang memiliki kreativitas tinggi biasanya dapat
memelihara unsur tersebut dengan baik begitu pun sebaliknya Pembelajaran kreatif dapat
dikembangkan melalui empat tahap Keempat tahap ini oleh Daniel Goleman disebut anatomi
22
Nurhadi Pendekatan Kontekstual (Malang Universitas Negeri Malang 2002) Cet I h 4 23
Abdul Rahman Shaleh Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta
Rajawali Pers 2005) Cet I h 158
11
momen kreatif24
Tahap pertama adalah persiapan yaitu proses pengumpulan berbagai
informasi untuk diuji Dalam tahap ini otak mengumpulkan informasi dan data yang berfungsi
sebagai dasar atau riset untuk karya kreatif yang sedang terjadi Pengalaman hidup turut
menyumbang proses persiapan menjadi kreatif
Kedua inkubasi (disebut juga tahap istirahat) yaitu suatu rentang waktu untuk
merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai memperoleh keyakinan bahwa hipotesis
tersebut rasional Hal ini antara lain dapat diperkuat dengan intuisi dan suara hati nurani
Dalam proses mengaitkan ide pikiran sebenarnya juga melakukan berbagai proses yaitu
menjajarkan memadukan memilah mengitari dan membayangkan ide
Ketiga illuminasi (pencerahan) Pengendapan informasi dan ―lamunan bahkan intuisi
akan membawa kepada pencerahan ketika secara seketika jawaban yang dicari datang
menemui pembelajar tanpa diketahui sumbernya Inilah tahapan yang biasanya memperoleh
limpahan perhatian Pembelajar mendapat inspirasi dan motivasi untuk menjawab tantangan
kreatif yang dihadapi25
Tahap lanjutannya adalah penerjemahan ketika pembelajar mengubah
wawasan menjadi tindakan
Keempat tahap pembuktianpelaksanaan (verifikasi) yaitu pengujian kembali hasil
hipotesis tersebut untuk dijadikan sebagai sebuah rekomendasi Dalam tahap ini ada gagasan
berhasil dengan cepat sedang yang lain perlu waktu berbulan-bulan atau bahkan tahunan
Kemampuan dan keterampilan berpikir dibarengi hasrat kuat dan rasa gembira memainkan
peran penting dalam aktualisasi kreativitas
Selain itu Teresa M Amabile berpendapat bahwa proses pembelajaran kreatif itu
melalui lima tahap dan diibaratkan seperti orang membuat sop Kelima tahap dimaksud adalah
(1) tahap presentasi masalah (pembelajar menyadari adanya suatu masalah yang harus
dipelajari dan dicarikan solusinya (2) tahap persiapan (menyiapkan diri untuk belajar
menelaah bacaan yang relevan dengan masalah) (3) tahap penyimpulan gagasan (hasil
pembacaan biasa melahirkan gagasan sehingga ada titik simpul yang dapat dijadikan sebagai
inspirasi dan media pemecahan masalah (4) tahap validasi (aktualisasi gagasan dalam bentuk
tindakan dan karya kreatif) dan (5) tahap pengukuran hasil (evaluasi)26
Adapun strategi pembelajaran kreatif adalah (1) menyatu dengan masyarakat luas
termasuk berkolega dengan ilmuwan (2) merancang lingkungan yang bernilai tambah seperti
musik pencahayaan aroma warna yang indah dan menarik (3) mengembara keluar dari dunia
24
Daniel Goleman The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah Tempat Kerja
dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo (Bandung MLC 2005) Cet I h
30-37 25 Ayan Jordan E Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Yoour Creative Spirit and
Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan (Bandung Kaifa 2003) Cet V h 56 26
Lihat Teresa M Amabile Growing up Creative (New York Pinguin 1998)
12
sempit dengan belajar menemukan sudut pandang baru dan perenungan pribadi (4) menyulut
inspirasi dari permainan dan humor termasuk olah raga (5) mengembangkan daya pikir
dengan membaca kreatif menjelajahi toko buku dan dunia maya (6) menggemari kesenian
dan memaknai musik dalam jiwa kreatif (7) menggeluti teknologi (8) menghadapi tantangan
dengan teknik berpikir ampuh (9) membebaskan alam kesadaran lain dengan
memvisualisasikan tantangan kreatif dan (10) menyatu dengan jiwa kreatif termasuk di dalam
berdolsquoa dan bermeditasi27
D Strategi Aplikasi CCTL dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Berdasarkan ulasan teoritik tersebut setidaknya ada 10 strategi atau langkah CCTL
yang perlu dipenuhi ketika diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa Arab Kesepuluh syarat
dan rukun dimaksud adalah (1) perumusan visi misi dan orientasi pembelajaran bahasa Arab
(2) desain rencana dan kontrak pembelajaran bahasa Arab (3) pendekatan dan strategi
pembelajaran kontekstual dan kreatif (4) penciptaan suasana pembelajaran yang religius
nyaman menyenangkan dan partisipatoris (5) pengembangan sikap positif dan berpikir
kreatif (6) optimalisasi multi-intelegensi dalam proses pembelajaran bahasa Arab (7)
pengembangan minat dan tradisi membaca meneliti dan menulis dengan bahasa Arab (8)
kontekstualisasi substansi pembelajaran dengan masalah-masalah sosial yang aktual dalam
kehidupan siswamahasiswa (9) optimalisasi pendayagunaan media dan teknologi pendidikan
dan (10) penciptaan sistem evaluasi pembelajaran yang kreatif dan efektif28
Oleh karena itu pembelajaran kontekstual dan kreatif dapat diorientasikan kepada
sebuah visi misi dan orientasi pembelajaran itu sendiri yaitu misalnya mendayagunakan
bahasa Arab secara optimal dalam pemahaman sumber-sumber ajaran Islam Dapat juga
dirumuskan ―Belajar bahasa Arab komunikatif sebagai media untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi Karenanya pembelajar yang kreatif akan berpikir bagaimana
memahami dan menguasai bahasa Arab ndashminimal pasifmdash dengan baik Bagaimana bahasa
Arab yang sudah dipahami itu dapat diaplikasikan dalam pemahaman literatur keislaman yang
berbahasa Arab dan juga menulis karya dalam bahasa Arab Bagaimana wujud pemahaman itu
dapat diaktualisasikan dalam bentuk produk pemikiran Bagaimana produk pemikiran itu
dapat dikembangkan dan dimasyarakatkan dan seterusnya Jadi pembelajaran kontekstual
27
Muhammad Fauzicirc Abd al-Maqshucircd al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah Muawwiqacirct wa
Acircliyacirct al-Muwacircjahah (Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah 2004) h 28
Kesepuluh ―syarat dan rukun tersebut diabstraksikan dari pemaduan model pembelajaran
kontekstual dan kreatif dan juga diperkuat dengan teori-teori linguistik dan psikologi belajar
Mengenai teori-teori dimaksud lihat Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm al-Ushailicirc al-Nazhariyyacirct al-
Lughawiyyah wa al-Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah (Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah 1999)
13
dan kreatif menghendaki adanya sense of creativity and making contextuality kedalaman dan
kontekstualitas dalam berpikir dan berkarya sehingga suatu persoalan dapat dipecahkan secara
tuntas dan kreatif
Strategi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dilakukan
melalui tiga tahap ndashmeminjam teori Tammacircm Hassacircn yaitu tahap tarsquoacircrruf (pengenalan)
tahap isticircrsquoacircb (pemahaman) dan istimtacircrsquo (apresiasi dan penikmatan)29
Pada tahap pertama
pembelajaran bahasa Arab baru merupakan pengenalan unsur-unsur bahasa Arab seperti
simbol bunyi morfem kosa kata frase dan struktur dasar bahasa Arab Pada tahap kedua
pembelajaran bahasa Arab diorientasikan kepada pemahaman terhadap hubungan antara
berbagai unsur bahasa Arab perbedaan penggunaan unsur-unsur itu dalam struktur kalimat
sehingga pembelajar bahasa Arab dapat membedakan berbagai bentuk kalimat Sedangkan
tahap ketiga pembelajaran bahasa Arab diarahkan untuk bisa mengapresiasi dan menikmati
struktur dan sistem bahasa Arab
Pembelajaran bahasa Arab tidak berada dalam ruang konteks dan orientasi yang
kering Bahasa Arab sebagai media komunikasi aktif maupun alat untuk memahami teks perlu
ditunjukkan fungsi-fungsinya secara optimal sehingga nilai dan signifikansi belajara bahasa
Arab itu tidak sia-sia belaka Jadi pada tahap awal diperlukan upaya-upaya pencitraan dan
pemberian kesan positif mengenai belajar bahasa Arab kepada para peserta didik Pencitraan
dan pengesanan positif ini menjadi titik tolak yang dapat menentukan perjalanan pembelajaran
bahasa Arab berikut Pengalaman menunjukkan bahwa sebelum belajar bahasa Arab sebagian
besar peserta didik sudah memiliki kesan dan citra kurang positif terhadap bahasa Arab
sehingga ―sugesti negatif ini menjadi hambatan psikologis awal yang dapat mengurangi
motivasi mereka dalam belajar bahasa Arab30
Pada tahap berikutnya penguatan motivasi dan orientasi belajar bahasa Arab perlu
dilakukan Pengamatan penulis menunjukkan bahwa para pembelajar bahasa Arab kebanyakan
posisinya seperti ―muallaf miskin bukan ―muallaf kaya Sebagai ―muallaf miskin dalam
belajar bahasa Arab ia perlu dibimbing dikuatkan hati keimanan dan kesabarannya Belajar
bahasa Arab perlu dikaitkan dengan kebutuhan dan tuntutan nyata peserta
Selain itu model CCTL dapat diaplikasikan dalam bentuk pembelajaran bahasa Arab
yang berbasis fungsi dan karakteristik bahasa Arab itu sendiri Misalnya saja fungsi bahasa
Arab sebagai instrumental function (al-wazhicircfah al-nafrsquoiyyah) dan interactional function (al-
29
Tammacircm Hassacircn al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna Bihacirc
(Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Quracirc 1984) h 7-8 30
Hasil dari berbagai diskusi di lingkungan dosen PBA FITK UIN Jakarta meneguhkan bahwa
belajar bahasa Arab tidak cukup hanya dengan motivasi religius (bahwa bahasa Arab itu bahasa
Alquran hadis Nabi bahasa salat doa dan sebagainya) tetapi juga motivasi praktis-pragmatis dan
akademis (misalnya banyak pakar bahasa Arab yang mampu memanfaatkan berbagai peluang
ekonomi memiliki kehidupan sosial ekonomi yang sejahtera dan sebagainya)
14
wazhicircfah al-tafacircrsquouliyyah)31
dalam kehidupan sehari-hari siswamahasiswa Dalam hal ini guru
bahasa Arab perlu mendesain materi pembelajarannya membuat para siswa dapat
menggunakan bahasa itu untuk memenuhi kebutuhannya seperti berkenalan menanyakan
alamat membeli sesuatu sehingga proses pembelajaran harus komunikatif Selain dituntut
memiliki kompetensi berbahasa aktif gurudosen juga proaktif dalam memfasilitasi dan
memotivasi siswamahasiswa untuk mau berkomunikasi menggunakan bahasa Arab secara
aktif betapun masih terjadi kesalahan berbahasa Dengan kata lain proses pembelajaran
bahasa Arab yang berorientasi komunikatif perlu memperhatikan konteks kebutuhan dan
lingkungan siswa sehingga dalam diri siswa tumbuh ―komitmen dan ―perasaan memerlukan
untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab
Bahasa Arab memiliki banyak karakteristik yang ndashboleh jadimdash tidak dimiliki oleh
bahasa lain Misalnya saja bahasa Arab itu lughat al-irsquoracircb wa al-isytiqacircq (bahasa irsquoracircb dan
derivasi)32
Jika guru memiliki visi bahwa pembelajaran bahasa Arab itu tidak identik dengan
pembelajaran nahwu lebih-lebih irsquoracircb maka bahasa Arab yang diajarkan semestinya tidak
sekedar membaca dan mengirsquorab Irsquoracircb hanyalah salah satu fenomena kebahasaan yang harus
dikaitkan dengan proses pemaknaan struktur kalimat Jadi konteks pembelajaran nahwu bukan
untuk menjelaskan mawacircqirsquo irsquoracircb itu sendiri melainkan untuk memahami dan memaknai
struktur kalimat
Bahasa Arab sebagai bahasa yang sangat kaya derivasi menuntut guru untuk kreatif
dalam memperkenalkan bentuk-bentuk dan perubahan kata berikut implikasi semantiknya
Tentu saja pengenalan tashricircf itu tidak harus melalui hafalan seperti yang dilakukan di
beberapa pesantren tetapi lebih produktif dan konstruktif jika dilakukan melalui intensifikasi
tadricircbat (latihan-latihan) terutama latihan berpola terstruktur dan kontekstual (diletakkan
dalam konteksnya yang tepat) Misalnya saja ketika gurudosen memperkenalkan bentuk
mashdar yang berwazan mufacircrsquoalah dan firsquoacircl maka sebaiknya dikenalkan bentuk kata lain
yang familiar dan fungsional dalam kalimat yang tepat misalnya
الشبهاتو يقوم الصائمون بمجاىدة النفس بامتثال األوامر واجتناب النواىي 1 الجهاد في سبيل اهلل ركن من أركان اإلسالم الستة عند الشيعة 2
Selain itu strategi lain yang dapat diaplikasikan adalah mendekatkan siswa atau
mahasiswa dengan penggunaan bahasa Arab yang riil lengkap dengan konteksnya tidak
31
Setidaknya ada tujuh fungsi utama bahasa yaitu instrumental function regulatory function
interactional function personal function heuristic function (al-wazhicircfah al-iktisyacircfiyyah)
imafinative function dan representational function (al-wazhicircfah al-bayacircniyyah) Lihat Rusydicirc Ahmad
Thulsquoaimah Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclicircbuhucirc
(Rabacircth Isisco 1989) h 119-120 32
Nacircyif Mahmucircd Malsquorucircf Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc (Beirut Dacircr al-
Nafacirclsquois 1998) Cet V h 43-45
15
berupa realitas bahasa Arab buatan Hal ini dimaksudkan agar siswamahasiswa langsung
dapat memahami penggunaan bahasa Arab itu sebagaimana mestinya dan sekaligus dapat
mengetahui konteksnya Sebagai contoh ketika mengajarkan ungkapan-ungkapan tertentu
dalam menulis (insyacircrsquo) guru perlu langsung merujuk kepada apa yang familiar digunakan oleh
orang Arab Dalam hal ini koran majalah dan buku-buku bahasa Arab standar (fushhacirc) dapat
dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran Misalnya saja tenaga pendidik
(gurudosen) membelajarkan informasi (dan istilah) tentang keadaan cuaca maka gambar
berikut dapat langsung menjadi sumber belajar yang kontekstual
CCTL dalam proses pembelajaran juga menghendaki adanya proses dan produk belajar
yang baik dan berguna bagi semua baik dalam bentuk kompetensi berbahasa Arab aktif
maupun karya-karya mulai dari ―kamus mini kumpulan ungkapan surat-surat dalam bahasa
Arab dan sebagainya Karena itu porsi praktik dan latihan dalam proses pembelajaran bahasa
Arab harus lebih ditingkatkan Latihan yang dikembangkan juga sebaiknya variatif dan
mengandung unsur ―games atau alrsquoacircb lughawiyyah Desain latihan media dan games ini
masih menjadi tantangan dan PR bagi kita semua
Selain itu sejak dini tenaga pendidik harus mulai mengasah kepekaannya terhadap
masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab33
Penentuan
masalah sebagai basis proses pembelajaran bahasa Arab misalnya adanya kesulitan
membedakan antara jumlah firsquoliyyah dan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa firsquol perlu
mendapat perhatian tersendiri dari tenaga pendidik dalam mengaplikasikan CCTL Jika tenaga
pendidik dapat mengetahui akar masalahnya misalnya mubtadarsquo (subyek) yang berupa jamak
khabar yang berupa firsquol itu harus jamak sementara pada jumlah firsquoliyyah tidak jamak maka
yang diperlukan adalah tadricircbacirct penggunaan dua jenis kalimat itu secara bergradasi sambil
memperkenalkan kaedahnya secara sederhana Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana
33
Lihat Tammacircm Hassacircn Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I (Kairo Acirclam al-Kutub
2006) Cet I h 34
16
pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah
dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan
dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau
majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah
E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL
Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab
ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-
linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu
1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa
Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam
mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang
profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa
Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik
untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan
dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas
belajar yang kontektual dan menyenangkan
2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab
keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang
menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan
(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa
butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai
3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran
bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)
Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan
sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang
kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk
memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya
sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional
4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga
pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan
berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan
hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini
adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin
untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta
17
didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya
dalam mempraktikkan bahasa Arab34
5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa
Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa
dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap
pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini
berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai
macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris
misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada
Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia
Mesir Syria dan sebagainya
6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku
bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur
tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih
mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur
Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan
―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada
pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi
akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan
penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku
(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya
7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari
dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung
kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada
umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan
daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin
berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja
keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi
pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau
belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa
Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke
arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola
atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya
34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab
―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab
dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta
Desember 2005
18
F Penutup
Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan
masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa
pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak
semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa
Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan
atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu
dicarikan solusinya secara lebih dini
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam
pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya
tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang
jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam
pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula
penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi
pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki
kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan
kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi
bahasa Arab yang efektif
Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang
mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber
lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua
pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga
pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa
asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan
Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di
Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab
yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang
dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada
konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif
senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam
mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk
dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif
model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb
19
Daftar Pustaka
Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah
Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah
Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam
Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika
Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember
2005
Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative
Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa
Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group
of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7
DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari
Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa
Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka
Cipta
Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson
Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah
Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo
Bandung MLC
Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-
Mishriyyah
Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I
Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura
Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-
Kutub
Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos
Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc
Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo
Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc
Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois
Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002
Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang
Depdiknas
Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara
Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II
Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa
Jakarta Rajawali Pers 2005
Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A
Simon amp Schuster Company
Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam
Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta
No 9 Oktober 2002
Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin
20
Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco
Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-
Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah
Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi
Yogyakarta CTSD
7
Belajar aktif adalah suatu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian
menyimpannya dalam otak Belajar aktif memungkinkan siswamahasiswa yang memiliki
learning style (gaya belajar) yang bervariasi dapat disinergikan dan dikolaborasikan satu sama
lain14
Menurut Silberman banyak strategi yang dapat dilakukan untuk menciptakan
pembelajaran aktif Di antaranya adalah (1) learning starts with question (belajar dimulai
dengan pertanyaan) (2) reading guide (membaca buku petunjuk) (3) Information search
(mencari informasi) (4) Critical incident (kejadian penting) (5) Everyone is teacher here
(setiap orang adalah guru dalam forum ini) (6) Jigsaw learning (pembelajaran ala Jigsaw) (7)
the Power of two (kekuatan berpasangan) (8) snowballing (belajar ala bola salaju) (9)
Brainstorming (curah gagasan) (10) Active debate (debat aktif) (11) Synergic teaching
(pengajaran bersinergi) (12) Role playing (bermain peran) dan (12) Concept mapping (peta
konsep atau pemetaan konsep)15
Selain kelima model tersebut ada pula model quantum learning Model ini pada
mulanya dicetuskan oleh Dr Georgi Lazanov Pembelajaran model ini didasarkan pada prinsip
bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi situasi belajar Melalui suggestology
pemercepatan belajar (accelarated learning) dapat dilakukan dengan dibarengi suasana penuh
kegembiraan Untuk menumbuhkan sugesti belajar positif dapat ditempuh melalui teknik
seperti memberikan kenyamanan meningkatkan partisipasi individu dan menghadirkan seni16
Model ini mensyaratkan lingkungan pembelajaran yang aman nyaman menggembirakan (ada
musiknya ruang belajar yang menarik dilengkapi gambar warna-warni ilustrasi peta dsb)
positif dan dilakukan dengan metode berupa mencontohkan permainan simulasi dan
simbol
3 Pembelajaran Kontekstual
Elaine B Johnson mendeskripsikan Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai
suatu sistem pembelajaran yang didasarkan pada filosofi bahwa pembelajar akan belajar
apabila mereka menemukan makna dalam materi akademispelajaran dan apabila mereka dapat
mengaitkan sebuah informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka
dapatkan sebelumnya Dalam hal ini beliau menyatakan ―The CTL system is an educational
process that aims to help students see meaning in the academic material they are studying by
14
Hisyam Zaini dkk Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi (Yogyakarta CTSD
2002) h xii-xv 15
Mel Silberman manawarkan 101 strategi belajar aktif Penjelasan rincinya lihat Mel
Silberman Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects (Massachusetts A Simon amp
Schuster Company 1996) 16
Bobbi DePotter dan Mike Hernacki Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo
(Bandung Kaifa 1999) h 14-16
8
connecting academic subjects with the context of their daily lives that is with the context of
their personal sosial and cultural circumstances To achieve this aim the system
encompasses certain components17
Pendekatan kontekstual merupakan suatu sistem pembelajaran dalam suatu proses
pendidikan yang bertujuan untuk membantu peserta didik dengan mengaitkan materi pelajaran
dengan situasi dan kondisi personal sosial dan kultural mereka Pengaitan ini tentu saja
dimaksudkan agar materi pembelajaran tidak kehilangan relevansi dengan kehidupan peserta
didik dan perkembangan sosial yang ada
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong
mereka membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari Dengan kata lain CTL merupakan konsep pembelajaran yang
menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta
didik secara nyata sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan
kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari18
Asumsinya adalah bahwa jika peserta
didik kembali ke masyarakat maka ia dapat menjadikan apa yang pernah diperolehnya dalam
proses pembelajaran sebagai bekal dan keterampilan hidupnya
Johnson menyebutkan adanya delapan komponen yang tercakup dalam sistem
pendidikan yang menggunakan pendekatan kontekstual atau CTL Kedelapan komponen
tersebut adalah (1) making meaningfull connections atau membuat kaitan yang bermakna (2)
doing significant work atau melakukan karya yang berarti (3) self-regulated learning atau
belajar dengan kontrol pribadi (4) collaborating atau bekerjasama (5) critical and creative
thinking atau berpikir kritis dan kreatif (6) nurturing the individual atau memupuk bakat
individu (7) reaching high standard atau mencapai standar yang cukup tinggi serta (8) using
authentic assessment atau menggunakan penilaian sebenarnya19
Sementara itu tim C-Star dari University of Washington memiliki pendapat serupa
meskipun beberapa dengan istilah yang sedikit berbeda dari yang dikemukakan oleh Johson
tersebut Tim ini menyebutkan adanya tujuh komponen utama CTL yang apabila diterapkan
ketujuhnya maka sebuah kelas dapat dikatakan menggunakan pendekatan CTL Ketujuh
komponen tersebut adalah (1) konstruktivisme (constructivism) (2) menemukan (inquiry) (3)
bertanya (questioning) (4) masyarakat belajar (learning community) (5) pemodelan
17
Elaine B Johnson Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos Here to Stay
(Thousand Oaks Corwin Press Inc 2002) p 25 18
E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 102 19
Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24
9
(modeling) (6) refleksi (reflection) serta (7) penilaian yang sebenarnya (authentic
assessment)20
Komponen pertama konstruktivisme (constructivism) merupakan pemikiran filosofis
yang mengasumsikan bahwa pengetahuan diperoleh dan dibangun manusia sedikit demi
sedikit kemudian hasilnya diperluas atau diperdalam melalui konteks yang terbatas dan
bukannya terjadi secara tiba-tiba (in a sudden) Sedangkan Menemukan (Inquiry) merupakan
suatu siklus pemerolehan pengetahuan yang terdiri dari langkah-langkah observasi bertanya
mengajukan dugaan pengumpulan data dan penyimpulan Bertanya (Questioning)
merupakan strategi utama yang bagi guru merupakan kegiatan untuk mendorong
membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa sementara bagi siswa bertanya
merupakan bagian penting untuk menggali informasi mengkonfirmasi pengetahuan dan
mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui
Komponen keempat adalah Masyarakat Belajar (Learning Community) yakni situasi
yang diciptakan berdasarkan konsep yang menyarankan agar proses dan hasil pembelajaran
diperoleh dari bekerjasama (collaborating) dengan orang lain baik itu kerjasama siswa-siswa
siswa-pengajar maupun siswa-ahli Dalam Pemodelan (Modeling) pengajar (meskipun
kadang melibatkan siswa) memberi contoh mempresentasikan atau mendemonstrasikan
tentang cara bekerja sesuatu sebelum siswa mengerjakan tugas Sedangkan Refleksi
(Reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang
(thinking back) tentang hal-hal yang sudah kita lakukan di masa lalu Refleksi merupakan
respon terhadap kejadian aktifitas maupun pengetahuan yang baru diterima Adapun
Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) adalah proses pengumpulan berbagai data
yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa yang diperoleh dari kegiatan
nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran
Pendekatan kontekstual merupakan pilihan strategi pembelajaran yang berpihak pada
dan memberdayakan siswa CTL memungkinkan proses belajar yang tenang dan
menyenangkan karena pembelajaran dilakukan secara alamiah sehingga peserta didik dapat
mempraktikkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya Pembelajaran kontekstual
mendorong peserta didik memahami hakekat makna dan manfaat belajar sehingga
memungkinkan rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar bahkan kecanduan belajar21
Dalam pembelajaran kontekstual tugas gurudosen adalah memberikan kemudahan
belajar kepada peserta didik dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang
memadai Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan tetapi
juga mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
20
Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24 21
E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 103
10
belajar Lingkungan belajar yang kondusif sangat menunjang pembelajaran kontekstual dan
keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan
Signifikansi lingkungan pembelajaran tampak pada hal-hal berikut (a) belajar efektif itu
dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik (b) pembelajaran harus
berpusat pada ˝bagaimana cara― peserta didik menggunakan pengetahuan baru mereka
Strategi belajar lebih dipentingkan daripada hasilnya dan (c) umpan balik sangat penting bagi
peserta didik yang berasal dari proses penilaian (assessment) yang benar dan (d)
menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting22
Jadi
kontekstualisasi pembelajaran diorientasikan kepada pemandirian peserta didik dalam
mengembangkan kompetensi dan kemampuannya untuk memecahkan masalah Belajar
memecahkan masalah mendorong peserta didik untuk mencari informasi atau melakukan
investigasi
4 Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif mengharuskan tenaga pendidik dapat memunculkan kreativitas
peserta didik dalam kelas baik kreativitas berpikir maupun kreativitas dalam melakukan
sesuatu Kreativitas berpikir merupakan kemampuan imajinatif tetapi rasional Berpikir kreatif
berawal dari berpikir kritis yaitu menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya belum
ada atau memperbaiki seseuatu yang sebelumnya tidak baik23
Pembelajaran kreatif adalah
pembelajaran yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas dengan cara memanfaatkan
segenap potensi dan multi-kecerdasan yang dimiliki peserta didik secara maksimal Secara
implisit pembelajaran ini mengandung muatan baru yang disesuaikan dengan keadaan
terutama dalam penyajiannya yang lebih inovatif
Bila di dalam ruangan kelas tidak tersedia fasilitas pembelajaran yang memadai guru
bisa memanfaatkan fasilitas yang ada termasuk mengeksploitasi secara maksimal alam
lingkungan di sekitarnya Dengan demikian pembelajaran ini mampu beradaptasi dengan
berbagai macam situasi dan keadaan sehingga bisa dilakukan di mana dan kapan saja
Karakter pembelajaran kreatif itu sangat fleksibel dan bergantung pada guru sang
kreator Ini menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut akan dapat disajikan oleh guru-guru
yang memiliki kreativitas tinggi Unsur kreativitas yang dipertaruhkan di sini pada dasarnya
dimiliki oleh setiap orang Orang-orang yang memiliki kreativitas tinggi biasanya dapat
memelihara unsur tersebut dengan baik begitu pun sebaliknya Pembelajaran kreatif dapat
dikembangkan melalui empat tahap Keempat tahap ini oleh Daniel Goleman disebut anatomi
22
Nurhadi Pendekatan Kontekstual (Malang Universitas Negeri Malang 2002) Cet I h 4 23
Abdul Rahman Shaleh Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta
Rajawali Pers 2005) Cet I h 158
11
momen kreatif24
Tahap pertama adalah persiapan yaitu proses pengumpulan berbagai
informasi untuk diuji Dalam tahap ini otak mengumpulkan informasi dan data yang berfungsi
sebagai dasar atau riset untuk karya kreatif yang sedang terjadi Pengalaman hidup turut
menyumbang proses persiapan menjadi kreatif
Kedua inkubasi (disebut juga tahap istirahat) yaitu suatu rentang waktu untuk
merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai memperoleh keyakinan bahwa hipotesis
tersebut rasional Hal ini antara lain dapat diperkuat dengan intuisi dan suara hati nurani
Dalam proses mengaitkan ide pikiran sebenarnya juga melakukan berbagai proses yaitu
menjajarkan memadukan memilah mengitari dan membayangkan ide
Ketiga illuminasi (pencerahan) Pengendapan informasi dan ―lamunan bahkan intuisi
akan membawa kepada pencerahan ketika secara seketika jawaban yang dicari datang
menemui pembelajar tanpa diketahui sumbernya Inilah tahapan yang biasanya memperoleh
limpahan perhatian Pembelajar mendapat inspirasi dan motivasi untuk menjawab tantangan
kreatif yang dihadapi25
Tahap lanjutannya adalah penerjemahan ketika pembelajar mengubah
wawasan menjadi tindakan
Keempat tahap pembuktianpelaksanaan (verifikasi) yaitu pengujian kembali hasil
hipotesis tersebut untuk dijadikan sebagai sebuah rekomendasi Dalam tahap ini ada gagasan
berhasil dengan cepat sedang yang lain perlu waktu berbulan-bulan atau bahkan tahunan
Kemampuan dan keterampilan berpikir dibarengi hasrat kuat dan rasa gembira memainkan
peran penting dalam aktualisasi kreativitas
Selain itu Teresa M Amabile berpendapat bahwa proses pembelajaran kreatif itu
melalui lima tahap dan diibaratkan seperti orang membuat sop Kelima tahap dimaksud adalah
(1) tahap presentasi masalah (pembelajar menyadari adanya suatu masalah yang harus
dipelajari dan dicarikan solusinya (2) tahap persiapan (menyiapkan diri untuk belajar
menelaah bacaan yang relevan dengan masalah) (3) tahap penyimpulan gagasan (hasil
pembacaan biasa melahirkan gagasan sehingga ada titik simpul yang dapat dijadikan sebagai
inspirasi dan media pemecahan masalah (4) tahap validasi (aktualisasi gagasan dalam bentuk
tindakan dan karya kreatif) dan (5) tahap pengukuran hasil (evaluasi)26
Adapun strategi pembelajaran kreatif adalah (1) menyatu dengan masyarakat luas
termasuk berkolega dengan ilmuwan (2) merancang lingkungan yang bernilai tambah seperti
musik pencahayaan aroma warna yang indah dan menarik (3) mengembara keluar dari dunia
24
Daniel Goleman The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah Tempat Kerja
dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo (Bandung MLC 2005) Cet I h
30-37 25 Ayan Jordan E Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Yoour Creative Spirit and
Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan (Bandung Kaifa 2003) Cet V h 56 26
Lihat Teresa M Amabile Growing up Creative (New York Pinguin 1998)
12
sempit dengan belajar menemukan sudut pandang baru dan perenungan pribadi (4) menyulut
inspirasi dari permainan dan humor termasuk olah raga (5) mengembangkan daya pikir
dengan membaca kreatif menjelajahi toko buku dan dunia maya (6) menggemari kesenian
dan memaknai musik dalam jiwa kreatif (7) menggeluti teknologi (8) menghadapi tantangan
dengan teknik berpikir ampuh (9) membebaskan alam kesadaran lain dengan
memvisualisasikan tantangan kreatif dan (10) menyatu dengan jiwa kreatif termasuk di dalam
berdolsquoa dan bermeditasi27
D Strategi Aplikasi CCTL dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Berdasarkan ulasan teoritik tersebut setidaknya ada 10 strategi atau langkah CCTL
yang perlu dipenuhi ketika diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa Arab Kesepuluh syarat
dan rukun dimaksud adalah (1) perumusan visi misi dan orientasi pembelajaran bahasa Arab
(2) desain rencana dan kontrak pembelajaran bahasa Arab (3) pendekatan dan strategi
pembelajaran kontekstual dan kreatif (4) penciptaan suasana pembelajaran yang religius
nyaman menyenangkan dan partisipatoris (5) pengembangan sikap positif dan berpikir
kreatif (6) optimalisasi multi-intelegensi dalam proses pembelajaran bahasa Arab (7)
pengembangan minat dan tradisi membaca meneliti dan menulis dengan bahasa Arab (8)
kontekstualisasi substansi pembelajaran dengan masalah-masalah sosial yang aktual dalam
kehidupan siswamahasiswa (9) optimalisasi pendayagunaan media dan teknologi pendidikan
dan (10) penciptaan sistem evaluasi pembelajaran yang kreatif dan efektif28
Oleh karena itu pembelajaran kontekstual dan kreatif dapat diorientasikan kepada
sebuah visi misi dan orientasi pembelajaran itu sendiri yaitu misalnya mendayagunakan
bahasa Arab secara optimal dalam pemahaman sumber-sumber ajaran Islam Dapat juga
dirumuskan ―Belajar bahasa Arab komunikatif sebagai media untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi Karenanya pembelajar yang kreatif akan berpikir bagaimana
memahami dan menguasai bahasa Arab ndashminimal pasifmdash dengan baik Bagaimana bahasa
Arab yang sudah dipahami itu dapat diaplikasikan dalam pemahaman literatur keislaman yang
berbahasa Arab dan juga menulis karya dalam bahasa Arab Bagaimana wujud pemahaman itu
dapat diaktualisasikan dalam bentuk produk pemikiran Bagaimana produk pemikiran itu
dapat dikembangkan dan dimasyarakatkan dan seterusnya Jadi pembelajaran kontekstual
27
Muhammad Fauzicirc Abd al-Maqshucircd al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah Muawwiqacirct wa
Acircliyacirct al-Muwacircjahah (Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah 2004) h 28
Kesepuluh ―syarat dan rukun tersebut diabstraksikan dari pemaduan model pembelajaran
kontekstual dan kreatif dan juga diperkuat dengan teori-teori linguistik dan psikologi belajar
Mengenai teori-teori dimaksud lihat Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm al-Ushailicirc al-Nazhariyyacirct al-
Lughawiyyah wa al-Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah (Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah 1999)
13
dan kreatif menghendaki adanya sense of creativity and making contextuality kedalaman dan
kontekstualitas dalam berpikir dan berkarya sehingga suatu persoalan dapat dipecahkan secara
tuntas dan kreatif
Strategi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dilakukan
melalui tiga tahap ndashmeminjam teori Tammacircm Hassacircn yaitu tahap tarsquoacircrruf (pengenalan)
tahap isticircrsquoacircb (pemahaman) dan istimtacircrsquo (apresiasi dan penikmatan)29
Pada tahap pertama
pembelajaran bahasa Arab baru merupakan pengenalan unsur-unsur bahasa Arab seperti
simbol bunyi morfem kosa kata frase dan struktur dasar bahasa Arab Pada tahap kedua
pembelajaran bahasa Arab diorientasikan kepada pemahaman terhadap hubungan antara
berbagai unsur bahasa Arab perbedaan penggunaan unsur-unsur itu dalam struktur kalimat
sehingga pembelajar bahasa Arab dapat membedakan berbagai bentuk kalimat Sedangkan
tahap ketiga pembelajaran bahasa Arab diarahkan untuk bisa mengapresiasi dan menikmati
struktur dan sistem bahasa Arab
Pembelajaran bahasa Arab tidak berada dalam ruang konteks dan orientasi yang
kering Bahasa Arab sebagai media komunikasi aktif maupun alat untuk memahami teks perlu
ditunjukkan fungsi-fungsinya secara optimal sehingga nilai dan signifikansi belajara bahasa
Arab itu tidak sia-sia belaka Jadi pada tahap awal diperlukan upaya-upaya pencitraan dan
pemberian kesan positif mengenai belajar bahasa Arab kepada para peserta didik Pencitraan
dan pengesanan positif ini menjadi titik tolak yang dapat menentukan perjalanan pembelajaran
bahasa Arab berikut Pengalaman menunjukkan bahwa sebelum belajar bahasa Arab sebagian
besar peserta didik sudah memiliki kesan dan citra kurang positif terhadap bahasa Arab
sehingga ―sugesti negatif ini menjadi hambatan psikologis awal yang dapat mengurangi
motivasi mereka dalam belajar bahasa Arab30
Pada tahap berikutnya penguatan motivasi dan orientasi belajar bahasa Arab perlu
dilakukan Pengamatan penulis menunjukkan bahwa para pembelajar bahasa Arab kebanyakan
posisinya seperti ―muallaf miskin bukan ―muallaf kaya Sebagai ―muallaf miskin dalam
belajar bahasa Arab ia perlu dibimbing dikuatkan hati keimanan dan kesabarannya Belajar
bahasa Arab perlu dikaitkan dengan kebutuhan dan tuntutan nyata peserta
Selain itu model CCTL dapat diaplikasikan dalam bentuk pembelajaran bahasa Arab
yang berbasis fungsi dan karakteristik bahasa Arab itu sendiri Misalnya saja fungsi bahasa
Arab sebagai instrumental function (al-wazhicircfah al-nafrsquoiyyah) dan interactional function (al-
29
Tammacircm Hassacircn al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna Bihacirc
(Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Quracirc 1984) h 7-8 30
Hasil dari berbagai diskusi di lingkungan dosen PBA FITK UIN Jakarta meneguhkan bahwa
belajar bahasa Arab tidak cukup hanya dengan motivasi religius (bahwa bahasa Arab itu bahasa
Alquran hadis Nabi bahasa salat doa dan sebagainya) tetapi juga motivasi praktis-pragmatis dan
akademis (misalnya banyak pakar bahasa Arab yang mampu memanfaatkan berbagai peluang
ekonomi memiliki kehidupan sosial ekonomi yang sejahtera dan sebagainya)
14
wazhicircfah al-tafacircrsquouliyyah)31
dalam kehidupan sehari-hari siswamahasiswa Dalam hal ini guru
bahasa Arab perlu mendesain materi pembelajarannya membuat para siswa dapat
menggunakan bahasa itu untuk memenuhi kebutuhannya seperti berkenalan menanyakan
alamat membeli sesuatu sehingga proses pembelajaran harus komunikatif Selain dituntut
memiliki kompetensi berbahasa aktif gurudosen juga proaktif dalam memfasilitasi dan
memotivasi siswamahasiswa untuk mau berkomunikasi menggunakan bahasa Arab secara
aktif betapun masih terjadi kesalahan berbahasa Dengan kata lain proses pembelajaran
bahasa Arab yang berorientasi komunikatif perlu memperhatikan konteks kebutuhan dan
lingkungan siswa sehingga dalam diri siswa tumbuh ―komitmen dan ―perasaan memerlukan
untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab
Bahasa Arab memiliki banyak karakteristik yang ndashboleh jadimdash tidak dimiliki oleh
bahasa lain Misalnya saja bahasa Arab itu lughat al-irsquoracircb wa al-isytiqacircq (bahasa irsquoracircb dan
derivasi)32
Jika guru memiliki visi bahwa pembelajaran bahasa Arab itu tidak identik dengan
pembelajaran nahwu lebih-lebih irsquoracircb maka bahasa Arab yang diajarkan semestinya tidak
sekedar membaca dan mengirsquorab Irsquoracircb hanyalah salah satu fenomena kebahasaan yang harus
dikaitkan dengan proses pemaknaan struktur kalimat Jadi konteks pembelajaran nahwu bukan
untuk menjelaskan mawacircqirsquo irsquoracircb itu sendiri melainkan untuk memahami dan memaknai
struktur kalimat
Bahasa Arab sebagai bahasa yang sangat kaya derivasi menuntut guru untuk kreatif
dalam memperkenalkan bentuk-bentuk dan perubahan kata berikut implikasi semantiknya
Tentu saja pengenalan tashricircf itu tidak harus melalui hafalan seperti yang dilakukan di
beberapa pesantren tetapi lebih produktif dan konstruktif jika dilakukan melalui intensifikasi
tadricircbat (latihan-latihan) terutama latihan berpola terstruktur dan kontekstual (diletakkan
dalam konteksnya yang tepat) Misalnya saja ketika gurudosen memperkenalkan bentuk
mashdar yang berwazan mufacircrsquoalah dan firsquoacircl maka sebaiknya dikenalkan bentuk kata lain
yang familiar dan fungsional dalam kalimat yang tepat misalnya
الشبهاتو يقوم الصائمون بمجاىدة النفس بامتثال األوامر واجتناب النواىي 1 الجهاد في سبيل اهلل ركن من أركان اإلسالم الستة عند الشيعة 2
Selain itu strategi lain yang dapat diaplikasikan adalah mendekatkan siswa atau
mahasiswa dengan penggunaan bahasa Arab yang riil lengkap dengan konteksnya tidak
31
Setidaknya ada tujuh fungsi utama bahasa yaitu instrumental function regulatory function
interactional function personal function heuristic function (al-wazhicircfah al-iktisyacircfiyyah)
imafinative function dan representational function (al-wazhicircfah al-bayacircniyyah) Lihat Rusydicirc Ahmad
Thulsquoaimah Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclicircbuhucirc
(Rabacircth Isisco 1989) h 119-120 32
Nacircyif Mahmucircd Malsquorucircf Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc (Beirut Dacircr al-
Nafacirclsquois 1998) Cet V h 43-45
15
berupa realitas bahasa Arab buatan Hal ini dimaksudkan agar siswamahasiswa langsung
dapat memahami penggunaan bahasa Arab itu sebagaimana mestinya dan sekaligus dapat
mengetahui konteksnya Sebagai contoh ketika mengajarkan ungkapan-ungkapan tertentu
dalam menulis (insyacircrsquo) guru perlu langsung merujuk kepada apa yang familiar digunakan oleh
orang Arab Dalam hal ini koran majalah dan buku-buku bahasa Arab standar (fushhacirc) dapat
dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran Misalnya saja tenaga pendidik
(gurudosen) membelajarkan informasi (dan istilah) tentang keadaan cuaca maka gambar
berikut dapat langsung menjadi sumber belajar yang kontekstual
CCTL dalam proses pembelajaran juga menghendaki adanya proses dan produk belajar
yang baik dan berguna bagi semua baik dalam bentuk kompetensi berbahasa Arab aktif
maupun karya-karya mulai dari ―kamus mini kumpulan ungkapan surat-surat dalam bahasa
Arab dan sebagainya Karena itu porsi praktik dan latihan dalam proses pembelajaran bahasa
Arab harus lebih ditingkatkan Latihan yang dikembangkan juga sebaiknya variatif dan
mengandung unsur ―games atau alrsquoacircb lughawiyyah Desain latihan media dan games ini
masih menjadi tantangan dan PR bagi kita semua
Selain itu sejak dini tenaga pendidik harus mulai mengasah kepekaannya terhadap
masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab33
Penentuan
masalah sebagai basis proses pembelajaran bahasa Arab misalnya adanya kesulitan
membedakan antara jumlah firsquoliyyah dan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa firsquol perlu
mendapat perhatian tersendiri dari tenaga pendidik dalam mengaplikasikan CCTL Jika tenaga
pendidik dapat mengetahui akar masalahnya misalnya mubtadarsquo (subyek) yang berupa jamak
khabar yang berupa firsquol itu harus jamak sementara pada jumlah firsquoliyyah tidak jamak maka
yang diperlukan adalah tadricircbacirct penggunaan dua jenis kalimat itu secara bergradasi sambil
memperkenalkan kaedahnya secara sederhana Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana
33
Lihat Tammacircm Hassacircn Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I (Kairo Acirclam al-Kutub
2006) Cet I h 34
16
pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah
dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan
dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau
majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah
E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL
Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab
ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-
linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu
1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa
Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam
mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang
profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa
Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik
untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan
dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas
belajar yang kontektual dan menyenangkan
2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab
keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang
menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan
(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa
butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai
3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran
bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)
Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan
sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang
kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk
memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya
sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional
4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga
pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan
berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan
hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini
adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin
untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta
17
didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya
dalam mempraktikkan bahasa Arab34
5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa
Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa
dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap
pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini
berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai
macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris
misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada
Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia
Mesir Syria dan sebagainya
6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku
bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur
tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih
mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur
Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan
―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada
pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi
akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan
penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku
(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya
7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari
dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung
kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada
umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan
daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin
berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja
keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi
pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau
belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa
Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke
arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola
atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya
34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab
―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab
dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta
Desember 2005
18
F Penutup
Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan
masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa
pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak
semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa
Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan
atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu
dicarikan solusinya secara lebih dini
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam
pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya
tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang
jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam
pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula
penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi
pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki
kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan
kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi
bahasa Arab yang efektif
Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang
mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber
lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua
pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga
pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa
asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan
Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di
Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab
yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang
dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada
konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif
senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam
mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk
dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif
model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb
19
Daftar Pustaka
Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah
Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah
Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam
Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika
Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember
2005
Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative
Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa
Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group
of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7
DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari
Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa
Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka
Cipta
Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson
Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah
Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo
Bandung MLC
Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-
Mishriyyah
Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I
Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura
Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-
Kutub
Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos
Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc
Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo
Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc
Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois
Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002
Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang
Depdiknas
Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara
Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II
Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa
Jakarta Rajawali Pers 2005
Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A
Simon amp Schuster Company
Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam
Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta
No 9 Oktober 2002
Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin
20
Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco
Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-
Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah
Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi
Yogyakarta CTSD
8
connecting academic subjects with the context of their daily lives that is with the context of
their personal sosial and cultural circumstances To achieve this aim the system
encompasses certain components17
Pendekatan kontekstual merupakan suatu sistem pembelajaran dalam suatu proses
pendidikan yang bertujuan untuk membantu peserta didik dengan mengaitkan materi pelajaran
dengan situasi dan kondisi personal sosial dan kultural mereka Pengaitan ini tentu saja
dimaksudkan agar materi pembelajaran tidak kehilangan relevansi dengan kehidupan peserta
didik dan perkembangan sosial yang ada
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong
mereka membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari Dengan kata lain CTL merupakan konsep pembelajaran yang
menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta
didik secara nyata sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan
kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari18
Asumsinya adalah bahwa jika peserta
didik kembali ke masyarakat maka ia dapat menjadikan apa yang pernah diperolehnya dalam
proses pembelajaran sebagai bekal dan keterampilan hidupnya
Johnson menyebutkan adanya delapan komponen yang tercakup dalam sistem
pendidikan yang menggunakan pendekatan kontekstual atau CTL Kedelapan komponen
tersebut adalah (1) making meaningfull connections atau membuat kaitan yang bermakna (2)
doing significant work atau melakukan karya yang berarti (3) self-regulated learning atau
belajar dengan kontrol pribadi (4) collaborating atau bekerjasama (5) critical and creative
thinking atau berpikir kritis dan kreatif (6) nurturing the individual atau memupuk bakat
individu (7) reaching high standard atau mencapai standar yang cukup tinggi serta (8) using
authentic assessment atau menggunakan penilaian sebenarnya19
Sementara itu tim C-Star dari University of Washington memiliki pendapat serupa
meskipun beberapa dengan istilah yang sedikit berbeda dari yang dikemukakan oleh Johson
tersebut Tim ini menyebutkan adanya tujuh komponen utama CTL yang apabila diterapkan
ketujuhnya maka sebuah kelas dapat dikatakan menggunakan pendekatan CTL Ketujuh
komponen tersebut adalah (1) konstruktivisme (constructivism) (2) menemukan (inquiry) (3)
bertanya (questioning) (4) masyarakat belajar (learning community) (5) pemodelan
17
Elaine B Johnson Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos Here to Stay
(Thousand Oaks Corwin Press Inc 2002) p 25 18
E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 102 19
Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24
9
(modeling) (6) refleksi (reflection) serta (7) penilaian yang sebenarnya (authentic
assessment)20
Komponen pertama konstruktivisme (constructivism) merupakan pemikiran filosofis
yang mengasumsikan bahwa pengetahuan diperoleh dan dibangun manusia sedikit demi
sedikit kemudian hasilnya diperluas atau diperdalam melalui konteks yang terbatas dan
bukannya terjadi secara tiba-tiba (in a sudden) Sedangkan Menemukan (Inquiry) merupakan
suatu siklus pemerolehan pengetahuan yang terdiri dari langkah-langkah observasi bertanya
mengajukan dugaan pengumpulan data dan penyimpulan Bertanya (Questioning)
merupakan strategi utama yang bagi guru merupakan kegiatan untuk mendorong
membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa sementara bagi siswa bertanya
merupakan bagian penting untuk menggali informasi mengkonfirmasi pengetahuan dan
mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui
Komponen keempat adalah Masyarakat Belajar (Learning Community) yakni situasi
yang diciptakan berdasarkan konsep yang menyarankan agar proses dan hasil pembelajaran
diperoleh dari bekerjasama (collaborating) dengan orang lain baik itu kerjasama siswa-siswa
siswa-pengajar maupun siswa-ahli Dalam Pemodelan (Modeling) pengajar (meskipun
kadang melibatkan siswa) memberi contoh mempresentasikan atau mendemonstrasikan
tentang cara bekerja sesuatu sebelum siswa mengerjakan tugas Sedangkan Refleksi
(Reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang
(thinking back) tentang hal-hal yang sudah kita lakukan di masa lalu Refleksi merupakan
respon terhadap kejadian aktifitas maupun pengetahuan yang baru diterima Adapun
Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) adalah proses pengumpulan berbagai data
yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa yang diperoleh dari kegiatan
nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran
Pendekatan kontekstual merupakan pilihan strategi pembelajaran yang berpihak pada
dan memberdayakan siswa CTL memungkinkan proses belajar yang tenang dan
menyenangkan karena pembelajaran dilakukan secara alamiah sehingga peserta didik dapat
mempraktikkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya Pembelajaran kontekstual
mendorong peserta didik memahami hakekat makna dan manfaat belajar sehingga
memungkinkan rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar bahkan kecanduan belajar21
Dalam pembelajaran kontekstual tugas gurudosen adalah memberikan kemudahan
belajar kepada peserta didik dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang
memadai Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan tetapi
juga mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
20
Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24 21
E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 103
10
belajar Lingkungan belajar yang kondusif sangat menunjang pembelajaran kontekstual dan
keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan
Signifikansi lingkungan pembelajaran tampak pada hal-hal berikut (a) belajar efektif itu
dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik (b) pembelajaran harus
berpusat pada ˝bagaimana cara― peserta didik menggunakan pengetahuan baru mereka
Strategi belajar lebih dipentingkan daripada hasilnya dan (c) umpan balik sangat penting bagi
peserta didik yang berasal dari proses penilaian (assessment) yang benar dan (d)
menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting22
Jadi
kontekstualisasi pembelajaran diorientasikan kepada pemandirian peserta didik dalam
mengembangkan kompetensi dan kemampuannya untuk memecahkan masalah Belajar
memecahkan masalah mendorong peserta didik untuk mencari informasi atau melakukan
investigasi
4 Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif mengharuskan tenaga pendidik dapat memunculkan kreativitas
peserta didik dalam kelas baik kreativitas berpikir maupun kreativitas dalam melakukan
sesuatu Kreativitas berpikir merupakan kemampuan imajinatif tetapi rasional Berpikir kreatif
berawal dari berpikir kritis yaitu menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya belum
ada atau memperbaiki seseuatu yang sebelumnya tidak baik23
Pembelajaran kreatif adalah
pembelajaran yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas dengan cara memanfaatkan
segenap potensi dan multi-kecerdasan yang dimiliki peserta didik secara maksimal Secara
implisit pembelajaran ini mengandung muatan baru yang disesuaikan dengan keadaan
terutama dalam penyajiannya yang lebih inovatif
Bila di dalam ruangan kelas tidak tersedia fasilitas pembelajaran yang memadai guru
bisa memanfaatkan fasilitas yang ada termasuk mengeksploitasi secara maksimal alam
lingkungan di sekitarnya Dengan demikian pembelajaran ini mampu beradaptasi dengan
berbagai macam situasi dan keadaan sehingga bisa dilakukan di mana dan kapan saja
Karakter pembelajaran kreatif itu sangat fleksibel dan bergantung pada guru sang
kreator Ini menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut akan dapat disajikan oleh guru-guru
yang memiliki kreativitas tinggi Unsur kreativitas yang dipertaruhkan di sini pada dasarnya
dimiliki oleh setiap orang Orang-orang yang memiliki kreativitas tinggi biasanya dapat
memelihara unsur tersebut dengan baik begitu pun sebaliknya Pembelajaran kreatif dapat
dikembangkan melalui empat tahap Keempat tahap ini oleh Daniel Goleman disebut anatomi
22
Nurhadi Pendekatan Kontekstual (Malang Universitas Negeri Malang 2002) Cet I h 4 23
Abdul Rahman Shaleh Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta
Rajawali Pers 2005) Cet I h 158
11
momen kreatif24
Tahap pertama adalah persiapan yaitu proses pengumpulan berbagai
informasi untuk diuji Dalam tahap ini otak mengumpulkan informasi dan data yang berfungsi
sebagai dasar atau riset untuk karya kreatif yang sedang terjadi Pengalaman hidup turut
menyumbang proses persiapan menjadi kreatif
Kedua inkubasi (disebut juga tahap istirahat) yaitu suatu rentang waktu untuk
merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai memperoleh keyakinan bahwa hipotesis
tersebut rasional Hal ini antara lain dapat diperkuat dengan intuisi dan suara hati nurani
Dalam proses mengaitkan ide pikiran sebenarnya juga melakukan berbagai proses yaitu
menjajarkan memadukan memilah mengitari dan membayangkan ide
Ketiga illuminasi (pencerahan) Pengendapan informasi dan ―lamunan bahkan intuisi
akan membawa kepada pencerahan ketika secara seketika jawaban yang dicari datang
menemui pembelajar tanpa diketahui sumbernya Inilah tahapan yang biasanya memperoleh
limpahan perhatian Pembelajar mendapat inspirasi dan motivasi untuk menjawab tantangan
kreatif yang dihadapi25
Tahap lanjutannya adalah penerjemahan ketika pembelajar mengubah
wawasan menjadi tindakan
Keempat tahap pembuktianpelaksanaan (verifikasi) yaitu pengujian kembali hasil
hipotesis tersebut untuk dijadikan sebagai sebuah rekomendasi Dalam tahap ini ada gagasan
berhasil dengan cepat sedang yang lain perlu waktu berbulan-bulan atau bahkan tahunan
Kemampuan dan keterampilan berpikir dibarengi hasrat kuat dan rasa gembira memainkan
peran penting dalam aktualisasi kreativitas
Selain itu Teresa M Amabile berpendapat bahwa proses pembelajaran kreatif itu
melalui lima tahap dan diibaratkan seperti orang membuat sop Kelima tahap dimaksud adalah
(1) tahap presentasi masalah (pembelajar menyadari adanya suatu masalah yang harus
dipelajari dan dicarikan solusinya (2) tahap persiapan (menyiapkan diri untuk belajar
menelaah bacaan yang relevan dengan masalah) (3) tahap penyimpulan gagasan (hasil
pembacaan biasa melahirkan gagasan sehingga ada titik simpul yang dapat dijadikan sebagai
inspirasi dan media pemecahan masalah (4) tahap validasi (aktualisasi gagasan dalam bentuk
tindakan dan karya kreatif) dan (5) tahap pengukuran hasil (evaluasi)26
Adapun strategi pembelajaran kreatif adalah (1) menyatu dengan masyarakat luas
termasuk berkolega dengan ilmuwan (2) merancang lingkungan yang bernilai tambah seperti
musik pencahayaan aroma warna yang indah dan menarik (3) mengembara keluar dari dunia
24
Daniel Goleman The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah Tempat Kerja
dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo (Bandung MLC 2005) Cet I h
30-37 25 Ayan Jordan E Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Yoour Creative Spirit and
Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan (Bandung Kaifa 2003) Cet V h 56 26
Lihat Teresa M Amabile Growing up Creative (New York Pinguin 1998)
12
sempit dengan belajar menemukan sudut pandang baru dan perenungan pribadi (4) menyulut
inspirasi dari permainan dan humor termasuk olah raga (5) mengembangkan daya pikir
dengan membaca kreatif menjelajahi toko buku dan dunia maya (6) menggemari kesenian
dan memaknai musik dalam jiwa kreatif (7) menggeluti teknologi (8) menghadapi tantangan
dengan teknik berpikir ampuh (9) membebaskan alam kesadaran lain dengan
memvisualisasikan tantangan kreatif dan (10) menyatu dengan jiwa kreatif termasuk di dalam
berdolsquoa dan bermeditasi27
D Strategi Aplikasi CCTL dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Berdasarkan ulasan teoritik tersebut setidaknya ada 10 strategi atau langkah CCTL
yang perlu dipenuhi ketika diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa Arab Kesepuluh syarat
dan rukun dimaksud adalah (1) perumusan visi misi dan orientasi pembelajaran bahasa Arab
(2) desain rencana dan kontrak pembelajaran bahasa Arab (3) pendekatan dan strategi
pembelajaran kontekstual dan kreatif (4) penciptaan suasana pembelajaran yang religius
nyaman menyenangkan dan partisipatoris (5) pengembangan sikap positif dan berpikir
kreatif (6) optimalisasi multi-intelegensi dalam proses pembelajaran bahasa Arab (7)
pengembangan minat dan tradisi membaca meneliti dan menulis dengan bahasa Arab (8)
kontekstualisasi substansi pembelajaran dengan masalah-masalah sosial yang aktual dalam
kehidupan siswamahasiswa (9) optimalisasi pendayagunaan media dan teknologi pendidikan
dan (10) penciptaan sistem evaluasi pembelajaran yang kreatif dan efektif28
Oleh karena itu pembelajaran kontekstual dan kreatif dapat diorientasikan kepada
sebuah visi misi dan orientasi pembelajaran itu sendiri yaitu misalnya mendayagunakan
bahasa Arab secara optimal dalam pemahaman sumber-sumber ajaran Islam Dapat juga
dirumuskan ―Belajar bahasa Arab komunikatif sebagai media untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi Karenanya pembelajar yang kreatif akan berpikir bagaimana
memahami dan menguasai bahasa Arab ndashminimal pasifmdash dengan baik Bagaimana bahasa
Arab yang sudah dipahami itu dapat diaplikasikan dalam pemahaman literatur keislaman yang
berbahasa Arab dan juga menulis karya dalam bahasa Arab Bagaimana wujud pemahaman itu
dapat diaktualisasikan dalam bentuk produk pemikiran Bagaimana produk pemikiran itu
dapat dikembangkan dan dimasyarakatkan dan seterusnya Jadi pembelajaran kontekstual
27
Muhammad Fauzicirc Abd al-Maqshucircd al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah Muawwiqacirct wa
Acircliyacirct al-Muwacircjahah (Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah 2004) h 28
Kesepuluh ―syarat dan rukun tersebut diabstraksikan dari pemaduan model pembelajaran
kontekstual dan kreatif dan juga diperkuat dengan teori-teori linguistik dan psikologi belajar
Mengenai teori-teori dimaksud lihat Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm al-Ushailicirc al-Nazhariyyacirct al-
Lughawiyyah wa al-Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah (Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah 1999)
13
dan kreatif menghendaki adanya sense of creativity and making contextuality kedalaman dan
kontekstualitas dalam berpikir dan berkarya sehingga suatu persoalan dapat dipecahkan secara
tuntas dan kreatif
Strategi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dilakukan
melalui tiga tahap ndashmeminjam teori Tammacircm Hassacircn yaitu tahap tarsquoacircrruf (pengenalan)
tahap isticircrsquoacircb (pemahaman) dan istimtacircrsquo (apresiasi dan penikmatan)29
Pada tahap pertama
pembelajaran bahasa Arab baru merupakan pengenalan unsur-unsur bahasa Arab seperti
simbol bunyi morfem kosa kata frase dan struktur dasar bahasa Arab Pada tahap kedua
pembelajaran bahasa Arab diorientasikan kepada pemahaman terhadap hubungan antara
berbagai unsur bahasa Arab perbedaan penggunaan unsur-unsur itu dalam struktur kalimat
sehingga pembelajar bahasa Arab dapat membedakan berbagai bentuk kalimat Sedangkan
tahap ketiga pembelajaran bahasa Arab diarahkan untuk bisa mengapresiasi dan menikmati
struktur dan sistem bahasa Arab
Pembelajaran bahasa Arab tidak berada dalam ruang konteks dan orientasi yang
kering Bahasa Arab sebagai media komunikasi aktif maupun alat untuk memahami teks perlu
ditunjukkan fungsi-fungsinya secara optimal sehingga nilai dan signifikansi belajara bahasa
Arab itu tidak sia-sia belaka Jadi pada tahap awal diperlukan upaya-upaya pencitraan dan
pemberian kesan positif mengenai belajar bahasa Arab kepada para peserta didik Pencitraan
dan pengesanan positif ini menjadi titik tolak yang dapat menentukan perjalanan pembelajaran
bahasa Arab berikut Pengalaman menunjukkan bahwa sebelum belajar bahasa Arab sebagian
besar peserta didik sudah memiliki kesan dan citra kurang positif terhadap bahasa Arab
sehingga ―sugesti negatif ini menjadi hambatan psikologis awal yang dapat mengurangi
motivasi mereka dalam belajar bahasa Arab30
Pada tahap berikutnya penguatan motivasi dan orientasi belajar bahasa Arab perlu
dilakukan Pengamatan penulis menunjukkan bahwa para pembelajar bahasa Arab kebanyakan
posisinya seperti ―muallaf miskin bukan ―muallaf kaya Sebagai ―muallaf miskin dalam
belajar bahasa Arab ia perlu dibimbing dikuatkan hati keimanan dan kesabarannya Belajar
bahasa Arab perlu dikaitkan dengan kebutuhan dan tuntutan nyata peserta
Selain itu model CCTL dapat diaplikasikan dalam bentuk pembelajaran bahasa Arab
yang berbasis fungsi dan karakteristik bahasa Arab itu sendiri Misalnya saja fungsi bahasa
Arab sebagai instrumental function (al-wazhicircfah al-nafrsquoiyyah) dan interactional function (al-
29
Tammacircm Hassacircn al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna Bihacirc
(Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Quracirc 1984) h 7-8 30
Hasil dari berbagai diskusi di lingkungan dosen PBA FITK UIN Jakarta meneguhkan bahwa
belajar bahasa Arab tidak cukup hanya dengan motivasi religius (bahwa bahasa Arab itu bahasa
Alquran hadis Nabi bahasa salat doa dan sebagainya) tetapi juga motivasi praktis-pragmatis dan
akademis (misalnya banyak pakar bahasa Arab yang mampu memanfaatkan berbagai peluang
ekonomi memiliki kehidupan sosial ekonomi yang sejahtera dan sebagainya)
14
wazhicircfah al-tafacircrsquouliyyah)31
dalam kehidupan sehari-hari siswamahasiswa Dalam hal ini guru
bahasa Arab perlu mendesain materi pembelajarannya membuat para siswa dapat
menggunakan bahasa itu untuk memenuhi kebutuhannya seperti berkenalan menanyakan
alamat membeli sesuatu sehingga proses pembelajaran harus komunikatif Selain dituntut
memiliki kompetensi berbahasa aktif gurudosen juga proaktif dalam memfasilitasi dan
memotivasi siswamahasiswa untuk mau berkomunikasi menggunakan bahasa Arab secara
aktif betapun masih terjadi kesalahan berbahasa Dengan kata lain proses pembelajaran
bahasa Arab yang berorientasi komunikatif perlu memperhatikan konteks kebutuhan dan
lingkungan siswa sehingga dalam diri siswa tumbuh ―komitmen dan ―perasaan memerlukan
untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab
Bahasa Arab memiliki banyak karakteristik yang ndashboleh jadimdash tidak dimiliki oleh
bahasa lain Misalnya saja bahasa Arab itu lughat al-irsquoracircb wa al-isytiqacircq (bahasa irsquoracircb dan
derivasi)32
Jika guru memiliki visi bahwa pembelajaran bahasa Arab itu tidak identik dengan
pembelajaran nahwu lebih-lebih irsquoracircb maka bahasa Arab yang diajarkan semestinya tidak
sekedar membaca dan mengirsquorab Irsquoracircb hanyalah salah satu fenomena kebahasaan yang harus
dikaitkan dengan proses pemaknaan struktur kalimat Jadi konteks pembelajaran nahwu bukan
untuk menjelaskan mawacircqirsquo irsquoracircb itu sendiri melainkan untuk memahami dan memaknai
struktur kalimat
Bahasa Arab sebagai bahasa yang sangat kaya derivasi menuntut guru untuk kreatif
dalam memperkenalkan bentuk-bentuk dan perubahan kata berikut implikasi semantiknya
Tentu saja pengenalan tashricircf itu tidak harus melalui hafalan seperti yang dilakukan di
beberapa pesantren tetapi lebih produktif dan konstruktif jika dilakukan melalui intensifikasi
tadricircbat (latihan-latihan) terutama latihan berpola terstruktur dan kontekstual (diletakkan
dalam konteksnya yang tepat) Misalnya saja ketika gurudosen memperkenalkan bentuk
mashdar yang berwazan mufacircrsquoalah dan firsquoacircl maka sebaiknya dikenalkan bentuk kata lain
yang familiar dan fungsional dalam kalimat yang tepat misalnya
الشبهاتو يقوم الصائمون بمجاىدة النفس بامتثال األوامر واجتناب النواىي 1 الجهاد في سبيل اهلل ركن من أركان اإلسالم الستة عند الشيعة 2
Selain itu strategi lain yang dapat diaplikasikan adalah mendekatkan siswa atau
mahasiswa dengan penggunaan bahasa Arab yang riil lengkap dengan konteksnya tidak
31
Setidaknya ada tujuh fungsi utama bahasa yaitu instrumental function regulatory function
interactional function personal function heuristic function (al-wazhicircfah al-iktisyacircfiyyah)
imafinative function dan representational function (al-wazhicircfah al-bayacircniyyah) Lihat Rusydicirc Ahmad
Thulsquoaimah Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclicircbuhucirc
(Rabacircth Isisco 1989) h 119-120 32
Nacircyif Mahmucircd Malsquorucircf Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc (Beirut Dacircr al-
Nafacirclsquois 1998) Cet V h 43-45
15
berupa realitas bahasa Arab buatan Hal ini dimaksudkan agar siswamahasiswa langsung
dapat memahami penggunaan bahasa Arab itu sebagaimana mestinya dan sekaligus dapat
mengetahui konteksnya Sebagai contoh ketika mengajarkan ungkapan-ungkapan tertentu
dalam menulis (insyacircrsquo) guru perlu langsung merujuk kepada apa yang familiar digunakan oleh
orang Arab Dalam hal ini koran majalah dan buku-buku bahasa Arab standar (fushhacirc) dapat
dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran Misalnya saja tenaga pendidik
(gurudosen) membelajarkan informasi (dan istilah) tentang keadaan cuaca maka gambar
berikut dapat langsung menjadi sumber belajar yang kontekstual
CCTL dalam proses pembelajaran juga menghendaki adanya proses dan produk belajar
yang baik dan berguna bagi semua baik dalam bentuk kompetensi berbahasa Arab aktif
maupun karya-karya mulai dari ―kamus mini kumpulan ungkapan surat-surat dalam bahasa
Arab dan sebagainya Karena itu porsi praktik dan latihan dalam proses pembelajaran bahasa
Arab harus lebih ditingkatkan Latihan yang dikembangkan juga sebaiknya variatif dan
mengandung unsur ―games atau alrsquoacircb lughawiyyah Desain latihan media dan games ini
masih menjadi tantangan dan PR bagi kita semua
Selain itu sejak dini tenaga pendidik harus mulai mengasah kepekaannya terhadap
masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab33
Penentuan
masalah sebagai basis proses pembelajaran bahasa Arab misalnya adanya kesulitan
membedakan antara jumlah firsquoliyyah dan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa firsquol perlu
mendapat perhatian tersendiri dari tenaga pendidik dalam mengaplikasikan CCTL Jika tenaga
pendidik dapat mengetahui akar masalahnya misalnya mubtadarsquo (subyek) yang berupa jamak
khabar yang berupa firsquol itu harus jamak sementara pada jumlah firsquoliyyah tidak jamak maka
yang diperlukan adalah tadricircbacirct penggunaan dua jenis kalimat itu secara bergradasi sambil
memperkenalkan kaedahnya secara sederhana Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana
33
Lihat Tammacircm Hassacircn Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I (Kairo Acirclam al-Kutub
2006) Cet I h 34
16
pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah
dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan
dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau
majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah
E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL
Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab
ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-
linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu
1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa
Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam
mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang
profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa
Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik
untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan
dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas
belajar yang kontektual dan menyenangkan
2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab
keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang
menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan
(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa
butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai
3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran
bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)
Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan
sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang
kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk
memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya
sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional
4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga
pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan
berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan
hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini
adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin
untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta
17
didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya
dalam mempraktikkan bahasa Arab34
5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa
Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa
dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap
pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini
berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai
macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris
misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada
Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia
Mesir Syria dan sebagainya
6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku
bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur
tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih
mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur
Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan
―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada
pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi
akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan
penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku
(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya
7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari
dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung
kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada
umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan
daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin
berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja
keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi
pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau
belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa
Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke
arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola
atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya
34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab
―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab
dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta
Desember 2005
18
F Penutup
Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan
masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa
pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak
semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa
Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan
atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu
dicarikan solusinya secara lebih dini
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam
pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya
tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang
jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam
pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula
penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi
pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki
kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan
kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi
bahasa Arab yang efektif
Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang
mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber
lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua
pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga
pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa
asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan
Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di
Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab
yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang
dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada
konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif
senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam
mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk
dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif
model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb
19
Daftar Pustaka
Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah
Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah
Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam
Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika
Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember
2005
Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative
Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa
Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group
of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7
DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari
Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa
Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka
Cipta
Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson
Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah
Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo
Bandung MLC
Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-
Mishriyyah
Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I
Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura
Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-
Kutub
Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos
Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc
Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo
Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc
Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois
Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002
Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang
Depdiknas
Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara
Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II
Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa
Jakarta Rajawali Pers 2005
Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A
Simon amp Schuster Company
Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam
Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta
No 9 Oktober 2002
Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin
20
Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco
Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-
Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah
Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi
Yogyakarta CTSD
9
(modeling) (6) refleksi (reflection) serta (7) penilaian yang sebenarnya (authentic
assessment)20
Komponen pertama konstruktivisme (constructivism) merupakan pemikiran filosofis
yang mengasumsikan bahwa pengetahuan diperoleh dan dibangun manusia sedikit demi
sedikit kemudian hasilnya diperluas atau diperdalam melalui konteks yang terbatas dan
bukannya terjadi secara tiba-tiba (in a sudden) Sedangkan Menemukan (Inquiry) merupakan
suatu siklus pemerolehan pengetahuan yang terdiri dari langkah-langkah observasi bertanya
mengajukan dugaan pengumpulan data dan penyimpulan Bertanya (Questioning)
merupakan strategi utama yang bagi guru merupakan kegiatan untuk mendorong
membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa sementara bagi siswa bertanya
merupakan bagian penting untuk menggali informasi mengkonfirmasi pengetahuan dan
mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui
Komponen keempat adalah Masyarakat Belajar (Learning Community) yakni situasi
yang diciptakan berdasarkan konsep yang menyarankan agar proses dan hasil pembelajaran
diperoleh dari bekerjasama (collaborating) dengan orang lain baik itu kerjasama siswa-siswa
siswa-pengajar maupun siswa-ahli Dalam Pemodelan (Modeling) pengajar (meskipun
kadang melibatkan siswa) memberi contoh mempresentasikan atau mendemonstrasikan
tentang cara bekerja sesuatu sebelum siswa mengerjakan tugas Sedangkan Refleksi
(Reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang
(thinking back) tentang hal-hal yang sudah kita lakukan di masa lalu Refleksi merupakan
respon terhadap kejadian aktifitas maupun pengetahuan yang baru diterima Adapun
Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) adalah proses pengumpulan berbagai data
yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa yang diperoleh dari kegiatan
nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran
Pendekatan kontekstual merupakan pilihan strategi pembelajaran yang berpihak pada
dan memberdayakan siswa CTL memungkinkan proses belajar yang tenang dan
menyenangkan karena pembelajaran dilakukan secara alamiah sehingga peserta didik dapat
mempraktikkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya Pembelajaran kontekstual
mendorong peserta didik memahami hakekat makna dan manfaat belajar sehingga
memungkinkan rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar bahkan kecanduan belajar21
Dalam pembelajaran kontekstual tugas gurudosen adalah memberikan kemudahan
belajar kepada peserta didik dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang
memadai Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan tetapi
juga mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
20
Elaine B Johnson Contextual Teachinghellip h 24 21
E Mulyasa Menjadi Guru Profesionalhellip h 103
10
belajar Lingkungan belajar yang kondusif sangat menunjang pembelajaran kontekstual dan
keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan
Signifikansi lingkungan pembelajaran tampak pada hal-hal berikut (a) belajar efektif itu
dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik (b) pembelajaran harus
berpusat pada ˝bagaimana cara― peserta didik menggunakan pengetahuan baru mereka
Strategi belajar lebih dipentingkan daripada hasilnya dan (c) umpan balik sangat penting bagi
peserta didik yang berasal dari proses penilaian (assessment) yang benar dan (d)
menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting22
Jadi
kontekstualisasi pembelajaran diorientasikan kepada pemandirian peserta didik dalam
mengembangkan kompetensi dan kemampuannya untuk memecahkan masalah Belajar
memecahkan masalah mendorong peserta didik untuk mencari informasi atau melakukan
investigasi
4 Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif mengharuskan tenaga pendidik dapat memunculkan kreativitas
peserta didik dalam kelas baik kreativitas berpikir maupun kreativitas dalam melakukan
sesuatu Kreativitas berpikir merupakan kemampuan imajinatif tetapi rasional Berpikir kreatif
berawal dari berpikir kritis yaitu menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya belum
ada atau memperbaiki seseuatu yang sebelumnya tidak baik23
Pembelajaran kreatif adalah
pembelajaran yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas dengan cara memanfaatkan
segenap potensi dan multi-kecerdasan yang dimiliki peserta didik secara maksimal Secara
implisit pembelajaran ini mengandung muatan baru yang disesuaikan dengan keadaan
terutama dalam penyajiannya yang lebih inovatif
Bila di dalam ruangan kelas tidak tersedia fasilitas pembelajaran yang memadai guru
bisa memanfaatkan fasilitas yang ada termasuk mengeksploitasi secara maksimal alam
lingkungan di sekitarnya Dengan demikian pembelajaran ini mampu beradaptasi dengan
berbagai macam situasi dan keadaan sehingga bisa dilakukan di mana dan kapan saja
Karakter pembelajaran kreatif itu sangat fleksibel dan bergantung pada guru sang
kreator Ini menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut akan dapat disajikan oleh guru-guru
yang memiliki kreativitas tinggi Unsur kreativitas yang dipertaruhkan di sini pada dasarnya
dimiliki oleh setiap orang Orang-orang yang memiliki kreativitas tinggi biasanya dapat
memelihara unsur tersebut dengan baik begitu pun sebaliknya Pembelajaran kreatif dapat
dikembangkan melalui empat tahap Keempat tahap ini oleh Daniel Goleman disebut anatomi
22
Nurhadi Pendekatan Kontekstual (Malang Universitas Negeri Malang 2002) Cet I h 4 23
Abdul Rahman Shaleh Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta
Rajawali Pers 2005) Cet I h 158
11
momen kreatif24
Tahap pertama adalah persiapan yaitu proses pengumpulan berbagai
informasi untuk diuji Dalam tahap ini otak mengumpulkan informasi dan data yang berfungsi
sebagai dasar atau riset untuk karya kreatif yang sedang terjadi Pengalaman hidup turut
menyumbang proses persiapan menjadi kreatif
Kedua inkubasi (disebut juga tahap istirahat) yaitu suatu rentang waktu untuk
merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai memperoleh keyakinan bahwa hipotesis
tersebut rasional Hal ini antara lain dapat diperkuat dengan intuisi dan suara hati nurani
Dalam proses mengaitkan ide pikiran sebenarnya juga melakukan berbagai proses yaitu
menjajarkan memadukan memilah mengitari dan membayangkan ide
Ketiga illuminasi (pencerahan) Pengendapan informasi dan ―lamunan bahkan intuisi
akan membawa kepada pencerahan ketika secara seketika jawaban yang dicari datang
menemui pembelajar tanpa diketahui sumbernya Inilah tahapan yang biasanya memperoleh
limpahan perhatian Pembelajar mendapat inspirasi dan motivasi untuk menjawab tantangan
kreatif yang dihadapi25
Tahap lanjutannya adalah penerjemahan ketika pembelajar mengubah
wawasan menjadi tindakan
Keempat tahap pembuktianpelaksanaan (verifikasi) yaitu pengujian kembali hasil
hipotesis tersebut untuk dijadikan sebagai sebuah rekomendasi Dalam tahap ini ada gagasan
berhasil dengan cepat sedang yang lain perlu waktu berbulan-bulan atau bahkan tahunan
Kemampuan dan keterampilan berpikir dibarengi hasrat kuat dan rasa gembira memainkan
peran penting dalam aktualisasi kreativitas
Selain itu Teresa M Amabile berpendapat bahwa proses pembelajaran kreatif itu
melalui lima tahap dan diibaratkan seperti orang membuat sop Kelima tahap dimaksud adalah
(1) tahap presentasi masalah (pembelajar menyadari adanya suatu masalah yang harus
dipelajari dan dicarikan solusinya (2) tahap persiapan (menyiapkan diri untuk belajar
menelaah bacaan yang relevan dengan masalah) (3) tahap penyimpulan gagasan (hasil
pembacaan biasa melahirkan gagasan sehingga ada titik simpul yang dapat dijadikan sebagai
inspirasi dan media pemecahan masalah (4) tahap validasi (aktualisasi gagasan dalam bentuk
tindakan dan karya kreatif) dan (5) tahap pengukuran hasil (evaluasi)26
Adapun strategi pembelajaran kreatif adalah (1) menyatu dengan masyarakat luas
termasuk berkolega dengan ilmuwan (2) merancang lingkungan yang bernilai tambah seperti
musik pencahayaan aroma warna yang indah dan menarik (3) mengembara keluar dari dunia
24
Daniel Goleman The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah Tempat Kerja
dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo (Bandung MLC 2005) Cet I h
30-37 25 Ayan Jordan E Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Yoour Creative Spirit and
Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan (Bandung Kaifa 2003) Cet V h 56 26
Lihat Teresa M Amabile Growing up Creative (New York Pinguin 1998)
12
sempit dengan belajar menemukan sudut pandang baru dan perenungan pribadi (4) menyulut
inspirasi dari permainan dan humor termasuk olah raga (5) mengembangkan daya pikir
dengan membaca kreatif menjelajahi toko buku dan dunia maya (6) menggemari kesenian
dan memaknai musik dalam jiwa kreatif (7) menggeluti teknologi (8) menghadapi tantangan
dengan teknik berpikir ampuh (9) membebaskan alam kesadaran lain dengan
memvisualisasikan tantangan kreatif dan (10) menyatu dengan jiwa kreatif termasuk di dalam
berdolsquoa dan bermeditasi27
D Strategi Aplikasi CCTL dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Berdasarkan ulasan teoritik tersebut setidaknya ada 10 strategi atau langkah CCTL
yang perlu dipenuhi ketika diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa Arab Kesepuluh syarat
dan rukun dimaksud adalah (1) perumusan visi misi dan orientasi pembelajaran bahasa Arab
(2) desain rencana dan kontrak pembelajaran bahasa Arab (3) pendekatan dan strategi
pembelajaran kontekstual dan kreatif (4) penciptaan suasana pembelajaran yang religius
nyaman menyenangkan dan partisipatoris (5) pengembangan sikap positif dan berpikir
kreatif (6) optimalisasi multi-intelegensi dalam proses pembelajaran bahasa Arab (7)
pengembangan minat dan tradisi membaca meneliti dan menulis dengan bahasa Arab (8)
kontekstualisasi substansi pembelajaran dengan masalah-masalah sosial yang aktual dalam
kehidupan siswamahasiswa (9) optimalisasi pendayagunaan media dan teknologi pendidikan
dan (10) penciptaan sistem evaluasi pembelajaran yang kreatif dan efektif28
Oleh karena itu pembelajaran kontekstual dan kreatif dapat diorientasikan kepada
sebuah visi misi dan orientasi pembelajaran itu sendiri yaitu misalnya mendayagunakan
bahasa Arab secara optimal dalam pemahaman sumber-sumber ajaran Islam Dapat juga
dirumuskan ―Belajar bahasa Arab komunikatif sebagai media untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi Karenanya pembelajar yang kreatif akan berpikir bagaimana
memahami dan menguasai bahasa Arab ndashminimal pasifmdash dengan baik Bagaimana bahasa
Arab yang sudah dipahami itu dapat diaplikasikan dalam pemahaman literatur keislaman yang
berbahasa Arab dan juga menulis karya dalam bahasa Arab Bagaimana wujud pemahaman itu
dapat diaktualisasikan dalam bentuk produk pemikiran Bagaimana produk pemikiran itu
dapat dikembangkan dan dimasyarakatkan dan seterusnya Jadi pembelajaran kontekstual
27
Muhammad Fauzicirc Abd al-Maqshucircd al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah Muawwiqacirct wa
Acircliyacirct al-Muwacircjahah (Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah 2004) h 28
Kesepuluh ―syarat dan rukun tersebut diabstraksikan dari pemaduan model pembelajaran
kontekstual dan kreatif dan juga diperkuat dengan teori-teori linguistik dan psikologi belajar
Mengenai teori-teori dimaksud lihat Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm al-Ushailicirc al-Nazhariyyacirct al-
Lughawiyyah wa al-Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah (Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah 1999)
13
dan kreatif menghendaki adanya sense of creativity and making contextuality kedalaman dan
kontekstualitas dalam berpikir dan berkarya sehingga suatu persoalan dapat dipecahkan secara
tuntas dan kreatif
Strategi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dilakukan
melalui tiga tahap ndashmeminjam teori Tammacircm Hassacircn yaitu tahap tarsquoacircrruf (pengenalan)
tahap isticircrsquoacircb (pemahaman) dan istimtacircrsquo (apresiasi dan penikmatan)29
Pada tahap pertama
pembelajaran bahasa Arab baru merupakan pengenalan unsur-unsur bahasa Arab seperti
simbol bunyi morfem kosa kata frase dan struktur dasar bahasa Arab Pada tahap kedua
pembelajaran bahasa Arab diorientasikan kepada pemahaman terhadap hubungan antara
berbagai unsur bahasa Arab perbedaan penggunaan unsur-unsur itu dalam struktur kalimat
sehingga pembelajar bahasa Arab dapat membedakan berbagai bentuk kalimat Sedangkan
tahap ketiga pembelajaran bahasa Arab diarahkan untuk bisa mengapresiasi dan menikmati
struktur dan sistem bahasa Arab
Pembelajaran bahasa Arab tidak berada dalam ruang konteks dan orientasi yang
kering Bahasa Arab sebagai media komunikasi aktif maupun alat untuk memahami teks perlu
ditunjukkan fungsi-fungsinya secara optimal sehingga nilai dan signifikansi belajara bahasa
Arab itu tidak sia-sia belaka Jadi pada tahap awal diperlukan upaya-upaya pencitraan dan
pemberian kesan positif mengenai belajar bahasa Arab kepada para peserta didik Pencitraan
dan pengesanan positif ini menjadi titik tolak yang dapat menentukan perjalanan pembelajaran
bahasa Arab berikut Pengalaman menunjukkan bahwa sebelum belajar bahasa Arab sebagian
besar peserta didik sudah memiliki kesan dan citra kurang positif terhadap bahasa Arab
sehingga ―sugesti negatif ini menjadi hambatan psikologis awal yang dapat mengurangi
motivasi mereka dalam belajar bahasa Arab30
Pada tahap berikutnya penguatan motivasi dan orientasi belajar bahasa Arab perlu
dilakukan Pengamatan penulis menunjukkan bahwa para pembelajar bahasa Arab kebanyakan
posisinya seperti ―muallaf miskin bukan ―muallaf kaya Sebagai ―muallaf miskin dalam
belajar bahasa Arab ia perlu dibimbing dikuatkan hati keimanan dan kesabarannya Belajar
bahasa Arab perlu dikaitkan dengan kebutuhan dan tuntutan nyata peserta
Selain itu model CCTL dapat diaplikasikan dalam bentuk pembelajaran bahasa Arab
yang berbasis fungsi dan karakteristik bahasa Arab itu sendiri Misalnya saja fungsi bahasa
Arab sebagai instrumental function (al-wazhicircfah al-nafrsquoiyyah) dan interactional function (al-
29
Tammacircm Hassacircn al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna Bihacirc
(Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Quracirc 1984) h 7-8 30
Hasil dari berbagai diskusi di lingkungan dosen PBA FITK UIN Jakarta meneguhkan bahwa
belajar bahasa Arab tidak cukup hanya dengan motivasi religius (bahwa bahasa Arab itu bahasa
Alquran hadis Nabi bahasa salat doa dan sebagainya) tetapi juga motivasi praktis-pragmatis dan
akademis (misalnya banyak pakar bahasa Arab yang mampu memanfaatkan berbagai peluang
ekonomi memiliki kehidupan sosial ekonomi yang sejahtera dan sebagainya)
14
wazhicircfah al-tafacircrsquouliyyah)31
dalam kehidupan sehari-hari siswamahasiswa Dalam hal ini guru
bahasa Arab perlu mendesain materi pembelajarannya membuat para siswa dapat
menggunakan bahasa itu untuk memenuhi kebutuhannya seperti berkenalan menanyakan
alamat membeli sesuatu sehingga proses pembelajaran harus komunikatif Selain dituntut
memiliki kompetensi berbahasa aktif gurudosen juga proaktif dalam memfasilitasi dan
memotivasi siswamahasiswa untuk mau berkomunikasi menggunakan bahasa Arab secara
aktif betapun masih terjadi kesalahan berbahasa Dengan kata lain proses pembelajaran
bahasa Arab yang berorientasi komunikatif perlu memperhatikan konteks kebutuhan dan
lingkungan siswa sehingga dalam diri siswa tumbuh ―komitmen dan ―perasaan memerlukan
untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab
Bahasa Arab memiliki banyak karakteristik yang ndashboleh jadimdash tidak dimiliki oleh
bahasa lain Misalnya saja bahasa Arab itu lughat al-irsquoracircb wa al-isytiqacircq (bahasa irsquoracircb dan
derivasi)32
Jika guru memiliki visi bahwa pembelajaran bahasa Arab itu tidak identik dengan
pembelajaran nahwu lebih-lebih irsquoracircb maka bahasa Arab yang diajarkan semestinya tidak
sekedar membaca dan mengirsquorab Irsquoracircb hanyalah salah satu fenomena kebahasaan yang harus
dikaitkan dengan proses pemaknaan struktur kalimat Jadi konteks pembelajaran nahwu bukan
untuk menjelaskan mawacircqirsquo irsquoracircb itu sendiri melainkan untuk memahami dan memaknai
struktur kalimat
Bahasa Arab sebagai bahasa yang sangat kaya derivasi menuntut guru untuk kreatif
dalam memperkenalkan bentuk-bentuk dan perubahan kata berikut implikasi semantiknya
Tentu saja pengenalan tashricircf itu tidak harus melalui hafalan seperti yang dilakukan di
beberapa pesantren tetapi lebih produktif dan konstruktif jika dilakukan melalui intensifikasi
tadricircbat (latihan-latihan) terutama latihan berpola terstruktur dan kontekstual (diletakkan
dalam konteksnya yang tepat) Misalnya saja ketika gurudosen memperkenalkan bentuk
mashdar yang berwazan mufacircrsquoalah dan firsquoacircl maka sebaiknya dikenalkan bentuk kata lain
yang familiar dan fungsional dalam kalimat yang tepat misalnya
الشبهاتو يقوم الصائمون بمجاىدة النفس بامتثال األوامر واجتناب النواىي 1 الجهاد في سبيل اهلل ركن من أركان اإلسالم الستة عند الشيعة 2
Selain itu strategi lain yang dapat diaplikasikan adalah mendekatkan siswa atau
mahasiswa dengan penggunaan bahasa Arab yang riil lengkap dengan konteksnya tidak
31
Setidaknya ada tujuh fungsi utama bahasa yaitu instrumental function regulatory function
interactional function personal function heuristic function (al-wazhicircfah al-iktisyacircfiyyah)
imafinative function dan representational function (al-wazhicircfah al-bayacircniyyah) Lihat Rusydicirc Ahmad
Thulsquoaimah Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclicircbuhucirc
(Rabacircth Isisco 1989) h 119-120 32
Nacircyif Mahmucircd Malsquorucircf Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc (Beirut Dacircr al-
Nafacirclsquois 1998) Cet V h 43-45
15
berupa realitas bahasa Arab buatan Hal ini dimaksudkan agar siswamahasiswa langsung
dapat memahami penggunaan bahasa Arab itu sebagaimana mestinya dan sekaligus dapat
mengetahui konteksnya Sebagai contoh ketika mengajarkan ungkapan-ungkapan tertentu
dalam menulis (insyacircrsquo) guru perlu langsung merujuk kepada apa yang familiar digunakan oleh
orang Arab Dalam hal ini koran majalah dan buku-buku bahasa Arab standar (fushhacirc) dapat
dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran Misalnya saja tenaga pendidik
(gurudosen) membelajarkan informasi (dan istilah) tentang keadaan cuaca maka gambar
berikut dapat langsung menjadi sumber belajar yang kontekstual
CCTL dalam proses pembelajaran juga menghendaki adanya proses dan produk belajar
yang baik dan berguna bagi semua baik dalam bentuk kompetensi berbahasa Arab aktif
maupun karya-karya mulai dari ―kamus mini kumpulan ungkapan surat-surat dalam bahasa
Arab dan sebagainya Karena itu porsi praktik dan latihan dalam proses pembelajaran bahasa
Arab harus lebih ditingkatkan Latihan yang dikembangkan juga sebaiknya variatif dan
mengandung unsur ―games atau alrsquoacircb lughawiyyah Desain latihan media dan games ini
masih menjadi tantangan dan PR bagi kita semua
Selain itu sejak dini tenaga pendidik harus mulai mengasah kepekaannya terhadap
masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab33
Penentuan
masalah sebagai basis proses pembelajaran bahasa Arab misalnya adanya kesulitan
membedakan antara jumlah firsquoliyyah dan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa firsquol perlu
mendapat perhatian tersendiri dari tenaga pendidik dalam mengaplikasikan CCTL Jika tenaga
pendidik dapat mengetahui akar masalahnya misalnya mubtadarsquo (subyek) yang berupa jamak
khabar yang berupa firsquol itu harus jamak sementara pada jumlah firsquoliyyah tidak jamak maka
yang diperlukan adalah tadricircbacirct penggunaan dua jenis kalimat itu secara bergradasi sambil
memperkenalkan kaedahnya secara sederhana Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana
33
Lihat Tammacircm Hassacircn Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I (Kairo Acirclam al-Kutub
2006) Cet I h 34
16
pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah
dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan
dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau
majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah
E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL
Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab
ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-
linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu
1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa
Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam
mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang
profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa
Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik
untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan
dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas
belajar yang kontektual dan menyenangkan
2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab
keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang
menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan
(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa
butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai
3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran
bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)
Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan
sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang
kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk
memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya
sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional
4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga
pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan
berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan
hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini
adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin
untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta
17
didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya
dalam mempraktikkan bahasa Arab34
5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa
Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa
dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap
pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini
berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai
macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris
misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada
Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia
Mesir Syria dan sebagainya
6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku
bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur
tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih
mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur
Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan
―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada
pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi
akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan
penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku
(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya
7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari
dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung
kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada
umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan
daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin
berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja
keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi
pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau
belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa
Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke
arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola
atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya
34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab
―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab
dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta
Desember 2005
18
F Penutup
Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan
masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa
pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak
semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa
Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan
atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu
dicarikan solusinya secara lebih dini
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam
pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya
tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang
jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam
pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula
penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi
pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki
kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan
kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi
bahasa Arab yang efektif
Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang
mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber
lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua
pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga
pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa
asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan
Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di
Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab
yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang
dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada
konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif
senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam
mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk
dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif
model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb
19
Daftar Pustaka
Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah
Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah
Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam
Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika
Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember
2005
Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative
Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa
Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group
of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7
DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari
Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa
Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka
Cipta
Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson
Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah
Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo
Bandung MLC
Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-
Mishriyyah
Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I
Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura
Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-
Kutub
Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos
Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc
Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo
Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc
Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois
Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002
Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang
Depdiknas
Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara
Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II
Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa
Jakarta Rajawali Pers 2005
Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A
Simon amp Schuster Company
Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam
Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta
No 9 Oktober 2002
Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin
20
Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco
Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-
Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah
Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi
Yogyakarta CTSD
10
belajar Lingkungan belajar yang kondusif sangat menunjang pembelajaran kontekstual dan
keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan
Signifikansi lingkungan pembelajaran tampak pada hal-hal berikut (a) belajar efektif itu
dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik (b) pembelajaran harus
berpusat pada ˝bagaimana cara― peserta didik menggunakan pengetahuan baru mereka
Strategi belajar lebih dipentingkan daripada hasilnya dan (c) umpan balik sangat penting bagi
peserta didik yang berasal dari proses penilaian (assessment) yang benar dan (d)
menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting22
Jadi
kontekstualisasi pembelajaran diorientasikan kepada pemandirian peserta didik dalam
mengembangkan kompetensi dan kemampuannya untuk memecahkan masalah Belajar
memecahkan masalah mendorong peserta didik untuk mencari informasi atau melakukan
investigasi
4 Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif mengharuskan tenaga pendidik dapat memunculkan kreativitas
peserta didik dalam kelas baik kreativitas berpikir maupun kreativitas dalam melakukan
sesuatu Kreativitas berpikir merupakan kemampuan imajinatif tetapi rasional Berpikir kreatif
berawal dari berpikir kritis yaitu menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya belum
ada atau memperbaiki seseuatu yang sebelumnya tidak baik23
Pembelajaran kreatif adalah
pembelajaran yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas dengan cara memanfaatkan
segenap potensi dan multi-kecerdasan yang dimiliki peserta didik secara maksimal Secara
implisit pembelajaran ini mengandung muatan baru yang disesuaikan dengan keadaan
terutama dalam penyajiannya yang lebih inovatif
Bila di dalam ruangan kelas tidak tersedia fasilitas pembelajaran yang memadai guru
bisa memanfaatkan fasilitas yang ada termasuk mengeksploitasi secara maksimal alam
lingkungan di sekitarnya Dengan demikian pembelajaran ini mampu beradaptasi dengan
berbagai macam situasi dan keadaan sehingga bisa dilakukan di mana dan kapan saja
Karakter pembelajaran kreatif itu sangat fleksibel dan bergantung pada guru sang
kreator Ini menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut akan dapat disajikan oleh guru-guru
yang memiliki kreativitas tinggi Unsur kreativitas yang dipertaruhkan di sini pada dasarnya
dimiliki oleh setiap orang Orang-orang yang memiliki kreativitas tinggi biasanya dapat
memelihara unsur tersebut dengan baik begitu pun sebaliknya Pembelajaran kreatif dapat
dikembangkan melalui empat tahap Keempat tahap ini oleh Daniel Goleman disebut anatomi
22
Nurhadi Pendekatan Kontekstual (Malang Universitas Negeri Malang 2002) Cet I h 4 23
Abdul Rahman Shaleh Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta
Rajawali Pers 2005) Cet I h 158
11
momen kreatif24
Tahap pertama adalah persiapan yaitu proses pengumpulan berbagai
informasi untuk diuji Dalam tahap ini otak mengumpulkan informasi dan data yang berfungsi
sebagai dasar atau riset untuk karya kreatif yang sedang terjadi Pengalaman hidup turut
menyumbang proses persiapan menjadi kreatif
Kedua inkubasi (disebut juga tahap istirahat) yaitu suatu rentang waktu untuk
merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai memperoleh keyakinan bahwa hipotesis
tersebut rasional Hal ini antara lain dapat diperkuat dengan intuisi dan suara hati nurani
Dalam proses mengaitkan ide pikiran sebenarnya juga melakukan berbagai proses yaitu
menjajarkan memadukan memilah mengitari dan membayangkan ide
Ketiga illuminasi (pencerahan) Pengendapan informasi dan ―lamunan bahkan intuisi
akan membawa kepada pencerahan ketika secara seketika jawaban yang dicari datang
menemui pembelajar tanpa diketahui sumbernya Inilah tahapan yang biasanya memperoleh
limpahan perhatian Pembelajar mendapat inspirasi dan motivasi untuk menjawab tantangan
kreatif yang dihadapi25
Tahap lanjutannya adalah penerjemahan ketika pembelajar mengubah
wawasan menjadi tindakan
Keempat tahap pembuktianpelaksanaan (verifikasi) yaitu pengujian kembali hasil
hipotesis tersebut untuk dijadikan sebagai sebuah rekomendasi Dalam tahap ini ada gagasan
berhasil dengan cepat sedang yang lain perlu waktu berbulan-bulan atau bahkan tahunan
Kemampuan dan keterampilan berpikir dibarengi hasrat kuat dan rasa gembira memainkan
peran penting dalam aktualisasi kreativitas
Selain itu Teresa M Amabile berpendapat bahwa proses pembelajaran kreatif itu
melalui lima tahap dan diibaratkan seperti orang membuat sop Kelima tahap dimaksud adalah
(1) tahap presentasi masalah (pembelajar menyadari adanya suatu masalah yang harus
dipelajari dan dicarikan solusinya (2) tahap persiapan (menyiapkan diri untuk belajar
menelaah bacaan yang relevan dengan masalah) (3) tahap penyimpulan gagasan (hasil
pembacaan biasa melahirkan gagasan sehingga ada titik simpul yang dapat dijadikan sebagai
inspirasi dan media pemecahan masalah (4) tahap validasi (aktualisasi gagasan dalam bentuk
tindakan dan karya kreatif) dan (5) tahap pengukuran hasil (evaluasi)26
Adapun strategi pembelajaran kreatif adalah (1) menyatu dengan masyarakat luas
termasuk berkolega dengan ilmuwan (2) merancang lingkungan yang bernilai tambah seperti
musik pencahayaan aroma warna yang indah dan menarik (3) mengembara keluar dari dunia
24
Daniel Goleman The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah Tempat Kerja
dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo (Bandung MLC 2005) Cet I h
30-37 25 Ayan Jordan E Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Yoour Creative Spirit and
Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan (Bandung Kaifa 2003) Cet V h 56 26
Lihat Teresa M Amabile Growing up Creative (New York Pinguin 1998)
12
sempit dengan belajar menemukan sudut pandang baru dan perenungan pribadi (4) menyulut
inspirasi dari permainan dan humor termasuk olah raga (5) mengembangkan daya pikir
dengan membaca kreatif menjelajahi toko buku dan dunia maya (6) menggemari kesenian
dan memaknai musik dalam jiwa kreatif (7) menggeluti teknologi (8) menghadapi tantangan
dengan teknik berpikir ampuh (9) membebaskan alam kesadaran lain dengan
memvisualisasikan tantangan kreatif dan (10) menyatu dengan jiwa kreatif termasuk di dalam
berdolsquoa dan bermeditasi27
D Strategi Aplikasi CCTL dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Berdasarkan ulasan teoritik tersebut setidaknya ada 10 strategi atau langkah CCTL
yang perlu dipenuhi ketika diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa Arab Kesepuluh syarat
dan rukun dimaksud adalah (1) perumusan visi misi dan orientasi pembelajaran bahasa Arab
(2) desain rencana dan kontrak pembelajaran bahasa Arab (3) pendekatan dan strategi
pembelajaran kontekstual dan kreatif (4) penciptaan suasana pembelajaran yang religius
nyaman menyenangkan dan partisipatoris (5) pengembangan sikap positif dan berpikir
kreatif (6) optimalisasi multi-intelegensi dalam proses pembelajaran bahasa Arab (7)
pengembangan minat dan tradisi membaca meneliti dan menulis dengan bahasa Arab (8)
kontekstualisasi substansi pembelajaran dengan masalah-masalah sosial yang aktual dalam
kehidupan siswamahasiswa (9) optimalisasi pendayagunaan media dan teknologi pendidikan
dan (10) penciptaan sistem evaluasi pembelajaran yang kreatif dan efektif28
Oleh karena itu pembelajaran kontekstual dan kreatif dapat diorientasikan kepada
sebuah visi misi dan orientasi pembelajaran itu sendiri yaitu misalnya mendayagunakan
bahasa Arab secara optimal dalam pemahaman sumber-sumber ajaran Islam Dapat juga
dirumuskan ―Belajar bahasa Arab komunikatif sebagai media untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi Karenanya pembelajar yang kreatif akan berpikir bagaimana
memahami dan menguasai bahasa Arab ndashminimal pasifmdash dengan baik Bagaimana bahasa
Arab yang sudah dipahami itu dapat diaplikasikan dalam pemahaman literatur keislaman yang
berbahasa Arab dan juga menulis karya dalam bahasa Arab Bagaimana wujud pemahaman itu
dapat diaktualisasikan dalam bentuk produk pemikiran Bagaimana produk pemikiran itu
dapat dikembangkan dan dimasyarakatkan dan seterusnya Jadi pembelajaran kontekstual
27
Muhammad Fauzicirc Abd al-Maqshucircd al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah Muawwiqacirct wa
Acircliyacirct al-Muwacircjahah (Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah 2004) h 28
Kesepuluh ―syarat dan rukun tersebut diabstraksikan dari pemaduan model pembelajaran
kontekstual dan kreatif dan juga diperkuat dengan teori-teori linguistik dan psikologi belajar
Mengenai teori-teori dimaksud lihat Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm al-Ushailicirc al-Nazhariyyacirct al-
Lughawiyyah wa al-Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah (Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah 1999)
13
dan kreatif menghendaki adanya sense of creativity and making contextuality kedalaman dan
kontekstualitas dalam berpikir dan berkarya sehingga suatu persoalan dapat dipecahkan secara
tuntas dan kreatif
Strategi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dilakukan
melalui tiga tahap ndashmeminjam teori Tammacircm Hassacircn yaitu tahap tarsquoacircrruf (pengenalan)
tahap isticircrsquoacircb (pemahaman) dan istimtacircrsquo (apresiasi dan penikmatan)29
Pada tahap pertama
pembelajaran bahasa Arab baru merupakan pengenalan unsur-unsur bahasa Arab seperti
simbol bunyi morfem kosa kata frase dan struktur dasar bahasa Arab Pada tahap kedua
pembelajaran bahasa Arab diorientasikan kepada pemahaman terhadap hubungan antara
berbagai unsur bahasa Arab perbedaan penggunaan unsur-unsur itu dalam struktur kalimat
sehingga pembelajar bahasa Arab dapat membedakan berbagai bentuk kalimat Sedangkan
tahap ketiga pembelajaran bahasa Arab diarahkan untuk bisa mengapresiasi dan menikmati
struktur dan sistem bahasa Arab
Pembelajaran bahasa Arab tidak berada dalam ruang konteks dan orientasi yang
kering Bahasa Arab sebagai media komunikasi aktif maupun alat untuk memahami teks perlu
ditunjukkan fungsi-fungsinya secara optimal sehingga nilai dan signifikansi belajara bahasa
Arab itu tidak sia-sia belaka Jadi pada tahap awal diperlukan upaya-upaya pencitraan dan
pemberian kesan positif mengenai belajar bahasa Arab kepada para peserta didik Pencitraan
dan pengesanan positif ini menjadi titik tolak yang dapat menentukan perjalanan pembelajaran
bahasa Arab berikut Pengalaman menunjukkan bahwa sebelum belajar bahasa Arab sebagian
besar peserta didik sudah memiliki kesan dan citra kurang positif terhadap bahasa Arab
sehingga ―sugesti negatif ini menjadi hambatan psikologis awal yang dapat mengurangi
motivasi mereka dalam belajar bahasa Arab30
Pada tahap berikutnya penguatan motivasi dan orientasi belajar bahasa Arab perlu
dilakukan Pengamatan penulis menunjukkan bahwa para pembelajar bahasa Arab kebanyakan
posisinya seperti ―muallaf miskin bukan ―muallaf kaya Sebagai ―muallaf miskin dalam
belajar bahasa Arab ia perlu dibimbing dikuatkan hati keimanan dan kesabarannya Belajar
bahasa Arab perlu dikaitkan dengan kebutuhan dan tuntutan nyata peserta
Selain itu model CCTL dapat diaplikasikan dalam bentuk pembelajaran bahasa Arab
yang berbasis fungsi dan karakteristik bahasa Arab itu sendiri Misalnya saja fungsi bahasa
Arab sebagai instrumental function (al-wazhicircfah al-nafrsquoiyyah) dan interactional function (al-
29
Tammacircm Hassacircn al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna Bihacirc
(Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Quracirc 1984) h 7-8 30
Hasil dari berbagai diskusi di lingkungan dosen PBA FITK UIN Jakarta meneguhkan bahwa
belajar bahasa Arab tidak cukup hanya dengan motivasi religius (bahwa bahasa Arab itu bahasa
Alquran hadis Nabi bahasa salat doa dan sebagainya) tetapi juga motivasi praktis-pragmatis dan
akademis (misalnya banyak pakar bahasa Arab yang mampu memanfaatkan berbagai peluang
ekonomi memiliki kehidupan sosial ekonomi yang sejahtera dan sebagainya)
14
wazhicircfah al-tafacircrsquouliyyah)31
dalam kehidupan sehari-hari siswamahasiswa Dalam hal ini guru
bahasa Arab perlu mendesain materi pembelajarannya membuat para siswa dapat
menggunakan bahasa itu untuk memenuhi kebutuhannya seperti berkenalan menanyakan
alamat membeli sesuatu sehingga proses pembelajaran harus komunikatif Selain dituntut
memiliki kompetensi berbahasa aktif gurudosen juga proaktif dalam memfasilitasi dan
memotivasi siswamahasiswa untuk mau berkomunikasi menggunakan bahasa Arab secara
aktif betapun masih terjadi kesalahan berbahasa Dengan kata lain proses pembelajaran
bahasa Arab yang berorientasi komunikatif perlu memperhatikan konteks kebutuhan dan
lingkungan siswa sehingga dalam diri siswa tumbuh ―komitmen dan ―perasaan memerlukan
untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab
Bahasa Arab memiliki banyak karakteristik yang ndashboleh jadimdash tidak dimiliki oleh
bahasa lain Misalnya saja bahasa Arab itu lughat al-irsquoracircb wa al-isytiqacircq (bahasa irsquoracircb dan
derivasi)32
Jika guru memiliki visi bahwa pembelajaran bahasa Arab itu tidak identik dengan
pembelajaran nahwu lebih-lebih irsquoracircb maka bahasa Arab yang diajarkan semestinya tidak
sekedar membaca dan mengirsquorab Irsquoracircb hanyalah salah satu fenomena kebahasaan yang harus
dikaitkan dengan proses pemaknaan struktur kalimat Jadi konteks pembelajaran nahwu bukan
untuk menjelaskan mawacircqirsquo irsquoracircb itu sendiri melainkan untuk memahami dan memaknai
struktur kalimat
Bahasa Arab sebagai bahasa yang sangat kaya derivasi menuntut guru untuk kreatif
dalam memperkenalkan bentuk-bentuk dan perubahan kata berikut implikasi semantiknya
Tentu saja pengenalan tashricircf itu tidak harus melalui hafalan seperti yang dilakukan di
beberapa pesantren tetapi lebih produktif dan konstruktif jika dilakukan melalui intensifikasi
tadricircbat (latihan-latihan) terutama latihan berpola terstruktur dan kontekstual (diletakkan
dalam konteksnya yang tepat) Misalnya saja ketika gurudosen memperkenalkan bentuk
mashdar yang berwazan mufacircrsquoalah dan firsquoacircl maka sebaiknya dikenalkan bentuk kata lain
yang familiar dan fungsional dalam kalimat yang tepat misalnya
الشبهاتو يقوم الصائمون بمجاىدة النفس بامتثال األوامر واجتناب النواىي 1 الجهاد في سبيل اهلل ركن من أركان اإلسالم الستة عند الشيعة 2
Selain itu strategi lain yang dapat diaplikasikan adalah mendekatkan siswa atau
mahasiswa dengan penggunaan bahasa Arab yang riil lengkap dengan konteksnya tidak
31
Setidaknya ada tujuh fungsi utama bahasa yaitu instrumental function regulatory function
interactional function personal function heuristic function (al-wazhicircfah al-iktisyacircfiyyah)
imafinative function dan representational function (al-wazhicircfah al-bayacircniyyah) Lihat Rusydicirc Ahmad
Thulsquoaimah Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclicircbuhucirc
(Rabacircth Isisco 1989) h 119-120 32
Nacircyif Mahmucircd Malsquorucircf Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc (Beirut Dacircr al-
Nafacirclsquois 1998) Cet V h 43-45
15
berupa realitas bahasa Arab buatan Hal ini dimaksudkan agar siswamahasiswa langsung
dapat memahami penggunaan bahasa Arab itu sebagaimana mestinya dan sekaligus dapat
mengetahui konteksnya Sebagai contoh ketika mengajarkan ungkapan-ungkapan tertentu
dalam menulis (insyacircrsquo) guru perlu langsung merujuk kepada apa yang familiar digunakan oleh
orang Arab Dalam hal ini koran majalah dan buku-buku bahasa Arab standar (fushhacirc) dapat
dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran Misalnya saja tenaga pendidik
(gurudosen) membelajarkan informasi (dan istilah) tentang keadaan cuaca maka gambar
berikut dapat langsung menjadi sumber belajar yang kontekstual
CCTL dalam proses pembelajaran juga menghendaki adanya proses dan produk belajar
yang baik dan berguna bagi semua baik dalam bentuk kompetensi berbahasa Arab aktif
maupun karya-karya mulai dari ―kamus mini kumpulan ungkapan surat-surat dalam bahasa
Arab dan sebagainya Karena itu porsi praktik dan latihan dalam proses pembelajaran bahasa
Arab harus lebih ditingkatkan Latihan yang dikembangkan juga sebaiknya variatif dan
mengandung unsur ―games atau alrsquoacircb lughawiyyah Desain latihan media dan games ini
masih menjadi tantangan dan PR bagi kita semua
Selain itu sejak dini tenaga pendidik harus mulai mengasah kepekaannya terhadap
masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab33
Penentuan
masalah sebagai basis proses pembelajaran bahasa Arab misalnya adanya kesulitan
membedakan antara jumlah firsquoliyyah dan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa firsquol perlu
mendapat perhatian tersendiri dari tenaga pendidik dalam mengaplikasikan CCTL Jika tenaga
pendidik dapat mengetahui akar masalahnya misalnya mubtadarsquo (subyek) yang berupa jamak
khabar yang berupa firsquol itu harus jamak sementara pada jumlah firsquoliyyah tidak jamak maka
yang diperlukan adalah tadricircbacirct penggunaan dua jenis kalimat itu secara bergradasi sambil
memperkenalkan kaedahnya secara sederhana Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana
33
Lihat Tammacircm Hassacircn Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I (Kairo Acirclam al-Kutub
2006) Cet I h 34
16
pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah
dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan
dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau
majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah
E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL
Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab
ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-
linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu
1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa
Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam
mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang
profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa
Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik
untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan
dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas
belajar yang kontektual dan menyenangkan
2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab
keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang
menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan
(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa
butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai
3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran
bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)
Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan
sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang
kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk
memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya
sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional
4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga
pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan
berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan
hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini
adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin
untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta
17
didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya
dalam mempraktikkan bahasa Arab34
5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa
Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa
dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap
pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini
berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai
macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris
misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada
Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia
Mesir Syria dan sebagainya
6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku
bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur
tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih
mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur
Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan
―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada
pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi
akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan
penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku
(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya
7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari
dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung
kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada
umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan
daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin
berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja
keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi
pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau
belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa
Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke
arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola
atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya
34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab
―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab
dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta
Desember 2005
18
F Penutup
Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan
masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa
pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak
semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa
Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan
atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu
dicarikan solusinya secara lebih dini
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam
pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya
tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang
jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam
pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula
penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi
pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki
kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan
kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi
bahasa Arab yang efektif
Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang
mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber
lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua
pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga
pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa
asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan
Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di
Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab
yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang
dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada
konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif
senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam
mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk
dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif
model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb
19
Daftar Pustaka
Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah
Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah
Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam
Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika
Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember
2005
Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative
Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa
Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group
of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7
DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari
Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa
Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka
Cipta
Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson
Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah
Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo
Bandung MLC
Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-
Mishriyyah
Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I
Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura
Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-
Kutub
Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos
Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc
Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo
Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc
Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois
Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002
Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang
Depdiknas
Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara
Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II
Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa
Jakarta Rajawali Pers 2005
Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A
Simon amp Schuster Company
Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam
Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta
No 9 Oktober 2002
Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin
20
Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco
Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-
Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah
Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi
Yogyakarta CTSD
11
momen kreatif24
Tahap pertama adalah persiapan yaitu proses pengumpulan berbagai
informasi untuk diuji Dalam tahap ini otak mengumpulkan informasi dan data yang berfungsi
sebagai dasar atau riset untuk karya kreatif yang sedang terjadi Pengalaman hidup turut
menyumbang proses persiapan menjadi kreatif
Kedua inkubasi (disebut juga tahap istirahat) yaitu suatu rentang waktu untuk
merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai memperoleh keyakinan bahwa hipotesis
tersebut rasional Hal ini antara lain dapat diperkuat dengan intuisi dan suara hati nurani
Dalam proses mengaitkan ide pikiran sebenarnya juga melakukan berbagai proses yaitu
menjajarkan memadukan memilah mengitari dan membayangkan ide
Ketiga illuminasi (pencerahan) Pengendapan informasi dan ―lamunan bahkan intuisi
akan membawa kepada pencerahan ketika secara seketika jawaban yang dicari datang
menemui pembelajar tanpa diketahui sumbernya Inilah tahapan yang biasanya memperoleh
limpahan perhatian Pembelajar mendapat inspirasi dan motivasi untuk menjawab tantangan
kreatif yang dihadapi25
Tahap lanjutannya adalah penerjemahan ketika pembelajar mengubah
wawasan menjadi tindakan
Keempat tahap pembuktianpelaksanaan (verifikasi) yaitu pengujian kembali hasil
hipotesis tersebut untuk dijadikan sebagai sebuah rekomendasi Dalam tahap ini ada gagasan
berhasil dengan cepat sedang yang lain perlu waktu berbulan-bulan atau bahkan tahunan
Kemampuan dan keterampilan berpikir dibarengi hasrat kuat dan rasa gembira memainkan
peran penting dalam aktualisasi kreativitas
Selain itu Teresa M Amabile berpendapat bahwa proses pembelajaran kreatif itu
melalui lima tahap dan diibaratkan seperti orang membuat sop Kelima tahap dimaksud adalah
(1) tahap presentasi masalah (pembelajar menyadari adanya suatu masalah yang harus
dipelajari dan dicarikan solusinya (2) tahap persiapan (menyiapkan diri untuk belajar
menelaah bacaan yang relevan dengan masalah) (3) tahap penyimpulan gagasan (hasil
pembacaan biasa melahirkan gagasan sehingga ada titik simpul yang dapat dijadikan sebagai
inspirasi dan media pemecahan masalah (4) tahap validasi (aktualisasi gagasan dalam bentuk
tindakan dan karya kreatif) dan (5) tahap pengukuran hasil (evaluasi)26
Adapun strategi pembelajaran kreatif adalah (1) menyatu dengan masyarakat luas
termasuk berkolega dengan ilmuwan (2) merancang lingkungan yang bernilai tambah seperti
musik pencahayaan aroma warna yang indah dan menarik (3) mengembara keluar dari dunia
24
Daniel Goleman The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah Tempat Kerja
dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo (Bandung MLC 2005) Cet I h
30-37 25 Ayan Jordan E Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Yoour Creative Spirit and
Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan (Bandung Kaifa 2003) Cet V h 56 26
Lihat Teresa M Amabile Growing up Creative (New York Pinguin 1998)
12
sempit dengan belajar menemukan sudut pandang baru dan perenungan pribadi (4) menyulut
inspirasi dari permainan dan humor termasuk olah raga (5) mengembangkan daya pikir
dengan membaca kreatif menjelajahi toko buku dan dunia maya (6) menggemari kesenian
dan memaknai musik dalam jiwa kreatif (7) menggeluti teknologi (8) menghadapi tantangan
dengan teknik berpikir ampuh (9) membebaskan alam kesadaran lain dengan
memvisualisasikan tantangan kreatif dan (10) menyatu dengan jiwa kreatif termasuk di dalam
berdolsquoa dan bermeditasi27
D Strategi Aplikasi CCTL dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Berdasarkan ulasan teoritik tersebut setidaknya ada 10 strategi atau langkah CCTL
yang perlu dipenuhi ketika diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa Arab Kesepuluh syarat
dan rukun dimaksud adalah (1) perumusan visi misi dan orientasi pembelajaran bahasa Arab
(2) desain rencana dan kontrak pembelajaran bahasa Arab (3) pendekatan dan strategi
pembelajaran kontekstual dan kreatif (4) penciptaan suasana pembelajaran yang religius
nyaman menyenangkan dan partisipatoris (5) pengembangan sikap positif dan berpikir
kreatif (6) optimalisasi multi-intelegensi dalam proses pembelajaran bahasa Arab (7)
pengembangan minat dan tradisi membaca meneliti dan menulis dengan bahasa Arab (8)
kontekstualisasi substansi pembelajaran dengan masalah-masalah sosial yang aktual dalam
kehidupan siswamahasiswa (9) optimalisasi pendayagunaan media dan teknologi pendidikan
dan (10) penciptaan sistem evaluasi pembelajaran yang kreatif dan efektif28
Oleh karena itu pembelajaran kontekstual dan kreatif dapat diorientasikan kepada
sebuah visi misi dan orientasi pembelajaran itu sendiri yaitu misalnya mendayagunakan
bahasa Arab secara optimal dalam pemahaman sumber-sumber ajaran Islam Dapat juga
dirumuskan ―Belajar bahasa Arab komunikatif sebagai media untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi Karenanya pembelajar yang kreatif akan berpikir bagaimana
memahami dan menguasai bahasa Arab ndashminimal pasifmdash dengan baik Bagaimana bahasa
Arab yang sudah dipahami itu dapat diaplikasikan dalam pemahaman literatur keislaman yang
berbahasa Arab dan juga menulis karya dalam bahasa Arab Bagaimana wujud pemahaman itu
dapat diaktualisasikan dalam bentuk produk pemikiran Bagaimana produk pemikiran itu
dapat dikembangkan dan dimasyarakatkan dan seterusnya Jadi pembelajaran kontekstual
27
Muhammad Fauzicirc Abd al-Maqshucircd al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah Muawwiqacirct wa
Acircliyacirct al-Muwacircjahah (Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah 2004) h 28
Kesepuluh ―syarat dan rukun tersebut diabstraksikan dari pemaduan model pembelajaran
kontekstual dan kreatif dan juga diperkuat dengan teori-teori linguistik dan psikologi belajar
Mengenai teori-teori dimaksud lihat Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm al-Ushailicirc al-Nazhariyyacirct al-
Lughawiyyah wa al-Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah (Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah 1999)
13
dan kreatif menghendaki adanya sense of creativity and making contextuality kedalaman dan
kontekstualitas dalam berpikir dan berkarya sehingga suatu persoalan dapat dipecahkan secara
tuntas dan kreatif
Strategi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dilakukan
melalui tiga tahap ndashmeminjam teori Tammacircm Hassacircn yaitu tahap tarsquoacircrruf (pengenalan)
tahap isticircrsquoacircb (pemahaman) dan istimtacircrsquo (apresiasi dan penikmatan)29
Pada tahap pertama
pembelajaran bahasa Arab baru merupakan pengenalan unsur-unsur bahasa Arab seperti
simbol bunyi morfem kosa kata frase dan struktur dasar bahasa Arab Pada tahap kedua
pembelajaran bahasa Arab diorientasikan kepada pemahaman terhadap hubungan antara
berbagai unsur bahasa Arab perbedaan penggunaan unsur-unsur itu dalam struktur kalimat
sehingga pembelajar bahasa Arab dapat membedakan berbagai bentuk kalimat Sedangkan
tahap ketiga pembelajaran bahasa Arab diarahkan untuk bisa mengapresiasi dan menikmati
struktur dan sistem bahasa Arab
Pembelajaran bahasa Arab tidak berada dalam ruang konteks dan orientasi yang
kering Bahasa Arab sebagai media komunikasi aktif maupun alat untuk memahami teks perlu
ditunjukkan fungsi-fungsinya secara optimal sehingga nilai dan signifikansi belajara bahasa
Arab itu tidak sia-sia belaka Jadi pada tahap awal diperlukan upaya-upaya pencitraan dan
pemberian kesan positif mengenai belajar bahasa Arab kepada para peserta didik Pencitraan
dan pengesanan positif ini menjadi titik tolak yang dapat menentukan perjalanan pembelajaran
bahasa Arab berikut Pengalaman menunjukkan bahwa sebelum belajar bahasa Arab sebagian
besar peserta didik sudah memiliki kesan dan citra kurang positif terhadap bahasa Arab
sehingga ―sugesti negatif ini menjadi hambatan psikologis awal yang dapat mengurangi
motivasi mereka dalam belajar bahasa Arab30
Pada tahap berikutnya penguatan motivasi dan orientasi belajar bahasa Arab perlu
dilakukan Pengamatan penulis menunjukkan bahwa para pembelajar bahasa Arab kebanyakan
posisinya seperti ―muallaf miskin bukan ―muallaf kaya Sebagai ―muallaf miskin dalam
belajar bahasa Arab ia perlu dibimbing dikuatkan hati keimanan dan kesabarannya Belajar
bahasa Arab perlu dikaitkan dengan kebutuhan dan tuntutan nyata peserta
Selain itu model CCTL dapat diaplikasikan dalam bentuk pembelajaran bahasa Arab
yang berbasis fungsi dan karakteristik bahasa Arab itu sendiri Misalnya saja fungsi bahasa
Arab sebagai instrumental function (al-wazhicircfah al-nafrsquoiyyah) dan interactional function (al-
29
Tammacircm Hassacircn al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna Bihacirc
(Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Quracirc 1984) h 7-8 30
Hasil dari berbagai diskusi di lingkungan dosen PBA FITK UIN Jakarta meneguhkan bahwa
belajar bahasa Arab tidak cukup hanya dengan motivasi religius (bahwa bahasa Arab itu bahasa
Alquran hadis Nabi bahasa salat doa dan sebagainya) tetapi juga motivasi praktis-pragmatis dan
akademis (misalnya banyak pakar bahasa Arab yang mampu memanfaatkan berbagai peluang
ekonomi memiliki kehidupan sosial ekonomi yang sejahtera dan sebagainya)
14
wazhicircfah al-tafacircrsquouliyyah)31
dalam kehidupan sehari-hari siswamahasiswa Dalam hal ini guru
bahasa Arab perlu mendesain materi pembelajarannya membuat para siswa dapat
menggunakan bahasa itu untuk memenuhi kebutuhannya seperti berkenalan menanyakan
alamat membeli sesuatu sehingga proses pembelajaran harus komunikatif Selain dituntut
memiliki kompetensi berbahasa aktif gurudosen juga proaktif dalam memfasilitasi dan
memotivasi siswamahasiswa untuk mau berkomunikasi menggunakan bahasa Arab secara
aktif betapun masih terjadi kesalahan berbahasa Dengan kata lain proses pembelajaran
bahasa Arab yang berorientasi komunikatif perlu memperhatikan konteks kebutuhan dan
lingkungan siswa sehingga dalam diri siswa tumbuh ―komitmen dan ―perasaan memerlukan
untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab
Bahasa Arab memiliki banyak karakteristik yang ndashboleh jadimdash tidak dimiliki oleh
bahasa lain Misalnya saja bahasa Arab itu lughat al-irsquoracircb wa al-isytiqacircq (bahasa irsquoracircb dan
derivasi)32
Jika guru memiliki visi bahwa pembelajaran bahasa Arab itu tidak identik dengan
pembelajaran nahwu lebih-lebih irsquoracircb maka bahasa Arab yang diajarkan semestinya tidak
sekedar membaca dan mengirsquorab Irsquoracircb hanyalah salah satu fenomena kebahasaan yang harus
dikaitkan dengan proses pemaknaan struktur kalimat Jadi konteks pembelajaran nahwu bukan
untuk menjelaskan mawacircqirsquo irsquoracircb itu sendiri melainkan untuk memahami dan memaknai
struktur kalimat
Bahasa Arab sebagai bahasa yang sangat kaya derivasi menuntut guru untuk kreatif
dalam memperkenalkan bentuk-bentuk dan perubahan kata berikut implikasi semantiknya
Tentu saja pengenalan tashricircf itu tidak harus melalui hafalan seperti yang dilakukan di
beberapa pesantren tetapi lebih produktif dan konstruktif jika dilakukan melalui intensifikasi
tadricircbat (latihan-latihan) terutama latihan berpola terstruktur dan kontekstual (diletakkan
dalam konteksnya yang tepat) Misalnya saja ketika gurudosen memperkenalkan bentuk
mashdar yang berwazan mufacircrsquoalah dan firsquoacircl maka sebaiknya dikenalkan bentuk kata lain
yang familiar dan fungsional dalam kalimat yang tepat misalnya
الشبهاتو يقوم الصائمون بمجاىدة النفس بامتثال األوامر واجتناب النواىي 1 الجهاد في سبيل اهلل ركن من أركان اإلسالم الستة عند الشيعة 2
Selain itu strategi lain yang dapat diaplikasikan adalah mendekatkan siswa atau
mahasiswa dengan penggunaan bahasa Arab yang riil lengkap dengan konteksnya tidak
31
Setidaknya ada tujuh fungsi utama bahasa yaitu instrumental function regulatory function
interactional function personal function heuristic function (al-wazhicircfah al-iktisyacircfiyyah)
imafinative function dan representational function (al-wazhicircfah al-bayacircniyyah) Lihat Rusydicirc Ahmad
Thulsquoaimah Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclicircbuhucirc
(Rabacircth Isisco 1989) h 119-120 32
Nacircyif Mahmucircd Malsquorucircf Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc (Beirut Dacircr al-
Nafacirclsquois 1998) Cet V h 43-45
15
berupa realitas bahasa Arab buatan Hal ini dimaksudkan agar siswamahasiswa langsung
dapat memahami penggunaan bahasa Arab itu sebagaimana mestinya dan sekaligus dapat
mengetahui konteksnya Sebagai contoh ketika mengajarkan ungkapan-ungkapan tertentu
dalam menulis (insyacircrsquo) guru perlu langsung merujuk kepada apa yang familiar digunakan oleh
orang Arab Dalam hal ini koran majalah dan buku-buku bahasa Arab standar (fushhacirc) dapat
dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran Misalnya saja tenaga pendidik
(gurudosen) membelajarkan informasi (dan istilah) tentang keadaan cuaca maka gambar
berikut dapat langsung menjadi sumber belajar yang kontekstual
CCTL dalam proses pembelajaran juga menghendaki adanya proses dan produk belajar
yang baik dan berguna bagi semua baik dalam bentuk kompetensi berbahasa Arab aktif
maupun karya-karya mulai dari ―kamus mini kumpulan ungkapan surat-surat dalam bahasa
Arab dan sebagainya Karena itu porsi praktik dan latihan dalam proses pembelajaran bahasa
Arab harus lebih ditingkatkan Latihan yang dikembangkan juga sebaiknya variatif dan
mengandung unsur ―games atau alrsquoacircb lughawiyyah Desain latihan media dan games ini
masih menjadi tantangan dan PR bagi kita semua
Selain itu sejak dini tenaga pendidik harus mulai mengasah kepekaannya terhadap
masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab33
Penentuan
masalah sebagai basis proses pembelajaran bahasa Arab misalnya adanya kesulitan
membedakan antara jumlah firsquoliyyah dan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa firsquol perlu
mendapat perhatian tersendiri dari tenaga pendidik dalam mengaplikasikan CCTL Jika tenaga
pendidik dapat mengetahui akar masalahnya misalnya mubtadarsquo (subyek) yang berupa jamak
khabar yang berupa firsquol itu harus jamak sementara pada jumlah firsquoliyyah tidak jamak maka
yang diperlukan adalah tadricircbacirct penggunaan dua jenis kalimat itu secara bergradasi sambil
memperkenalkan kaedahnya secara sederhana Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana
33
Lihat Tammacircm Hassacircn Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I (Kairo Acirclam al-Kutub
2006) Cet I h 34
16
pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah
dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan
dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau
majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah
E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL
Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab
ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-
linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu
1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa
Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam
mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang
profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa
Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik
untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan
dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas
belajar yang kontektual dan menyenangkan
2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab
keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang
menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan
(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa
butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai
3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran
bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)
Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan
sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang
kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk
memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya
sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional
4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga
pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan
berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan
hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini
adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin
untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta
17
didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya
dalam mempraktikkan bahasa Arab34
5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa
Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa
dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap
pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini
berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai
macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris
misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada
Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia
Mesir Syria dan sebagainya
6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku
bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur
tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih
mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur
Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan
―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada
pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi
akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan
penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku
(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya
7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari
dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung
kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada
umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan
daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin
berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja
keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi
pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau
belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa
Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke
arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola
atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya
34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab
―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab
dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta
Desember 2005
18
F Penutup
Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan
masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa
pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak
semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa
Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan
atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu
dicarikan solusinya secara lebih dini
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam
pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya
tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang
jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam
pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula
penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi
pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki
kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan
kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi
bahasa Arab yang efektif
Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang
mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber
lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua
pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga
pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa
asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan
Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di
Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab
yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang
dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada
konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif
senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam
mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk
dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif
model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb
19
Daftar Pustaka
Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah
Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah
Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam
Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika
Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember
2005
Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative
Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa
Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group
of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7
DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari
Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa
Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka
Cipta
Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson
Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah
Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo
Bandung MLC
Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-
Mishriyyah
Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I
Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura
Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-
Kutub
Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos
Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc
Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo
Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc
Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois
Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002
Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang
Depdiknas
Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara
Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II
Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa
Jakarta Rajawali Pers 2005
Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A
Simon amp Schuster Company
Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam
Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta
No 9 Oktober 2002
Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin
20
Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco
Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-
Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah
Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi
Yogyakarta CTSD
12
sempit dengan belajar menemukan sudut pandang baru dan perenungan pribadi (4) menyulut
inspirasi dari permainan dan humor termasuk olah raga (5) mengembangkan daya pikir
dengan membaca kreatif menjelajahi toko buku dan dunia maya (6) menggemari kesenian
dan memaknai musik dalam jiwa kreatif (7) menggeluti teknologi (8) menghadapi tantangan
dengan teknik berpikir ampuh (9) membebaskan alam kesadaran lain dengan
memvisualisasikan tantangan kreatif dan (10) menyatu dengan jiwa kreatif termasuk di dalam
berdolsquoa dan bermeditasi27
D Strategi Aplikasi CCTL dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Berdasarkan ulasan teoritik tersebut setidaknya ada 10 strategi atau langkah CCTL
yang perlu dipenuhi ketika diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa Arab Kesepuluh syarat
dan rukun dimaksud adalah (1) perumusan visi misi dan orientasi pembelajaran bahasa Arab
(2) desain rencana dan kontrak pembelajaran bahasa Arab (3) pendekatan dan strategi
pembelajaran kontekstual dan kreatif (4) penciptaan suasana pembelajaran yang religius
nyaman menyenangkan dan partisipatoris (5) pengembangan sikap positif dan berpikir
kreatif (6) optimalisasi multi-intelegensi dalam proses pembelajaran bahasa Arab (7)
pengembangan minat dan tradisi membaca meneliti dan menulis dengan bahasa Arab (8)
kontekstualisasi substansi pembelajaran dengan masalah-masalah sosial yang aktual dalam
kehidupan siswamahasiswa (9) optimalisasi pendayagunaan media dan teknologi pendidikan
dan (10) penciptaan sistem evaluasi pembelajaran yang kreatif dan efektif28
Oleh karena itu pembelajaran kontekstual dan kreatif dapat diorientasikan kepada
sebuah visi misi dan orientasi pembelajaran itu sendiri yaitu misalnya mendayagunakan
bahasa Arab secara optimal dalam pemahaman sumber-sumber ajaran Islam Dapat juga
dirumuskan ―Belajar bahasa Arab komunikatif sebagai media untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi Karenanya pembelajar yang kreatif akan berpikir bagaimana
memahami dan menguasai bahasa Arab ndashminimal pasifmdash dengan baik Bagaimana bahasa
Arab yang sudah dipahami itu dapat diaplikasikan dalam pemahaman literatur keislaman yang
berbahasa Arab dan juga menulis karya dalam bahasa Arab Bagaimana wujud pemahaman itu
dapat diaktualisasikan dalam bentuk produk pemikiran Bagaimana produk pemikiran itu
dapat dikembangkan dan dimasyarakatkan dan seterusnya Jadi pembelajaran kontekstual
27
Muhammad Fauzicirc Abd al-Maqshucircd al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah Muawwiqacirct wa
Acircliyacirct al-Muwacircjahah (Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah 2004) h 28
Kesepuluh ―syarat dan rukun tersebut diabstraksikan dari pemaduan model pembelajaran
kontekstual dan kreatif dan juga diperkuat dengan teori-teori linguistik dan psikologi belajar
Mengenai teori-teori dimaksud lihat Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm al-Ushailicirc al-Nazhariyyacirct al-
Lughawiyyah wa al-Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah (Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah 1999)
13
dan kreatif menghendaki adanya sense of creativity and making contextuality kedalaman dan
kontekstualitas dalam berpikir dan berkarya sehingga suatu persoalan dapat dipecahkan secara
tuntas dan kreatif
Strategi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dilakukan
melalui tiga tahap ndashmeminjam teori Tammacircm Hassacircn yaitu tahap tarsquoacircrruf (pengenalan)
tahap isticircrsquoacircb (pemahaman) dan istimtacircrsquo (apresiasi dan penikmatan)29
Pada tahap pertama
pembelajaran bahasa Arab baru merupakan pengenalan unsur-unsur bahasa Arab seperti
simbol bunyi morfem kosa kata frase dan struktur dasar bahasa Arab Pada tahap kedua
pembelajaran bahasa Arab diorientasikan kepada pemahaman terhadap hubungan antara
berbagai unsur bahasa Arab perbedaan penggunaan unsur-unsur itu dalam struktur kalimat
sehingga pembelajar bahasa Arab dapat membedakan berbagai bentuk kalimat Sedangkan
tahap ketiga pembelajaran bahasa Arab diarahkan untuk bisa mengapresiasi dan menikmati
struktur dan sistem bahasa Arab
Pembelajaran bahasa Arab tidak berada dalam ruang konteks dan orientasi yang
kering Bahasa Arab sebagai media komunikasi aktif maupun alat untuk memahami teks perlu
ditunjukkan fungsi-fungsinya secara optimal sehingga nilai dan signifikansi belajara bahasa
Arab itu tidak sia-sia belaka Jadi pada tahap awal diperlukan upaya-upaya pencitraan dan
pemberian kesan positif mengenai belajar bahasa Arab kepada para peserta didik Pencitraan
dan pengesanan positif ini menjadi titik tolak yang dapat menentukan perjalanan pembelajaran
bahasa Arab berikut Pengalaman menunjukkan bahwa sebelum belajar bahasa Arab sebagian
besar peserta didik sudah memiliki kesan dan citra kurang positif terhadap bahasa Arab
sehingga ―sugesti negatif ini menjadi hambatan psikologis awal yang dapat mengurangi
motivasi mereka dalam belajar bahasa Arab30
Pada tahap berikutnya penguatan motivasi dan orientasi belajar bahasa Arab perlu
dilakukan Pengamatan penulis menunjukkan bahwa para pembelajar bahasa Arab kebanyakan
posisinya seperti ―muallaf miskin bukan ―muallaf kaya Sebagai ―muallaf miskin dalam
belajar bahasa Arab ia perlu dibimbing dikuatkan hati keimanan dan kesabarannya Belajar
bahasa Arab perlu dikaitkan dengan kebutuhan dan tuntutan nyata peserta
Selain itu model CCTL dapat diaplikasikan dalam bentuk pembelajaran bahasa Arab
yang berbasis fungsi dan karakteristik bahasa Arab itu sendiri Misalnya saja fungsi bahasa
Arab sebagai instrumental function (al-wazhicircfah al-nafrsquoiyyah) dan interactional function (al-
29
Tammacircm Hassacircn al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna Bihacirc
(Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Quracirc 1984) h 7-8 30
Hasil dari berbagai diskusi di lingkungan dosen PBA FITK UIN Jakarta meneguhkan bahwa
belajar bahasa Arab tidak cukup hanya dengan motivasi religius (bahwa bahasa Arab itu bahasa
Alquran hadis Nabi bahasa salat doa dan sebagainya) tetapi juga motivasi praktis-pragmatis dan
akademis (misalnya banyak pakar bahasa Arab yang mampu memanfaatkan berbagai peluang
ekonomi memiliki kehidupan sosial ekonomi yang sejahtera dan sebagainya)
14
wazhicircfah al-tafacircrsquouliyyah)31
dalam kehidupan sehari-hari siswamahasiswa Dalam hal ini guru
bahasa Arab perlu mendesain materi pembelajarannya membuat para siswa dapat
menggunakan bahasa itu untuk memenuhi kebutuhannya seperti berkenalan menanyakan
alamat membeli sesuatu sehingga proses pembelajaran harus komunikatif Selain dituntut
memiliki kompetensi berbahasa aktif gurudosen juga proaktif dalam memfasilitasi dan
memotivasi siswamahasiswa untuk mau berkomunikasi menggunakan bahasa Arab secara
aktif betapun masih terjadi kesalahan berbahasa Dengan kata lain proses pembelajaran
bahasa Arab yang berorientasi komunikatif perlu memperhatikan konteks kebutuhan dan
lingkungan siswa sehingga dalam diri siswa tumbuh ―komitmen dan ―perasaan memerlukan
untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab
Bahasa Arab memiliki banyak karakteristik yang ndashboleh jadimdash tidak dimiliki oleh
bahasa lain Misalnya saja bahasa Arab itu lughat al-irsquoracircb wa al-isytiqacircq (bahasa irsquoracircb dan
derivasi)32
Jika guru memiliki visi bahwa pembelajaran bahasa Arab itu tidak identik dengan
pembelajaran nahwu lebih-lebih irsquoracircb maka bahasa Arab yang diajarkan semestinya tidak
sekedar membaca dan mengirsquorab Irsquoracircb hanyalah salah satu fenomena kebahasaan yang harus
dikaitkan dengan proses pemaknaan struktur kalimat Jadi konteks pembelajaran nahwu bukan
untuk menjelaskan mawacircqirsquo irsquoracircb itu sendiri melainkan untuk memahami dan memaknai
struktur kalimat
Bahasa Arab sebagai bahasa yang sangat kaya derivasi menuntut guru untuk kreatif
dalam memperkenalkan bentuk-bentuk dan perubahan kata berikut implikasi semantiknya
Tentu saja pengenalan tashricircf itu tidak harus melalui hafalan seperti yang dilakukan di
beberapa pesantren tetapi lebih produktif dan konstruktif jika dilakukan melalui intensifikasi
tadricircbat (latihan-latihan) terutama latihan berpola terstruktur dan kontekstual (diletakkan
dalam konteksnya yang tepat) Misalnya saja ketika gurudosen memperkenalkan bentuk
mashdar yang berwazan mufacircrsquoalah dan firsquoacircl maka sebaiknya dikenalkan bentuk kata lain
yang familiar dan fungsional dalam kalimat yang tepat misalnya
الشبهاتو يقوم الصائمون بمجاىدة النفس بامتثال األوامر واجتناب النواىي 1 الجهاد في سبيل اهلل ركن من أركان اإلسالم الستة عند الشيعة 2
Selain itu strategi lain yang dapat diaplikasikan adalah mendekatkan siswa atau
mahasiswa dengan penggunaan bahasa Arab yang riil lengkap dengan konteksnya tidak
31
Setidaknya ada tujuh fungsi utama bahasa yaitu instrumental function regulatory function
interactional function personal function heuristic function (al-wazhicircfah al-iktisyacircfiyyah)
imafinative function dan representational function (al-wazhicircfah al-bayacircniyyah) Lihat Rusydicirc Ahmad
Thulsquoaimah Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclicircbuhucirc
(Rabacircth Isisco 1989) h 119-120 32
Nacircyif Mahmucircd Malsquorucircf Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc (Beirut Dacircr al-
Nafacirclsquois 1998) Cet V h 43-45
15
berupa realitas bahasa Arab buatan Hal ini dimaksudkan agar siswamahasiswa langsung
dapat memahami penggunaan bahasa Arab itu sebagaimana mestinya dan sekaligus dapat
mengetahui konteksnya Sebagai contoh ketika mengajarkan ungkapan-ungkapan tertentu
dalam menulis (insyacircrsquo) guru perlu langsung merujuk kepada apa yang familiar digunakan oleh
orang Arab Dalam hal ini koran majalah dan buku-buku bahasa Arab standar (fushhacirc) dapat
dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran Misalnya saja tenaga pendidik
(gurudosen) membelajarkan informasi (dan istilah) tentang keadaan cuaca maka gambar
berikut dapat langsung menjadi sumber belajar yang kontekstual
CCTL dalam proses pembelajaran juga menghendaki adanya proses dan produk belajar
yang baik dan berguna bagi semua baik dalam bentuk kompetensi berbahasa Arab aktif
maupun karya-karya mulai dari ―kamus mini kumpulan ungkapan surat-surat dalam bahasa
Arab dan sebagainya Karena itu porsi praktik dan latihan dalam proses pembelajaran bahasa
Arab harus lebih ditingkatkan Latihan yang dikembangkan juga sebaiknya variatif dan
mengandung unsur ―games atau alrsquoacircb lughawiyyah Desain latihan media dan games ini
masih menjadi tantangan dan PR bagi kita semua
Selain itu sejak dini tenaga pendidik harus mulai mengasah kepekaannya terhadap
masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab33
Penentuan
masalah sebagai basis proses pembelajaran bahasa Arab misalnya adanya kesulitan
membedakan antara jumlah firsquoliyyah dan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa firsquol perlu
mendapat perhatian tersendiri dari tenaga pendidik dalam mengaplikasikan CCTL Jika tenaga
pendidik dapat mengetahui akar masalahnya misalnya mubtadarsquo (subyek) yang berupa jamak
khabar yang berupa firsquol itu harus jamak sementara pada jumlah firsquoliyyah tidak jamak maka
yang diperlukan adalah tadricircbacirct penggunaan dua jenis kalimat itu secara bergradasi sambil
memperkenalkan kaedahnya secara sederhana Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana
33
Lihat Tammacircm Hassacircn Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I (Kairo Acirclam al-Kutub
2006) Cet I h 34
16
pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah
dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan
dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau
majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah
E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL
Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab
ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-
linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu
1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa
Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam
mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang
profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa
Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik
untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan
dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas
belajar yang kontektual dan menyenangkan
2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab
keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang
menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan
(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa
butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai
3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran
bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)
Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan
sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang
kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk
memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya
sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional
4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga
pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan
berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan
hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini
adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin
untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta
17
didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya
dalam mempraktikkan bahasa Arab34
5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa
Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa
dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap
pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini
berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai
macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris
misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada
Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia
Mesir Syria dan sebagainya
6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku
bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur
tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih
mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur
Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan
―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada
pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi
akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan
penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku
(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya
7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari
dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung
kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada
umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan
daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin
berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja
keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi
pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau
belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa
Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke
arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola
atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya
34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab
―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab
dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta
Desember 2005
18
F Penutup
Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan
masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa
pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak
semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa
Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan
atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu
dicarikan solusinya secara lebih dini
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam
pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya
tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang
jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam
pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula
penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi
pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki
kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan
kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi
bahasa Arab yang efektif
Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang
mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber
lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua
pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga
pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa
asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan
Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di
Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab
yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang
dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada
konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif
senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam
mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk
dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif
model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb
19
Daftar Pustaka
Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah
Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah
Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam
Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika
Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember
2005
Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative
Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa
Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group
of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7
DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari
Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa
Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka
Cipta
Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson
Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah
Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo
Bandung MLC
Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-
Mishriyyah
Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I
Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura
Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-
Kutub
Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos
Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc
Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo
Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc
Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois
Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002
Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang
Depdiknas
Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara
Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II
Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa
Jakarta Rajawali Pers 2005
Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A
Simon amp Schuster Company
Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam
Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta
No 9 Oktober 2002
Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin
20
Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco
Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-
Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah
Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi
Yogyakarta CTSD
13
dan kreatif menghendaki adanya sense of creativity and making contextuality kedalaman dan
kontekstualitas dalam berpikir dan berkarya sehingga suatu persoalan dapat dipecahkan secara
tuntas dan kreatif
Strategi aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dapat dilakukan
melalui tiga tahap ndashmeminjam teori Tammacircm Hassacircn yaitu tahap tarsquoacircrruf (pengenalan)
tahap isticircrsquoacircb (pemahaman) dan istimtacircrsquo (apresiasi dan penikmatan)29
Pada tahap pertama
pembelajaran bahasa Arab baru merupakan pengenalan unsur-unsur bahasa Arab seperti
simbol bunyi morfem kosa kata frase dan struktur dasar bahasa Arab Pada tahap kedua
pembelajaran bahasa Arab diorientasikan kepada pemahaman terhadap hubungan antara
berbagai unsur bahasa Arab perbedaan penggunaan unsur-unsur itu dalam struktur kalimat
sehingga pembelajar bahasa Arab dapat membedakan berbagai bentuk kalimat Sedangkan
tahap ketiga pembelajaran bahasa Arab diarahkan untuk bisa mengapresiasi dan menikmati
struktur dan sistem bahasa Arab
Pembelajaran bahasa Arab tidak berada dalam ruang konteks dan orientasi yang
kering Bahasa Arab sebagai media komunikasi aktif maupun alat untuk memahami teks perlu
ditunjukkan fungsi-fungsinya secara optimal sehingga nilai dan signifikansi belajara bahasa
Arab itu tidak sia-sia belaka Jadi pada tahap awal diperlukan upaya-upaya pencitraan dan
pemberian kesan positif mengenai belajar bahasa Arab kepada para peserta didik Pencitraan
dan pengesanan positif ini menjadi titik tolak yang dapat menentukan perjalanan pembelajaran
bahasa Arab berikut Pengalaman menunjukkan bahwa sebelum belajar bahasa Arab sebagian
besar peserta didik sudah memiliki kesan dan citra kurang positif terhadap bahasa Arab
sehingga ―sugesti negatif ini menjadi hambatan psikologis awal yang dapat mengurangi
motivasi mereka dalam belajar bahasa Arab30
Pada tahap berikutnya penguatan motivasi dan orientasi belajar bahasa Arab perlu
dilakukan Pengamatan penulis menunjukkan bahwa para pembelajar bahasa Arab kebanyakan
posisinya seperti ―muallaf miskin bukan ―muallaf kaya Sebagai ―muallaf miskin dalam
belajar bahasa Arab ia perlu dibimbing dikuatkan hati keimanan dan kesabarannya Belajar
bahasa Arab perlu dikaitkan dengan kebutuhan dan tuntutan nyata peserta
Selain itu model CCTL dapat diaplikasikan dalam bentuk pembelajaran bahasa Arab
yang berbasis fungsi dan karakteristik bahasa Arab itu sendiri Misalnya saja fungsi bahasa
Arab sebagai instrumental function (al-wazhicircfah al-nafrsquoiyyah) dan interactional function (al-
29
Tammacircm Hassacircn al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna Bihacirc
(Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Quracirc 1984) h 7-8 30
Hasil dari berbagai diskusi di lingkungan dosen PBA FITK UIN Jakarta meneguhkan bahwa
belajar bahasa Arab tidak cukup hanya dengan motivasi religius (bahwa bahasa Arab itu bahasa
Alquran hadis Nabi bahasa salat doa dan sebagainya) tetapi juga motivasi praktis-pragmatis dan
akademis (misalnya banyak pakar bahasa Arab yang mampu memanfaatkan berbagai peluang
ekonomi memiliki kehidupan sosial ekonomi yang sejahtera dan sebagainya)
14
wazhicircfah al-tafacircrsquouliyyah)31
dalam kehidupan sehari-hari siswamahasiswa Dalam hal ini guru
bahasa Arab perlu mendesain materi pembelajarannya membuat para siswa dapat
menggunakan bahasa itu untuk memenuhi kebutuhannya seperti berkenalan menanyakan
alamat membeli sesuatu sehingga proses pembelajaran harus komunikatif Selain dituntut
memiliki kompetensi berbahasa aktif gurudosen juga proaktif dalam memfasilitasi dan
memotivasi siswamahasiswa untuk mau berkomunikasi menggunakan bahasa Arab secara
aktif betapun masih terjadi kesalahan berbahasa Dengan kata lain proses pembelajaran
bahasa Arab yang berorientasi komunikatif perlu memperhatikan konteks kebutuhan dan
lingkungan siswa sehingga dalam diri siswa tumbuh ―komitmen dan ―perasaan memerlukan
untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab
Bahasa Arab memiliki banyak karakteristik yang ndashboleh jadimdash tidak dimiliki oleh
bahasa lain Misalnya saja bahasa Arab itu lughat al-irsquoracircb wa al-isytiqacircq (bahasa irsquoracircb dan
derivasi)32
Jika guru memiliki visi bahwa pembelajaran bahasa Arab itu tidak identik dengan
pembelajaran nahwu lebih-lebih irsquoracircb maka bahasa Arab yang diajarkan semestinya tidak
sekedar membaca dan mengirsquorab Irsquoracircb hanyalah salah satu fenomena kebahasaan yang harus
dikaitkan dengan proses pemaknaan struktur kalimat Jadi konteks pembelajaran nahwu bukan
untuk menjelaskan mawacircqirsquo irsquoracircb itu sendiri melainkan untuk memahami dan memaknai
struktur kalimat
Bahasa Arab sebagai bahasa yang sangat kaya derivasi menuntut guru untuk kreatif
dalam memperkenalkan bentuk-bentuk dan perubahan kata berikut implikasi semantiknya
Tentu saja pengenalan tashricircf itu tidak harus melalui hafalan seperti yang dilakukan di
beberapa pesantren tetapi lebih produktif dan konstruktif jika dilakukan melalui intensifikasi
tadricircbat (latihan-latihan) terutama latihan berpola terstruktur dan kontekstual (diletakkan
dalam konteksnya yang tepat) Misalnya saja ketika gurudosen memperkenalkan bentuk
mashdar yang berwazan mufacircrsquoalah dan firsquoacircl maka sebaiknya dikenalkan bentuk kata lain
yang familiar dan fungsional dalam kalimat yang tepat misalnya
الشبهاتو يقوم الصائمون بمجاىدة النفس بامتثال األوامر واجتناب النواىي 1 الجهاد في سبيل اهلل ركن من أركان اإلسالم الستة عند الشيعة 2
Selain itu strategi lain yang dapat diaplikasikan adalah mendekatkan siswa atau
mahasiswa dengan penggunaan bahasa Arab yang riil lengkap dengan konteksnya tidak
31
Setidaknya ada tujuh fungsi utama bahasa yaitu instrumental function regulatory function
interactional function personal function heuristic function (al-wazhicircfah al-iktisyacircfiyyah)
imafinative function dan representational function (al-wazhicircfah al-bayacircniyyah) Lihat Rusydicirc Ahmad
Thulsquoaimah Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclicircbuhucirc
(Rabacircth Isisco 1989) h 119-120 32
Nacircyif Mahmucircd Malsquorucircf Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc (Beirut Dacircr al-
Nafacirclsquois 1998) Cet V h 43-45
15
berupa realitas bahasa Arab buatan Hal ini dimaksudkan agar siswamahasiswa langsung
dapat memahami penggunaan bahasa Arab itu sebagaimana mestinya dan sekaligus dapat
mengetahui konteksnya Sebagai contoh ketika mengajarkan ungkapan-ungkapan tertentu
dalam menulis (insyacircrsquo) guru perlu langsung merujuk kepada apa yang familiar digunakan oleh
orang Arab Dalam hal ini koran majalah dan buku-buku bahasa Arab standar (fushhacirc) dapat
dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran Misalnya saja tenaga pendidik
(gurudosen) membelajarkan informasi (dan istilah) tentang keadaan cuaca maka gambar
berikut dapat langsung menjadi sumber belajar yang kontekstual
CCTL dalam proses pembelajaran juga menghendaki adanya proses dan produk belajar
yang baik dan berguna bagi semua baik dalam bentuk kompetensi berbahasa Arab aktif
maupun karya-karya mulai dari ―kamus mini kumpulan ungkapan surat-surat dalam bahasa
Arab dan sebagainya Karena itu porsi praktik dan latihan dalam proses pembelajaran bahasa
Arab harus lebih ditingkatkan Latihan yang dikembangkan juga sebaiknya variatif dan
mengandung unsur ―games atau alrsquoacircb lughawiyyah Desain latihan media dan games ini
masih menjadi tantangan dan PR bagi kita semua
Selain itu sejak dini tenaga pendidik harus mulai mengasah kepekaannya terhadap
masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab33
Penentuan
masalah sebagai basis proses pembelajaran bahasa Arab misalnya adanya kesulitan
membedakan antara jumlah firsquoliyyah dan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa firsquol perlu
mendapat perhatian tersendiri dari tenaga pendidik dalam mengaplikasikan CCTL Jika tenaga
pendidik dapat mengetahui akar masalahnya misalnya mubtadarsquo (subyek) yang berupa jamak
khabar yang berupa firsquol itu harus jamak sementara pada jumlah firsquoliyyah tidak jamak maka
yang diperlukan adalah tadricircbacirct penggunaan dua jenis kalimat itu secara bergradasi sambil
memperkenalkan kaedahnya secara sederhana Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana
33
Lihat Tammacircm Hassacircn Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I (Kairo Acirclam al-Kutub
2006) Cet I h 34
16
pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah
dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan
dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau
majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah
E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL
Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab
ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-
linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu
1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa
Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam
mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang
profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa
Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik
untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan
dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas
belajar yang kontektual dan menyenangkan
2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab
keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang
menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan
(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa
butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai
3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran
bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)
Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan
sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang
kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk
memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya
sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional
4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga
pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan
berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan
hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini
adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin
untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta
17
didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya
dalam mempraktikkan bahasa Arab34
5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa
Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa
dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap
pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini
berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai
macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris
misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada
Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia
Mesir Syria dan sebagainya
6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku
bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur
tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih
mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur
Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan
―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada
pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi
akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan
penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku
(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya
7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari
dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung
kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada
umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan
daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin
berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja
keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi
pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau
belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa
Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke
arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola
atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya
34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab
―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab
dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta
Desember 2005
18
F Penutup
Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan
masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa
pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak
semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa
Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan
atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu
dicarikan solusinya secara lebih dini
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam
pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya
tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang
jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam
pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula
penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi
pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki
kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan
kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi
bahasa Arab yang efektif
Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang
mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber
lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua
pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga
pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa
asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan
Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di
Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab
yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang
dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada
konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif
senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam
mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk
dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif
model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb
19
Daftar Pustaka
Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah
Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah
Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam
Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika
Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember
2005
Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative
Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa
Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group
of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7
DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari
Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa
Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka
Cipta
Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson
Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah
Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo
Bandung MLC
Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-
Mishriyyah
Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I
Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura
Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-
Kutub
Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos
Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc
Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo
Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc
Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois
Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002
Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang
Depdiknas
Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara
Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II
Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa
Jakarta Rajawali Pers 2005
Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A
Simon amp Schuster Company
Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam
Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta
No 9 Oktober 2002
Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin
20
Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco
Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-
Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah
Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi
Yogyakarta CTSD
14
wazhicircfah al-tafacircrsquouliyyah)31
dalam kehidupan sehari-hari siswamahasiswa Dalam hal ini guru
bahasa Arab perlu mendesain materi pembelajarannya membuat para siswa dapat
menggunakan bahasa itu untuk memenuhi kebutuhannya seperti berkenalan menanyakan
alamat membeli sesuatu sehingga proses pembelajaran harus komunikatif Selain dituntut
memiliki kompetensi berbahasa aktif gurudosen juga proaktif dalam memfasilitasi dan
memotivasi siswamahasiswa untuk mau berkomunikasi menggunakan bahasa Arab secara
aktif betapun masih terjadi kesalahan berbahasa Dengan kata lain proses pembelajaran
bahasa Arab yang berorientasi komunikatif perlu memperhatikan konteks kebutuhan dan
lingkungan siswa sehingga dalam diri siswa tumbuh ―komitmen dan ―perasaan memerlukan
untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab
Bahasa Arab memiliki banyak karakteristik yang ndashboleh jadimdash tidak dimiliki oleh
bahasa lain Misalnya saja bahasa Arab itu lughat al-irsquoracircb wa al-isytiqacircq (bahasa irsquoracircb dan
derivasi)32
Jika guru memiliki visi bahwa pembelajaran bahasa Arab itu tidak identik dengan
pembelajaran nahwu lebih-lebih irsquoracircb maka bahasa Arab yang diajarkan semestinya tidak
sekedar membaca dan mengirsquorab Irsquoracircb hanyalah salah satu fenomena kebahasaan yang harus
dikaitkan dengan proses pemaknaan struktur kalimat Jadi konteks pembelajaran nahwu bukan
untuk menjelaskan mawacircqirsquo irsquoracircb itu sendiri melainkan untuk memahami dan memaknai
struktur kalimat
Bahasa Arab sebagai bahasa yang sangat kaya derivasi menuntut guru untuk kreatif
dalam memperkenalkan bentuk-bentuk dan perubahan kata berikut implikasi semantiknya
Tentu saja pengenalan tashricircf itu tidak harus melalui hafalan seperti yang dilakukan di
beberapa pesantren tetapi lebih produktif dan konstruktif jika dilakukan melalui intensifikasi
tadricircbat (latihan-latihan) terutama latihan berpola terstruktur dan kontekstual (diletakkan
dalam konteksnya yang tepat) Misalnya saja ketika gurudosen memperkenalkan bentuk
mashdar yang berwazan mufacircrsquoalah dan firsquoacircl maka sebaiknya dikenalkan bentuk kata lain
yang familiar dan fungsional dalam kalimat yang tepat misalnya
الشبهاتو يقوم الصائمون بمجاىدة النفس بامتثال األوامر واجتناب النواىي 1 الجهاد في سبيل اهلل ركن من أركان اإلسالم الستة عند الشيعة 2
Selain itu strategi lain yang dapat diaplikasikan adalah mendekatkan siswa atau
mahasiswa dengan penggunaan bahasa Arab yang riil lengkap dengan konteksnya tidak
31
Setidaknya ada tujuh fungsi utama bahasa yaitu instrumental function regulatory function
interactional function personal function heuristic function (al-wazhicircfah al-iktisyacircfiyyah)
imafinative function dan representational function (al-wazhicircfah al-bayacircniyyah) Lihat Rusydicirc Ahmad
Thulsquoaimah Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclicircbuhucirc
(Rabacircth Isisco 1989) h 119-120 32
Nacircyif Mahmucircd Malsquorucircf Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc (Beirut Dacircr al-
Nafacirclsquois 1998) Cet V h 43-45
15
berupa realitas bahasa Arab buatan Hal ini dimaksudkan agar siswamahasiswa langsung
dapat memahami penggunaan bahasa Arab itu sebagaimana mestinya dan sekaligus dapat
mengetahui konteksnya Sebagai contoh ketika mengajarkan ungkapan-ungkapan tertentu
dalam menulis (insyacircrsquo) guru perlu langsung merujuk kepada apa yang familiar digunakan oleh
orang Arab Dalam hal ini koran majalah dan buku-buku bahasa Arab standar (fushhacirc) dapat
dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran Misalnya saja tenaga pendidik
(gurudosen) membelajarkan informasi (dan istilah) tentang keadaan cuaca maka gambar
berikut dapat langsung menjadi sumber belajar yang kontekstual
CCTL dalam proses pembelajaran juga menghendaki adanya proses dan produk belajar
yang baik dan berguna bagi semua baik dalam bentuk kompetensi berbahasa Arab aktif
maupun karya-karya mulai dari ―kamus mini kumpulan ungkapan surat-surat dalam bahasa
Arab dan sebagainya Karena itu porsi praktik dan latihan dalam proses pembelajaran bahasa
Arab harus lebih ditingkatkan Latihan yang dikembangkan juga sebaiknya variatif dan
mengandung unsur ―games atau alrsquoacircb lughawiyyah Desain latihan media dan games ini
masih menjadi tantangan dan PR bagi kita semua
Selain itu sejak dini tenaga pendidik harus mulai mengasah kepekaannya terhadap
masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab33
Penentuan
masalah sebagai basis proses pembelajaran bahasa Arab misalnya adanya kesulitan
membedakan antara jumlah firsquoliyyah dan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa firsquol perlu
mendapat perhatian tersendiri dari tenaga pendidik dalam mengaplikasikan CCTL Jika tenaga
pendidik dapat mengetahui akar masalahnya misalnya mubtadarsquo (subyek) yang berupa jamak
khabar yang berupa firsquol itu harus jamak sementara pada jumlah firsquoliyyah tidak jamak maka
yang diperlukan adalah tadricircbacirct penggunaan dua jenis kalimat itu secara bergradasi sambil
memperkenalkan kaedahnya secara sederhana Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana
33
Lihat Tammacircm Hassacircn Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I (Kairo Acirclam al-Kutub
2006) Cet I h 34
16
pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah
dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan
dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau
majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah
E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL
Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab
ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-
linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu
1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa
Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam
mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang
profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa
Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik
untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan
dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas
belajar yang kontektual dan menyenangkan
2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab
keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang
menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan
(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa
butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai
3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran
bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)
Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan
sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang
kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk
memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya
sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional
4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga
pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan
berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan
hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini
adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin
untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta
17
didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya
dalam mempraktikkan bahasa Arab34
5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa
Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa
dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap
pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini
berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai
macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris
misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada
Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia
Mesir Syria dan sebagainya
6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku
bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur
tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih
mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur
Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan
―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada
pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi
akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan
penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku
(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya
7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari
dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung
kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada
umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan
daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin
berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja
keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi
pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau
belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa
Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke
arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola
atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya
34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab
―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab
dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta
Desember 2005
18
F Penutup
Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan
masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa
pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak
semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa
Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan
atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu
dicarikan solusinya secara lebih dini
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam
pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya
tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang
jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam
pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula
penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi
pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki
kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan
kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi
bahasa Arab yang efektif
Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang
mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber
lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua
pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga
pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa
asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan
Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di
Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab
yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang
dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada
konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif
senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam
mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk
dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif
model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb
19
Daftar Pustaka
Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah
Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah
Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam
Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika
Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember
2005
Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative
Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa
Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group
of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7
DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari
Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa
Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka
Cipta
Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson
Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah
Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo
Bandung MLC
Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-
Mishriyyah
Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I
Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura
Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-
Kutub
Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos
Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc
Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo
Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc
Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois
Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002
Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang
Depdiknas
Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara
Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II
Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa
Jakarta Rajawali Pers 2005
Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A
Simon amp Schuster Company
Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam
Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta
No 9 Oktober 2002
Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin
20
Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco
Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-
Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah
Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi
Yogyakarta CTSD
15
berupa realitas bahasa Arab buatan Hal ini dimaksudkan agar siswamahasiswa langsung
dapat memahami penggunaan bahasa Arab itu sebagaimana mestinya dan sekaligus dapat
mengetahui konteksnya Sebagai contoh ketika mengajarkan ungkapan-ungkapan tertentu
dalam menulis (insyacircrsquo) guru perlu langsung merujuk kepada apa yang familiar digunakan oleh
orang Arab Dalam hal ini koran majalah dan buku-buku bahasa Arab standar (fushhacirc) dapat
dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran Misalnya saja tenaga pendidik
(gurudosen) membelajarkan informasi (dan istilah) tentang keadaan cuaca maka gambar
berikut dapat langsung menjadi sumber belajar yang kontekstual
CCTL dalam proses pembelajaran juga menghendaki adanya proses dan produk belajar
yang baik dan berguna bagi semua baik dalam bentuk kompetensi berbahasa Arab aktif
maupun karya-karya mulai dari ―kamus mini kumpulan ungkapan surat-surat dalam bahasa
Arab dan sebagainya Karena itu porsi praktik dan latihan dalam proses pembelajaran bahasa
Arab harus lebih ditingkatkan Latihan yang dikembangkan juga sebaiknya variatif dan
mengandung unsur ―games atau alrsquoacircb lughawiyyah Desain latihan media dan games ini
masih menjadi tantangan dan PR bagi kita semua
Selain itu sejak dini tenaga pendidik harus mulai mengasah kepekaannya terhadap
masalah-masalah yang dihadapi peserta didik dalam mempelajari bahasa Arab33
Penentuan
masalah sebagai basis proses pembelajaran bahasa Arab misalnya adanya kesulitan
membedakan antara jumlah firsquoliyyah dan jumlah ismiyyah yang khabarnya berupa firsquol perlu
mendapat perhatian tersendiri dari tenaga pendidik dalam mengaplikasikan CCTL Jika tenaga
pendidik dapat mengetahui akar masalahnya misalnya mubtadarsquo (subyek) yang berupa jamak
khabar yang berupa firsquol itu harus jamak sementara pada jumlah firsquoliyyah tidak jamak maka
yang diperlukan adalah tadricircbacirct penggunaan dua jenis kalimat itu secara bergradasi sambil
memperkenalkan kaedahnya secara sederhana Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana
33
Lihat Tammacircm Hassacircn Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I (Kairo Acirclam al-Kutub
2006) Cet I h 34
16
pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah
dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan
dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau
majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah
E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL
Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab
ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-
linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu
1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa
Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam
mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang
profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa
Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik
untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan
dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas
belajar yang kontektual dan menyenangkan
2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab
keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang
menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan
(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa
butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai
3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran
bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)
Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan
sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang
kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk
memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya
sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional
4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga
pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan
berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan
hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini
adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin
untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta
17
didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya
dalam mempraktikkan bahasa Arab34
5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa
Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa
dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap
pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini
berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai
macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris
misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada
Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia
Mesir Syria dan sebagainya
6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku
bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur
tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih
mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur
Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan
―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada
pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi
akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan
penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku
(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya
7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari
dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung
kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada
umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan
daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin
berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja
keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi
pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau
belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa
Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke
arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola
atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya
34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab
―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab
dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta
Desember 2005
18
F Penutup
Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan
masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa
pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak
semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa
Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan
atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu
dicarikan solusinya secara lebih dini
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam
pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya
tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang
jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam
pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula
penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi
pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki
kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan
kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi
bahasa Arab yang efektif
Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang
mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber
lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua
pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga
pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa
asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan
Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di
Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab
yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang
dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada
konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif
senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam
mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk
dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif
model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb
19
Daftar Pustaka
Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah
Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah
Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam
Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika
Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember
2005
Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative
Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa
Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group
of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7
DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari
Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa
Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka
Cipta
Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson
Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah
Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo
Bandung MLC
Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-
Mishriyyah
Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I
Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura
Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-
Kutub
Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos
Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc
Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo
Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc
Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois
Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002
Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang
Depdiknas
Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara
Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II
Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa
Jakarta Rajawali Pers 2005
Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A
Simon amp Schuster Company
Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam
Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta
No 9 Oktober 2002
Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin
20
Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco
Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-
Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah
Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi
Yogyakarta CTSD
16
pada akhirnya peserta didik memiliki kompetensi kapan harus menggunakan jumlah firsquoliyyah
dan jumlah ismiyyah dalam konteks yang tepat Karena itu contoh-contoh yang diberikan
dalam memperjelas penggunaan kedua kalimat itu diambilkan langsung dari koran atau
majalah berbahasa Arab dari Timur Tengah
E Faktor-Faktor Aplikasi CCTL
Keberhasilan atau ketidakberhasilan aplikasi CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab
ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal linguistik maupun non-
linguistik edukatif maupun non-edukatif Setidak-tidaknya ada 7 faktor yaitu
1 Tenaga pendidik atau guru (filosofi kompetensi dan wawasannya di bidang bahasa
Arab profesionalisme dedikasi etos kerja dan etos keilmuannya dalam
mengembangkan pembelajaran bahasa Arab) Tenaga pendidik bahasa Arab yang
profesional senantiasa bertanya kepada dirinya sendiri misalnya ―Kompetensi bahasa
Arab apa yang harus dicapai oleh peserta didik materi apa yang relevan dan menarik
untuk pencapaian tujuan tersebut metode dan media apakah yang diasumsikan relevan
dan efektif untuk pencapaian tujuan tersebut dan bagaimana menciptakan kelas
belajar yang kontektual dan menyenangkan
2 Peserta didik atau siswa (minat motivasi kesan dan persepsinya tentang bahasa Arab
keluarga dan kecerdasannya dalam belajar bahasa Arab) Siapapun peserta didik yang
menjadi mitra belajar tenaga pendidik pasti memiliki potensi atau kemampuan
(rendah sedang atau tinggi) Yang terpenting untuk ditumbuhkan adalah minat rasa
butuh dan semangat untuk mau mempelajari dan memahami bahasa Arab sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai
3 Lembaga pendidikan (visi misi orientasi dan atensinya dalam pemajuan pembelajran
bahasa Arab kurikulum media fasilitas sarana dan prasarana pendukung dsb)
Lembaga pendidikan (madrasah sekolah perguruan tinggi pesantren dan
sebagainya) memainkan peran penting dalam penciptaan suasana belajar yang
kondusif Idealnya pengelola lembaga pendidikan memiliki komitmen yang kuat untuk
memahirkan peserta didiknya dalam berbahasa Arab atau bahasa asing lainnya
sehingga ―jerih payah tenaga pendidik dalam kelas mendapat dukungan institusional
4 Lingkungan (lingkungan dengar pandang dengar-pandang pergaulan di lembaga
pendidikan situasi kelas lingkungan sosial dan sebagainya) Penciptaan lingkungan
berbahasa Arab (takwicircn al-bicircrsquoah al-lughawiyyah al-lsquoArabiyyah) masih merupakan
hambatan tersendiri Karena itu langkah praktis yang dapat ditempuh untuk CCTL ini
adalah bagaimana tenaga pendidikan bahasa Arab berupaya semaksimal mungkin
untuk selalu menggunakan bahasa Arab ketika berkomunikasi dengan para peserta
17
didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya
dalam mempraktikkan bahasa Arab34
5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa
Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa
dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap
pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini
berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai
macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris
misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada
Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia
Mesir Syria dan sebagainya
6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku
bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur
tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih
mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur
Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan
―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada
pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi
akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan
penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku
(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya
7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari
dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung
kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada
umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan
daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin
berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja
keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi
pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau
belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa
Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke
arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola
atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya
34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab
―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab
dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta
Desember 2005
18
F Penutup
Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan
masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa
pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak
semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa
Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan
atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu
dicarikan solusinya secara lebih dini
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam
pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya
tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang
jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam
pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula
penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi
pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki
kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan
kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi
bahasa Arab yang efektif
Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang
mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber
lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua
pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga
pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa
asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan
Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di
Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab
yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang
dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada
konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif
senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam
mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk
dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif
model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb
19
Daftar Pustaka
Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah
Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah
Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam
Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika
Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember
2005
Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative
Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa
Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group
of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7
DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari
Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa
Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka
Cipta
Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson
Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah
Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo
Bandung MLC
Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-
Mishriyyah
Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I
Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura
Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-
Kutub
Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos
Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc
Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo
Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc
Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois
Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002
Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang
Depdiknas
Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara
Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II
Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa
Jakarta Rajawali Pers 2005
Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A
Simon amp Schuster Company
Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam
Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta
No 9 Oktober 2002
Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin
20
Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco
Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-
Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah
Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi
Yogyakarta CTSD
17
didik Demikian pula setiap peserta didik didorong untuk bermitra dengan temannya
dalam mempraktikkan bahasa Arab34
5 Politik (kebijakan perhatian dukungan pemerintah terhadap pengembangan bahasa
Arab termasuk juga dukungan negara-negara Timur Tengah) Diakui bahwa
dukungan moral finansial dan kultural dari negara-negara Timur Tengah terhadap
pengembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia masih sangat minim Hal ini
berbeda dengan negara-negara Barat yang banyak memberi dukungan berbagai
macam dalam rangka memahirkan warga bangsa Indonesia untuk berbahasa Inggris
misalnya Kesempatan untuk studi ke Barat seperti ke Amerika Serikat Kanada
Australia Inggris sungguh lebih terbuka dibandingkan misalnya ke Saudi Arabia
Mesir Syria dan sebagainya
6 Linguistik (penelitian bahasa Arab sistem bahasa Arab kamus-kamus buku-buku
bahasa Arab dan sebagainya) Beberapa pusat studi tentang bahasa Arab dan Timur
tengah belakangan ini memang sudah mulai didirikan tetapi dalam banyak hal masih
mengalami kesulitan mencari mitra dan founding terutama dari negara-negara Timur
Tengah Dunia Arab tampaknya lebih senang memberi donasi untuk kepentingan
―pembangunan fisik seperti membangun masjid pesantren dan madrasah daripada
pengembangan sumber daya manusia Karena itu diperlukan adanya upaya diplomasi
akademik dan kultural yang lebih baik lagi di masa depan sehingga perkembangan
penelitian bahasa dan sastra Arab di Indonesia lebih bergairah penerbitan buku-buku
(ilmiah maupun pelajarandaras) semakin semarak dan sebagainya
7 Budaya (sikap pola pikir sistem nilai perilaku dan realitas kultural yang mengitari
dan mengepung kehidupan kita) Budaya masyarakat kita dewasa ini cenderung
kurang mendukung CCTL Minat baca di kalangan siswa maupun mahasiswa pada
umumnya rendah Budaya ―santai senang-senang main-main lebih dominan
daripada budaya ―disiplin belajar disiplin waktu disiplin beribadah disiplin
berkarya dan seterusnya Mereka lebih menghendaki ―serba instan tidak mau kerja
keras dan cerdas Hal ini harus diatasi dengan penerapan disiplin yang tinggi
pemberian rewards and punishments yang mendidik supaya mereka betul-betul mau
belajar dan meningkatkan kapasitas intelektual mereka terutama dalam berbahasa
Arab Budaya ―menonton yang sudah digemari oleh peserta didik dapat dialihkan ke
arah ―tontonan yang bernuansa kebahasaaraban baik diakses dari internet parabola
atau CD-CD pembelajaran bahasa Arab lainnya
34 Mengenai model pengembangan lingkungan berbahasa Arab lihat Muhbib Abdul Wahab
―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab
dalam Jurnal Didaktika Islamika Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta
Desember 2005
18
F Penutup
Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan
masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa
pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak
semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa
Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan
atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu
dicarikan solusinya secara lebih dini
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam
pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya
tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang
jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam
pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula
penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi
pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki
kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan
kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi
bahasa Arab yang efektif
Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang
mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber
lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua
pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga
pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa
asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan
Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di
Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab
yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang
dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada
konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif
senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam
mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk
dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif
model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb
19
Daftar Pustaka
Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah
Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah
Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam
Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika
Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember
2005
Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative
Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa
Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group
of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7
DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari
Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa
Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka
Cipta
Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson
Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah
Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo
Bandung MLC
Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-
Mishriyyah
Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I
Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura
Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-
Kutub
Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos
Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc
Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo
Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc
Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois
Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002
Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang
Depdiknas
Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara
Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II
Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa
Jakarta Rajawali Pers 2005
Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A
Simon amp Schuster Company
Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam
Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta
No 9 Oktober 2002
Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin
20
Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco
Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-
Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah
Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi
Yogyakarta CTSD
18
F Penutup
Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah berlangsung lama seiring dengan
masuknya Islam di Indonesia Akan tetapi hingga saat ini dirasakan oleh banyak pihak bahwa
pembelajaran bahasa Arab masih memperihatinkan belum menggembirakan Buktinya tidak
semua siswamahasiswa Muslim meminati belajar bahasa Arab Yang berminat belajar bahasa
Arab di PBA FITK BSA Fakultas Adab dan Humaniora dan sebagainya masih merasakan
atau berkesan bahwa bahasa Arab itu sulit dan tidak menarik Problem pencitraan ini perlu
dicarikan solusinya secara lebih dini
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah aplikasi pendekatan CCTL dalam
pembelajaran bahasa Arab Guru bahasa Arab bukan sekedar mentransfer pengetahuannya
tentang bahasa Arab kepada siswa melainkan harus memiliki visi misi dan orientasi yang
jelas dalam membelajarkan bahasa Arab Kontekstualisasi bahan ajar pendekatan dalam
pembelajaran dan latihan-latihan bahasa Arab mutlak harus dilakukan Demikian pula
penumbuhan kreativitas dalam pembelajaran dengan memanfaatkan media dan teknologi
pendidikan juga sangat dibutuhkan CCTL menghendaki guru yang mengajar itu memiliki
kompetensi dan profesionalitas tinggi semangat dan etos keilmuan yang dinamis dan
kreativitas dalam mengembangkan kurikulum bahan ajar metode media dan model evaluasi
bahasa Arab yang efektif
Kata kunci keberhasilan aplikasi CCTL terletak pada tenaga pendidik atau guru yang
mampu mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya sumber belajar dan sumber-sumber
lainnya dalam dinamisasi proses pembelajaran Kemitraan kerjasama dan dukungan semua
pihak tentu menjadi penentu segalanya karena bahasa Arab yang diajarkan di lembaga
pendidikan kita itu masih ―asing atau sekurang-kurangnya selalu diposisikan sebagai ―bahasa
asing bukan bahasa kedua atau bahasa pendidikan
Keberhasilan aplikasi model CCTL dalam pembelajaran bahasa Arab dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti guru siswa lembaga pendidikan lingkungan linguis Arab di
Indonesia budaya dan sebagainya CCTL dipastikan bukan model pembelajaran bahasa Arab
yang terbaik tetapi merupakan alternatif yang dapat dipilih jika paradigma yang
dikembangkan adalah proses pembelajaran berbasis aneka sumber dan berorientasi kepada
konteks sosial-budaya dan kreativitas Di atas semua itu tenaga pendidik yang kreatif
senantiasa berusaha mengoptimalkan kapasitas dan daya kreativitas peserta didiknya dalam
mempelajari bahasa Arab Dengan demikian CCTL dipandang signifikan atau penting untuk
dikaji ulang dan dikembangkan di masa mendatang agar dapat menjadi salah satu alternatif
model pembelajaran bahasa Arab di tanah air Wallacirchu arsquolam bi al-shawacircb
19
Daftar Pustaka
Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah
Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah
Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam
Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika
Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember
2005
Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative
Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa
Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group
of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7
DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari
Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa
Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka
Cipta
Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson
Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah
Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo
Bandung MLC
Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-
Mishriyyah
Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I
Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura
Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-
Kutub
Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos
Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc
Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo
Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc
Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois
Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002
Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang
Depdiknas
Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara
Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II
Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa
Jakarta Rajawali Pers 2005
Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A
Simon amp Schuster Company
Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam
Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta
No 9 Oktober 2002
Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin
20
Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco
Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-
Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah
Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi
Yogyakarta CTSD
19
Daftar Pustaka
Abd al-Maqshucircd Muhammad Fauzicirc 2004 al-Ibdacirc fi al-Tarbiyah al-Arabiyyah
Muawwiqacirct wa Acircliyacirct al-Muwacircjahah Kairo Dacircr al-Tsaqacircfah
Abdul Wahab Muhbib 2005 ―Revitalisasi Penciptaan Bilsquoah Lughawiyyah dalam
Pengembangan Keterampilan Bahasa Arab dalam Jurnal Didaktika Islamika
Vol VI No 2 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN jakarta Desember
2005
Ayan Jordan E 2003 Bengkel Kreativitas Terj dari 10 Ways to Free Your Creative
Spirit and Find Your Great Ideas oleh Ibnu Setiawan Bandung Kaifa
Chang Ernest amp Don Simpson 1997 ―The Circle of Learning Individual and Group
of Processrdquo dalam Educatioan Policy Analysis Volume 5 Number 7
DePotter Bobbi dan Mike Hernacki 1999 Quantum Learning Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan Terj Alawiyah Abdurrahman dari
Quantum Learning Unleasing the Genius in Yourdquo Bandung Kaifa
Djamarah Saeful Bahri dan Aswan Zain 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Rineka
Cipta
Gagne Robert M 1989 Condition of Learning New York Holt Rinehart and Winson
Goleman Daniel 2005 The Creative Spirit Nyalakan Jiwa Kreatifmu di Sekolah
Tempat Kerja dan Komunitas Terj dari The Creative Spirit oleh Yuliani Liputo
Bandung MLC
Halih Ahmad Zakicirc 1988 lsquoIlm al-Nafs al-Tarbawicirc Kairo Maktabah al-Nahdhah al-
Mishriyyah
Harefa Andreas Pembelajaran di Era Serba Otonomi Jakarta Harian Kompas Cet I
Hassacircn Tammacircm 1984 al-Tamhicircd ficirc Iktisacircb al-Lughah al-Arabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna Bihacirc Mekkah Jacircmilsquoah Umm al-Qura
Hassacircn Tammacircm 2006 Maqacirclacirct fi al-Lughah wa al-Adab Jilid I Kairo Acirclam al-
Kutub
Johnson Elaine B 2002 Contextual Teaching and Learning What It is and Why Itrsquos
Here to Stay Thousand Oaks Corwin Press Inc
Lie Anita 2002 Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas Jakarta Grasindo
Malsquorucircf Nacircyif Mahmucircd 1998 Khashacircrsquoish al-lsquoArabiyyah wa Tharacircrsquoiq Tadricircsihacirc
Beirut Dacircr al-Nafacirclsquois
Nurhadi 2002 Pendekatan Kontekstual Malang Universitas Negeri Malang 2002
Puskur Balitbang Depdiknas 2002 Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar Jakarta Balitbang
Depdiknas
Rose Colin dan Malcolm J Nicholl 2002 Accelerated Learning for The 21st Century (Cara
Belajar Cepat Abad XXI) Terjemahan Dedy Ahimsa Bandung Nuansa Cet II
Shaleh Abdul Rahman 2005 Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa
Jakarta Rajawali Pers 2005
Silberman M 1996 Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subjects Massachusetts A
Simon amp Schuster Company
Surya Mohammad 2002 Tantangan Pembelajaran di Era Millineum dalam
Jurnal Didaktika Islamika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta
No 9 Oktober 2002
Teresa M Amabile 1998 Growing up Creative New York Pinguin
20
Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco
Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-
Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah
Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi
Yogyakarta CTSD
20
Thulsquoaimah Rusydicirc Ahmad 1989 Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah licirc Ghair al-
Nacircthiqicircna bihacirc Manacirchijuhucirc wa Asacirclibuhucirc Rabacircth Isisco
Al-Ushailicirc Abd al-Azicircz ibn Ibracirchicircm 1999 al-Nazhariyyacirct al-Lughawiyyah wa al-
Nafsiyyah wa Tarsquolicircm al-Lughah al-lsquoArabiyyah Riyacircdh Maktabah al-Malik Fahd
al-Wathaniyyah
Zaini Hisyam dkk 2002 Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi
Yogyakarta CTSD