Askep hipopituitari

Post on 05-Jul-2015

9.403 views 1 download

Transcript of Askep hipopituitari

Ns.Martha Sinaga,SKep

1.Hipofungsi kelenjar hipofisis (hipopituitarisme) dapat terjadi akibat penyakit pada kelenjarsendiri atau pada hipotalamus. (Robbins Cotran Kumar)

2.Hipopitutarisme is pituitary insuffisienencyfrom destruction of the anterior lobe of the pituitary gland. (Diane C. Baughman)

3.Hipopituitarisme mengacu kepada keadaansekresi beberapa hormon hipofisis anterior yang sangat rendah. (Elizabeth C Erorwin)

4.Hipopituitarisme adalah hiposekresi satu ataulebih hormon hipofise anterior. (Barbara C. Long)

5.Hipopituitarisme adalah disebabkan olehmacam – macam kelainan antara lain nekrosis, hipofisis post partum(penyakit shecan), nekrosis karena meningitis basalis trauma tengkorak, hipertensi maligna, arteriasklerosisserebri, tumor granulema dan lain – lain (Kapita Selekta Edisi:2)

Hipopituitarisme adalah keadaan yang timbulsebagai akibat hipofungsi hipofisis.

Definisi hormone hipofisis depan dapat terjadi

dari 3 jalur :

1. Kelainan di dalam kelenjar yang dapat merusak sel – sel sekretorik.

2. Kelainan di dalam atau yang berdekatan dengan tangkai hipofise dimana dapat menyebabkan penghentian penyebaran faktor –faktor yang berasal dari hipotalamus.

3. Kelainan di dalam hipotalamus sendiri dimana dapat merusak pelepasan bahan pengatur pada hipofise depan.

dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atauhipotalamus.

Penyebabnya menyangkut :

1. Infeksi atau peradangan oleh : jamur,bakteri piogenik.

2. Penyakit autoimun (Hipofisis Limfoid Autoimun)

3. Tumor, misalnya dari sejenis sel penghasil hormon yang dapat mengganggu pembentukan salah satu atau semau hormon lain.

4. Umpan balik dari organ sasaran yang mengalamai malfungsi. Misalnya, akan terjadi penurunan sekresi TSH dari hipofisis apabila kelenjar tiroid yang sakit mengeluarkan HT dalam kadar yang berlebihan.

5. Nekrotik hipoksik

(kematian akibat kekurangan O2) hipofisis atau

oksigenasi dapat merusak sebagian atau semua

sel penghasil hormon.

Salah satunya sindrom sheecan, yang terjadi

setelah perdarahan maternal.

1. Sakit kepala dan gangguan penglihatanatau adanya tanda – tanda tekanan intra kranial yang meningkat.

Mungkin merupakan gambaran penyakit bila

tumor menyita ruangan yang cukup besar.

2. Gambaran dari produksi hormon

pertumbuhan yang berlebih termasu

akromegali (tangan dan kaki besar demikian

pula lidah dan rahang), berkeringat banyak,

hipertensi dan artralgia (nyeri sendi).

3. Hiper Prolaktinemia :

Amenore atau oligomenore galaktore (30%),

infertilitas pada wanita, impotensi pada pria.

4. Sindrom Chusing :

Obesitas sentral, hirsutisme, striae, hipertensi,

diabetesmilitus, osteoporosis.

5. Defisiensi hormon pertumbuhan : (Growt

Hormon = GH)

gangguan pertumbuhan pada anak – anak.

6. Defisiensi Gonadotropin :

impotensi, libido menurun, rambut tubuh rontok

pada pria, amenore pada wanita.

7. Defisiensi TSH :

rasa lelah, konstipasi, kulit kering gambaran

laboratorium dari hipertiroidism.

8. Defisiensi Kortikotropin :

malaise,anoreksia, rasa lelah yang nyata, pucat,

gejala – gejala yang sangat hebat selama

menderita penyakit sistemik ringan biasa,

gambaran laboratorium dari penurunan fungsi

adrenal.

9. Defisiensi Vasopresin : poliuria, polidipsia,dehidrasi, tidak mampu memekatkan urin.

1. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi :

Amati bentuk dan ukuran tubuh,ukur BB dan TB, amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan rambut axila danpubis pada klien pria amati pula pertumbuhan rambut wajah (jenggot dan kumis)

b. Palpasi :

Palpasi kulit, pada wanitabiasanya menjadi kering dan kasar.

Tergantung pada penyebab hipopituitary, perlu juga dikaji data lain sebagai data penyerta seperti bila penyebabnya adalah tumor maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi serebrum dan fungsi nervus kranialis dan adanya keluhan nyeri kepala.

2. Kaji pula dampak perubahan fisik terhadap kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.

3. Data penunjang dari hasil pemeriksaandiagnostik seperti :

a. Foto kranium untuk melihat pelebaran danatau erosi sella tursika.

b. Pemeriksaan serum darah : LH dan FSH GH,prolaktin, alsdosteron, testosteron, kartisol, androgen, test stimulasi yang mencakup uji toleransi insulin dan stimulasi tiroid releasing hormon

1. Pemeriksaan Laboratorik.

Pengeluaran 17 ketosteroid dan 17 hidraksi kortikosteroid dalam urin menurun, BMR menurun.

2. Pemeriksaan Radiologik / RontgenologisSella Tursika

a. Foto polos kepala

b. Poliomografi berbagai arah(multi direksional)

c. Pneumoensefalografi

d. CT Scan

e. Angiografi serebral

3.

1. Kardiovaskuler.

a. Hipertensi.

b. Tromboflebitis.

c. Tromboembolisme.

d. Percepatan uterosklerosis.

2. Imunologi.

Peningkatan resiko infeksi dan penyamaran tanda – tanda infeksi.

3. Perubahan mata.

a. Glaukoma.

b. Lesi kornea.

4. Muskuloskeletal.

a. Pelisutan otot.

b. Kesembuhan luka yang jelek.

c. Osteoporis dengan fraktur kompresi vertebra, fraktur patologik tulang panjang, nekrosisaseptik kaput femoris.

5. Metabolik.

Perubahan pada metabolisme glukosasindrome penghentian steroid.

6. Perubahan penampakan.

a. Muka seperti bulan (moon face).

b. Pertambahan berat badan.

c. Jerawat.

DIAGNOSA BANDING

1. Gangguan hipotalamus.

2. Penyakit organ ’target’seperti gagal tiroid primer, penyakit addison

atau gagal gonadal rimer.

3. Penyebab sindrom chusing lain termasuktumor adrenal, sindrome ACTH ektopik.

4. Diabetes insipidus psikogenik atau nefrogenik.

5. Syndrom parkinson

1. Kausal. Bila disebabkan oleh tumor, umumnya dilakukan

radiasi. Bila gejala – gejala tekanan oleh tumor progresif

dilakukanoperasi.

2. Terapi Substitusia. Hidrokortison antara 20 – 30 mg seharib. Puluis tiroid / tiroksin diberikan setelah terapi

dengan hidrokortison.c. Testosteron pada penderita laki – laki

berikan suntikan testosteron enantot atau testosteron siprionat 200 mg intramuskuler tiap 2 minggu. Dapat juga diberikan fluoxymestron 10 mg per-os tiap hari.

d. Esterogen diberikan pada wanita secarasiklik untuk mempertahankan siklus haid. Berikan juga androgen dosis setengahdosis pada laki – laki hentikan bila ada gejala virilisasi ’’growth hormone’’ bila terdapat dwarfisme.

3. Tumor hipofisis, diobati dengan pembedahan radioterapi atau obat (misal : akromegali dan hiperprolaktinemia dengan hymocriptine).

4. Beberapa cara pengobatan sering dilakukan.

5. Defisiensi hormon hos diobati sebagaiberikut : penggantian GH untuk defisiensi GH pada anak – anak, tiroksin dan kortison untuk defisiensi TSH dan ACTH, penggantian androgen atau esterogen untuk defisiensi gonadotropin sendiri (isolated) dapat diobati dengan penyuntikan FSH atau HCG.

6. Desmopressin dengan insuflasi masal dalamdosis terukur.

1 PENGKAJIANPengkajian keperawatan pada klien dengan kelainan

iniantara lain mencakup:1. Riwayat penyakit masa lalu Adakah penyakit atau trauma pada kepala

yang pernah diderita klien, serta riwayat radiasi pada kepala.

2. Sejak kapan keluhan diarasakan Dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa

balita sedang defisiensi gonadotropin nyata pada masapraremaja.

3. Apakah keluhan terjadi sejak lahir. Tubuh kecil dan kerdil sejak lahir terdapat pada

klien kretinisme.

4. Kaji TTV dasar untukperbandingan dengan hasil pemeriksaan yang akan datang.

5. Berat dan tinggi badan saat lahir atau kaji pertumbuhan fisik klien. Bandingkan perumbuhan anak dengan standar.

6. Keluhan utama klien:a. Pertumbuhan lambat.b. Ukuran otot dan tulang kecil.c. Tanda – tanda seks sekunder tidak berkembang, tidak ada

rambut pubis dan rambut axila, payudara tidak tumbuh,penis tidak tumbuh, tidak mendapat haid, dan lain – lain.

d. Interfilitas.e. Impotensi.f. Libido menurun.g. Nyeri senggama pada wanita.

Pemeriksaan fisika. Amati bentuk dan ukuran tubuh, ukur BB dan TB,

amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan rambut axila dan pubis pada klien pria amati pula pertumbuhan rambut wajah (jenggot dan kumis).

b. Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar.

Tergantung pada penyebab hipopituitary,perlu juga dikaji

data lain sebagai data penyerta seperti bila penyebabnya

adalah tumor maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi serebrum dan fungsi nervus kranialis

dan adanya keluhan nyeri kepala.

8. Kaji pula dampak perubahan fisik terhadap kemapuan klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.

9. Data penunjang dari hasil pemeriksaandiagnostik seperti :

a. Foto kranium untuk melihat pelebaran danatau erosi sella tursika.

b. Pemeriksaan serta serum darah : LH danFSH GH, androgen, prolaktin, testosteron, kartisol, aldosteron, test stimulating yang mencakup uji toleransi insulin dan stimulasi tiroid releasing hormone.

1. Gangguan citra tubuh yang berhubungandengan perubahan struktur tubuh dan fungsi tubuh akibat defisiensi gonadotropindan defisiensi hormon pertumbuhan.

2. Koping individu tak efektif berhubungandengan kronisitas kondisi penyakit.

3. Harga diri rendah berhubungan denganperubahan penampilan tubuh.

4. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan gangguan transmisiimpuls sebagai akibat penekanan tumor padanervus optikus.

5. Ansietas berhubungan denganancaman atau perubahan status kesehatan.

6. Defisit perawatan diri berhubungan denganmenurunnya kekuatan otot.

7. Resiko gangguan integritas kulit (kekeringan) berhubungan dengan menurunnya kadarhormonal.

3 INTERVENSI

Secara umum tujuan yang diharapakan dariperawatan klien dengan hipofungsi hipofisisadalah :

1. Klien memiliki kembali citra tubuh yang positifdan harga diri yang tinggi.

2. Klien dapat berpartisipasi aktif dalam program pengobatan.

3. Klien dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari.

4. Klien bebas dari rasa cemas.

5. Klien terhindar dari komplikasi.

1. Dx : Gangguan Citra Tubuh yang Berhubungandengan Perubahan Struktur Tubuh dan Fungsi Tubuh Akibat Defisiensi Gonadotropin dan Defisiensi Hormon Pertumbuhan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien

memiliki kembali citra tubuh yang positif dan harga diri yang

tinggi. Kriteria Hasil : 1. Melakukan kegiatan penerimaan, penampilan

misalnya: kerapian, pakaian, postur tubuh, pola makan, kehadiran diri.

2. Penampilan dalam perawatan diri / tanggungjawab peran.

Intervensi :

1. Dorong individu untuk mengekspresikanperasaan.

R/ Kita dapat mengkaji sejauh mana tingkatpenolakan terhadap kenyataan akan kondisifisik tubuh, untuk mempercepat teknikpenyembuhan / penanganan.

2. Dorong individu untuk bertanya mengenaimasalah, penanganan, perkembangan, prognosa kesehatan.

R/ Dengan mengetahui proses perjalanan penyakit tersebut maka kliensecara bertahap akan mulai menerima kenyataan.

3. Tingkatkan komunikasi terbuka, menghindari kritik / penilaian tentang perilaku klien.

R/ Membantu untuk tiap individu untuk memahami area dalam program sehingga salah pemahaman tidak terjadi.

4. Berikan kesempatan berbagi rasa denganindividu yang mengalami pengalaman yang sama.

R/ Sebagai problem solving

5. Bantu staf mewaspadai dan menerimaperasaan sendiri bila merawat pasien lain.

R/ Perilaku menilai, perasaan jijik, marah dan aneh dapat mempengaruhi perawatan /ditransmisikan pada klien, menguatkan harga negatif / gambaran.

IMPLEMENTASI

Mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan.

Mendorong klien untuk meningkatkan proses koping terhadap orang lain.

Mendorong klien untuk berbagi rasa denganindividu yang mengalami pengalaman yang sama.

Membantu klien dalam aktivitas perawatan diri melibatkan juga orang lain.

Membantu klien untuk dapat terlibat dalam aktivitas perawatan diri.

EVALUASI

S : Keluarga mengatakan bahwa klien mulaimelakukan kegiatan penerimaan diri misalnya : perawatan diri.

O : Aktivitas peningkatan diri misalnya :penampilan, kerapian, pola makan, dan lain – lain.

Kemampuan dalam penampilan perawatan diri / tanggung jawab peran membaik, misalnya :penampilan dalam aktifitas keterlibatan sosial.

A : Masalah gangguan citra tubuh berangsur –angsur teratasi.

P : Lanjutkan intervensi hingga keadaanmembaik.

2. DX .Koping Individu Tak Efektif berhubungandengan Kronisitas Kondisi Penyakit.

Tujuan :

Setelah dilakuan tindakan keperawatan tingkat

koping individu meningkat.

Kriteria Hasil :

1. Mengungkapkan perasaan yang berhubungandengan keadaan emosional.

2. Mengidentifikasi pola koping personaldan konsekuensi perilaku yang diakibatkan.

3. Mengidentifikasi kekuatan personal danmenerima dukungan melalui hubungan keperawatan.

4. Membuat keputusan dan dilanjutkan dengantindakan yang sesuai / mengubah situasi provokatif dalam lingkungan personal.

Intervensi :

1. Kaji status koping individu yang ada.

R/ Meningkatkan proses interaksi sosial karena klien mengalami peningkatan komunikatif.

2. Berikan dukungan jika individu berbicara.

R/ Klien meningkatkan rasa percaya diri kepada orang lain.

3. Bantu individu untuk memcahkan masalah(problem solving).

R/ Dengan berkurangnya ketegangan, ketakutanklien akan menurun dan tidak mengucil /mengisolasikan diri dari lingkungan.

4. Instruksikan individu untuk melakukanteknis relasi, dalam proses teknik pembelajaran penatalaksanaan stress.

R/ Ketepatan penanganan dan proses penyembuhan.

5. Kolaborasi dengan tenaga ahli psikologiuntuk proses penyuluhan.

R/ Klien mengerti tentang penyakitnya.

IMPLEMENTASI

Mengkaji status koping individu yang ada.

Memberikan dukungan jika individuberbicara.

Melakukan tindakan komunikasi terapeutik dengan membina hubungan saling percaya kepada klien.

Membantu individu dalam memecahkanmasalah (problem solving).

Mengajarkan teknik relaksasi.

EVALUASI

S : Klien mengungkapkan keinginan untukberpartisipasi dalam proses sosialisasi, interaksi sosial.

O : Kondisi emosional terkontrol, pasien tidakmudah marah, tingkat stress menurun, klien mulai ikut serta dalam tindakanpengobatan, klien mulai berkomunikasi kepada perawat serta tenaga kesehatanlain.

A : Masalah teratasi.

P : Hentikan intervensi.

3. DX . Harga diri Rendah berhubungan denganPerubahan Penampilan Tubuh.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Keperawatan harga diri meningkat.

Kriteria hasil :

1. Mengungkapkan hasil perasaan dan pikiranmengenai diri.

2. Mengidentifikasikan dua atributif positifmengenai diri.

Intervensi :1. Bina hubungan saling percaya perawat dan klien.R/ Rasa percaya diri meningkat, pasien menerima

kenyataan akan penampilan tubuh.2. Tingkatkan interaksi sosial.R/ Pasien akan merasa berarti, dihargai, dihormati,

serta diterima oleh lingkungan.3. Diskusikan harapan / keinginan / perasaan.R/ Dengan cara pertukaran pengalaman perasaan

akan lebih mampu dalam mencegah faktorpenyebab terjadinyaharga diri rendah.

4. Rujuk kepelayanan pendukung.R/ Memberikan tempat untuk pertukaran masalah

dan pengalaman yang sama.

IMPLEMENTASI :

Membina hubungan saling percaya antarperawat dengan klien.

Meningkatkan interaksi sosial.

Meningkatkan harga diri dengan cara mendukung segala tindakan, harapan atau keinginan pasien.

S : Klien mengatakan mulai menerima kenyataandan tidak mengatakan hal yang muluk –muluk atau hal yang negatif tentangdirinya.

O : Expresi malu rasa bersalah berkurang.

Tanda – tanda depresi menurun.

Mulai mencoba untuk mencoba sesuatu / situasi baru.

Berkurangnya perilaku penyalahgunaan diri (misalnya : pengrusakan, usaha bunuh diri dan lain - lain).

A : Masalah teratasi.

P : Hentikan intervensi

4. DX. Gangguan Persepsi Sensori (Penglihatan) berhubungan dengan Kesalahan Interpertasi Sekunder, Gangguan Transmisi, Impuls.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan penglihatan berangsur – angsur membaik.

Kriteria Hasil :

1. Menunjukkan tanda adanya penurunangejala yang menimbulkan gangguan persepsi sensori

2. Mengidentifikasi dan menghilangkanfaktor resiko jika mungkin.

3. Menggunakan rasionalisasi dalam tindakanpenanganan.

Intervensi :

1. Kurangi penglihatan yang berlebih.

R/ Mengurangi tingkat ketegangan otot mata, meningkatkan relaksasi mata.

2. Orientasikan terhadap keseluruhan 3 bidang (orang, tempat, waktu).

R/ Untuk mengetahui faktor penyebab melalui tes sensori indera penglihatan.

3. Sediakan waktu untuk istirahat bagi klien tanpa gangguan.

R/ Meningkatkan kepekaan indera penglihatan melalui stimulus indera khususnya penglihatan.

4. Gunakan berbagai metode untuk menstimulasi indera.

R/ Mempertahankan normalitas melalui waktu lebih muda bila tidak mampu menggunakan penglihatan.

IMPLEMENTASI

Mengurangi penglihatan yang berlebihan.

Mengorientasikan klien terhadap orang, tempat dan waktu.

Menyediakan waktu istirahat atau tidur bagipasien tanpa gangguan.

Gunakan berbagai metode untuk menstimulasiindera.

S : Klien mengatakan adanya halusinasipenglihatan.

O : Orientasi terhadap orang, tempat dan waktumembaik. Stimulas terhadap lingkunganmembaik.

Resiko cidera mata yang mengganggupenglihatan, misalnya : ikterus, konjungtesstimulasi indera penglihatan membaik / mengalami peningkatan.

A : Masalah teratasi sebagian.

P : Intervensi dilanjutkan.

5. DX.Ansietas berhubungan dengan Perubahan Status Kesehatan.

Tujuan :

Ansietas berhubungan dengan perubahan status

kesehatan berkurang.

Kriteria hasil :

1. Peningkatan kenyaman psikologis dan fsikologis.

2. Menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.

Intervensi :1. Bina hubungan saling percaya.R/ Komunikasi terapeutik dapat memudahkan

tindakan.2. Catat respon verbal non verbal pasien.R/ Mengetahui perasaan yang sedang dialami klien.3. Berikan aktivitas yang dapat menurunkan

ketegangan.R/ Kondisi rileks dapat menurunkan tingkat ancietas.4. Jadwalkan istirahat adekuat dan periode

menghentikan tidur.R/ Mengatasi kelemahan, menghemat energi dan

dapat meningkatkan kemampuan koping.

IMPLEMENTASI

Mengkaji tingkat ansietas.

Memberikan kenyamanan dan ketentraman hati.

Memberikan aktivitas yang dapat menurunkan ketegangan.

Mencegah adanya faktor penyebab ansietas.

Mengajarkan teknik penghentian ansietas untuk mengatasi stres teknik relaksasi.

EVALUASI

S : Klien merasa cemas, gelisah dan ketakutan.

O : Wajah tegang, tampak pucat. Peningkatan frekuensi pernafasan, frekuensi jantung dan tekanan darah.

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi.

6. DX.Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan

Menurunnya Kekuatan Otot.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat aktif dalam aktifitas perawatan diri.

Kriteria hasil :

1. Mengidentifikasi kemampuan aktifitas perawatan diri.

2. Melakukan kebersihan optimal setelah bantuan dalam perawatan diberikan.

3. Berpartisipasi secara fisik / verbal dalam aktifitas, perawatan diri / pemenuhan kebutuhan dasar.

Intervensi :1. Kaji faktor penyebab menurunnya defisit

perawatan diri.R/ Menghambat faktor penyebab dapat

meningkatkan perawatan diri.2. Tingkatkan partisipasi optimal.R/ Partisipasi optimal dapat memaksimalkan

perawatan diri.3. Evaluasi kemampuan untuk berpartisipasi dalam

setiap aktivitas perawatan.R/ Dapat menumbuhkan rasa percaya diri klien.4. Beri dorongan untuk mengexpresikan perasaan

tentang kurang perawatan diri.R/ Dapat memberikan kesempatan pada klien untuk

melakukan perawatan diri.

IMPLEMENTASI

Mengkaji faktor penyebab menurunnya defisitperawatan diri.

Meningkatkan keterlibatan klien secara total dalam kegiatan perawatan diri.

Mengevaluasi kemampuan untuk berpartisipasi dalam setiap aktifitas perawatan diri.

Memberi dorongan untuk mengungkapkan perasaan tentang kurang perawatan diri.

S : Keluarga klien mengatakan bahwa klien mulaimelakukan aktifitas perawatan diri atau personal hygene.

O : Perubahan gaya hidup, misalnya : polamakan, istirahat teratur.

Perubahan penampilanbepakaian, kerapian.

Perubahan peningkatan aktivitas personal hygene, misalnya : menggosok gigi dll

A : Masalah teratasi.

P : Hentikan intervensi

7. DX. Resiko Gangguan Integritas Kulit (Kekeringan) berhubungan dengan Menurunnya Kadar Hormonal.

Tujuan : Setelah dilakukan keperawatan integritas kulit dalam

kondisi normal.Kriteria hasil :1. Mengidentifikasi faktor penyebab.2. Berpartisipasi dalam rencana pengobatan yang

dilanjutkan untuk meningkatkan penyembuhan luka.

3. Menggambarkan etiologi dan tindakan pencegahan.

4. Memperlihatkan integritas kulit bebas dari luka tekan.

Intervensi :

1. Pertahankan kecukupan masukan cairan untuk hidrasi yang adekuat.

2. Berikan dorongan latihan rentang gerak danmobilisasi.

R/ Meningkatkan pemeliharaan fungsi otot / sendi.

3. Ubah posisi atau mobilisasi.

R/ Meningkatkan posisi fungsional pada ekstrimitas.

4. Tingkatkan masukan karbohidrat dan protein untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif.

R/ Kelemahan dan kehilangan pengaturan metabolisme terhadap makanan dapat mengakibatkan malnutrisi.

5. Pertahankan tempat tidur sedatar mungkin.

R/ Posisi datar menjaga keseimbangan tubuh dan mencegah retensi cairan pada daerahtertentu sehingga tidak terjadi edema lokal.

O : Mukosa kulit lembab.

Tonus otot meningkat.

Luka tekan atau ulkus berkurang, berangsur mengalami penyembuhan.

A : Masalah teratasi.

P : Hentikan intervensi.