Post on 23-Mar-2019
13 KONSEP BEYOND LEADERSHIP
Lanjutan More About Beyond Leadership: 12 Konsep Kepemimpinan
Djokosantoso Moeljono
Penerbit PT Elex Media Komputindo
13 KONSEP BEYOND LEADERSHIPOleh: Djokosantoso Moeljono©2011, 2012 (revisi), 2016, Djokosantoso MoeljonoHak Cipta dilindungi oleh Undang-UndangDiterbitkan pertama kali olehPenerbit PT Elex Media KomputindoAnggota IKAPI, Jakarta
716061753978-602-02-9472-8
Pengembangan-Diri/Kepemimpinan
Cetakan ke-1: Maret 2011Cetakan ke-2: September 2011Cetakan ke-3: Oktober 2012 (edisi revisi)Cetakan ke-4: Agustus 2014Cetakan ke-5: Oktober 2016 (new cover)
Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, JakartaIsi di luar tanggung jawab Percetakan
13 Konsep Beyond Leadership cetul.indd 2 9/6/2016 11:23:21 AM
Kupersembahkan untuk istri tersayang,
Ning Surjati
Memperingati Hari Perkawinan kami yang ke-44( 1967–2011)
DAFTAR ISI
PRAKATA .......................................................................................ix
BAB I Pendahuluan ..................................................................1
BAB II Manusia: Berpikir dan Berperilaku ............................14
BAB III Perilaku Manusia .........................................................20
BAB IV Pemimpin dan Kepemimpinan ...................................38
BAB V Gaya Kepemimpinan ...................................................44
BAB VI Siapakah Pemimpin? ...................................................57
BAB VII Konsep Pertama: Kepemimpinan Nabi ......................62
BAB VIII Konsep Kedua: Ajaran Kepemimpinan dari Jawa ......82
BAB IX Konsep Ketiga: Menghindari Kesempitan Wawasan ..127
BAB X Konsep Keempat: Keseimbangan Interaksi .............134
BAB XI Konsep Kelima: Jari Tangan ......................................139
BAB XII Konsep Keenam: 3 H .................................................150
BAB XIII Konsep Ketujuh: Kesendirian Seorang Pemimpin ...160
BAB XIV Konsep Kedelapan: Positioning ..................................166
vIII 13 KONSEP BEYOND LEADERSHIP
BAB XV Konsep Kesembilan: Analisis Kemungkinan ............175
BAB XVI Konsep Kesepuluh: Titik Pusat Keseimbangan ........189
BAB XVII Konsep Kesebelas: Kepemimpinan Utuh ..................197
BAB XVIII Konsep Kedua Belas: Etika dan Hukum ...................222
BAB XIX Konsep Ketiga Belas: Disiplin & Kehormatan ..........236
Penutup Beyond Leadership ......................................................274
Kepustakaan ....................................................................................279
Indeks ....................................................................................285
BAB I
PENDAHULUAN
DI DALAM PERJALANAN KARIER SAYA, BAIK DI LEMBAGA
PUBLIK, BISNIS, maupun nirlaba di Indonesia, ada satu “kesimpul-
an kecil” yang hendak saya tarik adalah bahwa kegagalan dan ke-
berhasilan suatu organisasi sebagian besar bergantung pada kualitas
pemimpinnya; bergantung bagaimana si pemimpin memimpin or -
gani sasinya. Barangkali orang akan cenderung mengatakan bahwa
kesimpulan tersebut dilatarbelakangi oleh budaya bangsa Indonesia
yang secara umum berpola paternalistik, atau berorientasi kepada
“bapak”, “patron”, “pemimpin”, “yang lebih senior”, atau yang sejenis-
nya. Saya tidak mengingkari kebenaran latar belakang itu, namun saya
hendak membawa ke ranah yang lebih luas.
Amerika Serikat akan gagal bertahan sebagai bangsa apabila tidak
ada pemimpin-pemimpin yang sangat di-paternalistik-i masyarakat
Amerika, seperti George Washington, Kennedy, Ronald Reagan, hingga
Bill Clinton. Singapura, entah apa jadinya tanpa seorang good dictator
2 13 KONSEP BEYOND LEADERSHIP
seperti Lee Kuan Yew atau Malaysia tanpa Mahathir Muhammad. Ke-
jayaan General Electric antara tahun 1980-an s.d. 2000-an tidak lepas
dari keunggulan Jack Welch yang bahkan di Crottonville sen diri di-
anggap bukan lagi sebagai CEO, bahkan bukan lagi Bapak, melain-
kan Dewa. Di Gramedia, seorang Jakob Oetama adalah pim pinan,
bapak, teladan, dan seterusnya. Sementara itu, di Astra pada tahun
1980–1990-an ada William Soeryadjaja. Dan ini terjadi di setiap orga-
nisasi yang berhasil. Sebagian besar dari mereka menganggap bahwa
si pemimpin bukanlah pemimpin saja, namun seorang bapak, pena-
sihat, pelindung, teladan. Pepatah Ing Ngarsa Sun Tulada, Ing Madya
Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani adalah benar. Dan itu bukan saja
bermakna a professional leader namun juga a compassionate leader.
Namun, di dalam pengalaman saya, baik pengalaman praktik
maupun keilmuan, ternyata pemahaman kepemimpinan seperti itu
saja tidak cukup. Bagi mereka yang pernah memasuki pembelajaran
kepemimpinan melalui praktik, maka ada yang disebut sebagai lea-
dership dan beyond leadership. Kepemimpinan adalah ilmu yang dapat
dipelajari dan diajarkan pada sekolah-sekolah formal. Beyond kepe-
mimpinan tidak diajarkan di sekolah-sekolah formal, namun dapat
dipelajari dari mereka yang memilikinya. Buku ini adalah bagian dari
upaya untuk menciptakan pembelajaran kepemimpinan dan beyond
kepemimpinan.
Apa yang dipaparkan di sini adalah bagian dari proses transfer
pengetahuan dan keilmuan yang saya jalani lebih dari 40 tahun pada
lembaga publik, bisnis, dan nirlaba. Bagi saya ilmu akan mempunyai
makna apabila kita membagi dengan orang lain. Saya juga termasuk
di dalam kelompok yang yakin bahwa amal yang tidak akan pernah
merugi adalah amal keilmuan. Sebuah ilmu dan pengetahuan jika
Pendahuluan 3
diperbagikan, maka mereka yang menerima akan mengembangkan
dan memperbagikan lebih lanjut. Prosesnya ibarat reaksi pemecahan
nuklir. Demikian juga pengetahuan. Bukan saja prosesnya sama, na-
mun apabila proses reaksinya berjalan makin jauh dan makin besar,
maka “gempa” yang dihasilkannya tidak berbeda dengan bom nuklir.
Tujuan kedua dari proses penulisan ini adalah bagian dari ke-
inginan saya untuk belajar lebih lanjut tentang pemimpin, kepemim-
pinan, dan di balik kepemimpinan. Proses penulisan ini secara lang-
sung maupun tidak langsung memaksa saya untuk belajar kembali,
baik dalam bentuk menggali kembali pengalaman di masa lalu, me-
lakukan penelitian, mencari kepustakaan, hingga melakukan diskusi
panjang lintas profesi dan generasi. Hasilnya adalah sebuah rumusan
yang lebih komprehensif dibanding pemahaman awal saya tentang ke-
pemimpinan.
Tidak dipungkiri, basis pemahaman kepemimpinan yang saya
kembangkan di sini adalah industri perbankan, di mana saya berun-
tung mendapatkan pembelajaran secara praktik tidak kurang dari 30
tahun. Pilihan perbankan sebenarnya lebih menguntungkan, karena
ini adalah industri yang mengedepankan kecakapan manusia ( hu-
man ability) daripada kecakapan keterampilan ( skill ability). Sebuah
profesi di mana kepemimpinan menjadi faktor yang lebih menen-
tukan dibanding faktor-faktor lain, karena produk yang dijualnya
adalah jasa kepercayaan. Dari industri perbankan, basis profesi saya
kembangkan secara luas di sektor publik dan nirlaba, di mana saya
mempunyai kesempatan untuk mengembangkan diri secara penuh.
Sebagaimana diketahui bahwa pada semua lembaga yang berusaha
di bidang jasa kepercayaan seperti bisnis perbankan, maka salah satu
faktor yang sangat menentukan berhasil tidaknya menjalankan usaha
4 13 KONSEP BEYOND LEADERSHIP
tersebut adalah faktor sumber daya manusianya. Usaha-usaha lainnya
yang sejenis dengan perbankan, seperti perusahaan penerbangan, tra-
vel biro, jasa asuransi, jasa konsultansi, law-fi rm, dan lain-lain, pada
haki katnya mempunyai kebergantungan yang sangat dominan pada
unsur manusianya.
Dalam hubungan dengan hal tersebut, menurut pembelajaran
saya, yang dipimpin oleh seorang pemimpin sebenarnya hanya satu
hal, yaitu manusia. Tepatlah kata bijak yang menyatakan bahwa lead-
ers lead only people, nothing else. Dalam keseharian, kita tidak pernah
memimpin aset, uang, atau apa pun, kecuali manusia. Dengan demiki-
an maka dalam pemahaman lanjutan saya, hendaknya kita memimpin
dengan penuh kasih sayang, compassionate leadership. Seorang pe-
mimpin unggul tidak hanya professional, tetapi harus juga mempunyai
rasa kasih dan sayang, compassionate kepada individu yang dipimpin-
nya. Apakah maknanya? Compassionate leadership bermakna sebagai
berikut:
1. Memimpin dengan penuh kasih sayang.
Beberapa ahli memberikan pengertian dengan istilah yang le-
bih indah yaitu: “memimpin dengan hati”. Sebagai pemimpin,
seseorang harus benar-benar sadar bahwa memimpin adalah
suatu amanah, kewajiban, titipan, kepercayaan dari Allah Swt.,
Tuhan Yang Maha Esa. Bukannya hak. Dengan demikian maka
adalah wajib hukumnya seorang pemimpin harus benar-be-
nar menjaga dan menyayangi yang dipimpinnya. Makna kasih
sayang di sini sangat berbeda dengan memanjakan. Apabila
seseorang menyayangi orang lain, maka seseorang tersebut
idealnya harus selalu berusaha untuk memberikan yang ter-
baik kepada yang disayanginya, terlepas bagaimana caranya.
Pendahuluan 5
Rasa sayang tersebut sangat berbeda dengan sikap lemah,
namun justru keinginan untuk membimbing dan menghin-
darkan yang dipimpinnya dari kegagalan. Mungkin dalam
kesehariannya, sang pemimpin tersebut bersikap keras dalam
membina, penuh dengan ketegasan dan seakan-akan tanpa
kompromi, namun sebenarnya dalam lubuk hatinya yang ter-
dalam, sang pemimpin tersebut menginginkan yang terbaik
untuk yang dipimpinnya. Dia berprinsip jelas, seperti dalam
pendidikan prajurit komando: “lebih baik bermandi keringat
dalam latihan, daripada bermandi darah dalam pertempuran
nyata!” Ada ungkapan sederhana dalam bahasa Jawa: “tego
larane, ora tego patine” (lebih tega pada sakitnya, daripada tega
atas meninggalnya seseorang).
Dalam membimbing bawahan, sang pemimpin sadar
bahwa apa pun perbuatannya akan diminta pertanggungja-
waban pada hari akhir oleh yang memberikan amanah, yai-
tu Allah Swt., Tuhan YME. Dengan demikian, dia selalu siap
untuk menyiapkan kadernya secara cermat agar pelaksanaan
amanahnya berhasil.
2. Memberikan pelajaran pengetahuan, keterampilan dan ni-
lai-nilai luhur (Transfer of Knowledge and Values).
Erat kaitannya dengan kaderisasi kepemimpinan, sang pe-
mimpin wajib hukumnya untuk selalu membimbing, men-
didik, dan memajukan bawahannya. Pendekatan fi losofi snya
sangat sederhana, yaitu, bahwa pemilik dan sumber dari ilmu
adalah Allah Swt., Tuhan YME. Sementara itu, siapa pun yang
berilmu, tidaklah mungkin membalas kepada Sang Pemilik
ilmu, karena Beliau sangat Maha Pemilik. Dengan kesadaran
6 13 KONSEP BEYOND LEADERSHIP
ini, maka sebaiknya cara membalas “pemberian pinjaman”
ilmu oleh Sang Pemilik ilmu adalah dengan memberikannya
kepada mereka yang belum berkesempatan langsung mene-
rima ilmu tersebut. Dalam istilah spiritualnya: ilmu amaliah,
amal ilmiah.
Selanjutnya, bahwa berbasis pada pengalaman empiris
saya sebagai pemimpin lebih dari 40 tahun, ternyata, kita ti-
dak perlu khawatir akan “dikalahkan” oleh bawahan karena
memberikan ilmu. Ada segi-segi lain dari kepemimpinan yang
tidak bisa begitu saja ditiru oleh siapa pun, misalkan aura, wi-
bawa, pembawaan, yang semua itu adalah suatu titipan Allah
Swt., Tuhan YME, kepada mereka yang dikehendaki oleh Be-
liau. Justru kesediaan untuk berbagi ilmu dengan bawahan,
menimbulkan rasa hormat bawahan kepada sang pemimpin.
3. Multi-fungsi terhadap bawahannya.
Sebagai seorang pemimpin, seyogianya, sang pemimpin
mempunyai waktu cukup untuk memperhatikan bawahannya
dalam beberapa faset atau aspek perhatian. Dalam kondisi ter-
tentu, dia harus mampu bertindak sebagai “orangtua”, guru,
bahkan bawahannya merasa mempunyai sahabat. Namun
demikian tentu sesuai pula dengan proporsinya. Jangan ter-
lalu dalam mencampuri urusan pribadi bawahan. Seberapa
dalamkah sang pemimpin harus mendalami masalah bawah-
an, belum ada ukuran patokannya. Semua bergantung pada
situasi dan kondisi yang dihadapi dan kembali pada prinsip
dasar, bahwa memimpin adalah suatu seni lebih daripada suatu
pengetahuan saja.
INDEKS
AAbdulgani, 195, 220
Ability
Human, 3
Sklill, 3
Agung, Alexander, 58, 162, 163
Allen, Louis, 39
Amanah, 42, 59, 61, 66, 74, 166, 170, 173-174, 232, 245, 267
Ambeg Parama Artha, 104
Anayaken Musuh, 102
Artistic, 22
Atribut, 40, 120
BBa Lima Laku, 114
Mbangun, 114
Mbebungah, 114
Mbiji, 114
Mbimbing, 114
Mbombong, 114
286 13 KONSEP BEYOND LEADERSHIP
Benevolent, 68
Beyond horizon, 188
Bhayangkara, 100
Breznev, Leonid, 152, 154-157
Bujang, 116
Bushido, 126, 205
CCarnegie, Dale, 57
Change, leading, 69, 81
Character
assassination, 92
mature, 203
Strong, 92
Clinton, Bill, 1, 195
Cogito Ergo Sum, 14
Compassionate, 2
Comuni cerendevaten, 85
Conventional, 21
Courage, 35, 198-200, 206
Crossing, the, 178
DDecission, Ethical, 223
Delegating, 45, 48
Demokratis, 31-36, 64, 101
Descartes, Rene, 14
Dewantoro, Ki Hadjar, 107-108, 114, 189
Dhirotsaha, 101, 103
Dibyacitta, 103
Dictator, Good, 2
Diktatorial, 195
Index 287
Disiplin, 33, 37, 70, 78, 123, 173-174, 179, 188, 237, 237-240, 244-248,
252-257, 259-261
Diwyacitra, 101
Djohan, Robby, 195, 218
Djojomartono, Moeljoto, 33, 112, 138, 172, 195, 216
Drucker, Peter F, 18, 60, 74
Dupak, 117
Dupak bujang, 118
EEmpaty, 29
Enron, 225
Enterprising, 22
Esem, 116
Etika, 127, 222-227, 230-233, 239
FFixasi, 24
Frustrasi, 23
Fukuyama, Francis, 211
GGates, Jenderal, 178-182, 191-192
Gautama, Siddharta, 15
Geus, Arie de, 223
Ginong Pratidina, 102
Global Crossing, 225
Guci, 128-130, 132-133, 193
Guru Bangsa, 216
HHabibie, 59, 88, 167-168
Hadipranata, Asip F., 146
288 13 KONSEP BEYOND LEADERSHIP
Hasto Broto, 83, 87, 282
Hear the song, not the singer, 193
Hemisphere, 176, 210
Heneng, 194
Hening, 194
Hessien, 179, 180, 192
Heterogenitas, 54
Holland, J.L., 20
Hom Ping Sut, 146-148
Hukum, 67, 78-79, 84, 88-90, 98-99, 102, 132, 209, 225, 227, 232-235
Human, 150-151, 241-42
Humble, 150-151
Humor, 150-151
IIlmu padi, 25
Ing Madyo Mangun Karso, 107, 112
Ing Ngarso Sung Tulodo, 107, 109, 111
Inkonvensional, 35
Integritas, 78, 214, 218
Introspeksi, 105, 194, 240
Introspeksi dan Koreksi, 24
JJari, 141
Ibu, 83, 121, 143, 184
Kelingking, 140, 149
Manis, 140
Telunjuk, 142, 149
Tengah, 141, 158, 163
Jogoboyo, 117
Judgement, leadership, 223, 235
Index 289
KKadiman Kusmayanto, 129
Kennedy, 1
Kepemimpinan
Delegasi, 54
Gaya Kepemimpinan, 43-54, 63, 121
Hati, 210, 212, 218-219
Jawa, 36, 122, 125
Karismatik, 40
Nyali, 212, 218
Perasaan, 216
Pikiran, 207, 209, 212, 216, 219
Situasional, 45, 52, 55
Transformasional, 40
Utuh, 197, 217, 222
Khan, Genghis, 128
Knowledge based industries, 211
Kompetensi, 30, 31, 42, 54, 55, 74, 197, 200, 201, 203, 221, 223, 228,
235, 271
Top-leader, 161
Konosuke Matsushita, 11, 224, 247
Kristus, Yesus, 76
LLeader
Manager, 81
Leadership
Beyond, 2, 271, 274
by walking around, 111
for Quality Management, 198
Personal, 67
prophet, 80
290 13 KONSEP BEYOND LEADERSHIP
Servant, 76, 80
Situational, 121
Wisdom, 35
Lee Kuan Yew, 2
MMada, Gadjah, 99-100, 104, 106, 146, 195, 200
Universitas, 146
Mahathir Muhammad, 2
Manager-leader, 74, 80
Mangkunegara, Arya Adipati, 105
Mantrywira, 101
Masihi Samasta Bhuwana, 103
Masmada,Renny, 101
Matanggwan, 101
Maturity, 25, 52, 140
Job, 25
Psychological, 25
McClelland
David, 17
Meiji, Kaisar, 125, 204-206
Motivation, 49
Muhammad, Mahatir, 2, 195
Mulat Sariro Hangroso Wani, 106
NNabi Adam, 69, 238
Nabi Isa, 62, 76, 80
Nabi Muhammad, 62, 63-70, 75, 81, 203
Nabi Musa, 78
Napoleon Bonaparte, 110, 215
Natangguan, 102
Index 291
Nayaken Musuh, 104
Need for Achievement, 17-18
Negara Gineng Pratijna, 103
Negarakertagama, 81
OOetama, Jakob, 2, 195, 216
Otokratis, 31-32, 12-78
Otoriter, 31-34, 36
PPandega, 148-149
Pangestu, 121
Participating, 45, 47, 54
Paternalistik, 1
Pendekatan
berdasarkan ciri, 40
berdasarkan perilaku, 40
kekuasaan-pengaruh, 41
Pendekatan situasional, 41
Positioning, 166-167, 170-171, 174
Power
Anchor of, 189
Center gravity of, 189-190, 194-196
Post power syndrome, 133
Prasaja, 104
Pressure, 166
Presumption of innocent, 91
Pustaka Hasta Dasa Parateming Prabhu, 102
292 13 KONSEP BEYOND LEADERSHIP
QQuality
Emotional, 272
Intellectual, 272
Spiritual, 272
RRaden Wibisana, 82
Ramawijaya, 82
Reagan, Ronald, 1
Realistic, 20
Regressi, 23
Resignasi, 24
Role model, 78
Rumongso Biso, 121,-122
Rumongso Melu Handarbeni, 105
SSadikin, Ali, 195
Samber Nyawa, 105
Samurai, 125
Sarjawa Upasama, 103
Sarjjawopasama, 101
Satya Bhakti Prabhu, 102
Satyabhaktiy Aprabhu, 101
Self development, 67
Selling, 46
Sense of belonging, 106
Sih Samasta Bhuwana, 103
Sih Samastabhuwana, 102
Soedirman, 26, 27
Soeharto, 59, 195, 233
Index 293
Soekarno, 59, 184-188, 195, 215
Soeryadjaja, William, 2
Soewartin Moeljono Atmosoedarso, 82
Sri Rajasanegara, 99
Statesmanship, 28
Sstick and carrot, 18, 209
Strong character, 200
Sudibyo, Bambang, 189
Sukotjo Tjokroatmodjo, 184
Sulistio, 89, 90, 233-236
Sultan Agung Hanyokrokusumo, 118
Sumantri, 97
TTanggon, 95
Tan Lalana, 101
Tanri Abeng, 70, 71, 91-92, 96, 195, 200
Tan Satrisna, 101
Tan Satrsna, 103
Team work, 13
Telling, 46
Thalib, Ali bin Abi, 64, 203
The Achieving Society, 15
The fi rst among the equal, 161
Thoha, Miftah, 52, 53
Timing, 36
Tribhuana, 99
Tutur tinular, 81, 104, 125
Tut Wuri Handayani, 2, 108, 277
UUmar Bin Khatab, 15
Usia biologis, 215
294 13 KONSEP BEYOND LEADERSHIP
VValue, 198
Vision, 198
WWagmi Wak, 96
Wajib Melu Hangrukebi, 106
Walk the talk, 70
Warata maratani, 85
Warsito, 131
Washington, George, 1, 177-182, 184, 190-193, 215
Waspada Purwa Artha, 104
Welch, Jack, 2, 195, 216
Wicaksananeng Naya, 103
Wicaksananengnaya, 101
Wijaya, 101
Win-win solution, 162
Wisdom, 28, 215
Wuruk, Hayam, 99
YYudhoyono, Susilo Bambang, 63, 69