Post on 07-Aug-2015
Laboratorium / SMF Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut Journal ReadingProgram Pendidikan Dokter Universitas MulawarmanRSUD A.W.Sjahranie Samarinda
An experiment on the attrition of acid demineralized dentine in vitro
OLEHAmaliaturrahmah06.55372.00315.09
PEMBIMBINGDrg. Elliana Martalina, Sp.Pros
Dipresentasikan Dalam RangkaTugas Kepaniteraan Klinik
Pada Bagian Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut
2011
1
Penelitian pada Atrisi karena Asam yang Mengakibatkan Demineralisasi pada Dentin
secara in vitroH Li,*__ MC Liu,_ M Deng,_ R Moazzez,_ DW Bartlett_
Abstrak
1. Latar Belakang: Sebuah penelitian laboratorium ini dirancang untuk menguji
hipotesis bahwa asam meningkatkan tingkat keausan yang disebabkan oleh
gesekan pada dentin.
Metode: bagian dentin dari 10 gigi yang telah dipoles, dibersihkan di dalam celupan
ultrasonik dan dibagi menjadi 8 ukuran area yang sama. Ujung oklusal gigi,
ditempatkan secara vertikal dalam mesin aus dan dibebankan pada 150 N, bergerak
berlawanan terhadap setiap bagian dentin dengan 5000 gaya kembali dengan saliva
buatan yang bertindak sebagai pelumas. Setiap bagian dentin dibagi menjadi 8 bagian
dan setengahnya secara acak direndam dalam larutan asam sitrat 1% (pH 2.3) selama
20 menit. Daerah yang aus memproduksi 8 bekas luka aus pada total tiap sampel
dentin.. Volume setiap bekas luka keausan diukur dengan menggunakan Profilometer
kontak digitalisasi
Hasil: Sebanyak 80 bekas luka keausan yang diproduksi dengan 40 diberi perlakuan
dengan asam dan 40 bertindak sebagai kontrol. Rata-rata untuk volume aus pada
bekas luka dentin dengan asam adalah 4,84 pM 3 (1,38) dan untuk permukaan non-
asam adalah 2,95 pM 3 (0,86). Perbedaan ini secara statistik bermakna (p <0,05).
Kesimpulan: Hasil ini mendukung hipotesis bahwa asam meningkatkan tingkat
keausan yang disebabkan oleh gesekan pada dentin.
2
Pengantar
Pengausan gigi umumnya dikenal menjadi kondisi multifaktorial dengan
kontribusi dari erosi, abrasi dan atrisi. Namun, peranan dari atrisi adalah keausan
yang terjadi pada dua permukaan gigi yang mengadakan kontak, telah relatif di
bawah-investigasi karena sulitnya mengembangkan model yang sesuai laboratorium.
Fluorida mungkin memiliki peran preventif dalam perkembangan dari keausan yang
disebabkan oleh abrasi, tetapi ada sedikit data relatif yang menggambarkan
dampaknya terhadap atrisi. Studi laboratori kami baru-baru ini menunjukkan bahwa
vernis Duraphat ® (Colgate Ltd, Inggris) secara acak diterapkan untuk memoles
bagian dentin dan diperlakukan untuk pengausan atrisi dari titik puncak dari sebuah
premolar atas yang secara statistic menyebabkan gigi lebih aus dari pada control.
Kami mendalilkan bahwa alasan untuk hal ini adalah kerendahan pH (pH 3.4) atau
efek pelumas dari vernis. Tidak ada perbedaan yang terlihat pada keausan antara
sampel dentin terlihat pada gambar SEM dan dengan cara yang sama, microhardness
secara statistik tidak berbeda antara Duraphat ® vernis memperlakukan sampel dan
kontrol sampel. Pertanyaan yang tersisa adalah tentang bagaimana cara asam
menyebabkan atrisi pada dentin dan apakah mempercepat keausan gigi. Baru-baru
ini, Ranjitkar et al. mengembangkan model atrisi dan menunjukkan bahwa asam
pelumas pada pH 3,0 dan 6,1 ditempatkan di antara bagian yang berlawanan dari
dentin statistik tidak signifikan mempengaruhi keausan. Para penulis menyimpulkan
bahwa gesekan tidak dipengaruhi oleh asam dalam model laboratorium mereka.
Namun, ini bertentangan dengan pengalaman klinis dan menunjukkan bahwa
diperlukan penyelidikan lebih lanjut.
Ada peningkatan bukti bahwa soft drink menyebabkan erosi gigi. studi Klinis
dan berbagai laboratorium model telah menunjukkan bahwa makanan asam dan
minuman meningkatkan tingkat keausan pada gigi. Dari data penelitian prevalensi
menunjukkan bahwa umumnya sebagian besar gigi yang terkena adalah permukaan
oklusal molar pertama dan ujung-ujungnya insisal dari gigi insisivus atas dan bawah.
3
Keausan pada permukaan oklusal dari geraham dan gigi seri hampir pasti melibatkan
erosi bersama dengan atrisi,dan karena itu informasi yang lebih diperlukan mengenai
efek yang mungkin dari gabungan keduanya. Dalam rangka untuk mengungkap
mekanisme aus dari atrisi, penyelidikan laboratorium dirancang untuk menguji
hipotesis bahwa asam meningkatkan tingkat keausan yang disebabkan oleh gesekan
(atrisi) pada dentin.
Bahan dan metode
Diekstraksi gigi molar ketiga manusia yang bebas karies, asalnya tidak
diketahui (Guy's and St. Thomas's NHS Foundation Trust Research Ethics Approval
REC04/Q0704/57) dibelah secara horizontal untuk menghilangkan akar,
meninggalkan bagian koronal. Enamel dari 10 gigi molar ketiga kemudian
dikeluarkan dengan hati-hati, sampai tampak dentin yang mendasari dan bagian yang
tertanam dibilas di blok akrilik mengikuti protokol yang telah diterbitkan
sebelumnya. Bagian permukaan dentin yang terbuka dipoles dengan 600 sampai 2000
amplas grit untuk membentuk permukaan datar yang halus. Setelah persiapan
spesimen, sampel dibersihkan pada bak ultrasonik selama 2 menit pada suhu kamar
dan permukaan dentin sewenang-wenang dibagi menjadi 8 secara sama dengan
ukuran 1 mm 3 zona. Dari sini, 4 secara acak dipilih oleh angka yang dihasilkan
komputer untuk aplikasi asam dan yang lain sebagai zona kontrol. Selanjutnya, ujung
dari puncak gigi bukal dari gigi premolar yang utuh ditempatkan secara vertikal di
mesin aus Enduratec (TEC ELF Model 3300, Bose, Eden Prairie, MN, USA) dan
diposisikan sehingga bergerak melawan bagian dentin menggunakan protokol yang
dijelaskan dalam studi sebelumnya.
Setiap gesekan mesin Enduratec terdiri atas beban 150 N, frekuensi 10 Hz,
panjang gesekan 1 mm. selanjutnya dilanjutkan untuk total 5000 gesekan kembali
dengan saliva buatan bertindak sebagai pelumas. Saliva buatan diformulasikan sesuai
dengan metode yang dijelaskan oleh Eisenburger dan berisi bahan berikut dalam air
4
deionisasi: (CaCl 2 .2 H 2 O 0,7 mmol / l, MgCl2 0.2 mmol / l, KH 2 PO 4 4,0 mmol / l ,
HEPES penyangga (bentuk asam) 20,0 mmol / l, KCl 30,0 mmol / l) dengan pH 7,0
disesuaikan dengan menggunakan natrium hidroksida yang dititrasi.
Titik puncak premolar menghasilkan bekas luka aus pada permukaan dentin
dalam zona yang digambarkan. Sampel dikeluarkan dari mesin dan kembali
diposisikan ke zona baru yang kira-kira 1 mm dari sebelumnya untuk menghasilkan
bekas luka aus yang baru. Proses ini diulang untuk menghasilkan 4 bekas luka.
Selanjutnya, 4 zona yang akan mengalami atrisi hanya ditutupi dengan pita dan setiap
sampel direndam dalam larutan asam sitrat 1% (pH 2.3) selama 20 menit, dicuci
dengan air suling dan 4 selanjutnya bekas luka aus yang diproduksi menggunakan
protokol yang sama. Daerah yang mengalami aus memproduksi total 8 bekas luka per
sampel, 4 dari yang telah direndam dalam asam dan 4 bertindak sebagai kontrol.
Volume setiap bekas luka keausan diukur dengan menggunakan Profilometer
digitalisasi (Renishaw plc, Gloucestershire, UK). True Map 3 software (Renishaw
plc, Gloucestershire, UK). Volume bekas luka keausan dihitung dengan
menggunakan permukaan dentin berdekatan unworn sebagai area referensi dan
pengukuran diulang 3 kali dan dihitung nilai rata-rata. Pengukuran volume diulang
lagi untuk semua 8 luka per sampel dentin dan kemudian untuk semua 10 bagian..
Keakuratan dan kemampuan untuk memproduksi hasil scan dan perangkat lunak
sebelumnya telah diterbitkan dan memiliki resolusi maksimum ± 1 pM dan
pengulangan dari ± 5 pM. Dua sampel yang dipilih secara acak didehidrasi dan
dipercikkan dilapisi dengan emas untuk diperiksa dengan mesin SEM (JSM-5900LV,
JEOL Ltd, Tokyo, Jepang) pada 20 KV.
Analisis Statistik
Digunakan SPSS for Windows Versi 11,5 untuk analisa data statistik. Data
digambarkan menggunakan mean dan standar deviasi (sd). Efek pengobatan
dievaluasi dengan menggunakan uji sampel berpasangan pada α = 0,05.
5
Hasil
Sebanyak 80 bekas luka aus yang diproduksi 40 diberikan perlakuan dengan
asam dan 40 bertindak sebagai kontrol ( Tabel 1 ). Mean (SD) untuk volume aus pada
bekas luka dentin dengan asam adalah 4,84 pM 3 SD (1,38) dan untuk permukaan
non-asam 2,95 pM 3 SD (0,86). Perbedaan ini secara statistik bermakna (p <0,05).
Tabel 1. Perbandingan volume keausan yang diambil dentin yang diberikan
perlakuan dengan asam dan tanpa asam (μm 3)
perlakuan Tanpa Asam Dengan asam
Volume keausan 2.95 ± 0.86 4.84 ± 1.38*
*p < 0.05. Signifikan secara statistik perbedaan antara kedua kelompok
Pencitraan SEM dari bekas luka aus dari gesekan tanpa asam ditunjukkan
pada Gambar 1 dan efek gesekan pada perlakuan asam didentin ditunjukkan pada
Gambar 2. Di tengah dari sampel yang diberi asam, bekas luka aus menunjukkan
sebagian tubulus dentin terbuka seperti terlihat dalam pembesaran tinggi ( Gambar 2b
). Di perbatasan bekas luka, dentin memiliki margin tajam dan tampak hancur dan
dikupas jauh dari jaringan dasar ( Gambar 2c ).
Namun, pada bagian tengah permukaan sampel kontrol banyak tubulus dentin
yang tertutup bila dilihat di bawah perbesaran yang sama ( Gambar 1b ). Di
perbatasan bekas luka, dentin itu kurang rapuh, kurang hancur dan dasarnya relatif
kompak dan utuh. Tubulus dentin diolesi dengan debris-debris kecil ( Gambar 1c ).
6
Gambar 1. (A) Gambar SEM menunjukkan bahwa bekas luka dari atrisi yang tanpa diberi perlakuan asam adalah kecil. (B) Pada pusat dari permukaan sampel kontrol, sebagian besar tubulus dentin ditutup di bawah perbesaran yang lebih tinggi. ( (C) Pada perbatasan bekas luka, dentin kurang tajam, ada kurang hancur bawah dentin dan dasar dentin relatif kompak dan utuh. Tubulus dentin yang diolesi dengan debris-debris kecil
Gambar 2. (A) gambar SEM menunjukkan bahwa bekas luka aus dari atrisi yang diberi perlakuan asam lebih besar. (B-c) Atrisi dari permukaan yang diperlakukan dengan asam lebih besar dengan banyak tubulus dentin yang terbuka di bawah perbesaran yang lebih tinggi (C) Pada perbatasan bekas luka, dentin ini rapuh, hancur ke bawah dan terkupas dari dasar jaringan dentin
Diskusi
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggunakan model laboratorium untuk
menunjukkan bagaimana asam mempengaruhi keausan yang disebabkan oleh
gesekan; gigi terhadap keausan gigi. pasangan Friksional dibuat menggunakan
spesimen dentin yang dibelah dan dipoles dan titik puncak gigi premolar yang
7
berlawanan untuk mewakili kepalan dan gilingan. secara relatif solusi pH asam yang
rendah digunakan untuk meniru demineralisasi dentin.. memakai situasi yang relevan
dengan situasi klinis, misalnya setelah minum minuman ringan dengan pH rendah
seperti lemon, cola atau jus jeruk dan kemudian menggiling gigi. Penelitian di
laboratorium ini menunjukkan demineralisasi oleh asam dikombinasikan dengan
gerakan gigi dengan gigi mengakibatkan hilangnya dentin dan secara klinis
kombinasi dari kedua faktor tersebut cenderung untuk mempercepat keausan gigi..
Namun, ada pertanyaan yang masih belum terjawab mengenai interval waktu antara
kontak asam dan onset atrisi, efek dari beban yang berbeda dan kekuatan asam dan
efek pada antagonis.
Penelitian kami sebelumnya menunjukkan bahwa penerapan Duraphat ®
pernis untuk mengatrisi dentin meningkatkan jumlah keausan karena sifat asam.
Dalam penyelidikan ini, relatif asam yang kuat (pH 2.3) menggantikan Duraphat ®
pernis fluoride. Model percobaan adalah sama terlepas dari kenyataan bahwa asam
diterapkan sebelum proses gesekan. Perbedaan lainnya adalah bahwa Duraphat ®
pernis adalah asam lemah dengan waktu perlakuan lebih panjang, sedangkan
penelitian ini termasuk asam kuat dan waktu yang lebih singkat.
Besarnya bekas luka aus dari demineralisasi asam terhadap dentin
menunjukkan peningkatan keausan yang disebabkan oleh asam. Asam sitrat dipilih
karena memiliki pH perkiraan umum ditemukan dalam makanan dan minuman
seperti jus lemon dan cola. Peran asam dalam erosi telah sangat kuat kaitannya
dengan bukti dari laboratorium dan studi klinis, secara klinis, umumnya tempat erosi
terjadi pada permukaan oklusal.
Dentin lebih lembut daripada email dan sesudah diberi perlakuan dengan
asam akan relatif mudah untuk dihancurkan. Bagian luar dentin yang terkelupas dan
memungkinkan asam untuk menembus lebih dalam ke jaringan.. Siklus ini bisa terus
berkesinambungan, mengakibatkan kerusakan parah. Tapi masih ada kekurangan
informasi dalam literatur tentang mekanisme attritisi dan sebagian dari apa yang kita
tahu itu hanya berasal dari penilaian klinis. Selama siklus mengunyah, gigi
8
dipisahkan dengan makanan, dan gigi atas dan bawah biasanya hanya berkontakan
sebentar pada akhir siklus mengunyah atau selama menelan. Oleh karena itu Atrisi
tidak mungkin terjadi berikut makan normal dan mengunyah.. Ausnya gigi
merupakan hasil dari mengepal dan menggiling dalam kondisi seperti bruxism dan
terjadi dalam kontak yang berlebihan tidak wajar antara gigi atas dan bawah pada
beban yang lebih tinggi. Jika asam berhubungan dengan gigi pada suatu interval
waktu yang tidak diketahui sebelumnya, potensi untuk aus yang lebih besar ada.
Langkah berikutnya adalah untuk mengetahui pengaruh waktu.
Makanan dan minuman asam telah dilaporkan mengakibatkan erosi gigi.
Biasanya baik sebagai hasil dari konsumsi yang berlebihan, hubungan berlebihan
asam dengan gigi karena kebiasaan kibasan dan sisa dan, atau kurangnya air liur.
Sebuah kombinasi dari pelunakan dentin dengan asam yang diikuti oleh model atrisi
bisa menyerupai asupan makanan atau minuman asam atau memang episode refluks
gastro-esofagus, diikuti oleh gilingan dan mengepalkan dalam situasi klinis. Attin et
al. Telah menunjukkan dalam sebuah abrasi / erosi in vitro dan studi klinis bahwa
efek terhadap eksposur asam bisa memakan waktu hingga 30 menit untuk
memperbaiki. Meskipun erosi dan abrasi cenderung berperilaku berbeda dalam mulut,
pengaruh waktu kemungkinan berarti bahwa efek paparan, terutama dari asam kuat,
akan bertahan untuk beberapa waktu.. Serupa dengan dampak karies, keterlambatan
minum makanan dan minuman asam di malam hari mungkin memiliki dampak di
kemudian hari dalam tidur, terutama pada pasien yang menderita bruxism.
Penggunaan saliva buatan dirancang untuk bertindak terutama sebagai
pelumas dan juga sebagian sebagai agen remineralisasi. Meskipun saliva buatan tidak
ideal, mereka umumnya diformulasikan untuk memberikan potensi remineralisasi..
Namun, saat ini diyakini, khususnya dengan enamel, bahwa pengaruh ludah mungkin
melindungi keadaan . Dalam investigasi ini dentin dipilih sebagai substrat dan tidak
diketahui mengapa, jika dampak apapun, pengaruh yang kuat pada jaringan ini.
Kesimpulan
9
Berdasarkan hasil dari penelitian laboratorium kami, demineralisasi asam
dapat meningkatkan potensi keausan gigi. Mekanisme keausan erosi dan dentin asam
didemineralisasi dianggap menjadi pelunakan, pelarutan dan penghancuran dentin.
Implikasi klinis adalah bahwa waktu kontak antara asam dan dentin harus
diminimalkan dengan mengurangi asupan asam dan menahan diri dari menjaga
makanan atau minuman asam dalam mulut untuk waktu yang lama sebelum menelan.
Setelah asupan asam, upaya sadar harus dilakukan untuk mengendalikan clenching
and grinding (kepalan dan gilingan)
DAFTAR PUSTAKA
10
Dugmore CR , Rock WP . A multifactorial analysis of factors associated with dental erosion . Br Dent J 2004 ; 196 : 283 – 286 . Li H , Watson T , Sherriff
Fares J , Chiu K , Ahmad N , Shirodaria S , Bartlett DW . A new idex of tooth wear. Reproducibility and application to a sample of 18–30 year old university students . Caries Res 2009 ; 43 : 119 – 125 .
Grippo, j o, simring, m, schreiner, s. 2004. Attrition, abrasion, corrosion and abfraction revisited A new perspective on tooth surface lesions . J Am Dent Assoc, Vol 135, No 8, 1109-1118. American Dental Association
M , Curtis R , Bartlett D . 2007. The influence of fluoride varnish on the attrition of dentine .
Milosevic A , Bardsley PF , Taylor S . Epidemiological studies of tooth wear and dental erosion in 14-year-old children in North West England. Part 2: The association of diet and habits . Br Dent J 2004 ; 197 : 479 – 483 .
Ranjitkar S , Kaidonis JA , Townsend GC , Vu AM , Richards LC . 2008. An in vitro assessment of the effect of load and pH on wear between opposing enamel and dentine surfaces .
Yulianto, M. 2006. Hubungan Antara Lama Paparan uap Belerang dengan derajat erosi gigi. FK UnDip. Semarang
11